Media dan Pemilu 2014: Analisis wacana kolom "Indonesia Memilih" Harian Umum Media Indonesia

(1)

DEMOKRAT DALAM KOLOM INDONESIA MEMILIH HARIAN UMUM MEDIA INDONESIA)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam (S.Kom.I)

Oleh :

ANGGY AGUSTIN NIM. 1110051000118

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

MEDIA DAN PEMILU 2014:

ANALISIS WACANA KOLOM “INDONESIA MEMILIH” HARIAN UMUM MEDIA INDONESIA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam (S.Kom.I)

Oleh :

ANGGY AGUSTIN NIM. 1110051000118

Dibawah Bimbingan

Dr. Gun Gun Heryanto M,Si NIP. 19760812 20050 1 005

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

Skripsi ini berjudul KEPEMILIKAN MEDIA DALAM MENCITRAKAN PARTAI POLITIK (ANALISIS WACANA KRITIS BERITA PARTAI POLITIK NASIONAL DEMOKRAT DALAM KOLOM INDONESIA MEMILIH HARIAN UMUM MEDIA INDONESIA) telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Agustus 2014, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 3 Oktober 2014 Sidang Munaqosah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Rahmat Baihaky, MA Fita Fathurokmah M.Si NIP.19761129 200912 1 001 NIP. 19830610 200912 2 001

Anggota

Penguji I Penguji II

Fita Fathurokmah M.Si Drs. Jumroni, M.Si NIP. 19830610 200912 2 001 NIP. 19630515 199203 1 006

Pembimbing

DR. Gun Gun Heryanto M.Si NIP. 19760812 200501 1 005


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang disajikan utnuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapat gelar Srajana Komunikasi Penyiaran Islam (S.Kom.I) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya , atau merupakan plagiat dari karya ilmiah orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang, 3 Oktober 2014


(5)

i ABSTRAK

Kepemilikkan Media Dalam Mencitrakan Partai Politik (Analisis Wacana Kritis Berita Partai Politik Nasional Demokrat Dalam Kolom Indonesia Memilih Harian Umum Media Indonesia)

Kekuasaan dan ideologi yang dimiliki suatu media ini, besar kecilnya akan memberikan pengaruh terhadap bagaimana cara media massa menyampaikan dan menyajikan beritanya. Suatu berita akan dipandang positif atau negatif oleh khalayak tergantung dari bagaimana media tersebut membuat wacana berita. Salah satu media massa yang berafiliasi dengan partai politik adalah Media Indonesia yang memiliki keterkaitan kuat dengan Partai NasDem. Pencitraan pun akan dibuat berbeda ketika Media Indonesia membuat wacana mengenai Partai NasDem dan partai politik lainnya.

Dari latar belakang diatas, ditemukan rumusan masalah seperti bagaimana media Indonesia mewacanakan berita partai politik Nasional Demokrat dalam

pemberitaan kolom „Indonesia Memilih‟ Harian Umum Media Indonesia pada pemilu 2014? Bagaimana kepemilikan sebuah media dalam pencitraan sebuah partai politik nasdem?

Teori yang digunakan adalah teori citra politik dan analisis wacana kritis Teun A. van Dijk. Dimana menurut Frank Jefkins ada enam jenis citra, yaitu citra cermin, citra kini, citra keinginan, citra perusahaan, citra serbaneka, dan citra penampilan. Dalam wacana van Dijk, ia memusatkan pada bagaimana produksi berita itu dibentuk dan dimaknai. Jadi, analisis wacana menurut van Dijk tidak hanya melihat wacana dari teks saja.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini melakukan penelitian mendalam dengan mengumpulkan data yaitu berita-berita partai NasDem dan melakukan wawancara dengan pihak terkait untuk mendapatkan data secara menyeluruh. Adapun metode yang digunakan adalah deskriptif, karena peneliti ingin menggambarkan dan menjelaskan wacana pemberitaan yang ada.

Hasil penelitian, dalam wacana pemberitaan yang dibuat oleh Media

Indonesia dalam kolom “Indonesia memilih” terlihat bahwa wacana berita mengenai NasDem dibentuk untuk membuat NasDem terlihat dominan diantara partai politik lainnya. Dan pembentukkan citra positif pun terlihat begitu jelas dalam setiap pemberitaannya. Saat ini kepemilikkan media yang dibarengi dengan menjabatnya sebagai anggota partai politik menjadi hal biasa. Seperti Surya Paloh yang memimpin Media Indonesia dan memiliki jabatan sebagai Ketua Umum Partai Nasional Demokrat, yang bisa dengan mudah membuat pencitraan positif untuk partainya dengan alasan kesamaan visi yang bertujuan untuk membuat perubahan bangsa.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, segala puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia Nya yang tak terhingga bagi penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyususnan skripsi ini yang berjudul “Media dan Pemilu 2014:

Analisis Wacana Kolom „Indonesia Memilih‟ Harian Umum Media Indonesia” ini

dengan baik dan lancar.

Skripsi ini di ajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak terdapat kesalahan, kekurangan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Namun karena adanya semangat, doa dan bantuan dari berbagai pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada semua pihak yang telah membantu. Sebuah kata yang tulus penulis sampaikan kepada:

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi H. Arief Subhan , MA, Wakil Dekan I, Suparto, M.Ed. Ph.D, Wakil Dekan II, Drs Jumroni, M.Si, Wakil Dekan III, Dr.Sunandar, MA.

2. Rachmat Baihaky,MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. 3. Fita Fathurokmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam.

4. Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan kepada penulis, terimakasih telah meluangkan waktu untuk membimbing dan membagi ilmu-ilmu yang dimiliki beliau,


(7)

iii kesuksesan oleh Allah SWT.

5. Ibu dan Ayah yang selalu memberikan do‟a untuk kelancaran dalam skripsi ini, dukungan secara materi dan non materi kepada penulis. Terimakasih telah menjadi orang tua yang sempurna dan yang terbaik untuk penulis. Semoga kalian selalu bahagia dan bangga memiliki anak seperti penulis.

6. Terimakasih kepada Mama, Christina Wijayanti, Christianto Ariebowo, Azanul Arif yang telah membagi ilmu dan pengalaman serta memberikan penulis semangat dalam menulis skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN SyarifHidyatullah Jakarta.

8. Staff Tata Usaha, Perpustakaan dan Karyawan UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

9. Sahabatku, Rika Alisha, Inayatul Fitriah, Cory Carolina, Erfa Dwijayanti, Dwi Novita, Isyana Tungga, Stiffani Andria, Novita Angel yang telah berbagi tawa, tangis bersama penulis. Dan teman-teman KPID angkatan 2010.

10.Terimakasih kepada om Antoni dan Bapak Ade Alawi dari Media Indonesia selaku narasumber penulis yang telah meluangkan waktu dan tempat, serta berbagi pengetahuan kepada penulis dan memberikan segala yang dibutuhkan oleh penulis.


(8)

iv

Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Demikian pengantar dalam penelitian ini, akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

Jakarta, 3 Oktober 2014


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Metodologi Penelitian ... 10

G. Subjek Penelitian ... 11

H. Objek Penelitian ... 11

I. Unit Analisis ... 12

J. Teknik Pengumpulan Data ... 12

K. Sumber Data ... 13

L. Teknik Analisis Data ... 14

M. Sistem Penulisan. ... 15

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Berita Politik dan Citra Politik ... 16

B. Ideologi dan Hegemoni ... 19

C. Wacana Kritis ... 21

D. Media Massa Surat Kabar ... 22

BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Media Indonesia ... 27

B. Visi dan Misi Media Indonesia ... 30

C. Kolom “Indonesia Memilih” ... 31

D. Struktur Organisasi Media Indonesia ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Wacana Pemberitaan Partai Politik di Kolom “Indonesia Memilih” Harian Media Indonesia ... 34

1. Analisis Teks Pemberitaan Mengenai Partai Politik di Kolom “Indonesia Memilih” ... 35

2. Analisis Kognisi Sosial Pemberitaan Mengenai Partai Politik di Kolom “Indonesia Memilih” ... 61

3. Analisis Konteks Sosial Pemberitaan Mengenai PILEG 2014 di Kolom “Indonesia Memilih” ... 67

B. Kepemilikan Media Dalam Pencitraan Partai Politik Nasional Demokrat ... 70


(10)

vi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA


(11)

vii

Tabel 1 Struktur Organisasi Media Indonesia ... 32

Tabel 2 Kesimpulan Analisis Teks Berita 1 ... 41

Tabel 3 Kesimpulan Analisis Teks Berita 2 ... 49


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Media massa saat ini sudah tidak diragukan lagi keberadaannya. Media massa sangat erat hubungannya dengan informasi. Saat ini kebutuhan akan informasi dimasyarakat menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh banyak pemilik media. Media massa akan mencoba memberikan informasi yang layak dan dibutuhkan oleh masyarakat luas. Media massa merupakan salah satu wadah untuk penyampaian sebuah informasi kepada khalayak, media massa akan memberi perhatian khusus terhadap suatu masalah yang terjadi. Menurut Mc Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indra kita. Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang tidak kita alami secara langsung. Media massa datang menyampaikan informasi tentang lingkungan sosial dan politik.1

Informasi saat ini merupakan suatu hal yang sangat penting, karena itu media massa hadir hampir setiap hari dalam kehidupan masyarakat. Media massa mencoba memberikan informasi yang aktual dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaran sumber dari informasi yang mereka berikan. Media massa kini hadir dalam berbagai macam bentuk, dari mulai media cetak seperti surat kabar harian dan mingguan, media elektronik seperti radio dan televisi, serta yang terbaru adalah media online. Menurut Dennis McQuail, media massa merupakan sumber kekuatan alat kontrol, manajemen

1

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2001), h. 224


(13)

dan inovasi dalam masyarakat yang dapat di dayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. Karakteristik media massa dapat dibatasi pada lima jenis media massa yang dikenal sebagai The Big Five of Mass Media, yakni koran, majalah, radio, televisi dan film.2

Informasi merupakan isi dari produk media massa, yang salah satunya adalah surat kabar. Surat kabar mungkin tidak berhasil memberitahu pembacanya apa yang harus dipikirkan, tetapi surat kabar bisa memberitahu pembacanya apa yang harus dipertimbangkan. Surat kabar memiliki peran besar dalam menentukan apa yang akan dibahas oleh masyarakat dan apa pendapat masyarakat tentang fakta yang ada. Media massa juga memiliki peran untuk memberikan informasi yang aktual dan cepat kepada khalayak luas. Media massa menyajikan gambaran masyarakat. Dengan membaca, mendengarkan dan menonton maka seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa saja yang penting.3

Media berafiliasi dengan partai politik sudah sejak lama. Saat ini afiliasi media terlihat dari keterlibatan para pemilik media dalam sebuah partai politik. Kini partai politik dan media massa sudah tidak dapat dipisahkan lagi. Media massa merupakan wadah yang sangat penting bagi para aktor politik untuk menjalankan segala aktivitas politiknya. Menurut Lichtenberg (1991) media telah menjadi aktor utama dalam bidang politik. Ia memiliki kemampuan untuk membuat seseorang cemerlang dalam karier politiknya. Karena begitu besar pengaruh media massa terhadap aktivitas politik, masyarakat Amerika Serikat menunda untuk menentukan pilihannya, siapa

2Dja‟far Assegaf, Jurnalistik Masa Kini

, (Jakarta: Ghalia Indonesia,2001), h. 1

3


(14)

3

yang akan menjadi presiden Amerika lima tahun mendatang sampai para calon muncul ditelevisi.4 Di Indonesia tak usah menunggu terlalu lama untuk melihat sebuah partai politik muncul ditelevisi, sebelum masa kampanye diperbolehkan pun banyak iklan partai politik yang muncul ditelevisi, begitu juga dengan di media massa lainnya.

