DESKRIPSI KEMAMPUAN GURU IPA SMP NEGERI BANDAR LAMPUNG DALAM MENGELOLA LABORATORIUM BERDASARKAN PENDEKATAN SAINTIFIK

(1)

DESKRIPSI KEMAMPUAN GURU IPA SMP NEGERI BANDAR LAMPUNG DALAM MENGELOLA

LABORATORIUM BERDASARKAN PENDEKATAN SAINTIFIK

Oleh

ANI SULISTIYANI

Pengelolaan laboratorium yang efektif sangat menentukan besar kecilnya kontribusi laboratorium dalam keterlaksanaan proses pembelajaran yang sesuai pendekatan saintifik, maka perlu kiranya guru IPA untuk dapat mengelola

laboratorium secara baik dan tepat. Kemampuan guru mengelola laboratorium ini mencangkup dua aspek utama yaitu kemampuan guru dalam pengelolaan

laboratorium sebagai tempat praktikum dan kekemampuan guru dalam

pengelolaan pembelajaran berbasis praktikum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi kemampuan guru dalam mengelola laboratorium di SMP negeri Bandar Lampung. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif sederhana. Metode sampel pada penelitian ini menggunakanpurposive samplingsehingga sebanyak 30 orang guru dari 6 sekolah yang mewakili berbagai tingkatan diambil sebagai subjek penelitian. Data penelitian berupa data kualitatif hasil konversi skor penilaian yang diperoleh berdasarkan penilaian angket yang diisi oleh guru dan siswa sebagai pihak sekolah dan berdasarkan hasil observasi


(2)

secara langsung oleh peneliti. Analisis data menggunakan analisis data deskriptif sederhana dengan penskoran dan persentase.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan guru dalam mengelola laboratorium memiliki nilai rata-rata 37,3 dengan kriteria sangat kurang.

Responden 1 memiliki kriteria baik sedangkan 5 responden lainnya memiliki kriteria sangat kurang. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu kemampuan guru IPA SMP negeri Bandar Lampung dalam mengelola laboratorium memiliki kriteria sangat kurang.


(3)

BANDAR LAMPUNG DALAM MENGELOLA LABORATORIUM BERDASARKAN

PENDEKATAN SAINTIFIK

Oleh

ANI SULISTIYANI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Abdul Kosim dan Ibu Nurahmi yang dilahirkan di Banyumas Kabupaten Pringsewu pada tanggal 24 Juli 1993. Pendidikan yang ditempuh penulis adalah MI Sinar Mulya (2000-2006), SMPN 1 Banyumas (2006-2009), dan SMAN 1 Pringsewu (2009-2011). Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur SNMPTN Undangan.

Selama menjadi mahasiswa penulis memiliki pengalaman berorganisasi yaitu sebagai anggota devisi Pendidikan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) FKIP Unila selama satu periode yaitu tahun 2011/2012, anggota bidang Pengmas BEM FKIP Unila tahun 2011/2012. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Fisiologi Tumbuhan, Struktur Perkembangan Tumbuhan, dan Struktur Hewan. Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di Mts. Darush sholihin dan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di pekon Hujung, Kecamatan Belalau, Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2014. Penulis dapat dihubungi pada alamat Jl.Marlando Sinar Mulya, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu-Lampung atau kontak 085768423018.


(8)

Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Skripsi ini dipersembahkan kepada insan yang telah memberiku doa dan semangat. Terimakasih kepada :

1. Orang tuaku tercinta Bapak Abdul Kosim dan Ibu Nurahmi yang tanpa lelah terus melimpahkan doa dan semangat sehingga penyusunan skripsi ini terasa begitu indah.

2. Kakakku tersayang Nandang Kuswara dan Ai Siti Hapsah yang senantiasa melimpahkan kehangatan dan kasih sayang yang tak pernah padam.

3. Adikku tersayang Hamdan Maulana yang senantiasa mendoakan dan memberikan semangat.

4. Orang yang banyak memberikan inspirasi: Teh Elis Fitriyani, SE; Teh Rita

Zahara,S.Si; Tante Elpa Fauziah,S.Pd, M.Pd; Ceu Lilis Listiana,S.Pd; Pak Median Agus Pratama, S.Pd, M.Pd., Kakak Muhammad Akbar,S.Pd; dan Kakak

Mirnawati, S.Pd.

5. Sahabat terbaik dalam perjuangan selama di prodi Biologi: Vifty Oktanarlia Narsan, Mareta Safitri, Risky Ayu Romadhona, Mentari Puspa Sari, Yogi Fitriyani, Sudaryanti, Mufidah Estu, Fitriyana, Karyanti, Fadhila Khairani, Ardi Nova Irawan, Galuh Septiara Siwi, Robin Yama, dan teman sejawat mahasiswa Pendidikan Biologi 2011. Terimakasih atas kebersamaan dan persahabatan yang


(9)

studi kita.

Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin. Bandar Lampung, 2015 Penulis


(10)

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman mengerjakan amal sholeh dan nasihat-menasehati

dalam kebenaran dan nasihat- menasihati supaya menetapi kesabaran“

(Al- Ashr: 1-3)

“Demi waktu matahari sepenggalah naik, dan demi malam apabila sunyi. Tuhanmu tiada meninggalkan kamu

dan tiada benci kepada kamu” (Ad- Duha: 1-3)

“Demi malam apabila menutupi. Dan demi siang apabila terang benderang. Dan demi penciptaan laki-laki dan perempuan. Sesungguhnya,

usahamu berbeda-beda, adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa dan

membenarkan adanya pahala terbaik maka kelak kami menyiapkan

baginya jalan yang mudah” (Al- Lail: 1-7)

”Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis dan pada kematianmu,

semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu yang tersenyum”

(Mahatma Gandhi)

“If you want to respect from the others, you must respect yourself first”


(11)

Alhamdulillah, puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul”Deskripsi kemampuan guru SMP Negeri Bandar Lampung dalam mengelola laboratorium

berdasarkan pendekatan saintifik”sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unila.

3. Berti Yolida, S.Pd.,M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unila.

4. Dr. Hi. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembimbing I atas bimbingan dan masukannya.

5. Dina Maulina, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II atas bimbingan dan masukannya.

6. Dr. Arwin Surbakti, M.Si., selaku Pembahas atas koreksi dan sarannya. 7. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas motivasi dan

arahannya.

8. Bapak dan ibu dosen pengajar, atas segala ilmu yang telah diberikan.


(12)

baik dalam membantu penelitian.

11. Rekan tim dalam penelitian Nur Hidayah atas kerjasama dan kesabarannya saat melakukan penelitian.

12. Sahabat terbaik di laboratorium biologi: LitaYudhitya, Wirdona, Kakak Deni Verdianto, S.Pd; Kakak Soni Satriansyah, S.Pd; Kakak Yudi Saputra, S.Pd; Kakak Taufik, S.Pd; Kakak Feri Pernando, Kakak Harry Haryono, Kakak Istigfar Romadhon, S.Pd; Kakak Ghea, Kakak Fius, S.Si; dan Bapak Hambali, S.Si; atas ilmu dan pengalaman yang tak terlupakan.

13. Teman perjuangan di kaki pesagi (KKN-KT 20014) Hujung: Fiya Sholatunisa, Nana Susanti, Lailiyah, Fitayar Ramadhani, Ayu Sekar, Siti Khasanah, Oka Amsal, Andre Faysol, dan Ari Sandi yang telah menemani selama

melaksanakan KKN-KT.

14. Keluarga kosan Anissa: Kakak Eka Rosamania, Kakak Linda Wati, Dwi, Maratul sholiha, Hesti dan Devi yang telah menemaniku tertawa dan menghiburku saat aku menangis.

15. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.

Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, Amin.

Bandar Lampung, 2015 Penulis


(13)

xiv

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Laboratorium ... 12

B. Pembelajaran Berbasis Praktikum... 22

C. Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Saintifik... 25

D. Kompetensi Guru Profesional ... 30

E. Kerangka Pikir ... 38

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 41

B. Populasi dan Subjek Penelitian ... 41

C. Desain Penelitian ... 42

D. Prosedur Penelitian... 43

E. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Teknik Analisis Data... 48

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51

B. Pembahasan ... 52

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 66

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian... 72


(14)

xv

3. Tabulasi Penelitian ... 85

4. Rekapitulasi Penelitian... 94

5. Foto Penelitian ... 98

6. Surat Ijin Melaksanakan Penelitian... 104


(15)

Tabel Halaman

1. Konsep penelitian... 42

2. Desain penelitian untuk angket ... 42

3. Desain penelitian untuk observasi... 43

4. Kisi- kisi angket kemampuan guru dalam mengelola laboratorium.... 46

5. Kisi- kisi lembar observasi laboratorium ... 47

6. Kisi- kisi lembar penilaian LKS... 47

7. Kisi- kisi lembar observasi pelaksanaan praktikum... 47

8. Kisi- kisi tes pengetahuan penilaian autentik... 48

9. Kriteria standar penilaian setiap aspek... 49

10. Kriteria standar penilaian latar belakang guru ... 49

11. Kemampuan guru dalam mengelola laboratorium... 51

12. Tabulasi angket kemampuan guru dalam mengelola laboratorium (jawaban guru) ... 85

13. Tabulasi angket kemampuan guru dalam mengelola laboratorium (jawaban siswa) ... 86

14. Tabulasi pengetahuan autentik guru ... 87

15. Tabulasi penilaian LKS... 88

16. Tabulasi pelaksanaan praktikum ... 89

17. Tabulasi pengelolaan laboratorium sebagai tempat praktikum ... 90

18. Tabulasi ketersediaan sarana prasarana laboratorium... 91


(16)

xvi

21. Rekapitulasi angket siswa ... 94

22. Data hasil pendapat pihak sekolah (guru dan siswa) ... 94

23. Rekapitulasi LKS berdasarkan penilaian aspek ... 95

24. Rekapitulasi LKS berdasarkan rata-rata nilai sekolah ... 95

25. Rekapitulasi pengelolaan laboratorium sebagai tempat praktikum ... 95

26. Rekapitulasi ketersediaan sarana prasarana laboratorium... 96

27. Rekapitulasi pelaksanaan praktikum... 96

28. Rekapitulasi pengetahuan penilaian autentik ... 96

29. Rekapitulasi data hasil observasi peneliti ... 96


(17)

Gambar Halaman

1. Bagan kerangka pikir ... 13

2. Kemampuan guru dalam mengelola laboratorium ... 51

3. Laboratorium IPA SMP Negeri 2 ... 98

4. Laboratorium IPA SMP Negeri 4 ... 98

5. Laboratorium IPA SMP Negeri 8 ... 99

6. Laboratorium IPA SMP Negeri 22 ... 99

7. Laboratorium IPA SMP Negeri 26 ... 100

8. Laboratorium IPA SMP Negeri 31 ... 100

9. Kegiatan guru SMP Negeri 2 Bandar Lampung sebelum praktikum .. 101

10. Kegiatan guru SMP Negeri 2 Bandar Lampung saat praktikum... 101

11. Kegiatan guru SMP Negeri 2 Bandar Lampung setelah praktikum... 102

12. Contoh alat dan bahan praktikum SMP Negeri 2 Bandar Lampung.... 102

13. Contoh alat dan bahan praktikum SMP Negeri 22 Bandar Lampung.. 103


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laboratorium IPA merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai (Depdiknas, 2002: 26). Laboratorium IPA berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang memerlukan peralatan khusus yang tidak mudah dihadirkan di ruang kelas. Dalam konteks pendidikan di sekolah, laboratorium mempunyai fungsi sebagai tempat proses pembelajaran dengan metoda praktikum yang dapat memberikan pengalaman belajar pada siswa untuk berinteraksi dengan alat dan bahan serta mengobservasi berbagai gejala secara langsung. Oleh karena itu, kepala sekolah,

pengelola, guru IPA, dan unsur-unsur sekolah yang terkait lainnya harus mampu mengelola dan memanfaatkan laboratorium IPA secara efektif dan efisien, sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar IPA bagi siswa (Sutrisno, 2007: 46).

