Peningkatan Kemampuan Menulis Deskripsi Bahasa Inggris Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual Di Kelas X SMK Negeri 4 Bandar Lampung

(1)

WRITING SKILLS ENHANCEMENT DESCRIPTION ENGLISH USING CONTEXTUAL APPROACHIN CLASS X VOCATIONAL HIGH SCHOOL STATE 4

BANDAR LAMPUNG

By CikAprina

This study aimsto: (1) design acontextual learning planning, (2) describe the process of implementation of contextual learning, (3) to describe contextual learning evaluation system, (4) describe the improvement of English learning achievement of class X-Akt.1 and X-Akt2 SMKN 4 Bandar Lampung.

The method usedin this study was Classroom Action Research (CAR) in 3 cycles. Incycle-1 using 4 components namely finding, constructivism, modeling and reflection. 2nd cycle using the 5 components of constructivism, finding, asking, community learning and reflection.The data who analizied using descriptive quantative. Cycle3 with 6 components constructivism, find, ask, community learning, authentic, assessment and reflection. The conclusion of this study are: (1) Design arranged with systematic clearning. (2) Activity in the implementation of the studentis learning. (3) The evaluation system implemented in the form ofa written description. (4). The explanation of description writing sikus I. do about finding, model and reflection, siklus II. do about finding, asking, learning community and reflection, sikus III. do about finding, asking, learning community, eavaluationautentics and reflection.


(2)

(3)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI BAHASAINGGRIS DENGAN MENGGUNAKAN

PENDEKATAN KONTEKSTUALDI KELAS X SMK NEGERI 4 BANDARLAMPUNG

Oleh Cik Aprina

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mendesain perencanaan pembelajaran kontekstual, (2) Mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran kontekstual, (3) Mendeskripsikan system evaluasi pembelajaran kontekstual, (4) Mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar bahasa Inggris kelas X-Akt.1 dan X-Akt.2 SMK Negeri 4 Bandar Lampung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam 3 siklus.Pada siklus ke-1 menggunakan 4 komponen yaitu menemukan, kontruktivisme, pemodelan dan refleksi.Siklus ke-2 menggunakan 5 komponen kontruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar dan refleksi. Siklus ke-3 dengan 6 komponen kontruktivisme,menemukan, bertanya, masyarakat belajar, penilaian autentik dan refleksi. Kesimpulan penelitian ini adalah : (1) Desain perencanaan pembelajaran disusun dengan sistematik. (2) Aktivitas siswa adalah dalam pelaksanaan pembelajaran. (3) Sistemevaluasidilaksanakansecaratertulisdalambentukuraian.


(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi secara lisan melahirkan sebuah interaksi dua arah dari dua atau lebih orang yang berkomunikasi. Komunikasi secara tulis membuat orang akan mampu memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaannyapada masa sekarang, dulu atau yang akan datang. Ide-ide orang pada masa dahulu dapat dipahami dengan adanya tulisan. Dengan tulisan orang akan mampu berkomunikasi dengan orang lain secara langsung maupun tidak langsung. Tulisan akan menciptakan komunikasi dalam jangka waktu yang sangat lama, bahkan ketika orang menulis sudah meninggal dunia.

Bahasa sangat berperan dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional seseorang. Orang yang memiliki keterampilan berbahasa mempunyai kesempatan yang luas untuk dapat mengembangkan intelektualnya. Perkembangan intelektual dapat terjadi karena adanya proses pemahaman terhadap ide dan gagasan baik dari diri sendiri maupun orang lain. Perkembangan sosial akan terjadi karena adanya interaksi orang dengan bantuan bahasa. Seseorang akan memahami orang lain atau sebuah masyarakat dengan adanya bahasa. Dengan bahasa perkembangan


(5)

sosial masyarakat menjadi lebih maju terjadi penguatan dalam berbagai hal. Seseorang akan berkembang emosionalnya dengan berbahasa. Dengan bahasa seseorang bisa mengungkapkan perasaannya dan mengetahui perasaan orang lain. Dengan bahasa pada akhirnya akan membantu seseorang mengenal dirinya, mengenal orang lain, mengenal budayanya dan budaya orang lain dan mendorong seseorang untuk berperan aktif dalam masyarakat. Oleh karenanya keterampilan berhahasa menjadi amat penting bagi seseorang.

Keterampilan berbahasa meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek berbahasa sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam penggunaannya. Setiap aspek berbahasa memiliki peran dan fungsi yang berbeda dan saling menguatkan dan melengkapi. Setiap orang harus memiliki keterampilan berbahasa dalam keempat aspek ini.

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting. Menulis adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan proses berpikir serta keterampilan berekspresi dalam bentuk tulisan. Keterampilan menulis dimulai dari keterampilan berpikir atau proses berpikir. Hasil proses berpikir berupa ide, gagasan, perasaan, angan-angan, atau apapun yang akan dituangkan dalam bentuk tulisan. Keterampilan menulis tidak akan dapat dilakukan kalau proses berpikir tidak terjadi.

Di Sekolah Menengah Kejuruan mata pelajaran Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran adaptif, yang bertujuan membekali siswa mempunyai kemampuan


(6)

berkomunikasi bahasa Inggris dalam konteks material komunikasi yang diperlukan bagi program keahliannya, baik yang bersifat lisan maupun tulis. Dengan kemampuan berbahasa siswa akan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. Mata pelajaran Bahasa Inggris membekali siswa untuk mampu berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tuntutan global, serta membekali siswa untuk mengembangkan komunikasi ke taraf yang lebih tinggi.

Selama penulis memberikan pembelajaran bahasa Inggris di kelas XAk-1 dan Xak-2 ada beberapa hal yang menjadi permasalahan yang terjadi pada siswa selama belajar, antara lain minat siswa terhadap pembelajaran menulis bahasa Inggris rendah. Motivasi siswa terhadap pembelajaran bahasa Inggris masih rendah. Hal ini terlihat ada proses pembelajaran yang masih kurang memperhatikan, pengerjaan tugas yang sering terlambat dalam pengumpulannya, kurangnya keseriusan siswa dalam pembelajaran terutama dalam mengeksplorasi bahan ajar.

Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran cenderung rendah, hal ini terlihat siswa masih jarang yang bertanya, masih kurang berani mengungkapkan ide dan kemampuannya dalam berbahasa. Eksplorasi menulis masih kurang, masih terbatas pada hal-hal yang diungkapkan pendidik.

Prestasi belajar siswa masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya dalam ulangan harian dari 69 siswa hanya 39 siswa yang mencapai ketuntasan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal 75. Berarti hanya 49% siswa pada kelas yang


(7)

mencapai ketuntasan, masih jauh dari target yang ditetapkan yaitu 75%, data lengkap seperti pada tabel 1.1

Tabel 1.1 : Hasil Ulangan Harian 1 Kelas X Ak1 dan X Ak.2 SMKN 4 Bandar Lampung

No. Nilai Kategori Jumlah Siswa Persentase

1 2

≥ 75

<75

Tuntas Tidak tuntas

39 40

49,3 % 50,7 %

Jumlah 79

Sumber : Buku Daftar Nilai Harian Bahasa Inggris Kelas X SMKN Bandar Lampung

Pada aspek keterampilan menulis prestasi belajar siswa masih rendah. Siswa masih sangat sulit menuangkan dan mengembangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Siswa juga mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan tulisan yang bermakna. Tulisan yang dibuat oleh siswa terkadang masih monoton dan kaku. Kosa-kata yang dimiliki siswa juga sangat sedikit sehingga hal ini terkadang menyulitkan siswa ketika mereka menyusun kalimat.

Permasalahan yang terjadi pada siswa, juga terjadi pada pendidik. Proses pembelajaran yang diberikan pendidik masih terlalu monoton, kurang variatif dalam mengembangkan model pembelajaran maupun dalam pendekatan pembelajaran. Pendidik terlalu fokus pada materi yang ada di buku belum mengembangkan secara optimal pembelajaran berdasarkan pada kompetensi yang akan dicapai.


(8)

Penggunaan media dan sumber belajar yang digunakan pendidik dalam membelajarkan siswa masih minim. Terutama dalam penggunaan media belajar yang dapat memudahkan siswa belajar. Media belajar yang baik adalah media belajar yang memudahkan dan memberikan motivasi yang kuat bagi siswa untuk belajar.

Hal ini tidak terlepas dari persiapan pendidik dalam pembelajaran masih kurang. Rencana pembelajaran yang dibuat belum dapat memberikan kemudahan bagi pendidik dalam proses pembelajaran di kelas. Rencana pembelajaran yang digunakan mungkin belum sesuai dengan kondisi siswa, kondisi sekolah dan panduan yang seharusnya, sehingga dalam proses pembelajaran yang dilakukan juga belum optimal dalam mendukung pencapaian kompetensi.

Sistem evaluasi yang dibuat belum mencerminkan tujuan kompetensi yang akan dicapai. Soal yang digunakan masih mengacu pada buku sumber belum kepada kompetensi atau tujuan pembelajaran yang sesungguhnya. Kualitas soal yang digunakan juga belum baik. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisis evaluasi hasil belajar yang kurang baik dan validitasnya juga belum baik.

