PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, PENDAPATAN BUMD DAN LAIN-LAIN PAD YANG SAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI SE-KOTA DI PROVINSI LAMPUNG 2000-2012

(1)

(Skripsi)

Oleh

BELLA CHINTYA EDWIN

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

Oleh:

BELLA CHINTYA EDWIN

Skrpsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG


(3)

EFFECT OF TAX RETRIBUTION, ENTERPRISES INCOME AND OTHER PAD VALID ON ECONOMIC GROWTH SE-CITY IN

LAMPUNG 2000-2012

BY

BELLA CHINTYA EDWIN

Regional autonomy is a challenge for Local Government in reducing dependence on government and accelerate the improvement of public welfare. Revenue is the most important source of financing in the process of regional autonomy which is

the main component of revenues derived from the tax component, retribution, enterprises income and other income.

The purpose of this study was to determine the effect of local taxes, levies, enterprises income, and other income to economic growth all city in Lampung Province. The data used is the time series data of annual data from the years

2000-2012. Hypothesis testing is done by multiple linear regression approach, Ordinary Least Square (OLS) and classical assumption.

The results showed that the variables of local taxes and no significant positive effect on economic growth all city in Lampung, variable levies positive and significant effect on economic growth all city in Lampung, variable income and other income enterprises negative and not significant to economic growth all city

In Lampung Province.

Keywords: tax, retribution, enterprises income, other income Ordinary Least square (OLS).


(4)

ABSTRAK

PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, PENDAPATAN BUMD DAN LAIN-LAIN PAD YANG SAH TERHADAP PERTUMBUHAN

EKONOMI SE-KOTA DI PROVINSI LAMPUNG 2000-2012

Oleh

BELLA CHINTYA EDWIN

Otonomi Daerah merupakan tantangan bagi Pemerintah Daerah dalam mengurangi ketergantungan kepada Pemerintah Pusat dan mempercepat

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber pembiayaan paling penting dalam proses penyelenggaraan otonomi daerah yang komponen utamanya adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan BUMD dan pendapatan lainnya.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan BUMD, dan pendapatan lainnya terhadap pertumbuhan ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung. Data yang digunakan adalah data runtun waktu data tahunan dari tahun 2000-2012. Pengujian hipotesis dilakukan dengan pendekatan uji regresi linier berganda, Ordinary Least Square (OLS) dan uji asumsi klasik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pajak daerah berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung, variabel retribusi daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung,variabel pendapatan BUMD dan pendapatan lainnya berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung.

Kata kunci: Pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan BUMD, pendapatan lainnya Ordinary Least Square (OLS).


(5)

(6)

(7)

K E E P C A L M ,

B E C A U S E E V E R Y T H I N G G O N N A B E

O K A Y .


(8)

(9)

Ku persembahkan skripsi ini kepada:

Mama Sunarsih, S.Kep, MM

Papa Edwin Salam, SH, MM

Kakak Dr. Ervien Ritandi Edwin

Desmon Gara Sumbahan, S.Kom

Semua Sahabat, teman


(10)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 22 Maret 1992. Penulis merupakan putri dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan Edwin Salam, SH, MM dengan Sunarsih, S.Kep, MM. Penulis menyelesaikan pendidikan SD Negeri 2 Kedaton Bandar Lampung pada tahun 2003, SMP Wiyatama Bandar Lampung pada tahun 2006, SMA Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2009. Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswi jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Grafik Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota BandarLampung, Metro dan

Total PAD Tahun 2000-2012 ... 3

2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota BandarLampung, Metro dan Rata-rata Se-Kota Provinsi Lampung Tahun 2000-2012 ... 7

3. Kerangka Pemikiran Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan BUMD Dan Pendapatan Lain Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandar Lampung Dan Kota Metro Tahun 2000-2012. ... ….. 31

4. Grafik Histogram ... 48

5. Grafik Normal P-Plor Regression Standarlized Residual ... 49


(12)

Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi dengan judul “Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan BUMD dan Lain-Lain PAD Yang sah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung 2000-2012” dapat penulis selesaikan. Terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Fajar Gustiawati, S.E., M.Si., Akt selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni., S.E., M.Si selaku dosen pembahas;

4. Bapak Drs. A. Zubaidi Indra., MM., C.P.A selaku dosen pembimbing I yang telah banyak membantu dalam memberikan kritik dan saran selama proses penyelesaian skripsi ini;

5. Ibu Retno Yuni Nur S, S.E., M.Sc., Akt selaku dosen pembimbing II, yang memberikan banyak masukan, bimbingan serta waktu selama pengerjaan skripsi;


(13)

Salam, SH, MM) yang tiada henti memberikan doa, dukungan dan semangat dalam setiap langkah yang ku tempuh. Tetaplah sehat dan berada di belakangku. Kalian adalah semangatku untuk terus menjadi lebih baik. Kalian adalah rasa syukur terbesar dalam hidupku;

8. Kakakku dan saudaraku satu-satunya, dr. Ervien Ritandi Edwin, yang selalu memberikan perhatian, mengkhawatirkanku, mengajariku tentang segala hal, menghiburku dengan lawakan jayusnya dan selalu memotivasiku setiap waktu. Terima kasih telah menjadi Kakak Terhebat dalam hidupku;

9. Keluarga Besar Mama dan Papa. Terima kasih atas doa yang diberikan kepadaku sehingga proses penyelesaian skripsi ini berjalan lancar;

10.Dewi Listiana, Arini Widya, Novi Sabrina. Tak ada yang bisa menggambarkan rasa bahagia telah memiliki sahabat seperti kalian. Hanya ucapan terima kasih untuk semua waktu, tangis dan tawa yang selalu membuat ingin bersama yang dapat aku berikan. Semoga persahabatan ini dapat terus kita jaga.

11.Desmon Gara Sumbahan, S.Kom. Seseorang yang telah memberikan begitu banyak waktu, perhatian, perlindungan, doa dan kasih sayang. Terima kasih untuk semuanya. Terima kasih sejauh ini telah bertahan selalu ada di sampingku.\


(14)

dalam segala hal.

13.Barbie dan yang bukan barbie. Hana Alviumita, Nanda Dwi, Firsty Gustianrana, Apri Arieska, Nevia Oktiana. Terima kasih sahabat, terima kasih saudaraku. Tanpa kalian aku galau. Hihihiiii

14.Teman-teman Akuntansi 2010 dan kakak-kakak tingkat yang banyak membantu penyelesaian skripsi ini. Terima kasih canda tawa dan ilmu yang kalian berikan padaku.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pribadi pembaca dan yang lainnya.

Penulis


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ... i

DAFTAR TABEL ... . iii

DAFTAR GAMBAR ... . iv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... . 1

1.2. Rumusan Masalah ... . 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah ... 10

2.2. Pengertian Pajak Daerah ... 11

2.3. Pengertian Retribusi Daerah ... 15

2.4. Hasil Perusahaan Milik Daerah (Pendapatan BUMD) ... ... 18

2.5. Lain-Lain PAD yang Sah ... ... 19

2.6.Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 21

2.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 29

2.8. Model Penelitian ... 31

2.9. Hipotesis ... 32

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data ... 36

3.2. Metode Analisis ... 39

3.3. Pengujian Asumsi Klasik ... 40

3.4. Uji hipotesis ... 45

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif ... 47

4.2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 50

4.3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 59


(16)

5.1. Simpulan ... 68 5.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Se-Kota Di Provinsi Lampung

Tahun 2000-2012 ... 2

2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Se-Kota D Provinsi Lampung Tahun 2000-2012 ... 6

3. Hasil Statistik Deskriptif ... 44

4. Hasil Uji Multikolinearitas ... 50

5. Dasar Pengambilan Keputusan ada tidaknya autokorelasi ... 51

6. Hasil Uji Autokorelasi ... 52

7. Hasil Uji Spearman’s rho ... 54

8. Hasil Regresi Linear Berganda ... 57

9. Hasil Uji Anova ... 58


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber pembiayaan paling penting dalam proses penyelenggaraan otonomi daerah yang komponen utamanya adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah, retribusi daerah,

pendapatan BUMD dan pendapatan lainnya. Otonomi Daerah merupakan

tantangan bagi Pemerintah Daerah dalam mengurangi ketergantungan kepada Pemerintah Pusat dan mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah RI nomor.38 tahun 2007 tentang

pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, yang menyatakan bahwa, “Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.” Salah satu sumber penerimaan daerah adalah pajak daerah dan retribusi daerah yang sesuai dengan undang-undang nomor 34 tahun 2000 sebagai amademen dari undang-undang nomer 18 tahun 1997 mengenai

pengesahan undang- undang pajak daerah dan retribusi daerah. Menurut Pasal 1 ayat 6UU No. 34 Tahun 2000, pajak daerah adalah pungutan wajib yang


(19)

yang seimbang yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah, sedangkan Retribusi Daerah Menurut Pasal 1 ayat (28) UU No. 34 Tahun 2000 adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Provinsi Lampung merupakan daerah pemerintahan yang berada di ujung Pulau Sumatra yang dipimpin oleh seorang gubernur dengan pusat pemerintahan yang dibagi menjadi 13 kabupaten dan 2 Kota yaitu Kota BandarLampung dan Kota Metro. Berikut akan disajikan tabel yang akan menggambarkan total perolehan Pendapatan Asli Daerah Se-Kota Di Provinsi Lampung yaitu Kota Bandar Lampung dan Kota Metro selama Tahun 2000-2012.