Pengelolaan laboratorium merupakan kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan di laboratorium, baik bersama


(19)

orang lain maupun melalui orang lain dengan memanfatkan penggunaan laboratorium secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Pemanfaatan laboratorium secara efektif merupakan salah satu syarat dalam

pembelajaran berbasis praktikum IPA. Oleh karena itu, diperlukan adanya sistem pengelolaan atau manajemen laboratorium IPA yang baik.

Efektivitas manajemen laboratorium IPA dipengaruhi oleh faktor ketersediaan fasilitas laboratorium dan kompetensi pengelolaan laboratorium IPA (Salirawati, 2012: 4).

Pengelolaan laboratorium IPA berkaitan dengan pengelola dan pengguna fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, spesimen dan bahan kimia), serta aktivitas praktikum yang dilaksanakan di laboratorium. Pada dasarnya tanggung jawab pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna.

Kemampuan guru dalam pengelolaan laboratorium disesuaikan dengan Permendiknas No. 26 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Pengelola Laboratorium Sekolah. Pengelolaan laboratorium IPA meliputi

mengkoordinasikan kegiatan praktikum dengan guru, menyusun jadwal kegiatan laboratorium, memantau pelaksanaan, kegiatan laboratorium, mengevaluasi kegiatan laboratorium, mengelola kegiatan laboratorium sekolah, menyusun laporan kegiatan laboratorium, dan mengkoordinasikan kegiatan praktikum. Secara umum, peran guru terutama berkaitan dengan pengalaman mereka membantu siswa mengembangkan keterampilan proses sains. Pentingnya pengelolaan laboratorium dalam menunjang


(20)

pembelajaran di kelas sangat diyakini oleh semua guru IPA. Namun kenyataannya, implementasi kegiatan praktikum di lapangan ternyata masih menghadapi banyak kendala. Permasalahan yang dialami guru dalam menyelenggarakan kegiatan praktikum antara lain kurangnya ketersediaan peralatan praktikum, kurangnya pengetahuan guru tentang pembelajaran praktikum dan kurangnya keterampilan guru dalam

mengelola kegiatan praktikum sehingga kegiatan praktikum secara praktis jarang dilaksanakan (Tim Ahli Program STEP-2, 2007: 2).

Jarangnya pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum menyebabkan kualitas kemampuan guru IPA dalam menerapkan pembelajaran berbasis praktikum di Indonesia dianggap masih rendah oleh banyak kalangan, hal ini ditunjukkan oleh penguasaan peserta didik terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau sains sebagaibasic sciencemasih memprihatinkan. Salah satu indikator yang menunjukkan hal tersebut adalah mutu akademik antar bangsa melaluiProgramme for International Student Assessment(PISA) tahun 2003 yang menunjukkan bahwa dari 41 negara yang disurvei untuk bidang Matematika dan IPA, Indonesia menempati peringkat ke-39. Terkait dengan mata pelajaran IPA, hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan guru dalam proses bekerja ilmiah yang dituntut dalam pembelajaran IPA masih relatif rendah,

terutama penguasaan keterampilan proses terpadu seperti mengidentifikasi variabel kontrol, menganalisis eksperimen, dan merancang eksperimen (Ditdikmenum, 1994: 14).


(21)

Hasil penelitian Balitbang Depdiknas tahun 2004 mengemukakan bahwa kemampuan guru dalam merancang praktikum masih rendah. Sekitar 51% guru IPA SMP dan sekitar 43% guru fisika SMA di Indonesia tidak dapat menggunakan alat-alat laboratorium yang tersedia di sekolahnya. Dengan demikian kurangnya pelaksanaan kegiatan laboratorium di sekolah-sekolah merupakan gejala yang cukup memprihatinkan dalam pengembangan keterampilan proses siswa (Maknun, 2012: 141).

Berdasarkan hasil pemantauan Direktorat Pendidikan Menengah Umum dan Inspektorat Jendral tahun 2003, pemanfaatan dan pengelolaan laboratorium IPA SMP sebagai sumber belajar belum optimal atau tidak digunakan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yaitu kemampuan dan penguasaan guru terhadap peralatan dan pemanfaatan bahan praktek masih belum memadai, banyak alat-alat laboratorium dan bahan yang sudah rusak, serta terbatasnya alat-alat dan bahan untuk praktikum. Hal ini mengakibatkan tidak setiap siswa mendapat kesempatan belajar untuk mengadakan eksperimen di laboratorium (Purwantoyo, 2013: 109).

Kegiatan eksperimen merupakan bagian yang sangat penting dalam pembelajaran berbasis praktikum. Pembelajaran berbasis praktikum menjadi alternatif yang baik bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir kreatif dan memecahkan masalah. Kegiatan eksperimen berfungsi menghubungkan teori atau konsep dan praktek, meningkatkan daya tarik atau minat siswa, dapat memperbaiki


(22)

Oleh karenanya untuk mendukung fungsi kegiatan eksperimen di laboratorium tersebut, maka metode penilaiannya perlu diperbaiki agar kegiatan laboratorium berlangsung lebih efektif. Ottander & Grelsson (dalam Maknun, 2012: 2) mengemukakan bahwa kegiatan laboratorium merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh aktivitas, kreativitas dan intelektualitas siswa. Salah satu keterampilan dan kreativitas yang diperlukan dan harus dikuasai siswa adalah keterampilan merencanakan suatu percobaan, meliputi keterampilan menentukan alat dan bahan, menentukan variabel, menentukan hal-hal yang perlu diamati dan dicatat, menentukan langkah kerja, serta cara pengolahan data untuk menarik kesimpulan sementara.

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran saintifik di sekolah yang mengutamakan kerja ilmiah sehingga siswa dapat bersikap ilmiah dan selanjutnya konsep yang telah dikuasai akan diterapkan dalam usaha pe-menuhan kebutuhan hidup, tuntutan pembelajaran saintifik dapat terpenuhi apabila didukung oleh kemampuan guru dalam menyelenggarakan ke-giatan praktikum di laboratorium sebagai kunci keberhasilan pembelajaran IPA. Guru di sekolah secara umum tidak didampingi oleh seorang laboran atau teknisi ketika memfasilitasi kegiatan praktikum, sehingga guru harus mengambil peran sebagai guru dan sekaligus laboran.

Mengingat kegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA bertumpu sepenuhnya pada guru sehingga dalam pelaksanaan praktikum yang bermutu tentu guru harus terlebih dahulu memiliki kompetensi


(23)

menyelenggarakan kegiatan praktikum dari mulai persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dari setiap kegiatan praktikum yang

dilaksanakan. Oleh karena itu, guru harus memiliki kemampuan mengelola laboratorium IPA sehingga dapat melatih siswa untuk menerapkan kerja ilmiah sesuai prosedur (Purwantoyo, 2013: 119).

Cara untuk meningkatkan keterampilan dan kreativitas siswa menurut pendekatan saintifik adalah merespon terhadap peningkatan perkembangan pendidikan dengan penekanan pada domain keterampilan(skill)dan

karakter(afektif)secara terencana membentuk dan menyiapkan peserta didik menjadi orang yang tidak hanya mampu dalam aspek teoritis tetapi mampu juga dalam aspek praktik. Pada intinya dalam menyikapi

penerapan pendekatan saintifik ini seorang guru dituntut untuk

meningkatkan kompetensi atau kemampuan yang dapat menunjang dan mengantarkan peserta didik berhasil mencapai tujuan pendidikan.

Kompetensi pertama yang harus dicapai adalah kompetensi pedagogik. Dalam kompetensi ini seorang pendidik harus memiliki kemampuan dalam pembelajaran dengan memahami sifat peserta didik, ciri peserta didik, perkembangan peserta didik, konsep pendidikan yang berguna untuk membantu siswa, metodologi mengajar yang sesuai dengan bahan dan perkembangan siswa dan sistem evaluasi yang tepat. Kedua, kompetensi akademik yaitu kompetensi penguasaan bidang keilmuan yang sesuai dengan spesifikasi seorang guru disamping juga harus menguasai ilmu lain yang mendukung (Sariono, 2013: 4).


(24)

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa peran laboratorium sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum, maka perlu kiranya guru IPA untuk dapat memahami dan menguasai bagaimana cara mengelola laboratorium secara baik dan tepat. Kemampuan guru mengelola laboratorium ini mencakup dua aspek utama yaitu kemampuan guru dalam pengelolaan laboratorium sebagai tempat praktikum dan kecakapan guru dalam pengelolaan pembelajaran berbasis praktikum di laboratorium berdasarkan pendekatan saintifik.

Kemampuan guru dalam mengelola laboratorium yang berdasarkan pendekatan saintifik menjadi sangat penting karena pengelolaan

laboratorium yang efektif sangat menentukan besar kecilnya kontribusi laboratorium dalam keterlaksanaan proses pembelajaran dengan

pendekatan saintifik, mengingat pendekatan pembelajaran saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melaui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

Kondisi pembelajaran berdasarkan pendekatan saintifik diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu pengetahuan dari berbagai sumber melalui observasi dan guru bukan menjadi sumber belajar bagi siswa. Untuk menyikapi hal ini, maka kemampuan guru dalam mengelola


(25)

laboratorium dan kemampuan guru mengarahkan siswa untuk melakukan pembelajaran praktikum di laboratorium menjadi sangat penting untuk diperhatikan.

Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian mengenai gambaran

kemampuan guru dalam mengelola laboratorium yang sesuai pendekatan saintifik untuk mengetahui sejauh mana kemampuan guru IPA dalam mengelola laboratorium sebagai tempat praktikum dan kemampuan guru IPA dalam menerapkan pembelajaran berbasis praktikum. Penelitian ini sangat penting untuk dilakukan karena memberikan informasi bagi guru IPA dalam mengelola laboratorium yang benar sesuai pendekatan saintifik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kemampuan guru IPA SMP negeri di Bandar Lampung dalam mengelola laboratorium sebagai tempat praktikum berdasarkan pendekatan saintifik?

2. Bagaimanakah kemampuan guru IPA SMP negeri di Bandar Lampung dalam melakukan pembelajaran berbasis praktikum berdasarkan pendekatan saintifik?


(26)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kemampuan guru IPA SMP negeri di Bandar Lampung dalam mengelola laboratorium sebagai tempat praktikum berdasarkan pendekatan saintifik.

2. Untuk mengetahui kemampuan guru IPA SMP negeri di Bandar Lampung dalam melakukan pembelajaran berbasis praktikum berdasarkan pendekatan saintifik.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian bermanfaat antara lain : 1. Bagi guru :

a. Memberikan informasi tentang pengelolaan laboratorium sebagai tempat praktikum.

b. Memberikan informasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbasis praktikum.

c. Memberikan informasi penilaian autentik praktikum.

d. Memberikan hasil evaluasi terhadap hasil penyusunan perangkat kegiatan praktikum yang telah ada sebagai bahan refleksi untuk penyusunan selanjutnya.

2. Bagi sekolah yaitu sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah terutama dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum dan pengelolaan laboratorium.


(27)

3. Bagi peneliti yaitu memberikan informasi mengenai pengelolaan laboratorium sebagai tempat praktikum, perencanaan pembelajaran berbasis praktikum, pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum, dan penilaian pembelajaran berbasis praktikum.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Pengelolaan laboratorium sebagai tempat praktikum yang dimaksud adalah kemampuan guru dalam menyiapkan kelengkapan sarana prasarana laboratorium IPA SMP negeri di Bandar Lampung pada tahun pelajaran 2014/2015 berdasarkan standar yang berlaku.

2. Pengelolaan pembelajaran berbasis praktikum yang dimaksud adalah kemampuan guru menyiapkan perangkat perencanaan praktikum, kemampuan guru dalam pelaksanaan praktikum, dan penilaian

autentik(performance assesment). Secara rinci pengelolaan praktikum meliputi:

a. Kemampuan perencanaan praktikum yang dimaksud adalah kemampuan guru dalam membuat panduan praktikum yang digunakan dalam pembelajaran praktikum. Menilai kesesuaian antara materi yang dipraktikumkan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa

b. Kemampuan pelaksanaan praktikum yang dimaksud adalah kemampuan guru membimbing siswa dalam melaksanakan praktikum untuk mencapai tujuan pembelajaran.


(28)

c. Kemampuan penilaian autentik yang dimaksud adalah pengetahuan guru tentangperformance assesmentkegiatan praktikum.

3. Subjek penelitian adalah seluruh guru mata pelajaran IPA SMP negeri tahun ajaran 2014/2015 di Bandar Lampung yang mewakili sekolah dengan berbagai tingkatan berdasarkan nilai akreditasi sekolah. Untuk memenuhi tujuan tersebut maka diambil objek penelitian yaitu guru dari enam SMP negeri di Bandar Lampung antara lain guru IPA dari SMPN 2 Bandar Lampung, SMPN 4 Bandar Lampung, SMPN 8 Bandar Lampung, SMPN 22 Bandar Lampung, SMPN 26 Bandar Lampung dan SMPN 31 Bandar Lampung yang diberikan angket kepada guru dan siswa. Kemudian diobservasi secara langsung pada laboratorium, LKS praktikum yang dibuat oleh guru, dan pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum. Selain itu, untuk mengetahui pemahaman guru tentang penilaian diukur melalui tes pengetahuan autentik.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengelolaan Laboratorium

Laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk

memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Laboratorium ilmiah dibedakan menurut disiplin ilmu, misalnya laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium biokimia, laboratorium komputer, dan laboratorium bahasa. Laboratorium merupakan tempat untuk

mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari sarana dan prasarana dengan kuantitas dan kualitas memadai (Depdiknas, 2002: 26).

Sebagai tempat pembelajaran, laboratorium IPA standar pada umumnya mempunyai sarana dan prasarana antara lain:

a. Ruang laboratorium yang terdiri dari ruang untuk kegiatan praktikum, ruang kegiatan administrasi dan persiapan, serta ruang penyimpanan. Ruang praktikum merupakan bagian utama dari sebuah laboratorium sekolah. Ruang praktikum adalah ruang tempat berlangsungnya proses pembelajaran di laboratorium. Proses pembelajaran di dalam ruang


(30)

praktikum dapat berupa peragaan atau demonstrasi, praktikum

perorangan atau kelompok, dan penelitian. Bentuk, ukuran, denah atau tata letak, dan fasilitas dari setiap ruangan praktikum dirancang

sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap kegiatan yang dilaksanakan di dalamnya dapat berjalan dengan baik dan nyaman, memudahkan akses dari ruangan yang satu ke ruangan yang lainnya, memudahkan pengontrolan, menjaga keamaan alat-alat dan memelihara keselamatan kerja. Proses pembelajaran di ruang praktikum menuntut tempat yang lebih luas dari pada proses pembelajaran klasikal di dalam kelas biasa. Karena itu, luas ruang praktikum harus dapat memberikan keleluasaan bergerak kepada siswa dan guru selama melakukan proses pembelajaran. Luas ruang praktikum persiswa rata-rata 2,5 meter persegi. (Tim Ahli Program STEP-2, 2007: 3).

b. Ruang adminstrasi dan persiapan adalah ruang yang disediakan untuk melakukan pengadministrasian, perawatan dan persiapan alat-alat serta bahan. Bila sekolah memiliki petugas laboran, ruang administrasi dan persiapan juga dapat digunakan sebagai ruang kerja laboran dalam melayani kegiatan laboratorium kepada guru dan siswa. Ruang administrasi dan persiapan terdapat di dalam laboratorium, di antara ruang praktikum dan ruang penyimpanan atau gudang. Ruang administrasi dan ruang praktikum sebaiknya disekat dengan dinding berkaca bening atau ram kawat, sehingga dari dalam ruang ini guru atau laboran dapat melihat kegiatan yang terjadi di dalam ruang praktikum (Tim Ahli Program STEP-2, 2007: 4).


(31)

c. Ruang penyimpanan di laboratorium adalah ruang yang disediakan khusus untuk menyimpan alat-alat dan bahan yang sedang tidak digunakan. Ruang penyimpanan terdapat di dalam laboratorium di sebelah dalam ruang persiapan. Ruang penyimpanan alat sebaiknya dipisahkan dengan ruang penyimpanan zat, untuk menghindari kerusakan alat akibat korosi dan sebagainya (Tim Ahli Program STEP-2, 2007: 5). d. Fasilitas laboratorium yang meliputi instalasi air, instalasi atau jaringan

listrik, saluran gas, lemari asap,bloweratau kipas angin, meja, kursi, lemari, rak, papan tulis, alat pemadam kebakaran, kotak obat, dan P3K. e. Alat-alat laboratorium meliputi pH meter, mikroskop, neraca, osiloskop,

labu Erlemeyer, dan labu ukur. Bahan kimia meliputi: asam florida, amoniak pekat, eter, dan oksigen (Tim Ahli Program STEP-2, 2007: 5).

Sarana prasarana laboratorium dengan kualitas dan kuantitas yang memadai berdasarkan Permendikbud tahun 2013 yaitu:

No Nama Objek Kriteria (dalam keadaan baik)

1. Mistar 6 buah

2. Jangka sorong 6 buah

3. Timbangan 3 buah

4. Stopwatch 6 buah

5. Termometer 100 C 6 buah

6. Gelas ukur 6 buah

7. Massa logam 3 buah

8. Multimeter 6 buah

9. Batang magnet 6 buah

10. Garpu tala 6 buah

11. Bidang miring 1 buah

12. Dinamometer 6 buah

13. Katrol tetap 2 buah

14. Katrol bergerak 2 buah

15. Balok kayu 3 buah

16. Percobaan muai panjang 1 set

17. Percobaan optik 1 set

18. Percobaan rangkaian listrik 1 set

19. Gelas kimia 30 buah

20. Pembakar spirtus 6 buah

21. Cawan penguapan 6 buah


(32)

Sutrisno (dalam Novianti, 2011: 161) mengemukakan, supaya sarana dan prasarana laboratorium IPA di sekolah dapat berperan, berfungsi dan bermanfaat maka diperlukan sebuah sistem pengelolaan laboratorium yang direncanakan dan dievaluasi dengan baik serta dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait dengan penyelenggaraan laboratorium IPA di sekolah yang bersangkutan. Salah satu dimensi pengelolaan laboratorium adalah manajemen laboratorium.

No Objek pengamatan Kriteria (dalam keadaan baik)

23. Plat tetes 6 buah

24. Pipet tetes 100 buah

25. Mikroskop monokuler 6 buah

26. Kaca pembesar 6 buah

27. Model/gambar kerangka manusia 1 buah

28. Model/ gambar tubuh manusia 1 buah

29. Model / gambar pencernaan manusia 1 buah 30. Model/ gambar peredaran darah 1 buah

31. Model/ gambar pernafasan 1 buah

32. Model/ gambar jantung manusia 1 buah

33. Model/ gambar mata manusia 1 buah

34. Model/ gambar telinga manusia 1 buah 35. Model/ gambar tenggorokan manusia 1 buah

36. Poster genetika 1 buah

37. Model/ gambar tata surya 1 buah

38. Model/ gambar molekul sederhana 1 buah

39. Globe 1 buah

40. Model/ gambar kulit 1 buah

41. Kursi 1 buah/ siswa + 1 buah/guru

42. Meja kerja 1 buah/ 7 siswa

43. Meja demonstrasi 1 buah

44. Meja persiapan 1 buah

45. Lemari alat 1 buah

46. Lemari bahan 1 buah

47. Bak cuci 1 buah/ 2 kelompok +1 dipersiapan

48. Buku inventaris alat 1 buah

59. Buku imventaris bahan 1 buah

50. Surat keterangan peminjaman alat 1 buah 51. Surat keterangan kehilangan alat 1 buah

52. Tempat sampah 1 buah

53. Tempat cuci tangan 1 buah

54. Tissu 1 buah

55 Sabun 1 buah

56. Jadwal piket siswa 1 buah

57. Jadwal kegiatan di laboratorium 1 buah

58. Tata tertib praktikum 1 buah

59. Sanksi pelanggar tata tertib 1 buah


(33)

Manajemen laboratorium adalah kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan di laboratorium, baik bersama orang lain maupun melalui orang lain dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam manajemen laboratorium terkandung pengelolaan terhadap laboratorium sebagai tempat praktikum yang secara rinci terdiri dari alat dan bahan kimia, sarana

prasarana laboratorium, dan proses pelaksanaan praktikum. Fungsi

manajemen adalah sebagai rangkaian kegiatan wajar yang telah ditetapkan dan memiliki hubungan saling ketergantungan antara satu dengan yang lain (Sudjana, 2000: 17).

