TINJAUAN HISTORIS IMPLEMENTASI ISI PERJANJIAN LINGGARJATI ANTARA INDONESIA DAN BELANDA TAHUN 1946-1947

(1)

ABSTRAK

TINJAUAN HISTORIS IMPLEMENTASI ISI PERJANJIAN LINGGARJATI ANTARA INDONESIA DAN BELANDA

TAHUN 1946-1947

Oleh : Dwi Ika Sari

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak dapat diterima oleh Belanda dikarenakan setelah menyerahnya Jepang kepada Sekutu, Belanda menganggap Indonesia adalah negara jajahannya, sehingga menimbulkan konflik diantara Indonesia dan Belanda. Kedua belah pihak berupaya menyelesaiakan konflik melalui jalur diplomasi, berupa Perundingan Linggarjati yang berlangsung 11-15 November 1946. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana implemetasi pengakuan de facto wilayah RI atas Jawa, Madura dan Sumatra? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui implemetasi pengakuan de facto wilayah RI atas Jawa, Madura dan Sumatra. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kepustakaan dan teknik dokumentasi yang terdapat dalam Perpustakaan Universitas Lampung, Perpustakaan Daerah Lampung. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif yang berdasarkan pada hubungan sebab-akibat, sehingga diperoleh suatu analisis yang berpola sinkronis yang melihat suatu peristiwa berdasarkan keterkaitan hubungan aspek dengan aspek lainnya di dalam suatu kerangka sistem yang berdasarkan hubungan yang bersifat logis.

Hasil dari penelitian ini yaitu menjelaskan bahwa usaha-usaha yang dilakukan untuk mengimplementasikan isi Perjanjian Linggarjati yang menyangkut pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra di pihak Belanda dilakukan dengan menghentikan aksi tembak menembak, sedangkan di pihak Indonesia selain dengan menghentikan aksi tembak menembak juga dengan menjalin kerjasama dengan negara-negara lain hingga diperolehnya pengakuan de facto RI.


(2)

(3)

TINJAUAN HISTORIS IMPLEMENTASI ISI PERJANJIAN

LINGGARJATI ANTARA INDONESIA DAN BELANDA

TAHUN 1946-1947

(Skripsi)

Oleh DWI IKA SARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dwi Ika Sari yang dilahirkan di Teluk Betung Bandar Lampung, pada tanggal 10 Desember 1991. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara, yang dibesarkan oleh ayah bernama Satiman dan ibu bernama Masitoh.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah bersekolah di SD Negeri 2 Kupang Teba Bandar Lampung pada tahun 1997 dan tamat pada tahun 2003. Melanjutkan di SMP Negeri 16 Bandar Lampung pada tahun 2003 dan tamat pada tahun 2006. Melanjutkan ke SMK Negeri 4 Bandar Lampung masuk pada tahun 2006 dan tamat pada tahun 2009. Setelah lulus dari SMK kemudian penulis melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung (UNILA) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah melalui jalur SNMPTN. Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bumi Nabung Udik Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur, serta melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri Bumi Nabung Udik.

Selama menempuh studi di Universitas Lampung penulis mengikuti beberapa organisasi baik internal maupun eksternal kampus. Sejak tahun 2009 penulis tergabung di organisasi internal kampus tingkat jurusan yang bernama Himpunan Mahasiswa Pendidikan Ilmu Sosial (HIMAPIS) sebagai Baramuda, kemudian tahun 2010-2011 menjadi Bendahara Umum Himpunan Mahasiswa Pendidikan Ilmu Sosial (HIMAPIS). Di tingkat Program Studi penulis aktif dalam organisasi Forum Komunikasi Mahasiswa dan Alumni (FOKMA) Pendidikan Sejarah sebagai Wakil Sekretaris Umum pada tahun 2010-2011. Sedangkan organisasi eksternal yang pernah terlibat adalah HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) cabang Komisariat KIP Unila.


(8)

Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil.

Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki.


(9)

PERSEMBAHAN

Teriring do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, ku persembahkan karya kecilku ini sebagai rasa sayang dan terimakasihku kepada:

1. Orang tuaku yang telah menerima, mendidik dan menyayangiku. Bapak Satiman dan Ibu Masitoh yang senantiasa berdo’a dan berjuang tak kenal lelah demi

keberhasilanku.

2. Kakakku Eko Sunjaya dan adikku Anggi Tri Fela yang telah memberikan dukungan kepadaku serta keluarga besarku.

3. Para pendidikku, dosen dan guru-guru yang telah memberikan ilmu kepadaku.


(10)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “TINJAUAN HISTORIS IMPLEMENTASI ISI PERJANJIAN LINGGARJATI ANTARA INDONESIA DAN BELANDA TAHUN 1946-1947”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang senantiasa dinantikan syafaatnya di yaumil akhir kelak.

Penulisan skripsi ini merupakan syarat yang harus dilakukan dalam menyelesaikan studi. Dalam proses pembuatan dan penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr.Thoha B.S. Jaya, M.S., Pembantu Dekan I FKIP Universitas

Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., Pembantu Dekan II FKIP Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan juga sebagai Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, dan nasihat dalam proses kuliah dan penyelesaian skripsi.

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

6. Bapak Drs.Maskun, M.H., Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah serta sebagai penguji utama dalam ujian skripsi, yang telah bersedia


(11)

meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, dan nasihat dalam proses kuliah dan penyelesaian skripsi.

7. Bapak Muhammad Basri, S.Pd.,M.Pd., Pembimbing Akademik, serta sebagai Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, dan nasihat dalam proses kuliah dan penyelesaian skripsi.

8. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sejarah: Dr. R.M.Sinaga, M.Hum., Yustina Sri Ekwandari, S.Pd., M.Hum., Drs. Wakidi, M.Hum., Drs. Ali Imron, M.Hum., Drs. Tontowi, M.Si., Drs. Syaiful M, M.Si., Suparman Arif, S.Pd.,M.Pd. yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah.

9. Orang tua, kakak dan adik penulis yang tidak henti-hentinya berdoa serta memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dalam menempuh pendidikan termasuk dalam proses penyusunan skripsi.

