Gaya Hidup Mahasiswa Kost (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Sosiologi Kost FISIP USU)

(1)

GAYA HIDUP MAHASISWA KOST

(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Sosiologi Kost Fisip USU)

SKRIPSI

D I S U S U N OLEH:

IRMA S. NAINGGOLAN 060901023

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

(3)

GAYA HIDUP MAHASISWA KOST

(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Sosisologi Fisip Usu) Irma Suryani Nainggolan

Departemen Sosiologi

Abstrak: Gaya hidup dapat dikenali dengan melihat bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia sekitar (opini). Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi. Dalam struktur masyarakat, mahasiswa merupakan generasi intelektual yang diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang baik, memiliki moral dan pengetahuan, juga diharapkan mampu menjadi inovator pembangunan di dalam segala aspek, sehingga mampu membersihkan ketimpangan-ketimpangan yang ada didalam masyarakat.

Fungsi yang dimiliki mahasiswa yaitu sebagai agent of change yaitu sebagai agent yang dapat melakukan perubahan dan sebagai agent of social control yaitu sebagai agent yang bertugas untuk melakukan monitoring dan kontrol terhadap pemerintah, terhadap kebijakan-kebijakan maupun terhadap hal-hal lain yang dilakukan oleh pemerintah, yang kesemuanya ini dilakukan adalah tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk menjaga kepentingan rakyat dan menghindarkan rakyat dari kezaliman yang dilakukan oleh pemerintah. Kost adalah sebuah jasa yang menawarkan sebuah tempat untuk ditinggali dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode tertentu (umumnya pembayaran per oleh nilai-nilai tertentu dari agama, budaya dan kehidupan sosial.

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif, metode yang berusaha untuk menggambarkan, berbagai kondisi, situasi atau fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Alat Pengumpulan data berupa data primer, data sekunder, observasi partisipan, wawancara, kuesioner. Melalui metode ini teori yang digunakan adalah teori Bourdieu yaitu teori gaya hidup, penelitian ini dilakukan kepada responden sebanyak 55 mahasiswa kost Sosiologi Fisip Usu.

Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa para Mahasiswa Sosiologi Kost Fisip Usu sebanyak 80% mahasiswa memilih tinggal di kost yang strategis dan dekat dengan kampus, tinggal bersama teman satu kampus, dan dekat dengan fasilitas pendidikan seperti warnet, rental komputer, foto copy. gaya hidup yang positif, bertanggung jawab, berprinsip, mandiri, seperti melakukan aktivitas kuliah sambil memiliki pekerjaan sampingan, membeli barang sesuai kebutuhan, menggunakan teknologi untuk kebutuhan kuliah, menggunakan fasilitas kamar kost yang sederhana, penampilan yang sederhana, tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan luar dan tidak mengikuti gaya hidup hedonisme dan konsumerisme.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmaNya yang senantiasa menyertai dan memberkati penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan juga penyelesaian dlam menyusun skripsi ini yang berjudul Gaya Hidup Mahasiswa Kost (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Kost Sosiologi Fisip Usu Medan ). Skripsi ini di susun untuk memenuhi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai hambatan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, pengalaman, kepustakaan dan materi penulis. Namun, berkat pertolongan Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan ketabahan, kesabaran, dan kekuatan kepada penulis dan juga para teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan dukungan pada saat-saat penulis mengalami kesulitan selama penulisan skripsi ini. Penulis banyak menerima bantuan, kritik, saran, motivasi serta dukungan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua Orang Tuaku yang sayangi seumur hidup, Alm Ayahanda L Nainggolan, dan Ibunda tercinta H. Munthe, terimaksi banyak ayahku, ibuku, atas doamulah aku dapat menyelesaikan ini semua dengan lapang dada, dan banyak memberikan tantangan hidup pada pribadiku sendiri.


(5)

Semua ini terjalani hanya karena doa-doamu (Surga itu ada ditelapak kaki Ibu ). Trimakasi banyak buat Abangku, Prulian Nainggolan, dan adik-adiku Rudi Johannes Nainggolan dan Johan Nainggolan. Terimakasih atas motivasinya selama ini kepada penulis.