Oleh karena itu perlu upaya yang baik yang harus dilakukan pendidik untuk memperbaiki proses pembelajaran agar prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. Dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran di kelas. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar, di mana pendidik menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa


(9)

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Yurnalia (2008) di SMA Gajah Mada Bandar Lampung, pembelajaran dengan menggunakan Contextual Teaching Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar ekonomi di SMA Gajah Mada Bandar Lampung, terlihat dari rata-rata skor tes uji blok kelas di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 65 dan aktivitas pendidik baik, dari persiapan, pelaksanaan, dan penutup sudah sesuai dengan skenario, begitu juga aktivitas siswa baik, dalam berpendapat dan mengajukan pertanyaan serta situasi sosial kelas sudah terlihat kondusif dan menyenangkan bagi siswa.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, ada beberapa masalah yang terjadi di SMK Negeri 4 Bandar Lampung terkait pembelajaran Bahasa Inggris di kelas X, antara lain:

1. Aktivitas proses belajar menulis siswa cenderung rendah, 2. Prestasi belajar menulis bahasa Inggris masih rendah.

3. Proses pembelajaran belum menggunakan pendekatan pembelajaran bahasa Inggris yang bervariasi dan masih terfokus materi belum pada kompetensi. 4. Penggunaan media dan sumber belajar yang digunakan pendidik dalam

membelajarkan siswa masih minim.


(10)

6. Sistem evaluasi yang dilakukan belum baik.

7. Proses pembelajaran menulis deskriptif belum efektif.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah dari latar belakang, penulis hanya membatasi permasalahan pada :

1. Perencanaan pembelajaran yang dibuat belum baik.

2. Proses pembelajaran belum menggunakan pendekatan pembelajaran bahasa Inggris yang bervariasi dan masih terfokus materi belum pada kompetensi. 3. Sistem evaluasi yang dilakukan belum baik.

4. Prestasi belajar menulis bahasa Inggris masih rendah.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran menulis deskripsi bahasa Inggris dengan menggunakan pendekatan kontekstual?

2. Bagaimana proses pembelajaran menulis deskripsi bahasa Inggris dengan menggunakan pendekatan kontekstual?

3. Bagaimana sistem evaluasi pembelajaran menulis deskripsi bahasa Inggris dengan menggunakan pendekatan kontekstual?


(11)

4. Bagaimana peningkatan kemampuan menulis deskripsi bahasa Inggris dengan menggunakan pendekatan kontekstual?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki mutu pembelajaran dengan cara:

1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran menulis deskripsi bahasa Inggris dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang tepat.

2. Mendeskripsikan proses pembelajaran menulis deskripsi bahasa Inggris dengan menggunakan pendekatan kontekstual dengan cepat.

3. Mendeskripsikan sistem evaluasi pembelajaran menulis deskripsi bahasa Inggris dengan pendekatan kontekstual dengan cepat.

4. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis deskripsi bahasa Inggris dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis

Manfaat Teoritis penelitian adalah mengembangkan Konsep, Teori, Prinsip, dan Prosedur TP dalam meningkatkan kemampuan menulis deskripsi di SMK pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya TP kawasan desain dan pengarahan pembelajaran.


(12)

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kesadaran terhadap manfaat dan pentingnya keterampilan menulis bahasa Inggris baikuntuk kepentingan penguasaan ilmu pengetahuan maupun komunikasi praktisdalam kehidupan nyata di masyarakat.

2. Bagi pendidik, dapat menambah pengalaman dalam memahami karateristik siswa dan kemampuannya belajar berkaitan dengan materi pelajaran yang diberikan, sehingga aktivitas proses belajar mengajar dapat dilaksanakan secara maksimal dan efektif.

3. Bagi sekolah, dapat memberi masukan yang positif khususnya bagi kepala sekolah dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan dan kualitas pembelajaran bahasa Inggris di sekolah.

4. Bagi peneliti lain, dapat memberikan informasi sebagai bahan rujukan rangka melaksanakan penelitian lanjut berkenaan dengan masalah-masalah penyelenggaraan pendidikan khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan.


(13)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran

Viagotsky mempercayai bahwa peralatan, baik berupa benda nyata (seperti mesin cetak, penggaris, komputer, PDA, dan internet) maupun simbol (seperti nomor, sistem dalam matematika, gambar, atlas, karya seni, serta bahasa) memiliki peranan penting bagi perkembangan kognitif anak oleh karena itu pemanfaatan media gambar yang termasuk juga pembelajaran secara kontekstual dapat membantu siswa berpikir dan menyelesaikan masalah dalam penulisan teks deskripsi.

Pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran mempercayai

bantuan yang diberikan oleh peserta didik agar terjadi proses pengolahan, ilmu,

dan pengetahuan, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peseta didik.

Dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar

dapat belajar dengan baik.

Instruction/pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu


(14)

sedemikian rupa , mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa

internal (Gagne dan Briggs 2003 : 3).

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 10/2003, Bab I pasal ayat 20). Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen :

1. Siswa : seseorang yang bertindak sebagai pencari, menerima dan menyimpan materi pembelajaran yang dibutuhkan untuk mncapai tujuan.

2. Guru : seseorang yang bertindak sebagai pengelola literatur dan peran lainnya. 3. Tujuan : pernyataan tentang perubahan prilaku yang diinginkan terjadi pada

siswa.

4. Isi pembelajan : segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan.

5. Metode : cara yang diberikan untuk mendapatkan informasi kepada siswa. 6. Media : bahan pengajaran yang digunakan untuk informasi kepada siswa. 7. Evaluasi : alat untuk mengukur pencapaian siswa dalam menerima informasi.

Disinilah letak pentingnya strategi pembelajaran yaitu menentukan langkah dan kegiatan yang dilakukan sehingga dapat memberikan pengalaman pembelajaran kepada siswa dan dengan belajar siswa dapat mengubah tingkah laku.

Pengertian metode pembelajaran dalam pendidikan sangata berkaitan dengan psikologi anak oleh karena itu pembelajaran dengan menggunakan konseptual akan sangat membantu anak dalam mendapatkan informasi yang diinginkan.


(15)

2.2 Hakikat Belajar

Aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekadar stimulus dan respons yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu. Kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri invidu yang sedang belajar. Menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan lain sebagainya.

Kendati pendekatan kognitif sering dipertentangkan dengan pendekatan behavioristik, namun ia tidak selalu menafikan pandangan-pandangan kaum behavioristik. Reinforcement, misalnya, yang menjadi prinsip belajar behavioristik, juga terdapat dalam pandangan kognitif tentang belajar. Namun bedanya, behavioristik memandang reinforcement sebagai elemen yang penting untuk menjaga atau menguatkan tingkah laku, sedangkan menurut pandangan kognitif reinforcement sebagai sebuah sumber feedback apakah kemungkinan yang terjadi jika sebuah perilaku diulang lagi.

Menurut Bruner dalam Slameto (2003: 11) belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang, tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian sehingga siswa dapat belajar lebih mudah Belajar akan terjadi jika kurikulum yang disajikan didesain sedemikian sehingga siswa menjadi termotivasi dengan kemudahan yang diberikan.

Menurut Gagne belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku (Slameto, 2003: 13).


(16)

Dengan adanya motivasi yang kuat dari siswa maka siswa akan lebih mudah dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku yang diharapkan. Proses belajar adalah proses untuk mendapatkan motivasi yang kuat sehingga pada akhirnya siswa dapat memperoleh pengetahuan dengan mudah.

Sedangkan menurut Pavlov belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya stimulus dan respon (Syah, 2005: 95). Dengan stimulus yang diberikan kepada siswa maka siswa akan memberikan respon sehingga terjadi proses pembangunan kemampuan. Stimulus yang diberikan kepada siswa merupakan tugas pendidik dalam mendesainnya sehingga menyebabkan siswa menjadi tergerak untuk melakukan respon belajar.

Selanjutnya menurut teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Bandura dalam Syah (2005: 106) memandang bahwa tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri. Prinsip dasarnya adalah belajar sosial dan moral. Bandura lebih jauh menjelaskan bahwa belajar tidak cukup hanya dengan memberikan stimulus kepada siswa. Tetapi siswa sendiri sebenarnya sudah mempunyai kemampuan dasar dalam belajar. Diperlukan usaha yang optimal untuk mendesain lingkungan belajar, metode belajar, media pembelajaran agar terjadi interaksi dengan skema kognitif yang sudah dimiliki oleh siswa.

Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme.Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan


(17)

sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget dalam Sumanto (2003: 130) bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1)

sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi.

Atherton dalam Sumanto (2003: 128) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes material into their mind from the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”

Dikemukakannya pula bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari pendidik. Pendidik hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :

1) Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu pendidik mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak.


(18)

2) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Pendidik harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

3) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. 4) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

5) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

2.3 Hakikat Pembelajaran

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2003: 297), pembelajaran adalah kegiatan pendidik secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran adalah usaha yang harus dilakukan pendidik untuk membantu siswa agar dapat belajar secara aktif dalam rangka menguasai kompetensi yang direncanakan. Aktivitas siswa akan terjadi jika siswa berinteraksi dengan siswa dan sumber belajar.

Menurut Hamalik (2009: 57) pembelajaran adalah suatu kombinasi tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.Manusia yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik, siswa, dan tenaga pendidik lainnya.Material yang terlibat dalam pembelajaran diantaranya buku, papan tulis, spidol, foto dan lainnya.Fasilitas diantaranya ruangan kelas, perlengkapan audio-video, komputer dan lainnya.Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian materi, praktek


(19)

dan lainnya.Jadi pembelajaran adalah keseluruhan komponen yang terlibat dalam pembelajaran.

