HUBUNGAN KEMAMPUAN GURU MENGELOLA KELAS DALAM DISKUSI KELOMPOK DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO LAMPUNG TIMUR

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN KEMAMPUAN GURU MENGELOLA KELAS DALAM DISKUSI KELOMPOK DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO

LAMPUNG TIMUR Oleh

LINTANG AJENG ASTRINI

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan dan mendeskripsikan hubungan kemampuan guru mengelola kelas dalam diskusi kelompok dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas VIII di SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif kuantitatif dengan subyek penelitian seluruh siswa kelas VIII mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono. Teknik pengumpulan data menggunakan angket.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terbukti kuat pada koefisien kontingensi C = 0,62 dan kontingensi maksimum = 0,81. Bedasarkan perhitungan tersebut maka tingkat keeratan hubungan dengan €KAT = 0,76 berada pada kategori kuat. Artinya, terdapat hubungan yang sangat kuat pada kemampuan guru mengelola kelas dalam diskusi kelompok dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono Lampung Timur.

.

Kata Kunci : Diskusi Kelompok, Kemampuan Guru, Mengelola Kelas, Motivasi Belajar.


(2)

HUBUNGAN KEMAMPUAN GURU MENGELOLA KELAS DALAM DISKUSI KELOMPOK DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO

LAMPUNG TIMUR

Oleh

Lintang Ajeng Astrini

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Lintang Ajeng Astrini, dilahirkan di Sribhawono, Kecamatan Bandar Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur pada 21 Maret 1994 yang merupakan putri ketiga dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Sunarto dan Ibu Sriharini.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain:

1. Taman Kanak-Kanak Pertiwi Bandar Sribhawono diselesaikan pada tahun 2001.

2. Sekolah Dasar Negeri 1 Bandar Sribhawono yang diselesaikan pada tahun 2005.

3. SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono yang diselesaikan pada tahun 2008. 4. SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono yang diselesaikan pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan tujuan Jogjakarta-Bandung- Jakarta pada bulan Februari 2012 serta melaksanakan Kuliah Kerja


(7)

Negeri 1 Sumberejo, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus pada bulan Juli-September 2014.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati dan rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT, Kupersembahkan karya ini kepada :

Untuk orangtuaku tercinta Ayahanda Sunarto (ALM), Ayahanda Muhari dan Ibunda Sriharini yang

selama ini telah memberikan cinta, kasih sayang, dukungan , semangat dan

yang selalu setia menanti keberhasilanku.

Kakakku Didi Kurniawan dan Dini Karnia Sari, yang dengan cinta dan kasih sayangnya selalu

mendukung dan mendoakan keberhasilanku.

Dan seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan perhatian kepadaku.


(9)

Moto

Seorang juara membutuhkan lebih dari motivasi

yang tinggi dan kemenangan yang

telah lewat.

(Pat Riley)

Selalu Bertindak Positif Akan Menyelamatkan

Kamu di Dunia Maupun di Akhirat.

(Lintang Ajeng Astrini)

Ayo Segera Bangun Mimpimu atau Orang Lain

akan Memperkerjakan Kamu Untuk

Membangun Mimpi Mereka

(Albert Eistein)


(10)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Kemampuan Guru Mengelola Kelas dalam Diskusi Kelompok dengan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII di SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak atas segala bantuan baik berupa pemikiran, fasilitas, motivasi dan lain-lain demi terselenggaranya penulisan skripsi ini dari awal sampai akhir terutama kepada Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku pembimbing I dan Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus pembimbing II, serta ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;


(11)

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung; 4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si., selaku Pembahas I, terima kasih atas masukan, saran dan kritikannya kepada penulis.

7. Bapak Susilo, S.Pd., M.Pd., selaku Pembahas II, terima kasih atas masukan, saran dan kritikannya kepada penulis.

8. Bapak M. Mona adha, S.Pd., M.Pd., Bapak Susilo, S.Pd., M.Pd., Bapak Tubagus Ali Rachman, S.Pd., M.Pd., dan Bapak Rohman, S.Pd., M.Pd. serta Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung terimakasih atas segala ilmu yang telah diberikan, saran, masukan serta segala bantuan yang diberikan:


(12)

yang diberikan kepada penulis.

11.Bapak dan Ibu guru serta staf tata usaha SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono.

12.Ibu Tri Wahyu Wigati, S.Pd,. selaku guru mata pelajaran PKn di Smp Negeri 1 Bandar Sribhawono yang telah memberikan bantuannya kepada penulis selama penulis mengadakan penelitian.

13.Siswa SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono yang telah membantu peneliti dalam mengadakan penelitian.

14.Teristimewa untuk orang tuaku tercinta, Bapak Sunarto (Alm), Bapak Muhari dan Ibu Sriharini terimakasih atas keiklasan, cinta dan kasih sayang, doa, motivasi, moral serta finansial yang tidak akan pernah terbayarkan. Dan untuk kakak tersayang, Didi Kurniawan dan Dini Karnia Sari atas doa, dukungan, bantuan, perhatian dan cinta kasih yang diberikan.

15.Untuk adek-adek keponakan tersayang yang selalu memberikan keceriaan dan semangat untuk saya Rafy Prasetya Kurniawan, Muhamad Ardy, Adinda Elfina Setiawan dan Satria Arya Dinata,

16.Sahabat terbaik Nanang Suganda Putra, Dwi Dhamayanti, Frisca Desma Ayu Kusuma Wardani, Dwi Handayani, Iis Sugiarti, Nurhayati, Indri Eka, Rima (ebol), Imawati, Devi Sutris, Septri, Novita, Wahyu, Juanda, Rio, dan Rika yang telah membantu dan memberikan semangat dan motivasi dalam kebersamaan kita.


(13)

selesainya kuliah kita bukan akhir dari kebersamaan kita. Terus semangat menuju kesuksesan!

18.Teman-teman seperjuangan KKN-PPL di Kecamatan Sumberejo, Desa Simpang Kanan tahun 2014 (Azhar, Slamet, Jivi, Latifah, Intan, Pipin, Fitri, Arvi, dan Susi) yang telah memberikan dukungan atas terselesaikannya skripsi ini.

19.Kakak tingkat serta Adik tingkat PPKn 2009-2013 terima kasih atas motivasi dan segala bantuan serta canda tawanya sehingga membuat hari-hari menjadi indah.

20.Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I serta teman-teman berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur peneliti di masa yang akan datang. Peneliti juga berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, April 2015 Penyusun,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... viii

MOTO ... ix

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ...12

C. Pembatasan Masalah ...12

D. Rumusan Masalah ...13

E. Tujuan Penelitian ...13

F. Kegunaan Penelitian ...13

1. Kegunaan Teoritis ...13

2. Kegunaan Praktis ...14

G. Ruang Lingkup Penelitian ...15

1. Ruang Lingkup Ilmu ...15

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian ...15

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian ...15

4. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ...15

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ...15

II.TINJAUAN PUSTAKA A.Deskripsi Teori ...16

1. Tinjauan Umum tentang Motivasi Belajar ...16

a. Pengertian Motivasi Belajar ...16

b. Fungsi Motivasi Belajar ...20

c. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar ...22


(15)

e. Macam-macam Motivasi Belajar ...25

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ...26

2. Kemampuan Guru ...27

a. Kompetensi Guru ...32

b. Tugas dan Peran Guru ...33

3. Pengelolaan Kelas ...36

a. Pengertian Pengelolaan Kelas...36

b. Tujuan Pengelolaan Kelas ...41

c. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas ...43

d. Masalah Pengelolaan Kelas ...45

e. Strategi Pengelolaan Kelas ...46

f. Teknik Pengelolaan Kelas ...48

4. Diskusi Kelompok ...50

a. Pengertian Diskusi Kelompok ...50

b. Jenis-jenis Diskusi Kelompok ...52

c. Tujuan Diskusi Kelompok Kecil ...54

d. Keuntungan Diskusi Kelompok Kecil ...55

e. Langkah-langkah Diskusi Kelompok Kecil ...55

f. Teknik Diskusi Kelompok ...57

B. Penelitian yang Relevan ...60

C. Kerangka Pikir ...63

D. Hipotesis ...65

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ...66

B. Populasi dan Sampel ...66

1. Populasi ...66

2. Sampel ...67

C. Variabel Penelitian ...69

1. Variabel Bebas ...69

2. Variabel Terikat ...69

D. Definisi Konseptual ...69

E. Definisi Operasional ...70

F. Teknik Pengumpulan Data ...71

1. Teknik Pokok ...71

2. Teknik Penunjang ...72

G. Uji Validitas dan Realibilitas ...72

1. Uji Validitas ...72

2. Uji Reabilitas ...73

H. Teknik Analisis Data ...75

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Langkah-langkah Penelitian ...78