Sejalan dengan perkembangan jaman, maka para pakar mengemukakan berbagai fungsi manajemen. Menurut Terry (dalam Salirawati, 2012: 6), fungsi manajemen yaituPlanning,Organizing,Actuating, danControlling

yang disingkat POAC.Perencanaan (Planning)merupakan salah satu bagian yang sangat penting, karena perencanaan yang matang akan lebih

memungkinkan tercapainya tujuan yang diharapkan. Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan cara dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut seefisien dan seefektif mungkin. Perencanaan sebagai proses menganalisis situasi, menetapkan tujuan yang akan dicapai di masa yang akan datang dan menentukan langkah-langkah yang akan diambil untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan tersebut. Bateman dan Zeithami (dalam Salirawati, 2012: 7) mengungkapkan bahwa dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang satu sama lain saling berhubungan. Ketiga kegiatan


(34)

tersebut yaitu perumusan tujuan yang ingin dicapai, pemilihan program untuk mencapai tujuan, dan identifikasi pengerahan sumber daya yang tersedia. Perencanaan dapat pula dianggap suatu seri dari langkah-langkah atau tahapan yang dapat diikuti secara sistematis.

Perencanaan laboratorium IPA meliputi perencanaan dan pemeliharaan alat-alat dan bahan-bahan serta sarana prasarana, perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan, serta rencana pengembangan laboratorium. Beberapa hal yang perlu direncanakan dalam manajemen laboratorium adalah:

a. Pengadministrasian Alat-alat dan Bahan-bahan Laboratorium. Tujuan pengadministrasian alat-alat dan bahan-bahan laboratorium ini adalah agar dapat dengan mudah mengetahui jenis alat atau bahan yang ada, jumlah masing-masing alat dan bahan, jumlah pembelian atau tambahan, dan jumlah yang pecah, hilang, atau habis. Untuk keperluan pencatatan alat dan bahan laboratorium diperlukan format atau buku perangkat

administrasi yang meliputi buku inventaris, kartu stok, kartu permintaan, peminjaman alat dan bahan, buku catatan harian, kartu alat dan bahan yang rusak, kartu reparasi, dan format label (Depdikbud, 1999: 27).

b. Pengadaan Alat dan bahan laboratorium untuk melengkapi atau mengganti alat dan bahan yang rusak, hilang, atau habis dipakai. Sebelum pengusulan pengadaan alat dan bahan, maka perlu dipikirkan tentang percobaan apa yang akan dilakukan, alat dan bahan apa yang akan dibeli, ada tidaknya dana atau anggaran, prosedur pembelian dan pelaksanaan pembelian (Depdikbud, 1999: 28).


(35)

c. Penyimpanan alat dan bahan kimia dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu alat dan bahan yang sering dipakai, alat dan bahan yang jarang dipakai, alat dan bahan yang berbahaya. Penyimpanan masing-masing alat dan bahan tergantung pada keadaan dan susunan laboratorium serta fasilitas ruangan. Alat dan bahan yang sering digunakan sebaiknya diletakkan di lemari yang dapat dibuka dan diambil sendiri oleh siswa, sehingga efisien waktu dan tenaga. Namun jika pertimbangan keamanan dan kedisiplinan siswa diragukan, maka jumlah yang tersedia dibatasi. Bahan-bahan kimia yang beracun, eksplosif atau mudah meledak dan mudah terbakar sebaiknya ditempatkan terpisah dari bahan yang lain dan diusahakan diletakkan di tempat yang tidak mudah dilihat siswa.

Prinsip dari penyimpanan alat dan bahan laboratorium adalah alat dan bahan tersebut dalam keadaan aman, mudah dicari dan diambil sewaktu-waktu dibutuhkan. Oleh karena itu sangat penting bagi guru sebelum praktikum diadakan dilakukan asistensi, yaitu kegiatan pengenalan mulai dari pengenalan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum, baik fungsi dan cara penggunaannya, sampai pada mata praktikum yang akan dijalankan untuk jangka waktu satu semester dengan penjelasan garis

besarnya, serta bagaimana cara berpraktikum yang baik, tata tertib praktikum, dan format penyusunan laporan praktikum. Dengan demikian siswa

memperoleh bekal yang cukup untuk bekerja di laboratorium. Hal penting lainnya adalah penanaman kesadaran pada diri siswa bahwa laboratorium adalah juga bagian dari sekolah yang membantu prestasi belajar mereka, sehingga mereka harus ikut merawat dan menjaga (Salirawati, 2012: 11).


(36)

Fungsi manajemen yang kedua adalah pengorganisasian(organizing)yaitu suatu sistem kerja sama dari kelompok orang, barang, atau unit tertentu tentang laboratorium untuk mencapai tujuan. Mengorganisasikan

laboratorium berarti menyusun sekelompok orang atau petugas dan sumber daya lain untuk melaksanakan suatu rencana atau program dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara yang berdaya guna terhadap laboratorium (Salirawati, 2012: 11).

Pengorganisasian laboratorium meliputi pengaturan dan pemeliharaan alat-alat dan bahan-bahan laboratorium, pengadaan alat-alat dan bahan, dan menjaga kedisiplinan serta keselamatan kerja di laboratorium. Orang yang terlibat langsung dalam organisasi laboratorium adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah urusan kurikulum, koordinator laboratorium, penanggung jawab teknis laboratorium, laboran, dan guru-guru mata pelajaran IPA (Kimia, Fisika, Biologi). Tugas kepala sekolah adalah memberikan bimbingan, motivasi, pemantauan, dan evaluasi kepada seluruh staf yang terlibat dalam pengelolaan laboratorium, menyediakan dana keperluan operasional

laboratorium. Dalam menjalankan tugas ini dibantu oleh wakil kepala sekolah urusan kurikulum yang juga bekerja sama dengan koordinator laboratorium dalam pelaksanaan kegiatan laboratorium. Tugas koordinator laboratorium adalah mengkoordinasikan masing-masing guru mata pelajaran IPA segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan laboratorium dan

mengusulkan kepada penanggung jawab laboratorium untuk pengadaan alat dan bahan praktikum. Penanggung jawab teknis laboratorium bertanggung


(37)

jawab atas kelengkapan administrasi laboratorium, kelancaran kegiatan laboratorium, mengusulkan kepada kepala sekolah tentang pengadaan alat dan bahan laboratorium, dan bertanggung jawab atas kebersihan,

penyimpanan, perawatan, dan perbaikan alat-alat laboratorium (Sudaryanto, 1998: 5).

Fungsi manajemen yang ketiga adalah pelaksanaan(actuating)yaitu salah satu fungsi manajemen yang sangat penting, karena tanpa pelaksanaan terhadap apa yang telah direncanakan dan diorganisasikan tidak akan pernah menjadi kenyataan. Kegiatan laboratorium IPA diartikan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan pengamatan atau percobaan yang menunjang kegiatan belajar-mengajar IPA. Untuk melaksanakan kegiatan laboratorium IPA perlu perencanaan secara sistematis agar dicapai tujuan pembelajaran secara optimal (Salirawati, 2012: 12).

Adapun langkah-langkah pelaksanaan kegiatan laboratorium IPA adalah : a. Setiap guru IPA pada awal tahun pelajaran baru sebaiknya menyusun

program tahunan sesuai kegiatan laboratorium yang ditandatangani Kepala Sekolah. Tujuan penyusunan program ini adalah mengidentifikasi kebutuhan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan praktikum selama satu tahun dan menyusun jadwal bagi penanggung jawab teknis untuk ketiga mata pelajaran (Kimia, Fisika, Biologi) agar tidak terjadi tumbukan dalam pemakaian laboratorium. Selain itu berguna untuk keperluan supervisi atau pengawasan bagi Kepala Sekolah.

b. Setiap akan melaksanakan praktikum, setiap guru sebaiknya mengisi format permintaan dan peminjaman alat yang kemudian diserahkan


(38)

kepada laboran minimal seminggu sebelum pelaksanaan, sehingga laboran secara dini dapat mempersiapkan dan mengecek ada tidaknya alat dan bahan yang dibutuhkan.

c. Setelah kegiatan laboratorium selesai sebaiknya guru mengisi buku harian untuk mengetahui kejadian-kejadian selama kegiatan lab serta untuk keperluan supervisi.

d. Alat dan bahan yang telah selesai digunakan segera dibersihkan dan disimpan kembali di tempat semula.

Fungsi laboratorium yang keempat adalah pengawasan (controlling) yaitu evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan bila perlu menggunakan pengukuran koreksi sehingga tindakan tersebut sesuai dengan rencana. Proses pengawasan terdiri atas beberapa tindakan pokok, yaitu penentuan ukuran sebagai pembanding atau alat ukur untuk menjawab pertanyaan dari hasil pelaksanaan, pengukuran terhadap tugas yang sudah atau yang sedang

dikerjakan, baik secara lisan maupun tertulis atau pertemuan langsung dengan petugas, dan perbandingan antara pelaksanaan pekerjaan dengan pedoman yang telah ditetapkan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi dan perlu tidaknya perbaikan (Sahertian, 2000: 34).

Ada beberapa prinsip dasar pengawasan yang harus diterapkan agar manajemen laboratorium menjadi baik, yaitu:

a. Pengawasan bersifat membimbing dan membantu mengatasi kesulitan dan bukan mencari kesalahan. Kepala sekolah harus menfokuskan perhatian pada usaha mengatasi hambatan yang dihadapi guru, bukan sekedar


(39)

mencari kesalahan. Kekeliruan guru harus disampaikan kepada kepala sekolah sendiri dan tidak di depan orang lain.

b. Bantuan dan bimbingan diberikan secara tidak langsung, artinya

diupayakan agar yang bersangkutan mampu mengatasi sendiri, sedangkan Kepala Sekolah hanya membantu. Hal ini penting untuk menumbuhkan kepercayaan diri yang pada akhirnya menumbuhkan motivasi kerja yang lebih baik.

c. Balikan atau saran perlu segera diberikan, agar yang bersangkutan dapat memahami dengan jelas keterkaitan antara balikan dan saran tersebut dengan kondisi yang dihadapi. Dalam memberikan balikan sebaiknya dalam bentuk diskusi, sehingga terjadi pembahasan terhadap masalah yang terjadi secara bersama. Pengawasan dilakukan secara periodik atau

berkala, artinya tidak menunggu sampai terjadi hambatan. Kehadiran kepala sekolah dapat menumbuhkan dukungan moral bagi guru yang sedang mengerjakan tugas. Pengawasan dilaksanakan dalam suasana kemitraan, agar guru dengan mudah dan tanpa takut menyampaikan hambatan yang dihadapi (Depdikbud, 1999: 26).

