ANALISIS KONFLIK DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASIONAL DEMOKRAT TANGGAMUS

Abstrak
Analisis Konflik Dewan Pimpinan Daerah Partai NasDem Tanggamus
Oleh:
Tetra Jumif Januarius

Konflik antara Hi. Zainuddin Hanafi Ketua DPD Partai NasDem dengan
Darwis Khair Ketua Dewan Pakar Daerah Partai NasDem menyebabkan terjadinya
perpecahan pengurus dan anggota DPD Partai NasDem Tanggamus yang terlibat
dalam konflik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktor yang terlibat konflik,
untuk mengetahui bentuk konflik, penyebab terjadinya konflik dan akibat yang
ditimbulkan oleh konflik internal Partai NasDem Tanggamus. Penelitian ini
menggunakan teori dari Fisher, Maurice Duverger, Ralf Dahrendorf. Penelitian ini
didasarkan pada penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Data primer
diperoleh dengan melakukan wawancara dengan informan yang dipandang
memahami masalah. Data skunder dikumpulkan melalui literatur-literatur dan artikel
yang relevan dengan penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konflik di Partai Nasdem Tanggamus
telah terjadi perbedaan pendapat antara Hi. Zainuddin Hanafi Ketua DPD Partai
NasDem dan Darwis Khair Ketua Dewan Pakar dalam hal menetapkan nomor urut
caleg. Konflik ini termasuk ke dalam konflik laten dan konflik permukaan karena
konflik ini masih bersifat tersembunyi dan perlu di angkat kepermukaan agar dapat

diatasi secara efektif serta diketahui oleh semua pengurus dan anggota DPD Partai
NasDem Tanggamus. Konflik Partai NasDem ini mempunyai dampak positif yaitu
penyusunan kembali struktur kepengurusan dan dampak negatif yaitu perpecahan
pengurus DPD Partai NasDem Tanggamus yang berdampak kepada struktur
kepengurusan DPD Partai NasDem Tanggamus.

Kata Kunci : Partai Nasdem, Konflik

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gisting Kecamatan Gisting Kabupaten
Tanggamus tepat pada hari Sabtu tanggal 12 Januari 1991. Putra
pertama dari dua bersaudara buah cinta pasangan Ayahanda Mif
Sulaiman dan Ibunda Jumiati. Lahir dari keluarga yang penuh
kesederhanaan, sosok Ayahanda yang banyak mengajarkan tentang arti kerja
keras dan tanggung jawab serta kehadiran ibunda yang banyak memberikan do’a
dan motivasinya.
Penulis mengawali pendidikan formal pada tingkat dasar di SD Negeri 3 Kuripan
dan selesai pada tahun 2003. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 1 Kota Agung dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 2006. Pada

tahun yang sama penulis melanjutkan ke jenjang menengah atas di SMA Negeri 1
Kota Agung. Selanjutnya, setelah menyelesaikan pendidikan di SMA, penulis
diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung pada tahun 2009.

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan sebuah karya sederhana ini teruntuk:

Ayahanda dan Ibunda Tercinta
Yang telah membesarkan, mendidik, serta memberikan kasih sayang
yang tak berujung, terima atas semua dukungan, do’a dan
pengorbanannya.

Adikku Mira Yulita Fatimah
Saudara serahim yang selalu penuh kasih dan cerita nyata,
alasan kenapa penulis terus bertahan dan berjuang selama ini.
Semoga kelak kita bisa menjadi putra-putrinya yang mebanggakan.

Para Pendidik dan Almamater Tercinta


MOTO
“Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang
sudah kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa
yang belum kita capai.”
(Schopenhauer)
"Bekerjalah bagaikan tak butuh uang.
Mencintailah bagaikan tak pernah disakiti.
Menarilah bagaikan tak seorang pun sedang
menonton."
(Mark Twain)
“Terus berusaha dan jangan pernah putus asa agar
semua cita-cita dapat terwujud yang dapat
membanggakan orang tua.”
(Penulis)

SANWACANA

Bismillahirahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT

karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi berjudul “Analisis Konflik Dewan Pimpinan Daerah Partai
Nasional Demokrat Tanggamus” ini merupakan syarat bagi penulis untuk
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Jurusan Ilmu Pemerintahan,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis sangat menyadari akan keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki. Data yang tersaji dalam karya tulis
ilmiah ini juga masih perlu digali dan dikaji lebih dalam serta dikonfirmasi lebih
ilmiah melalui teori yang ada. Tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini
mustahil akan terwujud dengan baik. Tidak terlewatkan, ungkapan penuh syukur
juga penulis haturkan kepada semua pihak yang turut berperan dalam
pembentukan pola pikir, pola sikap dan pola tindak penulis selama menimba ilmu
dijenjang pendidikan tinggi di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas
Lampung;
2. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan FISIP Universitas

Lampung;
3. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan;
4. Bapak Syafarudin, S.Sos, M.A., selaku Dosen Pembimbing Akademik. Terima
kasih atas bimbingan, nasihat, dan motivasinya kepada penulis hingga selesai
studi;
5. Ibu Dr. Ari Darmastuti, M.A., selaku dosen Pembimbing Utama. Terima kasih
sebesar-sebesarnya karena telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam
penyelesaian skripsi ini;
6. Bapak Syafarudin, S.Sos, M.A., selaku dosen Pembimbing Kedua. Terima
kasih atas saran, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis
dalam penyelesaian skripsi ini;
7. Bapak Drs. Hertanto, M.Si, Ph.D., selaku Dosen Penguji Utama. Terima kasih
atas saran dan kritik, serta masukan yang membangun terhadap skripsi ini agar
menjadi lebih baik;
8. Bapak dan Ibu Dosen Keluarga Besar di Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP
Unila. Terima kasih atas keikhlasannya menjadi perantara bagi penulis dalam
merengguh ilmu pengetahuan, mohon maaf apabila banyak hal yang kurang
berkenan;


9.

Seluruh staf Jurusan Ilmu Pemerintahan, Ibu Rianti, Mas Jum, Mas Daman,
Kyai-kyai Satpam serta staf FISIP Universitas Lampung yang tak dapat ditulis
satu per satu, terima kasih atas bantuannya;

10. Bapak Ir. Hi. Zainuddin Hanafi, selaku Ketua DPD Partai NasDem
Tanggamus. Terimakasih atas izin dan bantuan yang diberikan selama penulis
melakukan penelitian;
11. Pengurus dan anggota DPD Partai NasDem Tanggamus. Terimakasih atas
bantuan dan kesediaannya memberikan informasi selama penulis melakukan
penelitian;
12. Rekan-rekan satu angkatan di Jurusan Ilmu Pemerintahan, teruntuk mereka
yang pernah memiliki NPM. 0916021xxx. Tetap jaga silaturahmi dan
persaudaraan.
13. Erna Metaria, terimakasih atas perhatiannya serta motivasi yang diberikan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan
kalian. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kelangsungan proses
pembelajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat di Universitas Lampung.


