PENGARUH BAHAN AKTIF 3,4-D DAN P-Etyl TERHADAP KANDUNGAN KLOROFIL DAN PERTUMBUHAN AKAR NANAS (Ananas comosus)
PENGARUH BAHAN AKTIF 3,4-D DAN P-Etyl TERHADAP KANDUNGAN KLOROFIL DAN PERTUMBUHAN AKAR NANAS
(Ananas comosus) Khusnul Lestari
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung [email protected]
ABSTRAK
Nanas (Ananas comosus) secara luas tumbuh di daerah tropis dan bernilai ekonomis. PT. Great Giant Pineapple (GGP) adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan nanas dimana keberadaan gulma merupakan salah satu kendala yang dihadapi. Salah satu cara penanggulangan gulma adalah menggunakan herbisida. Penggunaan konsentrasi herbisida yang tidak tepat dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman budidaya meskipun dapat mematikan gulma. Di PT. GGP herbisida yang biasa digunakan untuk nanas cultivar GP1 adalah kombinasi herbisida berbahan aktif 3,4-D dan P-Etyl. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kombinasi herbisida berbahan aktif 3,4-D dan P-Etyl terhadap pertumbuhan nanas cultivar GP3.
Penelitian ini dilaksanakan di PT. GGP Lampung dan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung, pada bulan Desember 2013 sampai dengan Februari 2014. Percobaan faktorial menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), dengan tiga ulangan sebagai kelompok. Faktor pertama adalah perlakuan herbisida berbahan aktif 3,4-D dengan taraf konsentrasi yaitu konsentrasi 0%, 0,05%, 0,1%, dan 0,15%. Faktor kedua adalah perlakuan herbisida berbahan aktif P-Etyl taraf konsentrasi yaitu konsentrasi 0%, 0,05%, 0,1%, dan 0,15%. Variabel yang diamati adalah perubahan warna pada daun, pertumbuhan akar, dan kandungan klorofil daun nanas. Data yang diperoleh dianalisis ragam, kemudian dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf kepercayaan 5% untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.
Pada kombinasi konsentrasi herbisida 0 % kandungan klorofil total rata-rata sebesar 2,284 mg/L, sedangkan pada kombinasi konsentrasi herbisida 0,15 % kandungan klorofil total rata-rata sebesar 1,952%. Dan pertumbuhan akar pada kombinasi konsentrasi herbisida 0 % rata-rata sebesar 32,133 dan pada kombinasi konsentrasi herbisida 0,15 % rata-rata sebesar 34,944 cm. Sehingga penggunaan kombinasi herbisida 3,4-D dan P-Etyl aman digunakan untuk pertumbuhan nanas cultivar GP3.
(2)
(3)
(4)
(5)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahikan di desa Tias Bangun pada tanggal 5 Juni 1993 dari pasangan ibu Sulis Tyowati dan bapak Riyanto. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.
Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Nusantara Tias Bangun pada tahun 1996-1998 dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 Tias Bangun pada tahun 1998-2004. Pada tahun 2004-2007 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Poncowati. Pada Tahun 2007-2010 melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Terbanggi Besar. Pada tahun 2010 penulis telah diterima di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam jurusan Biologi melalui jalur PKAB (Penyeleksian Kreatifitas, Akademik dan Bakat) dan penulis dapat menyelesaikan pendidikan pada tahun 2014.
Selama duduk di perguruan tinggi, penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) pada tahun 2010-2011. Pada tahun 2011-2012 penulis mengemban amanah sebagai ketua Biro Rumah Tangga dan
Pengembangan Organisasi di HIMBIO. Selain itu, selama menjalankan perkuliahan penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Taksonomi
(6)
Tumbuhan (2013 dan 2014) di jurusan Biologi FMIPA Unila.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata pada bulan Juli-Agustus 2013 di Pekon Rata Agung, Kec. Lemong, Kab. Pesisir Barat. Pada bulan Agustus-Oktober 2013 penulis melaksanakan Kerja Praktek di PT. Great Giant Pineapple (GGP). Dan melanjutkan penelitian pada bulan Desember 2013 – Februari 2014 di PT. GGP dan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi.
(7)
Skripsi ini dipersembahkan kepada orang tua terkasih ku ibu Sulis Tyowati dan bapak Riyanto berkat perjuangan dan pengorbanan
kasih sayang dan cintayang telah diberikan untuk kami. Dan teruntuk sodara sekandung ku Luxman Riyawan, Ma’ruf Tendi
(8)
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Skripsi dengan judul “Pengaruh Bahan Aktif 3,4-D dan P-Etyl Terhadap Kandungan Klorofil dan Pertumbuhan Akar Nanas (Ananas comosus)” yang telah dilaksanakan di PT. Great Giant Pineappel dan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA UNILA pada bulan Desember 2014 sampai dengan Maret 2014.
Penulis menyadari akan banyaknya bantuan yang telah diberikan selama pelaksanaan Penelitian. Dengan telah selesainya penelitian ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada :
1. Ibu Dra. Tundjung Tripeni Handayani, M.S., selaku Pembimbing 1 yang telah dengan sabar membimbing saya, memberikan masukan, motivasi, semangat dan do’a selama pelaksanaan penelitian ini.
2. Ibu Dra. Martha Lulus Lande, M.P., selaku Pembimbing 2 yang senantiasa selalu memberi masukan serta motivasi kepada saya selama penulisan skripsi ini.
(9)
9
3. Ibu Dra. Ellyzarti, M.Sc., selaku Pembahas sekaligus Pembimbing Akademik saya yang senantiasa memberikan masukan kepada saya sehingga menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik.
4. Bapak Basuki,SP., selaku Pembimbing Lapangan yang senantiasa meluangkan waktu untuk selalu membimbing, memberikan ilmu serta membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
5. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani,M.Sc., selaku ketua jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung.
6. Bapak Prof. Suharso, Ph.D., selaku Dekan FMIPA Universitas Lampung
7. Bapak Purwito selaku Manager Research dan Development PT. GGP Terbanggi Besar
8. Seluruh Staff dan tenaga kerja bagian Proteksi Tanaman yang selalu memberikan dorongan dan motivasi serta kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
9. Kepada Ibu Sulis tyowati dan Bapak Riyanto yang selalu memberikan bantuan fisik maupun materi dan selalu memberikan bimbingan dan do’a kepada saya. 10. Kepada ketiga saudara saya Luxman Riyawan, Ma’ruf Tendi Setiyadi dan Neny
Agnasari.
11. Serta patner saya Eka Rahmawati atas kebersamaan, dukungan dan bantuan yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
12. Kepada sahabat-sahabat saya Linda Wati, Dwi Oktarina, Rita Asmara, dan Devi Gusneta Mala yang tidak pernah lelah selalu memberikan motivassi, bantuan dan dorongan kepada saya selama saya menyelesaikan masa studi ini.
(10)
13. Kepada mas Tumingan yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan bantuan baik fisik maupun materi sehingga ]penulis dapat menyelesaikan dengan baik. 14. Kepada teman-teman seperjuangan Biologi FMIPA UNILA 2010 yang telah
bersama-sama menempuh masa studi ini.
15. Kepada adik-adik tingkat dan kakak tingkat yang ada di Biologi FMIPA UNILA.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan jauh dari sempurna, namun sedikit harapan dari Penulis semoga kesederhanaan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis
Khusnul Lestari 1017021010
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 5
1.3 Manfaat Penelitian ... 6
1.4 Kerangka Pemikiran ... 6
1.5 Hipotesis ... 10
2 TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Botani Tanaman Nanas ... 11
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Nanas ... 11
2.1.2 Syarat Tumbuh ... 14
2.2 Gulma ... 15
2.3 Cara-Cara Pengendalian Gulma ... 16
2.3.1 Preventif (Pencegahan) ... 16
2.3.2 Pengendalian Gulma Secara Fisik ... 17
2.3.3 Pengendalian Gulma dengan Sistem Budidaya ... 18
(12)
2.4 Herbisida ... 20
2.5 Jenis Herbisida ... 22
2.5.1 Herbisida Kontak ... 22
2.5.2 Herbisida Sistemik ... 23
2.6 Mekanisme Kerja Herbisida ... 25
2.6.1 Pengaruh Herbisida Terhadap Fotosintesis ... 26
2.6.2 Pengaruh Herbisida Terhadap Pembelahan Sel Dan Perkembangannya ... 27
2.6.3 Pengaruh Herbisida Terhadap Sintesis Lipid ... 28
2.6.4 Pengaruh Herbisida Terhadap Pertumbuhan ... 28
2.6.5 Pengaruh Herbisida Terhadap Pernafasan ... 29
2.7 Gejala-gejala akibat herbisida ... 29
2.7.1 Chlorosis ... 29
2.7.2 Kelainan Tumbuh ... 30
2.7.3 Necrosis ... 30
2.7.4 Pengaruh Varietas dalam Hal Ketahanan Tumbuhan ... 31
2.8 Diuron ... 31
2.9 Quizalopop ... 33
2.10 Klorofil ... 34
3. METODE PERCOBAAN ... 37
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 37
3.2 Bahan dan Alat ... 37
3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data ... 38
3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 39
3.4.2 Penyiapan Media Pertanaman ... 39
3.4.3 Penaman Nanas... 40
3.4.1 Cara Pembuatan Perbandingan Konsentrasi Herbisida ... 40
3.4.4 Pemberian Perlakuan ... 41
(13)
3.5 Analisis Data ... 42
4. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ... 43
4.1 Hasil Pengamatan ... 43
4.1.1 Perubahan Warna Daun pada Tanaman Nanas (Annanas comosus) 43 4.1.2 Kandungan Klorofil pada Tanaman Nanas (Annanas comosus) ... 48
4.1.3 Pertumbuhan Panjang Akar terpanjang Tanaman Nanas (Annanas comosus) ... 54
4.2 Pembahasan ... 57
4.1.1 Perubahan Warna Daun pada Tanaman Nanas (Annanas comosus) 57 4.1.2 Kandungan Klorofil pada Tanaman Nanas (Annanas comosus) ... 59
4.1.3 Pertumbuhan Panjang Akar terpanjang Tanaman Nanas (Annanas comosus) ... 60
V. KESIMPULAN ... 62
5.1 Kesimpulan ... ... 62
5.2 Saran ... 63
LAMPIRAN ... 64
(14)
Halaman Tabel
1. Taraf Konsentrasi Herbisida ... 38 2. Tata Letak Percobaan ... 39 3. Daftar komposisi Larutan Herbisida ... 40 4. Pengaruh kombinasi konsentrasi herbisida Diuron berbahan aktif 3,4-D
(D) dan Quizolopop berbahan aktif P-Etyl (Q) terhadap penampakan warna daun nanas (Ananas comosus) 4 minggu setelah perlakuan ... 45 5. Analisis ragam kandungan klorofil a (mg/L) pada daun nanas
(Ananas comosus) 4 minggu setelah perlakuan ... 49 6. Hasil Uji BNJ kandungan klorofil a (mL/g) pada daun nanas (Ananas
comosus) pada perlakuan kombinasi konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop berbahan aktif P-Etyl 4 minggu setelah
perlakuan pada = 5 % (BNJ interaksi = 0,375) ... 49 7. Analisis ragam kandungan klorofil b (mg/L)pada daun nanas (Ananas
comosus) 4 minggu setelah perlakuan ... 51 8. Hasil Uji BNT kandungan klorofil b (mg/L)pada daun nanas (Ananas