B. Pembelajaran Berbasis Praktikum

Kloper (dalam Nulhakim, 2004: 25) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis praktikum pada dasarnya adalah pembelajaran yang berpusat pada praktikum. Praktikum merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu kegiatan pembelajaran, khususnya pembelajaran sains. Hal ini karena


(40)

mengkomunikasi, dan menginterpretasikan hasil observasi. Menurut Rustaman (dalam Hayat, 2011: 143) menuliskan bahwa kegiatan

laboratorium atau praktikum merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar, khususnya biologi. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan kegiatan pembelajaran berbasis praktikum untuk mencapai tujuan pendidikan sains.

Kegiatan awal pembelajaran berbasis praktikum adalah perencanaan. Perencanaan merupakan proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan dan upaya yang dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini, menegaskan bahwa perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan (Afifuddin, 2012: 77).

Perencanaan pembelajaran merupakan hal baru yang dilakukan oleh guru. Dikatakan demikian, karena sebagian guru merasa kesulitan dalam membuat perencanaan pembelajaran. Hal ini terjadi karena guru yang bersangkutan belum memahami sepenuhnya tentang hubungan pembelajaran dengan efektifitas kegiatan belajar mengajar. Di samping itu, sebagian guru juga memiliki persepsi dan pandangan yang berbeda tentang perencanaan

pembelajaran. Disatu sisi, perencanaan pembelajaran membantu guru untuk mempermudah dalam proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, namun di sisi lain, penyusunan perencanaan pembelajaran yang rumit dan


(41)

Hal yang perlu dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran praktikum di laboratorium antara lain alat-alat dan bahan-bahan praktikum, perlengkapan praktikum, buku petunjuk praktikum, jadwal pelaksanaan, dan kesiapan guru. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam mendesain suatu kegiatan

pembelajaran berbasis praktikum adalah tujuan praktikum yang diinginkan dan penentuan teori yang sesuai dengan materi, serta bagaimana menentukan dan memilih alat dan bahan kimia yang sesuai dan tepat dalam praktikum. Mengingat jumlah peserta didik yang akan melakukan praktikum di suatu sekolah relatif banyak, sedangkan alat-alat dan bahan-bahan kimia yang tersedia jumlahnya terbatas, maka perlu dipikirkan berbagai kemungkinan agar kegiatan praktikum dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi yang paling memungkinkan. Langkah yang harus dilakukan guru dalam persiapan pembelajaran, yaitu:

1. Merumuskan tujuan pembelajaran dan indikator pembelajaran yang diwujudkan dalam sialbus dan RPP yang dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media serta lingkungan belajar yang ada di sekolah.

2. Merumuskan alat evaluasi atauassesmentyang mencakup bentuk, cara, waktu, dan model evaluasi yang akan dilakukan. Evaluasi ini bisa berupa formatif (evaluasi untuk memperbaiki pembelajaran) maupun sumatif (evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa).

3. Memilih materi pelajaran yang esensial untuk dikuasai dan

dikembangkan dalam strategi pembelajaran. Materi pelajaran yang dipilih terutama berkaitan dengan prinsip, yang berisi sejumlah konsep


(42)

dan konten yang menjadi alat untuk mendidik dan mengembangkan kemampuan siswa.

4. Berdasarkan karakterisktik bahan ajar maka guru memilih strategi pembelajaran sebagai proses pengalaman belajar siswa. Pada tahap ini guru menentukan metode, pendekatan, model, dan media pembelajaran, serta teknik pengelolaan laboratorium (Depdiknas, 2009: 36).

C. Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Saintifik

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung baik

menggunakan observasi, eksperimen maupun cara yang lainnya sehingga realitas yang akan berbicara sebagai informasi atau data yang diperoleh selain valid juga dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mendapatkan pengetahuan, para ilmuwan berusaha untuk membiarkan realitas berbicara sendiri dan membahas teori ketika prediksi teori ini sudah dikonfirmasi dan menentang teori ketika prediksinya terbukti tidak teruji. Dengan mengembangkan keterampilan Sains, anak akan dibuat kreatif dan mampu mempelajari Sains di tingkat yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat. Penggunaan keterampilan-keterampilan dalam memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta

menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai. Tujuan pembelajaran Sains akan tercapai jika terdapat keberhasilan penilaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek kognitif adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan intelektual, aspek afektif erat


(43)

kaitannya dengan sikap dan emosi, dan aspek psikomotor berkaitan dengan keterampilan. Ketiga aspek tersebut searah dengan hakikat sains yang harus ditinjau dari segi produk, proses, dan sikap ilmiah. Penguasaan aspek-aspek tersebut pada siswa dapat dilihat dari hasil belajar (Sujarwanta, 2012: 75).

Praktikum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran Sains yang bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengujian hipotesis atau observasi objek nyata berkaitan dengan konsep dan teori. Praktikum juga diartikan sebagai kerja laboratorium atau kerja praktik yang dilakukan di laboratorium berkitan dengan bidang ilmu. Adapun praktik dapat didefinisikan sebagai cara melakukan sesuatu atau cara melakukan apa yang tersebut dalam teori (Rustaman, 2003: 160).

Pendekatan laboratori adalah suatu pendekatan yang berdasarkan pada asumsi bahwa pengalaman langsung dengan benda-benda material yang melibatkan observasi dan eksperimen. Strategi ini sangat efektif karena dapat melayani perbedaan individual dan pengalaman sosialisasi bila guru cukup terampil dan mampu bertindak sebagai sumber. Para guru yang mempergunakan strategi pendekatan laboratori harus memiliki sejumlah kompetensi sebagai berikut:

a. Merumuskan tujuan tingkah laku yang akan dicapai oleh para siswa melalui kegiatan- kegiatan misalnya eksperimen dan demonstrasi. b. Memilih sumber yang bermakna untuk mencapai tujuan itu, misalnya


(44)

c. Membuat rencana yang memberikan pertimbangan tentang perincian kegiatan, misalnya dalam bentuk lembar kerja siswa.

d. Mengecek semua perincian dalam rencana dengan jalan mempersiapkan dan mengetes sebelumnya perlengkapan yang akan digunakan.

e. Mempersiapkan para siswa untuk melakukan kegiatan dengan jalan yang jelas mengenai hasil yang diharapkan.

f. Menyediakan material dan perlengkapan yang dibutuhkan oleh siswa g. Menjawab pertanyaan yang diajukan siswa selama kegiatan

h. Merumuskan dan menjelaskan kembali hal- hal yang baru muncul. i. Membantu siswa menyimpulkan hal yang mereka peroleh dari

pengalaman praktikum (Hamalik, 2002: 131).

Strategi pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru di dalam kelas harus dapat memfasilitasi tercapainya kompetensi yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum sehingga pada gilirannya setiap siswa mampu menjadi pelajar yang mandiri sepanjang hayatnya. Mereka akan menjadi komponen penting untuk mewujudkan sebuah masyarakat belajar (learning community). Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang, kegiatan pembelajaran

harusnya menggunakan prinsip yaitu berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas peserta didik, menciptakan kondisi

menyenangkan dan menantang, bermuatan nilai, etika, estetika, logika, kinestetika, dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Pada suatu kegiatan belajar-mengajar, siswa diajak untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan


(45)

informasi-informasi yang kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan, jaman, tempat, dan waktu (Faiq, 2013: 1).

Siswa adalah subjek yang mempunyai kemampuan aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu kegiatan belajar tentunya merupakan kesempatan yang diberikan kepada siswa agar dapat mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Siswa penting untuk selalu dipicu untuk belajar memecahkan masalah(problem solving),

menemukan sesuatu (discovery learning), dan belajar mewujudkan ide yang dimilikinya sehingga mereka akan betul-betul memahami dan dapat

menerapkan pengetahuan.

Pada suatu kegiatan pembelajaran, hal yang dapat dilakukan guru yaitu dengan membentuk lingkungan belajar yang dapat memberi kesempatan kepada siswa agar bisa menemukan, menerapkan ide mereka, dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (self regulated learning). Guru mengembangkan kesempatan belajar kepada siswa untuk meniti anak tangga yang membawa peserta didik menuju pemahaman yang lebih tinggi tanpa melupakan prinsipscaffoldingseperti yang disarankan oleh para ahli psikologi pendidikan. Pada awalnya, siswa belajar dengan bantuan guru tetapi semakin lama mereka harus semakin mandiri. Bagi siswa, pembelajaran harus bergeser dari diberi tahu menjadi aktif mencari tahu (Faiq, 2013: 1).


(46)

Kurikulum memiliki fungsi bagi guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, dan peserta didik. Fungsi kurikulum bagi guru yaitu sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak

berpedoman pada kurikulum tidak akan berjalan dengan efektif, sebab pembelajaran adalah proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan peserta didik yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Tanpa kurikulum, dapat dipastikan pembelajaran tanpa arah dan tujuan. Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanaan dan program sekolah. Penyusunan kalender sekolah, pengajuan sarana prasarana sekolah kepada komite sekolah, penyusunan berbagai kegiatan sekolah, baik intra kurikuler, kokuriuler, ekstrakurikuler, dan kegiatan-kegiatan lainnya didasarkan pada kurikulum yang digunakan. Bagi pengawas, kurikulum berfungsi sebagai panduan dalam melakukan supervisi ke sekolah. Berpedoman pada kurikulum, pengawas dapat melihat apakah sekolah, termasuk pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum, bagian-bagian mana yang sudah dilaksanakan, bagian-bagian mana yng belum dilaksanakan. Dengan demikian, pengawas bisa memberikan masukan atau saran perbaikan. Bagi orang tua peserta didik, kurikulum sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi pelaksanaan program sekolah dan membantu putra-putrinya belajar di rumah sesuai dengan program sekolah. Melalui kurikulum, orang tua dapat mengetahui tujuan yang harus dicapai peserta didik serta ruang lingkup materi

pelajarannya. Bagi peserta didik, kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar. Melalui kurikulum, peserta didik dapat memahami kompetensi apa


(47)

yang harus dicapai, baik itu pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Ketika memulai pembelajaran guru memberi tahu peserta didik tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah mengikuti pembelajaran, maka peserta didik bisaself evaluation, melakukan penilaian diri sendiri ketika pembelajaran sudah selesai (Widyastono, 2014: 31).

Pada kurikulum 2013, penilaian yang digunakan adalah penilaian otentik. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses (process), dan keluaran (output) pembelajaran yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Penilaian otentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input, process, output) tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari

pembelajaran. Penilaian otentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Karena penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menanya, menalar, mencoba, dan membangun jejaring (Daryanto, 2014: 7).