Bandar Lampung, 22 Desember 2014
Penulis,

Tetra Jumif Januarius

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Halaman
i

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian


1
9
9
11

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Konflik
B. Tinjauan Tentang Pengurus Partai Politik
C. Konflik Internal Politik Dalam Partai Politik
D. Kerangka Pikir

12
24
34
37

III. METODE PENELITIAN
A.
B.

C.
D.
E.
F.
G.
H.

Jenis Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Fokus Penelitian
Jenis Data
Penentuan Informan
Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik Pengolahan Data
Tehnik Analisis Data

42
42
43
45

46
48
49
50

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Partai Nasdem
B. Gambaran Umum DPD Partai Nasdem Tanggamus
C. Prosedur, Tata Cara Penetapan Nomor Urut Caleg Partai NasDem
D. Aktor-Aktor Yang Terlibat Dalam Konflik DPD Partai NasDem
E. Bentuk Konflik
F. Penyebab Konflik Politik DPD Partai NasDem
G. Dampak Konflik Internal DPD Partai NasDem Tanggamus
H. Penilaian Atas Konflik DPD Partai NasDem Tanggamus

54
59
61
63
66

74
94
97

ii

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

100
103

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Partai politik merupakan sebuah organisasi masyarakat yang memiliki tujuan
untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan terhadap kedudukan di
pemerintahan dengan cara melakukan pemilihan umum agar tercapainya
sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh
anggota-anggota partai politik. Perjalanan partai politik di Indonesia sudah
bisa dibilang cukup lama karena dari zaman kolonial partai politik di
Indonesia sudah ada, namun partai politik pada saat itu belum bisa
menjalankan tujuan serta fungsinya dengan baik dan benar.

Partai-partai baru yang muncul, baik yang beraliran nasionalis maupun yang
beraliran agama. Menjelang pemilihan umum (pemilu) tahun 2014 percaturan
politik Indonesia kembali diramaikan dengan kehadiran partai baru peserta
pemilu tahun 2014 yaitu Partai Nasional Demokrat (NasDem). Partai
NasDem merupakan salah satu partai non-parlemen yang berhasil meloloskan
dirinya menjadi peserta pemilu tahun 2014. Berdirinya Partai NasDem tidak
bisa dilepaskan dengan Organisasi Masyarakat (Ormas) Nasional Demokrat
yang menjadi cikal bakal berdirinya Partai NasDem, hal ini mengingat
kesamaan antara lambang Partai NasDem dengan Ormas Nasional Demokrat,

2

kemudian dengan duduknya Surya Paloh Pendiri Ormas Nasional Demokrat
Sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Nasdem.

Tanggal 26 Juli 2011 muncul sebuah partai baru yang diisukan akan mampu
bersaing dengan partai politik yang sudah lama ada, partai politik ini ialah
Partai Nasional Demokrat (NasDem) yang baru diresmikan pada tanggal 26
Juli 2011 yang diresmikan di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara. Partai
NasDem ini di dukung oleh Surya Paloh yang merupakan pendiri organisasi
bernama sama yaitu Nasional Demokrat. Kehadiran Partai NasDem ini
semakin menambah jumlah partai politik di Indonesia. Pemilihan umum
(Pemilu) yang berikutnya diadakan pada tahun 2014 masih cukup lama
karena masih dua tahun lagi. Waktu dua tahun sangatlah singkat untuk
memperkuat partai politik agar dapat bertarung dalam pemilihan umum
(pemilu) 2014. Strategi NasDem dalam melakukan sosialisasi kepada
masyarakat Indonesia guna membangun pencitraan yang baik sesuai dengan
pencitraan yang selama ini diterapkan oleh organisasi masyarakat (ormas)
Nasional Demokrat. (AD/ART Partai NasDem)

Partai NasDem ini berdiri untuk merestorasi cita-cita Indonesia yang
memiliki tujuan untuk membangun Indonesia dalam hal kesejahteraan
berdasarkan prinsip demokrasi ekonomi, membangun negara hukum yang
berpegang teguh hak asasi manusia dan bangsa Indonesia yang mengakui
keberagaman sesuai prinsip negara Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika.
Partai NasDem juga perwujudan dari Nasionalisme kebangsaan, kedaulatan
nasional yang bertumpu pada masyarakat yang sejahtera, kekuatan

3

demokratik seluruh komponen bangsa, kemandirian ekonomi, dan negara
yang memiliki martabat dalam pergaulan internasional. (AD/ART Partai
NasDem).

Partai NasDem mempunyai sebuah struktur yang mempunyai tugas, pokok
dan fungsinya sebagai sebuah organisasi yang bergerak di bidang politik.
Struktur tersebut adalah terdiri dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP), Dewan
Pimpinan Wilayah (DPW) dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD), Dewan
Pimpinan Pusat (DPP) ini berada di lingkup pusat untuk mengorganisir semua
kader-kader partai NasDem yang ada di seluruh Indonesia, Dewan Pimpinan
Wilayah (DPW) adalah pimpinan partai yang berada di tingkat wilayah
provinsi untuk mengorganisir pimpinan daerah kabupaten atau kota yang ada
berada di bawahnya, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) adalah pimpinan partai
yang berada di tingkat kabupaten atau kota untuk menjalankan tugas pokok
dan fungsi dari partai NasDem untuk tingkat kabupaten atau kota. Satu tahun
Partai NasDem terbentuk sebagai partai baru telah melantik semua pengurus
seluruh Indonesia yang ada di bawah pengurus pusat. Kondisi yang stabil
dalam Partai NasDem tidak berlangsung lama, pasca penetapannya sebagai
peserta pemilu tahun 2014, Partai NasDem mengalami konflik internal politik
hal ini ditandai dengan mundurnya Harry Tanoesudibyo sebagai Ketua
Dewan Pakar Partai NasDem. Pengunduran diri ini secara resmi disampaikan
oleh Harry Tanoesudibyo saat menggelar konfrensi pers bersama sejumlah
pengurus DPP Partai NasDem lainnya yang ikut mengundurkan diri.

4

Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai NasDem Tanggamus mempunyai
Konflik internal politik antara Hi. Zainuddin Hanafi dan Darwis Khair
berawal saat Hi. Zainuddin Hanafi berencana menetapkan nomor urut caleg
bukan berdasarkan kader-kader partai yang didahulukan melainkan orang
lain. Darwis Khair menginginkan dalam penetapan nomor urut caleg yang
harus didahulukan ialah kader-kader partai terlebih dahulu, bukan orang lain
yang didahulukan oleh Ketua DPD Partai NasDem Tanggamus. Data ini
didapat berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis pada saat
melakukan kunjungan ke kantor DPD Partai NasDem Tanggamus pada hari
rabu 12 Juni 2013 pukul 09.00 WIB. Peneliti mengetahui bahwa telah terjadi
konflik internal Partai NasDem di Kabupaten Tanggamus yang dinyatakan
oleh Ketua DPD Partai NasDem Tanggamus Bapak Hi. Zainuddin Hanafi.