Tabel 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Se-Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012 (dalam Jutaan Rupiah)

TAHUN

SE-KOTA TOTAL PAD BANDAR

LAMPUNG METRO

2000 21.682,34 3.025,97 24.708,31

2001 25.696,67 7.948,01 33.644,68

2002 32.986,28 9.598,01 42.584,29

2003 36.511,79 12.098,05 48.609,84

2004 41.689,58 17.214,30 58.903,88

2005 49.073,49 18.703,17 67.776,66

2006 52.537,25 22.343,36 74.880,61

2007 55.540,34 24.541,92 80.082,26

2008 70.660,00 27.372,52 98.032,52

2009 77.731,00 29.045,20 106.776,20

2010 82.628,00 65.802,90 148.430,90

2011 116.044,00 46.822,00 162.866,00

2012 202.920,00 50.160,00 253.080,00


(20)

Grafik 1. Total Pendapatan Asli Daerah (PAD) BandarLampung, Metro dan Se-Kota Provinsi LampungTahun 2000-2012 (dalam Jutaan Rupiah)

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Lampung, 2012

Tabel 1 dan grafik 1 menjelaskan tentang perolehan PAD Se-Kota Di Provinsi Lampung tahun 2000-2012 yaitu Kota BandarLampung dan Kota Metro yang secara keseluruhan terus mengalami peningkatan penerimaan terbesar dari sektor pajak dan retribusi daerah. Kota BandarLampung selama tahun 2000-2012 dipimpin oleh tiga era kepemimpinan kepala daerah yaitu pada tahun 2000-2004 kota BandarLampung dipimpin oleh Drs. Suharto dengan total perolehan

pendapatan asli daerah (PAD) pada tahun 2000 sebesar Rp 21.682.970.000 hingga tahun 2004 sebesar Rp 41.689.580.000 dan pada tahun 2005-2009 dipimpin oleh Drs. Eddy Sutrisno, M.Pd dengan total perolehan pendapatan asli daerah (PAD) pada tahun 2005 sebesar Rp 49.073.490.000 hingga tahun 2009 sebesar Rp 77.731.000.000 serta pada tahun 2010-2012 kota Bandar Lampung dipimpin oleh


(21)

Drs. Hi.Herman HN dengan total perolehan pendapatan asli daerah (PAD) pada tahun 2010 sebesar Rp 82.628.000.000 hingga 2012 sebesar Rp 202.920.000.000. Selama tiga era kepemimpinan kepala daerah kota Bandar Lampung mengalami perningkatan pendapatan asli daerah yang signifikan terutama pada era

kepemimpinan Drs. Hi.Herman HN yang memimpin kota Bandar Lampung selama tahun 2010 hingga sekarang. Sedangkan Kota Metro selama tahun 2012 dipimpin oleh dua era kepemimpinan kepada daerah yaitu pada tahun 2000-2004 kepemimpinan Herman Sanusi dengan total perolehan pendapatan asli daerah (PAD) yang bersumber dari pajak, retribusi, pendapatan BUMD dan pendapatan lain daerah pada tahun 2000 sebesar Rp 3.025.970.000 hingga tahun 2004 sebesar Rp 17.214.000.000 dan tahun 2005-2012 Hi.Lukman Hakim dengan total perolehan pendapatan asli daerah (PAD) yang bersumber dari pajak,

retribusi, pendapatan BUMD dan pendapatan lain daerah pada tahun 2005 sebesar Rp 18.703.170.000 hingga tahun 2012 sebesar Rp 50.160.000.000.

Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah-daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2011). Pajak daerah merupakan sumber kekayaan terbesar suatu daerah yang dapat digunakan untuk proses percepatan pertumbuhan ekonomi suatu daerah (Ernawati, 2010). Besarnya penerimaan pajak daerah akan mempengaruhi pada proses pertumbuhan ekonomi daerah (Amiel et al., 2010).


(22)

Sedangkan retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Saragih, 2003). Serupa dengan pajak daerah, retribusi daerah juga merupakan sumber penerimaan daerah yang akan dikelola daerah untuk proses percepatan pertumbuhan ekonomi daerah (Ernawati, 2010).

Pendapatan BUMD merupakan hasil perusahaan milik daerah dan hasil Pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan Daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan

Kekayaan Daerah yang dipisahkan (Halim, 2004). Pengalokasian sumber daya fiskal yang baik termasuk pendapatan BUMD akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi regional (Zhang dan Zou, 1997).

Demikian pula dengan pendapatan lain-lain daerah yang merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah (Halim, 2004). Pengalokasian pendapatan lain-lain daerah yang merupakan salah satu sumber penerimaan daerah juga akan berpengaruh pada pertumbuhan suatu daerah tersebut (Zulyanto, 2010).

Pertumbuhan ekonomi merupakan keseluruhan jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi suatu negara atau suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi mendorong pemerintah daerah untuk melakukan

pembangunan ekonomi dengan mengelola sumber daya yang ada dengan


(23)

pekerjaan yang baru yang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi didalam daerah tersebut (Kuncoro, 2004).

Tabel 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012 (Dalam Persen)

TAHUN

LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI SE-KOTA

RATA-RATA LAJU PDRB KOTA BANDAR

LAMPUNG METRO

2000 3,29 3,26 3,27

2001 3,14 3,23 3,18

2002 3,82 3,34 3,58

2003 6,96 6,35 6,65

2004 7,68 6,47 7,07

2005 5,03 4,43 4,73

2006 6,30 5,70 6

2007 6,85 6,24 6,54

2008 6,93 5,21 6,07

2009 6,01 5,32 5,66

2010 6,33 5,89 6,11

2011 6,53 6,47 6,5

2012 6,54 5,90 6,22

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2012

Grafik 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota BandarLampung, Kota dan Rata-rata Laju PDRB Kota Metro Tahun 2000-2012 (Dalam Persen).


(24)

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2012

Berdasarkan Tabel 2 yang disajikan di atas tentang laju pertumbuhan ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung tahun 2000-2012 yaitu Kota Bandar Lampung dan Kota Metro pertumbuhan yang berfluktuatif . Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandar Lampung dimulai pada tahun 2000 pertumbuhan ekonomi yang terjadi sebesar 3,29%, tahun 2003 sebesar 6,96%, tahun 2006 sebesar 6,30%, tahun 2009 sebesar 6,01% dan tahun 2012 sebesar 6,54%. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Kota Metro mengalami pertumbuhan yang berfluktuatif dimulai pada tahun 2000 pertumbuhan ekonomi yang terjadi sebesar 3,29%, tahun 2003 sebesar 6,35%, tahun 2006 sebesar 5,70%, tahun 2009 sebesar 5,32% dan tahun 2012 sebesar 5,90%.

Penelitian ini memperluas penelitian dari Ernawati (2009) dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Malang. Penelitian ini telah menambah dua variabel yang berbeda dari penelitian Ernawati (2009) yaitu pendapatan BUMD dan Lain-Lain PAD

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9


(25)

yang sah, penelitian ini mengambil Kota Metro dan Kota Bandar Lampung karena merupakan salah satu pusat pemerintahan di Provinsi Lampung.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan maka peneliti mengambil judul penelitian sebagai berikut

“Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan BUMD Dan Pendapatan Lain Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012.”

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah Pajak Daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012.

2. Apakah Retribusi Daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012.

3. Apakah Pendapatan BUMD berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012.

4. Apakah Pendapatan lain daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012.


(26)

1.3. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan maka tujuan dari penulisan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pengaruh pajak daerah terhadap pertumbuhan ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012.

2. Untuk mengetahui pengaruh retribusi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012.

3. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan BUMD terhadap pertumbuhan ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012.

4. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan lain daerah terhadap pertumbuhan ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah (Mardiasmo,2011:1). Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak. Klasifikasi PAD yang terbaru berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 terdiri atas:

Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut objek pendapatan sesuai dengan undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaaan modal pada perusahaan milik daerah/ BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/ BUMN, dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat. Jenis lain-lain PAD yang sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah, penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan /atau jasa oleh daerah, penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar Rupiah


(28)

terhadap mata uang asing, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak, pendapatan denda retribusi. Pendapatan hasil eksekusi atau jaminan, pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan, pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

Jadi kesimpulan mengenai pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pendapatan Asli Daerah (PAD) dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu: “pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah.”

2.2. Pengertian Pajak Daerah

Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terhutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakan tanpa ada kalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah (Suandy, 2008).

Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah-daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2011).


(29)

No.18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Berdasarkan UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU Nomor Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dalam Saragih (2003:61), yang dimaksud dengan pajak daerah adalah “iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.”

Jenis-jenis pajak daerah untuk kabupaten/kota menurut Kadjatmiko (2002:77) antara lain ialah:

1. Pajak hotel, 2. Pajak restoran, 3. Pajak hiburan, 4. Pajak reklame,

5. Pajak penerangan jalan,

6. Pajak pengambilan bahan galian golongan C, 7. Pajak parker


(30)

Seperti halnya dengan pajak pada umumnya, pajak daerah mempunyai peranan ganda yaitu:

1.Sebagai sumber pendapatan daerah (budegtary)

2. Sebagai alat pengatur (regulatory)

Untuk dapat mencapai tujuan dari pemungutan pajak, dan agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut (Mardiasmo, 2006);

1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni pencapaian keadilan, undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adail. Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil dalam pelaksanaannya yaitu dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan keberatan banding kepada majelis Pertimbangan Pajak.

2. Pemungutan Pajak harus berdasarkan Undang-undang (Syarat Yuridis) Di Indonesia pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan bagi warga negaranya.

3. Pemungutan Pajak tidak mengganggu perekonomian ( syarat ekonomis) Pemungutan Pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi


(31)

maupun perdangangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

4. Pemungutan Pajak harus efisien

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Dalam memungut Pajak dikenal ada tiga sistem pemungutan yaitu (Mardiasmo, 2006):

1. Official Assessment System , adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

2. Self Assessment system, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak dan/ atau pengusaha kena pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

3. With Holding System, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang terhadap wajib pajak.


(32)

2.3. Pengertian Retribusi Daerah

Yang dimaksud dengan retribusi menurut Saragih (2003:65) adalah “pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang pribadi atau badan.”

Menurut Halim (2004:67), “Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi daerah.”

Pemerintah pusat kembali mengeluarkan regulasi tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, melalui Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009. Dengan UU ini dicabut UU Nomor 18 Tahun 1997, sebagaimana sudah diubah

dengan UU Nomor 34 Tahun 2000. Berlakunya UU pajak dan retribusi daerah yang baru di satu sisi memberikan keuntungan daerah dengan adanya sumber-sumber pendapatan baru, namun disisi lain ada beberapa sumber-sumber pendapatan asli daerah yang harus dihapus karena tidak boleh lagi dipungut oleh daerah, terutama berasal dari retribusi daerah. Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 secara keseluruhan terdapat 30 jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah yang dikelompokkan ke dalam 3 golongan retribusi, yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu.

a). Retribusi Jasa Umum yaitu pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.


(33)

Jenis retribusi umum adalah: 1) Retribusi layanan kesehatan.

2) Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan.

3). Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan Akte catatan sipil. 4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan pengabuan mayat. 5) Retribusi pelayanan parkir tepi jalan umum.

6) Retribusi pelayanan pasar.

7) Retribusi pengujian kenderaan bermotor. 8) Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran . 9) Retribusi penggantian biaya cetak peta.

10) Retribusi penyediaan/penyedotan kakus. 11). Retribusi pengelolaan limbah cair. 12) Retribusi pelayanan tera/ tera ulang. 13) Retribusi pelayanan pendidikan.

14) Retribusi pengendalian Menara telekomunikasi.

b). Retribusi Jasa Usaha adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa usaha yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Jenis retribusi jasa usaha yakni:

1) Retribusi pemakaian kekayaan daerah. 2) Retribusi pasar grosir/pertokoan. 3) Retribusi tempat pelelangan .


(34)

4) Retribusi Terminal.

5) Retribusi tempat khusus parkir.

6). Retribusi tempat penginapanan/ pesanggeraan/ villa. 7). Retribusi rumah potong hewan.

8). Retribusi pelayanan kepelabuhan. 9). Retribusi tempat rekreasi dan oleh raga. 10). Retribusi penyeberangan air.

11). Retribusi Penjualan produksi usaha daerah.

c). Retribusi Perizinan Tertentu adalah pungutan daerah sebagai pembayarann atas pemberian izin tertentu yang khusus diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Jenis retribusi perizinan tertentu yakni; 1) Retribusi izin mendirikan bangunan.

2) Retribusi tempat penjualan minuman beralkohol. 3) Retribusi izin gangguan.

4) Retribusi Izin trayek.

5) Retribusi izin usaha perikanan.

Pungutan pajak dan retribusi daerah yang berlebihan dalam jangka pendek dapat meningkatkan pendapatan asli daerah, namun dalam jangka panjang dapat menurunkan kegiatan perekonomian, yang pada akhirnya akan

menyebabkan menurunnya pendapatan asli daerah (Brahmantio ,2002). Hal ini sesuai dengan pendapat Mardiasmo (2002) yang menyatakan bahwa untuk


(35)

kepentingan jangka pendek pungutan yang bersifat retribusi lebih relevan dibanding pajak. Alasan yang mendasari, pungutan ini secara langsung berhubungan dengan masyarakat. Masyarakat tidak akan membayar apabila kualitas dan kuantitas layanan publik tidak mengalami peningkatan. Oleh karena itu belanja yang dialokasi pemerintah, hendaknya memberikan manfaat langsung bagi masyarakat (Mardiasmo, 2002).

2.4. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan (Pendapatan dari BUMD)

Menurut Halim (2004) “Hasil perusahaan milik Daerah dan hasil Pengelolaan kekayaan milik Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan Daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik Daerah dan pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan.”

Undang-undang no 33 tahun 2004 mengklasifikasikan jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut menurut objek

pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara/BUMN dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok masyarakat.

Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut: 1) bagian laba Perusahaan mliki Daerah,


(36)

3) bagian laba lembaga keuangan non Bank,

4) bagaian laba atas penyertaan modal/investasi. Halim (2004:68),

2.5. Lain-Lain PAD yang Sah

UU No 33 tahun 2004 menjelaskan tentang Pendapatan asli Daerah yang sah, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Menurut Halim (2004), “Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah.”

Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut: 1) hasil penjualan aset Daerah yang tidak dipisahkan, 2) penerimaan jasa giro,

3) penerimaan bunga deposito,

4) denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan,

5) penerimaan ganti rugi atas kerugian/kehilangan kekayaan Daerah.”

Halim (2004) membedakan 2 (dua) faktor yang memengaruhi Pendapatan Asli Daerah suatu daerah, yaitu Faktor Eksternal dan Faktor Internal. Faktor eksternal terdiri dari investasi, inflasi, PDRB dan jumlah penduduk, sedangkan faktor Internal terdiri dari sarana dan prasarana, insentif, penerimaan subsidi, penerimaan pembangunan, sumber daya manusia, peraturan daerah, sistem dan pelaporan.


(37)

Undang-undang no 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU no 33Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, oleh karena itu Pemerintah Daerah harus melakukan maksimalisasi Pendapatan Daerah.

Untuk peningkatan Pendapatan Daerah dapat dilaksanakan langkah- langkah sebagai berikut:

a. Intensifikasi, melalui upaya:

1) Pendapatan dan peremajaan objek dan subjek pajak dan retribusi daerah. 2) Mempelajari kembali pajak daerah yang dipangkas guna mencari

kemungkinan untuk dialihkan menjadi retribusi. 3) Mengintensifikasi penerimaan retribusi yang ada.

4) Memperbaiki sarana dan prasarana pungutan yang belum memadai

b. Penggalian sumber-sumber penerimaan baru (ekstensifikasi).

Penggalian sumber-sumber pendapatan daerah tersebut harus ditekankan agar tidak menimbulkan biaya ekonomi tinggi. Sebab pada dasarnya, tujuan meningkatkan Pendapatan daerah melalui upaya ekstensifikasi adalah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat. Dengan demikian upaya ekstensifikasi lebih diarahkan kepada upaya untuk mempertahankan potensi daerah sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

c. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat

Peningkatan pelayanan kepada masyarakat ini merupakan unsur yang penting bahwa paradigma yang berkembang dalam masyarakat saat ini adalah


(38)

pembayaran pajak dan retribusi sudah merupakan kewajiban masyarakat kepada negara, untuk itu perlu dikaji kembali pengertian wujud layanan yang bagaimana yang dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat.