Dengan rasa Hormat penulis juga menyampaikan ucapan trimakasi kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badarruddin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si sebagai Ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dra. Linda Elida S.Sos. M.Si selaku dosen pembimbing yang

selalu menyediakan waktu dan memberikan bimbingan kepada penulis, serta sumbangan pemikiran dan motivasi dalam penulisan skripsi ini sampai selesai.

4. Kepada Bapak Drs.Muba Simanihuruk.M,si yang menyediakan waktu nya kepada penulis sebagai Ketua Penguji penulis.

5. Bapak, Ibu dosen yang ada di Fisip USU khususnya yang memberikan mata kuliah kepada penulis di departemen sosiologi.

Penulis menyadari Skripsi ini memiliki kekurangan yang diakibatkan oleh keterbatasan kemampuan dan ilmu yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang akan membantu kelengkapan skripsi ini, sehingga skripsi ini berguna bagi kita semua.


(6)

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan,November 2012


(7)

DAFTAR ISI

Abstrak i

Kata pengantar ii

Daftar Isi vi

Daftar Tabel x

Bab I Pendahuluan 1

1.1Latar Belakang 1

1.2Rumusan Masalah 5

1.3Tujuan penelitian 5

1.4Manfaat Penelitian 5

Bab II Kajian Pustaka 7

2.1 Teori Gaya Hidup 7

2.1.1. Bentuk-Bentuk Gaya Hidup 13 2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Hidup 14

2.2. Gaya Hidup Mahasiswa 17

2.3. Teori Kognitif Jean Piaget 18

2.3.1. Skema 20

2.3.2. Asimilasi 20

2.3.3. Akomodasi 21

2.4. Defenisi Operasional 23

Bab III Metode Penelitian 25

3.1 Jenis Penelitian 25

3.2 Lokasi Penelitian 25

3.3 Populasi Dan Teknik Penarikan Sampel 26

3.3.1 Populasi 26

3.3.2. Teknik Pengambilan Besaran Sampel 26

3.4 Informan 27


(8)

3.5.1. Data Primer 28 3.5.1.1. Observasi Partisipan 28 3.5.1.2. Wawancara Terstruktur Dan Wawancara Terbuka 28

3.5.2. Data Sekunder 29

Bab IV Hasil Dan Analisis Data 30

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 30

4.1.1. Sejarah Universitas Sumatera Utara 30 4.1.2.Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara 34

4.2 Karakteritik Responden 39

4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 39 4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 40 4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama 41 4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Suku 42 4.2.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

orang tua 43 4.3. Gambaran Gaya Hidup Mahasiswa Sosiologi Kost Fisip Usu 45

4.3.1. Jumlah Kiriman Mahasiswa Perbulan Di Atas

Rp. 1.000.000 45 4.3.2. Jumlah Pengeluaran Mahasiswa Perbulan Di

Atas Rp 1.000.000 47 4.3.3. Kuliah Sambil Memiliki Pekerjaan Sampingan ...48 4.3.4. Lebih Memilih Melengkapi Fasilitas Kost, Seperti Tv, Dispenser, Rice Cooker Daripada Melengkapi Buku .... ..49 4.3.5. Selesai Menjalankan Kuliah, Langsung Pulang Ke Kost .51 4.3.6. Setiap Bulan Sering Berbelanja Pakaian 52 4.3.7. Setiap Bulan Sering Membeli Pakaian 54


(9)

4.3.8. Setiap Bulan Sering Berkaraoke 55 4.3.9. Setiap Bulan Sering Menonton Bioskop 56 4.3.10. Setiap Bulan Sering Pergi Ke Salon 57 4.3.11. Setiap Bulan Sering Berjalan Sama Teman, Nongkrong Dan Main Futsal 58

4.3.12. Selesai Kuliah Pergi Ke Perpustakaan Kampus 60 4.3.13. Mengikuti Perkembangan Teknologi Hand Phone 61 4.3.14. Memakai Perhiasan Atau Aksesoris Berharga Ke