Peristiwa mundurnya Darwis Khair dari Partai NasDem dilatar belakangi oleh
adanya pembelahan dalam internal Partai NasDem (Faksionalisme Partai),
dimana Darwis Khair merupakan bagian dari faksi kader-kader partai muda,
sedangkan Hi. Zainuddin Hanafi memiliki faksi yang berlawanan dengan
Darwis Khair. Pasca pengunduran diri Darwis Khair konflik yang terjadi di
internal Partai NasDem Tanggamus bukan hanya pada tingkat Kabupaten tapi
juga sudah sampai pada tingkat Kecamatan. Contohnya saja pengunduran diri
yang dilakukan pengurus dan anggota DPC Kecamatan Kelumbayan Barat
Kabupaten Tanggamus. Konflik mundurnya Darwis Khair dari Partai
NasDem Tanggamus ini terjadi antara Hi. Zainuddin Hanafi selaku Ketua
DPD Partai NasDem Tanggamus dengan Darwis Khair yang menjabat
sebagai Ketua Dewan Pakar Daerah Partai NasDem Tanggamus.

5

Konflik yang terjadi di dalam organisasi Partai NasDem Tanggamus bisa
terbilang baru, itu semua karena Partai NasDem Tanggamus merupakan
partai baru yang seharusnya memberikan contoh yang baik kepada
masyarakatnya yang sesuai dengan mottonya yaitu gerakan perubahan.
Konflik ini terjadi dikarenakan Hi. Zainuddin Hanafi selaku ketua DPD Partai
NasDem Tanggamus ingin menetapkan nomor urut caleg secara sepihak
tanpa adanya musyawarah yang dilakukan dengan seluruh pengurus dan
anggota DPD Partai NasDem Tanggamus, selain itu Darwis Khair
menganggap Hi. Zainuddin Hanafi tidak bersikap demokrasi di karenakan
membuat keputusan untuk menetapkan nomor urut caleg partai hanyalah
sepihak tidak melalui musyawarah daerah (musda). Hal inilah yang membuat
Darwis Khair memilih keputusan untuk mundur dari Partai NasDem
Tanggamus karena Darwis Khair mengatakan bahwa hampir 70% anggotanya
adalah kaum muda yang seharusnya memberikan contoh yang baik serta
harus lebih mementingkan kader-kader partai dahulu dari pada orang lain.

Pengurus dan anggota Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai NasDem
Tanggamus khususnya yang terkena dampak dari konflik mundurnya Darwis
Khair dari Partai NasDem, sehingga di dalam organisasi Dewan Pimpinan
Daerah (DPD) Partai NasDem Tanggamus menimbulkan pernyataanpernyataan dari pengurus dan anggota partai. Pernyataan-pernyataan yang
timbul ialah Hi. Zainuddin Hanafi tidak salah dikarenakan sudah melakukan
musyawarah daerah secara tertutup serta dihadiri oleh seluruh pengurus partai
dari tingkat keccamatan sampai ketingkat ranting, ada juga yang membuat

6

pernyataan bahwa Darwis Khair mundur dari Partai NasDem Tanggamus itu
bagus karena persaingan di dalam partai tersebut sudah tidak baik lagi.

Konflik internal yang terjadi di dalam organisasi Partai NasDem Tanggamus
membuat pandangan pengurus dan anggota Partai NasDem Tanggamus
menjadi tidak baik karena pengurus dan anggota mempunyai pandangan
bahwa persaingan didalam organisasi partai tersebut sudah tidak jujur, karena
perseturuan antara Hi. Zainuddin Hanafi selaku Ketua DPD Partai NasDem
Tanggamus dengan. Darwis Khair yang menjabat sebagai Ketua Dewan
Pakar DPD Partai NasDem Tanggamus membuat para pengurus dan anggota
partai harus percaya kepada siapa serta harus mendukung yang mana.
Perkembangan yang terjadi di masyarakat banyak menimbulkan pendapatpendapat masyarakat yang kurang baik karena masyarakat memiliki
pandangan bahwa partai ini partai baru yang seharusnya memberikan contoh
yang baik kepada masyarakat tetapi malah meberikan contoh yang tidak baik
karena belum mulai pemilihan umum (pemilu) sudah memiliki konflik
internal partai yang terjadi antara Ketua DPD Partai NasDem Tanggamus
dengan Ketua Dewan Pakar DPD Partai NasDem Tanggamus.

Konflik internal partai politik Nasional Demokrat (NasDem) yang terjadi
antara elit-elit politik di DPD Partai NasDem Tanggamus membuat para
pengurus dan anggota Partai NasDem Tanggamus banyak yang mundur dari
keanggotaan Partai NasDem Tanggamus mengikuti Darwis Khair yang
mengambil keputusan untuk mundur dari Partai NasDem Tanggamus, selain
itu pengurus dan anggota Partai NasDem Tanggamus yang mundur bukan

7

hanya karena Darwis Khair mundur akan tetapi mereka merasa bahwa
persaingan yang ada di pengurus DPD Partai NasDem Tanggamus sudah
tidak sehat lagi. Penulis tertarik untuk meneliti konflik internal Partai
NasDem Tanggamus, karena konflik yang terjadi di DPD Partai NasDem
Tanggamus merupakan konflik yang pertama pasca penetapan partai politik
yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), selain itu juga peneliti
ingin mengetahui seberapa besar pengaruh Darwis Khair kepada pengurus
dan anggota DPD Partai NasDem Tanggamus, sehingga pengurus dan
anggota Partai NasDem Tanggamus ada yang mengikuti keputusannya untuk
mundur dari Partai NasDem khususnya yang terjadi di daerah kabupaten
Tanggamus.

Melihat kehidupan demokrasi di Indonesia, tampak ketidakjelasan arah
demokrasi yang selalu didengungkan terutama sejak dimulainya masa
reformasi 1998. Banyak mahasiswa yang dulunya aktivis masuk ke dalam
partai politik, dan semakin nyaman ketika mereka duduk di kursi legislatif
dan

menempati

posisi

strategis

di

lingkungan

eksekutif.