Sedangkan menurut Depdiknas (2003: 2) pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar akan menghasilkan sebuah proses belajar pada diri siswa. Pendidik bukan lagi sebagai sumber utama dalam pembelajaran siswa. Pendidik harus mampu mendesain sumber belajar yang memadai yang memungkinkan siswa tertarik untuk melakukan proses belajar.

Tingkah laku yang berubah sebagai hasil proses pembelajaran mengandung pengertian luas, mencakup pengetahuan, pemahaman, sikap, dan sebagainya. Perubahan yang terjadi memiliki karakteristik: (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat berkesinambungan dan fungsional, (3) tidak bersifat sementara, (4) bersifat positif dan aktif, (5) memiliki arah dan tujuan, dan (6) mencakup seluruh aspek perubahan tingkah laku, yaitu pengetahuan, sikap, dan perbuatan.

2.4 Karakteristik Bahasa Inggris di SMK

a. Tujuan Pembelajaran Bahasa Inggris di SMK

Pembelajaran di SMK secara umum merupakan pembelajaran yang memberikan kompetensi keahlian khusus. Dikaitkan dengan kurikulum 2013 yang berfokus kepada skill atau keterampilan. Masing-masing program keahlian di SMK menampilkan format belajar yang khusus. Tingkat pencapaian kompetensi


(20)

merupakan dasar utama pembelajaran dikatakan berhasil atau tidak apabila siswa telah mencapai tingkat keahlian sesuai dengan program keahliannya.

Mata pelajaran Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran adaptive yang berperan menunjang pencapaian kompetensi program keahlian. Pembelajaran bahasa Inggris di SMK bertujuan agar siswa memiliki kemampuan menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar Bahasa Inggris untuk mendukung pencapaian kompetensi program keahlian. Sesuai dengan amanat kurikulum 2013 pembelajaran Bahasa Inggris menggunakan ragam teks yaitu teks fungsional panjang berbentuk percakapan narative, descriptive, dan recount maupun teks dengan berbagai tema. Pada kurikulum 2013 berfokus pada pengembangan karakter siswa seperti kecintaan pada alam Indonesia dan apresiasi pada tokoh penting bangsa. Hal ini diharapkan agar bisa menjadi inspirasi siswa untuk berprilaku positif.

Di tahapan selanjutnya pembelajaran Bahasa Inggris juga bertujuan menerapkan penguasaan kemampuan dan keterampilan Bahasa Inggris untuk berkomunikasi baik lisan maupun tulisan pada level intermediate. Sehingga pada akhirnya secara maksimal mendukung kompetensi bidang keahlian secara khusus yang dimiliki siswa. Siswa akan mampu mengkomunikasikan keahlian dan berupa produk keahlian kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Mata pelajaran Bahasa Inggris membekali siswa kemampuan berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tuntutan global, serta membekali siswa untuk mengembangkan komunikasi ke taraf yang lebih tinggi. Kompetensi yang dimiliki merupakan kemampuan secara personal. Ketika ini mampu


(21)

dikomunikasikan dan bahkan sampai ketingkat global akan menjadi sebuah prestasi yang gemilang. Kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tulis menjadi sangat penting.

b. Ruang Lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di SMK meliputi tiga aspek yaitu : 1. Dasar komunikasi Bahasa Inggris level novice

2. Dasar komunikasi Bahasa Inggris level elementary

3. Dasar komunikasi Bahasa Inggris level intermediate

Dasar komunikasi Bahasa Inggris level novice diberikan disemester 1 dan 2 kelas X, Dasar komunikasi Bahasa Inggris level elementary diberikan di semester 3 dan 4 kelas XI dan Dasar komunikasi Bahasa Inggris level intermediate diberikan di kelas XII semester 5 dan 6.

c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Berkomunikasi dengan Bahasa Inggris setara

LevelNovice

1. 1Memahami ungkapan-ungkapan dasar pada interaksi sosial untuk kepentingan kehidupan

1. 2Menyebutkan benda-benda, orang, ciri-ciri, waktu, hari, bulan, dan tahun

1. 3Mendeskripsikan benda-benda, orang, ciri-ciri, waktu, hari, bulan, dan tahun

1. 4Menghasilkan tuturan sederhana yang cukup untuk fungsi-fungsi dasar

1. 5Menjelaskan secara sederhana kegiatan yang sedang terjadi 1. 6Memahami memo dan menu sederhana, jadwal perjalanan

kendaraan umum, dan rambu-rambu lalu lintas 1. 7Memahami kata-kata dan istilah asing serta kalimat

sederhana berdasarkan rumus 1. 8Menuliskan undangan sederhana


(22)

Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Berkomunikasi dengan Bahasa Inggris setara

Level Elementary

2. 1Memahami percakapan sederhana sehari-hari baik dalam konteks profesional maupun pribadi dengan orang bukan penutur asli

2. 2Mencatat pesan-pesan sederhana baik dalam interaksi langsung maupun melalui alat

2. 3Merinci tugas pekerjaan dan latar belakang pendidikan yang dimilikinya secara lisan dan tulisan

2. 4Menceritakan pekerjaan di masa lalu dan rencana kerja yang akan datang

2. 5Mengungkapkan berbagai macam maksud hati 2. 6Memahami instruksi-instruksi sederhana

2. 7Membuat pesan-pesan pendek, petunjuk dan daftar dengan pilihan kata, ejaan dan tata tulis yang berterima

3. Berkomunikasi dengan Bahasa Inggris setara

Level Intermediate

3. 1Memahami monolog yang muncul pada situasi kerja tertentu 3. 2Memahami percakapan terbatas dengan penutur asli

3. 3Menyajikan laporan

3. 4Memahami manual penggunaan peralatan 3. 5Memahami surat-surat bisnis sederhana 3. 6Memahami dokumen-dokumen teknis 3. 7Menulis surat bisnis dan laporan sederhana

2.4.1 Pembelajaran Menulis Bahasa Inggris di SMK.

Menulis atau mengarang, dua istilah yang tidak asing bagi masyarakat. Pengertian menulis sebagai proses yang melibatkan pengetahuan, pengalaman, serta penalaran untuk dituangkan dalam tulisan dengan tidak meninggalkan proses revisi.

Macdonald & Macdonald (2001:1) menyatakan : “writting process is a creative act of construction that seems to begin with nothing (blank page) and ends with coherent structures that express feeling, emotions, attitude, prejudices, and value (the full range of human experience)”.

Proses menulis adalah penekanan terletak pada keseimbangan antar proses dan produk. Produk merupakan tujuan penulis dan juga merupakan alasan melalui


(23)

proses pra-menulis, konsep revisi, dan tahap editing (Doglass Brown, 2002:344). Dengan mengikuti langkah-langkah yang jelas siswa diharapkan dapat menghasilkan tulisan yang berkualitas.

Seiring pendapat dengan Brown, Joy M. Reid (2002;76) kegiatan menulis merupakan suatu proses dimana harus melalui beberapa tahap, yaitu tahap pra-penulisan, tahap pra-penulisan, tahap perbaikan, dan tahap editing.

Menulis merupakan keterampilan untuk mengolah pengetahuan, pengalaman, pikiran serta ide atau gagasan ke dalam tulisan. Hal tersebut diperlukan keterampilan untuk menggunakan aspek berbahasa, yakni penggunaan tanda baca dan ejaan, pemilihan diksi atau kosakata, penggunaan tata bahasa atau struktur kalimat, pengembangan paragraf, serta pengolahan gagasan. Untuk mencapai suatu tulisan yang baik sesuai kaidah bahasa Inggris, tentu saja akan berhubungan pula dengan keefektifan dalam menggunakan kalimat.

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan, gagasan, ide, dan pemberitahuan kepada penerima (pembaca) sesuai dengan yang ada dalam benak si penyampai (penulis). Kalimat itu mempunyai ciri-ciri: (1) strukturnya teratur; (2) kata yang digunakan mendukung makna secara tepat; dan (3) hubungan antar bagiannya logis. Menurut Atarsemi (2004), kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi sasaran, mampu menimbulkan pengaruh, dan meninggalkan kesan. Kalimat tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) sesuai dengan tuntutan bahasa baku; (2) jelas; (3) ringkas atau lugas; (4) adanya hubungan yang baik (koherensi); (5) kalimat harus hidup; dan (6) tidak ada unsur yang tidak berfungsi.


(24)

Dari pendapat-pendapat diatas dapat dikatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan yang ada pada diri seseorang dalam mengembangkan ide/gagasan, pikiran atau perasaan kepada orang lain yang dituangkan dalam bahasa tulis berkaitan dengan suatu makna yang dipelajari (ilmu pengetahuan), pengalaman hidup sehari-hari, opini dan sebagainya.

2.5 Desain Pembelajaran

Desain pembelajaran mencakup seluruh proses yang dilaksanakan pada pendekatan sistem, sedangkan teori belajar, teori evaluasi, dan teori pembelajaran merupakan teori-teori yang melandasi desain pembelajaran. Salah satu desain pembelajaran adalah model ASSURE. Sharon E. Smaldino, Deborah L. Louther, dan James D. Russel (2008) mengemukakan desain model pembelajaran yang dinamakan ASSURE. Model ini sama dengan model desain pembelajaran yang lain, dikembangkan untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang standards and objectives ; 1) select strategies, technology, media and matterials, 2) utilize technology, media and matterials, recuire learner particippation, and 3) evaluated and revise.