Kampus 62

4.3.15. Membeli barang karena kebutuhan 63 4.3.16. Membeli Barang Karena Merek Atau Harga 64 4.3.17. Menggunakan Teknologi Karena Kebutuhan Kuliah 66 4.3.18. Menggunakan Teknologi Untuk Prestise 67 4.3.19. Sering Memperhatikan Teman Kuliah Yang Menggunakan Barang Bermerek 68

4.3.20. Lebih Membeli Barang Bermerek Daripada Memenuhi Kebutuhan Kuliah 69

4.3.21. Orang Tua Sering Mengontrol Pergaulan ...70 4.3.22. Memilih Teman-Teman Bergaul Yang Sering

Keluar Malam 72

4.3.23. Belajar Lebih Dari Tiga Jam Setiap Hari ...73 4.3.24. Sering Mengakses Internet Untuk Kebutuhan Kuliah...74 4.3.25. Lebih Mengikuti Pendapat Teman Daripada Diri Sendiri, Walaupun Buruk 75

4.3.26. Menganggap Pria Dan Wanita Dalam Kamar Kost Adalah

Hal Yang Buruk 76

4.3.27. Taat Beribadah Sesuai Agama Dan Kepercayaan ...77 4.3.28. Lebih Memilih Ke Perpustakaan Daripada Nongkrong


(10)

Bersama Teman-Teman 78 4.3.29. Wajib Memiliki Kendaraan Pribadi Seperti Mobil Atatu

Sepeda Ke Kampus 80

4.3.30. Memiliki Pasangan Atau Pacar ...81 4.4. Gambaran Kost Yang Dipilih Responden 83 4.4.1. Responden Memilih Tinggal Dikost Yang Bebas ...83 4.4.2. Responden Merasa Terganggu Tinggal Di Kost Yang Ada Bapak/Ibu Kost 84 4.4.3. Responden Tinggal Di Kost Yang Kecil

Karena Biaya Murah 86 4.4.4. Responden Memilih Jenis Kost,

Campuran Pria Dan Wanita 87 4.4.5. Responden Memilih Jenis Kost Khusus Satu

Agama, Suku, Dan Ras 88 4.4.6. Responden Memilih Kost Yang Dekat Dengan Kampus 90 4.4.7. Responden Memilih Tinggal Di Kost Yang Bertetangga

Dengan Orang Sudah Berumah Tangga 91 4.4.8. Responden Memilih Tempat Kost Yang Khusus

Anak Kuliah 92

4.4.9. Responden Memilih Lingkungan Kost Yang Dekat

Dengan Warnet, Rental Dan Foto Copy 94 4.4.10. Responden Memilih Lingkungan Yang Bersih 95 4.4.11. Responden Memilih Lingkungan Kost Yang Dekat Dengan Jalur Transportasi 96 4.4.12. Responden Memiliki Aturan Dan Tata Tertib 98 4.4.13. Responden Memilih Tempat Kost Yang Mempunyai

Sistem Jam Malam 99 4.4.14. Responden Memilih Tinggal Di Kost Yang

Memiliki Bapak/Ibu Kost 100 4.4.15. Responden Memilih Tinggal Di Kost Bersama Teman


(11)

Yang Pintar, Tertib Dan Disiplin 102

4.5. Pembahasan 103

Bab V Penutup 106

5.1 Kesimpulan 106

5.2 Saran 107

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jenis Kelamin 39

Tabel 2 Berdasarkan Usia 40

Tabel 3 Berdasarkan Agama 41

Tabel 4 Berdasarkan Suku 42

Tabel 5 Berdasarkan Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua 43

Tabel 6 Jumlah Kiriman Mahasiswa Perbulan Di Atas Rp 1.000.000 45

Tabel 7 Jumlah Pengeluaran Mahasiswa Perbulan Di Atas 1.000.000 46

Tabel 8 Kuliah Sambil Memiliki Pekerjaan Sampingan 48

Tabel 9 Lebih Memilih Melengkapi Fasilitas Kost, Seperti Tv, Dispenser, Dan Rice Cooker, Daripada Melengkapi Buku 49