Warna

penyeimbangan kekuasaan pemerintah hanya tampak dari partai politik yang
terang-terangan menyebut mereka sebagai partai oposisi, ruang-ruang kritik
untuk menyampaikan aspirasi hanya didengar jika berada di suatu
kelembagaan partai politik. Semua yang tampak kini adalah proses
memainkan peran masing-masing dari semua partai politik yang ada di
Indonesia. Partai penguasa sibuk melakukan bersih-bersih, sebelumnya
banyak kadernya tersandung kasus korupsi termasuk dugaan keterlibatan
ketua umumnya dalam skandal Hambalang, munculnya faksi di internal

8

Partai Demokrat hingga mengarah kepada konflik pro kontra. Kemerosotan
partai demokrat makin menjadi-jadi saat hasil survei Saiful Mujani Research
and Consulting (SMRC) menunjukkan perolehan dukungan demokrat sebesar
8,3 persen. Hal tersebut membuat pendiri Partai Demokrat, pembina partai
sekaligus presiden republik ini turun tangan menangani kisruh di internal
partainya. (http://politik.kompasiana.com)

Beda partai beda peran yang sedang dimainkannya sekarang, dua partai yang
juga ikut mewarnai kehidupan demokrasi Indonesia yakni Partai Hanura dan
Nasdem. Setelah kemunduran Hary Tanoesudibyo sebagai kader Nasdem
sekaligus meninggalkan jabatan Dewan Pakar partai Nasdem, belum lama ini
pengusaha media MNC Grup tersebut menyatakan diri sebagai anggota Partai
Hanura yang dibesarkan oleh Wiranto. Masuk sebagai anggota baru sudah
pasti jabatan strategis sudah disiapkan untuk dijabatnya di Hanura, Hary
Tanoesudibyo menjabat sebagai Dewan Pertimbangan Partai Hanura.
Kepindahannya tersebut diklaim telah diikuti oleh ribuan mantan anggota
Partai Nasdem di daerah untuk pindah ke Partai Hanura. Kepindahan para
mantan petinggi Partai Nasdem dan organisasi sayapnya diakui oleh mereka
sebagai bentuk kekecewaan kepada tokoh utama Partai Nasdem Surya Paloh
yang tidak mencerminkan wujud demokrasi yang sebenarnya, Surya Paloh
secara sepihak menjabat Ketua umum Partai Nasdem dan sebelumnya dia
adalah Ketua umum Ormas Nasdem. Sudah pasti dua partai itu akan
melanjutkan perannya masing-masing dihadapan publik, apalagi di dalam
partainya masing-masing terdapat pimpinan media yang menguasai
pemberitaan dan informasi di Indonesia. (http://politik.kompasiana.com)

9

Skripsi ini akan mengulas tentang Analisis konflik di DPD Partai NasDem
Tanggamus. Skripsi ini penting untuk diteliti karena konflik yang terjadi di
DPD Partai NasDem Tanggamus merupakan konflik yang pertama kali,
konflik ini disebabkan karena adanya perbedaan pendapat antara pimpinan
DPD Partai NasDem Tanggamus yang tidak diketahui oleh semua pengurus
dan anggota DPD Partai NasDem. Konflik ini juga penting untuk diketahui
agar semua pengurus dan anggota dapat mengetahui konflik yang terjadi di
DPD Partai NasDem Tanggamus sehingga dapat terjadinya musyawarah antar
pimpinan DPD Partai NasDem yang terlibat konflik dengan pengurus dan
anggota DPD Partai NasDem Tanggamus yang belum mengetahui telah
terjadi konflik di DPD Partai NasDem Tanggamus. Makna partai politik
penting untuk kita ketahui ialah sebagai sebuah wadah atau tempat bagi para
calon pemimpin bangsa yang akan memimpin bangsa ini serta membela
rakyatnya, selain itu juga partai politik mempunyai sikap politik yang harus
sesuai dengan kebutuhan bangsa dan seluruh masyarakatnya.

10

B. Rumusan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah yang akan di teliti mengenai Analisis
Konflik di DPD Partai NasDem Tanggamus maka penulis membatasinya
pada persoalan sebagai berikut:
1. Siapa saja aktor-aktor yang terlibat dalam konflik di DPD Partai
NasDem Tanggamus?
2. Apa bentuk konflik yang terjadi di DPD Partai NasDem Tanggamus?
3. Apa yang menyebabkan terjadinya konflik internal di DPD Partai
NasDem Tanggamus?
4. Apa dampak yang ditimbulkan oleh konflik internal DPD Partai
NasDem Tanggamus?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka secara umum peneliti bertujuan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis Konflik di DPD Partai NasDem
Tanggamus, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui aktor-aktor yang terlibat dalam konflik di DPD
Partai NasDem Tanggamus.
2. Untuk mengetahui bentuk konflik yang terjadi di DPD Partai NasDem
Tanggamus.
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya konflik internal di DPD Partai
NasDem Tanggamus.
4. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh konflik internal DPD
Partai NasDem Tanggamus.

11

D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Secara Akademis
Secara akademis, hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi bagi
mahasiswa yang penelitiannya mengenai konflik internal partai atau
sejenisnya, khususnya yang berkaitan dengan Analisis Konflik di DPD
Partai NasDem Tanggamus.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sabagai bahan referensi
dan evaluasi untuk dapat memberi masukan bagi pengurus dan anggota
Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai NasDem Tanggamus agar dapat
memperkuat hubungan pengurus dan anggota Partai NasDem Tanggamus
menjadi lebih baik.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Konflik
Konflik adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana seseorang individu atau
kelompok dalam mencapai tujuan maka individu atau kelompok akan
mengalami kehancuran, sedang yang lain menilai bahwa konflik merupakan
sebuah proses sosial dimana individu-individu atau kelompok individu
berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan
ancaman atau kekerasan. (Slamet Santosa, 1999: 32).

(Ralf Dahrendorf, 1999: 20) berpendapat bahwa konflik terjadi dalam
masyarakat karena adanya distribusi kewenangan yang merata sehingga
bertambah kewenangan pada suatu pihak serta akan dengan sendirinya
mengurangi kewenangan pihak lain. Oleh karena itu para penganut teori
konflik ini berkeyakinan bahwa konflik merupakan gejala serba hadir, gejala
yang melekat pada masyarakat itu sendiri, karena ia melekat pada masyarakat
itu sendiri, maka konflik tidak akan dapat dilenyapkan, yang dilakukan oleh
manusia anggota masyarakat adalah mengatur konflik itu agar konflik yang
terjadi antar kekuatan sosial dan politik tidak berlangsung secara kekerasan.

13

(Coser, 1985: 211) Konflik adalah “perselisihan mengenai nilai-nilai atau
tuntutan-tuntutan mengenai berkenaan dengan status, kuasa, sumber-sumber
kekayaan yang persediaannya tidak mencukupi, dimana pihak-pihak yang
berselisih tidak hanya bermaksud memperoleh barang yang diinginkan
melainkan juga memojokkan, merugikan atau bahkan menghancurkan pihak
lawan”. Perselisihan atau konflik dapat berlangsung antar individu-individu,
kumpulan-kumpulan atau antar individu dengan kumpulan. Bagaimanapun
konflik baik yang bersifat antara kelompok maupun intra kelompok, selalu
ada ditempat hidup orang bersama. Konflik disebut unsur interaksi yang
penting, dan tidak sama sekali tidak boleh dikatakan selalu tidak baik atau
memecah belah dan merusak, justru konflik dapat menyumbangkan banyak
pada kelestarian kelompok dan memepererat hubungan antar anggotanya.