Keterampilan menulis adalah keterampilan yang paling kompleks, karena keterampilan menulis merupakan suatu proses perkembangan yang menuntut pengalaman, waktu, kesepakatan, latihan serta memerlukan cara berpikir yang teratur untuk mengungkapkannya dalam bentuk bahasa tulis. Oleh sebab itu, keterampilan menulis perlu mendapat perhatian yang lebih dan sungguh-sungguh sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa.


(25)

Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan dan pengetahuan. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan struktur bahasa, dan kosakata. Disebut sebagai kegiatan produktif karena kegiatan menulis menghasilkan tulisan, dan disebut sebagai kegiatan yang ekspresif karena kegiatan menulis adalah kegiatan yang mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan pengetahuan penulis kepada pembaca.

Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang hidup danberpengaruh. Karangan deskripsi berhubungan dengan pengalamanpancaindera seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, danperasaan. Deskripsi memberikan suatu gambaran tentang suatu peristiwaatau kejadian dan masalah. Untuk menulis suatu deskripsi yang baikseseorang pengarang harus dekat kepada objek dan masalah dengan semua panca indera.

Deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu obyek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga obyek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri obyek itu (Keraf 2000:16). Deskripsi memberi satu citra mental mengenai sesuatu hal yang dialami, misalnya pemandangan, orang atau sensasi.

Deskripsi berasal dari kata decription yang berarti uraian atau lukisan.Arti deskripsi menurut Keraf (2000: 93) merupakan sebuah bentuk tulisanyang bertahan dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perinciandan objek yang sedang dibicarakan. Kata deskripsi berasal dari kataLatin describera


(26)

Fungsi utama dari deskripsi adalah membuat para pembacanya melihat barang-barang atau obyeknya, atau menyerap kualitas khas dari barang-barang-barang-barang itu. Deskripsi membuat kita melihat yaitu membuat visualisasi mengenai obyeknya, atau dengan kata lain deskripsi memusatkan uraiannya pada penampakan barang. Dalam deskripsi kita melihat obyek garapan secara hidup dan konkrit, kita melihat obyek secara bulat.

Misalnya kita akan membuat deskripsi tentang sebuah rumah, diharapkan menyajikan banyak penampilan individual dan karakteristik dari rumah itu, dan beberapa aspek yang dapat dianalisis seperti : besarnya, materi konstruksinya, dan rancangan arsitekturnya. Demikian pula deskripsi suatu daerah pedesaan kurang bertalian dengan ciri-ciri studi topografis, tetapi lebih terfokus pada macam-macam keistimewaan umum, dan suasana lokal yang menarik. Karena sasaran yang dituju adalah memberi perhatian pada penampilan yang khas dari obyeknya. Deskripsi lebih memberikan citra yang menarik mengenai objek itu. Deskripsi banyak kaitannya dengan hubungan pancaindera dan pencitraan, maka banyak tulisan deskripsi di klasifikasikan sebagai tulisan kreatif.

Tujuan menulis deskripsi adalah membuat para pembaca menyadari dengan hidup apa yang diserap penulis melalui pancaindera, merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang digambarkannya, menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung. Objek yang dideskipsikan mungkin sesuatu yang bisa ditangkap dengan pancaindera kita.Sebuah pemandangan alam, jalan-jalan kota, tikus-tikus selokan atau kuda balapan, wajah seseorang yang cantik molek, atau seseorang yang putus asa, alunan musik atau gelegar guntur, dan sebagainya.


(27)

Paragraf deskripsi merupakan penggambaran suatu keadaan dengan kalimat-kalimat, sehingga menimbulkan kesan yang hidup. Penggambaran atau lukisan itu harus disajikan sehidup-hidupnya, sehingga apa yang dilukiskan itu hidup di dalam angan-angan pembaca.

Deskripsi lebih menekankan pengungkapannya melalui rangkaian kata-kata. Walaupun untuk membuat deskripsi yang baik, penulis harus mengadakan identifikasi terlebih dahulu, namun pengertian deskripsi hanya menyangkut pengungkapan melalui kata-kata. Dengan mengenal ciri-ciri objek garapan, penulis dapat menggambarkan secara verbal objek yang ingin diperkenalkan kepada para pembaca.

Maka dapat disimpulkan bahwa menulis deskripsi merupakan tulisan yang melukiskan suatu objek sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan merasakan hal-hal yang ditulis penulis. Pembaca akan bisa memahami objek yang menjadi tulisan sebagaimana penulis memahaminya.

2.6 Dampak dari Proses Pembelajaran Kontekstual

2.7 Pendekatan Kontekstual

2.7.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) menjadi sebuah alternatif untuk pembelajaran di kelas. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu pendidik mengaitkan antara materi yang diajarkan


(28)

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep seperti ini diharapkan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.

Dalam proses pembelajaran kontekstual, siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari pendidik kepada siswa (Depdiknas 2003:1). Dalam konteks itu siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaat bagi kehidupan mereka, dalam status apa dan bagaimana mencapainya. Siswa sadar bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Sehingga mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam proses tersebut siswa memerlukan pendidik sebagai pengarah dan pembimbing (Depdiknas 2003:1).

Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar yang menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat (Nurhadi 2003 : 10). Konsep pendekatan kontekstual merupakan konsep pendekatan baru dalam kurikulum berbasis kompetensi yang mengajak siswa untuk belajar dengan menyenangkan dan siswa akan memperoleh pengalaman dalam setiap kegiatan belajar mereka. Pendekatan kontekstual mengubah tradisi dari teacher-oriented menjadi student oriented, yaitu mengubah pembelajaran yang berorientasi pada penuntasan materi pendidik


(29)

menjadi proses belajar yang berorientasi pada pemberdayaan potensi siswa dan pencapaian kompetensi.

Pendidik dalam konsep pendekatan kontekstual adalah membantu siswa mencapai tujuannya, maksudnya pendidik lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas pendidik adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari kegiatan “menemukan sendiri” bukan dari “apa kata pendidik”. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dilibatkan secara maksimal, diberikan bekal dan rambu-rambu dalam proses kegiatan pembelajaran. Siswa dibiarkan bebas berekspresi dan belajar mandiri, pendidik hanya membimbing jika siswa memerlukan bantuan. Pembelajaran kontekstual mengasumsikan bahwa secara ilmiah pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang dan itu dapat terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat. Teori pembelajaan kontekstual berfokus pada multi-aspek lingkungan belajar, yaitu ruang kelas, laboratorium sains, laboratorium komputer, perpustakaan, tempat bekeja, maupun tempat-tempat lainnya (misalnya ladang, sawah, sungai, dan sebagainya). Pembelajaran konteksual dikembangkan untuk meningkatkan kinerja kelas. Kelas yang “hidup” diharapkan menghasilkan output yang bermutu tinggi.

Pendekatan kontekstual lebih mengutamakan strategi daripada hasil. Pendidik dalam kelas kontekstual mempunyai tugas untuk membantu siswa mencapai tujuan. Tugas pendidik lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberikan informasi kepada siswa karena dalam pendekatan kontekstual siswa


(30)

dituntut untuk aktif menemukan sendiri pengetahuan tersebut bukan dari ceramah pendidik, pendidik hanya memberikan jalan dan mengarahkan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Untuk itu pendidik harus pandai memilih strategi yang tepat yang mampu membekali siswa dengan pengetahuan untuk diterapkan dari satu masalah ke masalah lainnya dan dari satu konteks ke konteks. Pendidik juga harus mampu mengkondisikan kelas dan mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas.

2.7.2 Pembelajaran Kontekstual

Ada lima belas kata kunci dalam pembelajaran kontekstual, yaitu. Real - Word Learning, mengutamakan pengalaman nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, aktif, kritis dan kreatif, pengetahuan bermakna dalam kehidupan, dekat dengan kehidupan nyata, perubahan perilaku, siswa praktek bukan menghafal, learning bukan teaching, pendidikan (education) bukan pengajaran (instruction), pembentukan manusia.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual menghadapkan siswa dengan dunia nyata (real world) di mana mereka berada. Sehingga materi-materi yang mereka pelajari bukan hanya menjadi bayangan dalam pikiran mereka. Siswa dalam kelas kontekstual akan mengalami sendiri kegiatan belajar dan kaitannya dengan apa yang mereka pelajari, dengan begitu siswa lebih mudah memahami apa yang mereka pelajari. Siswa diajak untuk berpikir, bukan sekadar menerima apayang dikatakanpendidik.Siswa menjadi subjek dalam kelas kontekstual, artinya pusat dari proses pembelajaran adalah siswa bukan pendidik.siswa harus aktif, kritis,


(31)

dan kreatif menemukan sendiri pengetahuan dan pengalaman baru yang akan memberikan manfaat bagi mereka. Siswa duduk manis mendengarkan ceramah pendidik tidak berlaku dalam kelas kontekstual.

Siswa dalam mengikuti kegiatan belajar harus mengetahui manfaat yang akan mereka dapatkan dari apa yang mereka pelajari dan apakah pengetahuan yang mereka pelajari bermakna dalam kehidupannya. Pendidik sebagai fasilitator dan motivator di kelas harus mampu mengajak siswa mengaitkan materi yang mereka pelajari dengan kehidupan nyata. Masalah-masalah dalam kehidupan nyata menjadi bahan utama dalam pembelajaran kontekstual.

Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan mengalami perubahan perilaku kearah positif, misalnya semula siswa tidak bisa berbahasa dengan baik setelah mengikuti pembelajaran siswa mampu berbahasa dengan baik. Tujuan dari pendekatan kontekstual adalah pembentukan manusia.pembelajaran kontekstual diharapkan dapat menghasilkan output (siswa) yang menguasai kompetensi-kompetensi tertentu yang dibutuhkan dalam kehidupannya sebagai anggota keluarga atau anggota masyarakat.

Dalam pembelajaran kontekstual siswa tidak menghapal materi tetapi langsung mempraktekkan materi tersebut sehingga mereka mengalami sendiri secara langsung. Pusat pembelajaran kontekstual pada kegiatan belajar adalah siswa bukan kegiatan mengajar pendidik. Namun siswa yang melakukan kegiatan belajar, sedangkan pendidik mengarahkan dan membimbing siswa dalam kegiatannya. Atau dapat dikatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah proses pendidikan bukan pengajaran.


(32)

Pembelajaran kontekstual juga berusaha memecahkan masalah kesulitan belajar yang dialami siswa. Siswa diarahkan untuk mampu menemukan pemecahan masalahnya sendiri. Dalam pendekatan kontekstual hasil belajar siswa tidak hanya diukur dengan tes, tetapi juga performa atau penampilan siswa.

Menurut Zahorik dalam Depdiknas (2003:7) ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran kontekstual, yaitu (1) pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), (2) pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya. (3) pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yaitu dengan cara menyusun konsep sementara (hipotesis), melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan dan atas dasar tanggapan itu konsep tersebut direvisi dan dikembangkan. (4) mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge); (5) melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memiliki karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan lain. Dalam pembelajaran kontekstual ada kerja sama antar siswa, antara siswa dengan pendidik sebagai fasilitator dan motivator. Karakteristik yang kedua yaitu saling menunjang dalam kegiatan pembelajaran, menyenangkan dan tidak membosankan sehingga siswa lebih bergairah dalam belajar. Kelas kontekstual juga merupakan kelas yang terintegrasi, materi pembelajaran menggunakan berbagai sumber bukan satu sumber saja.


(33)

Siswa dalam kelas kontekstual aktif dan senantiasa sharing atau diskusi dengan teman mengenai materi yang sedang mereka pelajari. Mereka juga kritis terhadap pelajaran yang sedang dipelajari. Pendidik hanya sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa, meskipun demikian pendidik juga harus kreatif dalam mengelola kelas agar kelas tersebut tidak membosankan dan dapat membangkitkan gairah belajar siswa.

Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain yang dapat menambah pengetahuan siswa juga memacu mereka untuk lebih kreatif. Hasil-hasil kerja mereka juga dapat dijadikan model dalam pembelajaran bagi kelas lainnya. Suasana kelas pada akhirnya juga akan memberikan efek positif pada proses pembelajaran kontekstual.

Dalam pendekatan kontekstual, laporan hasil belajar siswa bukan hanya rapor, tetapi semua hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa dan hasil kerja siswa lainnya.Semua evaluasi dan hasil karya siswa selayaknya dikumpulkan dan dijadikan bahan dalam pembuatan laporan hasil belajar.

Dari penjelasan mengenai pendekatan kontekstual di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan salah satu alternatif pendekatan yang sangat relevan. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang membantu pendidik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan kehidupan nyata siswa sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan nyata. Dalam pendekatan kontekstual siswa mengetahui manfaat apa yang diperoleh dari kegiatan belajar yang ia


(34)

lakukan. Dan mereka sendiri yang mengalami proses tersebut karena siswa sebagai subjek pembelajaran, pendidik hanya sebagai fasilitator dan motivator yang mengarahkan dan memotivasi siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kontekstual diharapkan mampu menghasilkan siswa yang kritis, kreatif, mandiri dan berkompeten.

2.7.3 Komponen Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu kontruktivisme (contructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Sebuah kelas dikatakan kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Untuk menerapkan itu tidak sulit karena pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, kelas yang bagaimanapun, bidang studi apa saja dan kelas yang bagaimanapun keadaannya (Depdiknas 2003:10).

Menurut Nurdin seperti yang dikutipkan oleh Sagala (2010: 88) ada beberapa langkah konkret dalam pembelajaran menulis dengan menerapkan tujuh komponen pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut: a. Kontruktivisme

Kontruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual,yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yanghasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak tiba-tiba.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau


(35)

kaidahyang siap untuk diambil dan diingat. Siswa harus dibiasakan untuk memecahkanmasalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut denganide-ide. Pendidik tidak akan mampu mengkonstruksikan semua pengetahuankepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak merekasendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harusmenemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain,dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakandibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.

Untuk itu tugas pendidik adalah menfasilitasi proses tersebut dengan : a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa

b. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri

c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar

Langkah nyata dalam menulis deskripsi pada elemen ini dilakukan melalui proses yang dilaksanakan dalam tahapan-tahapan tertentu secara runtut. Tahapan menulis diawali dari menentukan topik dan judul tulisan, menyusun kerangka tulisan, mengembangkan paragraf menjadi tulisan yang utuh, dan diakhiri dengan kegiatan merevisi tulisan. Dengan cara yang


(36)

demikian, hasil karangan atau tulisan para siswa menjadi lebih baik atau optimal.

b. Inkuiri

Dalam pelaksanaan proses belajar menulis deskripsi, siswa dilatih untuk dapat mengembangkan daya imajinasinya melalui kegiatan menemukan (inquiri).

Secara umum siklus pembelajaran inkuiri : 1) Observasi (Observation)

2) Bertanya (Questioning)

3) Mengajukan Dugaan (Hipotesis) 4) Mengumpulkan Data (Data Gathering) 5) Penyimpulan (Conclussion)

Kegiatan inkuiri dalam pembelajaran menulis diwujudkan melalui kegiatan menemukan topik, judul, dan ide pokok karangan berdasarkan pengalaman nyata para siswa yang dituliskan dalam kerangka (draf) karangan yang dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan, bertanya, dan menyimpulkan.

c. Bertanya

Bertanya merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari orang lain. Kegiatan bertanya dilakukan dengan cara mengelompokkan para siswa dalam beberapa kelompok belajar. Para siswa dalam satu atau antar kelompok melakukan kegiatan bertanya untuk memperoleh


(37)

pengetahuan atau informasi dari temannya yang dapat digunakan untuk bahan dalam mengembangkan karangan.

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:

(1) menggali informasi

(2) mengecek pemahaman siswa (3) membangkitkan respon siswa

(4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa

(6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki pendidik (7) untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa

(8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa

d. Masyarakat Belajar

Masyarakat belajar (learningcommunity) adalah sebuah komunitas atau kelompok dimana orang-orang yang ada di dalamnya adalah orang mau belajar dari orang lain, setiap orang bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kayadengan pengetahuan dan pengalaman.Dalam masyarakat belajar terjadi proses pembelajaran secara sinergis dan dua arah. Interaksi belajar terjadi dari pendidik kepada siswa, dari siswa kepada pendidik, dari pendidik dengan pendidik, siswa dengan siswa, bahkan dari siapa saja.


(38)

Dalam kelas kontekstual pendidik disarankan selalu melaksanakan pembelajarandalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompokyang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahumemberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannyayang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya.

Metode pembelajaran dengan tehnik“learning community” ini sangat

membantu proses pembelajaran di kelas. Langkah pembelajaran dengan teknik masyarakat belajar terwujud dalam :

a. Pembentukan kelompok kecil b. Pembentukan kelompok besar

c. Mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, dan sebagainya)

d. Bekerja dengan kelas sederajat

e. Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya f. Bekerja dengan masyarakat

Pada pembelajaran menulis masyarakat belajar dapat dilakukan melalui kerjasama teman dalam kelompok atau teman antar kelompok. Pengetahuan yang dibangun melalui kerjasama dengan teman, dapat digunakan sebagai acuan pola pikir setiap individu siswa.Masyarakat belajar yang diterapkan pada pembelajaran menulis, membuat Siswa merasa terbantu dalam proses belajarnya untuk dapat menghasilkan karangan yang lebih baik dibandingkan dengan pola belajar secara individu.


(39)

e. Pemodelan

Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, adamodel yang bisa ditiru. Model itu berupa cara mengoperasikan sesuatu, caramelempar bola dalam olah raga, contoh: karya tulis, cara melafalkankata dalam BahasaInggris, dan sebagainya. Contoh lain misalnya pendidik memberi cara mengerjakan sesuatu atau pendidik memberi model tentang bagaimana cara belajar.

Model juga dapat didatangkan dari luar yang merupakan seorang yang ahli dibidangnya. Seorang penutur asli berbahasaInggris sekali waktu dapat dihadirkan di kelas untuk menjadi model caraberujar, cara bertutur kata, gerak tubuh ketika berbicara, dan sebagainya.

Implementasi terhadap pembelajaran menulis pada elemen pemodelan adalah dengan memberi model atau contoh karangan yang baik dan benar. Bagaimana proses pembuatan tulisan deskripsi yang baik dan benar sehingga dihasilkan tulisan yang baik dan benar. Pemberian model dalam pembelajaran menulis dapat mengefektifkan proses pembelajaran. Dengan memberikan contoh pola karangan kepada siswa, mereka lebih mudah dalam mengerjakan tugas dari pendidiknya melalui pola yang telah dicontohkan.

f. Refleksi

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atauberpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yanglalu.


