Pembatalan Nikah Dan Talak

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 42 Cerai berarti pisah ,putus hubungan sebagai suami istri ,talak. 56 Cerai atau lebih dikenal dalam islam talak dari kata “ ithlaq yang berarti meninggalkan atau melepaskan,dalam istilah islam talaq adalah melepaskan perkawinan atau putusnya ikatan perkawinan. 57 Sebuah hubungan perkawinan sejatinya menjadi utuh,langgeng bagi sebuah pasangan itulah tujuan perkawinan.Dan keduanya diharapkan dapat menjadi fungsi dari keluarga itu sendiri yaitu : 1. Funsi Biologis 2. Fungsi Pendidikan Sosial Bagi Anak 3. Fungsi Afeksi 4. Fungsi Edukatif 5. Fungsi Religius 6. Fungsi Protektif 7. Fungsi Kreatif 8. Fungsi Ekonomis 9. Fungsi Penentuan Status 58 Walaupun pekerjaan halal yang sangat dibenci adalah Talak,dan sangat tidak dianjurkan untuk talak,seperti sabda nabi muhammad saw ,dalam sebuah hadis yang berbunyi: ع ب ع ع ب ي ص ل ع ي س : ب غ ض ل ل ج زع لط Dari I bnu Umar ,Bahwasannya Rasulullah SAW Pernah berkata” Perbuatan halal yang di benci ALLAH ialah Talak Hr, Abu Daut Hakim dan disah kan olehnya 59 56 Departemen Pendidikan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia ,163 57 Sayyid Sabiq,Fiqih sunnah Bandung Almaarif,1980,Jilid 8,1 58 H,A.Sutarmadi dan Mesrani ,Administrasi Pernikahan dan Menejemen Keluarga Jakarta Fakultas Syariah Dan Hukum ,2006 11-12 59 Sulaiman bin Al-asyab Abu Daud Al-Sajastani al-Azdi Sunan Abi Daut Beirut: Dar al-Fikr,t.t.h Juz 1,661. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 43 Tetapi terdapat darurat yang membolehkan cerai yaitu bila suami meragukan tingkah laku istrinya yang sudah tidak bersih lagi atau sudah tidak mencintai nya.Tetapi jika terdapat alasan apapun,maka bercerai yang demikian termasuk kufur terhadap nikamat Allah SWT. Talak juga mempunyai hukum wajib yaitu wajib,sunnah,haram.Talak wajib yaitu talak yang dijatuhkan oleh pihak pengadilan sebagai penengah,karena perpecahan antara suami istri sanagat berat dan sangat sulit untuk disatukan kecuali dengan berpisah. Talak haram yaitu Talak tanpa alasan yang dapat merugikan bagi kedua belah pihak,tidak ada kemaslahatan yang mau dicapai dengan perbuatan Talak. Talak sunnah yaitu karena istri mengabaikan kewajibannya terhadap Allah seperti shalat dan sebagainya. Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa hukum talak ada lima yang menjadi wajib jika perseteruan yang tidak ada kunjung pemecahannya,dan kedua belah pihak tidak dapat lagi bersatu,dua wakil dari kedua belah pihak tidak dapat mendamaikannya dengan tujuan menyelamatkan rumah tangganya,pihak hakim berpendapat bahwa talak adalah jalan yang lebih baik,tidak jadi penceraian maka berdosalah suami.Menjadi haram jika menceraikan istrinya dalam keadaan Haids atau Nifas. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III PEMBATALAN NIKAH KARENA SAKIT JIWA MENURUT KOMPILASI

HUKUM ISLAM, DAN ATURAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM YANG BERKAITAN DENGAN PEMBATALAN NIKAH.

A. Sejarah Kompilasi Hukum Islam

Pada akhir dekade 1980-an terdapat dua peristiwa penting berkenaan dengan perkembangan hukum dan peadilan islam di Indonesia. Pertama, dalam suatu loka karya yang diselenggarakan di Jakarta, pada tanggal 25 Februari 1988, ulama Indonesia telah menerima tiga rancangan buku kompilasi hukum islam. Rancangan kompilasi itu, tiga tahun kemudian, yaitu pada tanggal 10 Juni 1991, mendapat legalisasi pemerintah dalam bentuk intruksi presiden kepada menteri agama untuk digunakan oleh instansi pemerintah dan oleh masyarakat yang memerulukannya. Intruksi itu dilaksanakan dengan keputusan menteri agama Nomor 154 tanggal 22 juli 1991. Kedua, pada tanggal 29 Desember 1989 disyahkan dan diundangkan undang- undang nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama setelah mengalami pembahasan yang sangat alot, baik dikalangan Pemerintah maupun di Dewan Perwakilan Rakyat. 1 Kedua peristiwa itu merupakan suatu rangkaian yang paing berhubungan secara timbal balik, dan saling melengkapi. Kompilasi Hukum Islam KHI, 2 disusun dn dirumuskan untuk mengisi kekosongan hukum substansial mencapkup hukum perkawinan, keawarisan, dan perwakafan, yang diberlakukan dalam lingkungan peradilan Agama. Sedangkan di dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, antara lain, diatur tentang kekuasaan pengadilan dalam lingkungan Agama mencapkup hukum 1 Hasan, Cik Bisri, Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama Dalam Sistem Hukum Nasional, Bandung : Logos,1999 . 2 Tentang pengertian dan Kedudukan Kompilasi dalam sistem Hukum, lihat : Abdurrahman 1992 : 914 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 45 perkawinan, kewarisan, dan perwakafan, shadaqah, khususnya bagi orang yang beragama Islam. Ia menjadi dasar untuk mengambi keputusan hukum terhadap perkara yang diajukan ke pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Agama. Penerapan hukum islam dalam proses pengambilan keputusan di pengadilan itu selalu menjadi masalah, oleh karena rujukan yang digunakan oleh pengadilan senantiasa beranekaragam. Ia terdiri dari kitab fikih dari berbagai aliran pemikiran mazhab, yang berakibat munculnya keragaman keputusan pengadilan terhadap perkara yang serupa, putusan-putusan yang berdisparitas berbeda tinggi antara satu pengadilan dengan pengadilan lain, antara hakim yang satu dengan hakim ynag lain. 3 KHI disusun atas prakarsa penguasa Negara, dalam hal ini Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Agama melalui surat keputusan bersama dan mendapat pengakuan ulama dari berbagai unsur. Secara resmi KHI merupakan hasil konsensus ijma ulama dari berbagai “golongan’’ melalui media loka karya yang dilaksanakan secara nasional kemudian mendapat legalisasi dari kekuasaan Negara. Penyusunan KHI dapat dipandang sebagai suatu proses transformasi hukum islam dalam bentuk tidak tertulis kedalam peraturan perundang-undangan. Dalam penyusunannya dapat dirinci dalam dua tahapan. Pertama, tahapan pengumpulan bahan baku, yang digali dari berbagai sumber baik tertulis maupun tidak tertulis. Kedua, tahapan perumusan yang di dasarkan kepada peundang-undangan yang berlaku dan sumber hukum Islam alquran dan Sunah Rosul , khusus nya ayat dan teks yang berhubungan dengan substansi KHI. Tahapan pengumpumpulan bahan baku dalam 3 Harahap mengacu kepada pendapat Busthanul Arifin, ada “tiga pilar” soko-guru kekuasaan kehakiman dalam melaksanakan fungsi peradilan: adanya peradilan yang terorganisasikan berdasarkan kekuatan Undang-undang, adanya pelaksana dan adanya hukum sebagai rujukan.