Tinjauan Historis Agresi Militer I di Sumatera Timur Tahun 1947

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Anita Rahmawati, dilahirkan di Sleman pada tanggal 20 Oktober 1991 merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Suhardi dan Ibu Supadmi.

Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di Nglengking Sleman Yogyakarta, selanjutnya melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP N 1 Sekayu Sumatera Selatan dan selesai pada tahun 2006. Pendidikan selanjutnya dilanjutkan kejenjang Sekolah Menengah Atas di SMA N 4 Metro Lampung dan selesai pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur (SNMPTN). Pada Tahun 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jakarta. Pada Tahun 2011 penulis menjabat sebagai Ketua Program di UKMF KSS UNILA (Kelompok Studi Seni). Kemudian pada tahun 2012 penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP N 2 Margatiga, Kab. Lampung Timur.


(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, dengan segenap ketulusan hati spesial ku persembahkan karya sederhana ini untuk :

Bapak , Ibu, Simbah Kakung, Simbah Putri, Om Totok & Bulek Ita yang sangatku sayangi yang menjadi saksi sejarah hidupku, ikhlas dalam memberikan dukungan, ikhlas selalu berdo’a untuk keberhasilanku, yang tak lelah menasehati dan membimbingku, yang mengajarkanku banyak hal. Jasa-jasa kalian takkan pernah bisa terbayarkan olehku. (Robbighfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa robbayani soghiro) Amin...

Amelia Rahmawati yang selalu kubanggakan. You are my spirit. Terima kasih atas dukungan dan do’anya.

Para pendidikku, Guru-guru dan Dosen-dosenku yang telah mengajarkanku banyak hal tentang ilmu pengetahuan.


(8)

MOTO

“Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu.”

Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu.


(9)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil ‘aalamiin....

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Tinjauan Historis Agresi Militer I Di Sumatera Timur Tahun 1947” pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga mendapat banyak petunjuk dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. Pembantu Dekan I FKIP Unila. 3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si, Pembantu Dekan II FKIP Unila. 4. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah M.H, Pembantu Dekan III FKIP Unila 5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP

Unila.

6. Bapak Drs. Hi. Maskun, M.H, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila sekaligus sebagai Dosen Pembahas


(10)

Utama, terimakasih atas kesediaannya, serta saran dan kritiknya dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Drs. Syaiful, M.M.Si Pembimbing I terimakasih atas nasehat dan bimbingannya kepada penulis selama menjadi mahasiswa serta terimakasih atas arahan dan petunjuknya dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Bapak M.Basri, S.Pd, M.Pd Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila. Dan juga Pembimbing II sekaligus Pembimbing Akademik (PA), terimakasih atas nasihat dan bimbingannya kepada penulis selama menjadi mahasiswa serta terimakasih atas arahan dan petunjuknya dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sejarah FKIP yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah. 10.Sahabat-sahabat seperjuangan Sylvia Farantika, Eni Samiasih, Emaculata

Niken, Sisca Devita Aprilia, Joko Saganta, Karsiwan, Irwan Yudianto, Riza Fitriani, Khairiah, Septi, Ayu, Vivi, Leny, Reza, Azizah, Aurora, Rena, Dwi, Irren, May, Zyma, Mida, Dwi, Mimi, Siti, Yuli, Indah, Ayu Diah, Redi, Eko, Yudi, Yudis, Arif, Joni, Guskanur, Ryan, Galih, Afip, Ricky, Angkatan Genap dan Ganjil 2009. terima kasih atas kebersamaan kita selama ini dalam suka maupun duka, semoga persahabatan dan persaudaraan ini akan tetap terjalin sampai nanti.

11.Hendri Hartono yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

12.Teman-Teman di kontrakan tercinta Citra Mutiara, Wasilatul Hikmah, Nurmala, Vina Ruzikna, Risky Marysa serta saudara-saudara


(11)

seperjuangan, Renanda, Sofa, Mbak Puput, Mas Nanang, Mas Resta, Tara, Ida, Arif, Hafid dan Lena. Adik-adikku Okky, Olin, Ocha, Didin. Terimakasih atas pengalaman yang penuh menginspirasi.

13.Rekan-rekan KKN dan PPL Kecamatan Marga Tiga; Karlina, Meta, Melly, Emi, Puji, Nadia, Eci, Ivan, Julianda, Terimakasih atas pengalaman yang penuh perjuangan selama tiga bulan yang telah menginspirasi.

14.Abang dan Mbak serta Sahabat-sahabat KSS dan Primagama terima kasih atas kebersamaan persahabatan kita selama ini dan selalu memberikan semangat, semoga persahabatan dan persaudaraan kita akan tetap terjalin sampai nanti.

15.Semua pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini, terima kasih atas segalanya, semoga kita semua mendapat jalan yang diridhoi Allah SWT

Semoga ALLAH SWT memberikan pahala kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi yang membaca.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, 2 Juni 2014 Penulis,

Anita Rahmawati NPM. 0913033026


(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Analisis Masalah ... 7

1. Identifikasi Masalah ... ... ... 7

2. Pembatasan Masalah... ... 7

3. Rumusan Masalah... ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

Referensi II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Konsep Tinjauan Historis ... 11

2. Konsep Agresi Militer ... 12

3. Konsep Sumatera Timur ... 20

B. Kerangka Pikir. ... 21

C. Paradigma ... 24 Referensi


(13)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Yang Digunakan ... 26

B. Variabel Penelitian ... 28

C. Teknik Pengumpulan Data ... 28

1. Teknik Kepustakaan ... 21

2. Teknik Dokumentasi………... 30

D. Teknik Analisis Data ... 30

E. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi ... 32

Referensi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... 34

4.1 Gambaran Umum Sumatera Timur ... 34

4.1.1 Sejarah Singkat Sumatera Timur ... 34

4.1.2 Keadaan Geografis Sumatera Timur ... 39

4.1.3 Keadaan Penduduk Sumatera Timur ... 39

4.1.4 Keadaan Sosial Ekonomi Sumatera Timur ... 40

4.3Serangan Belanda Pada Agresi Militer I Di Sumatera Timur Tahun 1947... .... ... ... 40

4.3.1 Serangan Melalui Darat... 41

4.3.2 Serangan Melalui Udara... 48

4.3.3 Serangan Melalui Laut... 49

B. PEMBAHASAN 4.4 Serangan Belanda Pada Agresi Militer I Di Sumatera Timur Tahun 1947... 50

Referensi V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………. ... 65

B. Saran ………. ... 66 DAFTAR PUSTAKA


(14)

(15)

(16)

(17)

1

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Sumatera Timur di tahun 1980 merupakan daerah yang terdiri dari beragam hutan-hutan serta perkampungan dengan pusat pemerintahan di keresidenan Deli. Sumatera Timur merupakan wilayah yang mempunyai lahan subur sekaligus menjadi pusat perdagangan yang cukup besar dan ramai. Mata pencarian penduduk sehari-harinya mencari ikan serta bertanam sayur-mayur diselingi bertanam komoditi utamanya yaitu tembakau dan lada.

Keadaan ini kemudian berubah pada saat salah seorang pengusaha swasta Belanda bernama Jacobus Nienhuy, mulai mencoba membuka usaha perkebunan tembakau di tanah milik Kesultanan Deli. Nienhuys mengawali usaha ini dengan mengolah dan menguji tembakau-tembakau dari Sumatera Timur lalu ia mengirimkan tembakau hasil kebunnya ke Belanda pada bulan Maret 1864. Dari daun tembakau yang dikembangkan oleh Nienhuys, tembakau-tembakau Sumatera Timur dinilai berkualitas cukup tinggi. Pada tahun 1869 Nienhuys semakin mengembangkan komoditas tembakau hingga mendirikan suatu badan usaha perkebunan milik pengusaha swasta Belanda yang terkenal bernama Deli Matschapaij.