(40)

Siswa menyimpan dan mengendapkan pemahamannya dengan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Kunci dari semua itu adalah, bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak Siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana menerapkan ide-ide baru.

Pada akhir pembelajaran pendidik menyisakan waktu sejenak agar Siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa :

a. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, b. Catatan atau jurnal di buku siswa,

c. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, d. Diskusi,

e. Hasil karya.

Dalam kegiatan menulis, refleksi sangat dibutuhkan untuk dapat mengembangkan ide atau gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan atau karangan. Kegiatan refleksi dilakukan pada setiap proses pembuatan karangan mulai dari tahap penentuan topik karangan sampai kegiatan merevisi atau memperbaiki tulisan.

G. Penilaian autentik

Penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran secara utuh tentang perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh pendidik agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan


(41)

benar. Kemacetan belajar siswa harus diketahui sejak awal dengan cara mengidentifikasi data. Hal ini dilakukan supaya siswa terbebas dari kemacetan belajar.

Elemen penilaian autentik dalam pembelajaran menulis dilakukan dengan memberi latihan kepada para siswa untuk menilai karangan teman dan karangan sendiri secara objektif. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mempresentasikan hasil tulisan di depan kelompok, kemudian masing-masing anggota kelompok memberikan masukan atau penilaian terhadap hasil karyanya. Hal dapat menumbuhkan keberanian kepada siswa untuk biasa menerima masukan dari orang lain dan melatih siswa memiliki sifat kejujuran dalam bekerja.

Dari uraian diatas, penerapan tujuh elemen pendekatan kontekstualpada pembelajaran menulis merupakan upaya untuk meningkatkan produktivitas pembelajaran menulis, sehingga proses belajar diharapkan akan lebih bermakna karena pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan kepentingan dan kemampuan siswa.

2.8 Kajian Penelitian yang relevan

Upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis pada siswa telah banyak dilakukan. Hal ini terbukti dengan banyaknya penelitian yang dilakukan oleh para ahli bahasa maupun para mahasiswa. Penelitian tersebut belum semuanya


(42)

sempurna. Oleh karena itu, penelitian tersebut memerlukan penelitian lanjutan demi melengkapi dan menyempurnakan penelitian sebelumnya.

Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan topik penelitian ini yaitu penelitian tentang peningkatan keterampilan menulis yang akan dijadikan sebagai kajian pustaka dalam penelitian.

Penelitian tersebut dilakukan oleh Sartijan (2008) yang berjudul Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Melalui Penggunaan Media Gambar pada Siswa Kelas IX-F dan IX-G SMP Negeri 4 Bandar Lampung Pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2007/2008. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa, meningkatkan kosa kata siswa, siswa lebih mudah mengembangkan ide/gagasan dalam menulis, suasana belajar yang kondusif, menyenangkan serta prestasi belajar menulis meningkatkan.

Setyaningsih (2008) – Penerapan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menulis teks deskriptif dalam Bahasa Inggris di kelas 7B SMPN 7 Metro T.P. 2007-2008.

Hasil temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model inquiry dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menulis teks deskriptif dengan termotivasinya siswa untuk menulis. Dalam kurikulum 2004 untuk mata pelajaran bahasa Inggris, model pembelajaran dilakukan melalui empat tahapan, yaitu : (a) building knowledge of field (BKOF), (b). modeling of text (MOT), (c). joint construction of text (JCOT), dan (d). independent construction of text (ICOT).

Pada implementasi tahap JCOT, pada pembelajaran menulis text deskriptif, ragam bahas tulis yang dihasilkan oleh Siswa dalam kelompok belum sesuai dan


(43)

maksimal, karena penguasaan siswa terhadap unsur-unsur bahasa belum maksimal.

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan tersebut, terdapat persamaan, yaitu penelitian yang dilakukan sama mengenai keterampilan menulis. Namun, ada beberapa perbedaan yaitu objek kajian dan teknik pembelajaran. Terkait dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, penelitian tersebut dapat menjadi panduan bagi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian tindakan kelas tentang menulis memiliki persamaan, yaitu bahwa penelitian menulis sudah dilakukan oleh beberapa peneliti, keterampilan siswa untuk menulis masih relatif rendah sehingga perlu adanya peningkatan keterampilan menulis bagi siswa melalui percobaan penggunaan metode, media, dan pendekatan yang berbeda. Penelitian ini sebagai tindak lanjut dari penelitian-penelitian yang sudah ada, dengan tujuan untuk memberikan pemikiran dan tolok ukur kajian pada penelitian-penelitian lebih lanjut sehingga dapat menambah khasanah pengembangan pengetahuan mengenai pembelajaran menulis khususnya menulis dengan Pembelajaran Kontektual.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini, desain penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan yang berfungsi untuk memperbaiki proses pembelajaran dan hasil belajar siswa pada tindakan kelas.

Menurut Arikunto (2008: 3) Penelitian Tindakan merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut berasal dari pendidik atau berupa arahan pendidik yang dilakukan oleh siswa.

Penelitian Tindakan ini menggunakan model kolaborasi yangmengutamakan kerjasama antara kepala sekolah, pendidik dan peneliti. PenelitianTindakan ini merupakan upaya untuk mengkaji apa yang terjadi dan telah dihasilkan atau belum tuntas pada langkah upaya sebelumnya. Hasil refleksi digunakan untuk mengambil langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuanpenelitian. Dengan kata lain refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan terhadap pencapaian tujuan tindakan pembelajaran.

Pada dasarnya Penelitian Tindakan memiliki karakteristik yaitu: (1) bersifat situasional, artinya mencoba mendiagnosis masalah dalamkonteks tertentu, dan


(45)

berupaya menyelesaikannya dalam konteks itu; (2) adanya kolaborasi-partisipatoris; (3) self-evaluative, yaitu pelaksanaan pembelajarn dilakukan secara siklus dan terus dievaluasi dan langsung dilakukan modifikasi-modifikasi secara, dengan tujuan meningkatkan proses pembelajaran.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Negeri 4 Bandar Lampung di Jalan HOS Cokroaminoto No. 102 Telp. (0721) 261637 Bandar Lampung, Kelas X tahun pelajaran 2010/2011. Alasannya karena sekolah tersebut adalah tempat tugas peneliti yang akan memperbaiki proses pembelajaran. Penelitian berlangsung selama 3 (tiga bulan) pada bulan Januari – Maret 2014 di semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

3.3 Lama Tindakan dan Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan penelitian adalah:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Setelah dilakukan validasi oleh ahli Desain pembelajaran penilaian kemampuan Guru menyusun Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP), dikatakan berhasil bila telah mencapai skor rata-rata ≥ 3,5 dengan kategori baik. Penilaian menggunakan format APKG 1 skala 1 - 5 dengan kriteria 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = sedang, 4 = baik, 5 = sangat baik. Siklus dihentikan jika nilai RPP mencapai nilai rata-rata ≥ 4; dan secara objektif semua komponen subsistem sudah optimal berjalan sesuai proses


(46)

2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran.

Proses pembelajaran berhasil jika ada peningkatan mutu pembelajaran oleh guru (proses, evaluasi, pemanfaatan media, sumber belajar). Aktivitas belajar siswa penelitian akan dihentikan jika 80% siswa termasuk dalam katagori aktif. Siswa dikatakan aktif jika melakukan minimal 4 dari 6 indikator aktivitas yang diamati oleh guru.

3. Sistem Penilaian

Sistem penilaian menggunakan soal uraian yang akan digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar siswa pada setiap siklus. Sistem penilaian dikatakan berhasil jika instrumen yang digunakan memiliki butir soal digunakan valid yaitu jika lebih besar dari r tabel dan nilai reliabilitas instrumen yang tinggi yaitu minimal 0.61.

4. Prestasi Belajar

Peningkatan kemampuan menulis deskriptif dikatakan berhasil jika pada setiap siklus semakin meningkat dan siklus akan dihentikan jika minimal 80% siswa telah mencapai KKM menulis deskripsi bahasa Inggris sebesar 75. 3.4 Rancangan Penelitian

Sesuai dengan pendekatan penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan pada tingkat Kelas, maka rancangan penelitian ini terdiri dari empat tahap penelitian yaitu : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi yang diadaptasi dari model Arikunto (2008: 16). Gambar 3.1 menggambar bagan prosedur penelitian yang akan dilakukan.


(47)

Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Tindakan dalam PTK

3.4.1 Perencanaan

Yang akan dilakukan perencanaan tindakan penelitian ini adalah : 1. Membuat jadwal penelitian

2. Membuat RPP

3. Membuat lembar kerja Siswa 4. Membuat instrumen evaluasi 5. Menyiapkan instrument penelitian

6. Menyiapkan bahan ajar yang akan digunakan

7. Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan Perencanaan

Pengamatan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Perencanaan

Pengamatan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan


(48)

3.4.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini dilakukan berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen penilaian yang dibuat. Secara garis besar tindakan pembelajaran dilakukan dalam 3 tahap, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Secara operasional tindakan dalam proses pembelajaran dilaksanakan olehpeneliti selaku pendidik pada mata pelajaran bahasa Inggris dan dibantu oleh seorang

kolaborator pendamping yang berperan sebagai penilai. Penilaian terhadap proses belajar siswa dilaksanakan sejak awal pembelajaran hingga kegiatan pembelajaran berakhir.

