Latar Belakang Masalah Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Kasus tentang Perubahan Sosial di Sumba Timur terhadap Persyaratan Gelar Kebangsawanan T2 752011041 BAB I

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan Sosial sering menjadi tema utama dalam proses penelitian ilmiah. Proses perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat pun dapat dilihat dalam berbagai aspek termasuk aspek budaya di dalamnya, karena kebudayaan lambat laun akan berubah entah itu memerlukan proses yang lambat ataupun cepat. Kebudayaan itu sendiri merupakan bagian integral dari suatu masyarakat. Masyarakat pada umumnya bertumbuh dan berkembang sesuai dengan adat istiadat dan budaya mereka. Bagaikan kedua mata koin yang tidak bisa dipisahkan demikian pula masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam suatu tatanan kehidupan manusia. Manusia berinteraksi, bersosialiasi dengan manusia yang lainnya dipengaruhi dan tidak lepas dari lingkungan manusia itu lahir dan berkembang. Hal yang sama dapat dilihat dalam tatanan masyarakat Sumba. Masyarakat Sumba adalah masyarakat yang hidup sebagaimana masyarakat lain di Indonesia dengan berbagai adat istiadat dan kebudayaannya. Mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan adat istiadat, budaya, yang mana kemudian menjadi kebiasaan di mana mereka hidup. Masyarakat Sumba pada umumnya dan pada khususnya Sumba Timur, memiliki adat istiadat dan budaya yang masih terus dipertahankan sampai sekarang. Masyarakat Sumba itu sendiri hidup dengan tradisibudaya struktur social dalam sistem sosial masyarakat yang berkembang dan hadir dalam tataran praksis kehidupan masyarakat Sumba. Ditilik dalam sejarah, masyarakat Sumba itu dibagi ke dalam tiga 3 stratifikasi social yakni: golongan maramba bangsawan, kabihu orang merdeka, dan ata hamba. Setelah masuknya kekristenan dan berkembangnya zaman, masyarakat di Sumba saat ini hanya mengenal dua 2 pembagian stratifikasi social yakni bangsawan maramba dan hamba ata. Kelompok ini yang paling mencolok dalam masyarakat. Sementara golongan kabihu tidak begitu dikenal oleh masyarakat umum saat ini. Kelompok-kelompok ini belum termasuk dengan masyarakat Sumba dari rakyat jelata atau pendatang yang sudah hidup dan berdomisili di Sumba orang-orang ini termasuk orang Sabu, Kupang, Flores dan berbagai pulau lainnya yang sudah meminang orang Sumba dan menetap di Sumba. Adapula orang Jawa yang karena tugas dan berdagang di Sumba. Pembagaian struktur dalam masyarakat sudah menjadi sistem yang mendarah daging dalam kehidupan masayarakat Sumba dan Sumba Timur pada khusunya. Di Sumba, golongan bangsawan ini memiliki gelar di depan namanya. Seorang laki-laki memakai gelar Umbu atau Tamu Umbu dan perempuan bergelar Rambu atau Tamu Rambu. 1 Golongan-golongan bangsawan mempunyai julukan- julukan tertentu, yang mengungkapkan kedudukan, tugas, wewenang dan kewajiban mereka di dalam masyarakat paraingu. 2 Oleh karena Sumba menganut sistem patriakal maka dengan sendirinya gelar kebangsawanan mengkuti garis ayah dan keturunan-keturunannya yang terus dijaga dan dipelihara. Walaupun gelar akan nama ini masih sangat dipertahankan sampai sekarang oleh golongan strata atas maramba, menurut penulis terdapat pergeseran akan nama atau gelar bagi bangsawan yang bagi sebagian orang Sumba, khususnya yang berasal dari bukan golongan maramba menyandang atau menggunakan gelar tersebut. Orang bukan bangsawan terlihat menggunakan gelar tersebut. Keaslihan gelar maramba tersebut dipelihara dengan perkawinan antar bangsawan. Anak bangsawan hanya boleh menikah dengan keturunan bangsawan pula. Sumba mengenal dengan istilah perkawinan ana tuya. 3 Hal ini dilakukan dalam rangka memelihara persekutuan geneologis maka idealnya perkawinan masyarakat Sumba adalah perkawinan ana tuya. Selain itu pula untuk memelihara persekutuan, klan tertentu menjadi klan pengambil istri dan klan lainnya sebagai klan pemberi istri, misalnya klan A memberi anak perempuannya untuk kawin dengan laki-laki dari klan B dan klan B memberi anak perempuannya untuk kawin dengan laki-laki klan C dan klan C memberi anak perempuan kawin dengan laki-laki klan A. 4 Dalam kehidupan praksis di Sumba Timur pun, keberadaan bangsawan atau maramba ini sangat mencolok dibandingkan dengan hamba atau ata. Nampak dalam cara berpakaian mereka perhiasan, sarung tradisional berkelas yang diperuntukkan bagi strata mereka, transportasi yang mereka gunakan, jabatan dalam pemerintahan kabupaten, kecamatan, pedesaan, kekayaan akan tanah, hewan-hewan dan berbagai asset lainya. Dalam kehidupan rumah pun peralatan makan seperti piring, sendok, gelas dan lain-lain juga dipisahkan dari golongan hamba atau ata. Sama halnya juga dengan rakyat jelata yang merupakan masyarakat pendatang sangat berbeda terutama dalam hal pakaian perhiasan mahal, sandang maupun papan yang bercirikan ketradisonalitas kebangsawanan orang Sumba pun berbeda. Hal ini bukan saja tampak dalam kehidupan keseharian, dalam acara-acara adat misalnya perkawinan, kematian, biasanya perbedaan yang mencolokpun nampak. Seperti pakaian, perhiasan, alat-alat transportasi yang digunakan. Ketika tamu yang di undangpun datang mereka juga di suguhkan gelas untuk minuman atau piring untuk makanan sesuai dengan kedudukan mereka dalam stratifikasi masyarakat. Biasanya bagi bangsawan gelasnya besar dan sangat berbeda. Lain halnya dengan golongan yang dianggap hamba atau ata yang mendampingi tuannya diberi gelas kecil yang berbeda dengan tuannya. Namun ada berbagai peristiwa yang didengar dan dialami oleh penulis dimana ada perbedaan perlakuan terhadap undangan saat upacara adat, entah kematian atau pernikahan dalam masyarakat Sumba Timur. Di mana pada saat menyuduhkan makanan dan minuman, bagi undangan yang berasal dari masyarakat luar Sumba Timur, dalam hal ini orang Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Jawa, Kupang, dan etnis lainnya juga diberikan perlakuan yang sama seperti bangawan tanpa melihat keaslian atau kemurnian gelar kebangsawanan mereka yang menurut penulis mereka berasal bukan dari golongan strata atas atau maramba. Adapun diantara mereka yang memiliki profesi sebagai dosen, pendeta, pengusaha dan lain-lain diberikan perlakuan yang sama sesuai dengan maramba. Selain itu ada kecenderungan para sopir diberikan suguhan layaknya hamba. Dalam hal peralatan makan dan minum mereka berbeda dengan bosnya yang diperlakukan sama dengan maramba. Terdapat perubahan pula dalam hal perkawinan. Masyarakat Sumba Timur yang berasal dari golongan bangsawan atau maramba, banyak menerima perkawinan anak mereka dengan orang yang berasal dari luar Sumba, khususnya orang China, Amerika, Bali, Jawa, dan adapula dari silsilah keturunan orang tersebut bukan asli bangsawan atau bangsawan murni. Sudah terjadi kawin-mawin atau bahkan salah satu orang tuanya berasal dari golongan orang biasa dan hamba atau ata. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa penulis mengangkat masalah ini. Dilihat dari perlakuan mereka, perlakuan atau penyajian peralatan yang sama diberikan karena undangan yang datang, berpendidikan tinggi ”dosen, pejabat-pejabat dalam pemerintahan.” Sehingga timbulah keresahan penulis akan keadaan masyarakat Sumba Timur saat ini khusunya dalam gelar kebangsawanan yang sekarang dilihat dari pendidikan dan kedudukan. Berdasarkan hal inilah penulis mengangkat judul : Studi Kasus tentang Perubahan Sosial di Sumba Timur terhadap Persyaratan Gelar Kebangsawanan