Pengusaha-pengusaha swasta dari mancanegara seperti Inggris, Amerika, Jerman, Swis, dan Belgia gencar berdatangan untuk menanamkan usaha perkebunanannya di


(18)

2

Sumatera Timur. Kesempatan ini kemudian dimanfaatkan oleh Belanda untuk segera menguasai Sumatera Timur, diantaranya dengan menyerahkan penandatanganan akta perjanjian secara paksa kepada sultan-sultan yang memimpin keresidenan-keresidenan di Sumatera Timur.

Masa kolonialisme yang berlangsung hingga akhir pada tanggal 13 Maret 1942 Belanda dikalahkan oleh Jepang. Jepang kemudian memasuki kota Medan dan mengambil alih semua kekuasaan Belanda. Seluruh wilayah pemerintahan, baik desa sampai keresidenan diubah ke dalam bahasa Jepang. Kaum laki-laki diwajibkan mengikuti militer bentukan Jepang yang akan menjadi cikal bakal terbentuknya lasykar rakyat di Sumatera Timur. Namun keberadaan Jepang di Indonesia tidak berlangsung lama hingga pada tanggal 15 agustus 1945 Jepang harus menyerah tanpa syarat kepada Sekutu setelah adanya peristiwa pemboman di Hiroshima dan Nagasaki.

Kemudian Proklamasi dikumandangkan, pada tanggal 17 Agustus 1945 yang dibacakan oleh Ir. Soekarno pada saat Jepang sedang mengalami kekalahan. Jepang yang sedang menunggu keputusan statusnya dari pihak Sekutu, mengalami kekosongan kekuasaan sehingga membuka kesempatan bagi Bangsa Indonesia untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Kemudian kabar gembira ini disiarkan secara serempak melalui siaran-siaran radio di seluruh wilayah Indonesia. Namun di sisi lain, Sekutu telah menyerahkan kembali wilayah kekuasaan Indonesia kepada Belanda.


(19)

3

Kemerdekaan baru diumumkan di kota Medan pada tanggal 6 Oktober 1945 yang kabarnya masih terdengar samar-samar di Sumatera Timur. Kabar gembira ini dirasakan tidak lama yang kemudian pada Tanggal 9 Oktober 1945 Tentara Inggris perwakilan dari Sekutu membonceng Belanda (NICA) datang memasuki kota Medan. NICA atau kepanjangan Netherlands Indies Civil Administration adalah sebuah badan pemerintahan sipil Hindia Belanda yang dibentuk oleh Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dr. H.J van Mook dan pembantu utamanya Ch. O. Van Der Plas selama mereka masih berkedudukan di Australia, tidak berapa lama sebelum Jepang menyerah. NICA inilah yang direncanakan Belanda menjadi badan resmi yang akan mengambil alih kekuasaan atas Indonesia dari tangan Jepang dan oleh Dr. Beck cs hendak diterapkan di Sumatera Timur mendahului penyerahan kekuasaan secara resmi oleh Jepang kepada panglima tentara Inggris yang ditugaskan menduduki sumatera (Nip Xarim, 1976:82). Mereka diperbolehkan masuk setelah adanya persetujuan dari Gubernur kota Medan, Mr. M.T Hasan. Tentara Sekutu yang pada mulanya bertugas untuk membantu Belanda mengembalikan tentara Jepang, justru beralih membantu Belanda untuk menguasai kembali wilayah Indonesia.

Kedatangan tentara inggris itu sebenarnya jelas sebagai tentara Sekutu dengan tugas-tugas tertentu, yaitu : membebaskan tawanan perang dan interniran Sekutu, melucuti tentara Jepang dan mengembalikannya ke negeri asalnya, sedang mengenai politik dalam negeri, Inggris tidak berhak melaksanakan keinginannya sendiri. Namun demikian, kedatangan mereka ke Indonesia ternyata membawa suatu misi yang lain, yaitu membantu Belanda menegakkan kembali kekuasaanya di Indonesia (Nip Xarim, 1976:241).

Sehari setelah pendaratan Sekutu dan NICA, mereka mendatangi kamp-kamp bekas tawanan Jepang yaitu para serdadu-serdadu KNIL (Belanda). Tawanan-tawanan ini kemudian dibebaskan dan dibentuk menjadi Medan Batalyon KNIL yang kemudian bergabung sebagai serdadu NICA di Polonia, Medan. Dengan adanya kekuatan para bekas tawanan, Sekutu dan NICA menjadi leluasa bertindak sewenang-wenang sehingga terjadi suatu insiden pada tanggal 13 Oktober 1945 yaitu Peristiwa di Jalan


(20)

4

Bali Medan. Awal mulanya dikarenakan salah satu serdadu NICA melempar serta menginjak-nginjak lencana Merah Putih milik salah seorang pemuda. Mengetahui penghinaan ini, kalangan pemuda-pemuda kota Medan marah kemudian merusak hotel serta menyerang serdadu-serdadu NICA di sekitaran Grand Hotel dan Pension Wilhelmina tempat penginapan sekaligus markas Belanda.

Insiden itu kemudian merambah ke daerah-daerah, Belanda menurunkan Bendera Merah Putih di beberapa tempat di Pematang Siantar hingga merambah ke beberapa kota lain seperti Tapanuli dan Langkat. Peristiwa ini mengakibatkan penganiayaan, perkelahian, tembak-menembak hingga banyaknya korban yang berjatuhan.

NICA di Pematang Siantar melaksanakan juga tindakan propokatip yang diintruksikan atasannya. Pada menjelang tengah hari, hari Senin tanggal 15 Oktober mereka mulai menurunkan Sang Saka Merah-Putih di beberapa tempat di Pematang Siantar termasuk di depan Asrama-I B.K.P.I. Sudah terang hal tersebut mendapat tantangan yang keras dari pemuda dan rakyat Indonesia di daerah itu. Perkelahian-perkelahian setempat terjadi untuk memperebutkan bendera. Serdadu-serdadu NICA lalu melarikan diri ke kubunya di Siantar Hotel sambil melepaskan tembakan-tembakan dengan pistol (Nip. Xarim, 1976:133).

Pada Tanggal 17 Oktober 1945 T.M Hassan menyatakan keinginannya untuk bekerjasama dengan sekutu dalam melaksanakan kewajibannya. Namun tidak membenarkan Belanda dan NICA mengganggu keamanan dan ketentraman di pulau Sumatera. Ia menyatakan bahwa Sumatera menolak kembalinya Belanda. Hal ini tidak dihiraukan oleh Sekutu dan NICA. Pada tanggal 18 Oktober 1945, Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly memberikan ultimatum kepada para pemuda Medan untuk menyerahkan senjatanya kepada Sekutu. Tentara Inggris yang awalnya ditugaskan untuk mengembalikan tawanan justru beralih membantu Belanda dalam usaha


(21)

5

menjajah kembali Indonesia setelah, adanya maklumat tersebut dari Brigadir Jenderal T.E.D Kelly. Pada tanggal 5 November 1945 Tentara Inggris kemudian mengirim pasukan tambahan dengan tujuan untuk membersihkan unsur-unsur pemberontakan di Sumatera Timur.

Pada waktu itu patroli-patroli tentera Inggris masih terus dilakukan sampai-sampai ke Binjai, Sunggal, Pancurbatu, Deli Tua, Tanjung Morawa, Saentis bahkan masih ada serdadu-serdadu dan perwira-perwira Inggris yang berjalan sendiri-sendiri atau berdua saja ke luar kota Medan dan Belawan (Nip.Xarim, 1976:249).