10. Sahabat-sahabat penulis Karsini, Fadhlia Saufa Azima, Siti Marfuatun, Irwan Yudianto, Yuni Istiani, Nur Maimunah, Ferdiana Haryani, , Khatmi Fadilla, dan Iren Syahriyanti serta teman-teman angkatan 2009 yang tidak bisa dituliskan namanya satu persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi baik moril maupun materil kepada penulis.

11. Seluruh mahasiswa Program Studi Sejarah, serta teman-teman KKN dan PPL Desa Bumi Nabung Udik Kecamatan Sukadana Lampung Timur yang selalu memberikan arahan dan dukungan kepada penulis.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dan karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Januari 2014 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Analisis Masalah... 5

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Pembatasan Masalah... 6

3. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II.TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Konsep Tinjauan Historis... 9

2. Konsep Implementasi... 10

3.Konsep Naskah... 11

4. Konsep Perjanjian ... 12

5. Konsep Pengakuan ... 13

B. Kerangka Pikir ... 15

C. Paradigma... 16

III.METODELOGI PENELITIAN A.Metode yang Digunakan... ... 18

B.Variabel Penelitian ... ... 22

C.Teknik Pengumpulan Data ... ... 22

1. Teknik Kepustakaan ... ... 23

2. Teknik Dokumentasi... ... 23

D.Teknik Analiss Data ... ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.HASIL 1. Gambaran Umum Perundingan Linggarjati antara Indonesia dan Belanda ... 27

1.1.Pembicaraan Pendahuluan ... 27

1.2.Gedung Perundingan Linggarjati ... 29


(13)

xii

2. Implementasi Perjanjian Linggarjati ... 35 2.1. Usaha-usaha Implementasi Pengakuan Kedaulatan RI

Atas Jawa, Madura dan Sumatra (Pasal 1)... 35 2.1.1. Usaha Implementasi pihak Belanda ... 38 2.1.2. Usaha Implementasi pihak Indonesia ... 40 B.PEMBAHASAN

Usaha-usaha Implementasi Pengakuan Kedaulatan Wilayah RI Atas Jawa, Madura Dan Sumatra (Pasal 1) ... 45 V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... ... 50 B. Saran ... ... 51 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN GAMBAR


(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemerdekaan merupakan hak setiap bangsa untuk terlepas dan terbebas dari tekanan bangsa lain. Hal ini senada dengan isi pembukaan UUD 1945. “Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan” (MPR RI, 2012: 2).

Kemerdekaan harus dimiliki dan diperjuangkan oleh setiap bangsa untuk memperoleh kedaulatan, seperti halnya Indonesia. Perjuangan rakyat Indonesia yang tidak mengenal kata menyerah dalam melawan segala bentuk penjajahan dan penindasan yang telah menimbulkan kekacauan serta banyak memakan korban jiwa di berbagai daerah di Indonesia, akhirnya mampu menghantarkan Indonesia dalam meraih kemerdekaan. “Pada pukul 10.00 (waktu Tokyo), Jumat, 17 Agustus 1945, upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diselenggarakan di depan rumah Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56” ( Rusdhy Hoesein, 2010: 82).

Indonesia yang muncul sebagai negara baru, harus memenuhi syarat berdirinya suatu negara yang meliputi adanya wilayah, adanya rakyat, adanya pemerintah yang berdaulat dan adanya pengakuan dari negara lain. Namun kemerdekaan


(15)

2

Indonesia belum sepenuhnya mendapatkan pengakuan dari negara lain terutama Belanda. Karena Belanda terus berupaya untuk menduduki kembali wilayah RI dengan membonceng Sekutu. Pasukan Sekutu baru mendarat di Indonesia setelah penandatanganan penyerahan Jepang kepada Sekutu.

Pada tanggal 29 September 1945 pada jam 10.00 Letnan Jendral Sir Philip Christison Panglima Besar AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies) mendarat di Jakarta. Panglima ini membawa tiga Divisi, terdiri dari serdadu-serdadu India, satu Divisi (23rd Indian Division) ditempatkan di daerah Jakarta, satu Divisi (5th Indian Division) ditempatkan di daerah Surabaya dan satu lagi (26th Indian Division) ditempatkan di Medan dan Padang untuk daerah Sumatra (G.A.Warmansjah, dkk, 1991: 103).

Pasukan Sekutu yang bertugas untuk menangani Indonesia bernama Allied Forces Netherland East Indies (AFNEI) di bawah pimpinan Letjen Philip Christison. Dalam buku karangan Drs.G.Moedjanto,M.A. menerangkan bahwa tugas AFNEI di Indonesia adalah sebagai berikut :

 Menerima penyerahan tentara Jepang tanpa syarat, melucuti dan mengembalikannya ke tanah airnya.

 Membebaskan APWI (Allied Prisoners and War Interness), tugas ini disebut RAPWI (Recovery of Allied Prisoners and War Interness).

 Menjaga keamanan dan ketertiban sehingga memungkinkan pemerintah sipil berfungsi kembali.

 Mencari keterangan dan mengadili para penjahat perang (G.Moedjanto,1988: 97).

Kecurigaan rakyat Indonesia terhadap Belanda yang ingin menduduki kembali Indonesia semakin memuncak karena Belanda berani melakukan perbuatan yang merendahkan pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia, yang mengakibatkan kekacauan bahkan pertempuran. Melihat banyaknya korban yang gugur dalam pertempuran antara pihak Indonesia, Inggris maupun Belanda, maka Inggris ingin menunjukkan bahwa kedatangannya ke Indonesia tidaklah untuk kekacauan dan


(16)

pertempuran, dan mengusahakan pertemuan pihak RI dan Belanda dalam sebuah perundingan untuk menyelesaikan masalah mereka secara damai.

Perundingan awal antara Indonesia dan Belanda di Hooge Valuwe tidak membawa hasil yang baik bagi Indonesia. Delegasi RI mengadakan pertemuan 4 kali dengan delegasi Belanda pimpinan PM Schermerhorn antara tgl.14-24 April. Tetapi perundingan itu berakhir dengan kegagalan, karena Belanda hanya mau memenuhi tuntutan RI berupa pengakuan kekuasaan secara de facto RI atas Jawa dan Madura, tetapi tidak untuk Sumatera. Kegagalan itu nampaknya disengaja oleh Belanda, karena menanti perkembangan sampai sesudah pemilihan umum bulan Mei 1946 (G. Moedjanto, M.A., 1988 : 166).