1. Pengajuan Judul ...78

2. Penelitian Pendahuluan ...79

3. Pengajuan Rencana Penelitian ...79

4. Pelaksanaan Penelitian ...80


(16)

b. Penyusunan Alat Pengumpulan Data ...80

5. Pelaksanaan Uji Coba Soal Angket ...81

a. Analisis Validitas Soal Angket ...81

b. Analisis Uji Reabilitas Angket ...81

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...86

1. Lokasi Penelitian ...86

2. Sejarah Singkat ...86

3. Visi, Misi, dan Tujuan ...87

a. Visi ...87

b. Misi ...87

c. Tujuan ...87

4. Situasi Pengelolaan Kelas dan Keadaan Siswa ...88

5. Situasi dan Kondisi ...88

a. Keadaan Tenaga Pengajar ...88

C. Deskripsi Data ...89

1. Pengumpulan Data ...89

2. Penyajian Data ...89

a. Penyajian Data Mengenai Hubungan Kemampuan Guru Mengelola Kelas dalam Diskusi Kelompok ...90

1. Indikator Kemampuan Teknis Guru dalam Metode Diskusi Kelompok ...90

2. Indikator Membina Kerjasama ...92

3. Indikator Meningkatkan Partisipasi ...93

4. Indikator Mendorong Refleksi Kelompok ...95

5. Kemampuan Guru Mengelola Kelas dalam Diskusi Kelompok ...97

b. Penyajian Data Motivasi Belajar ...100

1. Indikator Tekun Menghadapi Tugas ...100

2. Indikator Ulet Menghadapi Kesulitan Belajar ...102

3. Indikator Senang Memecahkan Masalah Dalam Diskusi Kelompok ...104

4. Motivasi Belajar ...105

D. Pengujian Hipotesis ...108

1. Pengujian Hubungan ...108

2. Pengujian Tingkat Keeratan Hubungan ...111

E. Pembahasan ...113

1. Variabel Kemampuan Guru Mengelola Kelas dalam Diskusi Kelompok dengan Motivasi Belajar ...113

a. Indikator Kemampuan Teknis Guru dalam Metode Diskusi Kelompok ...113

b. Indikator Membina Kerjasama ...115

c. Indikator Meningkatkan Partisipasi ...117

d. Indikator Mendorong Refleksi Kelompok ...118

e. Kemampuan Guru Mengelola Kelas dalam Diskusi Kelompok ...120

2. Motivasi Belajar ...121

a. Indikator Tekun dalam Menghadapi Tugas ...121


(17)

c. Indikator Senang Memecahkan Masalah dengan Diskusi

Kelompok ...124

d. Motivasi Belajar ...126

3. Catatan Lapangan ...127

a. Catatan Lapangan 1 ...127

b. Catatan Lapangan 2 ...127

c. Catatan Lapangan 3 ...127

4. Hubungan Kemampuan Guru Mengelola Kelas dalam Diskusi Kelompok dengan Motivasi Belajar Siswa ...128

V. KESIMPULAN A. Kesimpulan ...130

B. Saran ...130 DAFTAR PUSTAKA


(18)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Data Motivasi Belajar Siswa kelas VIII di SMP N 1 Bandar

Sribhawono Lampung Timur... 3 Tabel 3.1 Jumlah Populasi Penelitian Kelas VIII di SMP Negeri 1

Bandar Sribhawono Lampung Timur ... 67 Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian Kelas VIII di SMP Negeri 1

Bandar Sribhawono Lampung Timur ... 68 Tabel 4.1 Hasil Uji Coba Angket Kepada Sepuluh Orang Responden

di luar Sampel Untuk Item Ganjil (X) ... 82 Tabel 4.2 Hasil Uji Coba Angket Kepada Sepuluh Orang Responden

di luar Sampel Untuk Item Genap (Y) ... 83 Tabel 4.3 Distribusi antara item ganjil (X) dengan item genap (Y)

mengeni Hubungan Kemampuan Guru Mengelola Kelas dalam Diskusi Kelompok dengan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas

VIII di SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono ... 83 Tabel 4.4 Perincian Tenaga Pengajar di SMP Negeri 1 Bandar

Sribhawono Lampung Timur... 88 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Indikator kemampuan teknis

guru dalam metode diskusi kelompok ... 91 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Indikator Membina Kerjasama...93 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Indikator Meningkatkan Partisipasi...95 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Indikator Mendorong


(19)

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Indikator Tekun dalam

Menghadapi Tugas ... 101 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Ulet Menghadapi Kesulitan Belajar...103 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Indikator Senang Memecahkan

Masalah dengan Diskusi Kelompok ... 105 Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar...107 Tabel 4.14 Daftar Tingkat Perbandingan Jumlah Responden Mengenai

Hubungan Hubungan Kemampuan Guru Mengelola Kelas dalam Diskusi Kelompok dengan Motivasi Belajar

Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII di SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono. ... 108 Tabel 4.15 Daftar Kontingensi Perolehan Data Hubungan Hubungan

Kemampuan Guru Mengelola Kelas dalam Diskusi Kelompok dengan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Keterangan dari PD 1 FKIP Unila 2. Surat Izin Penelitian Pendahuluan

3. Surat Telah Melaksanakan Penelitian Pendahuluan 4. Surat Izin Penelitian

5. Surat Telah Melaksanakan Penelitian 6. Kisi-Kisi Angket

7. Distribusi Hasil Angket Kemampuan Teknis Guru dalam Metode Diskusi Kelompok

8. Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Kemampuan Teknis Guru dalam Metode Diskusi Kelompok

9. Distribusi Hasil Angket Indikator Membina Kerjasama 10.Distribusi Hasil Skor Angket Indikator Membina Kerjasama 11.Distribusi Hasil Angket Meningkatkan Partisipasi

12.Distribusi Hasil Skor Angket Meningkatkan Partisipasi 13.Distribusi Hasil Angket Mendorong Refleksi Kelompok 14.Distribusi Hasil Skor Angket Mendorong Refleksi Kelompok

15.Distribusi Skor Hasil Angket Kemampuan Guru Mengelola Kelas Dalam Diskusi Kelompok.

16.Distribusi Hasil Angket Indikator Tekun Dalam Menghadapi Tugas 17.Distribusi Hasil Skor Angket Indikator Tekun Dalam Menghadapi Tugas 18.Distribusi Hasil Angket Indikator Ulet Menghadapi Kesulitan Belajar 19.Distribusi Hasil Skor Angket Indikator Ulet Menghadapi Kesulitan


(21)

21.Distribusi Hasil Skor Angket Senang Memecahkan Masalah Dengan Diskusi Kelompok


(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ………64


(23)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran berupa penguasaan pengetahuan dan keterampilan hidup yang dibutuhkan siswa dalam menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang mempunyai peranan sebagai penyelenggara kegiatan belajar mengajar, dimana kepala sekolah, guru, dan para pendidik lainnya secara bersama-sama melaksanakan fungsi dan tujuan pendidikan nasional Indonesia.