Afiliasi antara sebuah media dengan partai politik telah menjadi sebuah keharusan. Karena jika sebuah partai politik tidak menggunakan media sebagai wadah untuk mereka memperkenalkan diri, maka partai tersebut akan kurang dikenal oleh masyarakat. Media merupakan wadah yang tepat untuk sebuah partai politik mengenalkan partainya kepada seluruh masyarakat. Dengan media massa partai politik tidak perlu begitu gencar melakukan kunjungan kesetiap daerah diseluruh Indonesia untuk dikenal. Karena media massa akan menyampaikan maksud dan tujuan dari partai politik tersebut secara jelas dan singkat.

Saat ini ada beberapa partai politik yang secara jelas berafiliasi dengan media. Yang pertama adalah Demokrat, dimana partai demokrat berafiliasi dengan media massa nasional seperti Transtv dan Trans7 serta satu media online yaitu detik.com. Yang kedua adalah Golkar, partai golkar berafiliasi kepada ANTV dan TVOne. Partai golkar kita ketahui bahwa mencalonkan Abu Rizal Bakrie sebagai calon presiden 2014 mendatang, yang kita ketahui bersama bahwa keluarga Bakrie merupakan pemilik dari dua media massa nasional. Yang ketiga adalah Hanura, yang dinaungi oleh Wiranto dan juga Harry Tanoesudibjo. Partai hanura berafiliasi dengan MNC Group yang

4


(15)

dimiliki oleh Harry Tanoe. MNC Group memiliki 3 tv nasional, 1 surat kabar, dan 22 tv lokal.

Yang keempat adalah Nasdem, partai yang dinaungi oleh Surya Paloh ini memiliki afiliasi dengan Media Group. Media Group terdiri dari 1 tv nasional dan 1 surat kabar. Sebagai partai baru tentu saja ini merupakan suatu keuntungan bagi Surya Paloh, karena kita tahu bahwa Metro Tv dan harian Media Indonesia merupakan media massa yang selalu menampilkan berita mengenai politik dan ekonomi serta kehidupan dimasyarakat, hampir disemua acaranya tidak ada drama ataupun variety show.

Afiliasi partai politik dengan media ini menunjukkan adanya kekuasaan (power) untuk memengaruhi masyarakat dengan ideologi mereka, baik dari partai maupun media yang bersangkutan. Kekuasaan selalu berhubungan dengan kontrol. Bagaimana kekuasaan dapat mengontrol segalanya sesuai dengan harapan pemilik kuasa. Sementara itu, ideologi selalu dibentuk oleh kelompok atau orang yang memiliki kuasa untuk mereproduksi dan melegitimasi kekuasaan mereka. Seperti dikatakan oleh Teun A. van Dijk, ideologi terutama dimaksudkan untuk mengatur masalah tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok. Ideologi membuat anggota dari suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama, dapat menghubungkan masalah mereka, dan memberikan kontribusi dalam membentuk solidaritas dan kohesi di dalam kelompok.5

Kekuasaan dan ideologi yang dimiliki suatu media ini besar kecilnya akan memberikan pengaruh terhadap bagaimana cara media massa

5

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001), h. 13


(16)

5

menyampaikan dan menyajikan beritanya. Suatu berita akan dipandang positif atau negatif oleh khalayak tergantung dari bagaimana media tersebut membuat wacana berita. Karena dari berita yang diterbitkan oleh media tersebut akan membentuk suatu opini publik.

Pesta rakyat 5 tahun sekali ini akan dilaksanakan dua kali, yaitu pemilihan umum legislatif pada tanggal 9 April 2014 dan pemilihan umum presiden pada tanggal 9 Juli 2014. Pemilu tahun ini diikuti oleh 12 partai dan 3 partai daerah.6Partai yang menempati nomor urut pertama adalah Partai Nasional Demokrat (NASDEM) yang diketuai oleh Surya Paloh. Pada nomor urut dua ada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang diketuai oleh Muhaimin Iskandar. Nomor urut tiga adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang diketuai oleh Muhammad Anis Matta. Dinomor urut keempat ada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang diketuai oleh Megawati Soekarnoputri. Nomor urut kelima ditempati oleh Partai Golongan Karya (GOLKAR) yang diketuai oleh pemilik perusahaan bakrie yaitu Aburizal Bakrie. Selanjutnya ada Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) yang diketuai oleh Suhardi. Nomor tujuh adalah Partai Demokrat yang diketuai oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Dinomor delapan ada Partai Amanat Nasional (PAN) yang diketuai oleh Hatta Rajasa. Kemudian ada partai yang diketuai oleh Suryadarma Ali yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Selanjutnya diikuti oleh Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA) yang diketuai oleh wiranto. Dan diurutan keempat belas dan lima belas ditempati oleh Partai

6


(17)

Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan Dan Persatuan Indonesia (PKPI) yang masing-masing diketuai oleh MS Kaban dan Sutiyoso.

Dan tiga partai yang menempati nomor urut sebelas, duabelas dan tigabelas adalah Partai Damai Aceh (PDA), Partai Nasional Aceh (PNA) dan Partai Aceh (PA). Persaingan yang ketat pada masa kampanye akan telihat hasilnya pada pemilihan umum legislatif digelar. Partai mana yang akan memenangkan perolehan suara diseluruh Indonesia. Namun, tidak hanya karena kepemilikan media tapi juga pemberitaan mengenai keelektabilitasan partai dan calonnya sedikit banyaknya akan memengaruhi perolehan suaranya. Masa kampanye yang dimulai pada tanggal 13 januari hingga 5 April 2014 menjadi masa yang penting bagi para partai politik untuk berlomba-lomba merebut hak suara para pemilih. Pemilihan umum sendiri merupakan mekanisme demokratis untuk melakukan sirkulasi elite politik dibadan legislatif dan eksekutif.7 Pemilihan umum ini adalah agenda lima tahunan yang penting untuk menentukan siapa saja yang akan menempati kursi legislatif ataupun presiden dan wakil presiden untuk mewakili semua aspirasi rakyat guna membangun dan memajukan bangsa. Pemilu tahun 2014 masih menggunakan sistem yang sama seperti sebelumnya, yaitu menggunakan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka. Karena dengan sistem proporsional ini memungkinkan adanya calon yang bukan dari golongan partai memiliki pendukung yang mencukupi dapat menjadi anggota legislatif. Sistem proporsional ini juga mengharuskan masyarakat untuk tahu terlebih dahulu

7

Abdul Maman dkk, Jurnalisme Meliput Pemilu, (Jakarta: AJI (Aliansi Jurnalis Independen, 2003), h. 2


(18)

7

siapa saja yang nantinya akan mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.8 Di Indonesia pemilihan umum telah diselenggarakan sebanyak 10 kali, yaitu pemilihan umum 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009 dan pemilu itu akan kembali dilaksanakan untuk yang ke-11 kalinya pada tahun 2014.

Fokus pemberitaan media massa terutama surat kabar akan tertuju pada pemilihan umum 2014. Seluruh surat kabar berlomba-lomba untuk memberikan informasi mengenai pemilu 2014 secara visibility atau terus-menerus, hal ini diperuntukan agar masyarakat mengetahui secara detail mengenai calon-calon legislatif, presiden maupun wakil presiden yang mencalonkan diri. Cara yang digunakan para media massa khususnya surat kabar adalah dengan membuat kolom mengenai pemberitaan pemilu 2014. Salah satu yang membuat halaman khusus pemilu adalah surat kabar yang dimiliki oleh surya paloh yaitu harian Media Indonesia. Surya paloh merupakan pemilik dari Media Group yang menaungi Metro TV dan harian Media Indonesia serta pendiri dari partai baru Nasional Demokrat. Partai Nasional Demokrat merupakan salah satu partai yang mengikuti pemilihan umum 2014 ini dengan mencalonkan Surya Paloh sebagai calon presiden jika partainya mencapai hasil yang baik dalam pemilihan umum legislatif pada 9 april 2014.

Harian Media Indonesia membuat kolom untuk pemilihan umum 2014

yang diberi judul “Indonesia Memilih”. Harian Media Indonesia merupakan

surat kabar pertama yang mengeluarkan kolom khusus pemilihan umum 2014.

8


(19)

Terbukti sejak awal tahun 2013 Harian Media Indonesia sudah menerbitkan kolom khusus ini dengan menampilkan berita mengenai kinerja KPU dan beberapa berita mengenai partai politik.

Semakin dekatnya dengan pemilu 2014 harian Media Indonesia makin sering memberitakan mengenai pemilihan umum serta partai-partai politik dan juga mengenai kinerja KPU menangani pemilu 2014. Terlihat dari bertambahnya halaman yang disediakan oleh Media Indonesia. Pada awal kemunculannya kolom Indonesia Memilih hanya memiliki satu halaman dari 28 halaman yang ada. Saat ini semakin dekatnya dengan masa pemilu dan masa kampanye partai halaman dan berita yang disajikan terus bertambah dan tak tentu setiap harinya.

Keterkaitan kepemilikan media massa dengan partai politik tak jarang banyak mempengaruhi wacana pemberitaan. Seringkali partai politik menggunakan kepemilikan media untuk membuat pencitraan yang lebih baik bagi partai politiknya. Wacana pemberitaan dibentuk sedemikian rupa sesuai dengan ideologi dari partai politik dan media tersebut.