D. Kompetensi Guru Profesional

Menurut Undang-Undang no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta


(48)

didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah. Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip yaitu memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan beriman, bertakwa dan berakhlak mulia, memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas dan memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan tugas.

Surya (dalam Kunandar, 2007: 12) mengungkapkan bahwa kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif. Kompetensi guru tersebut meliputi pertama, kompetensi intelektual, yaitu berbagai perangkat pengetahuan yang ada dalam diri individu yang diperlukan untuk menunjang berbagi aspek kinerja sebagai guru. Kedua kompetensi fisik, yaitu perangkat kemampuan fisik yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru dalam berbagai situasi. Ketiga, kompetensi pribadi, yaitu perangkat perilaku yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, mengendalikan diri dan menghargai diri. Keempat kompetensi sosial yaitu perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar dari pemahaman diri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari

lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara efektif. Kompetensi sosial meliputi kemampuan interaktif, dan pemecahan masalah kehidupan sosial. Kelima, kompetensi spiritual yaitu pemahaman, penghayatan, serta pengalaman kaidah-kaidah keagamaan.


(49)

Kompetensi yang dituntut dalam profesionalisme guru IPA tercermin dalam sertifikat mengajar yang harus dimiliki oleh setiap guru IPA. Kompetensi guru IPA SMP terdiri dari memahami landasan dan wawasan pendidikan, menguasai materi pembelajaran Sains, menguasai pengelolaan pembelajaran Sains, menguasai penilaian pembelajaran Sains, memiliki kepribadian dan pengembangan wawasan guru yang profesional (Rahman, 2013: 385).

Satori (dalam Riandi, 2013: 2) mengungkapkan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau

kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Ini artinya ada pengakuan yang sangat berharga bagi guru, namun di sisi yang lain terdapat tuntutan kerja keras bagi para guru karena untuk menjadi profesional sebenarnya diperlukan beberapa persyaratan yang tidak mudah memenuhinya.

Terwujudnya guru yang profesional sangat diharapkan oleh semua unsur masyarakat agar permasalahan di bidang pendidikan dapat terpecahkan. Sebenarnya saat ini jabatan guru telah menjadi suatu jabatan profesional, karena telah memenuhi persyaratan suatu profesi. Persyaratan tersebut yaitu pendidikan minimal yang dipersyaratkan (pre-service education), memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya, memiliki kode etik,

bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas profesionalnya, memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, memiliki


(50)

kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan,

memiliki klien atau objek layanan yang tetap diakui oleh masyarakat karena diperlukan jasanya di masyarakat, memiliki organisasi yang kuat dan

berpengaruh, perlindungan hukum (Satori, 2005: 42).

Untuk melihat tingkat kemampuan profesional guru ada dua perspektif, yaitu

pertama, dilihat dari tingkat pendidikan minimal dari latar belakang pendidikan untuk jenjang sekolah tempat dia menjadi guru.Kedua, penguasaan terhadap materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa, melakukan tugas-tugas bimbingan, dan lain-lain. Sedangkan untuk mengembangkan profesinya banyak guru pemula merasa kesulitan karena tidak dipersiapkan secara matang untuk melaksanakan tugas-tugas kompleks yang diperlukan didalam kelas. Pendidikan prajabatan dinilai juga masih terlalu lemah sehingga guru-guru pemula masih harus banyak belajar di dalam pekerjaan, serta saling membantu satu sama lainnya dalam batas-batas yang mereka bisa buat (Sudarwan, 2002: 43).

Guru merupakan komponen sistem pendidikan formal yang langsung berhubungan dengan peserta didik. Keberhasilan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh guru. Guru harus dapat mengorganisasi lingkungan belajar sebaik-baiknya, menggunakan alat pelajaran/alat peraga yang sesuai, menyusun bahan pelajaran dan memilih sumber belajar yang tepat, serta membangkitkan motivasi pelajar untuk terlibat aktif dalam melakukan kegiatan belajarnya. Secara umum, peran guru terutama berkaitan dengan pengalaman mereka membantu siswa


(51)

mengembangkan keterampilan proses sains. Sedikitnya terdapat lima aspek yang perlu diperhatikan oleh guru dalam berperan mengembangkan

keterampilan proses, yaitu :

a. Memberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan proses dalam melakukan eksplorasi materi dan fenomena. Pengalaman langsung tersebut memungkinkan siswa untuk menggunakan alat-alat inderanya dan

mengumpulkan informasi atau bukti-bukti untuk kemudian ditindaklanjuti dengan pengajuan pertanyaan, merumuskan hipotesis berdasarkan gagasan yang ada.

b. Memberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil dan juga diskusi kelas. Tugas-tugas dirancang siswa agar berbagi gagasan, menyimak teman lain, menjelaskan dan mempertahankan gagasan mereka sehingga mereka dituntut untuk berpikir reflektif tentang hal yang sudah dilakukannya, menghubungkan gagasan dengan bukti dan pertimbangan orang lain untuk memperkaya pendekatan yang mereka rencanakan. Berbicara dan menyimak menyiapkan dasar berpikir untuk bertindak. c. Mendengarkan pembicaraan siswa dan mempelajari produk mereka untuk

menemukan proses yang diperlukan untuk membentuk gagasan mereka. Dengan kata lain aspek ketiga menekankan untuk membantu

pengembangan keterampilan bergantung pada pengetahuan bagaimana siswa menggunakannya.

d. Mendorong siswa mengulas (review) secara kritis tentang bagaimana kegiatan mereka telah dilakukan. Mereka juga hendaknya didorong untuk mempertimbangkan cara-cara alternatif untuk meningkatkan kegiatan


(52)

mereka. Membantu siswa untuk menyadari keterampilan-keterampilan yang mereka perlukan adalah penting sebagai bagian dari proses belajar mereka sendiri.

e. Memberikan teknik atau strategi untuk meningkatkan keterampilan, khususnya ketepatan dalam observasi dan pengukuran misalnya, atau teknik-teknik yang perlu rinci dikembangkan dalam komunikasi. Begitu pula dalam penggunaan alat, karena mengetahui bagaimana cara

menggunakan alat tidak sama dengan menggunakannya. Menggunakan teknik secara tepat berarti memerlukan pengetahuan bagaimana cara menggunakannya (Riandi, 2013: 4).

Sementara itu, dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu :

a. Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: pemahaman wawasan atau landasan

kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi


(53)

teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara berkelanjutan.

c. Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua atau wali peserta didik dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

d. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: konsep, struktur, dan metoda keilmuan, teknologi, dan seni yang koheren dengan materi ajar, materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari dan kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

Berdasarkan pasal 20 UU No. 14 tahun2005 dikemukakan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru berkewajiban:

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran

b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.


(54)

c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik

guru, memelihara nilai-nilai agama, memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Sebagai pembanding,National Board for Profesional Teaching Skill (2002) telah merumuskan standar kompetensi bagi guru di Amerika, yang menjadi dasar guru untuk mendapatkan sertifikasi guru, dengan rumusanWhat Teachers Should Know and Be Able to Do,didalamnya terdiri dari lima proposisi utama, yaitu:

a. Teachers are Committed to Students and Their Learningyang mencakup penghargaan guru terhadap perbedaan individual siswa, pemahaman guru tentang perkembangan belajar siswa, perlakuan guru terhadap siswa secara adil, dan misi guru dalam memperluas cakrawala berfikir siswa.

b. Teachers Know the Subjects They Teach and How to Teach Those Subjects to Studentsmencakup: apresiasi guru tentang pemahaman materi mata pelajaran untuk dikreasikan, disusun dan dihubungkan dengan mata pelajaran lain, kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran, mengembangkan usaha untuk memperoleh pengetahuan dengan berbagai cara (multiple path).

c. Teachers are Responsible for Managing and Monitoring Student Learning

mencakup: penggunaan berbagai metode dalam pencapaian tujuan pembelajaran, menyusun proses pembelajaran dalam berbagai setting


(55)

kelompok (group setting), kemampuan untuk memberikan ganjaran

(reward)atas keberhasilan siswa, menilai kemajuan siswa secara teratur, dan kesadaran akan tujuan utama pembelajaran.

d. Teachers Think Systematically About Their Practice and Learn from Experiencemencakup: guru secara terus menerus menguji diri untuk memilih keputusan-keputusan terbaik, guru meminta saran dari pihak lain dan melakukan berbagai riset tentang pendidikan untuk meningkatkan praktek pembelajaran.

e. Teachers are Members of Learning Communitiesmencakup: guru memberikan kontribusi terhadap efektivitas sekolah melalui kolaborasi dengan kalangan profesional lainnya, guru bekerja sama dengan tua orang siswa dan guru dapat menarik keuntungan dari berbagai sumber daya masyarakat (Sudrajat, 2007: 6).

E. Kerangka Pikir

Kegiatan laboratorium dan praktikum merupakan salah satu komponen penting dan upaya yang tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran IPA secara menyeluruh. Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan terhadap kegiatan laboratorium yang semakin meningkat kualitasnya, maka optimalisasi peranan laboratorium IPA perlu ditingkatkan. Laboratorium dapat berperan dengan baik jika kompetensi guru IPA dalam mengelola laboratorium juga baik. Kompetensi guru IPA dalam mengelola laboratorium ini ditentukan oleh beberapa faktor antara lain latar belakang pribadi guru itu sendiri, pendidikan


(56)

Pengelolaan laboratorium yang baik sangat menentukan dalam pemanfaatan laboratorium secara efektif yang merupakan salah satu prasyarat dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Efektivitas pengelolaan dan manajemen laboratorium dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah kemampuan guru dalam mengelola laboratorium sebagai tempat praktikum dan pengelolaan pembelajaran berbasis praktikum. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan menggunakan, mengelola alat dan bahan laboratorium yang sangat diperlukan untuk mendukung proses keberhasilan pembelajaran IPA. Pengelolaan laboratorium IPA meliputi mengkoordinasikan kegiatan praktikum, menyusun jadwal kegiatan laboratorium, memantau pelaksanaan dan mengevaluasi kegiatan laboratorium.

Kemampuan guru IPA dalam mengelola laboratorium sebagai tempat

praktikum meliputi kemampuan guru dalam optimalisasi pemanfaatan sarana prasarana dan penerapan kedisiplinan, sedangkan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran berbasis praktikum meliputi kemampuan guru dalam membuat perangkat perencanaan praktikum, kemampuan guru dalam pelaksanaan praktikum, dan pengetahuan guru tentang penilaian autentik praktikum. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menerapkan konsep melalui observasi dan praktikum. Oleh karena itu guru harus menguasai kompetensi tersebut. Bila kompetensi yang dimiliki guru telah memenuhi semua kompetensi yang diharapkan, maka guru tersebut dapat disebut sebagai guru IPA yang profesional dan kompeten. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dibuat bagan kerangka pikir sebagai berikut:


(57)

Gambar 1. Bagan kerangka pikir

Pengelolaan laboratorium

Pengelolaan pembelajaran berbasis praktikum Pengelolaan laboratorium

sebagai tempat praktikum

Pembelajaran pendekatan saintifik Sarana prasarana dan

latar belakang guru


(58)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/ 2015 di enam SMP negeri Bandar Lampung.