comosus) pada perlakuan kombinasi konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop berbahan aktif P-Etyl 4 minggu setelah
perlakuan pada = 5 % (BNJ interaksi = 0,394) ... 51 9. Analisis ragam kandungan klorofil total (mg/L) pada daun nanas
(Ananas comosus) 4 minggu setelah perlakuan ... 53 10. Hasil Uji BNJ kandungan klorofil total (mg/L) pada daun nanas (Ananas
(15)
aktif 3,4-D dan Quizalopop berbahan aktif P-Etyl 4 minggu setelah
perlakuan pada = 5 % (BNJ interaksi = 5,640) ... 53 11. Analisis ragam kandungan pertumbuhan akar terpanjang (cm)
4 minggu setelah perlakuan ... 55 12. Hasil Uji BNJ pertumbuhan akar terpanjang (cm) pada perlakuan
kombinasi konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop berbahan aktif P-Etyl 4 minggu setelah perlakuan
pada = 5 % (BNJ interaksi = 19,046) ... 55 13. Kandungan klorofil a pada daun nanas (Ananas comosus)
dalam mL/g 4 minggu setelah perlakuan ... 68 14. Data Transformasi Log (x+1) kandungan klorofil a pada daun nanas
(Ananas comosus) dalam mL/g ... 68 15. Uji Homogenitas data kandungan klorofil a pada daun nanas (Ananas
comosus) dalam mL/g ... 69 16. Analisis ragam kandungan klorofil a (mg/L) pada daun nanas
(Ananas comosus) 4 minggu setelah perlakuan ... 69 17. Nilai rata-rata kandungan klorofil a pada daun nanas (Ananas comosus)
dalam mL/g pada perlakuan pemberian konsentrasi herbisida
Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop berbahan aktif P-Etyl diuji pada = 5 % dan BNJ = 0,188 ... 70 18. Selisih rata-rata kandungan klorofil a pada daun nanas (Ananas comosus)
dalam mL/g pada perlakuan pemberian herbisida diuron
bahan aktif 3,4-D dengan nilai BNJ = 0,145 pada = 5 %... 70 19. Selisih rata-rata kandungan klorofil a pada daun nanas (Ananas comosus)
dalam mL/g pada Perlakuan pemberian herbisida Quizalopop bahan aktif P-Etyl dengan nilai BNJ = 0,188
pada = 5 % ... 70 20. Hasil Uji BNJ Perlakuan pemberian konsentrasi herbisida Diuron
bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop berbahan aktif P-Etyl
dengan nilai BNJ = 0,188 pada = 5 % ... 70 21. Selisih rata-rata kandungan klorofil a pada daun nanas
(Ananas comosus) dalam mL/g pada perlakuan pemberian konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop
(16)
aktif P-Etyl dengan nilai BNJ = 0,375 pada = 5 % ... 72 23. Kandungan klorofil b pada daun nanas (Ananas comosus)
dalam mL/g 4 minggu setelah perlakuan ... 72 24. Data Transformasi Log (x+1) kandungan klorofil b pada daun nanas
(Ananas comosus) dalam mL/g ... 73 25. Uji Homogenitas kandungan klorofil b pada daun nanas (Ananas
comosus) dalam mL/g ... 73 26. Analisis ragam kandungan klorofil b (mg/L) pada daun nanas
(Ananas comosus) 4 minggu setelah perlakuan ... 74 27. Nilai rata-rata kandungan klorofil b pada daun nanas
(Ananas comosus) dalam mL/g pada perlakuan pemberian konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop
berbahan aktif P-Etyl diuji pada = 5 % dan BNJ = 0,197 ... 74 28. Selisih rata-rata kandungan klorofil b pada daun nanas (Ananas comosus)
dalam mL/g pada perlakuan pemberian herbisida Diuron
bahan aktif 3,4-D dengan nilai BNJ = 0,197 pada = 5 % ... 74 29. Selisih rata-rata kandungan klorofil b pada daun nanas (Annanas
comosus) dalam mL/g pada perlakuan pemberian hrbisida Quizalopop bahan aktif P-Etyl dengan nilai BNJ = 0,197 pada = 5 % ... 74
30. Hasil Uji BNT kandungan klorofil b pada daun nanas (Ananas comosus) dalam mL/g pada perlakuan pemberian konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop
berbahan aktif P-Etyl dengan nilai BNJ = 0,197 pada ... 75 31. Selisih rata-rata kandungan klorofil b pada daun nanas (Ananas comosus)
dalam mL/g pada perlakuan pemberian konsentrasi
herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop berbahan
aktif P-Etyl dengan nilai BNJ = 0,394 pada = 5 % ... 75 32. Hasil Uji BNJ kandungan klorofil b pada daun nanas
(Ananas comosus) dalam mL/g pada perlakuan pemberian konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop
berbahan aktif P-Etyl dengan nilai BNJ = 0,394 pada = 5 % ... 76 33. Kandungan klorofil Total pada daun nanas (Ananas comosus) dalam
(17)
34. Uji Homogenitas kandungan klorofil Total pada daun nanas (Ananas comosus) dalam mL/g ... 77 35. Analisis ragam kandungan klorofil total 4 minggu setelah perlakuan .. 77 36. Nilai rata-rata kandungan klorofil Total pada daun nanas
(Ananas comosus) dalam mL/g pada perlakuan pemberian konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop
berbahan aktif P-Etyl diuji pada = 5 % dan BNJ = 2,820 ... 78 37. Selisih rata-rata kandungan klorofil Total pada daun nanas (Ananas
comosus) dalam mL/g pada perlakuan pemberian herbisida Diuron
bahan aktif 3,4-D dengan nilai BNJ = 2,820 pada = 5 % ... 78 38. Selisih rata-rata kandungan klorofil Total pada daun nanas (Ananas
comosus) dalam mL/g pada Perlakuan pemberian herbisida Quizalopop bahan aktif P-Etyl dengan nilai BNJ = 2,820
pada = 5 % ... 78 39. Hasil Uji BNJ kandungan klorofil Total pada daun nanas (Ananas
comosus) dalam mL/g pada perlakuan pemberian bahan aktif 3,4-D dan P-Etyl dengan nilai BNJ = 2,820 pada = 5 % ... 78 40. Selisih rata-rata kandungan klorofil Total pada daun nanas (Ananas
comosus) dalam mL/g pada perlakuan pemberian konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop berbahan
aktif P-Etyl dengan nilai BNJ = 5,640 pada = 5 % ... 79 41. Hasil Uji BNJ kandungan klorofil Total pada daun nanas (Ananas
comosus) dalam mL/g pada Perlakuan pemberian kombinasi konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop
berbahan aktif P-Etyl dengan nilai BNJ = 5,640 pada = 5 % ... 80 42. Panjang akar terpanjang tanaman nanas (Ananas comosus) dalam
cm 4 minggu setelah perlakuan ... 80 43. Uji Homogenitas data panjang akar terpanjang tanaman nanas
(Annanas comosus) dalam cm ... 80 44. Hasil analisis ragam panjang akar terpanjang (cm) 4 minggu setelah
perlakuan ... 81 45. Nilai rata-rata panjang akar terpanjang tanaman nanas (Ananas comosus)
dalam cm pada perlakuan pemberian konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop berbahan aktif P-Etyl
(18)
46. Selisih rata-rata panjang akar terpanjang tanaman nanas (Ananas comosus) dalam cm pada perlakuan pemberian bahan aktif P-Etyl
dengan nilai BNJ = 9,523 pada = 5 % ... 82 47. Hasil Uji BNJ panjang akar terpanjang tanaman nanas (Ananas comosus)
dalam cm Perlakuan pemberian konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop berbahan aktif
P-Etyl BNJ = 9,523 pada = 5 % ... 82 48. Selisih rata-rata panjang akar terpanjang tanaman nanas (Ananas
comosus) dalam cm pada perlakuan pemberian kombinasi konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop
berbahan aktif P-Etyl dengan nilai BNJ = 19,046 pada = 5 % ... 82 49. Hasil Uji BNJ panjang akar terpanjang tanaman nanas (Ananas comosus)
dalam cm pada Perlakuan pemberian kombinasi bahan aktif 3,4-D dan P-Etyl dengan nilai BNJ = 19,046 pada = 5 % ... 83
(19)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar
1. Tanaman Nanas ... 11
2. Akar Tanah (a) dan Akar Samping (b) Tanaman Nanas ... 12
3. Batang Tanaman Nanas ... 12
4. Daun Tanaman Nanas ... 13
5. Bunga Nanas ... 14
6. Rumus Bangun Senyawa yang Terkandung dalam Herbisida Diuron .... 32
7. Struktur kloroplas beserta bagian-bagiannya ... 36
8. Tanaman Nanas berumur 3 bulan (obyek penelitian) yang dihilangkan akarnya ... 40
9. Daun sehat atau sebelum perlakuan …... 43
10. Leaf Color Chart ... 44
11. Pengaruh perlakuan konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D) terhadap kandungan klorofil a pada daun nanas (Ananas comosus) 4 minggu setelah perlakuan ... 49
12. Pengaruh perlakuan konsentrasi herbisida berbahan aktif P-Etyl terhadap kandungan klorofil a pada daun nanas (Ananas comosus) 4 minggu setelah perlakuan ... 50
13. Pengaruh perlakuan kombinasi konsentrasi herbisida bahan aktif 3,4-D dan P-Etyl terhadap kandungan klorofil a pada daun nanas (Ananas comosus) 4 minggu setelah perlakuan ... 50
14. Pengaruh perlakuan konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D terhadap kandungan klorofil b pada daun nanas (Ananas comosus) 4 minggu setelah perlakuan ... 51
(20)
16. Pengaruh perlakuan kombinasi konsentrasi herbisida bahan aktif 3,4-D dan P-Etyl terhadap kandungan klorofil b pada daun nanas (Ananas comosus) 4 minggu setelah perlakuan ... 52 17. Pengaruh perlakuan konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D
terhadap kandungan klorofil total pada daun nanas (Ananas comosus) 4 minggu setelah perlakuan ... 53 18. Pengaruh perlakuan konsentrasi herbisida Quizalopop berbahan aktif
P-Etyl terhadap kandungan klorofil total pada daun nanas (Ananas comosus) 4 minggu setelah perlakuan ... 54 19. Pengaruh perlakuan kombinasi konsentrasi herbisida bahan aktif 3,4-D dan
P-Etyl terhadap kandungan klorofil total pada daun nanas (Ananas
comosus) 4 minggu setelah perlakuan ... 54 20. Pengaruh perlakun konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D
terhadap pertumbuhan akar pada daun nanas (Ananas comosus) 4 minggu setelah perlakuan ... 56 21. Pengaruh perlakun konsentrasi herbisida Quizalopop berbahan aktif P-Etyl terhadap pertumbuhan akar pada daun nanas (Ananas comosus) 4 minggu setelah perlakuan ... 56 22. Pengaruh perlakuan kombinasi konsentrasi herbisida bahan aktif 3,4-D dan
P-Etyl terhadap pertumbuhan akar pada daun nanas (Ananas comosus) 4 minggu setelah perlakuan ... 56 23. Daun yang mengalami kerusakan akibat herbisida ... 58
(21)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nanas merupakan tanaman buah yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera). Nanas secara luas tumbuh di daerah tropis dan bernilai ekonomis. Nanas selain mengandung gula juga mengandung vitamain A, B dan C. Di samping itu nanas juga mengandung bromelin yang dapat digunakan untuk melunakan daging (Mortensen, 1970).
Tanaman nanas berbentuk semak dan hidupnya bersifat tahunan
(perennial). Batang tanaman nanas beruas, batangnya berukuran cukup panjang 20-25 cm atau lebih dan memiliki diameter 2,0-3,5 cm (Hartmann, 1981). Daun nanas bentuknya memanjang, liat dan tidak mempunyai ibu tulang daun. Pada tepi daunnya ada yang ditumbuhi duri tajam dan ada yang tidak berduri. Tetapi ada pula yang durinya hanya ada di ujung daun. Duri nanas tersusun rapi menuju ke satu arah menghadap ujung daun (Halfacre, 1979).