Hubungan kepemilikan media massa dan keterkaitannya dengan sebuah partai politik serta pemberitaan mengenai pemilihan umum 2014 didalam kolom harian Media Indonesia “Indonesia Memilih” menjadi sebuah kemenarikan bagi penulis untuk diteliti. Maka dengan itu, penulis memberi judul Kepemilikan Media Dalam Mecitrakan Partai Politik (Analisis Wacana Kritis Berita Partai Politik Nasional Demokrat Dalam Kolom Indonesia Memilih Harian Umum Media Indonesia).


(20)

9

B. Batasan Masalah

Fokus dari masalah ini adalah pemberitaan dalam kolom „Indonesia

Memilih‟ yang terkait dengan partai politik Nasional Demokrat.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Media Indonesia mewacanakan berita partai politik Nasional

Demokrat dalam pemberitaan kolom „Indonesia Memilih‟ Harian Umum

Media Indonesia?

2. Bagaimana kepemilikan media dalam pencitraan partai politik Nasional Demokrat?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana wacana pemberitaan pada kolom

“Indonesia Memilih” yang dibentuk oleh Media Indonesia

2. Untuk mengetahui kepemilikan media dalam mencitrakan partai politik Nasional Demokrat

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teori, penelitian ini memberikan pengetahuan mengenai bagaimana Media Indonesia mewacanakan pemberitaan partai politik Nasional


(21)

2. Manfaat Praktis

Untuk memberi masukan kepada Media Indonesia yang akan saya teliti, karena media massa berfungsi untuk membentuk opini publik masyarakat.

F. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan secara kualitatif yang tidak menggunakan statistik dan angka sebagai analisis hasilnya. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.9 dalam penelitian ini juga digunakan metode yang bersifat deskriptif, hanya bertujuan untuk menggambarkan sebuah peristiwa yang berlaku saat ini dan mencoba menganalisis kondisi yang sedang terjadi. Pada penelitian ini peneliti tidak menguji hipotesis, melainkan hanya menggambarkan informasi apa adanya.

Penelitian ini melakukan penelitian mendalam mengenai wacana pemberitaan dan melihat keterkaitan kepemilikan media dalam mencitrakan partai politik. Penelitian ini juga menggambarkan dan menjelaskan bagaimana Media Indonesia mewacanakan berita mengenai partai politik Nasional Demokrat dan keterkaitannya antara partai politik dengan kepemilikan media dalam mencitrakan partai politik tersebut.

Paradigma penelitian ini adalah paradigma kritis, yaitu mencari makna yang tersembunyi dibalik pembuatan wacana. Dibalik wacana sebuah berita

9


(22)

11

sedikitnya pasti ada pengaruh dari kekuasaan dan ideologi dari organisasi atau kelompok tertentu demi terciptanya sebuah wacana yang sesuai dengan keinginan kelompok tersebut. Dalam pandangan paradigma kritis media bukanlah sesuatu yang netral. Media saat ini sudah dipengaruhi oleh kelompok tertentu, dimana kelompok ini ingin mempengaruhi kelompok lain yang tidak dominan.

Paradigma kritis menganggap bahwa sesungguhnya kelompok dominan tersebut telah memalsukan sebuah realitas, dengan itu paradigma kritis meneliti lebih mendalam mengenai masalah terkait dengan produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara institusional.

G. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah Asisten Kepala Divisi Pemberitaan, yang ikut serta dalam rapat pemilihan berita di Media Indonesia.

H. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah Harian Umum Media Indonesia. Dalam hal ini, Harian Umum Media Indonesia dijadikan bahan penelitian karena Harian Umum Media Indonesia merupakan salah satu koran politik di Indonesia yang menerbitkan kolom khusus untuk pemilu 2014.

I. Unit Analisis

Penelitian ini akan menggunakan unit analisis yaitu berupa kumpulan

berita dari kolom “Indonesia Memilih” harian Media Indonesia. Berita-berita itu adalah berita mengenai pemberitaan Partai Politik Nasional Demokrat.


(23)

J. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, biasanya ada tiga teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Namun dalam penelitian ini tidak dimungkinkan melakukan observasi terhadap kampanye seluruh partai dan dikarenakan masa tersebut telah tersebut maka pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

1. Observasi

Dalam mengumpulkan data penelitian, peneliti akan menggunakan teknik observasi nonpartisipan. Dalam observasi nonpartisipan peranan tingkah laku peneliti dalam kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan kelompok yang diamati kurang dituntut. Observasi nonpartisipan adalah suatu prosedur yang dengannya peneliti mengamati tingkah laku orang lain dalam keadaan alamiah, tetapi peneliti tidak melakukan partisipasi terhadap kegiatan di lingkungan yang diamati. 10

Adapun observasi dilakukan melalui pengamatan langsung pada objek penelitian serta dengan melakukan kunjungan langsung ke kantor redaksi Harian Umum Media Indonesia yang berlokasi Jl. Pilar Mas Raya Kav A-D, Kedoya Selatan, Komplek Delta Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta 11520-Indonesia.

2. Wawancara

Melakukan wawancara (interview) dengan pihak-pihak yang bersangkutan mengenai pemberitaan pemilihan umum 2014 di kolom

10

James A. Black dan Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), cet ke-4, h. 289


(24)

13

“Indonesia Memilih” harian Media Indonesia, yaitu dengan Bapak Ade Alawi selaku Asisten Kepala Divisi Pemberitaan.

3. Dokumentasi

Pengumpulan berita mengenai partai politik Nasional Demokrat di

kolom “Indonesia Memilih” harian Media Indonesia, pada tiga edisi yaitu edisi 15 Januari 2014, edisi 13 Februari 2014, dan edisi 29 Maret 2014.

K. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah berita-berita terkait dengan partai politik

Nasional Demokrat dalam kolom “Indonesia Memilih” dan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara secara langsung dengan perwakilan Asisten Kepala Divisi Pemberitaan di Harian Umum Media Indonesia

b. Sumber Data Sekunder

Peneliti akan melakukan studi literatur melalui buku, jurnal, majalah, artikel atau refrensi lain yang berkenaan dengan masalah penelitian

L. Teknik Analisis Data

Dalam analisis yang dijelaskan oleh van Dijk, struktur teks, kognisi sosial dan konteks sosial menjadi bagian yang paling penting. Apabila suatu teks berita memiliki ideologi atau kecenderungan pemberitaan tertentu, maka bisa diartikan sebagai dua hal. Pertama, teks tersebut mencerminkan bagaimana seorang wartawan ketika memandang suatu peristiwa yang terjadi. Dan yang kedua, teks tersebut memang menggambarkan pandangan sosial


(25)

secara umum. Maka dengan itu dalam analisis menurut van Dijk bukan hanya struktur teks saja yang penting, tetapi juga kognisi sosial baik dari wartawan maupun masyarakat.

Seperti telah disebutkan diatas bahwa analisis penelitian ini mengacu pada teknik kerangka analisis van Dijk. Dimana ada tiga struktur penting dalam analisis. Yang pertama, struktur teks. Dalam struktur teks ini dijelaskan menganalisis bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan suatu peristiwa tertentu. Yang kedua, kognisi sosial. Menganalisis bagaimana kognisi wartawan dalam memahami suatu peristiwa yang akan ditulis. Yang ketiga, analisis sosial. Menganalisis bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi suatu peristiwa yang digambarkan.11

M. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, metodologi penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB II : Kerangka teori yang berisi tentang teori yang digunakan penulis

dalam meneliti

BAB III : Gambaran umum yang berisi tentang seputar surat kabar yang diteliti oleh peneliti

BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan dari yang diteliti oleh peneliti BAB V : Kesimpulan dan saran

11


(26)

15 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Berita Politik dan Citra Politik

Kejadian mengenai isu kabar mengenai politik selalu menarik perhatian media massa. Ini terjadi karena dua faktor yang saling berkaitan.1 Pertama, saat ini politik berada pada era mediasi, yaitu media massa. Jadi sangat sulit memisahkan antara kehidupan politik dari media massa. Saat ini banyak aktor politik yang berusaha menarik perhatian media massa agar kegiatan dan aktivitas politiknya dapat diliput.

Kedua, peristiwa politik selalu memiliki nilai berita dari setiap bentuk tingkah laku maupun pernyataan para aktor politik. Berita politik sengaja dirancang bukan hanya karena agenda media, tapi didasarkan pada situasi politik yang terus menghangat dan juga semakin banyaknya pembaca yang tertarik sehingga media mengangkat berita politik ini sebagai pemberitaan utama.

Berita politik ini bisa digunakan para aktor politik sebagai strategi untuk memperkenalkan diri mereka kehadapan khalayak. Selain itu, berita politik ini juga digunakan untuk membuat pencitraan para aktor politik ataupun partai politik dihadapan masyarakat. Berita itu bisa dibuat agar mendapatkan citra positif dihadapan masyarakat demi menunjang kebutuhan elektabilitas. Namun, tak jarang berita itu juga bisa membuat aktor politik ataupun partai politik mendapatkan citra negatif dengan peristiwa politik yang terjadi menimpa aktor politik tersebut ataupun partai politiknya.

1


(27)

Menurut Frank Jefkins, dalam bukunya Hubungan masyarakat (intermasa, 1992) ada beberapa jenis citra yaitu;2

a. Citra cermin (mirror image)

Diyakini oleh perusahaan bersangkutan-terutama para pimpinannya yang selalu merasa dalam posisi baik tanpa mengacuhkan kesan orang luar.

b. Citra kini (current image)

Kesan yang baik yang diperoleh dari orang lain tentang produknya. Berdasarkan pengalaman dan informasi kurang baik penerimaannya sehingga pihak Humas akan menghadapi risiko yang sifatnya permusahan, kecurigaan, prasangka buruk hingga muncul kesalahpahaman yang meyebabkan citra kini yang ditanggapi secara tidak adil bahkan kesan negatif yang diperoleh.

c. Citra keinginan (wish image)

Seperti apa yang ingin dan dicapai oleh pihak manajemen terhadap lembaga yang ditampilkan tersebut lebih dikenal, menyenangkan dan diterima dengan kesan yang positif.

d. Citra perusahaan (corporate image)

Berkaitan dengan sosok perusahaan yang supaya terciptanya citra perusahaan yang positif.

e. Citra serbaneka (multiple image)

Pelengkap dari citra perusahaan diatas, pengenlan perusahaan seperti artibut logo, seragam, dekorasi perusahaan yang di identikkan kedalam

2


(28)

17

satu citra serbaneka (multiple image) yang diintergrasikan terhadap citra perusahaan.

f. Citra penampilan (performance image)

Citra ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaiman kinerja atau penampilan diri para professional pada perushaan tersebut.