Kegagalan perundingan Hooge Valuwe tidak mematikan langkah pemerintah Inggris untuk terus berupaya menyelesaikan masalah RI dan Belanda dalam sebuah perundingan. Oleh karena itu, pemerintah Inggris segera mengutus Lord Killearn ke Indonesia untuk menggantikan Sir Archibald Clark Kerr untuk menjadi penengah dalam perundingan.

Sejak tanggal 11-15 November 1946 telah dilaksanakan perundingan yang dihadiri oleh delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Sutan Syahrir dan delegasi Belanda dipimpin oleh Prof. Schermerhorn. Perundingan yang dipimpin oleh diplomat Inggris bernama Lord Killearn ini memuat 17 pasal dan diberi nama Naskah Persetujuan Linggarjati. Meskipun Naskah Persetujuan Linggarjati telah diparaf oleh kedua delegasi namun keputusan tertinggi tetap berada pada keputusan parlemen masing-masing negara.


(17)

4

Kedua delegasi kembali ke negaranya untuk membahas dan mengulas kembali hasil perundingan yang telah diparaf. Persetujuan Linggarjati tersebut menimbulkan pro dan kontra tidak hanya di pihak Indonesia tetapi juga di pihak Belanda. Di Indonesia, pihak yang mendukung perundingan tersebut beranggapan bahwa cara damai merupakan jalan terbaik dan sesuai dengan suasana politik yang sedang terjadi di Indonesia. Namun, tidak halnya dengan pihak oposisi Indonesia yang menganggap Perundingan Linggarjati sebagai sebuah kekalahan.

Pihak Belanda juga merasa tidak puas terhadap pasal-pasal yang terdapat dalam Naskah Pesetujuan Linggarjati, terutama kaum kapitalis yang pernah kaya-raya karena usahanya di bumi Indonesia dan menganganggap Persetujuan Linggarjati merupakan sesuatu yang merugikan. Sehingga Belanda ingin kembali berkuasa di Indonesia. Setelah di masing-masing pihak mampu membendung pro dan kontra di negaranya masing-masing akhirnya Naskah Persetujuan Linggarjati itu disepakati kedua belah pihak dan syah ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947.

Hasil Pokok Perjanjian Linggarjati antara lain meliputi:

1. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi: Sumatra, Jawa, dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah de facto paling lambat 1 Januari 1949.

2. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia.

3. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Indonesia-Belanda sebagai ketuanya (Binhakim, 2011:1).


(18)

Setelah penandatanganan Perjanjian Linggarjati, pasukan militer kedua belah pihak saling menghentikkan tembak-menembak dan menarik mundur pasukan militernya. Namum implementasi dari Naskah Persetujuan Linggarjati tidak semua berjalan sesuai dengan keadaan yang diharapkan, hal ini dikarenakan adanya pelanggaran-pelanggaran yang terus dilakukan Belanda untuk menggagalkan Perjanjian Linggarjati.

Tindakan-tindakan yang dilancarkan Belanda jelas telah mengingkari Perjanjian Linggarjati. Sehingga timbul sikap saling mencurigai akan kesungguhan masing-masing pihak melaksanakan perjanjian tersebut.

Keadaan semakin kacau ketika Belanda memutuskan tidak terikat lagi terhadap Perjanjian Linggarjati dengan melakukan Agresi Militer Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947. Aksi tersebut jelas melanggar perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dan merupakan salah satu bentuk kegagalan terhadap implementasi perjanjian linggarjati.

B. Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan oleh penulis di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Implementasi pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra.

2. Implementasi Pembentukkan Negara Indonesia Serikat. 3. Implementasi Pembentukan Uni Indonesia Belanda.


(19)

6

2. Pembatasan Masalah

Masalah yang akan diangkat pada penelitian ini dibatasi pada :

“Implementasi pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra”

3. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah :

Apa saja usaha-usaha untuk mengimplementasikan pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

“Apa saja usaha-usaha untuk mengimplementasikan pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra”

D. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian tentunya akan dapat memeberiikan berbagai manfaat bagi semua orang yang membutuhkan informasi tentang masalah yang penulis teliti, adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:


(20)

1. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi setiap pembaca dalam peningkatan pemahaman mengenai Implementasi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda yang meliputi pengakuan de facto

Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra.

2. Menambah wawasan penulis khususnya dalam bidang kesejarahan yakni mengenai Implementasi isi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda yang meliputi pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi suatu kerancuan dalam sebuah penelitian, maka penulis berikan batasan ruang lingkup yang akan mempermudah pembaca memahami isi karya tulis ini. Adapun ruang lingkup tersebut adalah :

3.1. Objek Penelitian : Implementasin Isi Perjanjian Linggarjati

3.2. Subjek Penelitian : Indonesia dan Belanda Tahun 1946-1947.

3.3. Tempat Penelitian : Perpustakaan Universitas Lampung

Perpustakaan Daerah Lampung

3.4. Waktu Penelitian : 2013


(21)

8

REFERENSI

MPR RI. 2012. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. Jakarta: Sekjen MPR RI. Halaman 2.

Rushdy Hoesin. 2010. Terobosan Soekarno Dalam Perundingan Linggarjati.

Jakarta : Buku Kompas. Halaman 82.

G.A.Warmansjah, dkk. 1991. Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 DKI Jakarta. Jakarta : Proyek IDSN Halaman 103.

G.Moedjanto. 1988. Indonesia Abad ke-20 I. Yogyakarta : Kanisius. Halaman 97

Ibid. Halaman 166.

Binhakim. http://binhakim.blogspot.com/2011/07/kronologi-singkat-sejarah-indonesia.html. diakses pada 26/05/2013 pukul 14.00 WIB.


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Tinjauan Historis

Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta, Tinjauan berasal dari kata tinjau yang artinya melihat-melihat, menengok, memeriksa dan meneliti. Sedangkan tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat, (sesudah menyelidiki, memperlajari, dsb). Dan “kata Historis berasal dari bahasa Yunani ‘Istoria’ yang berarti ilmu yang biasanya diperuntukkan bagi penelaahan mengenai gejala-gejala terutama hal-ihwal manusia secara kronologis” (H.Rustam E Tamburaka, 1999: 2).