(22)
Nanas mempunyai rangkaian bunga majemuk yang tersusun pada ujung batangnya. Bunga bersifat hermaprodit dan berjumlah antara 100-200. Waktu yang diperlukan dari mulai menanam tanaman nanas sampai terbentuk bunga sekitar 6-16 bulan.
Menurut Sunarjono (2004), tanaman nanas dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi 1.200 m dpl. Tanaman nanas dapat tumbuh baik pada tanah subur dengan curah hujan 1.000-2.500 mm per tahun. Namun demikian nanas masih mampu berbuah di daerah beriklim kering (4-6 bulan kering), dengan kedalaman air tanah antara 50-150cm. Sebab akar tanaman nanas berakar serabut yang pola pertumbuhannya tidak masuk ke dalam tanah, disamping itu tanaman nanas mampu menyimpan air di dalam mesofil daunnya.
Kesuburan tanah dapat meningkatkan produktivitas tanaman nanas, tanah yang subur terdiri atas udara 25%, air 25 %, mineral 45%, dan bahan organik 5 %. Pada umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok untuk tanaman nanas. Meskipun demikian, lebih cocok pada jenis tanah yang mengandung pasir, subur, gembur. Derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4,5-6,5. Tanah yang banyak mengandung kapur (pH lebih dari 6,5) menyebabkan tanaman nanas menjadi kerdil dan klorosis. Sedangkan tanah yang asam (pH 4,5 atau lebih rendah) mengakibatkan penurunan unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium, dan Molibdinum dengan cepat (Hartmann, 1981).
(23)
3
Terdapat beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman nanas, seperti misalnya : penggunaan kombinasi dan taraf konsentrasi herbisida yang tidak tepat. Terlebih pada tanaman nanas, pemberian herbisida biasa dilakukan pada saat tanaman nanas berumur 3 bulan, apabila kombinasi herbisida dan taraf konsentrasi yang digunakan tidak tepat bisa mengakibatkan clorosis pada daun.
Perkebunan nanas terbesar di Indonesia adalah yang dimiliki PT. Great Giant Pineapple (GGP), yang berdiri sejak tahun 1979 bertempat di
Provinsi Lampung dengan luas lahan perkebunan ± 32.000 ha. Perusahaan ini berkembang dalam bidang agribisnis dan nanas merupakan produk utamanya. Salah satu kendala yang dihadapi oleh perkebunan ini adalah keberadaan gulma.
Gulma merupakan tumbuhan yang telah berhasil menyesuaikan diri dalam ekosistem yang telah dikembangkan oleh manusia dalam
membudidayakan tanaman pada suatu lahan. Di dalam ekosistem pertanian, setiap spesies gulma mampu berkembang biak dengan cepat dan bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan dalam hal pemanfaatan unsur hara, air, ruang, CO2, dan cahaya baik di lahan sawah maupun lahan kering. Hal tersebut tentu akan merugikan bagi tanaman yang dibudidayakan, antara lain berupa penurunan hasil panen, menyulitkan pekerjaan pemeliharaan tanaman dan pemanenan, serta meningkatkan biaya produksi.
(24)
Salah satu cara penanggulangan gulma adalah dengan menggunakan herbisida. Penggunaan herbisida pada umumnya dapat mematikan beberapa jenis tumbuhan penganggu (gulma) tanpa mengganggu atau mematikan tanaman yang dibudidayakan. Sebab ketika kemampuan selektivitas herbisida dalam mematikan gulma dapat ditingkatkan tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman yang dibudidayakan, maka akan mempermudah pengendalian gulma dilapangan (Muliyadi, 2005).
Beberapa jenis herbisida yang biasa digunakan di PT. GGP adalah herbisida Diuron yang mengandung bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop dengan bahan aktif P-Etyl. Dalam penggunaanya kedua herbisida ini dikombinasikan.
Diuron merupakan herbisida dari turunan urea. Herbisida ini berbahan aktif 3,4-D dengan rumus kimia yaitu 3-(3,4-dichlorophenyl)-1,1-dimethylurea. Herbisida dengan bahan aktif ini bersifat sistemik. Herbisida ini biasanya diabsorbsi melalui akar dan ditranslokasikan ke daun melalui batang. Herbisida diuron menghambat reaksi Hill (reaksi pemecahan air) pada fotosintesis tepatnya pada fotosistem II. Dengan demikian pembentukan ATP dan NADPH terganggu (Tjitrosoedirdjo et al, 1984).
Quizalopop merupakan herbisida sistemik purna tumbuh untuk
mengendalikan gulma pada pertanaman. Bahan aktif pada herbisida ini adalah P-Etyl dan memiliki rumus kimia yaitu
(25)
5
(R)-2-[4-(6-chloroquinoxalin-2-yloxy)fenoksi]asam propionat[6]. Bahan aktif ini diserap dari permukaan daun dan kemudian akan
ditransformasikan ke seluruh organ tanaman. Senyawa ini diduga mirip dengan hormon pada tumbuhan yang dapat menyebabkan pembelahan sel secara tidak normal sehingga dapat menghancurkan sistem transportasi nutrisi tanaman (Sulistyo, 2003).
Penggunaan konsentrasi herbisida yang tidak tepat dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman yang dibudidayakan meskipun dapat mematikan gulma. Di PT.GGP telah dilakukan uji efektifitas penggunaan kombinasi herbisida Diuron berbahan aktif 3,4-D dan Quizalopo berbahan aktif P-Etyl pada cultivar nanas GP1 dan aman utuk pertumbuhannya. Saat ini cultivar GP3 merupakan varietas nanas unggulan di perusahaan tersebut sehingga perlu dilakukan uji coba penggunaan herbisida berbahan aktif 3,4-D dan P-Etyl pada cultivar GP3.
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan kombinasi konsentrasi herbisida berbahan aktif 3,4-D dan P-Etyl terhadap kandungan klorofil dan pertumbuhan akar tanaman nanas (Annanas comosus) varietas smooth cayenne cultivar GP3.
(26)
1.3 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang lebih jelas mengenai penggunaan kombinasi konsentrasi herbisida Diuron berbahan aktif 3,4-D dan Quizalopop berbahan aktif P-Etyl terhadap kandungan klorofil dan pertumbuhan akar tanaman nanas (Annanas comosus) varietas smooth cayenne cultivar GP3.
1.4 Kerangka Pemikiran
Salah satu produsen dan eksportir nanas kalengan terbesar di Indonesia adalah PT. Great Giant Pineapple (PT. GGP) yang terletak di Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Sejak tahun 2004 hingga saat ini, PT. GGP tercatat sebagai tiga besar produsen nanas di dunia. PT. GGP juga merupakan produsen private label terbesar di dunia dengan pangsa pasar 17%. Selain itu, PT. GGP merupakan produsen yang memiliki luas lahan penanamannya terbesar di dunia (Iskandar dan Soelaeman, 2007).
Salah satu permasalahan yang sering dihadapi di perkebunan ini adalah pengendalian gulma. Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara. Secara preventif, misalnya dengan pencegahan pemakaian pupuk kandang yang
(27)
7
belum matang karena kemungkinan bibit gulma terbawa di dalamnya. Secara fisik, misal dengan pembabatan, gulma yang tumbuh pada lahan pembudidayaan. Dengan sistem budidaya, misal dengan penaungan dengan tumbuhan penutup (cover crops) sehingga memungkinkan gulma tidak dapat tumbuh pada kondisi kekurangan cahaya. Secara biologis, yaitu dengan menggunakan organisme lain seperti fungi atau jamur yang biasa disebut dengan fungisida.
Selain itu pengendalian gulma juga dapat dilakukan dengan cara kimiawi, yaitu dengan menggunakan herbisida atau senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma baik secara selektif maupun non selektif, kontak atau sistemik, digunakan saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Secara terpadu, yaitu dengan menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
Salah satu pengendalian gulma di PT. GGP dilakukan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan herbisida. Kemampuan herbisida dalam mematikan gulma namun tidak menyebabkan kerusakan pada tanaman budidaya bergantung jenis dan konsentrasi herbisida yang digunakan. Untuk saat ini di PT. GGP, penggunaan jenis herbisida yang tepat namun tidak
mematikan tanamn budidaya adalah kombinasi herbisida Diuron berbahan aktif 3,4-D dan Quizalopop berbahan aktif P-Etyl dengan konsentrasi 0,2-0,3 %.
(28)
Diuron merupakan herbisida dari turunan urea. Herbisida ini berbahan aktif 3,4-D dengan rumus kimia yaitu 3-(3,4-dichlorophenyl)-1,1-dimethylurea. Herbisida dengan bahan aktif ini bersifat sistemik. Herbisida ini biasanya diabsorbsi melalui akar dan ditranslokasikan ke daun melalui batang. Herbisida diuron menghambat reaksi Hill (reaksi pemecahan air) pada fotosintesis tepatnya pada fotosistem II. Dengan demikian pembentukan ATP dan NADPH terganggu (Tjitrosoedirdjo et al, 1984).
Quizalopop merupakan herbisida sistemik purna tumbuh untuk
mengendalikan gulma pada pertanaman. Bahan aktif pada herbisida ini adalah P-Etyl dan memiliki rumus kimia yaitu
(R)-2-[4-(6-chloroquinoxalin-2-yloxy)fenoksi]asam propionat[6]. Bahan aktif ini diserap dari permukaan daun dan kemudian akan ditranslokasikan ke seluruh organ tanaman. Senyawa ini diduga mirip dengan hormon tumbuhan yang dapat menyebabkan pembelahan sel secara tidak normal sehingga dapat menghancurkan sistem transportasi nutrisi tanaman.
Pemberian herbisida di perkebunan PT. GGP ini biasa dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Boom Spraying Cameco (BSC). Dengan alat ini memungkinkan herbisida yang disemprotkan tidak hanya mengenai gulma tetapi juga akan mengenai tanaman nanas terutama helaian
daunnya. Apabila penggunaan herbisida yang tidak tepat maka akan menyebabkan kerusakan pada daun nanas yang dapat menyebabkan adanya penurunan kandungan klorofil pada daun. Dengan adanya
(29)
9
penurunan kandungan klorofil akan terjadi gangguan pada proses metabolisme dari tanaman nanas tersebut. Hal ini akan menyebabkan terjadinya permasalahan dalam pertumbuhan tanaman nanan.
Di PT. GGP penggunaan herbisida pada tanaman nanas biasa dilakukan pada saat tanaman berumur 3 bulan. Pada umur tersebut tanaman nanas sedang mengalamai proses pertumbuhan yang cukup pesat. Apabila pada masa pertumbuhan tanaman nanas tersebut terhambat maka proses
pertumbuhan dan perkembangan bagian-bagian tumbuhan yang lain pun akan terhambat, seperti misalnya pertumbuhan akar dan pembentukan bunga yang biasanya akan terbentuk pada usia 12 bulan setelah tanam. Diduga salah satu yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan nanas adalah penggunaan jenis dan konsentrasi herbisida yang tidak tepat.
Di PT. GGP telah digunakan herbisida Quizalopop yang berbahan aktif P-Etyl dan Diuron yang berbahan aktif 3,4-D pada nanas varietas smooth cayenne cultivar GP1 dengan taraf konsentrasi 0,2% - 0,3%. Pada konsentrasi yang diberikan tersebut tidak menimbulkan kerusakan pada nanas varietas smooth cayenne cultivar GP1. Saat ini cultivar GP3 merupakan varietas nanas unggulan yang sedang dikembangbiakkan di perusahaan tersebut oleh karena itu perlu dilakukan uji coba penggunaan kombinasi konsentrasi herbisida Diuron yang berbahan aktif 3,4-D dan Quizalopop yang berbahan aktif P-Etyl pada cultivar GP3.
(30)
Berdasarkan keterangan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini akan dicoba penggunaan kombinasi konsentrasi herbisida Quizalopop dan Diuron dengan taraf konsentrasi 0%, 0,05%, 0,1%, dan 0,15% pada varietas smooth cayenne tanaman nanas cultivar GP3 yang berumur 3 bulan dengan cara penyemprotan langsung mengenai daun tanaman nanas.