Citra politik merupakan salah satu efek dari komunikasi politikdalam paradigma atau perspektif mekanistis, yang pada umunya dipahami sebagai kesan yang melekat dibenak individu atau kelompok. Citra itu dapat berbeda dengan realitas yang sesungguhnya atau tidak merefleksikan kenyataan objektif

Citra politik memiliki empat fase Baudrillard dalam Arifin (2011:193) menyebut empat fase tersebut yaitu; (1) representasi dimana citra merupakan cermin suatu realitas; (2) ideologi di mana citra menyembunyikan dan memberikan gambaran yang salah akan realitas; (3) citra memnyembunyikan bahwa tidak ada realitas; dan (4) citra tidak memliki sama sekali hubungan dengan realitas apapun.3

Citra poltik dapat dipahami sebagai gambaran seseorang tentang politik (kekuasaan, kewenangan, otoritas, kerjasama, konflik dan konsesus) yang memiliki makna, kendatipun tidak selamanya sesuai dengan realitas politik yang sebenarnya.

B. Ideologi dan Hegemoni

Ideologi merupakan sebuah kesadaran palsu. Kesadaran tentang hubungan antara individu dengan masyarakat disekitarnya, dan juga kesadaran

3


(29)

tentang realitas sosial. Salah satu konsep mengenai ideologi adalah ideology structuralis. Ideologi strukturalis ini disampaikan oleh Althusser. Ideologi berdasarkan konsep Althusser adalah dialektika yang dikarakteristikan dengan kekuasaan yang tidak seimbang atau dominasi. Althusser melihat bahwa ideologi adalah sebuah praktik daripada gagasan atau ide.4

Dalam menyebarkan ideologi, media merupakan salah satu alat yang efektif untuk digunakan bagaimana kekuasaan yang dominan mempengaruhi kelompok yang tidak dominan. Hal penting dari teori ideologi dari pemikiran Althusser adalah subjek dan ideologi. Althusser berpendapat bahwa ideologi adalah hasil rumusan individu-individu yang dalam pemberlakuannya tidak hanya menuntut individu yang bersangkutan melainkan juga membutuhkan subjek.

Sebagai seorang Marxis strukturalis, Althusser berpandangan bahwa kehidupan manusia sebagai subjek identik dengan subjek bagi struktur, dimana struktur tadi bukan ciptaannya melainkan ciptaan kelompok dominan. Karena struktur itu diciptakan untuk identik dengan kepentingan kelompok dominan tersebut.5 Dapat dikatakan juga bahwa ideologi merupakan sebuah alat untuk meciptakan masyarakat ataupun membuat masyarakat sesuai dengan kepentingan sebuah kelompok yang dominan yang identik dengan kepercayaan dan kesadaran yang dianut oleh kelompok kuasa tersebut.

Bila membicarakan masalah mengenai ideologi dan kelompok dominan yang berhasil mengontrol kelompok yang tidak dominan milik Althusser, maka ini pasti memicu kita untuk mengetahu teori mengenai

4

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h.98 5


(30)

19

hegemoni yang dibangun oleh Antonio Gramsci. Antonio Gramsci menekankan bagaimana sebuah kelompok dominan dapat diterima oleh kelompok yang akan didominasi dalam suatu proses yang damai tanpa adanya kekerasan. Pandangan Gramsci mengenai hegemoni yaitu keadaan dimana individu menjadi tidak menyadari adanya dominasi dalam kehidupan mereka. Gramsci menyatakan bahwa sistem sosial yang mereka dukung justu telah mengeksploitasi diri mereka sendiri. Dalam hal ini persetujuan merupakan faktor penting. Masyarakat akan memberikan persetujuan jika mereka diberikan imbalan. Pada akhirnya, orang akan lebih menyukai hidup dalam masyarakat dengan berbagai pemberian tersebut dan menerima dengan ideologi budaya dominan.6

Teori hegemoni Gramsci menekankan bahwa didalam kehidupan sosial masyarakat pasti ada sebuah pertarungan untuk memperebutkan penerimaan dari publik. Bagi sebuah kelompok dominan diperlukan usaha yang besar untuk menyebarkan ideologi dan kebenarannya agar dapat diterima, tanpa adanya perlawanan dari masyarakat. Dalam konsep hegemoni ini ada salah satu strategi kunci, yaitu nalar awam (common sense). Ketika kelompok dominan mampu menciptakan sebuah gagasan atau ide menjadi sebuah common sense yang tentunya diterima secara umum maka pada dasarnya hegemoni sudah terjadi. Proses penciptaan common sense itulah yang selama ini berhubungan dengan praktik jurnalistik.

6


(31)

C. Wacana Kritis

Wacana kritis memusatkan pada bahasa dan menghubungkannya dengan ideologi. Disini melihat bagaimana bahasa dapat membuat makna ideologi tertentu. Ideologi dapat dilihat dari pilihan kata dan struktur bahasa yang dipakai. Bahasa digunakan untuk membuat makna ideologi ini dibentuk dan telah dibuat oleh seseorang. Pemakaian bahasa dan pilihan struktur bahasa tertentu dapat menunjukkan bagaimana suatu kelompok ingin memenangkan dukungan khalayak dan bagaimana kelompok lain berusaha dikesampingkan oleh kelompok yang dominan.

Wacana tidak hanya difahami sebagai studi bahasa saja, tetapi juga untuk menghubungan konteks yakni tujuan dan praktik, termasuk praktik kekuasaan. Ada 5 (lima) hal penting yang menjadi karakteristik dalam analisis wacana kritis.7 Lima hal penting itu adalah tindakan, konteks, historis, kekuasaan dan ideologi.

Analisis wacana lebih menekankan kepada proses dari produksi dan reproduksi suatu makna. Analisis wacana digunakan untuk melihat lebih dalam kekuasaan yang terdapat disetiap proses bahasa, karena bahasa selalu berhubungan dengan kekuasaan yang bisa membentuk subjek dan berbagai tindakan di masyarakat luas. Disebutkan dalam buku Aris Badara, analisis wacana, analisis wacana yang menggunakan pendekatan kritis memperlihatkan keterpaduan: (a) analisis teks; (b) analisis proses, produksi, konsumsi, dan distribusi teks; dan (c) analisis sosiokultural yang berkembang di sekitar wacana.

7


(32)

21

D. Media Massa Surat Kabar

Media massa merupakan salah satu wadah untuk penyampaian sebuah informasi kepada khalayak, media massa akan memberi perhatian khusus terhadap suatu masalah yang terjadi. Kehadiran media massa sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Media massa merupakan tempat kita untuk mendapatkan sebuah informasi mengenai dunia luar yang begitu luas, yang tak dapat kita lihat dengan berbagai keterbatasan manusia.

Menurut Mc Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indra kita. Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang tidak kita alami secara langsung. Media massa datang menyampaikan informasi tentang lingkungan sosial dan politik.8

Media massa menjadi wadah yang dapat menampung banyak massa dan dapat menyebarkan informasi kepada khalayak banyak dalam sekali penerbitannya. Maka dari itu, saat ini media massa menjadi satu hal yang penting yang tak boleh terlupakan oleh masyarakat dan juga para kelompok dominan. Masyarakat membutuhkan informasi mengenai dunia sosial, politik, dan ekonomi sementara para kelompok dominan membutuhkan media massa untuk menyebarkan ideologi dan kepentingannya agar masyarakat bisa menerimanya secara sah.

Menurut Denis McQuail, media massa memiliki sifat atau karakteristik yang mampu menjangkau massa dalam jumlah besar dan luas, bersifat publik dan mampu memberikan popularitas kepada siapa saja yang muncul di media massa. Karakteristik media tersebut memberikan konsekuensi bagi kehidupan

8


(33)

politik dan budaya masyarakat kontemporer dewasa ini. Dari perspektif politik, media massa telah menjadi elemen penting dalam proses demokratisasi karena menyediakan arena dan saluran bagi debat publik, menjadikan calon pemimpin politik dikenal luas masyarakat dan juga berperan menyebarluaskan berbagai informasi dan pendapat.9

Jika membahas mengenai media massa, kita akan dihadapkan pada banyaknya jenis media massa yang ada disekitar kita. Media cetak menjadi media massa yang paling lama ada hingga saat ini. Media cetak terdiri dari buku, surat kabar, majalah dan lainnya. Sebuah media cetak harus memiliki manajemen yang mampu mengatur hubungan antara berbagai pihak seperti para pendiri, karyawan, wartawan, khalayak pelanggan dan pembaca, mitra kerjam agen, loper, pemasang iklan dan biro iklan. Selain itu, interaksi internalnya melalui surat pembaca, para kontributor, pemerhati dan pemberi masukan serta kritik. Semua itu dihidupkan oleh kelembagaan media yang menetapkan peranan, tujuan, dan visi, sikap, serta orientasi nilai bagi masyarakat. Kehidupan media cetak juga ditentukan oleh sistem politik, sistem kekuasaan, serta kultur kekuasaan. Tapi disisi lainnya, sesuai dengan sifat dari media sendiri yang tak pernah stagnan, media cetak di Indonesia berkembang di segala sisinya. Selain mengikuti waktu periodik terbitnya setiap pagi atau petang, sebagai harian, mingguan, atau bulanan, dan sesekali menerbitkan edisi khusus, perwajahan Koran pun ikut mengadakan perubahan.10

9

Morissan, Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat, h. 1 10


(34)

23

Surat kabar memiliki beberapa karakteristik utama sebagai sebuah media dan lembaga. Dalam aspek media, surat kabar memiliki waktu penerbitan yang berkala dan terbilang sering. Yang kedua surat kabar merupakan salah satu teknologi dalam percetakan. Dalam hal isi, surat kabar berisi tentang berita dan rujukan yang sesuai dengan tema-tema tertentu. Dan surat kabar bisa dibaca oleh individu ataupun kelompok.