2.6. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Kuznets dalam Jhingan (2004) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya; kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan tehnologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. Definisi ini memiliki tiga komponen : Pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang. Kedua, tehnologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan

kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk. Ketiga, penggunaan tehnologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan secara tepat.

Pertumbuhan ekonomi dari sudut tinjauan ekonomi dapat direfleksikan oleh pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Variabel ini sering digunakan untuk mengukur seberapa baik ekonomi suatu Negara sudah dikelola dengan benar. Menurut Mankiw (2003), PDB dapat dipandang dalam dua hal. Pertama, total pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam perekonomian. Kedua, adalah total pengeluaran atas produk barang dan jasa dalam ekonomi.


(39)

Berdasarkan pendekatan sejarah pertumbuhan Negara-negara di dunia, Rostow mencetuskan suatu model tahapan pertumbuhan ekonomi (the stage of

economic growth). Menurutnya bahwa proses pertumbuhan dapat dibedakan ke

dalam lima tahap dan setiap Negara atau wilayah dapat digolongkan ke dalam salah satu dari kelima tahapan tersebut. Adapun lima tahapan pertumbuhan tersebut antara lain; masyarakat tradisional, prasyarat lepas landas, lepas landas, gerakan kearah kedewasaan, dan masa konsumsi tinggi (Rustiadi, 2007). Untuk menuju tahap lepas landas di mana perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (self-sustained growth)

Rostow mensyaratkan adanya penanaman modal yang produktif dari 5% menjadi 10% dari produksi nasional nettonya, karena dengan adanya kenaikan penanaman modal inilah perekonomian dapat berkembang melebihi perkembangan penduduknya (Suryana, 2000).

Todaro dan Smith (2003) mengidentifikasikan bahwa terdapat tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa, yaitu:

1. Akumulasi modal,

Akumulasi modal (capital accumulation) terjadi apabila sebagian dari pendapatan

ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin- mesin dan peralatan dan bahan baku meningkatkan stok modal (capital stock) fisik suatu

Negara yakni total nilai riil netto atas seluruh barang modal produktif secara fisik dan hal itu jelas memungkinkan terjadinya peningkatan output di masa-masa yang akan datang.


(40)

2. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan meningkatkan tenaga kerja produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestiknya.

3. Kemajuan Tehnologi

Kemajuan tehnologi bagi kebanyakan ekonom merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang terpenting. Dalam pengertiannya yang paling sederhana, kemajuan tehnologi terjadi karena ditemukannya cara baru atau perbaikan atas cara-cara lama dalam menangani pekerjaan-pekerjaan tradisional. Kemajuan tehnologi tersebut dapat beragam sifatnya, yaitu ; pertama, tehnologi yang bersifat netral. Kemajuan tehnologi yang netral terjadi apabila tehnologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama. Kedua, kemajuan tehnologi yang hemat tenaga kerja, dan ketiga, kemajuan tehnologi hemat modal. Di Negara-negara Dunia Ketiga yang melimpah tenaga kerja tetapi langka modal, kemajuan tehnologi hemat modal merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Kemajuan tehnologi ini akan menghasilkan metode produksi padat karya yang lebih efisien., kemajuan tehnologi yang meningkatkan pekerja. Ketiga faktor di atas juga menjadi determinan penting dalam teori pertumbuhan ekonomi yang dikenal sebagai model pertumbuhan Solow (Solow Growth Model). Model ini dirancang untuk menunjukkan


(41)

bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan tehnologi berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan jasa suatu Negara secara keseluruhan (Mankiw, 2003).

Dalam model Solow, output atau jumlah barang yang dihasilkan dalam perekonomian tergantung pada persediaan modal dan tenaga kerja melaui sebuah fungsi produksi yang memiliki skala hasil konstan (Mankiw, 2003).

Y= F (K,L)

Berdasarkan asumsi skala hasil konstan maka dengan membagi kedua sisi persamaan dengan L (pekerja) maka dapat juga diidentifikasikan bahwa output per pekerja merupakan fungsi dari modal per pekerja, yaitu Y/L = F(K/L, 1), dan selanjutnya dapat ditulis persamaan y = f (k), yang menggambarkan bahwa output per pekerja merupakan fungsi dari modal per pekerja. Persediaan modal menjadi determinan output perekonomian yang penting, karena persediaan modal bisa berubah sepanjang waktu, dan perubahan itu bisa mengarah ke pertumbuhan ekonomi. Dua kekuatan utama yang mempengaruhi persediaan modal adalah investasi dan depresiasi. Dalam jangka panjang persediaan modal ini akan menuju suatu tingkat modal pada kondisi mapan (Steady state level of capital),

yaitu di mana dalam perekonomian berlaku tingkat investasi sama dengan depresiasi sehingga perubahan persediaaan modal (k) dan output f (k) adalah tetap. Notasi yang umumnya digunakan untuk menunjukkan kondisi ini adalah k*. Dalam Model Solow dasar ini juga ditunjukkan bagaimana akumulasi modal


(42)

dengan sendirinya tidak bisa menjelaskan pertumbuhan yang berkelanjutan. Artinya meski dalam jangka pendek terjadi pertumbuhan output, tetapi pada akhirnya mendekati kondisi mapan dimana modal dan output adalah konstan (Mankiw, 2003).

Menurut Solow pertumbuhan penduduk dan kemajuan tehnologi merupakan variabel lainnya yang turut mempengaruhi output dan perekonomian suatu Negara. Sebagaimana depresiasi yang mengurangi persediaan modal per pekerja, pertumbuhan pendudukpun akan menyebabkan hal yang sama. Artinya semakin besar jumlah penduduk, maka semakin kecil jumlah modal per pekerja dan berdampak pada rendahnya output per pekerja. Untuk mencapai kondisi mapan, maka dalam perekonomian memerlukan tingkat investasi yang dapat mengoffset pengaruh depresiasi dan pertumbuhan penduduk, atau yang disebut investasi pulang pokok (break event investment) (Mankiw, 2003).

Dengan demikian, berdasarkan model Solow ini, secara bersama-sama pertumbuhan modal yang terdiri dari pendapatan daerah, pertumbuhan penduduk, dan kemajuan tehnologi memiliki kontribusi penting dalam

menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Berkaitan dengan hal tersebut, Woller dan Philips (1998) menyatakan bahwa dalam beberapa studi yang mengkaji tentang pertumbuhan ekonomi perkapita, seperti yang dilakukan Barro (1996), Sachs dan Warner (1997); Sala-i- Martin (1997) Knight, Loayza, dan Villanueva (1993); Mankiw, Romer, dan Weil (1992), serta Levine dan Renelt (1992), terdapat tiga variabels yang selalu terbukti mempunyai hubungan


(43)

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi perkapita, yaitu Level awal

pertumbuhan ekonomi (The Initial Level of GDP), Rasio Investasi terhadap

GDP, dan Human Capital Accumulation. Disamping ketiga variabel ini, hasil

studi Levine dan Renelt juga menjelaskan bahwa variabel pertumbuhan penduduk merupakan determinant penting dalam pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang dikemukan Todaro dan Smith, serta Solow.

Lebih jauh Vazquez dan McNab (2001) menjelaskan bahwa kebanyakan studi yang mempelajari hubungan langsung desentralisasi fiskal yang terdiri dari komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu pajak daerah, retribusi, pendapatan BUMD, serta pendapatan lain daerah dan pertumbuhan ekonomi menerapkan Model pertumbuhan endogenous Barro (Barro’s Endogenous Growth Model), dimana fungsi produksi terdiri dari berbagai input termasuk

modal swasta, dan pengeluaran publik dalam tiga tingkatan pemerintah. Namun dalam beberapa studi yang lain, seperti Davoodi dan Zou (1998) menggunakan variabel kondisi Levine-Renelt (Levine-Renelt conditioning variables) atau

model pertumbuhan Solow meliputi investasi pemerintah dalam komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pertumbuhan ekonomi yang digunakan untuk menguji kerapuhan (fragility) estimasi desentralisasi fiskal. Berkaitan

dengan level awal pertumbuhan ekonomi (The Initial Level of GDP), Barry dan

Jules (2008) menjelaskan bahwa variabel ini penting dalam analisa

pertumbuhan ekonomi karena digunakan untuk melihat tingkat konvergensi pertumbuhan ekonomi antar wilayah. Konvergensi ini mengindikasikan hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan initial perkapita


(44)

regional GDP yaitu komponen pendapatan pemerintah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi, pendapatan BUMD dan pendapatan.