1.5 Hipotesis
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat perlakuan kombinasi konsentrasi herbisida Diuron berbahan aktif 3,4-D dan Quizalopop berbahan aktif P-Etyl memberikan pengaruh terhadap kandungan klorofil dan pertumbuhan akar tanaman nanas (Annanas comosus) varietas smooth cayenne cultivar GP3.
(31)
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Nanas
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Nanas
Gambar 1. Tanaman Nanas(Foto koleksi Pribadi)
Klasifikasi tanaman nanas menurut Plantamor yaitu sebagai berikut: Kerajaan : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (monokotil)
Bangsa : Farinosae (Bromeliales) Suku : Bromeliaceae
Marga : Ananas
(32)
Akar nanas (lihat gambar 2) dapat dibedakan menjadi akar tanah (a) dan akar samping (b), dengan sistem perakaran yang terbatas. Akar-akar melekat pada pangkal batang dan termasuk berakar serabut
(monocotyledonae). Kedalaman perakaran pada media tumbuh yang baik tidak lebih dari 50 cm, sedangkan di tanah biasa jarang mencapai
kedalaman 30 cm (Murniati, 2006).
a b
Gambar 2. Akar TanahTanaman Nanas (a) dan Akar SampingTanaman Nanas (b) (Foto koleksi Pribadi)
Batang tanaman nanas (gambar 3) berukuran cukup panjang 20-25 cm atau lebih, tebal dengan diameter 2,0 -3,5 cm, beruas-ruas (buku-buku) pendek. Batang sebagai tempat melekat akar, daun, bunga, tunas dan buah, sehingga secara visual batang tersebut tidak nampak karena disekelilingnya tertutup oleh daun. Tangkai bunga atau buah merupakan perpanjangan batang (Hartmann, 1981).
(33)
13
Daun nanas (lihat gambar 4) panjang, liat dan tidak mempunyai tulang daun utama. Pada tepi daunnya ada yang ditumbuh duri tajam dan ada yang tidak berduri. Tetapi ada pula yang durinya hanya ada di ujung daun. Duri nanas tersusun rapi menuju ke satu arah menghadap ujung daun (Halfacre, 1979).
Gambar 4. Daun Tanaman Nanas (Foto koleksi Pribadi)
Nanas merupakan tanaman yang termasuk kedalam bangsa bromeliales, dimana taman ini tergolong sebagai tanaman Crassulacean Acid
Metabolism(CAM). Tanaman CAM pada umumnya hidup di daerah kering, mempunyai daun tebal, laju transpirasi rendah, sel-sel daun mempunyai vakuola relatif besar dan lapisan sitoplasma yang tipis. Stomata pada tanaman ini akan membuka pada malam hari dan akan terjadi proses fiksasi CO2 yang menghasilkan asam malat. Sedangkan pada siang hari stomata akan tertutup dan akan terjadi daur Calvin yang menghasilkan glukosa (Campbell et al., 2006).
Nanas mempunyai rangkaian bunga majemuk pada ujung batangnya (lihat gambar 5). Bunga bersifat hermaprodit dan berjumlah antara 100-200, masing-masing berkedudukan di ketiak daun pelindung. Jumlah bunga
(34)
mekar setiap hari, berjumlah sekitar 5-10 kuntum. Pertumbuhan bunga dimulai dari bagian dasar menuju bagian atas memakan waktu 10-20 hari. Waktu dari menanam sampai terbentuk bunga sekitar 6-16 bulan
(Murniati, 2006)
Gambar 5. Bunga Nanas (Foto koleksi Pribadi)
2.1.2 Syarat Tumbuh
Tanaman nanas dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi 1.200 mdpl. Tanaman ini tidak tahan terhadap salju, tetapi tahan sekali terhadap kekeringan. Namun, tanaman nanas lebih senang terhadap tanah subur, daerah beriklim basah dengan curah hujan 1.000-1.500 mm per tahun. Tanaman nanas tahan terhadap tanah asam yang mempunyai pH 3,3-7,9, tetapi paling baik adalah pH tanah antara 4,5-6,2. Oleh karena itu, tanaman nanas bagus pula dikembangkan di lahan gambut (Murniati, 2006).
Pada daerah yang kering, nanas tetap dapat tumbuh karena memiliki struktur dan morfologi daun yang dapat menampung air, embun, dan air hujan ke arah pangkal daun. Selain itu, nanas juga memiliki trikoma dan lapisan hipodermis yang berperan dalam mengurangi laju transpirasi pada tanaman.
(35)
15
Meskipun demikian, kedalaman air tanah tidak lebih dari 150 cm di bawah permukaan tanah (Murniati, 2006).
2.2 Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela pertanaman monokulturjagung dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem tumpangsari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang(Sutiono, 2010).
Berdasarkan habitat tumbuhnya, dikenal gulma darat, dan gulma air. Gulma darat merupakan gulma yang hidup didarat, dapat merupakan gulma yang hidup setahun, dua tahun, atau tahunan (tidak terbatas).
Penyebarannya dapat melalui biji atau dengan cara vegetatif. Contoh gulma darat diantaranya Ageratumconyzoides, Digitaria spp, Imperatacylindrical, dan Amaranthus spinosus. Gulma air merupakan gulma yang hidupnya
(36)
berada di air. Jenis gulma air dibedakan menjadi tiga, yaitu gulma air yang hidupnya terapung dipermukaan air (Eichhorina crassipes, Sailvinia spp), gulma air yang tenggelam di dalam air (Ceratophylium demersum), dan gulma air yang timbul ke permukaan tumbuh dari dasar (Sutiono, 2010).
2.3 Cara-Cara Pengendalian Gulma
Pengendalian dapat berbentuk pencegahan dan pemberantasan. Mencegah biasanya lebih murah tetapi tidak selalu lebih mudah. Di negara-negara yang sedang membangun kegiatan pengendalian gulma yang banyak dilakukan orang adalah pemberantasan. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara-cara :
2.3.1 Preventif (Pencegahan)
Cara-cara pencegahan masuk dan menyebarnya gulma baru antara lain adalah :
a. Dengan pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma
b. Pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang c. Pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumput
makanan ternak
d. Pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran pengairan e. Pembersihan ternak yang akan diangkut
(37)
17
f. Pencegahan pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan lain sebagainya (Hance, 1987).
Apabila hal-hal tersebut di atas tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka harus dicegah pula agar jangan sampai gulma berbuah dan berbunga. Di samping itu juga mencegah gulma tahunan (perennial weeds) jangan sampai berkembangbiak terutama dengan cara vegetatif (Hance, 1987).
2.3.2 Pengendalian Gulma Secara Fisik
Pengendalian gulma secara fisik ini dapat dilakukan dengan jalan : a. Pengolahan tanah
b. Pembabatan (pemangkasan, mowing) c. Penggenangan
d. Pembakaran
e. Mulsa (mulching, penutup seresah) (Hance, 1987).
2.3.3 Pengendalian Gulma dengan Sistem Budidaya
Cara pengendalian ini juga disebut pengendalian secara ekologis, oleh karena menggunakan prinsip-prinsip ekologi yaitu mengelola lingkungan sedemikian rupa sehingga mendukung dan menguntungkan pertanaman tetapi merugikan bagi gulmanya.
(38)
Di dalam pengendalian gulma dengan sistem budidaya ini terdapat beberapa cara yaitu :
a. Pergiliran Tanaman b. Budidaya pertanaman
c. Penaungan dengan tumbuhan penutup (cover crops) (Hance, 1987).
2.3.4 Pengendalian Gulma Secara Biologis
Pengendalian gulma secara biologis (hayati) ialah pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain, seperti insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya. Pengendalian biologis yang intensif dengan insekta atau fungi biasanya hanya ditujukan terhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas dan ini harus melalui proses penelitian yang lama serta membutuhkan ketelitian. Juga harus yakin apabila species gulma yang akan dikendalikan itu habis, insekta atau fungi tersebut tidak menyerang tanaman atau tumbuhan lain yang mempunyai arti ekonomis (Hance, 1987).
2.3.5 Pengendalian Gulma Secara Kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non selektif namun tidak mematikan
(39)
19
tanaman budidiaya. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yang luas dengan tidak mematikan tanaman budidaya. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar dan sebagainya (Institut Pertanian Bogor, 2013).
2.3.6 Pengendalian Gulma Secara Terpadu
Yang dimaksud dengan pengendalian gulma secara terpadu yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan beberapa cara secara
bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Artinya gulma bisa dibunuh tetapi tanaman budidaya tetap hidup.
2.4 Herbisida
Herbisida merupakan bahan kimia yang dikembangkan pertama kali padatahun 1940-an. Sebelum era tahun tersebut, garam dapur dan asam sulfat jugamerupakan bahan kimia yang telah lama diketahui dapat
mematikan tumbuhan, dan memang dapat disebut sebagai herbisida. Namun ledakan perkembangan herbisida tidak begitu pesat sampai pada pemakaian 2,4-D (2,4-diklorofenoksiasetat) setelah Perang Dunia II (Biotrop, 1984).
(40)
Herbisida 2,4-D muncul di pasaran pada tahun 1945, dikembangkan oleh tim dari Inggris yang menginginkan peningkatan produksi pangan sebagai usaha yang dilakukan pada saat perang. Penemuan 2,4-D ini mampu memberikan konsep yang lebih jelas tentang herbisida, yaitu efektif dalam jumlah yang sedikit, bersifat selektif, dan sistemik (Sarianti, 2012).
Penemuan herbisida membuat petani Eropa dan Amerika tertarik, karena hal ini bertepatan dengan hebatnya metode mekanisasi pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan hasil pertanian baik kuantitas maupun kualitas, serta mengurangi biaya (Anonim, 2010).
Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil. Karakteristik herbisida dibagi ke dalam beberapa penggolongan, diantaranya penggolongan herbisida berdasarkan daya aktif terhadap jenis gulma, berdasarkan bidang sasaran, berdasarkan gerakannya (Sarianti, 2012).
Pada pengendalian gulma, mengendalikan gulma secara khemis merupakan salah satu cara pengendalian disamping pengendalian secara manual/mekanis. Dalam mengendalikan gulma secara khemis digunakan herbisida. Herbisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan gulma. Secara kasat mata tanaman dan gulma memiliki
morfologi yang hampir sama namun berbeda peran dalam pertanian (Sarianti, 2012).
(41)
21
Penyemprot harus memastikan bahwa herbisida yang diberikan terarah pada gulma dan meniadakan persentuhan semprotan herbisida terhadap tanaman. Herbisida merupakan bagian atau anggota dari pestisida. Selain herbisida, pestisida terdiri atas insektisida, fungisida, bakterisida dan lain-lain (Sulistyo, 2003).
Dalam pengendalian species gulma yang berada di lahan sangat menentukan pada tindakan yang akan diambil. Bagi gulma annual akan berbeda dengan gulma perennial, demikaian pula dengan gulma yang berdaun sempit, berdaun lebar atau jenis teki-tekian. Dan juga gulma yang hidup di dataran rendah dan yang hidup di dataran tinggi (Muliyadi, 2005).
2.5 Jenis Herbisida
2.5.1 Herbisida Kontak
Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas (Biolucious, 2011).
Di dalam jarinngan tumbuhan, bahan aktif herbisida kontak hampir tidak ada yang ditranslokasikan. Jika ada, bahan tersebut ditranslokasikan
(42)
melalui phloem. Karena hanya mematikan bagian gulma yang terkena, pertumbuhan gulma dapat terjadi sangat cepat. Dengan demikian, rotasi pengendalian menjadi singkat. Herbisida kontak memerlukan dosis dan air pelarut yang lebih besar agar bahan aktifnya merata ke seluruh permukaan gulma dan diperoleh efek pengendalian yang lebih baik (Biolucious, 2011).