Dalam aspek kelembagaannya, surat kabar cenderung bebas, namun adanya pengkonstruksian berita yang dilakukan oleh setiap surat kabar. Surat kabar suatu lembaga yang berada dalam ranah publik, dalam bentuk komoditas dan berbasis komersial. Surat kabar dianggap sebagai bentuk inovasi yang lebih baik daripada buku yang dicetak, yaitu penemuan literature, sosial dan budaya baru. Keunggulan surat kabar jika dibandingkan dengan bentuk komunikasi budaya lainnya adalah terletak pada orientasinya kepada pembaca individu dan kepada realitas, kegunaannya sebagai sebuah sumber informasi. Kebaruannya juga bukan hanya terletak pada teknologi atau cara penyebarannya saja, tetapi juga pada fungsinya bagi kelas tertentu dalam perubahan iklim sosial politik yang lebih liberal.11

Surat kabar memiliki waktu terbit yang bervariasi, ada surat kabar harian yang terbit setiap hari dan ada surat kabar mingguan yang terbit setiap minggu, adapula surat kabar yang terbit setiap pagi atau surat kabar sore yang terbit setiap sore. Target distribusi dari surat kabar pun juga bervariasi, ada yang ingin menjangkau kalangan menengah kebawah dan ada juga yang ingin menjangkau kalangan menengah keatas. Surat kabar berbeda dari tipe media

11


(35)

massa lainnya karena kesegeraannya, karakteristik headline-nya, dan keanekaragaman pemberitaannya yang menyangkut berbagai topik isu dan peristiwa yang terjadi. Ketiga hal tersebut terkait dengan kebutuhan pembaca pada sisi menarik sebuah informasi yang ingin dibaca. Walaupun surat kabar memiliki isi berita yang beragam tergantung dari pembaca yang ingin membacanya, namun fungsi dari surat kabar itu sendiri adalah sebagai penyampai atau wadah dari sebuah kumpulah informasi peristiwa atau kejadian yang terjadi disekitar kita.

Berita merupakan isi dari sebuah media massa. Dalam hal ini berita juga menjadi isi dari surat kabar. Keragaman berita di surat kabar menjadi daya tarik tersendiri dari surat kabar. Menurut KBBI ada beberapa pengertian berita, yaitu cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Berita juga diartikan sebagai kabar, laporan dan pemberitahuan, atau pengumuman. Diantara berbagai macam pengertian itu, salah satu yang mendekati konteks pembicaraan jurnalistik adalah berita sebagai keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.12

Menutur Sudirman Tebba dalam bukunya Jurnalistik Baru, berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Disini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut sebagai berita.13 Berita saat ini digolongkan menjadi berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news). Hard news bisa disebut juga sebagai straight news yaitu sebuah berita penting yang harus segera disampaikan kepada

12

Suhaimi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, h. 27 13


(36)

25

masyarakat. Soft news bisa juga disebut sebagai feature news yaitu peristiwa yang bisa jadi bukan termasuk yang teramat penting untuk diketahui masyarakat, bahkan peristiwanya telah terjadi beberapa waktu yang lalu.


(37)

26

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Media Indonesia

Media Indonesia merupakan surat kabar harian yang terbit di Jakarta. Media Indonesia sendiri tergabung ke dalam Media Group bersama dengan Metro Tv. Media Indonesia merupakan sebuah surat kabar harian nasional yang terbit sejak 19 januari 1970. Media Indonesia mendapat Surat Izin Terbit dengan No. 0856/SK/Dir-PK/SIT/1969 yang dikeluarkan langsung oleh Departemen Penerangan. Diawal penerbitannya Media Indonesia hanya memiliki 4 (empat) halaman. Kantor pertama Media Indonesia beralamat di jalan Letnan Jendral MT Haryono, Jakarta, dibawah naungan Yayasan Warta Indonesia.

Pada tahun awal penerbitannya, Media Indonesia bukanlah sebuah harian umum politik dan bisnis, tapi Media Indonesia merupakan sebuah harian umum yang isi pemberitaannya lebih condong kepada pemberitaan mengenai hiburan, seperti cerita kehidupan para artis dan lain sebagainya. Pada saat itu Media Indonesia disebut sebagai Koran kuning, yaitu sebuah Koran yang penuh dengan cerita gosip.

Dalam rangka untuk memajukan penerbitan Media Indonesia, Ketua Badan Yayasan dari penerbit harian Media Indonesia mencoba melakukan pembenahan di segala bidang untuk meningkatkan mutu penerbitan yaitu dengan cara meningkatkan jumlah halamannya dari 4 (empat) halaman menjadi 8 (delapan) halaman.


(38)

27

Perkembangan Media Indonesia terlihat enam tahun sejak pertama kali diterbitkan yaitu pada tahun 1976, dimana Media Indonesia saat itu berkembang menjadi delapan halaman. Dan pada tahun yang sama juga, Media Indonesia mulai mendapatkan Surat Izin Penerbitan Pers (SIUPP) yang dimana sebelumnya hanya Surat Izin Terbit.

Pada tahun 1988, pendiri Media Indonesia yaitu Teuku Yousli Syah bekerjasama dengan Surya Paloh, mantan pemimpin surat kabar prioritas. Semenjak kerjasama itu berlangsung lahirlah Media Indonesia dibawah manajemen yang baru yaitu PT. Citra Media Nusa Purnama. Dengan manajemen yang baru ini Surya Paloh menjabat sebagai direktur utama dari Media Indonesia dan sang pendiri Teuku Yousli Syah menjabat sebagai pemimpin umum. Dengan begitu, lokasi kantor Media Indonesia pun pindah ke jalan Gondangdia lama no 46, Jakarta.

Media Indonesia mulai pindah kantor pada awal 1995 di kompleks Delta Kedoya, jalan Pilar Mas Raya Kav A-D, kedoya selatan, kebon jeruk, Jakarta Barat, dan kantor Media Indonesia ini masih bertahan sampai sekarang. Di gedung baru semua kegiatan dilakukan didalamnya, seperti redaksi, usaha, percetakan, pusat dokumentasi, perpustakaan, iklan, sirkulasi, dan distribusi serta fasilitas penunjang karyawan. Pergantian kepemimpinan dibagian redaksi maupun usaha terjadi dengan seiring berjalannya waktu.

Sejarah panjang serta motto “Pembawa Suara Rakyat” yang dimiliki oleh

Media Indonesia bukan menjadi motto kosong dan sia-sia, tetapi menjadi spirit pegangan sampai kapanpun.

Sejak Media Indonesia ditangain oleh tim manajemen baru di bawah paying PT Citra Media Nusa Purnama, banyak pertanyaan tentang apa yang


(39)

menjadi visi harian ini dalam industri pers nasional. Pada tahun 1986 untuk pertama kalinya berada dalam industri pers dengan menerbitkan harian Prioritas. Namun, harian Prioritas ini kurang bernasib baik, karena belum lama menjadi koran alternatif bangsa, SIUPP harian Prioritas dibatalkan oleh Departemen Penerangan. Harian Prioritas dengan Media Indonesia memang ada benang merah, yaitu dalam karakter kebangsaannya.

Surya Paloh sebagai penerbit Harian Umum Media Indonesia, tetap gigih berjuang mempertahankan kebebasan pers. Wujud kegigihan Surya Paloh ditunjukkan dengan mengajukan kasus penutupan Harian Prioritas ke pengadilan, bahkan menuntut Menteri Penerangan untuk mencabut Peraturan Menteri No.01/1984 yang dirasakan membelenggu kebebasan pers di tanah air.

Pada tahun 1997, Djafar H. Assegaff yang baru menyelesaikan tugasnya sebagai Duta Besar di Vietnam dan sebagai wartawan yang pernah memimpin beberapa harian dan majalah, serta menjabat sebagai Wakil Pemimpin Umum LKBN Antara, dipercaya oleh Surya Paloh untuk memimpin Media Indonesia dengan menjabat sebagai Pemimpin Redaksi.1

B. Visi dan Misi Media Indonesia Visi dan Misi Harian Media Indonesia2

VISI:

Visi Harian Media Indonesia adalah menjadi surat kabar independen yang inovatif, lugas, terpercaya, dan paling berpengaruh.

1

Antoni, Company Profile Media Indonesia, Dokumen Resmi 2


(40)

29

1. Independen, yaitu menjaga sikap non partisipan; di mana karyawan tidak menjadi pengurus partai politik, menolak segala bentuk pemberian yang dapat mempengaruhi objektivitas dan mempunyai keberanian bersikap beda.

2. Inovatif, yaitu terus menerus menyempurnakan dan mengembangkan kemampuan teknologi dan sumber daya manusia, serta terus menerus mengembangkan rubrik, halaman dan penyempurnaan perwajahan.

3. Lugas, yaitu menggunakan bahasa yang terang dan langsung.

4. Terpercaya, yaitu selalu melakukan check dan recheck, meliputi berita dari dua pihak dan seimbang, serta selalu melakukan investigasi dan pendalaman.

5. Paling Berpengaruh, yaitu dibaca oleh para pengambil keputusan, memiliki kualitas editorial yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan, mampu membangun kemampuan antisipasif, mampu membangun network narasumber, dan memiliki pemasaran atau distribusi yang andal.

MISI:

Misi Harian Media Indonesia adalah:

a. Pertama, menyajikan informasi terpercaya secara nasional dan regional serta berpengaruh bagi pengambilan keputusan.

b. Kedua, mempertajam isi yang relevan untuk pengembangan pasar.

c. Ketiga, membangun sumber daya manusia dan manajemen yang professional dan unggul, mampu mengembangkan perusahaan penerbitan yang sehat dan menguntungkan.


(41)

C. Kolom “Indonesia Memilih”

Kolom “Indonesia Memilih” merupakan sebuah kolom yang

dikhususkan untuk pemberitaan pemilu. Pemberitaan pemilu itu meliputi kinerja para regulator seperti, Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), serta peristiwa menyangkut masalah partai politik selama menjelang pemilu 2014. Kolom ini sudah ada sejak awal tahun 2013, jauh sebelum pemilu 2014 dimulai. Kolom ini pun berkembang dari satu halaman menjadi dua atau tiga halaman setiap harinya. Ini dikarenakan semakin dekatnya dengan pemilu 2014.