B. Populasi dan Subjek

Populasi penelitian ini adalah guru IPA SMP negeri di Bandar Lampung tahun ajaran 2014/2015 di Bandar Lampung yang mewakili sekolah dengan berbagai tingkatan. Penentuan sekolah ini adalah berdasarkan nilai akreditasi sekolah (Wina, 2010: 1). Untuk memenuhi tujuan tersebut maka diambil subjek yaitu guru dari enam SMP negeri di Bandar Lampung antara lain guru IPA dari SMP Negeri 2 Bandar Lampung, SMP Negeri 4 Bandar Lampung, SMP Negeri 8 Bandar Lampung, SMP Negeri 22 Bandar Lampung, SMP Negeri 26 Bandar Lampung, dan SMP Negeri 31 Bandar Lampung.

Teknik penentuan sampel yang digunakan adalahpurposive samplingyaitu penelitian tidak dilakukan pada seluruh populasi, tetapi terfokus pada sekolah sasaran dengan pertimbangan tertentu. Misalnya sekolah tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan sehingga memudahkan peneliti untuk menjelajahi objek yang diteliti (Rosmelawati, 2013: 51).


(59)

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain deskriptif sederhana, karena penelitian yang dilakukan hanya mendeskripsikan suatu pencapaian dari subjek tanpa melakukan manipulasi perlakuan dan ditujukan untuk mengambil informasi langsung yang ada di lapangan tentang guru SMP negeri di Bandar Lampung dalam mengelola laboratorium kemudian

memberikan deskripsi kenyataan tersebut secara tersendiri tanpa dikaitkan atau dihubungkan dengan kenyataan yang lain.Tujuan penelitian diskriptif sederhana adalah memberikan gambaran yang jelas dan akurat tentang fenomena yang sedang diselidiki (Hasnunidah dan Rini, 2008: 31). Konsep penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Konsep penelitian

Kemampuan guru yang diukur Variabel yang diukur 1. Kemampuan pedagogik a. Kemampuan guru dalam perencanaan

praktikum

b. Pengetahuan guru tentang penilaian autentik 2. Kemampuan profesional a. Kemampuan guru dalam pelaksanaan

pembelajaran

b. Kemampuan guru dalam mengelola laboratorium sebagai tempat praktikum Tabel 2. Desain penelitian untuk angket

No Variabel yang diukur

Aspek yang diamati Cara pengambilan data Analisis data/ penilaian 1 Kemampuan guru dalam mengelola laboratorium sebagai tempat praktikum

a. Pemanfaatan sarana dan prasarana laboratorium b. Penerapan kedisiplinan dan kebersihan Angket diberikan kepada guru dan siswa sebagai pihak sekolah

% kemampuan =

×100% 2 Kemampuan

guru dalam perencanaan praktikum

a. Kesesuaian format penyusunan LKS b. Kesesuaian substansi

LKS

Angket diberikan kepada guru dan siswa sebagai pihak sekolah

% kemampuan =


(60)

No Variabel yang diukur

Aspek yang diamati Cara pengambilan data Analisis data/ penilaian 3 Kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum

a. Kemampuan guru sebelum praktikum b. Kemampuan guru

saat praktikum c. Kemampuan guru

setelah praktikum

Angket diberikan kepada guru dan siswa sebagai pihak sekolah

% kemampuan =

×100% 4 Pengetahuan

guru tentang penilaian autentik

a. Pengetahuan dasar dan cara yang dilakukan oleh guru

Angket diberikan kepada guru dan siswa sebagai pihak sekolah

% kemampuan =

×100% Tabel 3. Desain penelitian untuk observasi

No Variabel yang diukur

Aspek yang diamati Cara pengambilan data Analisis data/ penilaian 1 Kemampuan guru dalam mengelola laboratorium sebagai tempat praktikum

c. Pemanfaatan sarana dan prasarana laboratorium d. Penerapan kedisiplinan dan kebersihan Observasi sarana dan prasarana laboratorium

% kemampuan =

×100% 2 Kemampuan

guru dalam perencanaan praktikum

c. Kesesuaian format penyusunan LKS d. Kesesuaian substansi

LKS

Penilaian LKS yang dibuat oleh guru

% kemampuan =

×100% 3 Kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum

d. Kemampuan guru sebelum praktikum e. Kemampuan guru

saat praktikum f. Kemampuan guru

setelah praktikum

Observasi kegiatan praktikum yang dilakukan oleh guru

% kemampuan = ×100%

4 Pengetahuan guru tentang penilaian autentik

b. Pengetahuan dasar dan cara yang dilakukan oleh guru

Tes pengetahuan penilaian autentik

% kemampuan = ×100%

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Menetapkan subjek penelitian, yaitu guru mata pelajaran IPA SMP negeri Bandar Lampung yang memiliki persyaratan sebagai guru mata pelajaran IPA dan mewakili untuk masing-masing sekolah.

b. Mempersiapkan instrumen yang diperlukan dalam penelitian yaitu angket kemampuan guru dalam mengelola laboratorium yang diisi oleh


(61)

guru dan siswa, lembar observasi laboratorium sebagai tempat praktikum, lembar observasi LKS praktikum, lembar observasi saat melaksanakan praktikum, dan tes tentang penilaian autentik.

c. Menguji coba instrumen (angket dan tes pengetahuan autentik) kepada guru IPA dan siswa SMP Negeri 1 Pagelaran dan SMP Negeri 3 Pagelaran.

d. Menganalisis data hasil uji coba dan merevisi instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Membagi angket kemampuan guru IPA dalam mengelola laboratorium kepada guru IPA dan siswa di enam SMP negeri Bandar Lampung. b. Mencermati, mengkaji, dan memberikan skor pada data yang telah

didapat dari angket.

c. Mendeskripsikan hasil angket kemampuan guru IPA dalam mengelola laboratorium dengan kriteria sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang.

d. Mengamati pengelolaan laboratorium sebagai tempat praktikum yang mencangkup pemanfaatan sarana prasarana, penerapan kedisiplinan dan kebersihan laboratorium menggunakan panduan observasi.

e. Mencermati, mengkaji, dan memberikan skor pada data yang telah didapat dari lembar observasi.

f. Mendeskripsikan kemampuan guru IPA dalam mengelola laboratorium sebagai tempat praktikum dengan kriteria sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang.


(62)

h. Mencermati, mengkaji, dan memberikan skor LKS yang telah disusun dengan menganalisis kesesuaian antara format dan isi dengan

pendekatan saintifik.

i. Mendeskripsikan kemampuan guru IPA dalam menyusun LKS. j. Mengamati pelaksanaan pembelajaran praktikum yang dilakukan oleh

guru IPA dan memberikan penilaian objektif dengan menggunakan lembar observasi penilaian.

k. Mencermati, mengkaji, dan memberikan skor terhadap pelaksanaan praktikum.

l. Mendeskripsikan kemampuan guru IPA dalam melaksanakan pembelajaran praktikum.

m. Memberikan tes pengetahuan guru IPA tentang penilaian autentik n. Mendeskripsikan pengetahuan guru IPA dalam melakukan penilaian

autentik praktikum dengan kriteria: sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang berdasarkan analisis dari hasil tes.

E. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data Penelitian

Data penelitian berupa data kualitatif hasil konversi dari skor terhadap angket yang diberikan kepada guru dan siswa, lembar observasi

laboratorium sebagai tempat praktikum, panduan penilaian LKS, lembar observasi kemampuan guru dalam pelaksanaan praktikum, dan tes penilaian autentik pembelajaran berbasis praktikum.


(63)

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: a. Angket

Angket merupakan instrumen yang berisi daftar pernyataan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden. Kisi-kisi lembar angket yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Kisi-kisi angket kemampuan guru dalam mengelola laboratorium

No Aspek yang diamati Deskripsi Aspek Butir

Pernyataan 1. Kemampuan guru

dalam manajemen laboratorium

•Pemanfaatan sarana dan prasarana

•Penerapan kedisiplinan dan kebersihan

1-3 4-5

2 Kemampuan guru dalam perencanaan

•Kesesuaian format

•Kesesuaian Isi

6-9 10-11 3 Kemampuan guru

dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum

•Kegiatan sebelum praktikum

•Kegiatan saat praktikum

•Kegiatan setelah praktikum

12 13 14 4 Pengetahuan guru

dalam penilaian otentik

•Tugas yang dinilai oleh guru.

15

b. Observasi

Lembar observasi berupa serangkaian pernyataan yang berisi aspek penilaian standar dari perangkat penilaian yang telah dikembangkan, dan diisi dengan memberikan tanda ceklis (√)pada pernyataan yang dianggap benar. Terdapat 3 jenis lembar observasi yang digunakan yaitu lembar observasi laboratorium, lembar observasi LKS yang dibuat guru, dan lembar observasi pelaksanaan praktikum.


(64)

Tabel 5. Kisi-kisi lembar observasi laboratorium

No Aspek yang diamati Deskripsi Aspek Butir

pertanyaan 1 Kelengkapan sarana

dan prasarana laboratorium

A. Kelengkapan alat dan bahan praktikum

B. Kelengkapan model atau gambar peraga

C. Kelengkapan perabotan laboratorium 1-26 27-40 41-47 2 Kelengkapan administrasi laboratorium

A. Kelengkapan daftar inventaris laboratorium

B. Kelengkapan surat menyurat dan keperluan administrasi lain

48-49 50-51 3 Penerapan kedisiplinan dan kebersihan di laboratorium

A. Kelengkapan sarana kebersihan laboratorium

B. Kelengkapan sarana penunjang kedisiplinan di laboratorium

52-55 56-60

Tabel 6. Kisi-kisi lembar penilaian LKS

No Aspek

Pengamatan

Deskripsi Aspek Butir Pernyataan 1. Format

Penyusunan

• Struktur/ kontruksi

• Keterbacaan

• Kemenarikan

1-8 9-13 14-16

2 Isi/ Substansi • Kesesuaian isi 17-22

Tabel 7. Lembar observasi pelaksanaan praktikum

No Aspek

Pengamatan

Deskripsi Aspek Butir

Pernyataan 1. Kemampuan

guru sebelum praktikum

• Mengamati kemampuan dalam menyiapkan alat dan bahan praktikum

• Mengamati kemampuan membagi LKS

• Mengamati kemampuan guru memberikan petunjuk penggunaan alat dan bahan.