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional Indonesia pada Undang-undang Replublik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Bab II Pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Pada dasarnya tujuan pendidikan tidak hanya untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan atau keterampilan, tetapi dengan pendidikan


(24)

diharapkan manusia dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia dewasa yang mampu bertanggung jawab dan mampu mengatasi kesulitan dalam proses kehidupan. Pembelajaran sangat penting bagi kehidupan manusia, karena dengan belajar manusia dapat lebih mengetahui ataupun memahami sesuatu ilmu pengetahuan yang ada di lingkungan sosial. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses pembelajaran dirancang dan dijalankan secara profesional.

Keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari motivasi belajarnya. Motivasi belajar pada diri siswa berbeda-beda, oleh karena itu segala tindakan guru dalam kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi siswa agar tujuan pembelajaran tercapai. Apabila siswa memiliki motivasi yang kuat dalam belajar, maka siswa tersebut akan berhasil dalam proses pembelajaran, sebaliknya apabila siswa memiliki motivasi yang rendah, maka siswa tersebut tidak akan berhasil dalam proses pembelajaran.

Motivasi belajar merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam meningkatkan kegiatan belajar dengan menggunakan metode diskusi kelompok, karena jika siswa tersebut termotivasi dengan baik maka pelajaran apapun akan sangat mudah dikuasai. Tetapi jika siswa tersebut tidak termotivasi dengan baik dan benar, maka pelajaran apapun tidak akan mereka terima (mengerti).


(25)

Motivasi belajar yang baik akan menimbulkan suasana yang memberikan hati semangat dalam kegiatan pembelajaran, tidak cepat bosan dan berkonsentrasi saat mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung. Tetapi pada kenyataannya motivasi belajar yang baik dan kondusif sangat sulit kita temui. Guru sering mengabaikan tentang bagaimana cara memotivasi siswa dengan baik dan benar, dan siswanya pun tidak menyadari bahwa proses pembelajaran akan berhasil jika siswa tersebut termotivasi untuk terciptanya proses pembelajaran yang mencapai tujuan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono ditemukan banyak kelemahan yang menyebabkan motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas masih rendah yang dilihat pada proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Banyak siswa yang menganggap sepele bahwa Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang mudah dikuasai dan dimengerti. Berikut ini merupakan tabel hasil wawancara dengan guru PPKn kelas VIII terkait dengan motivasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono sebagai berikut:

Tabel 1.1 Data Motivasi Belajar Siswa kelas VIII di SMP N 1 Bandar Sribhawono Lampung Timur Pada Senin, 8 Oktober 2014. No Motivasi Belajar Siswa Kuat Sedang Rendah

1 Perhatian siswa dalam pembelajaran  2 Keaktifan siswa dalam pembelajaran 3 Ketekunan siswa dalam belajar

4 Tanggung jawab siswa


(26)

Berdasarkan Tabel 1.1 Terlihat bahwa motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono dalam pembelajaran masih tergolong rendah. Masih banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat guru menjelaskan materi pembelajaran, siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa hanya duduk pasif tanpa bertanya apabila ada materi yang kurang dimengerti. Yang diakibatkan siswa kurang termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas, hal ini dapat terlihat dari banyaknya siswa yang ribut sendiri dengan temannya. Selain itu masih banyak siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah sehingga tanggung jawab pada diri siswa masih rendah. Dan kurangnya sarana guru dalam melatih siswanya atau memotivasi agar siswa dapat percaya diri berbicara untuk mengajukan pertanyaan dan mengemukaan perndapatnya sendiri.

Motivasi belajar sangat penting untuk prestasi belajar namun situasi belajar juga menentukan aktif atau tidaknya suatu pembelajaran. Apabila motivasi belajar siswa tersebut kuat maka situasi belajarnya pun juga akan berjalan dengan kondusif. Tetapi jika motivasi belajar siswa tersebut rendah maka kegiatan pembelajaran yang berlangsung akan cenderung pasif.

Motivasi belajar juga mempunyai banyak kendala yaitu yang berpengaruh pada faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internalnya dari kesehatan, minat belajar, motivasi belajar, kreatifitas belajar, keterampilan belajar, dan bakat sedangkan faktor eksternal seperti


(27)

kemampuan guru mengelola kelas, kondisi atau susasana rumah, orang tuanya, dorongan dari orang tuanya dll.

Faktor-faktor lain yang menyebabkan motivasi belajar siswa diantaranya faktor stimulun dari guru di dalam proses pembelajaran. Guru dituntut untuk dapat memberikan semangat kepada siswa-siswi untuk mengikuti setiap pembelajaran yang sedang berlangsung. Selain faktor stimulun dari guru terdapat faktor fasilitas belajar yang diberikan oleh guru kepada siswa-siswinya. Di dalam proses pembelajaran sangat penting adanya fasilitas pembelajaran yang memadai. Fasilitas tersebut akan memberikan dorongan yang kuat kepada siswa-siswi untuk melaksanakan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Faktor selanjutnya yaitu faktor model pembelajaran yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajarn yang berlangsung.

Guru mempunyai peranan penting untuk memberikan model pembelajaran kepada siswa-siswinya agar dapat menumbuhkan motvasi belajaranya. Salah satu contoh model pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa yakni model dengan metode diskusi kelompok. Model diskusi kelompok juga memiliki banyak kendala diantaranya banyak siswa yang sering mengandalkan temannya untuk menyelesaikan suatu masalah. Disisi lain guru memberikan keluasan kepada siswa untuk memilih sendiri parternya untuk berdiskusi kelompok dan akhirnya kelompok tersebut tidak pernah diganti-ganti. Hal tersebut mengakibatkan keleluasaan siswa memilih kelompoknya sendiri yang akan mengakibatkan kelompok tersebut cenderung terbagi


(28)

pada dua kategori yaitu siswa dengan kemampuan tinggi bergabung dengan yang memiliki kemampuan tinggi, dan siswa yang memiliki kemampuan rendah bergabung dengan yang memiliki kemampuan rendah. Disisi lain diskusi kelompok merupakan kegiatan pembelajaran dengan tujuan mencari kesimpulan yang dilakukan oleh sebuah kelompok untuk mencapai hasil yang maksimal. Hal ini menuntut guru untuk dapat mengelola kelas dengan baik dan benar. Selanjutnya yakni faktor kemampuan guru dalam mengelola kelas dengan baik dan benar. Konsekuensi yang diakibatkan oleh kemampuan dan keterampilan guru dalam mengelolaan kelas yang baik selain membangkitkan motivasi belajar siswa juga akan berdampak pada berjalannya pembelajaran dengan metode diskusi kelompok yang efisien. Jika motivasi belajar siswa tinggi maka kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok akan berjalan dengan lancar dan akan fokus dalam setiap kegiatan pembelajaran. Salah satu unsur penting dalam proses pembelajaran adalah kemampuan guru dalam mengelola kelas, untuk itu guru harus memahami cara mengelola kelas yang baik dan benar agar dapat memberikan suatu kenyamanan kepada siswanya.

Pengelolaan kelas yang baik akan membangkitkan motivasi belajar yang baik pula. Menjadi tugas guru untuk dapat mengelola kelas dengan baik dan benar dan mampu menguasai materi dengan baik dan benar. Tetapi dalam proses pembelajaran di dalam kelas penguasaan dan pemahaman terhadap bahan ajar secara tuntas masih merupakan masalah yang sulit diatasi oleh guru dan masalah yang paling sering dialami. Hal tersebut


(29)

dikarenakan penyebabnya dari sisi siswa diduga mempunyai latar belakang yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari aspek kecerdasan, psikologis, biologis. Dari perbedaan tersebut maka dapat menimbulkan keberagamnya sikap dan siswa di dalam kelas. Hal tersebut merupakan tugas guru bagaimana menjadikan keanekaragaman dan karakteristik siswa tersebut dapat diatasi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan kondusif sedangkan, dari sisi guru penguasaan terhadap keterampilan mengajar belum maksimal.