Media Indonesia mengatakan tujuan membuat kolom “Indonesia Memilih” itu adalah menjadi guidance untuk pembaca, bagaimana pembaca kita memilih calon-calonnya secara baik. Kemudian, untuk membuka wawasan masyarakat tentang persoalan legislatif kita, ada soal anggaran, soal pengawasan, dan soal legislatif. 3 hal ini yang diberikan untuk membuka pemahaman masyarakat terhadap calon kita dan juga membuka pemahaman masyarakat, apa fungsi dan tugas atau persoalan dari anggota dewan itu.3

3

Wawancara dengan Bapak Ade Alawi, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan, selasa, 26 Agustus 2014


(42)

31

D. Struktur Organisasi Media Indonesia Tabel 1

Struktur Organisasi Media Indonesia4

Pendiri Drs. H. Teuku Yousli Syah MSi

(Alm)

Direktur Utama Rahni Lowhur-Schad

Direktur Pemberitaan Saur M. Hutabarat Direktur Pengembangan Bisnis Alexander Stefanus Dewan Redaksi Media Group Elman Saragih (Ketua)

Ana Widjaya Andy F. Noya

Bambang Eka Wijaya Djadjat Sudradjat Djafar H. Assegaff Laurens Tato Lestari Moerdijat Rahni Lohwur-Schad Saur M. Hutabarat Sugeng Suparwoto Suryo Pratomo Toeti Adhitama

Redaktur Senior Elman Saragih

Laurens Tato Saur M. Hutabarat Deputi Direktur Pemberitaan Usman Kansong Kepala Divisi Pemberitaan Kleden Suban Kepala Divisi Content Gaudensius Suhandi Enrichment:

Deputi Kepala Divisi Pemberitaan Abdul Khohar

Sekretaris Redaksi Teguh Nirwahyudi

Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Ade Alawi Fitriana Siregar Haryo Prasetyo Ono Sarwono

4


(43)

Rosmery C. Sihombing Asisten Kepala Divisi Foto Hariyanto

Redaktur Agus Mulyawan

Anton Kustedja Cri Qanon Ria Dewi Eko Rahmawanto Eko Suprihatno Hapsoro Poetro Henri Salomo Siagian Ida Farida

Jaka Budisantosa Mathias S. Brahmana

Mochamad Anwar Surahman Sadyo Kristiarto

Santhy M. Sibarani Soelistijono


(44)

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Wacana Pemberitaan Partai Politik Nasional Demokrat di

Kolom “Indonesia Memilih” Harian Umum Media Indonesia

Hasil penelitian ini dilakukan menggunakan teknik analisis Teun A. Van Dijk. Dimana menurut Van Dijk analisis wacana itu bukan hanya teks saja, tapi terdiri dari tiga dimensi yang penting, yaitu teks, kognisi sosial dan analisi sosial atau konteks sosial. Yang pertama, struktur teks. Dalam struktur teks ini dijelaskan menganalisis bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan suatu peristiwa tertentu. Yang kedua kognisi sosial akan mempelajari bagaimana proses produksi suatu teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Dan dimensi yang ketiga adalah konteks sosial dimana akan dipelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat terhadap suatu masalah.1

Peneliti akan membahas mengenai pembertiaan partai politik Nasional Demokrat di kolom “Indonesia Memilih” harian Media Indonesia. Disini peneliti akan melihat bagaimana Media Indonesia mewacanakan pemberitaan partai politik Nasional Demokrat di kolom “Indonesia Memilih” yang dilihat dari teks, kognisi sosial dan analisis sosial.

1. Analisis Text Pada Pemberitaan Mengenai Partai Politik Nasional Demokrat di Kolom “Indonesia Memilih”

Peneliti akan membahas analisis wacana pemberitaan mengenai partai politik Nasional Demokrat pada kolom “Indonesia Memilih” harian

1


(45)

Media Indonesia yang dimulai dengan analisis dari teks berita tersebut. Dalam menganalisis teks Van Dijk membagi teks kedalam tiga tingkatan atau struktur. Struktur yang pertama, struktur makro. Struktur makro merupakan makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang diangkat oleh suatu teks. Kedua, superstruktur yang merupakan kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan. Dan yang ketiga, struktur mikro adalah makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.2

Dalam menganalisis teks menurut Van Dijk peneliti akan menjelaskannya sebagai berikut:

Analisis Teks Berita 1 : Rabu, 15 Januari 2014 “Partai NasDem Paling Positif”

a. Makro

Struktur makro ini diamati dengan melihat tema atau topik pemberitaan. Tema atau topik pada teks pertama: “Partai NasDem menjadi partai yang mendapat pemberitaan bernada positif dalam hasil survei yang dilakukan Pol-Tracking.”

b. Superstruktur

Superstruktur ini bisa dilihat dari skema pemberitaan. Skema pemberitaan pada teks pertama sebagai berikut:

1) Bagian awal ada berita mengenai hasil survei dari Pol-Tracking mengenai partai-partai yang mendapat pemberitaan positif.

2


(46)

35

“…pemberitaan bernada positif tertinggi selama 2013 dengan meraih 34,54%.” (paragraf 1). “Posisi kedua ditempati dengan

Partai Hanura dengan 31,9%, selanjutnya PDIP 26,26%, dan

Gerindra 26,19%.” (paragraf 2).

2) Bagian tengah diisi dengan hasil survei mengenai partai yang mendapat proporsi pemberitaan negatif tertinggi dan hasil elektabilitas. Adapula pernyataan-pernyataan dari Hanta Yuda.

“…dalam hal pemberitaan bernada negatif, PKS mendapat proporsi

terbesar dengan 23,87%, diikuti Demokrat 20,35%, dan Golkar

19,1%.” (paragraf 4). “…tingkat elektabilitas PDIP pada Desember

2013 naik menjadi 22,44% dari 18,5% pada Oktober 2013. Elektabilitas Gerindra juga mengalami kenaikan dari 6,6% pada Oktober menjadi 8,6% pada Desember. Elektabilitas PPP dan

Hanura pun mengalami peningkatan.” (paragraf 5). “…Hanta

mengingatkan bahwa parpol yang mendapatkan tone pemberitaan positif harus menjaga dan menghindari hal-hal yang bisa

memunculkan potensi pemberitaan negatif.” (paragraf 6).

3) Bagian akhir ditutup dengan pernyataan dari Wasekjen PKS, Ketua Balitbang Golkar dan Ketua Umum Partai NasDem.

“…Wasekjen PKS Fahri Hamzah mengatakan sentiment negatif terhadap pemberitaan negatif parpol, khususnya bagi PKS, tidak manageble.”(paragraf 10). “…Ketua Balitbang Golkar Indra J Piliang mengatakan pemberitaan parpol di media bisa sangat mengganggu dan bisa juga membantu.”(paragraf 11). “Ketua


(47)

Umum Partai NasDem Surya Paloh optimistis partainya mampu meraih 12% lebih suara bila melihat pergerakan para kader

NasDem di Pulau Jawa dan di luar Jawa.”(paragraf 12).

c. Mikro Semantik 1) Latar

Latar pada teks berita pertama terdapat dalam paragraf 1.

Paragraf 1 : “NasDem menjadi partai politik yang memiliki proporsi pemberitaan bernada positif tertinggi selama 2013 dengan meraih 34,54%. „Partai yang paling banyak memiliki tone pemberitaan positif tidak terlepas dari perannya sebagai oposisi dalam merespons kebijakan pemerintah,’ jelas Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute Hanta Yuda saat merilis hasil survei yang mereka lakukan sejak 1 Februari hingga 24 Desember 2013.” 2) Detil

Detil pada teks berita pertama terdapat dalam paragraf 8 dan 9.

Paragraf 8 : “menurut Hanta Yuda, ada tiga hal yang harus dijaga parpol yang mendapatkan tone pemberitaan positif. Pertama, menjaga dan menghindari hal-hal yang bisa menyebabkan pemberitaan negatif. Misalnya yang berkaitan dengan kasus hukum. Kedua, parpol itu selalu membuat kebijakan politik atau gagasan baru, kreatif dan inovatif segar sehingga diberitakan


(48)

37

Paragraf 9 : “Ketiga, selalu berpihak kepada keinginan publik, apa yang publik inginkan selalu sama dengan keinginan partai. Misalnya jika partai itu merupakan oposisi, terus memantau dan mengawal kebijakan pemerintah yang tidak sejalan dengan

keinginan publik.”

3) Maksud

Maksud dari pemberitaan teks pertama ada pada paragraf 3.

Paragraf 3 : “Hanta menjelaskan pemberitaan di media mengenai partai politik sangat penting dalam memberikan persepsi bagi

masyarakat terhadap parpol. „Sebenarnya media sendiri yang mendapatkan sumber pemberitaan itu dari parpol. Jadi parpol perlu berhati-hati dalam kasus dan isu hukum yang sedang dihadapi,’ terangnya.”

4) Pra-Anggapan

Pra-anggapan teks berita pertama terdapat pada paragraf 12.

Paragraf 12 : “Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh optimistis partainya mampu meraih 12% lebih suara bila melihat pergerakan para kader NasDem di Pulau Jawa dan di luar Jawa.”

Sintaksis 1) Koherensi

Paragraf 5 : “elektabilitas PPP dan Hanura pun mengalami

peningkatan.”

Paragraf 7 : “lebih lanjut Hanta mengingatkan bahwa parpol yang mendapatkan tone pemberitaan positf harus menjaga dan


(49)

menghindari hal-hal yang bisa memunculkan potensi pemberitaan

negatif.”

Paragraf 8 : “pertama, menjaga dan menghindari hal-hal yang bisa menyebabkan pemberitaan negatif. Misalnya, yang berkaitan dengan kasus hukum. Kedua, parpol itu selalu membuat kebijakan politik atau gagasan baru, kreatif dan inovatif segar sehingga

diberitakan positif.”

Paragraf 9 : “…apa yang publik inginkan selalu sama dengan keinginan partai. Misalnya, jika partai itu merupakan oposisi, terus memantau dan mengawal kebijakan pemerintah yang tidak sejalan dengan keinginan publik”

Paragraf 12 : “kalau kenaikannya dapat mengimbangi, atau sekitar

6% lagi…”

2) Bentuk Kalimat

Paragraf 1 : “NasDem menjadi partai politik yang memiliki proporsi pemberitaan bernada positif tertinggi…”

Paragraf 2 : “posisi kedua ditempati Partai Hanura dengan 31,9%, selanjutnya PDIP 26,26%, dan Gerindra 26,19%. „wacana pencapresan jokowi bisa mengimbangi munculnya pemberitaan

negatif soal kasus korupsi di PDIP’…”

Paragraf 4 : “sementara itu, dalam hal pemberitaan negatif, PKS

mendapat proporsi terbesar dengan 23,87%...”

Paragraf 8 : “…kedua, parpol itu selalu membuat kebijakan politik


(50)

39

Paragraf 9 : “ketiga, selalu berpihak kepada keinginan publik,…”

Paragraf 11 : “…pemberitaan parpol di media bisa sangat mengganggu dan bisa juga membantu.”

3) Kata Ganti

Paragraf 3 : “…’jadi parpol perlu berhati-hati dalam kasus dan isu

hukum yang sedang dihadapi,’ terangnya.”

Paragraf 10 : “…’sentimen negatif terhadap pemberitaan parpol,

khususnya berita untuk PKS, tidak manageable,’ tuturnya.” Stilistik

1) Leksikon

Paragraf 1 : tertinggi, Paragraf 3 : berhati-hati, Paragraf 7 : potensi, Paragraf 10 : sentiment, Paragraf 12 : optimistis

Retoris 1) Grafis

Pada teks berita pertama ini adanya penonjolan pemberitaan mengenai Partai NasDem yang mendapatkan proporsi pemberitaan positif tertinggi dan Partai NasDem adalah partai yang berjalan sesuai dengan keinginan rakyat.