2. Metode Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto

1. Metode langsung a. Pendekatan Produksi

Pendekatan Produksi dimaksudkan untuk menghitung netto barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh sektor ekonomi selama setahun disemua wilayah/region. Barang dan jasa yang diproduksi ini dinilai pada harga produksen yaitu harga yang belum termasuk biaya transport dan pemasaran karena biaya transport akan dihitung sebagai pendapatan sektor transport sedangkan biaya pemasaran akan dihitung sebagai pendapatan sektor perdagangan.

b. Pendekatan Pendapatan

PDRB dirumuskan dengan memperhitungkan jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi ( berupa gaji dan upah, bunga, sewa dan laba) yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah/ region dalam waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian diatas, maka nilai tambah bruto adalah jumlah dari upah dan gaji , sewa tanah, bunga modal dan laba , semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.

c. Pendekatan Pengeluaran


(45)

meliputi pengeluaran konsumsi rumah tangga dan swasta yang tidak mencari keuntungan, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto serta ekspor netto ( yaitu ekspor dikurangi impor)

didalam suatu wilayah/ region dalam jangka waktu tertentu biasanya setahun. Dengan metode ini, perhitungan nilai tambah bruto bertitik tolak pada penggunaan akhir barang dan jasa yang diproduksi.

2. Metode tidak langsung

Secara konsep, estimasi penghitungan nilai PDRB menggunakan pendekatan atas dasar harga berlaku (at current price) dan atas dasar harga konstan

(at constan price). Baik PDRB harga berlaku maupun harga konstan

masing-masing mempunyai interprestasi data yang berbeda (Kuncoro, 2004).

PDRB atas dasar harga berlaku adalah penghitungan PDRB berdasarkan tahun berjalan atau harga yang berlaku pada setiap tahun penghitungan dengan masih adanya faktor inflasi didalamnya. PDRB atas dasar harga konstan adalah penghitungan PDRB berdasarkan harga tetap atau konstan pada tahun tertentu dengan mengabaikan faktor inflasi. PDRB atas dasar harga konstan bertujuan untuk melihat perkembangan PDRB atau perekonomian secara riil yang kenaikannya/ pertumbuhannya tidak dipengaruhi oleh adanya perubahan harga atau inflasi/deflasi (Kuncoro, 2004).


(46)

2.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan BUMD dan pendapatan lain daerah terhadap pertumbuhan ekonomi.

Penelitian yang dilakukan oleh Ernawati (2009) pada Kota Malang

mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Malang. Penelitian lain yang dilakukan Zhang dan Zou (1997) tentang pertumbuhan ekonomi di Cina menunjukkan hasil tentang bagaimana alokasi sumber daya fiskal yang terdiri atas Pendapatan Asli Daerah yaitu pajak, retribusi, pendapatan BUMD, pendapatan lain-lain daerah dari desentralisasi ekonomi telah mempengaruhi pengeluaran pemerintah dan memperoleh hasil yang signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional.

Amiel et al., (2010) melakukan penelitian yang sama tentang pajak, pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat memperoleh hasil bahwa besarnya pajak dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat selama tahun 1990-2010. Penelitian lain yang dilakukan oleh Davoodi dan Zou (1998) menunjukkan hasil yang

berbeda mengenai alokasi sumberdaya fiskal yang dilakukan serentak di 46 negara berkembang, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara alokasi sumber daya fiskal yang terdiri dari komponen Pendapatan


(47)

Asli Daerah yaitu pajak, retribusi, pendapatan BUMD, pendapatan lain-lain daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di 46 negara berkembang.

Penelitian yang dilakukan Zulyanto (2010) mengindikasikan bahwa bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara desentralisasi fiskal yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan bumd, dan pendapatan lain-lain daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bengkulu.

Namun hasil penelitian berbeda yang dilakukan oleh Adi dan Ekaristi (2009) mengindikasikan bahwa banyak daerah otonom yang tidak memaksimalkan Pendapatan Asli Daerah dengan demikian, banyak daerah yang tergantung pada Dana Alokasi Umum yang berasal dari pemerintah pusat yang menyebabkan fenomena ilusi fiskal dalam kinerja anggaran pemerintah sehingga pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari Pajak, Retribusi, Pendapatan BUMD dan Pendapatan Lain Daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Penelitian yang dilakukan Setiaji dan Adi (2007), Susilo dan Adi (2007) dalam Adi dan Ekaristi (2009) mengindikasikan bahwa pemerintah daerah tidak

mengoptimalkan potensi lokal yang dimiliki sehingga menyebabkan tidak adanya peningkatan peran PAD yang signifikan seharusnya kontribusi PAD dapat

menimbulkan kemandirian daerah serta pertumbuhan ekonomi dan bukan


(48)

2.8 Model Penelitian

Penerapan desentralisasi sebagai wujud dari otonomi daerah juga menimbulkan permasalahan dalam pembagian keuangan antara pusat dan daerah, pembagian tugas dan wewenang tingkat pemerintahan memerlukan dukungan pendanaan.

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, maka daerah dituntut untuk semakin meningkatkan kemandirian keuangan daerahnya agar dapat melaksanakan dan membiayai urusan rumah tangga daerahnya. Untuk itu daerah perlu menggali sumber-sumber pajak, retribusi, pendapatan BUMD dan pendapatan lain daerah yang cukup dalam melaksanakan urusan pemerintahan dan pembangunan.

Pelaksanaan desentralisasi membuat pembangunan menjadi prioritas utama pemerintah daerah untuk menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Produktivitas masyarakat daerah dalam rangka pembangunan daerah akan mewujudkan suatu peningkatan kesejahteraan masyarakat yang akan berakhir pada pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi mendorong pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan ekonomi dengan mengelola sumber daya yang ada dengan

membentuk suatu pola kemitraan dengan masyarakat untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang baru yang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi didalam daerah tersebut (Kuncoro, 2004).


(49)

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan BUMD Dan Pendapatan Lain Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Se-Kota Provinsi Lampung Tahun 2000-2012.

2.9 Hipotesis

2.9.1 Pertumbuhan Ekonomi dan Pajak Daerah

Sesuai dengan teori pertumbuhan ekonomi, semakin tinggi jumlah Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan BUMD dan pendapatan lainnya maka semakin tinggi pula PDRB suatu daerah dan dapat dikatakan bahwa semakin makmur dan sejahtera suatu daerah tersebut. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ernawati (2009) mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara pajak daerah dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Amiel et al., (2010) melakukan penelitian yang sama tentang pajak, pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan

PAJAK DAERAH

RETRIBUSI DAERAH

PDRB PEND.

BUMD

PEND. LAIN DAERAH

Variabel independen

Variabel dependen


(50)

ekonomi di Amerika Serikat memperoleh hasil bahwa besarnya pajak dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat selama tahun 1990-2010.

Penjelasan diatas mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara pajak daerah dengan pertumbuhan ekonomi. Dan dalam penelitian ini memprediksi bahwa terdapat pengaruh yang positif pajak daerah terhadap pertumbuhan ekonomi.

HI: Pajak daerah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi

2.9.2 Pertumbuhan Ekonomi dan Retribusi Daerah

Sebagaimana yang dimaksudkan retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemerian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Saragih, 2003).

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa terdapat pengaruh antara retribusi daerah dan pertumbuhan ekonomi sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Ernawati (2009) mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara retribusi daerah dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Namun penelitian yang juga dilakukan oleh Zhang dan Zou (1997) telah menunjukkan hasil bahwa alokasi sumber daya fiskal yang terdiri dari retribusi daerah telah menunjukkan hasil yang signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional.

Penjelasan diatas mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara retribusi daerah dengan pertumbuhan ekonomi. Dan dalam penelitian ini memprediksi


(51)

bahwa terdapat pengaruh yang positif retribusi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi.

H2: Retribusi daerah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi

2.9.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan BUMD

Pendapatan BUMD merupakan hasil perusahaan milik daerah dan hasil

pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan (Halim, 2004). Pendapatan BUMD akan meningkatkan sumber penerimaan daerah yang akan digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sutu daerah.

Penelitian yang dilakukan oleh Zulyanto (2010) mengindikasikan bahwa bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pendapatan BUMD terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bengkulu. Namun penelitian yang dilakukan oleh Zhang dan Zou (1997) tentang pertumbuhan ekonomi di Cina menunjukkan hasil tentang bagaimana alokasi sumber daya fiskal yaitu pendapatan BUMD memperoleh hasil yang signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional.

Penjelasan di atas mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara pendapatan BUMD dengan pertumbuhan ekonomi. Dan penelitian ini memprediksi bahwa terdapat pengaruh yang positif pendapatan BUMD terhadap pertumbuhan ekonomi.