Pada perkembangan selanjutnya kata istoria juga diadopsi oleh bahasa Inggris dengan perubahan fonem menjadi history atau histori yang dipergunakan sebagai istilah untuk menyebut cerita tentang peristiwa dan kejadian yang dialami manusia pada masa lampau. Selain itu juga dalam bahasa Indonesia kata histori dikenal dengan istilah sejarah.


(23)

10

Roeslan Abdulgani berpendapat :

Sejarah ialah salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau, beserta kejadian-kejadiannya dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh penelitian dan penyelidikan tersebut, untuk akhirnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah program masa depan (Hugiono dan P.K.Poerwantana, 1987: 4).

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang dialami manusia dan disusun secara sistematis sehingga hasilnya dijadikan sebagai pedoman hidup untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.

Dengan demikian tinjauan historis dapat diartikan sebagai suatu bentuk penyelidikan atau penelitian terhadap gejala peristiwa masa lalu, baik manusia individu maupun kelompok beserta lingkungannya yang ditulis secara ilmiah, kritis dan sistesmatis meliputi urutan fakta dan masa kejadian peristiwa yang telah berlalu itu (kronologis) dengan penjelasan yang mendukung serta memberi pengertian terhadap gejala peristiwa tersebut.

2. Konsep Implementasi

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan, yang dapat diartikan sebagai sebuah penerapan dari suatu rencana. Mazmanian dan Paul Sabatier dalam bukunya implementation and public policy (1983 : 61) mendefinisikan implementasi sebagai berikut :


(24)

Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan-keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya (Gunawan Haruna, 2012: 1).

Pengertian implementasi selain menurut Mazmanian dan Paul Sabatier di atas dijelaskan juga menurut Van Meter dan Van Horn bahwa : “Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan” (Van Meter dan Van Horn dalam Wahab, 2001:65).

Jadi Implementasi Naskah Persetujuan adalah pelaksanaan atau penerapan kebijakan dalam bentuk suatu naskah (teks) yang merupakan hasil dari sebuah perundingan yang dilaksanakan oleh beberapa pihak seperti Indonesia dan Belanda.

3. Konsep Naskah

Perundingan antara Indonesia dan Belanda menghasilkan sebuah teks yang berisikan 17 pasal dan 1 pasal penutup yang diberi nama Naskah Persetujuan Linggarjati. Menurut arti kata, naskah merupakan karangan yang ditulis dengan tangan. Pernyataan ini senada dengan pendapat bahwa “naskah adalah karangan tulis tangan baik yang asli maupun salinannya” (Poerwadarminta dalam Eny Kusumastuti Damayanti, 2007: 7).


(25)

12

Pada saat proses penandatanganan (ratifikasi) muncul 2 versi Naskah Persetujuan Linggarjati yaitu Naskah Persetujuan Linggarjati yang asli, atau yang sesuai dengan Naskah yang telah diparaf oleh kedua delegasi pada tanggal 15 November 1946 dan Naskah Persetujuan Linggarjati yang telah diberi tafsiran atau diberi baju. Belanda hanya mau menandatangani Naskah Persetujuan Linggarjati yang telah diberi tafsiran dan penjelasan dari Komisi Jendreal dan Menteri seberang laut Jonkman pada tanggal 10 dan 19 Desember 1946 yang tidak dapat diterima oleh pihak Indonesia. Sehingga Belanda meminta Indonesia untuk memberikan tafsirannya terhadap Naskah Persetujuan Linggarjati.

Pemberian penafsiran terhadap Naskah Persetujuan Linggarjati dianggap Indonesia memperpanjang upaya penyelesaian masalah, sehingga Indonesia tetap berpegang pada Naskah Persetujuan Linggarjati yang telah diparaf oleh kedua delegasi pada tangggal 15 November 1946.

Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa naskah persetujuan Linggarjati adalah teks atau dokumen tertulis hasil perundingan antara Indonesia dan Belanda yang berlangsung di Linggarjati.

4. Konsep Perjanjian

Perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati menghasilkan sebuah Naskah Persetujuan Linggarjati yang kemudian diratifikasi oleh masing-masing parlemen dari kedua negara pada tanggal 25 Maret 1947. “Setiap persetujuan (agreement) yang disahkan oleh Parlemen berubah kedudukanya menjadi


(26)

perjanjian (treaty) yang mengingat setiap negara yang menanda-tanganinya” (Joesoef Soe’yb, 1987:33).

Pada pasal 1313 KUHP merumuskan pengertian perjanjian, adalah : suatu perbuatan satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Namun para ahli hukum mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai pengertian perjanjian, Abdulkadir Muhammad mengemukakan bahwa perjanjian adalah suatu persetujuan dengan dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan (Owie, 2010: 1).

Suatu perjanjian dapat berakhir dikarenakan beberapa hal, di bawah ini merupakan sebab-sebab punahnya atau berakhirnya suatu perjanjian:

a. Karena telah tercapainya tujuan dari perjanjian b. Karena habis berlakunya waktu perjanjian itu

c. Karena punahnya salah satu pihak peserta perjanjian atau punahya objek perjanjian itu.

d. Karena adanya persetujuan dari peserta-peserta untuk mengakhiri perjanjian itu

e. Karena diadakannya perjanjian antara para peserta kemudian yang meniadakan perjanjian yang terdahulu

f. Karena dipenuhinya syarat-syarat tentang pengakhiran perjanjian sesuai dengan ketentuan-ketentuan perjanjian itu sendiri

g. Diakhirinya perjanjian secara sepihak oleh salah satu peserta dan diterimanya pengakhiran itu oleh pihak lain (Aprianie Pujie, 2012:1).

Jadi perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih untuk melaksanakan sesuatu hal atau tujuan.

Perjanjian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda yang dipimpin oleh diplomat Inggris. Perjanjian Linggarjati yang berisikan 17 pasal dan 1 pasal penutup ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947.


(27)

14

5. Konsep Pengakuan

Pengakuan merupakan pernyataan dari suatu negara yang mengakui negara tersebut besedia berhubungan dengan pemerintah yang baru. Berdasarkan teori deklaratif : pengakuan hanyalah merupakan penerimaan suatu negara baru oleh negara-negara lainnya. (D.P.O’Connel, Pasal 3 Konvensi Montevideo). Dengan adanya pengakuan dari negara lain, memberikan temapat yang sepantasnya kepada suatu negara atau pemerintah baru sebagai angggota masyarakat internasional.