Hal ini tentunya ditolak oleh para pemuda hingga terjadi penyerangan, kekerasan serta tembak-menembak di berbagai daerah. Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu dan NICA memasang papan-papan dengan tulisan Fixed Boundaries Medan Area di perbatasan kota Medan. Permusuhan yang kuat antara pihak Indonesia dengan Sekutu dan NICA kota Medan ini dilanjutkan dalam suatu pertempuran yang dikenal dengan nama Medan Area. Belanda kemudian melakukan secara besar-besaran dibeberapa daerah sekitaran Medan Area.

Bombardemen itu dilakukan mereka dengan salvo-salvo mortir-mortir berat dalam jumlah tak kepalang tanggung banyaknya. Karena itu penduduk bangsa Indonesia yang terus menerus terancam keselamatan jiwanya terpaksa mengungsi ke luar kota: ke Tanjung Morawa, Denai, Pancur Batu, Binjai, Tebing Tinggi, Pematang Siantar dan sebagainya (Nip.Xarim, 1976:261). Sejak kembalinya Belanda kembali ke Indonesia, banyak kekacauan-kekacauan yang ditimbulkan oleh pihak Belanda mulai dari penembakan, penganiayaan, penurunan sang merah putih hingga pertempuran yang dibantu pasukan-pasukan Inggris. Tidak hanya di Sumatera Timur namun juga terjadi di wilayah lain seperti Pertempuran Surabaya, Pertempuran Semarang, Pertempuran Ambarawa, hingga Bandung Lautan Api. Pertempuran-pertempuran ini kemudian memicu diadakannya sebuah


(22)

6

perundingan antara Sekutu, NICA dan Republik Indonesia, yang dikenal dengan nama Perundingan Linggarjati. Belanda tidak menerima atas hasil keputusan dari perundingan tersebut beranggapan bahwa Indonesia berkedudukan sebagai negara persemakmurannya. Sementara itu pihak Indonesia meyakini telah merdeka dan mempunyai hak atas kedaulatan negaranya yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Klimaksnya terjadi pada tanggal 2 januari 1947, dimana Belanda menyerang secara besar-besaran dari darat dan udara. Mereka bergerak maju bukan saja ke batas kota, tapi mereka merebut daerah yang seharusnya menjadi daerah Republik sesuai dengan isi perjanjian yang sudah disetujui bersama. Nyatalah dengan jelas bahwa maksud Belanda berunding hanya sekedar mengulur waktu untuk dapat kembali menyusun kekuatan baru. Perundingan terjadi lagi pada tanggal 26 januari 1947 yang hasilnya menguntungkan Belanda, karena gencatan senjata berlaku saat pejuang Medan Area melancarkan serangan balasan. Pada tanggal 7 sampai 9 Januari 1947 terjadi perkembangan baru, dimana antara Indonesia dengan Belanda telah diperoleh persetujuan untuk menghentikan pertempuran secara menyeluruh di Indonesia. Usul Belanda menetapkan garis demakrasi di kota-kota yang didudukinya menurut situasi terakhir dipenuhi oleh Republik yang tetap yakin atas terlaksananya Persetujuan Linggarjati. Pada waktu itu Belanda telah dapat merampas daerah Republik yang jauh lebih luas dari pada situasi tanggal 14 Oktober 1946, sewaktu gencatan senjata yang pertama kali diumumkan. Hanya di daerah Palembang, gerakan Belanda yang masih tetap sebagai semula tidak memperoleh kemajuan. Pengumuman tentang akan berlakunya senjata untuk seluruh Indonesia itu dipancarkan dari radio Yogyakarta pada tanggal 12 Februari 1947 (Sabaruddin Ahmad, 1994:228).

Pada Tanggal 21 Juli 1947 Pesawat-pesawat Belanda menyebarkan pamflet ke beberapa daerah yang menyatakan bahwa tentara Belanda akan melakukan aksi pembersihan untuk menumbang pemerintahan yang mementingkan diri sendiri. Belanda berencana melancarkan serangan Agresi militer I dibeberapa wilayah di Indonesia seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Timur. Seluruh pangkalan udara Republik Indonesia akan diserang secara serempak bergerak dengan


(23)

7

menggunakan pesawat-pesawat tempur seperti P-5 Mustang dan P-40 Kitty Hawk serta pesawat pembom B-25/B-26. Penyerangan dilakukan terhadap pangkalan-pangkalan udara Republik Indonesia yang sedang dalam proses perintisan. Tujuannya untuk menghancurkan kemampuan angkatan udara sehingga sulit mengadakan serangan balasan terhadap Belanda. Operasi militer ini merupakan bagian dari Politionil Actie yang diberlakukan Belanda dalam rangka mempertahankan kekuasaan Belanda terhadap hasil Perundingan Linggarjati. Agresi Militer I Belanda dilaksanakan mulai dari tanggal 21 Juli 1947 yang kemudian berakhir pada 5 Agustus 1947.

1.2 Analisis Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan secara singkat di atas, maka penulis melakukan identifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Keinginan Belanda untuk menegakkan kembali kekuasaanya di Indonesia mempengaruhi munculnya Agresi Militer I di Sumatera Timur tahun 1947 2. Agresi Militer I mempersempit lingkup kekuasaan Indonesia di Sumatera

Timur


(24)

8

1.2.2 Pembatasan Masalah

Agar dalam penyusunan penelitian ini sesuai dengan apa yang akan diharapkan penulis, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada: “Serangan Belanda pada Agresi Militer I Di Sumatera Timur Tahun 1947.”

1.2.3 Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka masalah dirumuskan sebagai berikut :

“Bagaimanakah serangan Belanda pada Agresi Militer I Di Sumatera Timur Tahun

1947 ?.

1.3 Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses serangan Belanda pada Agresi Militer I Di Sumatera Timur Tahun 1947.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian tentunya akan dapat memberikan berbagai manfaat bagi semua orang yang membutuhkan informasi tentang masalah yang penulis teliti, adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:


(25)

9

1. Dapat memberikan sumbangan berupa informasi kepada setiap pembaca yang

ingin menggali lebih dalam tentang terjadinya Agresi Militer I di Sumatera Timur Tahun 1947.”

2. Sebagai informasi bagi penulis khususnya dalam memperkaya pengetahuan

penulis dalam bidang kesejarahan yang mengenai terjadinya Agresi Militer I di Sumatera Timur Tahun 1947.”

1.3.3 Ruang Lingkup Penelitian

3.1Subjek Penelitian : Belanda

3.2Objek Penelitian : Agresi Militer I di Sumatera Timur tahun 1947 3.3Tempat Penelitian : Arsip Nasional Republik Indonesia,

Badan Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara

Perpustakaan Universitas Indonesia 3.4Waktu Penelitian : 2013


(26)

10

REFERENSI

Xarim, Masyhudulhaq. 1976. Medan Area Mengisi Proklamasi. Medan;Biro Sejarah Prima. Hal 82

Ibid. Hal 241 Ibid. Hal 133 Ibid. Hal 249 Ibid. Hal 261

Ahmad, Sabaruddin. 1994. Sejarah Perkembangan Pemerintahan Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Sumatera Utara;Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Halaman 22


(27)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tinjauan Pustaka

2.1.1 Konsep Tinjauan Historis

Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. Kata tinjauan memiliki arti yaitu “hasil meninjau, pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki, mempelajari dan sebagainya) perbuatan meninjau: buku itu banyak mengandung sejarah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:1198).” Sedangkan kata historis “berkenaan dengan sejarah; bertalian atau ada hubungannya dengan masa lampau; bersejarah. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:405).”

Dari pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan tinjauan historis adalah pandangan dari suatu data atau bahan yang diselidiki dan dipelajari berisi tentang peristiwa atau kejadian masa lalu, yang disusun melalui proses ilmiah secara kronologi, sistematis dan saling berkaitan.

2.1.2 Konsep Agresi Militer

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu “penyerangan suatu negara terhadap negara lain; perasaan marah atau tindakan kasar akibat kekecewaan atau kegagalan dalam mencapai pemuasan atau tujuan yang dapat diarahkan kepada orang atau


(28)

12

benda; antara perbuatan bermusuhan yang bersifat penyerangan fisik ataupun psikis terhadap pihak lain. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:13).