Konflik dapat berlangsung pada setiap tingkat dalam struktur organisasi dan
ditengah masyarakat karena memperbutkan sumber yang sama, baik
mengenai kekuasaan, kekayaan, kesempatan atau kehormatan, boleh jadi
muncul disharmonisasi, disintegrasi dan disorganisasi masyarakat yang
mengandung banyak konflik baik tertutup maupun terbuka. Pada masyarakat
yang telah memiliki konsensus dasar, tujuan negara dan mekanisme
pengaturan konflik tidak akan berujung pada kekerasan tetapi masih dalam
batas yang wajar seperti unjuk rasa, pemogokan, pengajuan petisi dan
polemik melalui media massa ataupun perdebatan melalui forum-forum
tertentu.

14

Setiap sistem politik terutama sistem politik demokrasi penuh kompetisi dan
sangat dimungkinkan adanya perbedaan kepentingan, rivalitas dan konflikkonflik. Realitas sosial yang terjadi ditengah masyarakat modern karena
masing-masing

mempunyai

interest,

tujuan

yang

mungkin

saling

bertentangan. Konflik dalam ilmu politik sering diterjemahkan sebagai
oposisi, interaksi yang antagonistis atau pertentangan, benturan antar macammacam paham, perselisihan kurang mufakat, pergesekan, perkelahian,
perlawanan dengan senjata dan perang. (Rahman Arifin, 2002: 184).

Paul Conn mendefinisikan konflik sebagai bentuk disfungsional dimana
aktor-aktor yang terlibat dalam perebutan kekuasaan berusaha saling
menghancurkan. Konflik yang dibahasakan oleh Conn ini lebih populer
dengan sebutan zero sum conflict dalam bukunya Ramlan Surbakti
memahami ilmu politik (Ramlan Surbakti, 1992: 154), jadi yang dimaksud
dengan konflik adalah proses pertikaian yang terjadi sedangkan peristiwa
yang berupa gejolak dan sejenisnya adalah salah satu manifestasinya.
asumsinya bahwa ada dua pihak atau lebih yang tujuan atau kepentingannya
tidak saling menunjang, dimana sumberdaya dana, daya reputasi, kekuasaan,
dan lain-lain, tersedia terbatas dalam kehidupan dan organisasi. Setiap orang,
kelompok atau setiap unit dalam organisasi akan berusaha memperoleh
sumberdaya tersebut secukupnya dan kelangkaan tersebut akan mendorong
prilaku yang bersifat menghalangi oleh setiap pihak yang punya kepentingan
yang sama.

15

Konflik sangat sering didengar, mulai dari level yang sangat sempit yaitu
konflik keluarga sampai dengan level yang sangat luas seperti konflik antar
negara atau konflik internasional, jadi dapat dikatakan bahwa konflik
merupakan bagian dari hidup manusia. Sebagai mahluk sosial, manusia
setidaknya pernah mengalami konflik dalam hubungan sosial dengan manusia
lain.

Konflik berasal dari bahasa Yunani konfigere yang berarti memukul dan dari
bahasa Inggris conflict yang berarti pertentangan. Konflik memiliki dimensi
pengertian yang sangat luas, baik dari sisi ilmu sosiologi, antropologi,
komunikasi maupun manajemen. Para ahli dari berbagai latar belakang
keilmuan mendefinisikan konflik sebagai berikut:
1. Konflik adalah pertentangan antara banyak kepentingan, nilai, tindakan
atau arah serta merupakan bagian yang menyatu sejak kehidupan ada.
Karenanya konflik merupakan sesuatu yang tidak terelakkan yang dapat
bersifat positif atau bersifat negatif (Johnson dan Dunker (1993) dalam
Mitchell et al, 2000);
2. Konflik merupakan hubungan antara dua pihak atau lebih individu atau
kelompok, yang memiliki atau merasa memiliki sasaran-sasaran yang tidak
sejalan (Fisher, 2001);
3. Konflik merupakan suatu hubungan yang melibatkan dua pihak atau lebih
yang memiliki atau merasa memiliki kepentingan, tujuan yang
bertentangan(Angel dan Korf, 2005);

16

4. Konflik ialah proses pertentangan yang diekspresikan diantara dua pihak
atau lebih yang saling tergantung mengenai suatu obyek konflik,
menggunakan pola perilaku dan interaksi yang menghasilkan keluaran
konflik (Wirawan, 2010).
Negara yang demokratis keberadaan konflik merupakan hal yang lazim,
hanya saja tergantung pada kadar konflik tersebut. (Alfian, 1986: 59)
menjelaskan bahwa konsep konflik mengandung pengertian yang melanggar
oleh karena itu perbedaan kepentingan, pendapat atau ide dapat dikategorikan
sebagai konflik walaupun dengan kadar yang rendah, bila perbedaan
kepentingan dan ide tersebut menjelma menjadi pertentangan kepentingan
maka kadar konfliknya lebih tinggi.

(Eef Saefullah Fatah, 1994: 46, 47) menjelaskan konflik sebagai suatu bentuk
perbedaan dan pertentangan ide, pendapat, paham dan kepentingan diantara
dua belah pihak atau lebih pertentanganini dapat berbentuk fisik atau non
fisik. Pertentangan akan menjadi konflik ketika bersifat langsung yang
ditandai oleh interaksi timbal balik antara pihak yang bertentangan.
Pertentangan tersebut dilakukan berdasarkan kesadaran bahwa pada dasarnya
mereka memiliki perbedaan. Secara umum konflik dapat diartika sebagai
adanya perbedaan kepentingan, ideologi, pertentangan ide, pendapat, paham,
visi, atau ketidak sepakatan antara individu dan kelompok dalam suatu
masyarakat yang saling bertentangan dan mengambil langkah yang
menguntungkan baginya.

17

Istilah konflik dalam ilmu politik sering kali diartikan dengan kekerasan,
seperti kerusuhan, terorisme dan revolusi. (Ramlan Surbakti, 1992: 149)
dikatakan, “konflik mengandung pengertian benturan, seperti perbedaan
pendapat persaingan dan pertentangan antara individu dengan individu,
kelompok dengan kelompok dan antara individu dengan kelompok dengan
pemerintah”. Konflik politik yang berkaitan dengan permasalahan mengenai
konflik yang terjadi didalam organisasi politik atau partai politik, merupakan
suatu pertentangan yang terjadi didalam individu dengan individu, atau
individu dengan kelompok yang bertujuan untuk mencapai ambisi dan tujuan
bersama melalui berbagai macam cara yang ditempuh. Politik selalu
menyangkut tujuan dari seluruh masyarakat dan bukan tujuan dari peribadi
seseorang, meskipun politik juga menyangkut kegiatan berbagai kelompok
termasuk kegiatan partai politik dan kegiatan individu.

Empat hal yang berkaitan dengan konflik kepentingan yaitu:
1.