Pengakuan merupakan suatu langkah awal bagi Republik Indonesia sebagai suatu negara baru untuk dapat mengadakan hubungan dalam berbagai bidang dengan negara-negara lainnya, baik politik, ekonomi, sosial budaya dan sebagainya. Pengakuan dari negara lain bukan merupakan unsur pembentuk negara, namun hanya sebagai unsur deklaratif yang sifatnya hanya menerangkan saja tentang adanya negara.

Pengakuan menurut bentuknya

PENGAKUAN DE JURE, adalah pengakuan yang diberikan oleh pemerintah suatu negara kepada negara lain karena menurut negara yang mengakui, negara yang diakui secara formal telah memenuhi syarat dalam hukum internasional. Pengakuan de jure biasanya diawali dengan pengakuan de facto dan sekali diberikan tidak dapat ditarik kembali.

PENGAKUAN DE FACTO, adalah pengakuan yang diberikan oleh suatu negara kepada negara lain karena menurut pendapat negara yang mengakui, negara yang diakui untuk sementara waktu dan atas dasar fakta sudah memenuhi syarat sebagai negara. Pengakuan kolektif.


(28)

PENGAKUAN KUASI, adalah pengakuan suatu negara terhadap negara lain yang terwujud di dalam praktik hubungan, namun di dalam pernyataan mengingkari akan adanya pengakuan. Misal : sampai tahun 1979 AS belum mengakui rezim Beijing karena sengketa dengan Formusa, tetapi diantaranya telah terjalin hubungan diplomatik. Pengakuan bersyarat. Pengakuan prematur (Jalrahman Djawas, 2012: 1).

B. Kerangka Pikir

Kerangka pikir yang penulis coba kembangkan dalam penelitian ini adalah mengenai implementasi isi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda tahun 1946-1947. Salah satu pasal berbunyi tentang pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra, seperti yang tercantum dalam Naskah Perjanjian Linggarjati, pasal 1. Perjanjian Linggarjati merupakan hasil dari sebuah perundingan antara Indonesia dan Belanda yang bertujuan untuk menyelesesaikan konflik antara Indonesia dan Belanda.

Implementasi pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra dapat dilihat dari usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah masing-masing negara, dalam hal ini antara Indonesia dan Belanda.

Upaya yang dilakukan masing-masing negara dalam mengimplementasikan isi Perjanjian Linggarjati terutama mengenai pengakuan de facto Belanda terhadap wilayah RI atas Jawa, Madura dan Sumatra dijalani dengan cara yang berbeda antara masing-masing negara, namun keduanya mengawali dengan melakukan penghentian tembak menembak dan pengurangan jumlah tentara di masing-masing pihak demi terciptanya suasana damai. Di pihak Indonesia para perjuang


(29)

16

terus menjalin kerjasama dengan negara-negara lain untuk memperoleh pengakuan kedaulatan.

C.Paradigma

: Garis Aktivitas

Implementasi pengakuan kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra

(Pasal 1)

Pihak Indonesia Pihak Belanda


(30)

REFERENSI

Rustam E. Tamburaka 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filasat Sejarah, Sejarah Filsafat dan IPTEK. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman : 2. Hugiono dan P.K.Poerwantana. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Bina

Aksara. Halaman 4.

Gunawan Haruna. id.scribd.com/doc/101109464/Rimaru-web-Id-Pengertian-Implementasi-Menurut-Beberapa-Ahli diakses pada 25/05/2013 pukul 19.00 WIB.

Kusuma Damayanti. www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-naskah-menurut-para-ahli.html. diakses pada 25/05/2013 pukul 12.35 WIB.

Joesoef Sou’yb. 1987.Hubungan Antar Bangsa.Medan: Rimbow.

Jalrahman Djawas. http://jalrahmandj.blogspot.com/2012/06/hukum-internasional-pengakuan-negara.html, diakses pada 12 Februari 2014 pukul 15.00. Halaman 1.


(31)

18

III. METODE PENELITIAN

A. Metode yang Digunakan

Keberhasilan suatu penelitian banyak dipengaruhi oleh pemakaian metode, maka dari itu seorang peneliti harus dapat memilih metode yang tepat dan sesuai. “Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang besangkutan” (Husin Sayuti, 1989 : 32). Maka dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara atau sarana yang harus digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang jelas terhadap suatu obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis (sejarah), dengan berusaha mencari gambaran menyeluruh tentang data, fakta dan peristiwa yang sebenarnya mengenai implementasi isi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda tahun 1946-1947. Metode sejarah bertujuan memastikan dan mengatakan kembali fakta masa lampau. Adapun langkah yang dipakai dalam penelitian ini adalah langkah-langkah penelitian historis. Oleh karena itu perlu penulis kemukakan beberapa definisi tentang metode historis.

Yang menjadi perhatian kita adalah metode historik, sebuah proses yang meliputi pengumpulan dan penafsiiran gejala, peristiwa ataupun gagasan yang timbul di masa lampau, untuk menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha untuk memahami kenyataan-kenyataan sejarah, malahan juga yang dapat berguna untuk memahami situasi sekarang dan meramalan perkembangan yang akan datang (Winarno Surakhmad, 1982 : 132).


(32)

Metode histories menurut Abdurrahman Suryomiharjo adalah “Suatu proses yang telah dilaksanakan oleh sejarawan dalam usaha mencari, mengumpulkan, menguji, memilih, memisah, dan menyajikan fakta sejarah serta tafsirannya dalam susunannya yang teratur” (Abdurrahman Suryomiharjo, 1979 : 133).

Berbeda dengan pernyataan di atas, Nugroho Notosusanto mempunyai pendapat bahwa metode sejarah adalah “Sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis yang digunakan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu sintesse daripada hasil-hasilnya (biasanya dalam bentuk tertulis)” (Nugroho Notosusanto, 1984 : 10-11).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode historis adalah suatu cara di dalam proses pengujian dan analisis data mengenai fakta yang benar terjadi dalam sebuah penelitian masa lalu untuk kemudian dijadikan bahan sejarah yang tertulis. Adapun langkah-langkah dalam penulisan historis yaitu :

 Heuristik : Kegiatan menghimpun jejak masa lampau

 Kritik : Penyelidikan tentang kesejatian jejak, baik bentuk maupun isinya

 Interpretasi :Menetapkan makna yang saling berhubungan dan fakta-fakta yang diperoleh

 Historiografi : Menyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk kisah


(33)

20

Dalam penulisan sejarah, cara kerja bertumpu kepada empat kegiatan pokok, seperti:

1. Heuristik

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah mengumpulkan sumber data-data sejarah. Dalam rangka mengadakan penelitian tentang suatu masalah, hendaklah mencari atau mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah tersebut. Dari sumber yang telah ada maka terdapat perbedaan pada masing-masing sumber. Langkah selanjutnya dibantu dengan teknik pengumpulan data yaitu teknik perpustakaan dan dokumentasi. Perpustakaan atau tempat-tempat lain seperti toko buku dan koleksi milik pribadi.