Tabel 10 Selesai Menjalankan Kuliah Langsung Pulang Ke Kost 51

Tabel 11 Setiap Bulan Sering Berbelanja Pakaian 52

Tabel 12 Setiap Bulan Sering Membeli Buku 54

Tabel 13 Setiap Bulan Sering Berkaraoke 55

Tabel 14 Setiap Bulan Sering Menonton Bioskop 56

Tabel 15 Setiap Bulan Sering Pergi Ke Salon 57

Tabel 16 setiap bulan sering bersama teman, nongkrong dan main futsal 58 Tabel 17 Selesai Kuliah Sering Pergi Ke Perpustakaan Kampus 60

Tabel 18 Mengikuti Perkembangan Teknologi Hand Phone ... ..61

Tabel 19 Memakai Perhiasan Atau Aksesoris Ke Kampus ...62

Tabel 20 Membeli Barang Karena Kebutuhan ...63

Tabel 21 Membeli Barang Karena Merek Atau Harga ...64


(13)

Tabel 23 Menggunakan Teknologi Untuk Prestise ...67 Tabel 24 Sering Memperhatikan Teman Kuliah Yang Menggunakan Barang Yang Bermrek 68 Tabel 25 Lebih Baik Menggunakan Barang Bermerek Daripada Memenuhi Kebutuhan Kuliah 69 Tabel 26 Orang Tua Sering Mengontrol Pergaulan 70 Tabel 27 Memilih Teman-Teman Bergaul Yang Sering Keluar Malam .... 72 Tabel 28 Belajar Lebih Dari 3 Jam Setiap Hari ...73 Tabel 29 Sering Mengakses Internet Untuk Kebutuhan Kuliah ...74 Tabel 30 Lebih mengikuti pendapat teman daripada diri sendiri, walaupun

buruk 75

Tabel 31 Menganggap pria dan wanita dalam kamar kost adalah hal yang

buruk 76

Tabel 32 Taat Beragama Sesuai Agama Dan Kepercayaan 77 Tabel 33 Lebih Memilih Kepepustakaan Daripada Nongkrong Bersama

Teman Teman 78

Tabel 34 Wajib Memiliki Kendaraan Pribadi Seperti Mobil Atau Sepeda

Motor Ke Kampus 80

Tabel 35 Memiliki Pasangan Atau Pacar ...81 Tabel 36 Memilih Tinggal Di Kost Yang Bebas ...83 Tabel 37 responden Merasa Terganggu Tinggal Di Kost Yang Ada

Bapak/Ibu Kost 84

Tabel 38 Tinggal Di Kost Yang Kecil Karena Biaya Yang Murah ... 86 Tabel 39 Memilih Jenis Kost Campuran Pria Dan Wanita ...87


(14)

Tabel 40 Memilih Jenis Kost Khusus Satu Agama, Suku, Dan Ras ...88

Tabel 41 Memilih Kost Yang Dekat Dengan Kampus ...90

Tabel 42 Memilih Kost Yang Bertetangga Dengan Orang Yang Sudah Berumah tangga 91

Tabel 43 Responden Memilih Tempat Kost Yang Khusus Anak Kuliah ...92

Tabel 44 Memilih Lingkungan Kost Yang Dekat Dengan Warnet,Rental Dan Foto Copy 94

Tabel 45 Responden Memilih Lingkungan Kost Yang Bersih 95

Tabel 46 Responden Memilih Lingkungan Kost Yang Dekat Dengan Jalur Transportasi 96

Tabel 47 Memilih Kost Yang Memiliki Aturan Dan Tata Tertib ... 98

Tabel 48 Memilih Kost Yang Mempunyai Sistem Jam Malam ...99

Tabel 49 Memilih Tinggal Di Kost Yang Memiliki Bapak/Ibu Kost ... 100

Tabel 50 Memilih Tinggal Di Kost Bersama Teman Yang Pintar, Tertib Dan Disiplin 102