Realitas, disini menunjukkan bahwa walaupun mereka telah mengajukan
surat lamaran dan mengikuti test seleksi, bukan berarti mereka punya hak
untuk menduduki jabatan yang ditawarkan. Mereka mempatkan diri
sebagai bagian dari proses yang disiapkan untuk memperoleh seseorang
yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Hak adalah semu bila
berkaitan dengan adanya pilihan berbagfai kemungkinan,

18

2. Konteks, lebih menekankan pada adanya sebuah peluang dalam kompetisi
nyata. Berbagai orang dengan latarbelakang berbeda melamar sebuah
pekerjaan yang berkaitan dengan keuntungan. Memperoleh penghasilan,
jaminan hidup dan status sosial yang lebih tinggi dari keberadaannya saat
sebelum melamar,

3. Tanggungjawab, menekankan hal yang lebih luas dari dua hal
sebelumnya.Disini seorang pelamar bukan berdiri sendiri dengan
kepentingannya. Diantara berbagai kepentingan, dia dihadapkan pada
kenyataan bahwa bukan keuntungan dengan mendapatkan penghasilan,
jaminan hidup dan status sosial saja yang melatarbelakangi tetapi
keberadaannya dalam komunitas pekerjaan itu sendiri yang harus
dikedepankan. Apakah seseorang layak diterima apabila kompetensi yang
dimilikinya jauh dari ukuran kompetensi yang diharapkan bagi seseorang
yang akan menduduki pisisi tertentu,

4. Usaha, lepas dari konflik kepentingan maka keberadaan seseorang dalam
sebuah kompetensi hanyalah bagian dari sekian banyak proses struktural
dan persyaratan administrative

Konflik yang menyebabkan timbulnya suatu konflik baik secara internal
didalam partai maupun secara eksternal terhadap partai lain untuk melakukan
bergaining, namun dalam kaitanya dengan penelitian ini konflik partai politik
secara internal yang terjadi antara Hi. Zainuddin Hanafi selaku Ketua DPD
Partai NasDem Tanggamus dengan Darwis Khair selaku Ketua Dewan Pakar

19

Daerah Partai NasDem Tanggamus yang berpengaruh terhadap seluruh
pengurus DPC Partai NasDem Tanggamus.

Peneliti dapat menyimpulkan dari uraian diatas, konflik atau perselisihan
merupakan kondisi dimana adanya ketidaksepakatan atau perbedaan antara
dua orang atau lebih baik antarindividu, individu dengan kelompok, maupun
individu dengan organisasi itu sendiri mengenai kepentingan, aktivitas dan
tujuan yang hendak dicapai dalam suatu hubungan kerja sama, ini terjadi di
dalam internal Partai NasDem antara masing-masing elit politik yang
memiliki kepentingan, aktivitas dan tujuan pribadinya untuk mencapai
jabatan Ketua Umum Partai NasDem.

a. Bentuk Konflik
Menurut teori (Fisher, 1964: 55) Pola konflik dibagi ke dalam tiga bentuk :
1. Konflik laten yaitu konflik yang sifatnya tersembunyi dan perlu diangkat
kepermukaan sehingga dapat ditangani secara efektif.
2. Konflik manifest atau terbuka yaitu konflik yang berakar dalam dan
sangat nyata, dan memerlukan bebagai tindakan untuk mengatasi akar
penyebab dan berbagai macam efeknya.
3. Konflik permukaan memiliki akar yang dangkal atau tidak berakar dan
muncul hanya karena salah paham mengenai sesuatu yang dapat diatasi
dengan menggunakan komunikasi.

20

Menurut (Maurice Duverger, 1988: 47), ada tiga bentuk konflik yang
berkaitan dengan kekuasaan atau politik antara lain:
1. Konflik yang sama sekali tidak mempunyai dasar prisipil, bentuk konflik

ini berhubungan langsung dengan masalah praktis bukan dengan masalah
ideologi yang dilakukan baik oleh individu maupun golongan atau
kelompok.
2. Konflik yang lebih menitik beratkan kepada perbedaan pandangan baik

individual maupun kelompok yang menyangkut dengan masalah partai
politik atau yang berhubungan dengan kepentingan partai politik,
masyarakat yang dianggap mewakili rakyat.
3. Konflik yang menitik beratkan kepada permasalahan perbedaan ideologi,

masing-masing memperjuangkan ideologi partainya yang semuanya
merasa benar.

Menurut (Coser, 2009: 54), ada dua bentuk dasar konflik yaitu konflik
realistis dan konflik non-realistis. Konflik realistis adalah konflik yang
mempunyai sumber konkrit atau bersifat material, seperti perebutan wilayah
atau kekuasaan, dan konflik ini bisa teratasi kalau diperoleh dengan merebut
tanpa perkelahian dan pertikaian. Konflik non-realistis adalah konflik yang
didorong oleh keinginan yang tidak rasional dan cenderung bersifat ideologis,
seperti konflik antar agama dan organisasi-organisasi masyarakat, dan konflik
non-realistis adalah satu cara mempertegas atau menurunkan ketegangan
suatu kelompok.

21

Konflik di DPD Partai NasDem Tanggamus yang ditandai dengan terjadinya
perbedaan pandangan antara Hi. Zainuddin Hanafi dengan Darwis Khair
termasuk kedalam konflik yang dikemukakan oleh Fisher yaitu konflik
permukaan karena Hi. Zainuddin Hanafi dengan Darwis Khair secara
personal berbeda pemikiran politik. Perbedaan pemikiran, pendapat dan
pilihan inilah yang dikategorikan sebagai konflik yang dikenal dengan istilah
konflik permukaan, karena konflik ini yang tahu adalah masing-masing
pribadi dan tidak terlihat secara kasat mata karena tidak menggunakan bendabenda fisik.

b.Penyebab Konflik
(Maswadi Rauf, 2001: 49), mengemukakan bahwa konflik terjadi karena
adannya keinginan manusia untuk menguasasi sumber-sumber posisi yang
langkah (resource and position scarity). Konflik terjadi karena adanya
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anggota-anggota masyarakat untuk
memperebutkan barang-barang pemenuh kebutuhan yang terbatas. Sama
halnya dengan sumber-sumber posisi atau kedudukan atau jabatan juga
langkah dalam masyarakat. Kedudukan sebagai penguasa negara, merupakan
bahan rebutan diantara anggota-anggota masyarakat yang menghasilkan
konflik.