2. Kritik

Suatu sumber sejarah haruslah original atau asli, sehingga diperlukan adanya kritik sumber untuk mengetahui tingkat kevalidan sumber, baik dari sisi luar maupun dari sisi dalam. Pendapat ini seperti yang dikemukan oleh Sidi Gizalda, yaitu:

Kritik luar berusaha memastikan kesejatian hubungan antara bahan-bahan itu, dari siapa, dan untuk apa dibuat. Apakah bahan-bahan tersebut mengeni dokumen, diteliti pula apakah itu asli atau turunan. Kritik dalam berusaha memastikan peristiwa yang dinyatakan dalam bahan. Apakah hubungannya, misalnya antara dokumen dan fakta atau peristiwa yang diterangkan dapat memeberii keterangan dokumen yang ada (Gazalda, 1981; 115).

Dalam tahap ini dilakukan suatu pengujian terhadap literatur, kemudian diteliti dan dibandingkan antara satu dengan yang lainnya, apakah data


(34)

yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya serta dapat digunakan dalam penulisan ini. Oleh karena itu sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan adalah literatur yang berkaitan dengan Perjanjian Linggarjati yang menjadi obyek penelitian ini.

3. Interpretasi

Interpretasi maksudnya adalah menafsirkan data-data yang telah lolos dari kritik sumber kedalam bentuk konsep generalisasi sejarah yang logis dan mudah dipahami.

4. Historiografi

Tahap terakhir dalam metode historis adalah historiografi. Ketika sejarawan memasuki tahap menulis, maka ia mengerahkan seluruh daya pikirannya, bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan, tetapi yang terutama adalah penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisisnya karena pada akhirnya ia harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya itu dalam suatu penulisan utuh dan sistematis sebagai sebuah hasil laporan penelitian.


(35)

22

B. Variabel Penelitian

Menurut Mohammad Nasir, “variabel adalah konsep yang memiliki berbagai macam nilai” (Mohammad Nasir, 1983 : 149). Menurut Sumardi Suryabrata yang dimaksud dengan “variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti” (Sumardi Suryabrata, 2000; 72).

Jadi berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwasannya variable diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian dan disamping itu variabel penelitian sering juga dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala-gejala yang akan diteliti.

Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan Variabel Tunggal, dengan fokus penelitian pada implementasi isi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian memerlukan data karena itu dilakukanlah kegiatan pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai penelitian yang akan diteliti. Adapun dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data yang dibutuhkan peneliti menggunakan dua teknik, yaitu :


(36)

1. Teknik Kepustakaan

Tentang teknik kepustakaan, Koentjaningrat berpendapat sebagai berikut “Teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruang kepustakaan misalnya koran, majalah-majalah, naskah, catatan-catatan, kisah sejarah, dokumen dan sebagainya yang relevan dengan penelitian” (Koentjaraningrat, 1983 : 81).

Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwasannya dengan teknik kepustakaan, peneliti berusaha mempelajari dan menelaah buku-buku untuk memperoleh data-data dan informasi berupa teori-teori atau argument-argument yang dikemukakan oleh para ahli yang berkaitan dengan masalah-masalah yang akan diteliti berupa implementasi isi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda tahun 1946-1947.

2. Teknik Dokumentasi

“Teknik dokumentasi adalah suatu teknik mencari data-data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, buku, transkrip, surat kabar, majalah, notulen, legger, agenda dan sebagainya” (Suharsini Arikunto, 1986 : 188). Sedangkan Hadari Nawawi menyatakan bahwa “Teknik dokumentasi merupakan caa mengumpulkan data peninggalan-peninggalan tertulis yang berupa arsip-arsip dan juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian” (Hadari Nawawi, 1993 : 133).

Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data masa lampau dan data masa sekarang, sebab bahan-bahan dokumentasi mempunyai arti


(37)

24

yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi histories. Data-datanya berasal dari sumber-sumber informasi berupa buku-buku referensi, majalah dan foto-foto yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas oleh peneliti, yang dalam hal ini yaitu implementasi isi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda.

D. Teknik Analisis Data

Setelah data penelitian diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data dan menganalisis data untuk diinterpretasikan dalam menjawab permasalahan penelitian yang telah diajukan. Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dengan demikian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Menurut Hadari Nawawi, “Analisis data kualitatif merupakan bentuk penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya” (Hadari Nawawi, 1993 : 174).

Jadi dapat disimpulkan bahwa teknik analisis data kualitatif adalah teknik analisis data yang penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, berupa peristiwa yang tersedia melalui laporan dan juga karangan atau opini sejarawan yang kemudian diteliti untuk menyelesaikan permasalahan penelitian.

Dalam sebuah penelitian, analisis data merupakan hal yang sangat penting karena data yang sudah diperoleh akan lebih memiliki arti bila telah dianalisis. Pada prinsipnya analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data.


(38)

Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan dalam proses analisis data kualitatif menurut Mohammad Ali meliputi :

1. Penyusunan Data

Penyusunan data ini digunakan untuk mempermudah dalam penelitian, hal ini menyangkut apakah data yang dibutuhkan telah memadai atau tidak perlu melakukan seleksi.

2. Klasifikasi Data

Klasifikasi data merupakan usaha penggolongan data berdasarkan kategori tertentu yang dibuat oleh peneliti.

3. Pengolahan Data

Data-data yang telah diseleksi kemudian diolah dengan menggunakan analisi data kualitatif, dengan tujuan adalah untuk menyederhanakan data tersebut dan untuk mengetahui apakah data tersebut dapat dipergunakan dalam penelitian atau tidak.