(52)

2.9.4 Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Lain Daerah

Pendapatan lain daerah ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah (Halim, 2004).

Penelitian yang dilakukan Zulyanto (2010) mengindikasikan bahwa bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara desentralisasi fiskal yaitu pendapatan lain-lain daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bengkulu. Namun penelitian serupa yang dilakukan Davoodi dan Zou (1998) menunjukkan hasil yang berbeda mengenai alokasi sumberdaya fiskal yang dilakukan serentak di 46 negara berkembang, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara alokasi sumber daya fiskal yang terdiri dari komponen Pendapatan Asli Daerah salah satunya yaitu pendapatan lain-lain daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di 46 negara berkembang.

Penjelasan diatas mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara pendapatan lain daerah dengan pertumbuhan ekonomi. Dan dalam penelitian ini memprediksi bahwa terdapat pengaruh yang positif pendapatan lain daerah terhadap

pertumbuhan ekonomi.

H4: Pendapatan lain daerah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan BUMD Dan Pendapatan Lain Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012.

1. Jenis Data Menurut Sifatnya

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu berupa data tahunan yang berbentuk angka dan dapat diukur atau dihitung. Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah data mengenai Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan BUMD, Pendapatan Lain Daerah, Pertumbuhan Ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012

2. Jenis Data Menurut Sumbernya

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak sebelumnya. Data dalam penelitian ini diperoleh dari studi kepustakaan, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Departemen Jendral Perimbangan dan Keuangan RI,


(54)

Bank Indonesia, Dinas Pendapatan Provinsi Lampung, Kajian Regional Bank Indonesia dan berbagai instansi serta literatur lainnya yang yang berkaitan dengan penelitian ini. Metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengambil data dari berbagai dokumentasi atau publikasi dari berbagai pihak yang berwenang, instansi terkait.

3. Definisi variabel

Pengertian dan batasan variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel Bebas

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari:

1. Pajak Daerah (Rupiah)

Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut dengan paksaan atas dasar undang-undang. Pembayaran pajaknya tidak ada kontraprestasi secara langsung dipungut secara langsung dan diperuntukan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Pajak daerah yang digunakan dalam penelitian ini adalah total penerimaan pajak Se-Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012.


(55)

2. Retribusi Daerah (Rupiah)

Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi daerah yang digunakan dalam penelitian ini adalah total penerimaan retribusi daerah Se-Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012

3. Pendapatan BUMD (Rupiah)

Pendapatan BUMD adalah Hasil perusahaan milik Daerah dan hasil Pengelolaan kekayaan milik Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan Daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik Daerah dan pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Pendapatan BUMD yang digunakan dalam penelitian ini adalah total penerimaan pendapatan BUMD Se-Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012.

4. Lain-lain PAD yang sah (Rupiah)

Lain-lain PAD yang sah adalah pendapatan yang merupakan penerimaan Daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah Daerah. Lain-lain PAD yang sah dalam penelitian ini adalah total seluruh penerimaan pendapatan yang bersumber dari lain-lain PAD yang sah Se-Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012


(56)

b. Variabel Terikat

Pertumbuhan Ekonomi (Persen)

Laju pertumbuhan ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan sebagai perubahan PDRB atas harga konstan Se-Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung.

3.2. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teori-teori dan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini. Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara variabel yang digunakan dan untuk mengetahui respon variabel bebas yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan BUMD dan lain-lain PAD yang sah terhadap variabel terikat yaitu pertumbuhan ekonomi. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Seluruh data yang digunakan dimasukkan dalam program statistik komputer yaitu SPSS 20untuk dilakukan pengujian.

Untuk mengetahui pengaruh variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan BUMD dan lain-lain pad yang sah terhadap variabel terikat yaitu pertumbuhan ekonomi digunakan persamaan regresi linier berganda (Gujarati, 1997). Dengan regresi dasarnya sebagai berikut:


(57)

Dan diaplikasi terhadap variabel:

Keterangan:

PDRB : Laju Pertumbuhan Ekonomi Se- Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012.

PD : Total Pajak Daerah Se- Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012.

RD : Total Retribusi Daerah Se- Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012.

BUMD : Total pendapatan BUMD Se- Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012.

PLD : Total pendapatan lain-lain daerah yang sah Se- Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012.

ℇ : Standar Error.

β0….β1 : Koefisien yang diestimasi. 3.3. Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan agar hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala multikolinearitas, normalitas, autokolerasi dan heteroskedatisitas. Model regresi ini digunakan agar dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (Best Linear Unbiased

Estimator) yakni tidak terdapat multikolinearitas, autokolerasi, normalitas dan

heteroskedatisitas.

Apabila model yang digunakan terjadi multikolinearitas, autokolerasi, normalitas dan heteroskedatisitas maka regresi penaksir tidak efisien, peramalan berdasarkan regresi tersebut akan bias dan uji baku yang umum untuk koefisien regresi


(58)

digunakan untuk menguji ada tidaknya multikolinieritas, autokolerasi, normalitas dan juga heteroskedatisitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam uji normalitas ini ada 2 cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik (Ghozali, 2011). Alat uji yang digunakan dengan analisis grafik normal Probability Plot.

Dasar pengambilan keputusan dengan analisis grafik normal normal

Probability Plot adalah (Ghozali, 2011):

1. Jika titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika titik menyebar jauh dari garis diagonal dan/tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Uji statistik Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample K-S) dilakukan dengan

membuat hipotesis (Ghozali, 2011): H0 : Data residual berdistribusi normal HA : Data residual tidak berdistribusi normal

Dasar pengambilan keputusan uji statistic dengan Kolmogorov-Smirnov Z


(59)

1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05, maka H0 ditolak dan HA diterima. Hal ini berarti data residual terdistribusi tidak normal. 2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05, maka H0 diterima dan

HA ditolak. Hal ini berarti data residual terdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear yang sempurna diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan (variabel independen) dari suatu model regresi. Indikator terjadinya multikolinearitas antara lain adalah jika R² tinggi (mendekati 1), nilai F hitung tinggi, tetapi nilai t hitung semua nilai variabel penjelas tidak signifikan. Untuk mengetahui ada tidaknya dilakukan regresi antar variabel independen. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas, antara lain sebagai berikut:

1.Menganalisis koefisien korelasi sederhana antara variabel bebasnya Multikolinearitas dapat diduga dari tingginya nilai korelasi antara variabel bebasnya, disini kita dapat menduga kolinearitas antara variabel bebas dengan melihat nilai dari koefisien korelasi sederhana yang cukup tinggi (0,8 ≤ r ≤ 1,0).

2. Menggunakan Variation Inflation Factor (VIF)

Variance Inflation Factor (VIF) adalah salah satu cara dalam mendeteksi

adanya multikolinearitas. Mulktikolinearitas dalam sebuah regresi dapat diketahui apabila nilaiVIFlebih dari 5.


(60)

Masalah multikolinearitas dapat dihilangkan dengan menempuh beberapa cara, antara lain:

1. Menambahkan data yang baru.

2. Menghilangkan satu atau beberapa variabel bebas yang dianggap memiliki korelasi tinggi dari model regresi.

3. Transformasi Variabel.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterosedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2011). Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedatisitas dan jika berbeeda disebut heteroskedatisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya

heteroskedatisitas dilihat melalui hasil grafik plot dan uji statistik.

Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya

heteroskedatisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan duibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedartisitas. Sedangkan uji statistic yang dilakukan adalah dengan menggunakan Uji Spearman’s rho. Uji Spearman’s rho dilajkukan dengan mengkorelasikan nilai residual


(61)

(unstandardized residual) dengan masing-masing variabelindependen. Jika

signifikan korelasi kurang dari 0,05 maka pada model regresi terdapat masalah heteroskedatisitas namun sebaliknya Jika signifikan korelasi lebih dari 0,05 maka pada model regresi tidak terdapat masalah

heteroskedatisitas.

4. Uji Autokolerasi

Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi. Suatu model regresi dinyatakan bebas dari autokorelasi jika mempunyai nilai Durbin-Watson (DW) yang berada di antara dU< d < 4 -

dU, yang dapat dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson dengan acuan sebagai berikut:

Tabel 6. Dasar Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:

Hipotesis nol Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif

Tidak ada autokorelasi positif atau negatif

0 < d < dL dL ≤ d ≤ dU 4 – dL< d < 4 4 – dU= d = 4 - dL dU< d < 4 - dU Sumber: Ghozali, 2011


(62)

3.4 Uji Hipotesis

1. Uji Regresi Linear Berganda

Uji t statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.