Kemampuan guru dalam mengelola kelas sangat diperlukan dalam proses belajar di dalam kelas. Karena apabila guru tidak memiliki kemampuan dalam mengelola kelas, maka tujuan belajar di dalam kelas akan terhambat atau terganggu dan kelas menjadi pasif. Kemampuan guru mengelola kelas dengan baik akan meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan belajar. Guru yang memiliki kemampuan dalam mengelola kelas maka siswapun mampu menerima pelajaran dengan baik dan dapat merespon atas pertanyaan-pertanyaan, mengemukakan pendapatnya sendiri, bekerjasama antar siswa lainnya dalam menyelesaikan masalah dengan metode diskusi kelompok.

Pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif.Di kelas, segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya, kurikulum dengan segala


(30)

komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas.

Proses pembelajaran yang sering terjadi di sekolah, selalu ada hubungan timbal balik antara guru dengan siswanya, maupun siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Hubungann timbal balik ini dikarenakan adannya komponen-komponen yang berkaitan. Komponen tersebut antara lain: materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, posisi tempat duduk yang nyaman, sarana dan prasarana yang memadai, siswa yang mengikuti pembelajaran, guru dan metode pembelajaran.

Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat akan mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar serta mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Kelas merupakan tempat siswa dan guru untuk berinteraksi secara formal dalam pembelajaran. Di dalam kelas juga yang akan menjadikan siswanya agar lebih paham tentang materi yang diajarkan.

Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru/pengajar adalah mengelola pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien dan positif yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif diantara dua subjek pengajaran yaitu guru sebagai penginisiatif awal dan pengarah serta pembimbing, sedangkan siswa sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam suatu pembelajaran yang ia terima. Pembelajaran merupakan aktifitas yang sistematis dan sistemik yang terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen


(31)

pengajaran tidak bersifat parsial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus sejalan secara teratur, saling tergantung dan berkesinambungan. Untuk itu dilakukan pengelolaan di kelas secara baik dan benar.

Pengelolaan kelas yang baik harus dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip pengajaran dan dirancang secara sistematis, bersifat konseptual tetapi praktis, dan fleksibel baik yang menyangkut masalah pengajaran maupun pada saat penilaian. Mengajar pada dasarnya merupakan usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan unuk berlangsungnya proses belajar. Setelah proses belajar ditempuh maka diharapkan kepada siswa akan terjadi suatu proses pemahaman terhadap ilmu pengetahuan yang didapatkan. Walaupun kedua cara di atas sangat berbeda, namun mempunyai misi yang sama yaitu mencapai keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Namun demikian diperlukan kebijakan guru dalam menggunakan pendekatan belajar yang tepat sehingga dapat memperoleh siswa dengan prestasi belajar yang baik.

Kemampuan guru mengelola kelas dapat dikembangkan dengan menggunakan variasi mengajar salah satunya dengan menggunakan metode diskusi kelompok. Dalam mengembangkan variasi mengajar tentu saja tidak sembarangan, tetapi ada tujuan yang akan dicapai yaitu untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi belajar siswa,


(32)

membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah, memberi kemungkinan pilihan fasilitas belajar individual dan mendorong siswa untuk terus belajar.

Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa atau segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif demi tercapainya tujuan pembelajaran. Pencapaian tujuan pendidikan diharapkan membentuk guru yang profesional yang memiliki keterampilan, pemahaman ataupun kreatifitas dan wawasan yang luas tentang pembelajaran baik secara teori maupun pengimplementasiannya. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa. Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan siswa untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.

Oleh karena itu pentingnya kemampuan guru dalam mengelola kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajaran pun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maka dapat dikatakan


(33)

bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi dengan seperangkat item soal yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru bertugas untuk mengatur (mengendalikan) aktivitas pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk menyukseskan tujuan pengajaran agar tercapai secara efektif, efisien, dan produktif.

Mengingat bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses yang kompleks, maka guru harus memahami dan menguasai sekaligus terampil dalam menerangkan kemampuan dasar mengajar, diantaranya penguasaan kelas dan pengelolaaan kelas yang baik. Oleh karenanya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Kemampuan Guru Mengelola Kelas dalam Diskusi Kelompok dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono Lampung Timur.


(34)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya maka masalah dalam penelitian dapat di identifikasi sebagai berikut:

1. Faktor stimuli dari guru di dalam proses pembelajaran berkaitan dengan semangat dan perhatian siswa di dalam proses pembelajaran.

2. Kelengkapan fasilitas belajar siswa berpengaruh pada motivasi belajar siswa.

3. Kemampuan guru di dalam mengemas pembelajaran melalui model pembelajaran berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

4. Kemampuan guru di dalam mengelola kelas berkaitan dengan maksimalisasi hasil pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya masalah yang akan diteliti, perlu adanya pembatasan masalah agar mempermudah penelitian dan memungkinkan tercapainya hasil penelitian yang baik. Untuk menghindari pengembangan permasalahan, maka peneliti membatasi masalah pada Hubungan Kemampuan Guru mengelola Kelas dalam Diskusi Kelompok dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono Lampung Timur.


(35)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada Hubungan Kemampuan Guru Mengelola Kelas dalam Diskusi Kelompok dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono Lampung Timur.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan Hubungan Kemampuan Guru Mengelola Kelas dalam Diskusi Kelompok dengan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII di SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono Lampung Timur.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Teoritik

Secara teori penelitian ini berguna untuk menerapkan konsep, teori, prinsip dan prosedur ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan yang berkaitan dengan upaya pembentukan diri warga negara yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai serta perilaku nyata dalam kehidupan kemasyarakatan dan negara baik di sekolah maupun di masyarakat dengan kompetensi yang diharapkan.


(36)

2. Kegunaan Praktis a. Bagi Guru

Penelitian ini berguna untuk mengoptimalkan kualitas kemampuan guru mengelola kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan metode diskusi kelompok dengan menumbuhkan minat yang ada pada diri siswa dan selalu menumbuhkan interaksi yang baik antara guru dan siswa.

b. Bagi siswa

Penelitian ini berguna untuk siswa yang mengalami kesulitan dalam menerima proses pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk belajar dengan giat dan penuh semangat, sehingga mengembangkan minat yang ada pada diri siswa serta dapat berinteraksi dengan baik antara siswa dengan guru maupun dengan siswa lainnya.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini berguna untuk memperbaiki dan mengevaluasi pengajaran yang telah diterapkan dan memfasilitasi sarana maupun prasarana guru dan siswa dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.


(37)

G. Ruang Lingkup Penelitian a. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang Lingkup penelitian ini adalah ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan yang Berkaitan dengan Kemampuan Guru Mengelola Kelas dalam Diskusi Kelompok dengan Motivasi Belajar pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

b. Ruang Lingkup subyek

Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono Lampung Timur.

c. Ruang Lingkup Obyek

Obyek penelitian ini adalah Kemampuan Guru Mengelola Kelas dalam Diskusi Kelompok dengan Motivasi Belajar Siswa.

d. Ruang Lingkup Wilayah.

Penelitian ini dilakukan di Kelas VIII bertempat di SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono, Lampung Timur.

e. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan sejak dikeluarkan surat izin penelitian pendahuluan Tanggal 02 Oktober 2014 oleh Dekan FKIP Unila sampai dengan penelitian ini selesai.


(38)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.

Deskripsi Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi merupakan salah satu unsur yang penting dalam melakukan kegiatan. Kegiatan belajar akan maksimal apabila dengan adanya motivasi belajar yang kuat pada diri siswa. Dalam psikologi motivasi diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri manusia yang dapat memengaruhi tingkah lakunya untuk melakukan kegiatan. Pengertian motivasi dikemukakan oleh James O. Whittaker yang dikutip oleh Soemanto (2006: 205) bahwa “motivasi adalah kondisi -kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut”. Sedangkan Sumadi Suryabrata yang dikutip oleh Djaali (2008: 101) “motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.