Herbisida kontak juga yang bekerja dengan cara menghasilkan radikal hidrogen peroksida yang memecahkan membran sel dan merusak seluruh konfigurasi sel. Herbisida kontak hanya mematikan bagian tanaman hidup yang terkena larutan, jadi bagian tanaman di bawah tanah seperti akar atau akar rimpang tidak terpengaruh. Proses kerja pada herbisida ini pun sangat cepat. Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif
berfotosintesis. Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan. Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2
minggu kemudian dan bila herbisida ini tidak menyentuh akar maka proses kerjanya tidak berpengaruh pada gulma.
Contoh-contoh herbisida kontak pada umumnya yang digunakan adalah sebagai berikut
• Gramoxone • Paraquat. • Herbatop
(43)
23
• Paracol (Novizan, 2007).
2.5.2 Herbisida Sistemik
Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang
terkena, namun bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke
perakarannya (Novizan, 2007).
Keistimewaannya, dapat mematikan tunas-tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Efek terjadinya hampir sama merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama (panjang). Penggunaan herbisida sistemik ini secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya aplikasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas herbisida sistemik, yaitu: - Gulma harus dalam masa pertumbuhan aktif
(44)
- Cuaca cerah waktu menyemprot. - Tidak menyemprot menjelang hujan. - Keringkan areal yang akan disemprot.
- Gunakan air bersih sebagai bahan pelarut (Novizan, 2007).
Pemakaian suatu jenis herbisida secara terus menerus akan membentuk gulma yang resisten sehingga akan sulit mengendalikannya. Guna mengantisipasi kelemahan tersebut diatas adalah dengan mencampurkan dua herbisida. Pencampuran dua jenis herbisida telah dilakukan sejak lama dengan tujuan untuk memperluas spektrum pengendalian gulma, mengurangi resistensi gulma terhadap salah satu herbisida sehingga mencegah vegetasi gulma yang mengarah ke homogen (Novizan, 2007).
Ketika dua atau lebih bahan kimia terakumulasi di dalam tanaman, mereka melakukan interaksi dan respon ditunjukkan keluar menghasilkan reaksi yang berbeda ketika bahan kimia tersebut diberikan sendiri-sendiri. Interaksi ini bisa bersifat sinergi, adidtif atau antagonis (Novizan, 2007)
2.6 Mekanisme Kerja Herbisida
Pada umumnya herbisida bekerja dengan mengganggu proses anabolisme senyawa penting seperti pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi dengan senyawa yang "normal" dalam proses tersebut. Herbisida menjadi kompetitor karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat yang dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya. Cara kerja lain adalah dengan
(45)
25
mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan (Boerboom, 2005).
Herbisida bekerjasama dengan enzim dan membelokkan arah metabolisme ke arah yang salah atau menghentikannya. Contohnya :
1. 2,4-D suatu zat tumbuh tiruan berkekuatan ± 1000 kali IAA. Herbisida ini dapat memacu pertumbuhan secara berlebihan sehingga tumbuhan itu mati. Hal ini dikarenakan laju respirasi meningkat dan laju
fotosintesis menurun. Kemungkinan mengganggu inti sel sehingga proses metabolism menjadi terganggu.
2. Amitrole (aminotriazok) mencengah pembentukan carotenoids. Carotenoid/carotene harus dibentuk untuk menggantikan klorofil yang rusak. Tanpa carotenoids, khlorofil terokdsidasi oleh oksigen dalam proses fotosintesis. Khlorofil teroksidasi yang dipacu sinar matahari. Ratio carotene; khlorofil = 1:8. Bila jumlah carotene kurang dari 1/8, khlorofil teroksidasi.
3. Paraquat mengkatalisasi pemecahan H2O menjadi ½ O2 dan 2H+ (Riadi, 2011).
2.6.1 Pengaruh Herbisida pada Fotosintesis
Herbisida yang aman digunakan adalah herbisida yang memiliki mekanisme kerja dalam menghambat proses fotosintesis. Dalam mekanismenya khloroplast yang telah memperoleh energi dari cahaya matahari untuk melancarkan 2 rangkai transport elektron :
(46)
1. H2O dipecah menjadi 2H+ dan ½ O2. Lewat serangkai reaksi kimia H+ dipakai untuk mereduksi zat-zat antara, sehingga akhirnya ADP dan H3PO4 direduksi menjadi ATP. Rantai pertama ini dinamai PS2 (fotosistem 2).
2. Pada rantai kedua terjadi beberapa reaksi, yang berakhir dengan reduksi NADP menjadi NADPH. Rantai kedua dinamai PS1 (fotosistem 1)(Riadi, 2011).
Ada empat kelompok yang mempengaruhi fotosintesis, yaitu: 1. Senyawa amitrole mencengah pembentukan carotene. Caroten
bertugas untuk melindungi khlorofil, jangan sampai bereaksi dengan ½ O2 yang tereksitasi dan kelebihan tenaga (excited).
2. Triazines, uracils, dan turunan ureas mencengah reaksi Hill, sehingga fotosintesis terhenti.
3. Ioxynil, mengganggu reaksi-reaksi diantara PS2 dan PS1. 4. Paraquat/diquat, yang membelokkan rantai transport elektron,
sehingga terjadi rekasi ½ O2 + H2O +e- H2O2. Senyawa H2O2 merupakan herbisida yang merusak membran sel (plasmalemma). Akibatnya sel menjadi kering (Riadi, 2011).
2.6.2 Pengaruh Herbisida Terhadap Pembelahan Sel dan Perkembangannya
(47)
27
Beberapa herbisida mampu mencengah terbentuknya sel-sel baru pada kecambah, mata tunas, dan ujung akar. Pecengahan dilakukan dengan cara:
a. Mencegah terbentuknya ATP
b. Menimpangkan keseimbangan hormon, yang mengatr datangnya zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhan (Riadi, 2011).
2.6.3 Pengaruh Herbisida Terhadap Sintesa Lipid
Plasmalemma terdiri atas protein dan lipid.Sehinggalipid dibutuhkan untuk sempurnanya plasmalemma. Organel-organel seperti khloroplast dan mitokondria dibungkus oleh membran, serupa dengan plasmalemma.Pada bagian atas kutikula lipid berperan dalam proses penebalan kutikula sehingga penguapan di dalam sel akan berkurang. Terdapat beberapa senyawa yang terkandung di dalam herbisida seperti Dalapon dan EPTC mampu mencengah penebalan lipid lilin di atas kutikula. Pada kekentalan yang lebih tinggi membran-membran di dalam sel pun dirusak, sehingga isi organel berantakan (Riadi, 2011).
(48)
Hormon Auxins, geberelin, cytokinin, ABA, dan C2H4 merupakan hormon yang mengatur pertumbuhan dan proses fisiologis. Senyawa 2,4-D dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan, seringkali
pertumbuhan terhenti. Kadang-kadang tangkai-tangkai daun mulai tumbuh kembali dan tumbuhnya melengkung. Jaringan dewasa tumbuh membengkak, melengkung, pecah, menjadi callus, dan bahkan menjadi akar. Pertumbuhan demikian merupakan pertumbuhan yang tidak normal (Riadi, 2011).
2.6.5 Pengaruhnya Terhadap Pernafasan
Pernafasan mulai dengan oksidasi sukrose sampai ke pembentukan ATP. Ioxynil, homoxynil, dan dinoseb mencengah pembentukan ATP.
Sedangkan ATP sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme (Riadi, 2011).
2.7 Gejala-Gejala Akibat Herbisida 2.7.1 Chlorosis
Gangguan terhadap produksi chlorofil dan pemeliharaannya menyebabkan gejala chlorosis. Chlrosis menyebabkan hijau digantikan oleh putih atau merah muda, yang disebabkan oleh chloromatofora. Amitrole
memutihkan seluruh tumbuhan. Herbisida lain menyebabkan memutihnya jaringan intervenal atau sebagian dari daun. Chlorosis disebabkan oleh triazines, uracils, ureas, dan amitrole (Riadi, 2011).
(49)
29
Selain itu dapat juga terjadi kerdil yang disebabkan oleh mitotic inhibitors; pencengahan pembelahan sel, sehingga apex pucuk maupun akar tidak tumbuh. Trifluralin dan turunan nitroaniline menyebabkan akar-akar lateral menjadi kerdil. Pencengahan tumbuh akar tunggang adalah akibat karbamat dan amides. Gejala pertama yang biasanya nampak pada keracunan dichlobenil dan carbamates adalah tertahannya pertumbuhan pucuk (Riadi, 2011).
2.7.2 Kelainan Tumbuh
Phenoxy – alkanoic acids dan picloram menyebabkan kelainan tumbuh pada tumbuhan yang peka. Bentuk gangguan itu adalah ganguan pada pembelahan sel & pemanjangan sel. Akibatnya terjadi epinasty (melengkunya ranting muda dan tangkai dan), terjadinya bentuk aneh pada daun (daun berlekuk/berbukit), ranting bengkak sampai pecah. Kadang-kadang terbentuk callus dan akar di atas tanah (Riadi, 2011).
2.7.3 Necrosis.
Membran sel pecah sehingga sel kehilangan air dan mati. Permukaan membran merupakan tempat terjadinya reaksi biokimia. Tanpa kehilangan air pun sel akan mati. Penggunaan herbisida diquat, paraquat, ioxynil, 7 dinoseb mampu menghanguskan jaringan hijau hangus & mati (necrosis) (Riadi, 2011).
(50)
2.7.4 Pengaruh Varietas dalam Hal Ketahanan Tumbuhan
Perbedaan jenis dan konsentrasi dapat menyebabkan adanya tumbuhan yang rentan dan kurang rentan, bahkan ada yang tahan terhadap satu herbisida (Riadi, 2011).
Contoh gulma yang bervariasi ketahanannya adalah :
· Amaranthus powellii terhadap trifluralin dan diphenamid, yang menjadi dominan
· Sorgum halepense terhadap dalapon (Riadi, 2011).
2.8 Diuron
Diuron merupakan herbisida dari turunan urea. Herbisida ini merupakan herbisida yang selektif dan dipakai lewat tanah, walaupun ada beberapa yanglewat daun. Termasuk dalam kelompok ini adalah diuron, linuron, monuron dan sebagainya. Nama kimia dari herbisida diuron adalah 3-(3,4-dichlorophenyl)-1,1-dimethylurea (gambar 6). Menurut Thomson (1967 diuron dapat digunakan sebagai herbisida pra tumbuh, pasca tumbuh serta herbisida soil sterilant (sterilisasi tanah).
(51)
31
3-(3,4-dichlorophenyl)-1,1-dimethylurea
Gambar 6. Rumus Bangun Senyawa yang Terkandung dalam Herbisida Diuron(Tjitrosoedirdjo et al, 1984).
Herbisida diuron bersifat sistemik. Herbisida ini biasanya diabsorbsi melalui akar dan ditranslokasikan ke daun melalui batang. Pemakaian lewat daun tidak ditranslokasikan lagi. Di dalam tubuh tumbuhan diuron mengalami degradasi, terutama melalui pelepasan gugus metil. Herbisida diuron
menghambat reaksi Hill pada fotosintesis, yaitu dalam fotosistem II. Dengan demikian pembentukan ATP dan NADPH terganggu (Tjitrosoedirdjo et al, 1984).
Ada dua hal yang menyebabkan diuron tetap berada di permukaan tanah dalam waktu yang relatif agak lama yaitu : (1) tidak mudah larut dalam air sehingga diuron mempunyai kemampuan untuk bertahan dari pencucian dan (2) tingkat absorbsi yang tinggi oleh koloid tanah. Diuron banyak digunakan untuk pengendalian gulma pada tanaman tebu, kapas, karet, teh dan
sebagainya. Dalam keadaan murni diuron akan berupa kristal putih, tidak menguap, tidak mudah terbakar dan tidak berbau, akan meleleh pada suhu 158-159oC, larut dalam air pada suhu 25oC sebanyak 42 ppm dan tahan terhadap dekomposisi (Sumintapura dan Iskandar, 1975).