Sumber konflik menurut (Suporahardjo, 2000) adalah adanya perbedaan dan
perbedaan tersebut bersifat mutlak yang artinya secara obyektif memang
berbeda. Perbedaan tersebut dapat terjadi pada tataran antara lain perbedaan
persepsi, perbedaan pengetahuan, perbedaan tata nilai, perbedaan kepentingan

22

dan perbedaan pengakuan hak kepemilikan (klaim). (Fisher et.al, 2001)
menyebutkan penyebab konflik adalah isu-isu utama yang muncul pada
waktu menganalisis konflik, yaitu isu kekuasaan, budaya, identitas, gender,
dan hak. Isu-isu ini muncul ketika mengamati interaksi antar pihak yang
bertikai, yang pada satu kesempatan tertentu akan menjadi latar belakang
konflik serta berperan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi secara diamdiam. Menurut (Wirawan, 2010) konflik dapat terjadi karena keterbatasan
sumber, tujuan yang berbeda, komunikasi yang tidak baik, keragaman sosial,
perlakuan yang tidak manusiawi, sebagaimana nampak pada diagram berikut
ini:

Perlakuan Tidak
Manusiawi

Keterbatasan
Sumber

Komunikasi
Yang Tidak Baik

Tujuan Yang
Berbeda

Interdependensi
Tugas

Sumber
Konflik
Keragaman
Sistem Sosial

Sistem Imbalan
Yang Tidak Layak

Pribadi Orang

Ambiguitas
Yurisdikasi

Deferensiasi
Organisasi

23

Menurut (Maurice Duverger, 1988: 49,50), penyebab terjadinya konflik yaitu:
1. Sebab-sebab individual. Sebab-sebab individual seperti kecendrungan
berkompetisi atau selalu tidak puas terhadap pekerjaan orang lain dapat
menyebabkan orang yang mempunyai ciri-ciri seperti ini selalu terlibat
dalam konflik dengan orang lain dimanapun berada.
2. Sebab-sebab kolektif, yaitu penyebab konflik yang terbentuk oleh
kelompok sebagai hasil dari interaksi sosial antara anggota-anggota
kelompok. Penyebab konflik ini dihasilkan oleh adanya tantangan dan
masalah yang berasal dari luar yang dianggap mengancam kelompoknya.

Penyebab terjadinya konflik di DPD Partai NasDem Tanggamus jika dilihat
dari penyebab individual yaitu adanya perbedaan pandangan dalam penentuan
nomor urut caleg Partai NasDem Tanggamus dan perbedaan kepentingan
antar pengurus DPD Partai NasDem Tanggamus, sedangkan dilihat dari sebab
kolektif yaitu adanya faksi-faksi ditubuh Partai NasDem Tanggamus.

c. Dampak Konflik
Menurut (Fisher, 1964: 60), suatu konflik tidak selalu berdampak negatif, tapi
ada kalanya konflik juga memiliki dampak positif. Dampak positif dari suatu
konflik yaitu:
1. Konflik dapat memperjelas berbagai aspek kehidupan yang masih belum
tuntas.
2. Adanya konflik menimbulkan penyesuaian kembali norma-norma dan
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

24

3. Konflik dapat meningkatkan solidaritas diantara anggota kelompok.
4. Konflik dapat mengurangi rasa ketergantungan terhadap individu atau
kelompok.
5. Konflik juga dapat memunculkan kompromi baru.

Dampak negatif dari suatu konflik yaitu sebagai berikut:
1. Pertama, keretakan hubungan antar individu dan persatuan kelompok.
2.

Kedua, kerusakan harta benda bahkan dalam tingkatan konflik yang lebih
tinggi dapat mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang.

3. Ketiga, berubahnya kepribadian para individu atau anggota kelompok.

Keempat, munculnya dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang
kalah.

Konflik di DPD Partai NasDem Tanggamus yang terjadi pasca penetapan
Partai NasDem Tanggamus sebagai peserta pemilu tahun 2014 jelas
menimbulkan dampak bagi Partai NasDem Tanggamus, munculnya dampak
positif dan dampak negatif yang berkembang di pengurus dan anggota DPD
Partai NasDem Tanggamus.

B. Tinjauan Tentang Pengurus Partai Politik
a. Pengurus
Menurut kamus besar bahasa indonesia, pengurus adalah orang-orang yang
mengurus

atau sekelompok orang yang mengurus dan memimpin

perkumpulan atau partai dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1990:997), jadi dapat diartikan pengurus partai politik adalah sekelompok
orang yang mengurus dan memimpin perkumpulan, organisasi atau partai

25

yang memiliki kedudukan tertentu baik secara formal maupun informal dan
mengatur tentang suatu urusan atau hal yang berkaitan dengan organisasi atau
partainya dan bertanggung jawab mengenai hal itu.

Penelitian ini yang dimaksud pengurus partai, yaitu orang-orang yang
mempunyai

kedudukan

baik

formal

maupun

informal

dan

dapat

mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang dihasilkan dan dijalankan oleh
partai.

b. Partai Politik
Partai politik dapat berarti organisasi yang mempunyai basis ideologi yang
jelas. Setiap anggotanya mempunyai pandangan yang sama dan bertujuan
untuk merebut kekuasaan atau mempengaruhi kebijaksanaan negara baik
secara langsung maupun tidak langsung, karena itu partai politik selalu ikut
pada sebuah mekanisme pemilihan umum untuk bersaing secara kompetitif
guna mendapatkan dukungan rakyat.
Menurut (P.K Poerwantana, 1994: 6) “Partai politik adalah perkumpulan
sekelompok orang yang seasas, sehaluan, setujuan terutama dalam bidang
politik, baik yang berdasarkan partai kader atau struktur kepartaian yang
dimonopoli oleh sekelompok anggota partai yang terkemuka maupun yang
berdasarkan partai massa”.
Menurut (Miriam Budiardjo, 2008: 403) “partai politik adalah suatu
kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai, dan cita-cita yang sama serta memiliki tujuan untuk memperoleh

26

kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional
untuk melaksanakan programnya”.
Menurut (Carl J. Friedrich, (Miriam Budiardjo, 2008: 404)) “partai politik
adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan
merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi
pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada
anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil”.

Berbeda halnya dengan pendapat (Sigmund Neumann, (Miriam Budiardjo,
2008: 404)) partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang
berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan
rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan
lain yang mempunyai pandangan yang berbeda. Pendapat Sigmund Neumann
tersebut, menekankan bahwa partai politik merupakan tempat berkumpulnya
aktivis politik dan terdapat persaingan antar golongan yang memiliki
pandangan yang berbeda untuk menguasai pemerintahan.

Menurut (Robert Michael, 1984: 24) ada cara yang perlu dilakukan oleh
partai untuk melembagakan dirinya agar tumbuh dan berkembang sesuai
dengan peran dan fungsinya yang sejatinya. Sedikitnya terdapat tiga bidang
yang perlu diperhitungkan manakala pelembagaan pengembangan partai
politik hendaknya dikedepankan, yaitu:
1. Keutuhan internal. Suatu keutuhan internal partai dapat dilihat dari ada
tidaknya pembelahan dalam partai (faksionalisme internal), adanya dialog
dalam partai memang prasyarat penting bagi tumbuhnya wacana yang

27

sehat, namun tumbuhnya perdebatan bahkan lahirnya faksionalisme
dalam partai akan dapat merugikan pengembangan partai politik
kedepannya.
2. Ketangguhan organisasi. Partai politik memiliki tujuan dan kepentingan
untuk meraih konstituen guna pembangunan legitimasi dirinya, tujuan
tersebut dapat tercapai apabila partai politik berhasil menyebarkan sumber
daya-sumber daya ke level-level yang lebih rendah dari tingkat pusat atau
nasional.
3. Identitas politik partai. Identitas partai menjadi penting ketika ia berupaya
mengejar jabatan di pemerintahan, karena itu gagasan yang jelas dan
konstruktif, prinsip-prinsip yang berorientasi publik, pelibatan anggota
partai, serta program-program yang matang menjadi citra yang perlu
dibangun dalam menkonstruksi identitas partai yang kuat.