Tindakan yang dilakukan pada setiap pertemuan menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran bahasa Inggris. Tindakan ini dibagi dalam beberapa siklus sesuai ketercapaian indikator keberhasilan penelitian ini. Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (contructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment).

Pada siklus I rencana tindakan yang dilakukan adalah menemukan, kontruktivitsme, pemodelan dan refleksi. Bentuknya Siswa diberikan contoh atau model bagaimana membuat tulisan deskripsi dengan media gambar. Kemudian Siswamenemukan topik, judul, dan ide pokok karangandan membuat kerangka tulisan.Setelahkerangka karangan dibuat, selanjutnya mengembangkan paragraf


(49)

menjadi karangan yang utuh, dan diakhiri dengan kegiatan merevisi karangan. Revisi dilakukan setelah siswa saling mengoreksi hasil tulisan mereka.

Pada Siklus II rencana tindakan yang dilakukan adalah konstruktivisme yang terdiri dari menemukan, bertanya, masyarakat belajar dan refleksi. Bentuk tindakan yaitu Siswa dibagi dalam kelompok kerja, kemudian diberikan tugas untuk mengunjungi sebuah tempat di lingkungan sekolah. Pada saat kunjungan diberikan kesempatan bertanya untuk menangkap ide-ide pokok dalam pembuatan tulisan. Kemudian masing-masing kelompok berdiskusi untuk membangun ide-ide pokok serta pola pikir yang akan dikembangkan dalam tulisan deskripsi. Pada kegiatan ini akan tercipta kerjasama teman dalam kelompok atau teman antar kelompok. Pengetahuan yang dibangun melalui kerjasama dengan teman, dapat digunakan sebagai acuan pola pikir setiap individu siswa. Selanjutnya secara individual membuat tulisan lengkap sesuai dengan imajinasinya masing-masing berdasarkan ide-ide pokok bersama. Masing-masing individu dalam kelompok saling mengoreksi hasil tulisan masing-masing dan langsung melakukan perbaikan.

Pada siklus III tindakan yang dilakukan adalah konstruktivisme yang terdiri dari menemukan, bertanya, masyarakat belajar, penilaian autentik dan refleksi. Siswa dibagi dalam kelompok kerja, kemudian diberikan tugas untuk mengunjungi sebuah tempat di lingkungan sekolah. Pada saat kunjungan diberikan kesempatan bertanya untuk menangkap ide-ide pokok dalam pembuatan tulisan. Masing-masing kelompok berdiskusi untuk membangun ide-ide pokok serta pola pikir yang akan dikembangkan dalam tulisan deskripsi. Selanjutnya secara bersama


(50)

membuat tulisan lengkap sesuai dengan imajinasinya masing-masing berdasarkan ide-ide pokok yang dibangun bersama. Setiap siswa mempresentasikan tulisannya di depan kelompoknya masing-masing, dan anggota kelompok yang lain memberikan penilaian. Media yang digunakan dalam siklus III menggunakan power point.

3.4.3 Pengamatan

Proses pengamatan dilakukan untuk memantau proses pembelajaran dilakukan oleh siswa dan pendidik. Pengamatan akan dilakukan oleh pendidik peneliti dan

kolaborator sebagai observer. Observer adalah pendidik bahasa Inggris yang membantu proses penelitian.

Pengamatan akan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan instrument penelitian yang disediakan untuk memantau aktivitas pembelajaran siswa dan kegiatan pendidik. Pengamatan dilakukan untuk mengenali,merekam dan mengumpulkan data dari setiap indikator keberhasilan mengenai unjuk kerja siswa dalam pembelajaran menulis Bahasa Inggris dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

3.4.4 Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua data atau informasi yang dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan. Data yang telah terkumpul kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan analisis dan diinterpretasi, sehingga dapat diketahui akan hasil


(51)

dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan. Hasil analisis dan interpretasi tersebut sebagai dasar untuk melakukan evaluasi sehingga dapat diketahui keberhasilan tindakan berdasarkan indikator keberhasilan yang ditentukan.

Refleksi pada akhirnya akan memberikan rekomendasi apakah penelitian dihentikan akan dilanjutkan sesuai dengan hasil evaluasi yang dilakukan.Jika semua indikator penelitian telah mencapai keberhasilan atau mengalami titik jenuh maka penelitian dihentikan.

3.5 Definisi Konseptual dan Operasional 3.5.1Definisi Konseptual

Penelitian ini terdapat beberapa definisi konseptual yaitu menulis dan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang mana keduanya terdiri dari perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan kemampuan menulis teks deskripsi.

1. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran adalah rancangan pembelajaran yang dilakukan guru mengikuti langkah-langkah Teori Desain sampai menghasilkan RPP. Di langkah kegiatan inti menerangkan pendekatan kontekstual.

2. Proses Pembelajaran

Pelakasanaan proses pembelajaran adalah pembelajaran yang dibangun oleh guru untuk membangun kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi


(52)

pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan terhadap materi pelajaran.

3. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi Pembelajaran adalah kegiatan mengukur dan menilai. Hasil belajar siswa dalam bentuk teks. Untuk mengukur proses pembelajaran siswa digunakan pengukuran yang bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk. Penilaiannya bersifat kuantitatif.

4. Kemampuan Menulis Teks Deskriptif

Kemampuan menulis teks deskriptif adalah kemampuan seseorang dalam mengumpulkan ide-ide sehingga tercipta tulisan yang dapat terbaca oleh para pembaca yang berisi menceritakan kembali kejadian atau peristiwa.

Menulis deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu obyek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga obyek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri obyek itu.

Keterampilan menulis paragraf deskripsi merupakan keterampilan siswa dalam menulis paragraf deskripsi. Dalam hal ini, keterampilan menulis deskripsi siswa X SMKN 4 Bandar Lampung. Adapun target yang diharapkan adalah siswa mampu menulis deskripsi sesuai dengan aspek yang dinilai atau rubrik penilaian. Rubrik penilaian tersebut adalah: (1) content, (2) organizations, (3) vocabulary, (4)


(53)

3.5.2Definisi Operasional 1. Perencanaan pembelajaran

Perencanaan pembelajaran adalah penilaian validitas terhadap rancangan pembelajaran yang disusun oleh guru.

RPP yang disusun oleh peneliti setiap siklus meningkat, RPP yang dilakukan oleh kaloborator minimal kategori sedang yang mengacu pada 5 komponen yang terdiri dari tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran dan penilaian hasil belajar.

Minimal enam poin tersebut sudah memperoleh kategori sedang dengan kriteria sebagai berikut:

a. Skor < 25 kurang b. Skor 25 – 34 sedang c. Skor ≥ 35 baik

2. Proses Pembelajaran

Pelaksanaan proses pembelajaran adalah proses pembelajaran yang dibangun oleh guru untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa dan dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan secara kualitatif.

Proses pembelajaran menulis deskripsi dalam penelitian dilihat dari aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari terjadinya peningkatan aktivitas belajar Siswa pada setiap pertemuan dan setiap siklus. Siklus penelitian akandihentikan jika persentase


(54)

Siswa yang aktif telah mencapai minimal 80%. Perhitungan persentase Siswa aktif dapat dihitung dengan rumus.

Dalam penelitian ini Siswa dikatakan aktif jika melakukan 4 aktivitas dalam penelitian atau persentase > 60%.

3. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran adalah proses menimbang ketercapaian tujuan yang diharapkaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengungkapkan secara kualitatif maupun kuantitatif.

Sistem evaluasi adalah proses penilaian prestasi belajar menulis Siswa. Proses penilaian dalam penelitian ini menggunakan instrumen soal uraian yang berjumlah 5 butir. Butir soal tes yang digunakan memiliki validitas yang baik yaitu yang memiliki nilai r hitung lebih besar dari r tabel dan memiliki nilai reliabilitas yang baik.

4. Kemampuan Menulis Teks Deskriptif

Kemampuan Menulis Teks Deskriptif adalah kemampuan seseorang mengumpulkan ide-ide sehingga tercipta tulisan yang dapat terbaca oleh para pembaca yang berisi menceritakan kembali kejadian atau pristiwa.

Prestasi belajar menulis deskripsi merupakan data kuantitatif yang diambil dari skor penilaian siswa dari sistem evaluasi. Keberhasilan siswa ditentukan berdasarkan skor nilai prestasi belajar dibandingkan dengan nilai KKM 75. Jika skor nilai siswa lebih besar atau sama dengan nilai KKM maka Siswa


(55)

tersebut berhasil. Persentase Siswa yang mencapai keberhasilan dalam belajar menulis minimal 85%.

3.6 Kisi-kisi Instrument Penelitian

Karena penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas maka ada dua instrumen yang akan disediakan yaitu Lembar Observasi untuk melihat proses pembelajaran dan Instrument Tes Prestasi Belajar untuk mengukur keberhasilan indikator penelitian.