Sedangkan Pengertian Militer menurut Amos Perlmutter adalah :

Sebuah organisasi yang paling sering melayani kepentingan umum tanpa menyertakan orang-orang yang menjadi sasaran usaha-usaha organisasi itu. Militer adalah suatu profesi sukarela karena setiap individu bebas memilih suatu pekerjaan di dalamnya, namun ia juga bersifat memaksa karena para anggotanya tidak bebas untuk membentuk suatu perkumpulan sukarela melainkan terbatas kepada situasi hirarki birokrasi (Amos Perlmutter, 2000:2). Abdoel Fattah menyatakan bahwa “Peran militer adalah sebagai alat Negara yang menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara untuk mensejahterakan kehidupan bangsa” (Abdoel Fattah, 2005:41).

Dalam bidang militer bertujuan untuk menghancurkan TNI pada medan-medan yang datar dan terbuka disekeliling Medan Area dengan operasi-operasi penjepitan. Setelah inti kekuatan TNI terkepung pada daerah penghancuran itu (killing ground) melanjutkan gerakan secara kilat (blitzkrieg) untuk merebut dan menguasai daerah jantung ini. Perlu dicatat 1.k. 75% kekuatan persenjataan di daerah Sumatera Timur berada disekitar Medan Area (Dinas Sejarah Kodam II Bukit Barisan, 1983:203).

Jadi dapat disimpulkan Agresi militer yaitu usaha penyerangan terhadap pihak lain, bersifat memaksa mengepung serta menghancurkan (baik pihak tersebut maupun wilayahnya) yang ingin direbut dan dikuasai, sebagai reaksi dari keinginan yang tidak tercapai. Dalam penelitian ini reaksi tersebut ditunjukan dari pihak Belanda terhadap Indonesia melalui serangan Agresi Militer Tahun 1947.


(29)

13

2.1.3 Konsep Serangan Darat

Serangan angkatan darat, sebagai kekuatan darat, seperti kavaleri (pasukan berkuda) Mongol yang bergerak dari markasnya di Asia Tengah dan berhasil merebut dan menguasai banyak bagian di Eropa dan Asia. Begitu pula dengan Napoleon Bonaparte, Kaisar Perancis pada akhir abad 18 dan awal abad ke-19 memiliki kemampuan untuk menyusun kekuatan darat yang menguasai hampir seluruh Eropa dan kandas ketika menyerang Rusia. Pengembangan serangan Napoleon pada tingkat strategi bahwa operasi serangan dapat dilakukan dengan operasi garis dalam yaitu mengkonsentrasikan serangan terhadap bagian lemah dari musuh sambil memberikan perlawanan seperlunya terhadap kekuatan utama serangan musuh. Kecepatan gerak dan daya pukul yang tinggi merupakan kunci sukses operasi garis dalam. Cara berperang Napoleon seperti ini yang menjadi bahan dan dasar bagi penyusun teori ilmu perang (Wikipedia, 2013:1).

Pengembangan pada tingkat operasi terdapat beberapa bentuk sebagai berikut : 1. Serangan Frontal

Serangan frontal adalah serangan secara langsung ditunjukan kepada seluruh kelebaran garis depan kekuatan militer musuh. Biasanya serangan frontal dilakukan kalau penyerang menganggap memiliki kekuatan yang cukup banyak mengungguli kekuatan musuhnya yaitu paling sedikit tiga kali lipat. Dengan serangan frontal penyerang bermaksud menggulung kekuatan pertahanan sehingga tujuan serangan tercapai.

2. Serangan melambung,

Serangan melambung adalah serangan yang dilakukan dengan menggerakkan pasukan penyerang mengitari salah satu lambung garis pertahanan musuh, kemudian menyerangnya di lambung tersebut sebagai titik berat serangan. Pada saat bersamaan, ada pasukan lain yang menyerang garis depan musuh secara ringan untuk melakukan penipuan, seakan-akan titik berat serangan tertuju ke garis depan. Serangan dapat juga dilakukan terhadap kedua lambung pertahanan musuh, dinamakan serangan melambung rangkap (double envelopment).

3. Serangan melingkar

Serangan melingkar adalah serangan yang didahului manuver atau gerakan ke bagian belakang pertahanan musuh dan kemudian menyerang dari belakang. Seperti dalam serangan melambung, ada penipuan dengan menggerakkan pasukan seperlunya untuk menghadapi garis depan pertahanan musuh.

4. Serangan Penetrasi

Serangan Penetrasi adalah serangan dengan kekuatan utama pasukan lapis baja (tank) yang menembus pertahanan musuh dari depan pada titik tertentu, kemudian memanfaatkan lubang dalam pertahanan itu untuk menggerakkan pasukan lapis baja menembus garis pertahanan musuh dengan cepat. Yang pertama menggunakan cara serangan ini adalah Jerman dalam Perang Dunia II.


(30)

14

5. Serangan Perembesan

Serangan Perembesan adalah serangan yang menggerakkan pasukan penyerang melalui lubang-lubang (gap) pertahanan musuh dalam kelompok-kelompok relatif kecil, kemudian kelompok itu bergabung di tempat yang telah ditentukan di belakang daerah pertahanan musuh dan menyerang musuh dari belakang. 6. Serangan Lintas Udara

Serangan Lintas Udara adalah serangan yang dilakukan dengan menerjunkan pasukan ditempat tertentu, biasanya di daerah belakang atau lambung pertahanan musuh, dan kemudian menyerang sasaran-sasaran vital dalam pertahanan musuh. Biasanya serangan lintas udara dibarengi dengan serangan penetrasi melintasi darat yang kemudian mengadakan link-up dengan pasukan lintas udara. Serangan ini merupakan operasi gabungan kekuatan darat dan udara. Angkatan udara mengangkut pasukan angkatan darat sampai di atas daerah penerjunan, tempat pasukan darat terjun dari pesawat angkut angkatan udara.

7. Serangan Pendaratan Amphibi

Serangan Pendaratan Amphibi adalah serangan yang dilakukan dengan mendaratkan pasukan di pantai wilayah musuh untuk membangun tumpuan pantai (bechhead) sebagai pangkalan ofensif terhadap pertahanan musuh. Serangan seperti itu merupakan operasi bersama antara kekuatan laut dan kekuatan darat dengan dibantu kekuatan udara. Kekuatan darat dapat terdiri atas pasukan marinir atau pasukan angkatan darat atau gabungan marinir dan angkatan darat. Kekuatan udara dapat terdiri atas kekuatan udara angkatan laut atau angkatan udara atau gabungan dari dua angkatan. Pasukan pendarat diangkut angkatan laut sampai ke depan pantai pendaratan dan didaratkan dengan menggunakan sekoci pendarat laut.

8. Serangan Dalam

Serangan Dalam adalah serangan gabungan kekuatan darat dan kekuatan udara yang dilakukan dengan penembakan peluru kendali jauh ke dalam daerah pertahanan musuh, diikuti dengan serangan udara dan serangan pendaratan amfibi, dan dilanjutkan dengan serangan penetrasi serta serangan lintas udara (Sayidiman Suryohadiprojo, 2005:92-100).

Berdasarkan konsep diatas dapat disimpulkan serangan darat dilakukan untuk memfokuskan serangan pada bagian lemah musuh kemudian melakukan perlawanan terhadap kekuatan utama musuh baik secara frontal, melambung, melingkar, penetrasi, perembesan, lintas udara, pendaratan amphibi maupun melalui serangan dalam.