Gejala yang terjadi akibat aplikasi diuron tergantung pada jenis tumbuhan itu sendiri. Biasanya kematiannya diawali pada ujung daun dan apabila ujung daun telah mati, maka tidak akan terjadi turgor lagi. Kemudian akan
(52)
khlorosis yang biasanya akan diikuti oleh pertumbuhan yang lambat dan kematian yang mendadak (Tjitrosoedirdjo et al, 1984).
2.9 Quizalopop
Quizalofop-p-etil adalah herbisida pratanam. Herbisida ini digunakan untuk mengendalikan gulma rumput tahunan.Quizalofop-P-Etil (QPE) adalah senyawa herbisida fenoksi. Herbisida ini digunakan dalam pertanian dalam mengendalikan gulma. Penggunaan sembarangan herbisida di bidang pertanian, serta peningkatan polusi dalam ekosistem akibat pembangunan industri, membenarkan evaluasi toksisitas bahan kimia ini (Marcano ,etal.,2004). Saat ini, literatur tidak tersedia pada efek sitologi herbisida QPE dalam sistem tanaman. QPE biasa digunakan untuk mematikan gulma berdaun sempit, sepertiDigitaria sp., Eleusine indica, Echinochloa
colonum.
QPE termasuk herbisida yang selektif dalam mematikan gulma tanpa merusak tanaman budidaya. Selain itu merupakan postemergence fenoksi herbisida. Hal ini digunakan untuk mengendalikan gulma rumput tahunan seperti kentang, kedelai, gula bit, sayuran kacang, kapas dan rami. Bahan aktif pada herbisida ini adalah
(R) -2 - [ 4 - ( 6 - chloroquinoxalin - 2 - yloxy ) fenoksi ] asam propionat [ 6 ]. Senyawa ini diserap dari permukaan daun dan kemudian akan
ditransformasikan ke seluruh organ tanaman yang kemudian akan terakumulasi di daerah titik tumbuh batang dan akar. Senyawa fenoksi
(53)
33
cenderung selektif membunuh gulma broadleaved daripada rumput.
Herbisida asam benzoat fenoksi diduga mirip dengan hormon pada tumbuhan yang dapat menyebabkan pembelahan sel secara tidak normal sehingga dapat menghancurkan sistem transportasi nutrisi tanaman.
2.10 KLOROFIL
Istilah klorofil berasal dari bahasa Yunani yaitu chloros artinya hijau dan phyllos artinya daun. Pigmen ini berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan mengubah energi cahaya menjadi energi kimia (Muthalib, 2009).
Sifat fisik klorofil adalah menerima dan atau memantulkan cahaya dengan gelombang yang berlainan (berpendar = berfluoresensi). Klorofil banyak menyerap energi matahari pada gelombang 400- 700 nm, terutama sinar merah dan biru. Sifat kimia klorofil, antara lain (1) tidak larut dalam air, melainkan larut dalam pelarut organik yang lebih polar, seperti etanol dan kloroform; (2) inti Mg akan tergeser oleh 2 atom H bila dalam suasana asam, sehingga membentuk suatu persenyawaan yang disebut feofitin yang
berwarna coklat (Dwidjoseputro, 1994).
Klorofil merupakan faktor utama yang mempengaruhi fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses perubahan senyawa anorganik (CO2 dan H2O) menjadi senyawa organik (karbohidrat) dan O2 dengan bantuan cahaya matahari. Klorofil merupakan pigmen utama yang terdapat dalam kloroplas.
(54)
Kloroplas (Gambar 7) adalah organel sel tanaman yang mempunyai membran luar, membran dalam, ruang antar membran dan stroma. Permukaan
membran internal yang disebut tilakoid akan membentuk kantong pipih dan pada posisi tertentu akan bertumpukan dengan rapi membentuk struktur yang disebut granum. Seluruh granum yang terdapat pada kloroplas disebut grana. Tilakoid yang memanjang dan menghubungkan granum satu dengan yang lain di dalam stroma disebut lamela. Stroma merupakan rongga atau ruang dalam kloroplas dan berisi air beserta garam-garam yang terlarut dalam air. Klorofil terdapat di dalam ruang tilakoid ( Thorpe, 1984; Campbell et al., 2003).
Tiga fungsi utama klorofil dalam proses fotosintesis adalah memanfaatkan energi matahari, memicu fiksasi CO2 untuk menghasilkan karbohidrat dan menyediakan energi bagi ekosistem secara keseluruhan. Karbohidrat yang dihasilkan dalam fotosintesis diubah menjadi protein, lemak, asam nukleat dan molekul organik lainnya. Klorofil menyerap cahaya yang berupa radiasi elektromagnetik pada spektrum kasat mata (visible). Cahaya matahari mengandung semua warna spektrum kasat mata dari merah sampai violet, tetapi tidak semua panjang gelombang diserap dengan baik oleh klorofil. Klorofil dapat menampung cahaya yang diserap oleh pigmen lainnya melalui fotosintesis, sehingga klorofil disebut sebagai pigmen pusat reaksi
fotosintesis (Bahri, 2010).
Tanaman tingkat tinggi mempunyai dua macam klorofil yaitu klorofil a (C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau tua dan klorofil b (C55H70O6N4Mg)
(55)
35
yang berwarna hijau muda (lihat gambar 8). Klorofil a dan klorofil b paling kuat menyerap cahaya di bagian merah (600-700 nm), dan paling sedikit menyerap cahaya hijau (500-600 nm). Sedangkan cahaya berwarna biru diserap oleh karotenoid. Karotenoid membantu menyerap cahaya, sehingga spektrum cahaya matahari dapat dimanfaatkan dengan lebih baik. Energi yang diserap oleh klorofil b dan karotenoid diteruskan kepada klorofil a untuk digunakan dalam proses fotosintesis fase I (reaksi terang) yang terdiri dari fotosistem I dan II, demikian pula dengan klorofil-b. Klorofil a paling banyak terdapat pada Fotosistem II sendangkan Klorofil b paling banyak terdapat pada Fotosistem I (Anonim 2011).
(56)
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Great Giant Pineapple Terbanggi Besar Lampung Tengah dan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Desember 2013 sampai dengan Februari 2014.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah tanaman nanas cultivar GP3 dengan umur 3 bulan setelah tanam yang diperoleh dari perkebunan PT. Great Giant
Pineapple, herbisida Quizalopop berbahan aktif P-Etyl dan Diuron berbahan aktif 3,4-D yang diperoleh dari toko pertanian, air dan tanah yang akan diambil dari perkebunan PT. Great Giant Pineapple.
Alat yang digunakan adalah handspray, sarung tangan, masker, patok, kamera, polibag, skop, cangkul, mistar, gelas ukur, ember, Spektrometri,
(57)
37
tabung reaksi, alat destilasi, corong, tabung Erlenmeyer, beker glass, dan pipet tetes.
3.3 Rancangan Percobaan
Penelitian ini disusun dengan percobaan faktorial dengan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 ulangan yang dijadikan sebagai kelompok. Faktor pertama adalah perlakuan herbisida dengan bahan aktif 3,4-D dengan taraf konsentrasi yaitu konsentrasi 0 %, 0,05 %, 0,1 %, dan 0,15 %. Faktor kedua adalah perlakuan herbisida dengan bahan aktif P-Etyl dengan taraf konsentrasi yaitu konsentrasi 0 %, 0,05 %, 0,1 %, dan 0,15 %. Dengan demikian diperoleh 16 kombinasi perlakuan pada setiap kelompok. Sehingga pada penelitian ini diperoleh 48 satuan percobaan. Pengamatan dilakukan 4 minggu setelah perlakuan.
Tabel 1. Taraf Kombinasi Konsentrasi Herbisida Quizalpop
Diuron
Qa (0 %) Qb (0,05%) Qc (0,1%) Qd (0,15%)
Da (0 ) DaQa(0) DaQb (0,05%)
DaQc (0,1%)
D0Qc (0,15%) Db (0,05%) DbQa(0,0
5%) DbQb (0,05%,0,05%) DbQc (0,05%,0,1%) DaQc (0,05%,0,15%) Dc (0,1%) Dc Qa
(0,1%) DcQb (0,1%,0,05%) DcQc (0,1%,0,1%) DbQc (0,1%,0,15%) Dd (0,15%) Dd Qa
(0,15%) DdQb (0,15%,0,05%) DdQc (0,15%,0,1%) DcQc (0,15%,0,15%)
(58)
Tabel 2. Tata Letak Percobaan
Keterangan : a : konsentrasi 0 % b : konsentrasi 0,05% c : konsentrasi 0,1% d : konsentrasi 0,15%
Q : Herbisida quizalopop berbahan aktif P-Etyl D : Herbisida diuron berbahan aktif 3,4-D
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Penyiapan Media Pertanaman
Media pertanaman yang digunakan adalah tanah yang diambil dari perkebunan PT. GGP dimasukkan kedalam polibag. Pada penelitian ini digunakan media tanam sebanyak 48 polibag yang berukuran sama yaitu 15 kg sebagai satu satuan percobaan. Pada setiap polibag berisi media tanah sebanyak 15 kg.
(59)
39
3.4.2 Penanaman Tanaman Nanas
Tanaman nanas dengan cultivar GP3 berumur 3 bulan yang digunakan diambil di perkebunan PT. GGP. Sebelum ditanam akar tanaman nanas dihilangkan (0 cm) (gambar 9). Setiap polibag (satu satuan percobaan) ditanam satu tanaman nanas. Tanaman diletakkan di green house yang berada di kebun percobaan PT. GGP.
Gambar 8. Tanaman Nanas berumur 3 bulan (obyek penelitian) yang dihilangkan akarnya (koleksi foto pribadi)
3.4.3 Konsentrasi Herbisida
Taraf konsentrasi herbisidaberbahan aktif 3,4-D dan P-Etyl yang digunakan adalah konsentrasi 0 %, 0,05 %, 0,1 %, dan 0,15 % pada masing-masing herbisida dengan mengencerkan dalam 1 liter air.
Tabel 3. Daftar komposisi Larutan Herbisida (dalam %)
No. Komposisi Qa Da Qb Db Qc Dc Qd Dd 1 Quizalopop (cc) 0 - 0,5 - 1 - 1,5 -2 Diuron (cc) - 0 - 0,5 - 1 - 1,5 3 Air (liter) 1 1 1 1 1 1 1 1 Konsentrasi (%) 0 0 0,05 0,05 0,1 0,1 0,15 0,1
(60)
3.4.4 Pemberian Perlakuan
Pemberian perlakuan herbisida pada tanaman nanas diberikan 2 minggu setelah penanaman dan diberikan pada siang hari dengan menggunakan handspraysebanyak 1 kali selama penelitian berlangsung .
3.4.5 Variabel yang Diamati
Terdapat beberapa variabel yang diamati, antara lain : a. Kualitatif
Diambil secara visual (foto) penampakan warna daun yang terjadi 4 minggu setelah perlakuan. Penampakan warna daun yang difoto diberi nilai
menggunakan alat yang disebut LCC (Leaf Color Chart). Alat ini didistribusikan oleh Crop Resources and Management Network (CREMNET) - IRRI untuk pengukuran pengoptimalan penggunaan Nitrogen pada tanaman padi (Gani, 2007).
b. Kuantitatif
Variabel yang diambil berupa : 1. Pertumbuhan akar
Pertumbuhan akar diperoleh dari pengukuran panjang akar yang terpanjang diukur dengan alat ukur berupa mistar dalam satuan cm pada tiap satuan percobaan. Pengamatan dilakukan 4 minggu setelah perlakuan.