(15)

GAYA HIDUP MAHASISWA KOST

(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Sosisologi Fisip Usu) Irma Suryani Nainggolan

Departemen Sosiologi

Abstrak: Gaya hidup dapat dikenali dengan melihat bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia sekitar (opini). Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi. Dalam struktur masyarakat, mahasiswa merupakan generasi intelektual yang diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang baik, memiliki moral dan pengetahuan, juga diharapkan mampu menjadi inovator pembangunan di dalam segala aspek, sehingga mampu membersihkan ketimpangan-ketimpangan yang ada didalam masyarakat.

Fungsi yang dimiliki mahasiswa yaitu sebagai agent of change yaitu sebagai agent yang dapat melakukan perubahan dan sebagai agent of social control yaitu sebagai agent yang bertugas untuk melakukan monitoring dan kontrol terhadap pemerintah, terhadap kebijakan-kebijakan maupun terhadap hal-hal lain yang dilakukan oleh pemerintah, yang kesemuanya ini dilakukan adalah tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk menjaga kepentingan rakyat dan menghindarkan rakyat dari kezaliman yang dilakukan oleh pemerintah. Kost adalah sebuah jasa yang menawarkan sebuah tempat untuk ditinggali dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode tertentu (umumnya pembayaran per oleh nilai-nilai tertentu dari agama, budaya dan kehidupan sosial.

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif, metode yang berusaha untuk menggambarkan, berbagai kondisi, situasi atau fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Alat Pengumpulan data berupa data primer, data sekunder, observasi partisipan, wawancara, kuesioner. Melalui metode ini teori yang digunakan adalah teori Bourdieu yaitu teori gaya hidup, penelitian ini dilakukan kepada responden sebanyak 55 mahasiswa kost Sosiologi Fisip Usu.

Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa para Mahasiswa Sosiologi Kost Fisip Usu sebanyak 80% mahasiswa memilih tinggal di kost yang strategis dan dekat dengan kampus, tinggal bersama teman satu kampus, dan dekat dengan fasilitas pendidikan seperti warnet, rental komputer, foto copy. gaya hidup yang positif, bertanggung jawab, berprinsip, mandiri, seperti melakukan aktivitas kuliah sambil memiliki pekerjaan sampingan, membeli barang sesuai kebutuhan, menggunakan teknologi untuk kebutuhan kuliah, menggunakan fasilitas kamar kost yang sederhana, penampilan yang sederhana, tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan luar dan tidak mengikuti gaya hidup hedonisme dan konsumerisme.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Gaya hidup menurut Kotler (2002, p. 192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya.Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya.

Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa di didik, dibimbing agar menjadi individu yang intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat.Definisi Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu.Dalam struktur masyarakat, mahasiswa merupakan generasi intelektual yang diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang baik, memiliki moral dan pengetahuan, juga diharapkan mampu menjadi inovator pembangunan di dalam segala aspek, sehingga mampu membersihkan ketimpangan-ketimpangan yang ada didalam masyarakat.Berkaitan dengan peran


(17)

mahasiswa diatas, maka hal tersebut tidak terlepas dari kemampuan intelektual yang harus dimiliki oleh mahasiswa.

Menurut Howard M Federspielseorang guru besar sosial politik di Ohio Universitas bahwa 'intelektual' adalah orang-orang yang bergumul dengan nilai-nilai masyarakat, bangsa, atau kemanusiaan. Sehingga secara langsung ataupun tidak seorang intelektual harus peduli pada masyarakat. Karakter-karakter intelektual berbeda dengan karakter intelegensia yaitu karakter seseorang yang hanya melakukan pencarian ilmu pengetahuan dan melakukan pendalaman terhadap keilmuan tersebut atau hanya berkutat pada lingkungan akademis sehingga tidak jarang pemikirannya sangat sempit sehingga terkadang sifatnya egois dan memikirkan diri sendiri dan tidak mempedulikan orang lain. Maka dari itu, seharusnya mahasiswa hendaknya menjadi orang atau kaum intelektual bukan menjadi orang atau kaum intelegensia karena mahasiswa adalah sosok-sosok pemikir yang tidak hanya memikirkan dirinya tetapi juga dapat memikirkan orang lain.