(31)

15

2.1.4 Konsep Serangan Udara

“ Pengertian serangan udara yaitu sebuah operasi yang menggambarkan sejumlah jenis operasi, biasanya terbatas pada jenis pesawat. Penyerangan dilakukan dengan menggunakan pesawat tempur, sebagian besar, berkaitan dengan membangun superioritas udara dalam suatu ruang udara, atau atas suatu wilayah tertentu (Wikipedia, 2013:1).”

Sayidiman Suryohadiprojo berpendapat tentang serangan udara yaitu :

Komando udara strategis dari suatu angkatan udara terdiri atas pesawat-pesawat pembom strategis. Dengan perkembangan teknologi mengenai roket-roket, peluru-peluru balistik, maka senjata-senjata ini juga akan memperkuat pesawat-pesawat pembom strategis. Pembom strategis dan peluru-peluru balistik itu bertujuan menghancurkan pusat-pusat kehidupan musuh, industri-industri musuh, pusat-pusat kehidupan musuh, industri-industri musuh, pusat lalu lintas dan tempat-tempat peluncuran atau lapangan-lapangan terbang musuh di garis belakang (Sayidiman Suryohadiprojo, 1981:96).

“Pada saat-saat pertama setelah perang dimaklumkan, pesawat-pesawat atau roket-roket telah berada di atas sasaran masing-masing, jauh di daerah pedalaman negara lawan untuk memberikan pukulan-pukulan yang menghancurkan (Sayidiman Suryohadiprojo, 1981:228).”

Sasaran-sasaran yang dipilih adalah :

1. Di bidang militer : segala sesuatu yang dapat digunakan musuh untuk berperang, umpamanya; asrama-asrama tentara, pabrik-pabrik senjata, pusat-pusat penilikan, dan sebagainya.

2. Di bidang politik : pusat pemerintahan, pusat siaran, pusat arsip.

3. Di bidang ekonomi : industri-industri, pusat-pusat persiapan dan penimbunan, pusat-pusat lalu lintas, pusat alat-alat angkutan.


(32)

16

Dengan alat-alat dan tenaga yang tersedia, hendaklah diusahakan agar musuh :

1. Dapat dikacau-balaukan atau dihancurkan seluruh perangainya, baik militer, politik, ekonomi maupun psikologinya

2. Morilnya, terutama penduduknya dirusak demikian rupa, sehingga mereka tak tahan lagi menderita dibawah penghancuran udara itu dan mendesak pemerintahnya untuk menghentikan perang atau menyerah

3. Menghancurkan obyek-obyek musuh yang merupakan satu ancaman besar terhadap Negara atau angkatan perang sendiri, seperti pangkalan-pangkalan udara musuh dan tempat-tempat peluncuran roket musuh.

Berdasarkan konsep diatas dapat disimpulkan bahwa serangan udara bertujuan untuk melemahkan, membuat kacau balau, serta menghancurkan kedudukan musuh sehingga membuat keadaan musuh menjadi terdesak.

2.1.5 Konsep Serangan Laut

Lautan diperlukan untuk dapat membawa kekuatan perang atau pertahanan. Lautan diperlukan untuk dapat membawa kekuatan perang ke daerah-daerah lain di seberang lautan.

1. Interdiksi atau Guerre de Course

Dulu, pihak yang merasa armadanya kurang kuat untuk melawan musuh dalam pertempuran laut melakukan Interdiksi. Itu adalah gerakan berupa raid dengan kapal perang yang sendiri terhadap kapal-kapal dagang musuh. Yang menjadi tujuan adalah mengganggu sejauh mungkin keleluasaan musuh dalam penggunaan lautan.

2. Blokade

Penguasaan laut di masa lalu juga memanfaatkan blokade yang dilakukan terhadap pelabuhan-pelabuhan penting musuh. Blokade dilakukan dengan menggunakan kapal perang yang berjaga di depan pelabuhan atau dipasang lapangan ranjau yang menimbulkan kekhawatiran kapal angkut musuh yang mau masuk atau keluar pelabuhan (Sayidiman Suryohadiprojo, 2005:105).


(33)

17

Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa kapal perang Belanda ditujukan untuk mengganggu keleluasaan musuh dalam penggunaan lautan, yang bertujuan menimbulkan kekhawatiran terhadap kapal musuh yang akan menggunakan pelabuhan.

2.1.6 Konsep Sumatera Timur

Sumatera Timur merupakan bagian dari Sumatera Utara yang terdiri dari tiga bagian kekuasaan yaitu Aceh, Tapanuli serta Sumatera Timur. Setelah masuknya kekuasaan Belanda di Sumatera Timur maka susunan pemerintahpun mengalami perubahan. Kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur (Leidong, Bilah, Batu Bara, Kota Pinang, Kualuh, Serdang, Deli dan Langkat) harus menandatangani Acte van Erkenning en Bavestiging pada tahun 1862 sebagai tanda pengakuan atas kekuasaan Belanda di Sumatera Timur. Sejak saat itulah terdapat dua macam pemerintahan yang memerintah di Sumatera Timur yaitu pemerintahan Gubernamen dan pemerintahan Landscap, yaitu pemerintahan raja-raja lokal yang didampingi oleh Asisten Residen. Hal itu juga terjadi pada beberapa kerajaan besar di Sumatera Timur seperti Deli, Langkat, Serdang dan Asahan (Depdikbud RI, 1977:5).

Sesuai dengan keberadaan masyarakat Melayu dewasa ini, maka masa lalu masyarakat Melayu ini terbagi atas beberapa daerah sebagai berikut :

1. Daerah Langkat yang mencakup Tamiang 2. Daerah Deli

3. Daerah Serdang

4. Daerah Asahan dan Batubara

5. Labuhan Batu (Bilah, Kualuh, Panei dan Kota Pinang)

Bila dianalisa berdasarkan kedudukan penguasa yang terdapat di wilayah Sumatera Timur, maka pembagian daerah ini memiliki makna yang dualisme, contohnya dari segi peta pengertian Sumatera Timur mencakup wilayah Karo dan wilayah Simalungun. Sedangkan dari fakta wilayah ternyata daerah Karo dan Simalungun tidak termasuk bagian Sumatera Timur (Sabaruddin ahmad, 1994:23).


(34)

18

Dari kutipan diatas dapat disimpulkan penduduk Sumatera Timur sebagian besar merupakan suku Melayu yang tinggal di bagian pesisir timur Sumatera seperti di daerah Deli Serdang, Langkat, Labuhan Batu dan Asahan.

2.2Kerangka Pikir

Sejak masuknya NICA dan Inggris ke Sumatera Timur timbul beberapa Insiden seperti Peristiwa di Jalan Bali Medan serta penurunan Bendera Merah Putih di beberapa tempat di Pematang Siantar memicu serangan-serangan Indonesia. Belanda berkeinginan untuk segera menguasai Sumatera Timur melalui kekerasan senjata dan beberapa serangan-serangan di beberapa daerah seperti Deli Serdang, Langkat, Labuhan Batu serta Asahan melalui serangan antara pasukan-pasukan Belanda dengan anggota lasykar rakyat. Belanda menganggap lasykar rakyat melakukan pelanggaran gencatan senjata sedangkan lasykar rakyat menganggap gerak-gerik Belanda sebagai suatu gerakan penyerangan terhadapnya.

Pertempuran-pertempuran ini kemudian memicu diadakannya sebuah perundingan antara Sekutu, NICA dan Republik Indonesia, yang dikenal dengan nama Perundingan Linggarjati. Dari hasil keputusan perundingan tersebut adanya perbedaan pemahaman antara Indonesia dengan Belanda. Sehingga pada 21 Juli 1947 Belanda melaksanakan agresinya dibeberapa wilayah Indonesia, baik di Jawa maupun Sumatera.


(35)

19

Pada Agresi Militer I Belanda melakukan serangan melalui Laut, Darat serta Udara. Serangan laut dilakukan sebagai upaya mengganggu pihak Indonesia dalam penggunaan lautan. Serangan dilanjutkan dengan menyudutkan serta mempersempit wilayah Indonesia di Sumatera Timur melalui serangan dari darat. Belanda juga mengacau-balaukan markas-markas yang diduduki pasukan Indonesia melalui serangan udara.