(61)
41
2. Pengukuran kandungan klorofil pada daun
Pengambilan daun dilakukan 4 minggu setelah perlakuan. Diambil satu daun tiap satu satuan percobaan. Pengukuran kandungan klorofil dengan menggunakan spektrofotometri berdasarkan Witermans dan De Mots (Suyitno, 2008). Daun bagian tengah sebanyak 5 gram diambil kemudian dimaserasi selama 24 jam dengan menggunakan alkohol 70 %. Hasil maserasi kemudian disaring dan disentrifuge. Hasil dari sentrifuge berupa endapan dan filtrat, kemudian filtratnya diambil dan diukur kadar klorofil dengan menggunakan spectrophotometer pada panjang gelombang 645nm, 663nm, dan 683nm. Mencatat nilai absorbansi (Optical Density) larutan tersebut.
Adapun untuk menghitung kadar klrorofil a, klorofil b, dan kadar klorofil total berdasarkan Witermans dan De Mots dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Klorofil a : 12,7 x D 683 – 2,69 D 645 x V/1000xW (mg/l) Klorofil b : 12,7 x D 645 – 2,69 D 663 x V/1000xW (mg/l)
Klorofil total: 20,2 x D 645 + 8,102 D 663xV/100xW (mg/l) (Suyitno, 2008)
3.5 Analisis data
Data yang diperoleh dianalisis ragam, dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf kepercayaan 5 %.
(62)
1. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Untuk perubahan warna daun dan kandungan klorofil pada tanaman nanas sampai konsentrasi herbisida 3,4-D dan P-Etyl 0,15 % rata-rata memiliki nilai C yang menunjukkan daun tanaman nanas kurang baik.
2. Pada perlakuan kombinasi konsentrasi herbisida 3,4-D dan P-Etyl 0 % memiliki kandungan klorofil total rata-rata sebesar 2,284 mg/L, sedangkan pada kombinasi konsentrasi herbisida 3,4-D dan P-Etyl 0,15 % memiliki kandungan klorofil total rata-rata sebesar 1,952%.
3. Pada pertumbuhan akar perlakuan kombinasi konsentrasi herbisida 3,4-D dan P-Etyl 0 % rata-rata sebesar 32,133 dan pada kombinasi konsentrasi herbisida 3,4-D dan P-Etyl 0,15 % rata-rata sebesar 34,944 cm.
4. Penggunaan kombinasi herbisida 3,4-D dan P-Etyl aman digunakan untuk pertumbuhan nanas cultivar GP3.
(63)
62
2. Saran
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan :
1. Konsentrasi dan interval konsentrasi herbisida yang digunakan lebih variatif, agar perbedaan pengaruh herbisida dapat lebih terlihat nyata. 2. Waktu pengamatan yang digunakan lebih panjang sehingga perbedaan
(64)
Anonim. 2012. Ananas comosus. Diakses melalui
http://www.plantamor.com/imdex.php?plant=95 pada Mei 2014
Anonim. 2010. Herbisida. Diakses melalui http://essayku31.wordpress.com/ pada 20 Oktober 2013.
Anonim. 2011. Klorofil. Situs Web Wikipedia Indonesia, Diakses pada Oktober 2013.
Bahri, S. 2010. Klorofil. Diktat Kuliah Kapita Selekta Kimia Organik. Universitas Lampung.
Biolucious. 2011. ZPT sebagai herbisida. diakses melalui http://bioluscious.blogspot.com/2011/04/zpt-sebagai-herbisida.html pada 23 Oktober 2013
Boerboom, Chris. 2005. Herbicide Mode of Action Key for Injury Symptoms. Integrated Pest Management. University of Wisconsin-Extension.
Biotrop, 1984. Herbicide Mode of Action. Manhattan, Kansas.
Campbell, N.A, J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2003. Biologi Jilid 1 (Terjemahan) Erlangga. Jakarta.
Campbell, N.A., J.B. Reece & L.G. Mitchell. 2006. Biology. Concepts & Connections. 5th Ed. Addison Wesley Longman Inc. pp 118.
Djojosumarto, Panut. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta : PT Agromedia Pustaka.
(65)
64
Djojosumarto, Panut. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Dwidjoseputro, D. 1994. Pigmen Klorofil. Erlangga. Jakarta.
Gani, Anischan, 2007. Bagan Warna Daun (BWD).Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Halfacre, 1979. Deskripsi Morfologi Tanaman Nanas. UI Press. Jakarta. 485 hal
Hance, Raymond J. 1987. An Introduction to Weed Control. Basle : Ciba-Geigy Agro Division.
Hartmann, 1981. Tanaman Buah. Erlangga. Jakarta
Hopkins WG, H ner NPA. 2004. Introduction to Plant Physiology. Hoboken: John Wiley & Sons. Hal. 17-29.
Institut Pertanian Bogor. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi. Diakses melalui http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40418/7/BAB7_Pengendal ian_Kimiawi.pdf. Diakses Oktober 2013
Iskandar, D.E, dan H.T. Soelaeman. 2007. Raja nanas dunia. Swamajalah 46: hal 21-22.
Marcano., Carruyoi., Delcampoa. and Montiel X., 2004. Cytotoxicity and Mode of Action of Ma-leic Hydrazide in Root Tips of Allium cepa L..
Envi-ronmental Research, 94: 221226.
Mortensen, 1970. Mode of Action Penghambat Fotosintesis. Diakses melalui : http://vlv14062010.blogspot.com/2012/06/mode-of-action-penghambat-fotosintesis.html. pada bulan November 2013.
(66)
Muliyadi, 2005. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM), Tanjung Morawa.
Murniati, Endyah. 2006. Sang Nanas Bersisik Manis di Lidah. SIC. Surabaya
Muthalib, A. 2009. Klorofil dan Penyebaran di Perairan.
http://wwwabdulmuthalib. co.cc/2009/06/. Diakses pada Oktober 2013. Novizan. 2007. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Jakarta : PT Agromedia Pustaka.
Riadi, Muh. 2011. Herbisida dan Aplikasinya. Bahan Ajar. Universitas Hasanudin.
Sarianti, lina. 2012. Herbisida.
http://lina-sarianti.blogspot.com/2012/06/herbisida.html Diakses : November 2013
Sunarjono, H. 2004. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar swadaya. Jakarta
Sulistyo, 2003. Pestisida & Aplikasinya. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sumintapura dan Iskandar, 1975. Kegunaan Herbisida Diuron. Dirjen Tanaman Buah. Jakarta
Sutiono, 2010. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Rajawali Press. Jakarta.
Suyitno, 2008. Modul Praktikum : Klorofil/Pigmen Fotosintesisi. Universitas Negeri Yogyakarta.
(67)
66
Thomson, W. T. 1967. Agricultural Chemicals. Book II – Herbicides (1967 rev.). Thomson Publications. Davis, California, USA. P 163-166.
Tjitrosoedirdjo et al, 1984. Haerbisida Diuron. Warta Puslitbangbun Vol.13 No.3. Bogor
Witri, 2011. Tumbuhan C3, C4, dan Cam. Diakses melalui
http://w3i3t2a.blogspot.com/2011/11/tumbuhan-c3-c4-dan-cam.html pada Mei 2014
Wudianto, Rini. 1990. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta : Penebar Swadaya.
Vivi, 2010. Mode of Action Penghambat Fotosintesis.
http://vlv14062010.blogspot.com/2012/06/mode-of-action-penghambat-fotosintesis.html. Diakses November 2013
(68)
Lampiran 1. Pengukuran Kandungan Klorofil a
Tabel 13. Kandungan klorofil a daun nanas (Annanas comosus) dalam mL/g 4 minggu
setelah perlakuan
Sampel U1 U2 U3 Rerata
K 0,656 0,287 1,011 0,651
Da 1,011 0,599 0,979 0,863
Db 0,344 0,685 0,437 0,489
Dc 0,490 0,729 0,735 0,651
Qa 0,584 0,567 0,816 0,656
Qb 0,223 0,480 0,417 0,373
Qc 0,633 0,877 0,624 0,711
DaQa 0,510 0,974 0,692 0,725
DaQb 2,112 0,208 0,524 0,948
DaQc 0,380 0,624 1,254 0,753
DbQa 0,710 2,220 0,799 1,243
DbQb 0,312 0,294 0,555 0,387
DbQc 0,280 0,419 0,555 0,418
DcQa 0,555 0,630 0,337 0,507
DcQb 0,681 0,412 0,419 0,504
DcQc 0,362 0,756 0,592 0,570
Tabel 14. Data Transformasi Log (x+1) kandungan klorofil a pada daun nanas (Annanas
comosus) dalam mL/g
Sampel U1 U2 U3 Total Rerata
K 0,219 0,110 0,303 0,632 0,211
Da 0,303 0,204 0,296 0,804 0,268
Db 0,128 0,227 0,157 0,512 0,171
Dc 0,173 0,238 0,239 0,650 0,217
Qa 0,200 0,195 0,259 0,654 0,218
Qb 0,087 0,170 0,151 0,409 0,136
Qc 0,213 0,273 0,211 0,697 0,232
DaQa 0,179 0,295 0,228 0,703 0,234
DaQb 0,493 0,082 0,183 0,758 0,253
DaQc 0,140 0,211 0,353 0,703 0,234
DbQa 0,233 0,508 0,255 0,996 0,332
DbQb 0,118 0,112 0,192 0,422 0,141
DbQc 0,107 0,152 0,192 0,451 0,150
DcQa 0,192 0,212 0,126 0,530 0,177
DcQb 0,226 0,150 0,152 0,527 0,176
DcQc 0,134 0,245 0,202 0,581 0,194
Total 3,146 3,383 3,501 10,029
(69)
58
Tabel 15. Uji Homogenitas data kandungan klorofil a pada daun nanas (Annanas comosus)
dalam mL/g Sampe
l Total
Rerat
a s2 sp2 M A v1 v2 b F Ft
K 0,632 0,211 0,00 9 0,00 7 32,41 1 0,16 7 15,00 0 612,00 0 731,53 1 1,89 1 2,01 0 Da 0,804 0,268 0,00 3 Db 0,512 0,171 0,00 3 Dc 0,650 0,217 0,00 1 Qa 0,654 0,218 0,00 1 Qb 0,409 0,136 0,00 2 Qc 0,697 0,232 0,00 1 DaQa 0,703 0,234 0,00 3 DaQb 0,758 0,253 0,04 6 DaQc 0,703 0,234 0,01 2 DbQa 0,996 0,332 0,02 3 DbQb 0,422 0,141 0,00 2 DbQc 0,451 0,150 0,00 2 DcQa 0,530 0,177 0,00 2 DcQb 0,527 0,176 0,00 2 DcQc 0,581 0,194 0,00 3 Total 10,02 9 Rerata