Tabel 2

Kesimpulan Analisis Teks Berita 1

Struktur Elemen Analisis

Makro Tema/Topik Partai NasDem menjadi partai yang mendapat pemberitaan bernada positif dalam hasil survei yang dilakukan Pol-Tracking.

Superstruktur Skema/Alur Awal : mengenai hasil survei Pol-Tracking dari partai-partai politik yang mendapat pemberitaan bernada positif, dan Partai NasDem mendapat proporsi pemberitaan


(51)

bernada positif tertinggi.

Tengah : hasil survei pemberitaan bernada negatif tertinggi dan hasil elektabilitas partai politik. Dan didukung oleh pernyataan Hanta Yuda.

Akhir : pernyataan pendukung dari Wasekjen PKS, Ketua Balitbang Golkar dan Ketua Umum Partai NasDem yang optimis NasDem meraih 12% suara.

Mikro Semantik, Sintaksis, Stilistik

Semantik

Latar : terdapat pada paragraf 1 yang menunjukkan Partai NasDem mendapat proporsi pemberitaan bernada positif tertinggi dengan meraih 34,54% dan Hanta Yuda yang mengatakan itu tak terlepas dari perannya sebagai oposisi dalam merespon kebijakan pemerintah.

Detil : terdapat pada paragraf 8 dan 9 dalam pernyataan Hanta Yuda bahwa ada tiga hal yang harus dijaga parpol yang mendapatkan tone pemberitaan positif.

Maksud : terdapat pada paragraf 3 pernyataan Hanta Yuda yang menjelaskan bahwa pemberitaan di media mengenai parpol sangat penting dalam memberikan persepsi bagi masyarakat terhadap parpol. Pra-anggapan : terdapat pada paragraf 12 dalam pernyataan Surya Paloh yang optimis NasDem akan meraih 12% suara.

Sintaksis

Koherensi : berita ini banyak jalinan kata yang menunjukkan sebab akibat serta

maksud dan tujuan, seperti kata „bahwa‟, „menyebabkan‟, „sehingga‟, „dan‟, „atau‟,

jika‟.

Bentuk kalimat : berita ini banyak menggunakan kalimat yang menunjukkan bahwa kalimat itu aktif seperti „menjadi‟, „mengimbangi‟, „membuat‟, membantu‟ dan kalimat pasif seperti „ditempati‟

Kata ganti : banyak menunjuk pada narasumber dan narasumber sebagai orang kedua seperti „terangnya‟, „tuturnya‟ Stilistik

Leksikon : adanya kata „tertinggi‟, „berhati-hati‟, „potensi‟, „sentimen‟, „optimistis‟.


(52)

41

Analisis

Pada analisis teks berita ini bila melihat dari struktur makro yang dilihat dari unsur tematik, Media Indonesia ingin menunjukkan bahwa Partai NasDem adalah partai yang paling banyak mendapatkan proporsi pemberitaan bernada positif pada survei tersebut, karena Partai NasDem memiliki peran sebagai partai oposisi atas kebijakan-kebijakan pemerintah. Judul berita ini dibentuk untuk membuat opini masyarakat mengarah pada Partai NasDem yang mendapat proporsi pemberitaan positif tertinggi.

Pada tingkatan superstruktur dilihat dari unsur skematik, Media Indonesia lebih mengedepankan kepada pemberitaan Partai NasDem yang mendapat proporsi pemberitaan bernada positif tertinggi. Dilanjutkan pada pernyataan Hanta Yuda yang mengingatkan agar parpol yang mendapat proporsi pemberitaan positif harus bisa menjaga dan menghindari hal-hal yang bisa memunculkan pemberitaan negatif. Dan akhir berita ini juga didukung oleh ke-optimisan dari Surya Paloh sebagai Ketua Umum Partai NasDem.

Pada struktur mikro, dilihat dari elemen semantik menunjukkan berita mengenai hasil survei yang dilakukan oleh Pol-Tracking diberitakan secara implisit seperti hasil survei mengenai parpol dengan pemberitaan negatif dan hasil elektabilitas parpol. Namun, pada pemberitaan mengenai Partai NasDem dan pernyataan Hanta Yuda mengenai parpol yang mendapat pemberitaan bernada positif diberitakan secara eksplisit. Pada elemen sintaksis, dalam berita


(53)

ini ditemukan bentuk kalimat dan koherensi yang menunjukkan kalimat aktif, hubungan adanya sebab dan akibat serta yang menerangkan maksud dan tujuan bahwa Partai NasDem adalah partai yang memiliki proporsi pemberitaan positifi tertinggi dan ini dikarenakan Partai NasDem sebagai partai oposisi yang merespon semua kebijakan-kebijakan pemerintah.

Pada elemen stilistik pilihan kata yang dipakai oleh Media Indonesia dalam memberitakan Partai NasDem lebih menunjukkan adanya pemberitaan positif terhadap Partai NasDem dengan tujuan untuk mengontrol opini masyarakat, dimana pada hasil survei itu menunjuk Partai NasDem sebagai partai dengan proporsi pemberitaan tertinggi.

Dari berita pertama ini, Media Indonesia terlihat begitu mengarahkan pemberitaan mengenai Partai NasDem yang memiliki pemberitaan positif tertinggi kepada arah yang begitu membentuk pencitraan Partai NasDem. Dalam berita ini Partai NasDem terlihat sebagai partai yang sejalan dengan keinginan rakyat. Dengan berita ini Media Indonesia mencoba untuk menciptakan persepsi masyarakat terhadap Partai NasDem sebagai partai baru dalam Pemilu 2014. Hal ini terlihat dari hasil survei yang melihatkan dan diperkuat dengan pernyataan dari Hanta Yudha yang begitu diarahkan.

Dalam berita ini melihatkan bahwa NasDem yang sejalan dengan keinginan rakyat, selalu membuat gagasan yang kreatif dan inovatif serta diuntungkan dengan kenyataan bahwa NasDem sebagai


(54)

43

partai baru masih terhindar dari kasus korupsi. Ini menunjukkan bagaimana Media Indonesia mencoba melihatkan bahwa Partai NasDem adalah partai politik baru yang diinginkan oleh rakyat, karena NasDem merupakan partai politik baru dalam pemilu 2014.

Analisis Teks Berita 2 : Kamis, 13 Februari 2014 “Partai NasDem Dinilai Properubahan”

a. Makro

Struktur makro ini diamati dengan melihat tema atau topik pemberitaan. Tema atau topik pada teks keenam adalah :

“Lembaga Survei Jakarta (LSJ) mengeluarkan hasil survei yang

dilakukan atas penelitian terhadap partai yang dinilai paling properubahan dan Partai NasDem menjadi partai yang paling dinilai

properubahan.”

b. Superstruktur

Superstruktur ini bisa dilihat dari skema pemberitaan. Skema pemberitaan pada teks keenam adalah sebagai berikut:

1) Bagian pembuka diawali dengan pernyataan bahwa menurut hasil survei Lembaga Survei Jakarta (LSJ) partai NasDem ada diurutan ke-4 dalam tingkat keelektabilitasan dan urutan pertama pada partai yang dinilai properubahan.

“…elektabilitas Partai NasDem berada di posisi ke-4, mengalahkan Partai Hanura dan Partai Demokrat. Selain itu, partai besutan Surya Paloh tersebut dianggap sebagai partai yang


(55)

2) Bagian tengah berisi tentang pernyataan-pernyataan dari manager riset LSJ yang memperkuat bahwa partai NasDem partai properubahan yang diikuti dengan hasil survei partai politik yang properubahan dan elektabilitas partai politik.

“…belum masuknya kader Partai NasDem ke lembaga legislatif

karena sebagai partai baru juga menguntungkan partai tersebut karena terhindar dari berbagai kasus korupsi yang saat ini menjerat

sejumlah partai politik…”(paragraf 4). “…hasilnya Partai NasDem

berada di posisi teratas dengan 15,3%, disusul Partai Gerindra

14,9%, dan Hanura 12,8%...”(paragraf 7).

3) Bagian akhir ditutup dengan data tentang pelaksanaan survei yang dilakukan oleh LSJ yang dilakukan dengan wawancara tatap muka dan kuesioner.

“…pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka dan kuesioner.”(paragraf 12).

c. Mikro Semantik 1) Latar

Latar pada teks berita keenam ada pada paragraf 6.

Paragraf 6 : “…ia melanjutkan, sejumlah parpol yang dalam mengedepankan isu perubahan seperti halnya NasDem akan diminati masyarakat. Adanya komitmen yang kuat terhadap rakyat


(56)

45

2) Detil

Detil pada teks berita keenam ada pada paragraf 4 dan paragraf 5.

Paragraf 4 : “…ia menambahkan, belum masuknya kader Partai

NasDem ke lembaga legislatif karena sebagai partai baru juga menguntungkan partai tersebut karena terhindar dari berbagai kasus korupsi yang saat ini menjerat sejumlah partai politik…”

Paragraf 5 : “…’situasi memberikan insentif elektoral bagi

NasDem. Publik sudah jenuh terhadap partai-partai lama yang

terlibat berbagai kasus korupsi,’ papar rendy…”

3) Maksud

Maksud pada teks berita keenam ada pada paragraf 3.

Paragraf 3 : “…’konsep restorasi Indonesia dipersepsikan publik

sebagai jawaban atas tuntutan perubahan dalam berbagai bidang. Saat ini populer saja tidak cukup. Buat apa pilih yang populer, tapi

tidak berkualitas,’ ujar rendy…”

4) Pra-Anggapan

Pra-anggapan pada teks berita keenam terdapat pada paragraf 8.

Paragraf 8 : “…’NasDem dipersepsikan sebagai partai yang paling

punya komitmen terhadap perubahan. Konsep restorasi Indonesia dimaknai publik sebagai jawaban atas tuntutan perubahan dalam berbagai bidang,’ ujarnya…”


(57)

Sintaksis 1) Koherensi

Paragraf 2 : “…partai NasDem diprediksi bakal bersinar dalam

pemilu tahun ini karena partai itu dipersepsikan sebagai partai yang paling punya komitmen terhadap peruabahan.”

Paragraf 3 : “…buat apa pilih yang populer, tapi tidak berkualitas.”