3.6.1 Instrumen Penilaian RPP

Penilaian RPP yang dibuat menggunakan Angket Penilaian Kemampuan Guru bagian pertama (APKG-1) tentang kemampuan pendidik merencanakan pembelajaran. Instrumen APKG-1 terdiri dari 6 aspek penilaian RPP, yaitu:

1. Menentukan bahan pembelajaran dan merumuskan tujuan/indikator pembelajaran

2. Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media (alat bantu pembelajaran), dan sumber belajar

3. Merencanakan skenario pembelajaran 4. Merancang pengelolaan kelas

5. Merancang prosedur, jenis, dan menyiapkan alat penilaian pembelajaran 6. Tampilan dokumen rencana pembelajaran

Pengisian lembar angket dengan cara memberikan skor pada masing-masing indikator dan aspek penilaian. Skor penilaian yang digunakan menggunakan skala 1 – 5 yang menunjukkan kualitas pelaksanaan perencanaan yang dibuat. Semakin


(56)

tinggi skor maka perencanaan yang dibuat semakin baik. Penilaian akhir terhadap RPP menggunakan rata-rata skor untuk seluruh aspek penilaian.

3.6.2 Lembar Pengamatan Aktivitas Belajar

Lembar pengamatan aktivitas digunakan untuk mengamati tingkah laku Siswa selama proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembarpengamatan yang berisi 6 pernyataan aktivitas belajar, yaitu:

1. Menulis yang relevan dengan pembelajaran 2. Membaca bahan ajar

3. Bertanya 4. Menjawab

5. Berdiskusi dalam kelompok 6. Mengerjakan Latihan / LKS

Pengisian lembar pengamatan dilakukan dengan memberikan tanda cek pada kolom masing-masing aktivitas untuk setiap Siswa.Jika Siswa melakukan aktivitas tersebut maka diberi tanda cek jika tidak melakukan aktivitas tersebut maka tidak diberi cek selama proses pembelajaran.

3.6.3 InstrumenTes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur sistem evaluasi dan kemampuan Siswa dalam menulis deskripsi.Instrumen tes berupa soal uraian untuk mengukur kemampuan menulis Siswa pada aspek: (1) content, (2) organization, (3) vocabulary, (4) language use, (5) mechanic.Content adalah


(57)

informasi, data dan fakta yang membangun tulisan. Organizations adalah pengaturan atau pembangunan ide, ekspresi, urutan dan aturan dalam mengembangkan tulisan. Vocabulary adalah pemilihan dan penggunaan kata yang digunakan dalam tulisan. Language use adalah penggunaan tense, fungsi kata,

article, pronoun dalam penyusunan tulisan. Sedangkan mechanic adalah penggunaan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf, paragraph dalam pembangunan tulisan.

Instrumen ini menggunakan empat kategori penilaian dengan cara memberikan skor mulai dari 0 – 3 dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Skor 3menunjukkan tulisan sudah sesuai atau tepat dengan indikator. 2. Skor 2 menunjukkan tulisan kurang sesuai atau kurang tidak tepat dengan

indikator.

3. Skor 1menunjukkan tulisan tidak sesuai atau tidak jelas berkaitan dengan indikator.

4. Skor 0menunjukkan tulisan tidak ada hubungan sama sekali atau tidak dapat dievaluasi.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan terhadap semua data yang diperoleh dari instrumen penelitian. Ada lima instrumen penelitian yang merupakan sumber data, yaitu: APKG-1, lembar pengamatan aktivitas belajar, sistem evaluasi, prestasi belajar dan angket motivasi. Data yang masuk semua merupakan data kuantitatif, sehingga analisis yang digunakan analisis kuantitatif untuk masing-masing data.


(58)

1. Data dari Instrumen APKG-1

Data penilaian RPP berupa skor untuk 6 aspek penilaian, dimana masing-masing aspek terdiri dari beberapa indikator. Skor penilaian menggunakan angka 1 sampai 5. Langkah perhitungan yang dilakukan adalah:

a. Mencari rata-rata skor masing-masing aspek penilaian. b. Mencari rata-rata skor keseluruhan.

Rumus yang digunakan adalah:

2. Data Aktivitas Belajar

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung aktivitas Siswa yang sesuai dengan indikator dicatat dalam lembar pengamatan. Setelah dilakukan angket kemudian dihitung jumlah aktivitas siswa yang dilakukan untuk setiap siswa. Jika aktivitas yang dilakukan lebih atau sama dengan 4 aktivitas dari 6 aktivitas yang diamati maka Siswa tersebut dikatakan aktif. Selanjutnya dihitung jumlah persentase aktivitas yang dilakukan siswa pada setiap pertemuan digunakan rumus:

Keterangan:

S% = Persentase aktivitas belajar pada setiap pertemuan = Jumlah siswa yang aktif pada setiap pertemuan


(59)

3. Data Sistem Penilaian Pembelajaran

Analisis yang dilakukan pada sistem evaluasi adalah menghitung nilai validitas pada masing-masing butir soal dan menentukan katagorinya serta menghitung nilai reliabilitas instrumen dan menentukan katagorinya.Perhitungan nilai validitas masing-masing butir soal menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar (Arikunto, 2009: 70).

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi ∑X = Jumlah skor butir ∑Y = Jumlah skor total N = Jumlah sampel

Sedangkan nilai nilai reliabilitas pada soal bentuk uraian dihitung dengan menggunakan rumus Alpha (Arikunto,2009: 109).

Keterangan:

= Koefsien Reliabilitas tes n = banyak butir butir 1 = bilangan konstanta

= Jumlah Responden


(60)

= Varian total

Pada definisi rumus alpha ada dua hal yang perlu dipersiapkan terlebih dahulu sebelum menghitung nilai reliabilitas, yaitu jumlah varian skor masing-masing butir soal dan varian total. Varian skor masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan rumus:

=

Setelah masing-masing varian skor dihitung selanjutnya dihitung jumlah varian masing-masing skor dengan menggunakan rumus:

Sedangkan varian total dari dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Seluruh proses perhitungan validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program Simpel PAS.

4. Data Prestasi Belajar

Data prestasi belajar diperoleh dari hasil evaluasi belajar pada akhir masing-masing siklus. Penilaian dilakukan berdasarkan penskoran sesuai dengan aspek menulis deskriptif. Nilai yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai KKM 75 untuk mengukur keberhasilan siswa.


(1)

Russel. 2008. Instructional Media and Technologies for Learning. Englewood cliffs. New Jersey : Prentie Hall Inc.

Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Sartijan. 2008. Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Melalui Penggunaan Media Gambar pada Siswa Kelas IX-F dan IX-G SMP Negeri 4 Bandar Lampung pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2007/2008. (Tesis) FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung

Setyaningsih, Retno Hadi. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Inquiry untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menulis Teks Deskriptif dalam Bahasa Inggris di Kelas 7B SMP Negeri 7 Metro T.P 2007/2008. (Tesis) FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soemanto, Wasty, M.Pd. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfa Beta.

Sutikno, Sabri. 2005. Pembelajaran EfektifApa dan Bagaimana Mengupayakannya. Mataram:NTP Press.

Syah, Muhibin. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tarigan, H. G. 2005. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung : Angkasa.


(2)

PERSEMBAHAN

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, dengan setulus hati penulis persembahkan

karya kecil ini kepada :

1.

Ayahanda, Ibunda tercinta yang selalu membimbing dan menyayangi dengan

sepenuh hati dan segenap jiwa raga

2.

Suami dan anak tercinta yang selalu memberikan dorongan, motivasi dan

rasa kasih dan sayang


(3)

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikandari Program PascasarjanaTeknologi

PendidikanFakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitas Lampung seluruhnya merupakan hasil karya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan tesis, saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah ditulis sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan karya ilmiah. Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya sendiri atau ada plagiat pada bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelara kademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku.

Bandar Lampung , Agustus2014 Yang membuatpernyataan,

CIK APRINA NPM 0923011086


(5)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik dalam waktu yang telah ditentukan.Tesisinimenggunakanmodel penelitiantindakankelas yang berjudul"Peningkatan Kemampuan Menulis Deskripsi Bahasa Inggris dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual Siswa kelas X SMK Negeri 4 Bandar Lampung”.

Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Pendidikan di Program Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari orang lain, proposal ini tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan, rekan-rekan tempat bertugas yang telah membantu penulis dalam penyelesaikan tesis ini.Untuk mencapai kesempurnaan dalam proposal ini, penulis telah berusaha menyusunnya dengan sebaik mungkin. Untuk itu jika terdapat kesalahan ataupun kekurangan dalam tesis ini, penulis mohon maaf dan bersedia menerima kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca, sebagai bahan acuan perbaikan penulis di masa mendatang.

Bandar Lampung , Agustus 2014


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SEDERHANA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAKAN KARTU GAMBAR PADA SISWA KELAS VIII SMPN 20 BANDAR LAMPUNG

2 9 85

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I BATURETNO WONOGIRI

0 12 191

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

0 4 47

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Dengan Menggunakan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas V SD Negeri

0 2 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH I SURAKARTA.

0 0 7

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE KOLABORATIF DI SMK AL-ISLAM KELAS X DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN.

0 0 8

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI TEKNIK INQUIRY DENGAN PENDEKATAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI TEKNIK INQUIRY DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS X SMA NEGE

0 0 19

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN LANGSUNG MELALUI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN LANGSUNG MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS X KEPERAWATAN SMK

0 0 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL.

0 0 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN METODE KARYAWISATA UNTUK ANAK TUNARUNGU KELAS X DI SLB NEGERI PURBALINGGA.

0 0 180