1 2 3-5 2. Kemampuan guru saat pelaksanaan praktikum

• Mengamati kemampuan melakukan bimbingan dan pengawasan

• Mengamati kemampuan guru bersama siswa dalam mematuhi tata tertib

6-8

9-12 3. Kemampuan

guru setelah praktikum

• Mengamati guru melaporkan kegiatan praktikum kepada laboran

• Mengamati kemampuan dalam mengkondisikan siswa

13-16


(1)

50 Tabel 10. Kriteria standar penilaian latar belakang guru

Persentase (%) Kriteria

100 Semuanya

76-99 Sebagian besar

51-75 Pada umumnya

50 Setengahnya

26-49 Hampir setengahnya 1-25 Sebagian kecil

0 Tidak ada


(2)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Kemampuan guru IPA di SMP negeri Bandar Lampung dalam manajemen

laboratorium sebagai tempat praktikum berdasarkan pendekatan saintifik berkriteria kurang.

2. Kemampuan guru IPA di SMP negeri Bandar Lampung dalam pembelajaran berbasis praktikum berdasarkan pendekatan saintifik berkriteria sangat kurang.

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dirumuskan, maka peneliti menyarankan sebaiknya :

1. Bagi guru SMP negeri yang masih memiliki kemampuan rendah dalam mengelola laboratorium, sebaiknya mengikuti pelatihan laboratorium secara rutin dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan laboratorium.

2. Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya menambah jumlah subjek penelitian yang mewakilli sekolah dengan jumlah yang sama, sehingga data yang didapat lebih akurat.


(3)

67

DAFTAR PUSTAKA

Afifudin. 2012. Perencanaan Pengajaran dalam Proses Pembelajaran.Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Volume 1: 175-86.

Anggraeni, Aprilianingtiyas. 2013. Pengelolaan Laboratorium Biologi Untuk Menunjang Kinerja Pengguna dan Pengelola Laboratorium Biologi SMA Negeri Wonogiri.Skripsi. Universits Negeri Semarang. Semarang. Arikunto, Suharsimi. 2010.Prosedur Penelitian. Rhineka Cipta. Jakarta. Bhakti, Andra Setia. 2014. Pengembangan Model Penilaian Autentik Berbasis

Kurikulum 2013. (online)http:// penilaian autentik. Pdf, diakses pada 12 Maret 2015 pukul: 11.00 WIB.

Daryanto. 2014.Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Gava Media. Yogyakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999.Panduan Manajemen Sekolah. Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2002.Pengembangan Sistem Pendidikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

_______. 2002. SPTK-21.Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Fokusmedia. Bandung.

_______. 2003.Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Asa Mandiri. Jakarta.

_______. 2005.Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. PT. Sinar Grafika. Jakarta.

_______. 2009.Program Kerja Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 1994.Evaluasi Efektivitas Pengadaan Alat IPA dalam Program Pendidikan di Sekolah.Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Jakarta.


(4)

Faiq, Muhammad. 2013. Pandangan Tentang Pembelajaran Menurut Kurikulum 2013. (online)http:// pembelajaran-menurut-kurikulum-2013 html, diakses pada 2 November 2014 pukul: 11.30 WIB.

Hamalik, Oemar.Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.Bumi Aksara. Jakarta.

Hasnunidah, Neni dan Rini Rita T. Marpaung. 2008.Metodologi Penelitian Pendidikan.FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hayat, Muhammad Syaipul. 2011. Pembelajaran Berbasis Praktikum Pada Konsep Invertebrata Untuk Pengembangan Sikap Ilmiah Siswa.Jurnal Bioma. Volume 2: 141-152.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan. Sekertariat Jendral. Jakarta.

_______. 2013.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 23 tahun 2008 tentang Standar Pengelolaan Laboratorium.Sekertariat Jendral. Jakarta.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2005.Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.Sekertariat Jendral. Jakarta. _______. 2008.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 26 tahun 2008

tentang Standar Tenaga Pengelola Laboratorium Sekolah/ Madrasah.

Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Kunandar. 2007.Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Mahirudin. 2008.Pengaruh Fasilitas dan Kompetensi Pengelola terhadap Efektivitas Manajemen Laboratorium IPA di Kabupaten Konawe.http:// jurnal-manajemen- lab-IPA.pdf, diakses pada 12 Maret 2014 pukul: 10.00 WIB.

Maknun. 2012. Pemetaan Keterampilan Esensial Laboratorium dalam Kegiatan Praktikum Ekologi.Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Volume 1: 1-7. _______. Keterampilan Esensial dan Kompetensi Motorik Laboratorium

Mahasiswa Calon Guru Biologi dalam Kegiatan Praktikum Ekologi.Jurnal Pendidikan IPA Indonesia.Volume 2: 141-148.

Maulina, Dina. 2014. Profil Kemampuan Guru-Guru IPA SMP Se-Bandar Lampung dalam Melakukan Kegiatan Praktikum.Jurnal Bioterdidik. Volume 2: 27-36.


(5)

69

Majid, Ilham dan Ika. 2012. Penerapan Penilaian Autentik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada SMP N 7 Kota Ternate.Jurnal Bioedukasi.

Volume 1: 32- 38.

Novianti, Nur Raina. 2011. Kontribusi Pengelolaan Laboratorium dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Efektivitas Proses Pembelajaran.Jurnal Pendidikan IPA Indonesia.Volume 1: 158-166.

Nulhakim. 2004. Kemampuan Berkomunikasi dan Bekerjasama Ilmiah Siswa SMA Pada Kegiatan Praktikum dengan Model Pembagian Tugas (Model Wheater dan Dunleavy Tipe 2).Tesis. UPI. Bandung.

Prastyo,Angga Teguh. 2012.Merancang Perencanaan Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter.Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang. Volume 1: 220-234.

Purwanto, Ngalim. 2008.Prinsip-prinsip dan teknik evaluasia pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Purwantoyo, dkk. 2013. Model Analisis Evaluasi Diri Untuk Mengembangkan Kemampuan Mahasiswa Calon Guru IPA dalam Merancang Pengembangan Laboratorium di Sekolah.Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Volume 2: 107-119.

Rahman, Mardia. 2013. Pedagogical Competence Junior High School Science Teacher.International Seminar on Quality and Affordable Education. Volume 2: 383-388.

Riandi. 2013. Sistem Pembinaan Profesional Guru IPA. (online)http:// makalah-sistem- pembinaan-profesional-guru-IPA.pdf, diakses pada 2 November 2014 pukul: 11.00 WIB.

Riswan, Muhammad. 2012. Pelaksanaan Praktikum IPA Biologi Kelas VIII di SMP Negeri 3 Takalar. (online)http://Dg. Tikabio- Pelaksanaan Praktikum IPA Biologi Kelas VIII Di SMP Negeri 3 Takalar.html, diakses pada 2 November 2014 pukul: 11.30 WIB.

Rosmelawati, Wina. 2013. Managemen Pendidikan Agama Islam SMP.

Repository UPI Edu.Volume 1: 51.

Rustaman. 2003.Strategi Belajar Mengajara Biologi. Bandung: UPI.

Sahertian, Piet. 2000.Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta. Jakarta. Salirawati, Das. 2009.Manajemen Laboratorium IPA. Dinas Pendidikan


(6)

Sariono. 2013. Kurikulum 2013: Kurikulum Generasi Emas. E-Jurnal Dinas Pendidikan.Volume 3: 1-9.

Satori. 2005.Bahan Kuliah Supervisi Pendidikan IPA Program Pasca Sarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Sudaryanto, dkk. 1998.Pengelolaan laboratorium IPA dan Instalasi Listrik. Depdikbud. Jakarta.

Sudarwan. 2002.Inovasi Pendidikan. Bhineka. Jakarta.

Sudjana. 2000.Manajemen Program Pengajaran.Falah Production. Bandung. Sudrajat, Akhmad. 2007. Kompetensi Guru dan Peran Kepala Sekolah.Jurnal

Home Kompetensi Guru.Volume 1: 1-9.

Sujarwanta, Agus. 2012. Mengkondisikan Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Saintifik.Jurnal Nuansa Kependidikan.Volume 16: 75-83.

Sutrisno,Wita. 2007.Pengelolaan Fasilitas Lab Fisika Untuk Diklat Teknisi Lab. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga

Kependidikan IPA. Bandung.

Suwandi, T. 2012. Pengaruh Pembelajaran berbasis masalahopen-endedterhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah oleh siswa.Skripsi.

Universitas Lampung. Bandar Lampung

Suyanto, Slamet, Paidi, dan Insih Wilujeng. 2011. Lembar Kerja Siswa.Paparan Ilmiah. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Tim Ahli Program STEP-2. 2007.Manajemen Labortorium IPA. Departemen Agama Republik Indonesia. Jakarta.

Widyastono, Herry. 2014.Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah

Bumi Aksara.Jakarta.

Wina. 2010. SMP Negeri Bandar Lampung. (online)http:// SMP Bandar Lampung _ Media Baitussilaturrahim.html, diakses pada 19 November 2014 pukul: 11.00 WIB.

Winsi, Arinta. 2014. Profil Kemampuan Mahasiswa Biologi dalam Membuat LKS IPA Jenjang SMP.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Yennita, Mugisukmawati dan Zulirfan. Hambatan Pelaksanaan Praktikum IPA Fisika yang Dihadapi Guru SMP Negeri di Kota Pekanbaru.Jurnal Laboratori Pendidikan Fisika. Volume 1: 1-11.


Dokumen yang terkait

Peningkatan Kemampuan Menulis Deskripsi Bahasa Inggris Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual Di Kelas X SMK Negeri 4 Bandar Lampung

6 100 78

HUBUNGAN KEMAMPUAN GURU MENGELOLA KELAS DALAM DISKUSI KELOMPOK DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO LAMPUNG TIMUR

0 12 103

PROFIL GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 (Studi Deskriptif pada Guru IPA Kelas VII SMP Negeri di Bandar Lampung)

0 8 62

PROFIL GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 ( Studi Deskriptif Pada Guru IPA Kelas VIII SMP Negeri Di Bandar Lampung)

0 6 63

HUBUNGAN ANTARA PENDEKATAN SAINTIFIK DAN INTERAKSI INTERPERSONAL GURU IPA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SMP

0 10 180

PEMBELAJARAN SENI HAHIWANG MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DI SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG - repository UPI T SM 1302484 Title

1 2 4

PENDEKATAN SAINTIFIK DAN PERMASALAHAN PEMBELAJARANNYA PADA MATA PELAJARAN IPA SMP DI KOTA BANDAR LAMPUNG Neni Hasnunidah

0 0 11

PENGEMBANGAN LKPD DENGAN PENDEKATAN GUIDEDDISCOVERY DALAM KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH BERDASARKAN POLYA DI SMP NEGERI 11 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 0 91

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 1 113

ANALISIS GAYA MENGAJAR GURU IPA DALAM MENERAPKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP NEGERI 1 GREGED KABUPATEN CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 17