Dalam penelitian ini akan dibagi menjadi 3 upaya Belanda dalam pelaksanaan Serangan Agresi Militer I di Sumatera Timur Tahun 1947 yaitu serangan melaui laut, darat serta udara. Serangan melaui laut yaitu diawali serangan pertama Belanda di daerah Pantai Cermin, Serangan melaui darat serangan Belanda di Medan dan sekitarnya Sedangkan serangan udara merupakan serangan Belanda di wilayah Pancur Batu, Langkat dan sekitanya. Tujuan Belanda pada Agresi Militernya yang pertama yaitu menguasai kembali wilayah Sumatera Timur yang akan dijadikan basis utama pemerintahan dan perekonomian dalam upaya merebut wilayah-wilayah lain di Indonesia.


(36)

20

Jalur Serangan

Laut

Serangan Belanda PadaAgresi Militer I Di Sumatera Timur Tahun 1947

Jalur Serangan

Udara Jalur

Serangan Darat 2.3Paradigma

Keterangan :

: Garis Pengaruh

: Garis Tujuan


(37)

21

REFERENSI

Hasan, Alwi. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta;Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka. Halaman 1198

Ibid. Hal 405 Ibid. Hal 13

Perlmutter, Amos. 2000. Militer dan Politik. Jakarta;PT Raja Grafindo Persada. Halaman 2

Fattah, Abdoel. 2005. Demilitarisasi Tentara:pasang surut politik militer 1945-2004. Yogyakarta;Lkis. Halaman 41

Dinas Sejarah Kodam II Bukit Barisan.1984. Sejarah Perang Kemerdekaan Di Sumatera 1945-1950. Medan;Dinas Sejarah KODAM II/Bukit Barisan. Halaman 203

Wikipedia, Taktik Perang. Dalam

id.wikipedia.org/wiki/Taktik_perang/05/07/2013/9:38 PM. Halaman 1

Suryohadiprojo, Sayidiman. 2005. Si Vis Pacem Para Bellum. Jakarta;PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 100

Wikipedia. Op. cit. Halaman 1

Suryohadiprojo, Sayidiman. 1981. Suatu Pengantar Ilmu Perang Masalah Pertahanan Negara. Jakarta;PT Intermasa. Halaman 96

Ibid. Hal 228

Suryohadiprojo, Sayidiman. Op. cit. Halaman 105

Depdikbud RI. 1977. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Sumatera Utara.Jakarta;Depdikbud RI. Halaman 5

Ahmad, Sabaruddin. 1994. Sejarah Perkembangan Pemerintahan Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Sumatera Utara;Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Halaman 23


(38)

22

III. METODE PENELITIAN

3.1Metode yang Digunakan

Profesor Sartono Kartodirdjo berpendapat tentang metode penelitian historis sebagai berikut :

Secara sistematis prosedur penyelidikan dengan menggunakan teknik-teknik tertentu pengumpulan bahan-bahan sejarah, baik dari arsip-arsip dan perputakaan-perpustakaan (didalam atau diluar negeri) maupun dari wawancara dengan tokoh-tokoh yang masih hidup sehubungan dengan peristiwa bersejarah itu, atau dari orang-orang terdekat dengan tokoh-tokoh itu (anggota keluarga atau sahabat, misalnya) sehingga ia dapat menjaring informasi selengkap mungkin (Sartono Kartodirdjo, 1992:9).

Menurut Nugroho Notosusanto, langkah-langkah yang harus dilakukan peneliti dalam menempuh penelitian ini adalah:

3.1.1 Heuristik, yaitu proses untuk mencari, menemukan serta mengumpulkan data-data yang baik itu berupa tulisan maupun lisan yang terkait oleh permasalahan yang sedang diteliti. Dalam hal ini mencari sumber-sumber data yang memuat tentang Agresi Militer I di Sumatera Timur tahun 1947 yang diperoleh dari beberapa tempat sumber referensi penelitian seperti Perpustakaan UNILA, Perpustakaan Daerah Lampung, Arsip Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan UI (Universitas Indonesia).

3.1.2 Kritik, yaitu menyelidiki serta menguji sumber-sumber yang telah didapat baik, isi maupun bentuknya untuk mengetahui tingkat keaslian sumber data sebagai sumber data yang relevan dalam mendukung keterkaitan dengan kegiatan penelitian tentang Agresi Militer I di Sumatera Timur tahun 1947

3.1.3 Interpretasi, yaitu setelah memperoleh sejumlah fakta-fakta yang diperlukan dengan menafsirkan data-data menjadi fakta-fakta dalam wujud keseluruhan yang masuk akal melalui argumen kita dengan tetap mengedepankan keobyektifitasan sebuah data yang telah didapat di lapangan langsung khususnya melalui sumber-sumber tulisan.

3.1.4 Historiografi yaitu suatu kegiatan peneliti dalam bentuk laporan hasil penelitian secara keseluruhan. Pada buku Pengantar ilmu Sejarah halaman 40 tertulis, historiografi adalah cara penulisan sejarah sebagai ilmu dan diharapkan dalam setiap penulisannya tingkat keobyektifitasannya dapat dipertahankan walaupun


(39)

23

dalam hal ini tingkat kesubjetifan seorang peneliti juga sangat mendominasi karena itu merupakan hasil pemikiran sendiri (Nugroho Notosusanto, 1984:11). Jadi dapat disimpulkan, metode historis yaitu cara yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan penelitian bertujuan untuk memahami objek yang menjadi penelitian. Peneliti akan menggunakan metode historis dengan melakukan penelitian menggunakan langkah–langkah baik heuristik, kritik, interpretasi, maupun histiografi.

3.2Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto, “variable penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:91).” Dari pengertian mengenai variabel dapat penulis tuliskan bahwa variabel merupakan suatu langkah yang dipergunakan dalam penulisan sejarah terkait dengan penelitian ini penulis hanya menggunakan variabel tunggal yaitu: Agresi Militer I Di Sumatera Timur Tahun1947.

3.3Teknik Pengumpulan Data

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data berupa studi kepustakaan dan dokumentasi. Menurut Koentjaraningrat “teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan berbagai material yang terdapat di perpustakaan (Koentjaraningrat, 1983:81).” Menurut Suharsimi Arikunto yang dimaksud dengan teknik dokumentasi adalah “mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar dan lainnya (Suharsimi Arikunto, 1986:188).”


(40)

24

Jhon Dewey berpendapat tentang teknik pengumpulan data yaitu :

Dalam pengumpulan data tentu memerlukan suatu pembuktian maka yang harus kita lakukan adalah mengumpulkan bahan-bahan, informasi-informasi, dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang dihadapinya. Semua bahan, informasi atau hasil-hasil penelitian itu kemudian diolah dalam proses berfikir logika dan rasional dengan memilah-milah atau menghubung-hubungkan untuk mencari persamaan atau perbedaannya agar sampai pada kesimpulan yang mendukung atau menolak kebenaran kesimpulan yang telah dirumuskan (Hadari Nawawi, 1991:21).

Peneliti menggunakan teknik tersebut dalam mencari-cari sumber-seumber data sesuai dengan permasalahan yang diangkat yaitu Tinjauan Historis Agresi Militer I di Sumatera Timur tahun 1947 yang dilakukan di Arsip Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Universitas Indonesia, Badan Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara dengan membuat ringkasan isi, mengklarifikasikan sumber-sumber, menyusun dan menginterpretasikan sumber-sumber tersebut.