Pengujian hipotesis koefisien regresi dengan menggunakan uji t pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan derajat kebebasan df = (n-k-1). Hipotesis yang dirumuskan:

Ho: β1 ≥ 0 variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Ha: β2 ≤ 0 variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat Kriteria pengujiannya adalah:

(1) Ho ditolak dan Ha diterima, jika t-hitung ≥ t- tabel; t-hitung ≤ t- tabel (2) Ho diterima dan Ha ditolak, jika t-hitung ≤ t- tabel; t-hitung ≥ t- tabel

Jika Ho ditolak, berarti variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata

terhadap variabel terikat. Jika Ho diterima berarti variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Ghozali, 2011).

2. Uji Keberartian Model 1. Uji ANOVA (Uji F)

Uji statistik ANOVA atau uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen


(63)

atau terikat (Ghozali, 2011). 2. Uji Kelayakan Model

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Dengan menggunakan nilai Adjusted R2, dapat dievaluasi

model regresi mana yang terbaik. Tidak seperti nilai R2, nilai Adjusted R2 dapat naik maupun turun apabila satu variabel independen

ditambahkan ke dalam model. Dalam kenyataan, nilai Adjusted R2 dapat

bernilai negatif walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Jika dalam uji empiris didapatkan nilai Adjusted R2 negatif, maka nilai


(64)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) dari masing-masing variabel, (Ghozali,2011). Variabel yang digunakan meliputi variabel pertumbuhan ekonomi, pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan BUMD dan pendapatan lain daerah. Dari data satu variabel dependen dan empat variabel independen tersebut, diujilah pengujian statistik deskriptif, maka diperoleh hasil sesuai tabel berikut ini:

Tabel 3. Hasil Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation pertumbuhan ekonomi 26 3.14 7.68 5.5084 1.25409 pajak daerah 26 511.29 156861.00 22708.0746 33538.76530 retribusi daerah 26 3025.97 21142.00 11948.3793 5024.33957 pendapatan bumd 26 .00 36671.90 4365.1706 6910.29522

pendapatan lain 26 .00 21993.00 7229.4212 5638.85531

Valid N (listwise) 26


(65)

1. Output tabel 3 di atas menunjukkan nilai N atau jumlah data yang akan diteliti berjumlah 26 sampel. PDRB sebagai proksi dari pertumbuhan ekonomi memiliki nilai mean atau rata-ratanya sebesar 5.5084 yang artinya rata-rata kontribusi Kota Bandar Lampung dan Kota Metro terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung sebesar 5.508% dengan nilai maksimum sebesar 7.68% pada tahun 2004 oleh Kota Bandar Lampung. Nilai minimum 3.14% pada tahun 2001 oleh Kota Bandar Lampung. Dengan standar deviasi 1.25409 yang berarti bahwa besar peningkatan maksimum rata-rata variabel pertumbuhan ekonomi Provinsi

Lampung adalah +1.25409, sedangkan penurunan maksimum dari rata-rata variabel pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung adalah -1.25409 atau dapat dikatakan rata-rata nilai penyimpangan variabel pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung adalah 1.25%.

2. Variabel independen pajak daerah berjumlah 26 sample. Dengan nilai mean atau rata-ratanya sebesar Rp 2.270.807.460. Nilai maksimum sebesar Rp

156.861.000.000 pada tahun 2012 oleh Kota Bandar Lampung. Nilai minimum sebesar Rp 511.290.000 pada tahun 2000 oleh Kota Metro. Dengan standar deviasi Rp 33.538.765.300 yang berarti bahwa besar peningkatan maksimum rata-rata variabel pajak daerah sebesar +Rp 33.538.765.300, sedangkan penurunan maksimum dari rata-rata variabel pajak daerah sebesar – Rp 33.538.765.300.

3. Variabel retribusi daerah berjumlah 26 sample. Dengannilai mean atau rata-ratanya sebesar Rp 11.948.379.300. Nilai maksimum sebesar Rp 21.142.000.000


(66)

pada tahun 2012 oleh Kota Bandar Lampung. Nilai minimum sebesar Rp 302.597.000 pada tahun 2000 oleh Kota Metro. Dengan standar deviasi Rp 5.024.339.570 yang berarti bahwa besar peningkatan maksimum rata-rata variabel retribusi daerah sebesar + Rp 5.024.339.570, sedangkan penurunan maksimum dari rata-rata variabel retribusi daerah sebesar – Rp 5.024.339.570. 4. Variabel pendapatan BUMD berjumlah 26 sample. Dengan nilai mean atau

rata-ratanya sebesar Rp 4.365.170.600. Nilai maksimum sebesar Rp 36.671.900.000 pada tahun 2010 oleh Kota Metro.

Nilai minimum sebesar Rp 00 pada tahun 2000 oleh Kota Metro. Dengan standar deviasi Rp 6.910.295.220 yang berarti bahwa besar peningkatan maksimum rata-rata variabel pendapatan BUMD adalah + Rp 6.910.295.220, sedangkan penurunan maksimum dari rata-rata variabel pendapatan BUMD adalah – Rp 6.910.295.220.

5. Variabel pendapatan lain daerah berjumlah 26 sample. Dengan nilai mean atau rata-ratanya sebesar Rp 7.229.421.200. Nilai maksimum sebesar Rp 21.993.000.000 pada tahun 2012 oleh Kota Metro.

Nilai minimum sebesar Rp 00 pada tahun 2000 oleh Kota Metro. Dengan standar deviasi 5.638.855.310 yang berarti bahwa besar peningkatan maksimum rata-rata variabel pendapatan lain daerah adalah + Rp 5.638.855.310, sedangkan penurunan maksimum dari rata-rata variabel pendapatan lain daerah adalah – Rp 5.638.855.310.


(67)

Hasil ini menunjukkan bahwa tentang ukuran-ukuran statistik mengenai ukuran pusat, ukuran sebaran, dan ukuran lokasi dari persebaran/distribusi data masing-masing variabel bebas yaitu pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan BUMD dan pendapatan lain daerah. (Ghozali, 2011)

4.2. Hasil Uji Asumsi Klasik 4.2.1 Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik normal probability plot dan uji statistic non-parametrik kolmogorov-smirnov (K-S). Dalam analisis grafik, distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagobal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang akan menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal.


(68)

Gambar 4. Grafik Histogram Sumber: data yang telah diolah, SPSS 20

Berdasarkan hasil dari uji normalitas pada penelitian ini dapat dilihat bahwa tampilan grafik histogram yang menunjukkan pola distribusi normal. Hal ini didukung dengan gambar pada normal probability plot dengan titik-titik menyebar disekitar garis

diagonal dan penyebaran mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penyebaran data mendekati normal atau memenuhi asumsi

normalitas. Berikut tampilan normal probability plot yang ditunjukkan dalam gambar


(69)

Gambar 5. Grafik Normal P-Plot Regression Standardized Residual Sumber: data yang telah diolah, SPSS 20

4.2.2. Hasil Uji Multikolinearitas

Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinieritas jika mempunyai nilai tolerance di atas 0,1 dan nilai VIF (Variance Inflation Factor) dibawah 10.


(70)

Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constant) 2.870 .551 5.209 .000

pajak daerah 5.141E-7 .000 .014 .075 .941 .521 1.921

retribusi daerah .000 .000 .834 2.611 .016 .174 5.761

pendapatan bumd

-1.069E-5 .000 -.059 -.384 .705 .751 1.331

pendapatan lain daerah

-7.321E-6 .000 -.033 -.133 .896 .287 3.479

a. Dependent Variable: laju pertumbuhan ekonomi

Sumber: data yang telah diolah, SPSS 20

Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa variabel pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan BUMD dan pendapatan lain daerah memiliki nilai tolerance berada di

atas 0,1 yaitu sebesar 0.521, 0.174, 0.751, 0.287 dan nilai VIF dibawah angka 10 yaitu sebesar 1.921, 5.761, 1.331, 3.479 sehingga tidak ada gangguan multikolinieritas antar variabel independen tersebut.

4.2.3. Hasil Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi, yang dapat dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson dengan acuan sebagai berikut:


(71)

Tabel 5. Dasar Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:

Hipotesis nol Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif

Tidak ada autokorelasi positif atau negatif

0 < d < dL dL ≤ d ≤ dU 4 – dL< d < 4 4 – dU= d = 4 - dL dU< d < 4 - dU Sumber: Ghozali, 2009

Hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW


(72)

Tabel 6. Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Mode

l R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .793a .628 .557 .83431 2.020

a. Predictors: (Constant), pendapatan lain daerah, pendapatan bumd, retribusi daerah, pajak daerah

b. Dependent Variable: laju pertumbuhan ekonomi

Sumber: data yang telah diolah, SPSS 20

Suatu model regresi dinyatakan bebas dari autokorelasi jika mempunyai nilai Durbin-Watson (DW) yang berada di antara dU< d < 4 - dU. pada tabel 4.5 diatas

variable pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan BUMD, pendapatan lain daerah memiliki nilai dU sebesar 1.759, DW sebesar 2.020 dan 4 - dU sebesar 2.241 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi pada model tersebut.