Paragraf 4 : “…belum masuknya kader partai NasDem ke lembaga

legislatif karena sebagai partai baru juga menguntungkan partai tersebut karena terhindar dari berbagai kasus korupsi yang saat ini

menjerat sejumlah partai politik”

Paragraf 6 : “…sejumlah parpol yang dalam sosialisasinya

mengedepankan isu perubahan seperti halnya NasDem akan

diminati masyarakat.”

2) Bentuk Kalimat

Paragraf 1 : “…selain itu, partai besutan Surya Paloh tersebut

dianggap sebagai partai yang properubahan”

Paragraf 2 : “…partai NasDem diprediksi bakal bersinar dalam

pemilu tahun ini …”

Paragraf 3 : “…buat apa pilih yang populer, tapi tidak

berkualitas

Paragraf 4 : “…terhindar dari berbagai kasus korupsi yang saat ini

menjerat sejumlah partai politik”

Paragraf 5 : “situasi ini memberikan insentif elektoral bagi


(58)

47

Paragraf 6 : “…sejumlah parpol yang dalam sosialisasinya

mengedepankan isu perubahan…” 3) Kata Ganti

Paragraf 4 : “ia menambahkan, …”

Paragraf 6 : “ia melanjutkan, …”

Paragraf 8 : “…’dimaknai publik sebagai jawaban atas tuntutan

perubahan dalam berbagai bidang,’ujarnyaStilistik

1) Leksikon

Paragraf 1 : besutan, Paragraf 2 : bakal, komitmen, Paragraf 6 : diminati

Retoris 1) Grafis

Berita ini menekankan bahwa Partai NasDem dinilai sebagai partai yang properubahan. Partai NasDem dinilai properubahan karena belum adanya kader partai ini yang masuk dalam ke lembaga legislatif dan ini menguntungkan bagi Partai NasDem.

Tabel 3

Kesimpulan Analisis Teks Berita 2

Struktur Elemen Analisis

Makro Tema/Topik Lembaga Survei Jakarta mengeluarkan hasil survei yang dilakukan terhadap partai yang dinilai paling properubahan dan Partai NasDem menjadi partai yang paling dinilai properubahan.

Superstruktur Skema/Alur Awal : menurut hasil survei itu elektabilitas Partai NasDem ada diurutan ke-4 dan urutan pertama pada survei partai yang dinilai


(59)

properubahan

Tengah : pernyataan yang menguatkan bahwa Partai NasDem paling properubahan, diikuti dengan hasil survei partai politik yang properubahan dan elektabilitas partai politik

Akhir : data mengenai pelaksanaan survei yang dilakukan Lembaga Survei Jakarta.

Mikro Semantik, Sintaksis, Stilistik

Semantik

Latar : terdapat pada paragraf 6 partai politik yang mengedepankan isu perubahan seperti halnya NasDem akan diminati masyarakat. Adanya komitmen kuat terhadap rakyat kecil juga mempengaruhi peningkatan elektabilitas.

Detil : terdapat pada paragraf 4 dan 5 belum masuknya kader NasDem menjadi keuntungan sendiri karena sebagai partai baru dan terhindar dari korupsi.

Maksud : terdapat pada paragraf 3 konsep restorasi Indonesia dipersepsikan publik sebagai jawaban atas tuntutan perubahan. Pra-Anggapan : terdapat pada paragraf 8 bahwa NasDem dipersepsikan sebagai partai yang paling punya komitmen.

Sintaksis

Koherensi : menunjukkan adanya sebab akibat serta maksud dan tujuan seperti „karena‟, „yang‟, „tapi‟, „seperti‟.

Bentuk kalimat : menunjukkan adanya kalimat aktif seperti

„bersinar‟, „berkualitas‟,

„menjerat‟, „memberikan‟,

„mengedepankan‟.

Kata ganti : menunjukkan narasumber sebagai orang kedua seperti „ia‟, „-nya‟.

Stilistik

Leksikon : adanya pilihan kata seperti „besutan‟, „bakal‟, komitmen‟, „diminati‟.


(60)

49

Analisis

Analisis teks pada struktur makro yang dilihat dari unsur tematik, berita ini menjelaskan bahwa dalam hasil survei yang dikeluarkan oleh Lembaga Survei Jakarta, Partai NasDem merupakan partai yang dinilai properubahan. Judul diatas mengindikasikan adanya pencitraan positif yang diberikan Media Indonesia terhadap Partai NasDem.

Pada superstruktur yang dilihat dari unsur skematik, awal berita ini terlihat menunjukkan bahwa Partai NasDem adalah partai yang dinilai properubahan, tapi dalam elektabilitas Partai NasDem masih menempati posisi keempat. Alasan Partai NasDem menjadi partai yang dinilai properubahan karena belum masuknya kader Partai NasDem kedalam lembaga legislatif dan ini juga keuntungan dari partai baru.

Pada struktur mikro unsur yang pertama unsur semantik, pada berita ini berita mengenai Partai NasDem yang dinilai properubahan diberitakan secara implisit. Tetapi berita mengenai hasil keseluruhan survei yang dilakukan secara eksplisit oleh Media Indonesia.

Yang kedua unsur sintaksis, bentuk kalimat dan koherensi menjelaskan adanya kalimat aktif, adanya hubungan sebab akibat serta maksud dan tujuan dari konsep restorasi Indonesia yang dipersepsikan publik sebagai jawaban atas tuntutan perubahan dalam berbagai bidang, dan populer saja tidak cukup jika tidak


(61)

berkualitas. Dan yang ketiga unsur stilistik, pilihan kata dari berita ini menunjukkan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin, populer saja tidak cukup tapi juga musti memiliki komitmen dan berkualitas.

Analisis secara keseluruhan berita ini menunjukkan adanya pencitraan positif terhadap pemberitaan Partai NasDem dengan mengkonstruk judul berita. Judul yang dipilih terlalu melihatkan bahwa Media Indonesia mencoba untuk mengontrol opini masyarakat untuk dapat mempercayai bahwa Partai NasDem akan membawa Indonesia pada perubahan yang lebih baik.

Berita ini semakin menunjukkan bahwa Media Indonesia ingin menunjukkan bahwa partai NasDem adalah partai politik yang memiliki komitmen dan konsep restorasi Indonesia. Dan juga Media Indonesia melihatkan bagaimana NasDem sebagai partai baru yang ingin membawa perubahan bangsa, ini diperkuat dengan belum adanya kader partai NasDem yang masuk dalam lembaga legislatif.

Namun, sayangnya Partai NasDem belum bisa menaikkan elektabilitas partainya dengan penilaian masyarakat bahwa partai NasDem adalah partai politik yang properubahan. Selain itu, proporsi pemberitaan positif yang diterima NasDem pun belum bisa menaikkan elektabilitas. Walaupun selalu mendapatkan pemberitaan positif di media massa ini tidak menjamin bahwa akan menaikkan elektabilitas partainya.


(62)

51

Analisis teks berita 3 : Sabtu, 29 Maret 2014 “NasDem tidak Haus Kekuasaan”

1. Makro

Struktur makro dapat diamati dengan melihat dari tema atau topik pemberitaan. Tema dari teks berita ini adalah :

“NasDem tidak haus kekuasaan, tapi NasDem ingin menjadi motor perubahan.”

2. Superstruktur

Superstruktur dapat dilihat dari skema atau alur cerita pemberitaan. Skema dari teks berita adalah sebagai berikut:

a) Bagian pertama diawali perkataan Surya Paloh yang mengatakan dia mendirikan NasDem bukan untuk mencari kekuasaan, namun untuk menjadi motor perubahan bangsa

“…’kita bukan mencari kursi presiden, menteri, dan DPR, melainkan demi bangkitnya kembali negara ini. NasDem harus

menjadi motor perubahan bangsa yang lebih baik,’ujar Surya…”(paragrad 2)

b) Bagian tengah diisi dengan NasDem siap menjadi oposisi jika suara yang diraih tidak cukup, dan pernyataan-pernyataan Surya Paloh dalam kampanye di manado

“…’NasDem siap mengontrol pemerintahan jika tidak terlibat di

dalamnya. Namun, jika diberi kepercayaan, NasDem akan menyiapkan kader yang bagus untuk membuat perubahan bangsa


(63)

c) Bagian akhir ditutup dengan pernyataan Patrice Rio Caplella yang menyatakan aka nada pendidikan gratis dari SD hingga perguruan tinggi bila NasDem menang dalam pemilu legislatif

“…’pendidikan gratis bagi pelajar SD hingga perguruan tinggi bila

Partai NasDem menang Pemilu Legislatif,’ kata Rio…”(paragraf

10) 3. Mikro

Semantik a) Latar

Latar teks berita ini terdapat pada paragraf 2.

Paragraf 2 : “…’Kita bukan mencari kursi presiden, menteri, dan DPR, melainkan demi bangkitnya kembali negara ini. NasDem harus menjadi motor perubahan bangsa yang lebih baik,’ ujar

Surya…”

b) Detil

Detil teks berita ini terdapat pada paragraf 6.

Paragraf 6 : “…’inilah yang menyebabkan negara kita belum maju. Karena itu sangat perlu gerakan perubahan untuk membangun pemahaman baru seluruh komponen bangsa ini. Kembalilah kepada jati diri sebagai bangsa yang sadar untuk memberikan keseimbangan hak-hak kewarganegaraan yang dimilikinya. Termasuk hak-hak berserikat, berpolitik, dan hak-hak berbeda pendapat,’ tegasnya…”


(64)

53

c) Maksud

Maksud dari teks berita terdapat pada paragraf 4.

Paragraf 4 : “…’NasDem siap mengontrol pemerintahan jika tidak terlibat di dalamnya. Namun, jika diberi kepercayaan, NasDem akan menyiapkan kader yang bagus untuk membuat perubahan bangsa yang lebih baik,’ katanya…”

d) Pra-Anggapan

Praanggapan teks berita terdapat pada paragraf 10.

Paragraf 10 : “…’Pendidikan gratis bagi pelajar SD hingga perguruan tinggi bila Partai NasDem menang Pemilu Legislatif,’

kata Rio…”.

Sintaksis a) Koherensi

Paragraf 1 : “Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menegaskan partai yang didirikannya bukan untuk mencari

kekuasaan.”

Paragraf 2 : “NasDem harus menjadi motor perubahan bangsa yang lebih baik.”

Paragraf 3 : “…Surya menegaskan partainya siap menjadi oposisi jika suara yang diraih tidak cukup untuk menempatkan wakil di

DPR dan pemerintahan,”

Paragraf 4 : “namun, jika diberi kepercayaan, NasDem akan menyiapkan kader yang bagus untuk membuat perubahan bangsa yang lebih baik,”


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)