4. Penyimpulan Data

Setelah dilakukan pengolahan data, maka untuk mengetahui langkah selanjutnya adalah menarik kesmpulan untuk kemudian disajikan dalam bentuk laporan. (Mohammad Ali, 1985; 152).


(39)

26

REFERENSI

Husin Sayuti. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta : Fajar agung. halaman 21-22.

Winarno Surakhmad. 1982. Ilmiah Dasar, Metode Pengantar Penelitian dan Teknik. Bandung : Tarsito. Halaman 132.

Nugroho Notosusanto. 1986. Mengerti Sejarah. Jakarta : Yayasan Penerbit UI. halaman 10-11.

Ibid. Halaman 36.

Sidi Gazalda. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakata : Bhatara Karya Aksara.Halaman 115.

Mohammad Nasir. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, halaman 149.

Sumardi Suryabrata. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta : RajaGrafindo Persada. halaman 72.

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Sosial. Jakarta : Gramedia. halaman 81.

Hadari Nawawi. 1993. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Jakarta :Indayu Press, halaman 133.

Ibid.Halaman 174.

Mohammad Ali. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur, dan Strategi. Angkas: Halaman 152.


(40)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan pada hasil dan pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwasannya agar Implementasi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda dapat berjalan dengan baik, terutama mengenai pengakuann de facto

Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra, maka perlu adanya upaya dari kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan yang telah dibuat bersama.

1. Upaya pihak Belanda

Upaya yang dilakukan Belanda setalah ditandatanganinya Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda adalah dengan menghentikan aksi tembak-menembak yang sebelumnya marak terjadi di wilayah RI yang tentunya menimbulkan keresahan dan kekacauan. Sebelum berlangsungnya perundingan, pihak Indonesia dan Belanda juga telah menyetujui perjanjian gencatan senjata yang tujuannya adalah untuk menciptakan suasana damai sebelum berunding.


(41)

51

2. Pihak Indonesia

Perjanjian Linggarjati merupakan jalan bagi Indonesia untuk mendapatkan pengakuan dari dunia internasional. Sehingga Indonesia sangat antusias dalam upaya implementasi terhadap isi perjanjian linggarjati terutama yang membahas mengenai pengakuan kedaulatan RI. Selain menginstruksikan pasukan militer untuk menghentikan aksi tembak menembak, para pejuang Indonesia terus berupaya untuk menjalin kerjasama dengan negara-negara lain hingga diperolehnya pengakuan de facto RI.

B. SARAN

Gambaran mengenai upaya implementasi terhadap pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra menunjukkan kepada kita bahwa perjuangan adalah awal dari kemenangan. Seseorang yang berjuang tak pernah diam, karena perjuangan adalah pergerakan. Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan agar lebih selektif dalam memilih sumber referensi terutama mengenai Perjanjian Linggarjati.


(42)

Ali, Mohammad. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur, dan Strategi. Angkas. 156 Halaman.

Bandoro, Bantarto.dkk. 1995. Refleksi Setengah Abad Kemerdekaan Indonesia.

Jakarta: Center for Strategic and International Studies (CSIS). 1223 Halaman.

Gizalda, Sidi. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhatara Karya Aksara. 115 Halaman.

Hoesin, Rushdy. 2010. Terobosan Soekarno Dalam Perundingan Linggarjati.

Jakarta: Buku Kompas. 318 halaman

Hugiono dan P.K.Poerwantana. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Bina Aksara.

Ibrahim, Muhammad dkk. 1991. Sejarah Daerah Provinsi DI Aceh. Jakarta: CV Tumaritis. 277 Halaman.

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Sosial. Jakarta: Gramedia.215 Halaman.

Lapian, A.B & P.J.Drooglever. 1992. Menelusuri Jalur Linggarjati. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 318 Halaman

Moedjanto, G. 1988. Indonesia Abad ke-20 I. Yogyakarta: Kanisius. 201 halaman.

MPR RI. 2012. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. Jakarta: Sekjen MPR RI. Halaman.

Nasir, Mohammad. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. 344 halaman

Nasution, A.H. 1977. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia jilid 4. Bandung: Angkasa Bandung. 539 halaman


(43)

Nawawi, Hadari. 1993. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Jakarta : Indayu Press.

Notosusanto, Nugroho. 1986.Mengerti Sejarah. Jakarta: Yayasan Penerbit UI. O’Hare, Martin dan Anthony Ferd. 1995. Australia dan Perjuangan Kemerdekaan

Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pusaka. 98 Halaman.

Roem, Mohamad.1977.Bunga Rampai.Jakarta:Bulan Bintang. 303 halaman. Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung.

Sou’yb, Joesoef. 1987.Hubungan Antar Bangsa.Medan: Rimbow. 389 halaman Surakhmad, Winarno. 1982. Ilmiah Dasar, Metode Pengantar Penelitian dan

Teknik. Bandung : Tarsito.

Suryabrata, Sumardi. 2000.Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tamburaka, Rustam E. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filasat Sejarah,

Sejarah Filsafat dan IPTEK. Jakarta: Rineka Cipta.

Thoyeb, M.T dkk. 2004. Sejarah Diplomasi Republik Indonesia Dari Masa ke

Masa.Jakarta: PT. Upakara Sentosa Sejahtera. 566 halaman

.Warmansjah, G.A., dkk. 1991. Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 DKI

Jakarta. Jakarta : Proyek IDSN

Sumber lain:

Binhakim. http://binhakim.blogspot.com/2011/07/kronologi-singkat-sejarah-indonesia.html. diakses pada 26/05/2013 pukul 14.00 WIB.

Damayanti, Kusuma. www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-naskah-menurut-para-ahli.html. diakses pada 25/05/2013 pukul 12.35 WIB.

Djawas, Jalrahman. http://jalrahmandj.blogspot.com/2012/06/hukum-internasional-pengakuan-negara.html, diakses pada 12 Februari 2014 pukul 15.00.

Eka, Ricky. http://www.rickyeka.com/gedung-linggarjati.html. diakses pada 08 Mei 2014 pukul 21.00.


(44)

Kaaro, Andita. Refreshingblog.blogspot.com/2011/08/syarat-terbentuknya-negara.html. diakses pada 12 Februari 2014 pukul 16.30.

Soviatul, Shinta. http://nta-valensweety.blogspot.com/2013/06/linggarjati.html, diakses pada 7 Februari 2014 pukul 20.45.


