5
2.1.1 Theory of Planned Behavior Teori Perilaku Terencana
Gambar 2.1 Theory Planned Behavior
Sumber: Ajzen, I. 1991.Teori perilaku direncanakan.Organizational Behavior and Human Decision Processes, 50, hal179-211.
Teori ini dikemukakan oleh Icek Ajzen pada tahun 1985, teori ini merupakan pengembangan dari teori tindakan beralasan Theory of Reasoned Action . Dalam teori
perilaku terencana ini ada 3 variabel yaitu: 1 Sikap
Sikap adalah perasaan umum yang menyatakan keberkenaan seseorang terhadap suatu obyek yang mendorong tanggapannya, baik dalam bentuk tanggapan positif
maupun negatif. Ajzen 1991 . Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau issue. Petty, Cocopio, 1986 dalam
Azwar, 2000. Menurut Notoatmojo 1997, sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap sesuatu stimulus atau objek. Selain itu,
menurut pandangan Heri Purwanto 1998 sikap adalah pandangan – pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap obyek tadi.
Allport dalam Wulandari, 2009 menggunakan pendekatan dua komponen, sikap didefinisikan sebagai suatu kondisi mental dan neural tentang kesiapan,
terorganisir melalui pengalaman, mengupayakan suatu pengaruh yang terarah dan dinamis pada respon individu terhadap semua obyek dan situasi yang terkait. Untuk
6
pemahaman yang lebih jelas, peneliti akan menggunakan salah satu indikator empiris sikap yaitu pengetahuan. Pada penelitian sebelumnya, Chen dan Volpe 1998
mengatakan bahwa pendidikan pada manajemen keuangan mempunyai hubungan yang signifikan dalam pembuatan keputusan investasi yang penting.Chen dan Volpe
1998 menyimpulkan bahwa pengaruh tingkat pengetahuan keuangan individu mempengaruhi mereka dalam pengambilan keputusan. Pengetahuan seperti stimulus
untuk orang yang tidak tahu.Sama halnya dengan reksadana, reksadana merupakan pengetahuan. Orang yang sudah mengerti dan paham tentang reksa dana setidaknya
akan tahu apa saja keuntungan yang akan didapat dan bagaimana risiko yang akan dihadapi. Dengan mengetahui tentang reksa dana, setidaknya perempuantertarik
untuk mencoba berinvestasi di reksadana. 2 Norma Subyektif
Menurut Kreither dan Kinicki 2001 norma subyektif diartikan sebagai penerimaan tekanan sosial untuk menampilkan sebuah perilaku yang spesifik.
Menurut Fishbein dan Ajzen 1977 menjelaskan bahwa norma subyektif merupakan persepsi individu berhubungan dengan kebanyakan dari orang-orang yang
penting bagi dirinya mengharapkan individu untuk melakukan atau tidak melakukan tingkah laku tertentu, orang-orang yang penting bagi dirinya itu kemudian dijadikan
acuan atau patokan untuk mengarahkan tingkah laku. Menurut Mowen 1995, norma subyektif menilai apa yang diyakini oleh para
konsumen yang seharusnya mereka kerjakan menurut anggapan orang-orang. Dengan kata lain, norma subyektif memasukan pengaruh –pengaruh yang kuat dari kelompok
penganjur ke dalam perumusan pada perilaku. Menurut Dharmmesta 1998, norma subyektif adalah faktor sosial yang menunjukan tekanan sosial yang dirasakan untuk
melakukan atau tidak melakukan tindakanperilaku. Ajzen 1991 mendefinisikan bahwa norma subjektif adalah tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau
tidak melakukan perilaku. Norma subjektif mengacu pada pengaruh keluarga, rekan- rekan dan lingkungan sosial. Misalkan dikehidupan sehari-hari kita bergaul dengan
teman-teman yang merokok. Karena banyak teman yang merokok, maka kita juga akan ikut merokok. Lingkungan dapat mempengaruhi perilakuk seseorang. Untuk
reksa dana sendiri, lingkungan yang di maksud adalah yang berkaitan dengan
7
sosialisasi anda. Contoh, saat anda bertemu dengan tetangga anda yang berinvestasi di reksa dana dan kemudian beliau menceritakan keuntungan yang ia peroleh, maka hal
itu akan mendorong kita untuk berinvestasi di reksa dana. 3 Kontrol Perilaku Yang Dirasakan
kontrol perilaku yang dirasakan adalah dirasakan kemudahan atau kesulitan dalam menjalankan perilaku Ajzen, 1991. kontrol perilaku yang dirasakan biasanya
dianggap terdiri dari kesulitan dan mengendalikan faktor-faktor Ajzen, 2000. Kontrol perilaku yang dirasakan merupakan fungsi dari keyakinan kontrol dan
kemudahan akses ke faktor kontrol keyakinan, kontrol merupakan ada tidaknya sumber daya dan kesempatan yang diperlukan umtuk melakukan perilaku
tertentu.Sedangkan kemudahan akses ke faktor kontrol merupakan penilaian kepentingan seseorang terhadap sumber daya untuk memperoleh hasil yang
diharapkan dari perilaku Chang, 1998. Kontrol memang sangat penting daripada sikap dan norma, karena bisa berpengaruh langsung dengan perilaku. Sebagai contoh
adalah uang, dalam hal ini mahasiswa yang memiliki dana bisa saja langsung membeli reksa dana yang ada, bisa juga mereka mencari tahu tentang dana reksa baru
berani berinvestasi. Hal selanjutnya jika ketiga hal tersebut terpenuhi dan ada minat, maka tinggal menunggu keputusan pembelian reksa dana.
2.1.2 Minat