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Ternak Sapi bagi Masyarakat Sumba Timur (Studi Kasus di Desa Kambatatana Kec. Pandawai Kab. Sumba Timur) T2 092012013 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: SKIZOFRENIA (Studi Kasus Dampak Psiko-Sosial Penderita Skizofrenia Bagi Keluarga Di KotaWaingapu-Sumba Timur) T2 752009016 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: SKIZOFRENIA (Studi Kasus Dampak Psiko-Sosial Penderita Skizofrenia Bagi Keluarga Di KotaWaingapu-Sumba Timur) T2 752009016 BAB II

0 0 45

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: SKIZOFRENIA (Studi Kasus Dampak Psiko-Sosial Penderita Skizofrenia Bagi Keluarga Di KotaWaingapu-Sumba Timur) T2 752009016 BAB IV

0 0 40

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Kasus tentang Perubahan Sosial di Sumba Timur terhadap Persyaratan Gelar Kebangsawanan

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Kasus tentang Perubahan Sosial di Sumba Timur terhadap Persyaratan Gelar Kebangsawanan T2 752011041 BAB II

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Kasus tentang Perubahan Sosial di Sumba Timur terhadap Persyaratan Gelar Kebangsawanan T2 752011041 BAB IV

0 1 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Kasus tentang Perubahan Sosial di Sumba Timur terhadap Persyaratan Gelar Kebangsawanan T2 752011041 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Kasus tentang Perubahan Sosial di Sumba Timur terhadap Persyaratan Gelar Kebangsawanan

0 0 3

T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Jaringan Islam Tradisional di Pekalongan: Respon Jaringan terhadap Perubahan Sosial T2 BAB I

0 0 9