(39)

Menurut Greenberg yang dikutip oleh Djaali (2008: 101) “motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan

prilaku arah suatu tujuan”. Sedangkan menurut Eysenek dalam Slameto (2013: 170) yang merumuskan “motivasi sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah

umum dari tingkah laku manusia”. Pendapat ini berarti motivasi adalah

hal yang berpengaruh pada sikap dan prilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memiliki intensitas dan konsistensi dalam kehidupan baik dalam belajar maupun pekerjaan.

Pendapat lain dari Mc. Donald dalam Sardiman (2014:73) bahwa,

“motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya “felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan Mc. Donald dikutip oleh Sardiman A.M . (2014: 74) ini mengandung tiga elemen penting, yaitu:

a) Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem

neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. b) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa “felling”, afeksi

seseorang. Dalam hal ini motivasi relefan dengan persoalan kejiwaan, afeksi, dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c) Motivasi akan dirangsang karena tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan.


(40)

Pengertian lain dikemukakan oleh Clifford T. Morgan yang dikutip oleh Soemanto (2006: 106) bahwa:

Motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek-aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut ialah keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang didorong keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari tingkah laku tersebut (goal or ends of such behavior”. Motivasi terjadi dengan siklus antara motif, tingkah laku instrumental dan tujuan.

Berdasarkan Definisi-definisi di atas motivasi merupakan suatu kesatuan yang kompleks, yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan tingkah laku baik dari dalam (inner component) maupun dari luar (outner component) individu yang memiliki intensitas dan konsistensi yang akhirnya akan menghasilkan suatu tindakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan tujuan dapat menyerap ilmu pengetahuan agar terjadi proses perubahan tingkah laku. Pendapat yang sesuai dikemukakan oleh

Sardiman A.M. (2014: 18), “Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan

membaca, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya”. Sedangkan

Oemar Harmalik (2011: 27) berpendapat bahwa “belajar merupakan

suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Menurut Hamzah B. Uno (2012: 23), “belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi


(41)

aebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Salah seorang pendiri aliran teori belajar tingkah laku, mengemukakan teorinya bahwa

“belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga bisa berupa

pikiran, perasaan, dan gerakan)” Thorndike dalam Hamzah B. Uno

(2012: 11).

Berdasarkan beberapa pendapat dan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tigkah laku yang sifatnya relatif menetap dan dapat diwujudkan baik konkret (dapat diamati) maupun nonkonkret (tidak dapat diamati) yang di dalam prosesnya tidak hanya mengingat tetapi juga mengalami. Sedangkan belajar menurut pendapat peneliti adalah proses mendpatkan suatu pengalaman baru oleh seseorang yang berdampak pada perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.

Secara umum, pada diri seorang siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak dalam belajar. Kekuatan mental ini berupa keinginan, dorongan, perhatian, dan kemauan yang berasal dari berbagai sumber. Pendapat yang sesuai dikemukakan oleh Biggs & Telfer dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 80) “Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakan,


(42)

Oleh karena itu, motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakan prilaku seseorang, termasuk prilaku belajar pada siswa. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas tentang motivasi belajar, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang merupakan dorongan internal maupun eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk melakukan perubahan tingkah laku dengan berbagai cirinya agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

b. Fungsi Motivasi Belajar

Hasil belajar akan menjadi optimal jika adanya motivasi belajar pada diri siswa tersebut. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Menurut Sardiman A.M (2014: 84) fungsi motivasi belajar ada tiga yaitu:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak daris etiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni dengan arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.


(43)

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Menurut Dimyati dan Mudjono (2006: 85-86) motivasi belajar penting bagi siwa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:

a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dalam hasil akhir.

b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya.

c. Mengarahkan kegiatan belajar. d. Membesarkan semangat belajar.

e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan.

Pentingnya motivasi belajar bagi guru adalah:

a. Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil.

b. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa dikelas bermacam-macam.

c. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih stau diantara bermacam-macam peran.


(44)

Berdasarkan beberapa uraian di atas, nampak jelas bahwa fungsi motivasi sebagai pendorong, penggeraks ekaligus sebagai penggerak prilaku seseorang untuk mencapai tujuan pendidikan. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan hasil belajar yang baik.

c. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar

Menurut Sardiman A.M (2008: 92-95) ada beberapa bentuk dan cara menumbuhkan motivasi dalam belajar di sekolah, yaitu:

a. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Bagi siswa angka-angka tersebut merupakan motivasi yang kuat. Sehingga yang biasa dikejar siswa adalah nilai ulangan atau nilai-nilai raport angkanya baik-baik. Angka-angka yang baik itu bagi siswa merupakan motivasi yangs angat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas saja.

b. Hadiah.

Hadiah dapat diartikan sebagai motivasi tetapi tidak selalu karena hadiah untuk suatu pekerjaan mungkin tidak akan menarik perhatian bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat dalam pekerjaan tersebut.

c. Saingan atau kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat dijadikan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa.


(45)

d. Ego-involvement.

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerima sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertahankan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasu yang cukup penting.

e. Memberi ulangan

Para siswa akan giat belajar apabila mengetahui akan ada ulangan. f. Mengetahui hasil.

Dengan mengetahui hasil pekerjaan apalagi kalau terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk lebioh giat belajar.

g. Pujian

Pujian ini merupakan suatu bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar. Hukuman. Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. h. Hasrat untuk belajar.

Hasrat untuk belajar berati ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar berati pada diri anak didik memang ada motivasi untuk belajar sehingga hasilnya akan baik. i. Minat.

Motivasi sangat erat hubungannya dengan minat. Motivasi muncul karena kebutuhan, begitu juga dengan minat sehingga tepat kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok.


(46)

j. Tujuan yang diakui.

Rumusan tujuan yang diakui akan diterima baik oleh siswa, merupakan alat morivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

d. Jenis-jenis Motivasi Belajar

Menurut Sardiman A.M (2014: 89) ada beberapa jenis-jenis motivasi belajar siswa, yaitu:

a. Motivasi interinsik

Motivasi interinsik adalah motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni dari diri setiap siswa itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran. Seorang siswa melakukan belajar karena didorong tujuan ingin mendapatkan pengetahuan, nilai, dan keterampilan.

b. Motivasi eksterinsik.

Motivasi eksterinsik adalah motif-motif yang aktif. Fungsinya karena adanya perangsang dari luar. Oleh karena itu motivasi eksterinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.


(47)

e. Macam-macam Motivasi

Berbicara tentang jenis dan macam motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Menurut Sardiman A.M (2014: 86) mengatakan bahwa motivasi belajar itu sangat bervariasi yaitu:

1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya. a. Motif-motif bawaan.

Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya dorongan untuk makan, minum, bekerja dan beristirahat. Motif-motif ini sering disebut motif yang diisyaratkan secara biologis.

b. Motif-motif yang dipelajari.

Maksudnya moti-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif-motif ini seringkali disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk. Frandsn mengistilahkan dengan affiliativeneeds. Sebab justru dengan kemampuan berhubungan, kerja sama di dalam masyarakat tercapailah suatu kepuasan diri. Sehingga manusia perlu mengembangkan sifat-sifat „ramah, kooperatif, membina hubungan baik dengan sesama.


(48)

f. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Motivasi Belajar.

Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi psikologis siswa. Motivasi sangat erat kaitannya dengan aktualisasi diri, yang diharapkan dapat membawa siswa ke arah hal-hal yang positif dan mampu menghadapi segala tuntutan, serta kesulitan dalam belajar. Motivasi belajar di sini banyak dipengaruhi oleh cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur dinamis dalam belajar, serta upaya guru dalam membelajarkan siswa. (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 97)

Ada beberapa usur yang memengaruhi motivasi belajar yang dikemukakan oleh Dimyati dan Modjiono (2006: 97) yaitu sebagai berikut:

a. Cita-cita dan aspirasi siswa

Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar interinsik maupun ekstrinsik. Sebab terciptanya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.

b. Kemampuan siswa.