4.2.4 Hasil Uji Heteroskedatisitas

Uji heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi keridaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedatisitas dan jika berbeda disebut heteroskedatisitas. Penelitian ini menggunakan cara melihat grafik plot dan pengujian statistic yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedatisitas.


(73)

Gambar 6. Grafik Scatterplot Sumber: data yang telah diolah, SPSS 20

Melihat grafik scatterplot di atas, pola titik-titik yang ada menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedatisitas.


(74)

Tabel 7. Hasil Uji Spearman’s rho Correlations Unstan dardize d Residu al pajak daerah retribus i daerah pendap atan bumd pendap atan lain daerah Spearma n's rho Unstandardize d Residual Correlation Coefficient

1.000 .040 -.045 -.047 -.083

Sig. (2-tailed)

. .846 .828 .820 .687

N 26 26 26 26 26

pajak daerah Correlation Coefficient

.040 1.000 .724** .693** .369

Sig. (2-tailed)

.846 . .000 .000 .064

N 26 26 26 26 26

retribusi daerah

Correlation Coefficient

-.045 .724** 1.000 .960** .881**

Sig. (2-tailed)

.828 .000 . .000 .000

N 26 26 26 26 26

pendapatan bumd

Correlation Coefficient

-.047 .693** .960** 1.000 .869**

Sig. (2-tailed)

.820 .000 .000 . .000

N 26 26 26 26 26

pendapatan lain daerah

Correlation Coefficient

-.083 .369 .881** .869** 1.000

Sig. (2-tailed)

.687 .064 .000 .000 .


(1)

68

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis perhitungan dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka diperoleh simpulan terkait dengan tujuan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa naiknya jumlah penerimaan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan BUMD dan lain-lain pendapatan yang sah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional akan tetapi pada kenyataannya kenaikan jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) telah menunjukkan hasil pertumbuhan ekonomi yang berfluktuatif dari tahun 2000-2010 Se-Kota Di Provinsi Lampung.

2. Hasil penelitian ini telah didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tao Zhang dan Heng-fu Zou (1997) dan Zulyanto (2010) yang memperoleh hasil yang positif mengenai alokasi sumber daya fiskal yang terdiri atas Pendapatan Asli Daerah yaitu pajak, retribusi, pendapatan BUMD, pendapatan lain-lain daerah terhadap pertumbuhan ekonomi regional dan penelitian yang dilakukan oleh Davoodi dan Zou (1998) menunjukkan hasil


(2)

yang berbeda mengenai alokasi sumberdaya fiskal yang dilakukan serentak di 46 negara berkembang, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara alokasi sumber daya fiskal yang terdiri dari komponen Pendapatan Asli Daerah yaitu pendapatan BUMD dan pendapatan lain-lain daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di 46 negara berkembang. Serta seperti teori yang dikemukakan oleh Vazquez dan McNab (2001) yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan langsung desentralisasi fiskal yang terdiri dari komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu pajak daerah, retribusi, pendapatan BUMD, serta pendapatan lain daerah dan pertumbuhan ekonomi dengan menerapkan Model pertumbuhan endogenous Barro (Barro’s Endogenous Growth Model).

3. Pajak daerah berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung.

4. Retribusi daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung.

5. Pendapatan BUMD berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung.

6. Pendapatan lain daerah berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Se-Kota Di Provinsi Lampung.

7. Berdasarkan hasil penelitian ini maka secara statistik pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan BUMD dan pendapatan lainnya berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi


(3)

70

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, sebagai masukan dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi, maka dapat disarankan sebagai berikut:

1. Diharapkan Pemerintah Daerah Se-Kota Di Provinsi Lampung di harapkan dapat lebih meningkatkan pengelolaan sumber-sumber penerimaan daerah dengan optimal guna mempercepat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

2. Masyarakat di Provinsi Lampung di harapkan dapat mengawasi jalannya pembangunan di daerah tersebut guna mempercepat pertumbuhan ekonomi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Priyo Hari dan Puspa Dewi Ekaristi. 2009. Fenomena Ilusi Fiskal Dalam Kinerja Anggaran Pemerintah Daerah. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Volume 6-Nomer 1, Juni 2009.

Amiel, Lindsay., Deller, Steven., dan Stallman., Judith. 2012. Economic Growth And Tax And Expenditure Limitations. Journal of Southren Regional Science Association. 42, 185-206.

Bank Indonesia. Kajian Ekonomi Regional.2013

Barry W. Poulson and Jules Gordon Kaplan, State Income Taxes and Economic Growth., Cato Journal, Vol. 28, No. 1 (Winter 2008).

Davoodi, Hamid dan Heng-fu Zou. 1998. Fiscal Decentralization and Economic Growth: A cross-Country Study. Journal of Urban Economics.

Ernawati. 2009. Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Malang. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, Damodar N. 1995. Basic Econometrika. Third Edition. McGrawHill Companies, Inc. New York.

Halim, Abdul, 2002. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta.

Jhingan, ML,. 2004. Ekonomi Perencanaan dan Pembangunan. Jakarta: Rajawali Pers.

Julianto, Aan. 2010. Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Bengkulu. Thesis. Universitas Diponegoro. Semarang.


(5)

Otonomi Daerah. Prosiding Workshop Internasional Implementasi Desentralisasi Fiskal sebagai Upaya Memberdayakan Daerah dalam Membiayai Pembangunan Daerah. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universutas Katolik Parahyangan. Bandung, hal.69.

Kuncoro, 2004. Pertumbuhan Ekonomi Suatu Negara. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gajah Mada.

Kusnandar dan Siswantoro, Didik.2011. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih Pembayaran Anggaran dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal. Thesis. Universitas Indonesia. Mankiw, N. Gregory, 2003. Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Mardiasmo, 2004. Memperkokoh Otonomi Daerah Kebijakan, Evaluasi dan Saran, Cetakan Pertama, UII Press. Yogyakarta.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta.Penertbit Andi Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 tahun 2007 tentang otonomi daerah.

Rustiadi, dkk, 2007. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Institut Pertanian Bogor.

Saragih, Juli Panglima, 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam Otonomi. Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta

Setiaji, Wiriawan dan Priyo Hari Adi. 2007. Peta Kemampuan Keuangan Daerah: Apakah Mengalami Pergeseran. Simposium Nasional Akuntansi X,

Makasar.

Susilo, Gideon Tri Budi dan Priyo Hari Adi. 2007. Analisis Kinerja Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah (studi empiris di Provinsi Jawa Tengah). Konferensi Penelitian Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik Pertama. Surabaya.

Suandy, Early.2008. Perencanaan Pajak. Salemba Empat. Jakarta


(6)

Trihendradi, C. 2011. Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan SPSS 19. Andi, Yogyakarta.

Undang-undang nomer 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Undang-undang nomor 34 tahun 2000 J.O undang-undang nomer 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah

Vazquez, M Jorge dan McNab M Robert, 2001. Fiscal Desentralization & Economic Growth., Working Paper #01-1, Andrew Young School of Policy Studies, Georgia State University.

Woller, M Gary dan Phillips Kerk, 1998. Fiscal Decentralization and LDC Economic Growth; An Empirical Investagion., The Journal of Developmnet Studies; April 1998;34,4.

Zhang, Tao dan Heng-fu Zou. 1997. Fiscal Decentralization, Publik Spending, and Economic Growth In China. Journal of Public Economucs.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

5 90 92

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dan Dana Bagi Hasil (Dbh) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2010-2013

3 91 94

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 39 85

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Bagi Hasil Terhadap Kemandirian Daerah Melalui PDRB Per Kapita (Studi Kasus Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara)

1 55 108

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH DAN PENDAPATAN LAIN-LAIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN JEMBER DALAM ERA OTONOMI DAERAH

0 4 21

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH, Analisis Pertumbuhan Dan Kontribusi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dan Lain-Lain Pad Yang Sah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah).

0 2 17

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH, Analisis Pertumbuhan Dan Kontribusi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dan Lain-Lain Pad Yang Sah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah).

0 3 16

PENDAHULUAN Analisis Pertumbuhan Dan Kontribusi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dan Lain-Lain Pad Yang Sah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah).

0 2 8

PENGARUH RETRIBUSI DAERAH DAN LAIN-LAIN PAD YANG SAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA PANGKALPINANG PERIODE 2011-2015

0 1 20

Pengaruh pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung periode 2015-2017 - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 18