Partai politik berbeda dengan kelompok penekan atau istilah yang lebih
banyak dipakai dewasa ini adalah kelompok kepentingan menurut (Miriam
Budiardjo, 2008: 404) kelompok ini bertujuan untuk memperjuangkan suatu
kepentingan dan mempengaruhi lembaga-lembaga politik agar mendapatkan
keputusan yang menguntungkan atau menghindarkan keputusan yang
merugikan.

Partai politik merupakan suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok
ini ingin memperoleh kekuasaan politik dan kedudukan politik dengan cara
konstitusional untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang tertuang dalam

28

partai politik. Menurut (Ichlasul Amal, 1998: 11) “partai politik merupakan
suatu keharusan dalam kehidupan politik yang modern dan demokratis. Partai
politik secara ideal dimaksudkan untuk mengaktifkan dan memobilisasi
rakyat, mewakili kepentingan tertentu, memberikan jalan kompromi bagi
pendapat

yang saling

bersaing,

serta

menyediakan

sarana

suksesi

kepemimpinan secara absah atau legitimate dan damai”.

Berdasarkan definisi tersebut di atas walaupun sepintas tampak berbeda
antara yang satu dengan yang lainnya, namun secara umum partai politik
dapat diartikan sebagai kelompok orang dalam satu usaha bersama untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu dan biasanya melalui suatu mekanisme
politik yang disebut pemilu, hal tersebutlah yang membedakan partai politik
dengan kelompok kepentingan lainnya. Partai politik selalu memperjuangkan
suatu kepentingan dalam skala yang luas melalui mekanisme pemilu,
sedangkan kelompok kepentingan atau kelompok penekan yang lainnya
seperti kelompok profesi, kelompok adat, organisasi kemasyarakatan hanya
mengejar kepentingan-kepentingan sesaat dalam lingkup yang lebih kecil
serta melewati mekanisme politik formal seperti pemilu.

c. Fungsi Partai Politik
Fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan
guna menjadikan program-program yang disusun berdasarkan ideologi
tertentu. Cara yang digunakan oleh suatu partai politik dalam sistem politik
demokrasi untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan ialah ikut
serta dalam pemilihan umum (pemilu). Perubahan partisan adalah untuk

29

mempertimbangkan fungsi bahwa partai tampil di setiap demokrasi. Fungsi
tersebut mengartikan partai-partai politik dalam suatu masyarakat demokratis
yang mengesankan dan beragam.

(Miriam Budiarjo, 2008: 163-164) mengemukakan fungsi dari partai politik
ialah:
1. Partai sebagai sarana sosialisasi politik
Didalam ilmu politik, sosialisasi politik diartikan sebagai melalui mana
seseorang memperoleh pemahaman dan sikap serta orientasi terhadap
fenomena politik yang terjadi dimana ia berasal. Proses ini biasanya
berjalan secara berangsur-angsur. Pada partai politik, peran sebagai
salah satu alat sosialisasi politik dijalankan dengan melalui ceramahceramah, kursus-kursus, ataupun penataran-penataran bagi pengikut
atau kader dari partai politik tertentu.
2. Partai sebagai sarana rekrutmen politik
Rekrutmen politik adalah proses mencari atau mengajak seseorang yang
turut aktif dalam kegiatan politik dan menjadi anggota partai. Dalam hal
ini partai politik turut memperluas partisipasi politik masyarakat dengan
mengajak seseorang yang dianggap berkat dan memilki kecakapan
dalam bidang politik untuk menjadi anggota partai politik oleh partai
dengan harapan dapat berprestasi dalam bidang politik serta mampu
mengisi jabatan-jabatan dan sebagai penerus partai.

30

3. Partai sebagai sarana agregasi politik
Pada masyarakat yang modern dan kompleks, pendapat seseorang atau
sekelompok orang sangat beranekaragam yang disebabkan banyaknya
kepentingan yang ada didalamnya. Oleh karena itu partai politik
berfungsi untuk menampung dan menggabungkan berbagai pendapat
dan

aspirasi

tersebut

menjadi

satu

kebijakan

umum.

Proses

penggabungan ini disebut “penggabungan kepentingan”.
4. Partai sebagai sarana pengatur konflik
Partai politik sebagai salah satu lembaga demokratis berfungsi untuk
mengendalikan konflik melalui cara dialog dalam pihak-pihak yang
berkonflik, menampung dan memadukan berbagai aspirasi dan
kepentingan dari pihak –pihak yang berkonflik dan membawa persoalan
ke badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa
keputusan politik, diperlukan kesediaan berkompromi antara wakil
rakyat yang berasal dari partai-partai politik.

d. Tipologi Partai Politik
(Ramlan Surbakti, 1992: 121), mengemukakan tentang tipologi partai politik
ialah merupakan sebuah bentuk berbagai partai politik berdasarkan kriteria
tertentu, seperti asas dan orientasi, komposisi dan fungsi anggota, basis sosial
dan tujuan. Ramlan Surbakti akan menguraikan sejumlah tipologi partai
politik menurut kriteria tersebut:

31

1. Asas dan Orientasi
Berdasarkan asas dan orientasinya, partai politik di klasifikasikan
menjadi tiga tipe yaitu, partai politik pragmatis, partai politik dotriner,
dan partai politik kepentingan. Partai politik pragmatis adalah partai
politik yang memiliki program dan kegiatan yang tidak terikat pada
suatu ideologi tertentu. Partai doktriner adalah suatu partai politik yang
memiliki sejumlah program dan kegiatan yang kongkret sebagai wujud
dan penjabaran ideologiny, Partai politik kepentingan merupakan partai
politik yang dibentuk dan dikelola berdasarkan kepentingan tertentu,
seperti petani, buruh, etnis, agama, atau lingkungan hidupyang secara
langsung ingin berpartisipasi dalam pemerintahan.

2. Komposisi dan Fungsi Anggota
Komposisi dan fungsi anggotanya, partai politik digolongkan menjadi
dua yaitu, partai massa dan partai kader. Partai massa ialah partai
politik yang mengandalkan kekuatan pada keunggulan jumlah anggota
dan mengandalkan massa sebanyak-banyaknya. Partai kader merupakan
partai politik yang mengandalkan kualitas an