Keinginan seorang siswa perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya.

c. Kondisi siswa.

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Misalnya apabila seorang siswa


(49)

sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajarnya.

d. Kondisi lingkungan siswa.

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan.

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.

Siswa memiliki perasaan, perhatianm, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan prilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan.

f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

Uguru dalam membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan tata tertib sekolah.

2. Membina disiplin belajar dalam setiap kesempatan. 3. Membina belajar tertib pergaulan.

4. Membina belajar tertib lingkungan sekolah.

2. Kemampuan Guru

Kemampuan merupakan hal telah ada dalam diri kita sejak lahir. Kemampuan yang ada pada diri manusia juga bisa disebut dengan potensi.


(50)

Potensi yang ada pada manusia pada dasarnya bisa diasah. Menurut Robbins (2009: 57) Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa melakukan sesuatu. Kemampuan (ability) merupakan kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan/kompetensi adalah kemampuan bersikap, berfikir dan secara konsistensi sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki.

Banyak para ahli mengartikan kemampuan secara bervariasi akan tetapi pada dasarnya masih memiliki konteks yang sama. Sementara itu, Robbin (2007: 57) kemampuan berarti kapasitas seseorang individu unutk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerrjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. Menurut Robbins (2009: 57-61) kemampuan terdiri atas dua kelompok yaitu:

1. Kemampuan intelektual (intelectual ability) yaitu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental-berfikir, menalar dan memecahkan masalah.


(51)

2. Kemampuan fisik (physical ability) yaitu kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa.

Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umum butir 6, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa guru adalah pendidik.

Menurut Suparlan (2008: 12), guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. Namun, Suparlan (2008: 13) juga menambahkan bahwa secara legal formal, guru adalah seseorang yang memperoleh surat keputusan (SK), baik dari pemerintah maupun pihak swasta untuk mengajar.

Menurut Zamroni dalam Suparlan (2008: 60), guru adalah orang yang memegang peranpenting dalam merancang strategi pembelajaran yang akan dilakukan. Keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung pada penampilan guru dalam mengajar dan kegiatan mengajar dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh seseorang yang telah melewati pendidikan tertentu yang memang dirancang untuk mempersiapkan


(52)

sebagai seorang guru. Pernyataan tersebut mengantarkan kepada pengertian bahwa mengajar adalah suatu profesi, dan pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional. Setiap pekerjaan profesional dipersyaratkan memiliki kemampuan atau kompetensi tertentu agar yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas-tugas profesionalnnya.

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dikemukakan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

Guru harus memiliki kompetensi sesuai dengan standar yang ditetapkan atau yang dikenal dengan standar kompetensi guru. Standar ini diartikan sebagai suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan. Lebih lanjut Suparlan (2008: 85), menjelaskan bahwa “Standar kompetensi guru adalah ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa guru merupakan seseorang yang memiliki jabatan atau profesi yang membutuhkan keahlian khusus. Guru juga harus memiliki pengetahuan dan pemahaman untuk diberikan kepada siswa-siswinya. Guru juga bertugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa agar bisa mencapai


(53)

tujuan pembelajaran. Dalam hal ini guru mempunyai peran sebagai pengelola proses belajar mengajar. Guru berperan menjadi pengganti orang tua di sekolah. Dalam hal ini guru harus bisa menggantikan orang tua siswa jika siswa sedang berada di lingkungan sekolahan.

Oleh karena itu peranan dan kedudukan guru dalam meningkatkan mutu dan kualitas siswa perlu diperhitungkan dengan sungguh-sungguh. Status guru bukan hanya sebatas pegawai yang hanya semata-mata melaksanakan tugas tanpa ada rasa tanggung jawab terhadap disiplin ilmu yang dimilikinya.

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian kemampuan guru merupakan kemampuan atau kecakapan guru dalam melatih atau membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta memotivasi dan membantunya untuk berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Guru harus mempunyai suatu pemahaman untuk dapat di berikan pembelajaran kepada siswanya agar siswa dapat mengerti dengan benar materi yang telah diberikan. Pemahaman yang dimiliki oleh guru dapat berguna untuk mmberikan suatu pengetahuan kepada siswa-siswinya agar dapat memperoleh tujuan pembelajaran yang maksimal. Upaya guru dalam meningkatkan pemahaman konsep kepada siswanya guru harus benar-benar memahami suatu ilmu pengetahuan yang akan di berikan kepada siswanya.


(54)

a. Kompetensi Guru

Guru sebagai pelaku otonomi kelas memiliki wewenang untuk melakukan reformasi kelas (classroom reform) dalam rangka melakukan perubahan prilaku peserta didik secara berkelanjutan yang sejalan dengan tugas perkembangannya dan tuntutan lingkungan di sekitarnya.

Menurut Suhana (2014: 95) menyatakan Guru sebagai arsitek perubahan siswa dan sekaligus sebagai model panutan siswa dituntut memiliki kompetensi yang baik yaitu sebagai berikut:

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan mengelola pengajaran siswa yang meliputi merancang, mengelola dan menilai pembelajaran. Kompetensi pedagogik yang harus dikuasai seorang guru adalah sebagai berikut:

a. Menguasai karakteristik siswa dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.

d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.


(55)

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan siswa.

h. Menyelenggarakan penilaian evaluasi proses dan hasil belajar. i. Memanfaatkan hasil penilaian untuk kepentingan pembelajaran.

Kompetensi guru di atas merupakan profil kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru.kemampuan tersebut dikembangkan berdasarkan tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh guru. Oleh karena itu kemampuan guru tersebut secara operasional akan mecerminkan fungsi dan peranan dalam membelajarkan siswa.

b. Tugas dan Peran Guru.

Guru sebagai pemegang kekuasaan kelas atau pelaku reformasi kelas (classroom reform) dapat melaksanakan tugas dan perannya sebagai berikut:

1. Guru sebagai Pendidik

Guru berperan sebagai pendidik, yaitu guru memiliki kewajiban melakukan reformasi kelas (classroom reform). Sehingga diberi otonomi untuk melakukan inovasi dan perubahan di lingkungan kelasnya. Dengan peran yang diberikan kepada guru, maka guru akan dengan leluasa untuk memahami, mengarahkan, mengembangkan siswa dalam aspek intelektual, moral, emosional, dan kinestesteikal.


(56)

2. Guru sebagai pengajar

Mengajar merupakan proses menyampaikan transmisi dan transformasi sistem nilai kepada peserta didik, sehubungan dengan peran guru sebagai pengajar.

Menurut Wijaya dan Djadjuri yang dikutip oleh Cucu Suhana (2014: 101), dalam bukunya yang berjudul “Konsep Strategi

Pembelajaran” menyatakan bahwa fungsi mengajar sebagai

berikut:

a. Menerangkan dan memberikan informasi.

b. Mendorong inisiatif, mengarahkan pengajaran dan mengadministrasikannya.

c. Menciptakan kelompok-kelompok belajar. d. Menciptakan suasana belajar yang aman. e. Menjelaskan sikap, kepercayaan dan masalah.

f. Mencari kesulitan-kesulitan belajar agar siswa dapat memecahkannya sendiri.

g. Membuat bahan-bahan kurikulum.

h. Mengevaluasi hasil belajar, mencatatnya dan melaporkannya.

i. Memperkaya kegiatan belajar. j. Mengelola kelas.

k. Mempartisipasikan kegiatan sekolah.

l. Mempartisipasikan diri di dalam kehidupan profesional. Mattew yang dikutip Cucu Suhana (2014 : 101) mengemukakan ciri mengajar menurut pendekatan kontruktivis sebagai berikut:

a). Orientasi, yaitu peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik dan selanjutnya melakukan observasi mengenai topik yang dipelajari. b). Elicitasi, yaitu siswa dibantu untuk mengungkapkan gagasannya secara jelas dengan melakukan diskusi mengenai apa yang diobservasi dalam wujud tulisan, gambar atau poster. c). Restrukturisasi ide. d). Penggunaan gagasan dalam banyak situasi. Gagasan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi.