(1)

26

REFERENSI

Husin Sayuti. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta : Fajar agung. halaman 21-22.

Winarno Surakhmad. 1982. Ilmiah Dasar, Metode Pengantar Penelitian dan Teknik. Bandung : Tarsito. Halaman 132.

Nugroho Notosusanto. 1986. Mengerti Sejarah. Jakarta : Yayasan Penerbit UI. halaman 10-11.

Ibid. Halaman 36.

Sidi Gazalda. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakata : Bhatara Karya Aksara.Halaman 115.

Mohammad Nasir. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, halaman 149.

Sumardi Suryabrata. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta : RajaGrafindo Persada. halaman 72.

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Sosial. Jakarta : Gramedia. halaman 81.

Hadari Nawawi. 1993. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Jakarta :Indayu Press, halaman 133.

Ibid.Halaman 174.

Mohammad Ali. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur, dan Strategi. Angkas: Halaman 152.


(2)

50

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan pada hasil dan pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwasannya agar Implementasi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda dapat berjalan dengan baik, terutama mengenai pengakuann de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra, maka perlu adanya upaya dari kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan yang telah dibuat bersama.

1. Upaya pihak Belanda

Upaya yang dilakukan Belanda setalah ditandatanganinya Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda adalah dengan menghentikan aksi tembak-menembak yang sebelumnya marak terjadi di wilayah RI yang tentunya menimbulkan keresahan dan kekacauan. Sebelum berlangsungnya perundingan, pihak Indonesia dan Belanda juga telah menyetujui perjanjian gencatan senjata yang tujuannya adalah untuk menciptakan suasana damai sebelum berunding.


(3)

51

2. Pihak Indonesia

Perjanjian Linggarjati merupakan jalan bagi Indonesia untuk mendapatkan pengakuan dari dunia internasional. Sehingga Indonesia sangat antusias dalam upaya implementasi terhadap isi perjanjian linggarjati terutama yang membahas mengenai pengakuan kedaulatan RI. Selain menginstruksikan pasukan militer untuk menghentikan aksi tembak menembak, para pejuang Indonesia terus berupaya untuk menjalin kerjasama dengan negara-negara lain hingga diperolehnya pengakuan de facto RI.

B. SARAN

Gambaran mengenai upaya implementasi terhadap pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra menunjukkan kepada kita bahwa perjuangan adalah awal dari kemenangan. Seseorang yang berjuang tak pernah diam, karena perjuangan adalah pergerakan. Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan agar lebih selektif dalam memilih sumber referensi terutama mengenai Perjanjian Linggarjati.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur, dan Strategi. Angkas. 156 Halaman.

Bandoro, Bantarto.dkk. 1995. Refleksi Setengah Abad Kemerdekaan Indonesia. Jakarta: Center for Strategic and International Studies (CSIS). 1223 Halaman.

Gizalda, Sidi. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhatara Karya Aksara. 115 Halaman.

Hoesin, Rushdy. 2010. Terobosan Soekarno Dalam Perundingan Linggarjati. Jakarta: Buku Kompas. 318 halaman

Hugiono dan P.K.Poerwantana. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Bina Aksara.

Ibrahim, Muhammad dkk. 1991. Sejarah Daerah Provinsi DI Aceh. Jakarta: CV Tumaritis. 277 Halaman.

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Sosial. Jakarta: Gramedia.215 Halaman.

Lapian, A.B & P.J.Drooglever. 1992. Menelusuri Jalur Linggarjati. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 318 Halaman

Moedjanto, G. 1988. Indonesia Abad ke-20 I. Yogyakarta: Kanisius. 201 halaman.

MPR RI. 2012. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. Jakarta: Sekjen MPR RI. Halaman.

Nasir, Mohammad. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. 344 halaman

Nasution, A.H. 1977. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia jilid 4. Bandung: Angkasa Bandung. 539 halaman


(5)

Nawawi, Hadari. 1993. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Jakarta : Indayu Press.

Notosusanto, Nugroho. 1986.Mengerti Sejarah. Jakarta: Yayasan Penerbit UI. O’Hare, Martin dan Anthony Ferd. 1995. Australia dan Perjuangan Kemerdekaan

Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pusaka. 98 Halaman.

Roem, Mohamad.1977.Bunga Rampai.Jakarta:Bulan Bintang. 303 halaman. Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung.

Sou’yb, Joesoef. 1987.Hubungan Antar Bangsa.Medan: Rimbow. 389 halaman Surakhmad, Winarno. 1982. Ilmiah Dasar, Metode Pengantar Penelitian dan

Teknik. Bandung : Tarsito.

Suryabrata, Sumardi. 2000.Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tamburaka, Rustam E. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filasat Sejarah, Sejarah Filsafat dan IPTEK. Jakarta: Rineka Cipta.

Thoyeb, M.T dkk. 2004. Sejarah Diplomasi Republik Indonesia Dari Masa ke Masa.Jakarta: PT. Upakara Sentosa Sejahtera. 566 halaman

.Warmansjah, G.A., dkk. 1991. Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 DKI Jakarta. Jakarta : Proyek IDSN

Sumber lain:

Binhakim. http://binhakim.blogspot.com/2011/07/kronologi-singkat-sejarah-indonesia.html. diakses pada 26/05/2013 pukul 14.00 WIB.

Damayanti, Kusuma. www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-naskah-menurut-para-ahli.html. diakses pada 25/05/2013 pukul 12.35 WIB.

Djawas, Jalrahman. http://jalrahmandj.blogspot.com/2012/06/hukum-internasional-pengakuan-negara.html, diakses pada 12 Februari 2014 pukul 15.00.

Eka, Ricky. http://www.rickyeka.com/gedung-linggarjati.html. diakses pada 08 Mei 2014 pukul 21.00.


(6)

Haruna, Gunawan. id.scribd.com/doc/101109464/Rimaru-web-Id-Pengertian-Implementasi-Menurut-Beberapa-Ahli diakses pada 25/05/2013 pukul 19.00 WIB.

Kaaro, Andita. Refreshingblog.blogspot.com/2011/08/syarat-terbentuknya-negara.html. diakses pada 12 Februari 2014 pukul 16.30.

Soviatul, Shinta. http://nta-valensweety.blogspot.com/2013/06/linggarjati.html, diakses pada 7 Februari 2014 pukul 20.45.