3.3.1 Teknik Kepustakaan

Pengertian teknik kepustakaan dapat diartikan yaitu “suatu cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruang kepustakaan misalnya majalah-majalah, catatan-catatan, koran, dokumen, kisah sejarah dan sebagainya yang relevan dengan dengan penelitian (Koentjaraningrat, 1983:420).” Menurut Hadari Nawawi, “studi kepustakaan dilaksanakan dengan cara mendapat sumber-sumber data yang diperoleh dari perpustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku literature yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Hadari Nawawi, 1993:133).”


(41)

25

Peneliti menggunakan teknik tersebut dalam melakukan penelitian secara teoritis, menggunakan konsep dengan cara membaca, mengutip, dan mencatat dari berbagai sumber buku dan literatur yang berkaitan dengan dengan permasalahan yang akan diteliti.

3.3.2 Teknik Dokumentasi

Teknik Dokumentasi menurut pendapat Hadari Nawawi “yaitu merupakan cara mengumpulkan data peninggalan-peninggalan tertulis yang berupa arsip-arsip dan juga buku-buku pendapat, teori, dalil, atau hukumlain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Hadari Nawawi, 1993:133).” Menurut Riduwan, “dokumentasi adalah ditunjukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan-laporan kegiatan, foto-foto, dan data relevan dengan penelitian (Riduwan, 2004:105).” Dokumentasi dalam penelitian ini diambil dari Arsip Nasional Republik Indonesia.

3.4Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Masri Singarimbun adalah “proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diintrepretasikan (Masri Singarimbun, 1995:263).” Menurut Moehammad Ali analisa data kualitatif adalah “menggunakan proses berfikir induktif, untuk menguji hipotesis yang merumuskan sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti, induktif dalam hal ini diperoleh dari beberapa identifikasi (Moehammad Ali, 1985:155).”


(42)

26

Tahapan – tahapan dalam proses analisis data kualitatif meliputi :

3.5Reduksi Data, adalah sebuah proses pemulihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan tertulis dilapangan. Reduksi data juga merupakan bentuk analisis yang tajam, menggolongkan, mengarahkan, serta membuang yang tidak perlu dan mengorganisir data sampai akhir dapat menarik sebuah kesimpulan.

3.6Penyajian data, adalah penyajian data yang dibatasi sebagai kumpulan informasi tersusun, member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan penyajian data tersebut akan dapat dipahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan, sehingga dalam menganalisis atau mengambil tindakan nantinya akan berdasarkan pemahaman yang didapat dari penyajian tersebut.

3.7Verifikasi data adalah menarik sebuah kesimpulan secara utuh setelah semua makna-makna yang muncul dari data yang sudah diuji kebenarannya, sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan yang jelas kebenaran dan kegunaannya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data kepustakaan serta dokumentasi.

3.5Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

“Kesimpulan adalah hasil mencari hubungan antara berbagai penemuan ilmiah yang dibuat berdasarkan hipotesis yang dirumuskan (Moehammad Ali, 1985:152).” Penarikan kesimpulan yaitu mengambil seluruh makna-makna yang muncul dari data yang sudah diuji kebenaran, kekokohan serta kecocokannya sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan yang jelas kegunaan dan kebenarannya sehingga dapat dipertanggungjawabkan.


(43)

27

REFERENSI

Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodelogi Sejarah. Jakarta;PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 9

Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Inti Idau Press. Halaman 11

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta;Bina Aksara. Halaman 91

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta;Gramedia. Halaman 81

Arikunto, Suharsimi. 1986. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta;Bina Aksara. Halaman 188

Nawawi, Hadari. 1993. Penelitian Harapan Gajah Mada University. Yogyakarta. Halaman 21

Koentjaraningrat. Op. cit. Halaman 420 Nawawi, Hadari. Op. cit. Halaman 133 Loc. Cit. Halaman 133

Riduwan. 2005. Belajar dan Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Penelitian. Bandung;Alfabeta. Halaman 105 \

Masri Singarimbun. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta ;LP3S. Halaman 263 Moehammad Ali. 1989. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Bina

Aksara. Jakarta. Halaman 155 Ibid. Hal 152


(44)

60

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa proses Belanda pada Agresi Militer I di Sumatera Timur dengan melakukan tiga serangan yaitu serangan darat, udara serta laut. Serangan darat Belanda bertujuan untuk menyudutkan pihak Indonesia pada wilayah yang akan dikuasai dengan menyerang daerah-daerah kedudukan pasukan Indonesia. Pasukan Indonesia semakin mundur dan mempersempit wilayahnya sekaligus mengurangi derah-daerah kekuasaan Indonesia. Kemudian serangan udara Belanda ditujukan untuk mempersulit dan memutuskan hubungan lalu lintas, komunikasi dan logistik diberbagai sektor. Apabila wilayah telah dikuasai Belanda dapat mengambil apa saja yang ada didalamnya termasuk alat-alat komunikasi, markas-markas serta senjata-senjata yang telah ditinggalkan pihak Indonesia. Sedangkan serangan laut Belanda merupakan upaya mengganggu keleluasaan pihak Indonesia dalam penggunaan lautan.

Serangan Belanda yang terus menerus dilakukan merupakan usahanya untuk mengepung dan menyudutkan pihak Indonesia pada wilayah yang akan dikuasai. Tujuan utama Belanda yaitu menghancurkan kemampuan serangan pihak Indonesia hingga tidak ada kesempatan untuk mengadakan serangan balasan terhadap Belanda.


(45)

61

5.2Saran

5.2.1 Peristiwa Agresi Militer I Di Sumatera Timur dapat menjadi pelajaran yang berharga bagi kita untuk mengetahui bahwa usaha-usaha yang dilakukan oleh Belanda dikarenakan Indonesia mempunyai potensi yang istimewa sehingga Indonesia perlu menyadari dan dapat mengolah segala yang dimiliki dengan baik sehingga dapat membangun negara yang lebih berkualitas.

5.2.2 Sejarah yang terjadi di Sumatera Timur disarankan oleh penulis untuk lebih digali kembali dan dikembangkan sebagai contoh perjuangan dalam sejarah Agresi Militer I di Indonesia.

5.2.3 Sebagai contoh dalam menerapkan ilmu pengetahuan bagi kita dan generasi penerus dari pengalaman masa lalu, sehingga dapat dijadikan pedoman untuk melakukan segala hal-hal yang bermanfaat.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

A.H.Nasution.1977. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia. Bandung;Angkasa Arikunto, Suharsimi. 1986. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.

Jakarta;Bina Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta;Bina Aksara

Ahmad, Sabaruddin. 1994. Sejarah Perkembangan Pemerintahan Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Sumatera Utara;Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara

Depdikbud RI. 1977. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Sumatera Utara.Jakarta;Depdikbud RI

Dinas Sejarah Kodam II Bukit Barisan.1984. Sejarah Perang Kemerdekaan Di Sumatera 1945-1950. Medan;Dinas Sejarah KODAM II/Bukit Barisan

Fattah, Abdoel. 2005. Demilitarisasi Tentara:pasang surut politik militer 1945-2004. Yogyakarta;Lkis

Forum Komunikasi. 1979. Perjuangan Rakyat Semesta Sumatera Utara. Sumatera Utara;Ex Sub Teritorium VII Komando Sumatera

Hasan, Alwi. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta;Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka.