(57)

Ciri tersebut sangat diperlukan oleh seorang guru karena memberikan peluang untuk siswa melakukan atau mengembangkan potensi dirinya.

3. Guru Sebagai Pemimpin

Guru memiliki kelebihan dibanding dengan kemampuan anggota siswa dan komunitasnya, sehingga dapat memberikan pengaruhnya kepada pihak lain terutama siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru sebagai pemimpin di kelasnya harus mampu menciptakan atmosfir kelas yang ilmiah, agamis, dan menyenangkan sebagaimana dikatakan Riawan Amin yang dikutip oleh Cucu Suhana (2014: 102) dalam

bukunya yang berjudul “Konsep Strategi Pembelajaran” sebagai

berikut:

a). Guru harus membangun kelas sebagai a palace of worshi, yaitu kelas sebagai tempat untuk membangun ibadah. b). guru harus membangun kelas sebagai a palace of whealth, yaitu tempat untuk mmbangun kesejahteraan lahir dan batin sehingga kelas menjadi tempat untuk berbagi (sharing) dan menyejukan hati secara inovatif. c). Guru harus dapat membangun kelas sebagai a palace of warfare, yaitu menjadikan kelas sebagai tempat untuk memajukan siswa.

4. Guru Sebagai Supervisor.

Guru dalam menjalankan merupakan sosok pribadi yang profesional, yang siap berkooperatif untuk membantu mitra kerjanya dalam meningkatkan kompetensinya baik dalam wadah Kelompok Kerja Guru (KKG) bagi guru-guru Sekolah Dasar


(58)

maupun dalam wadah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bagi guru-guru Sekolah Lanjutan Pertama dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

5. Guru Sebagai Administrator.

Guru secara umum berperan administrator kelas, yaitu bertanggung jawab dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan menentukan tindak lanjut kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas.

3. Pengelolaan kelas

a. Pengertian Pengelolaan kelas

Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Ketika kelas terganggu, guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar mengajar. Istilah lain dari pengelolaan kelas ialah Manajemen.

Manajemen adalah kata yanga aslinya dari bahasa inggris, yaitu management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan. Menurut Djamarah (2010: 174) pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah di tinggalkan. Guru


(59)

selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.

Menurut Sudirman yang dikutip oleh Djamarah (2010: 177) pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi di kelas. Ditambahkan lagi oleh Hadari Nawawi yang dikutip oleh Djamarah

(2010: 177) bahwa “pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai

kemampuan guru atau wali kelas dan mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid”.

Menurut Suharsimi Arikunto dalam Djamarah (2010: 177) bahwa

“pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan”.

Dalam proses pembelajaran bahwa penguasaan pengetahuan dan keterampilan hidup yang dibutuhkan siswa dalam menghadapi kehidupan rill adalah merupakan tujuan pendidikan. Tetapi dalam proses pembelajaran dalam kelas bagaiamana siswa dapat menguasai


(60)

dan memahami bahan ajar secara tuntas masih merupakan masalah yang sulit. Hal tersebut dikarenakan bahwa dalam satu kelas para siswa adalah merupakan makhluk sosial yang mempunyai latar belakang yang berbeda.

Perbedaan tersebut dapat dilihat dari aspek kecerdasan, pisikologis, biologis. Dari perbedaan tersebut maka dapat menimbulkan beragamnya sikap dan anak didik di dalam kelas. Menjadi tugas guru bagaiman menjadikan keanekaragaman karakteristik siswa tersebut dapat diatasi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hal itu merupakan tugas bagi guru dalam mengelola kelas dengan baik. Keterampilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak hanya tertuang dalam penguasaan bahan ajar atau penggunaan metode pembelajaran, tetapi proses pembelajaran yang baik akan dipengaruhi pula oleh iklim belajar yang kondusif atau maksimal berkaitan dengan pengaturan orang (siswa) dan barang.

Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik yang dikutip oleh Djamarah (2010: 175), kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru. Pengertian ini jelas meninjaukan dari segi anak didik, karena dalam pengertian tersebut ada frase kelompok orang. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang juga mengemukakan pengertian kelas dari segi anak didik. Hanya pendapatnya lebih mendalam. Menurut Suharsimi Arikunto dalam


(61)

Djamarah (2010: 17) di dalam didaktif terkandung suatu pengertian umum mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama. Dengan batasan seperti tersebut, maka ada tiga persyaratan untuk dapat terjadinya.

Pertama : Sekelompok anak, walaupun dalam waktu yang sama, bersama-sama menerima pelajaran, tetapi jika bukan pelajaran yang sama dari guru yang sama, namanya bukan kelas.

Kedua : Sekelompok anak yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama, tetapi guru yang berbeda, namanya juga bukan kelas.

Ketiga : Sekelompok anak yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama, tetapi jika pelajaran tersebut diberikan secara bergantian, namanya juga bukan kelas. Hadari Nawawi dalam Djamarah (2010: 176) memandang kelas dari dua sudut, yaitu:

1). Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlahsiswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya yang antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing. 2). Kelas dalam arti luas, adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.


(62)

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Pengelolaan Kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran. Pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran. Keterampilan akan dapat dicapai atau ditingkatkan dengan latihan tindakan secara berkesinambungan kemampuan untuk mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat yang membutuhkan kemampuan dasar (basic ability).

Pengelolaan kelas ditekankan pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran yaitu berkaitan dengan pengaturan orang (siswa) dan barang/ fasilitas. Kegiatan guru tersebut dapat berupa pengaturan kondisi dan fasilitas yang berada di dalam kelas yang diperlukan dalam proses pembelajaran diantaranya tempat duduk, perlengkapan dan bahan ajar, lingkungan kelas (cahaya, temperatur udara, ventilasi) dll. Dan sesuatu yang dapat dicapai yang dinamakan dalam pengetahuan, sikap, keterampilan, pengetahuan, nilai, sikap, dan keahlian.

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi pembelajaran yang kondusif dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran tersebut. Kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang kondusif bagi terjadinya proses pembelajaran ini misalnya menghentikan tingkah laku siswa yang membuat perhatian


(63)

kelas teralihkan, memberikan ganjaran kepada peserta didik yang telah melakukan tugasnya dengan baik, atau menetapkan norma kelompok yang harus ditaati bersama.

Pengelolaan kelas merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif dengan cara menciptakan situasi yang kondusif. Suatu kondisi belajar yang kondusif dapat tercapai jika guru mengatur peserta didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran, serta hubungan interpersonal yang baik antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik.

b. Tujuan Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan. Karena ada tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas, walaupun terkadang kelelahan fisik maupun pikiran dirasakan. Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan.

Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Suharsimin Arikunto yang dikutip oleh Djamarah (2010: 178) berpendapat bahwa “tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja


(64)

dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien”.

Menurut Djamarah (2010: 186) semua komponen keterampilan mengelola kelas mempunyai tujuan, baik untuk anak didik maupun untuk guru, yaitu :

1. Untuk Anak Didik

a. Mendorong anak didik mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri.

b. Membantu anak didik mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dam memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.

c. Membangkitkan rasa tanggungjawab untuk melibatkan diri dalam tugas dan pada kegiatan yang diadakan.

2. Untuk Guru.

a. Mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat. b. Menyadari kebutuhan anak didik dan memiliki kemampuan

dalam memberi petunjuk secara jelas kepada anak didik. c. Mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap

tingkah laku anak didik yang mengganggu. (d)Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat


(65)

digunakan dalam hubungannya dengan masalah tingkah laku anak didik yang muncul di dalam.