Data yang diproleh telah Homogen karena F hitung < F tabel
Tabel 16. Analisis ragam kandungan klorofil a 4 minggu setelah perlakuan Sumber
keragaman db JK KT Fhit Ftabel
Kelompok 2,000 0,004 0,002 0,263 3,320 tn
Perlakuan 15,000
Bahan Aktif
(70)
Bahan Aktif
P-Etyl 3,000 0,026 0,009 1,140 2,920 tn
Kombinasi 9,000 0,069 0,008 1,009 2,210 tn
Galat 30,000 0,228 0,008
Total 47,000 0,351 0,007
Tabel 17. Nilai rata-rata kandungan klorofil a pada daun nanas (Annanas comosus) dalam
mL/g pada perlakuan pemberian konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop berbahan aktif P-Etyl diuji pada = 5 % dan BNJ = 0,188
Q0 Qa Qb Qc Total Rerata
Do 0,211 0,218 0,136 0,232 0,797 0,199 tn
Da 0,268 0,234 0,253 0,234 0,989 0,247 tn
Db 0,171 0,332 0,141 0,150 0,794 0,198 tn
Dc 0,217 0,177 0,176 0,194 0,763 0,191 tn
Total 0,866 0,961 0,705 0,811
Rerata 0,217 tn 0,240 tn 0,176 tn 0,203 tn
Tabel 18. Selisih rata-rata kandungan klorofil a pada daun nanas (Annanas comosus) dalam
mL/g pada perlakuan pemberian herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dengan nilai BNJ = 0,188 pada = 5 %
Db Dc Da D0
Dc 0,056 tn 0,008 tn 0,007 tn 0,000
b 0,049 tn 0,001 tn 0,000
Da 0,048 tn 0,000
Db 0,000
Tabel 19. Selisih rata-rata kandungan klorofil a pada daun nanas (Annanas comosus) dalam
mL/g pada Perlakuan pemberian herbisida Quizalopop bahan aktif P-Etyl dengan nilai BNJ = 0,188 pada = 5 %
Qb Qc Q0 Qa
Qb 0,064 tn 0,041 tn 0,027 tn 0,000
Qc 0,037 tn 0,014 tn 0,000
D0 0,023 tn 0,000
Qa 0,000 tn
Tabel 20. Hasil Uji BNJ Perlakuan pemberian konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop berbahan aktif P-Etyl dengan nilai BNJ = 0,188 pada = 5 %
(1)
3,4-D dan Quizalopop berbahan aktif P-Etyl dengan nilai BNJ = 5,640 pada = 5 % Qb DaQ b Qa DbQ b
Db K DbQ
a Da DcQ c Dc DbQ c DaQ c Qc DcQ b DaQ a DcQ a DcQa 3,03 2,147 1,60 3 1,23 1,16 3 1,15 6 0,954 0,62 6 0,622 0,40
7 0,373 0,336 0,30
9 0,131 0,108 0 DaQa 2,92 2 2,039 1,49 5 1,122 1,05 5 1,04 8 0,846 0,51 8 0,514 0,29
9 0,265 0,228 0,20
1 0,023 0 DcQb 2,89 9 2,016 1,47 2 1,099 1,03 2 1,02 5 0,823 0,49 5 0,491 0,27
6 0,242 0,205 0,17 8 0 Qc 2,72 1 1,838 1,29 4 0,921 0,85 4 0,84 7 0,645 0,31 7 0,313 0,09
8 0,064 0,027 0 DaQc 2,69
4 1,811 1,26
7 0,894 0,82
7 0,82 0,618 0,29 0,286 0,07
1 0,037 0 DbQc 2,65
7 1,774 1,23 0,857 0,79 0,78 3 0,581 0,25 3 0,249 0,03 4 0 Dc 2,62 3 1,74 1,19 6 0,823 0,75 6 0,74 9 0,547 0,21
9 0,215 0 DcQc 2,40 8 1,525 0,98 1 0,608 0,54 1 0,53 4 0,332 0,00 4 0 Da 2,40 4 1,521 0,97 7 0,604 0,53
7 0,53 0,328 0 DbQa 2,07 6 1,193 0,64 9 0,276 0,20 9 0,20 2 0 K 1,87 4 0,991 0,44 7 0,074 0,00 7 0 Db 1,86
7 0,984 0,44 0,067 0 DbQb
1,8 0,917 0,37
3 0
Qa 1,42
7 0,544 0 DaQb 0,88
3 0
Tabel 41. Hasil Uji BNJ kandungan klorofil Total pada daun nanas
(Annanas comosus) dalam mL/g pada Perlakuan pemberian
kombinasi konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop berbahan aktif P-Etyl dengan nilai BNJ = 5,640 pada = 5 %
D = bahan aktif 3,4-D Q = bahan aktif P-Etyl
Sampel Rerata Uji BNJ
D0Q0 2,284 a
DaQ0 2,933 a
DbQ0 1,666 a
DcQ0 2,486 a
D0Qa 1,703 a
D0Qb 1,438 a
D0Qc 1,956 a
DaQa 2,943 a
DaQb 3,477 a
DaQc 2,560 a
DbQa 4,360 a
DbQb 1,330 a
DbQc 1,461 a
DcQa 1,737 a
DcQb 1,639 a
(2)
a = konsentrasi 0,5 % b = konsentarsi 1,0 % c = konsentrasi 1,5 %
Lampiran 1. Pengukuran Panjang Akar Terpanjang
Tabel 42. Panjang akar terpanjang tanaman nanas (Annanas comosus) dalam cm 4 minggu setelah perlakuan
Sampel U1 U2 U3 Rerata
K 31,5 29,6 35,3 32,133
Da 33,7 36,5 33,2 34,467
Db 27 36,5 31,5 31,667
Dc 42 36,5 31,4 31,667
Qa 16,8 39,3 36,6 30,900
Qb 17 30 28,3 25,100
Qc 37 38 38,8 37,933
DaQa 44,5 36,3 37 39,267
DaQb 18 33,6 34,3 28,633
DaQc 39 33,8 37,3 36,700
DbQa 29,8 32 34,7 32,167
DbQb 32 33,8 27 30,933
DbQc 34 33,4 43 36,800
DcQa 39 44,3 40,2 41,167
DcQb 36 39,5 39,6 38,367
DcQc 34 32,8 38 34,933
Tabel 43. Uji Homogenitas data panjang akar terpanjang tanaman nanas (Annanas comosus) dalam cm
Sampel Total Rerata s2 sp2 M A v1 v2 b F Ft
K
96
32,13
3 8,423
27,70 4
19,95 0
0,16
7 15 612
731,53 1
1,14 4
2,01 0
(3)
Da
103,4
34,46
7 3,163
Db
95
31,66
7 22,583 Dc
109,9
36,63
3 28,103 Qa
92,7
30,90 0
150,93 0 Qb
75,3
25,10
0 49,930 Qc
113,8
37,93
3 0,813
DaQa
117,8
39,26
7 20,663 DaQb
85,9
28,63
3 84,923 DaQc
110,1
36,70
0 7,030
DbQa
96,5
32,16
7 6,023
DbQb
92,8
30,93
3 12,413 DbQc
110,4
36,80
0 28,920 DcQa
123,5
41,16
7 7,723
DcQb
115,1
38,36
7 4,203
DcQc
104,8
34,93
3 7,413
Total 1643,
4 Rerata
Data yang diperoleh telah Homogen karena F hitung < F tabel
Tabel 44. Hasil analisis ragam panjang akar terpanjang (cm) 4 minggu setelah perlakuan Sumber
keragaman D
b JK KT Fhit
Ftabe l
Kelompok 2 83,443
41,72 1
2,13
0 3,320
t n
Perlakuan 15
Bahan Aktif
3,4-D 3 215,931
71,97 7
3,67
4 2,920 *
Bahan Aktif
P-Etyl 3 286,089
95,36 3
4,86
8 2,920 *
Kombinasi 9 288,092
32,01 0
1,63
4 2,210
t n
(4)
Galat 30 587,744
19,59 1
Total 47
1461,29 9
31,09 1
Tabel 45. Nilai rata-rata panjang akar terpanjang tanaman nanas (Annanas comosus) dalam cm pada perlakuan pemberian konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop berbahan aktif P-Etyl dengan nilai BNJ = 9,523 pada = 5 %
D0 Da Db Dc Total Rerata
Q0 32,133 34,467 31,667 36,633 134,900 33,725 tn
Qa 30,900 39,267 32,167 41,167 143,500 35,875 tn
Qb 25,100 28,633 30,933 38,367 123,033 30,758 tn
Qc 37,933 36,700 36,800 34,933 146,367 36,592 tn
Total
126,06
7 139,067
41,167
151,100 Rerata
31,517t
n 34,767tn
32,892t
n 37,775*
Tabel 46. Selisih rata-rata panjang akar terpanjang tanaman nanas (Annanas comosus) dalam cm pada perlakuan pemberian herbisisda Diuron bahan aktif 3,4-D dengan nilai BNJ = 9,523 pada = 5 %
Dc Da D0 Db
Db 6,258* 3,25 tn 1,375 tn 0
D0 4,883tn 1,875 tn 0
Da 3,008 tn 0
Dc 0
Tabel 47. Selisih rata-rata panjang akar terpanjang tanaman nanas (Annanas comosus) dalam cm pada perlakuan pemberian herbisids Quizalopop bahan aktif P-Etyl dengan nilai BNJ = 9,523 pada = 5 %
Qb Qc Q0 Q1
33,095 Qa 3,605 tn 3,172 tn 1,038 tn 0,000
34,133 Q0 2,567 tn 2,134 tn 0,000
36,267 Qc 0,433 tn 0,000
(5)
Tabel 48. Hasil Uji BNJ panjang akar terpanjang tanaman nanas (Annanas comosus) dalam cm Perlakuan pemberian konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop berbahan aktif P-Etyl dengan nilai BNJ = 9,523 pada = 5 %
Tabel 49. Selisih rata-rata panjang akar terpanjang tanaman nanas (Annanas comosus) dalam cm pada perlakuan pemberian kombinasi konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop berbahan aktif P-Etyl dengan nilai BNJ = 19,046 pada = 5 %
DcQa DaQa DcQc Qc DbQ c
DaQ c
Dc DcQ c
Da DbQ a
K Db DbQ
b
Qa DaQ b
Q b Qb 16,06
7 14,167 13,267 12,833 11,7 11,6 11,533 9,833 9,367 7,067 7,033 6,56
7 5,833 5,8 3,533 0 DaQ
b
12,53
4 10,634 9,734 9,3 8,167 8,067 8 6,3 5,834 3,534 3,5 3,03
4 2,3 2,26
7 0
Qa 10,26
7 8,367 7,467 7,033 5,9 5,8 5,733 4,033 3,567 1,267 1,233 0,76
7 0,033 0 DbQ
b
10,23
4 8,334 7,434 7 5,867 5,767 5,7 4 3,534 1,234 1,2 0,73
4 0
Db
9,5 7,6 6,7 6,266 5,133 5,033 4,966 3,266 2,8 0,5 0,466 0 K
9,034 7,134 6,234 5,8 4,667 4,567 4,5 2,8 2,334 0,034 0 DbQ
a 9 7,1 6,2 5,766 4,633 4,533 4,466 2,766 2,3 0 Da
6,7 4,8 3,9 3,466 2,333 2,233 2,166 0,466 0 DcQ
c 6,234 4,334 3,434 3 1,867 1,767 1,7 0 Dc
4,534 2,634 1,734 1,3 0,167 0,067 0 DaQ
c 4,467 2,567 1,667 1,233 0,1 0 DbQ
c 4,367 2,467 1,567 1,133 0 Qc
3,234 1,334 0,434 0 DcQ
b 2,8 0,9 0
DaQ
a 1,9 0
DcQ
a 0
Tabel 50. Hasil Uji BNJ panjang akar terpanjang tanaman nanas (Annanas comosus) dalam cm pada Perlakuan pemberian konsentrasi herbisida Diuron bahan aktif 3,4-D dan Quizalopop berbahan aktif P-Etyl dengan nilai BNJ = 19,046 pada = 5 %
Rerata Uji BNT
D0 31,517tn a
Da 34,767tn a
Db 32,892tn a
Dc 37,775tn a
Rerata Uji BNT
Q0 33,725 tn a
Qa 35,875 tn a
Qb 30,758 tn a
(6)
D = bahan aktif 3,4-D Q = bahan aktif P-Etyl a = konsentrasi 0,5 % b = konsentarsi 1,0 % c = konsentrasi 1,5 %
Sampel Rerata Uji BNJ
D0Q0 32,133 a
DaQ0 34,467 a DbQ0 31,667 a DcQ0 36,633 a
D0Qa 30,900 a
D0Qb 25,100 a
D0Qc 37,933 a
DaQa 39,267 a
DaQb 28,633 a
DaQc 36,700 a
DbQa 32,167 a
DbQb 30,933 a
DbQc 36,800 a
DcQa 41,167 a
DcQb 38,367 a