H. Muhammad Said Dalam Napitulu, S.P. 1991. Sejarah perlawanan terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Sumatera Utara. Jakarta;Depdikbud RI Kamisa. 1997. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya:Kartika

Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodelogi Sejarah. Jakarta;PT Gramedia Pustaka Utama

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta;Gramedia Mahadi. 1991. Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-hak Suku Melayu Atas Tanah di


(47)

63

Masri Singarimbun. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta ;LP3S

Moehammad Ali. 1989. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Bina Aksara. Jakarta

Muhammad TWH. 1997. Belanda Gagal Rebut Pulau Berandan. Medan; Yayasan Fakta Perjuangan Kemerdekaan RI

Napitulu, S.P. 1991. Sejarah perlawanan terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Sumatera Utara. Jakarta;Depdikbud RI

Nawawi, Hadari. 1993. Penelitian Harapan Gajah Mada University. Yogyakarta Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Inti Idau

Press

Perlmutter, Amos. 2000. Militer dan Politik. Jakarta;PT Raja Grafindo Persada

Pelzer, K.J. 1985. Toean Keboen dan Petani; Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria di Sumatera Timur tahun 1863-1947. Jakarta;Sinar Harapan

Riduwan. 2005. Belajar dan Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Penelitian. Bandung;Alfabeta

Sumber Lain :

Kemendagri. Deli Serdang. Dalam http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-

daerah/kabupaten/id/12/name/sumatera-utara/detail/1207/deli-serdang/05/07/2013/07:32 PM Wikipedia, Taktik Perang. Dalam


(1)

Tahapan – tahapan dalam proses analisis data kualitatif meliputi :

3.5Reduksi Data, adalah sebuah proses pemulihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan tertulis dilapangan. Reduksi data juga merupakan bentuk analisis yang tajam, menggolongkan, mengarahkan, serta membuang yang tidak perlu dan mengorganisir data sampai akhir dapat menarik sebuah kesimpulan.

3.6Penyajian data, adalah penyajian data yang dibatasi sebagai kumpulan informasi tersusun, member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan penyajian data tersebut akan dapat dipahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan, sehingga dalam menganalisis atau mengambil tindakan nantinya akan berdasarkan pemahaman yang didapat dari penyajian tersebut.

3.7Verifikasi data adalah menarik sebuah kesimpulan secara utuh setelah semua makna-makna yang muncul dari data yang sudah diuji kebenarannya, sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan yang jelas kebenaran dan kegunaannya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data kepustakaan

serta dokumentasi.

3.5Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

“Kesimpulan adalah hasil mencari hubungan antara berbagai penemuan ilmiah yang dibuat berdasarkan hipotesis yang dirumuskan (Moehammad Ali, 1985:152).” Penarikan kesimpulan yaitu mengambil seluruh makna-makna yang muncul dari data

yang sudah diuji kebenaran, kekokohan serta kecocokannya sehingga akan diperoleh

suatu kesimpulan yang jelas kegunaan dan kebenarannya sehingga dapat


(2)

27

REFERENSI

Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodelogi Sejarah. Jakarta;PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 9

Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Inti Idau Press. Halaman 11

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta;Bina Aksara. Halaman 91

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta;Gramedia. Halaman 81

Arikunto, Suharsimi. 1986. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta;Bina Aksara. Halaman 188

Nawawi, Hadari. 1993. Penelitian Harapan Gajah Mada University. Yogyakarta. Halaman 21

Koentjaraningrat. Op. cit. Halaman 420 Nawawi, Hadari. Op. cit. Halaman 133 Loc. Cit. Halaman 133

Riduwan. 2005. Belajar dan Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Penelitian. Bandung;Alfabeta. Halaman 105 \

Masri Singarimbun. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta ;LP3S. Halaman 263 Moehammad Ali. 1989. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Bina

Aksara. Jakarta. Halaman 155 Ibid. Hal 152


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa proses Belanda pada Agresi Militer

I di Sumatera Timur dengan melakukan tiga serangan yaitu serangan darat, udara

serta laut. Serangan darat Belanda bertujuan untuk menyudutkan pihak Indonesia

pada wilayah yang akan dikuasai dengan menyerang daerah-daerah kedudukan

pasukan Indonesia. Pasukan Indonesia semakin mundur dan mempersempit

wilayahnya sekaligus mengurangi derah-daerah kekuasaan Indonesia. Kemudian

serangan udara Belanda ditujukan untuk mempersulit dan memutuskan hubungan lalu

lintas, komunikasi dan logistik diberbagai sektor. Apabila wilayah telah dikuasai

Belanda dapat mengambil apa saja yang ada didalamnya termasuk alat-alat

komunikasi, markas-markas serta senjata-senjata yang telah ditinggalkan pihak

Indonesia. Sedangkan serangan laut Belanda merupakan upaya mengganggu

keleluasaan pihak Indonesia dalam penggunaan lautan.

Serangan Belanda yang terus menerus dilakukan merupakan usahanya untuk

mengepung dan menyudutkan pihak Indonesia pada wilayah yang akan dikuasai.

Tujuan utama Belanda yaitu menghancurkan kemampuan serangan pihak Indonesia


(4)

61

5.2Saran

5.2.1 Peristiwa Agresi Militer I Di Sumatera Timur dapat menjadi pelajaran yang

berharga bagi kita untuk mengetahui bahwa usaha-usaha yang dilakukan oleh

Belanda dikarenakan Indonesia mempunyai potensi yang istimewa sehingga

Indonesia perlu menyadari dan dapat mengolah segala yang dimiliki dengan

baik sehingga dapat membangun negara yang lebih berkualitas.

5.2.2 Sejarah yang terjadi di Sumatera Timur disarankan oleh penulis untuk lebih

digali kembali dan dikembangkan sebagai contoh perjuangan dalam sejarah

Agresi Militer I di Indonesia.

5.2.3 Sebagai contoh dalam menerapkan ilmu pengetahuan bagi kita dan generasi

penerus dari pengalaman masa lalu, sehingga dapat dijadikan pedoman untuk


(5)

A.H.Nasution.1977. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia. Bandung;Angkasa Arikunto, Suharsimi. 1986. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.

Jakarta;Bina Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta;Bina Aksara

Ahmad, Sabaruddin. 1994. Sejarah Perkembangan Pemerintahan Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Sumatera Utara;Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara

Depdikbud RI. 1977. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Sumatera Utara.Jakarta;Depdikbud RI

Dinas Sejarah Kodam II Bukit Barisan.1984. Sejarah Perang Kemerdekaan Di Sumatera 1945-1950. Medan;Dinas Sejarah KODAM II/Bukit Barisan

Fattah, Abdoel. 2005. Demilitarisasi Tentara:pasang surut politik militer 1945-2004. Yogyakarta;Lkis

Forum Komunikasi. 1979. Perjuangan Rakyat Semesta Sumatera Utara. Sumatera Utara;Ex Sub Teritorium VII Komando Sumatera

Hasan, Alwi. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta;Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka.

H. Muhammad Said Dalam Napitulu, S.P. 1991. Sejarah perlawanan terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Sumatera Utara. Jakarta;Depdikbud RI Kamisa. 1997. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya:Kartika

Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodelogi Sejarah. Jakarta;PT Gramedia Pustaka Utama

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta;Gramedia Mahadi. 1991. Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-hak Suku Melayu Atas Tanah di


(6)

63

Masri Singarimbun. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta ;LP3S

Moehammad Ali. 1989. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Bina Aksara. Jakarta

Muhammad TWH. 1997. Belanda Gagal Rebut Pulau Berandan. Medan; Yayasan Fakta Perjuangan Kemerdekaan RI

Napitulu, S.P. 1991. Sejarah perlawanan terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Sumatera Utara. Jakarta;Depdikbud RI

Nawawi, Hadari. 1993. Penelitian Harapan Gajah Mada University. Yogyakarta Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Inti Idau

Press

Perlmutter, Amos. 2000. Militer dan Politik. Jakarta;PT Raja Grafindo Persada

Pelzer, K.J. 1985. Toean Keboen dan Petani; Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria di Sumatera Timur tahun 1863-1947. Jakarta;Sinar Harapan

Riduwan. 2005. Belajar dan Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Penelitian. Bandung;Alfabeta

Sumber Lain :

Kemendagri. Deli Serdang. Dalam http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-

daerah/kabupaten/id/12/name/sumatera-utara/detail/1207/deli-serdang/05/07/2013/07:32 PM Wikipedia, Taktik Perang. Dalam