Sehubungan dengan itu, maka tujuan dari pengelolaan kelas adalah:

a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan secara optimal.

b. Mempertahankan keadaan yang stabil dalam suasana kelas, sehingga bila terjadi gangguan dalam belajar mengajar dapat ditolerir.

c. Menghilangkan berbagai hambatan dan pelanggaran disiplin yang dapat merintangi terwujudnya interaksi belajar mengajar. d. Mengatur semua perlengkapan dan peralatan yang

memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.

e. Melayani dan membimbing perbedaan individual siswa.

c. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas

Masalah pengelolaan kelas bukanlah merupakan tugas yang ringan. Berbagai faktorlah yang menyebabkan kerumitan itu. Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern siswa dan faktor ekstern siswa. Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosional, pikiran, prilaku. Kepribadian siswa dengan ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainya secara individual.


(66)

Perbedaan secara individual ini dilihat dari aspek, yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.

Sedangkan faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa di kelas, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya, semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.

Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Prinsip-prinsip pengelolaan kelas sangat diperlukan bagi seorang guru untuk meningkatkan motivasi belajarnya. Maka penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip pengelolaan kelas menurut Djamarah (2010: 184) sebagai berikut:

1. Hangat dan Antusias

Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.

2. Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar


(67)

sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.

3. Bervariasi

Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan siswa akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa.

4. Keluwesan

Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajara yang efektif. 5. Penekanan pada Hal-Hal yang Positif

Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif.

6. Penanaman Disiplin Diri.

Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri.

d. Masalah Pengelolaan Kelas.

Tingkah laku anak didik bervariasi. Variasi prilaku anak merupakan permasalahan bagi guru dalam upaya pengelolaan kelas. Menurut Made Pidarta yang dikutip oleh Djamarah (2010: 184), masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan prilaku anak didik adalah:

1. Kurang kesatuan, misalnya dengan adanya kelompok-kelompok, klik-klik, dan pertentangan jenis kelamin.


(68)

2. Tidak ada standar prilaku dalam bekerja kelompok. 3. Reaksi negatif terhadap anggota kelompok.

4. Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya. 5. Mudah mereaksi ke hal-hal negatif.

6. Moral rendah, permusuhan, agresif.

7. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah.

e. Strategi Pengelolaan Kelas

Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Strategi juga dapat diartikan istilah, teknik dan taktik mengajar. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode. Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Sedangkan mengenai bagaimana menjalankan strategi, dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran.

Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan tehnik yang dianggapnya relevan dengan metode, danpenggunaan tehnik guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan guru yang lain. Mengacu pada konteks belajar mengajar bahwa strategi dalampenelitian ini adalah tehnik atau siasat yang digunakan guru dandiperagakan oleh guru dan siswa dalam berbagai peristiwa pembelajaranuntuk mewujudkan tujuan pembelajaran agar lebih efektif dan efisien.


(1)

Dan selanjutnya disajikan dalam bentuk presentase pada setiap tabel kesimpulan. Rumus presentase yang digunakan adalah sebagai berikut :

%

100

N

F

P

Keterangan :

P : Presentase

F : Jumlah jawaban dari seluruh item

N : Jumlah perkalian item dengan responden.

Untuk mendeskripsikan hubungan kemampuan guru mengelola kelas dalam diskusi kelompok dengan motivasi belajar maka menggunakan rumus Chi Kuadrat yaitu:

 

b

i

k

j

Eij

Eij

Oij

X

1

:

:

1

2

2

Keterangan:

: Chi Kuadrat

b i:1

: Jumlah Baris

k

j1

: Jumlah Kolom

Oij : Banyaknya data yang diharapkan


(2)

77

Dengan kreteria uji sebagai berikut :

a. Jika X 2 hitung lebih besar atau sama dengan X2 tabel dengan taraf signifikan 5 % maka hipotesis diterima.

b. Jika X 2 hitung lebih kecil atau sama dengan X2 tabel dengan taraf signifikan 5 % maka hipotesis ditolak.

Untuk menguji keeratan maka digunakan rumus kontigensi sebagai berikut:

n

x

x

c

2 2

Keterangan :

C : Koefisien Kontigensi

: Chi Kuadrat

n : Jumlah Sampel

Agar C diperoleh dapat dipakai untuk derajat asosiasi antara faktor-faktor di atas maka harga C dibandingkan koefisien maksimum yang biasa terjadi maka harga maksimum ini dapat dihitung dengan rumus :

m m Cmaks  1

Keterangan :

maks

C : Koefisien kontigensi maksimum

m : Harga maksimum antara baris dan kolom

n : Bilangan konstant

Makin dekat harga C pada C maksimum maka makin besar derajat asosiasi antara variabel.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bedasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:

 Ada hubungan antara kemampuan guru mengelola kelas dalam diskusi kelompok dengan motivasi belajar siswa. Terbukti kuat pada koefisien kontingensi C = 0,62 dan kontingensi maksimum = 0,81. Bedasarkan perhitungan tersebut maka tingkat keeratan hubungan dengan €KAT = 0,76, berada pada kategori kuat. Artinya, semakin optimal guru mendampingi siswa dalam memberi bantuan untuk siswa lebih aktif berdiskusi, maka siswa akan lebih mampu berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok sebagai wujud motivasi belajar yang kuat.

B. Saran

Bedasarkan hasil kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dapat mengajukan saran sebagai berikut kepada:

1. Sekolah agar memfasilitasi untuk mendukung diskusi kelompok dengan cara membuat ruang yang sesuai dengan model diskusi kelompoknya dan memfasilitasi media-media yang menunjang kegiatan diskusi kelompok..


(4)

131

2. Kepada guru agar tidak monoton dalam proses pembelajaran seperti menggunakan variasi belajarnya dengan cara meningkatkan pemahaman tentang model diskusi dan terus berlatih menggunakan model-model tersebut. Di samping memvariasi dan meningkatkan kualitas diskusi juga dapat dengan cara memberi bekal minimal 25% materi sebelum dilaksanakan diskusi kelompok .

3. Siswa diharapkan agar melatih diri untuk berbicara dengan santun dalam berdiskusi kelompok dan mempersiapkan diri dengan cara belajar tentang materi yang akan didiskusikan, agar siswa tersebut lebih mampu menerima materi yang disampaikan dan diharapkan menjadi generasi penerus bangsa yang aktif, kritis dan berguna bagi bangsa dan negara.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Allman, Barbara. 2010. Menjadi Guru Kreatif. Jogjakarta: Golden Book. Andi, E. 2012 Tujuan dari Pengajaran. Jurnal Lumbung Pustaka UNY.

Dimyati. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Hamiyah. 2014. Strategi Belajar-Mengajar di Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Popam, James. W. 2011. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: Rineka Cipta

Robbins . 2007. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana


(6)

Sardiman, A.M. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers. Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya: Jakarta.

Rineka Cipta.

Subana dan Sunarti. 2009. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia: Bandung. CV Pustaka Setia.

Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengarar. Jakarta: Rosda

Suhana, Cucu. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.

Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rieneka Cipta

Suparlan. 2008. Menjadi Guru Efektif. Jakarta: Hikayat Publishing.

Suprijanto. 2008. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Bumi Aksara

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Undang-Undang Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Uno Hamzah B. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Usman, Moh Uzer. 2008. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Rosda


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KOMPETENSI PROFESIONAL, MOTIVASI KERJA DAN PERSEPSI GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMP DI KOTA BANDAR LAMPUNG ( Tesis)

0 23 1

PERANAN PEMANFAATAN BLOG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 25 87

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR GURU, DAN KETERSEDIAAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PEMINATAN IPS SMA NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 11 114

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) DAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI PADA SISWA – SISWI KELAS X DI SMA NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO LAMPUNG TIMUR

1 14 62

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS DISKUSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 48 69

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 11 84

HUBUNGAN TINGKAT PENGUASAAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG

1 11 89

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BAHOROK.

0 5 22

Implementasi Nilai-Nilai Demokrasi dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Batang.

0 0 2

PENGEMBANGAN MEDIA PRESENTASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MANGGIS

0 0 8