Hal ini sesuai dengan fungsi yang dimiliki oleh mahasiswa yaitu sebagai agent of change yaitu sebagai agen yang dapat melakukan perubahandan sebagai agent of social control yaitu sebagai agent yang bertugas untuk melakukan monitoring dan kontrol terhadap pemerintah, terhadap kebijakan-kebijakan maupun terhadap hal-hal lain yang dilakukan oleh pemerintah, yang kesemuanya ini dilakukan adalah tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk menjaga


(18)

pemerintah diakses tanggal 14-07-2011 pukul 17.45 wib ),

Kost atau indekost adalah sebuah jasa yang menawarkan sebua atau tempat untuk ditinggali dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode tertentu (umumnya pembayaran perkost" sebenarnya adalah turunan dari frasa". Definisi "In de kost" sebenarnya adalah "makan di dalam" namun bila frasa tersebut dijabarkan lebih lanjut dapat pula berarti "tinggal dan ikut makan" di dalam rumah tempat menumpang tinggal. Seiring berjalannya waktu dan berubahnya zaman, sekarang khalayak umum di Indonesia menyebut istilah "in de kost" dengan menyingkatnya menjadi "kost" saja. Di berbagai daerah di Indonesia terutama didaerah yang menjadi sentral pendidikan rumah-rumah atau bangunan khusus yang menawarkan jasa "kost"

bagi para

karena melibatkan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode, yang biasanya dihitung per bulan atau per minggu.Hal ini berbeda denga

kost" hanya menawarkan sebuah

ditinggali.Setelah melakukan transaksi pembayaran barulah seseorang dapat menumpang hidup di tempat yang dia inginkan.Mahasiswa dan rumah kost merupakan hal yang saling berkaitan.

Gaya hidup dipengaruhi oleh nilai-nilai tertentu dari agama, budaya dan kehidupan sosial. Gaya hidup saat ini telah menghilangkan batas-batas budaya lokal, daerah, maupun nasional dimana arus gelombang gaya hidup global dengan mudahnyaberpindah-pindah tempat melalui perantara media massa.


(19)

Perkembangan yang dianggap menonjol dalam pergeseran gaya hidup yang melanda di kalangan mahasiswa adalah gaya hidup mereka yang secara umum dipengaruhi oleh gaya barat, khususnya dari Amerika Serikat (Sudarwati2007 : 69).

Secara fungsional, fungsikost bagi mahasiswa adalah sebagai tempat tinggal sementara bagi penyewanya.Namun dalam perkembangannya, pergesera de kost" lambat laun diikuti pula oleh

interaksi kehidupan di masing-masing pihak antara penyedia jasa kost dan orang yang membutuhkan jasa tersebut. Tak jarang dalam evolusinya kedua belah pihak semakin renggang.Sehingga mahasiswa bertindak lebih leluasa dan bebas di dalamkost.

Kost dimanfaatkan oleh mahasiswa menjadi tempat untuk melakukan kegiatan yang bersifat negative. Seperti yang diungkapkan oleh Kompol A. Manurung, 90% kejahatan yang dilakukan oleh mahasiswa seperti melakukan hubungan sex bebas dan penggunaan narkoba dilakukan di kamar

kost

14-07-2011 pukul 17.35 wib).

Mahasiswa kostrentan terhadap gaya hidup, karena mereka memiliki kebebasan sehingga mereka bebas bergaul dengan siapa saja dan di lingkungan manapun termasuk lingkungan negatif yang lambat laun akan mempengaruhi perilaku mereka menjadi negatif pula. Pada umumnya perilaku negatif mahasiswa kost dipengaruhi oleh tidak adanya pengawasan orang tua, lingkungan pergaulan yang negatif dan kebebasan hidup di tempat kost. Kehadiransarana-sarana gaya hidup modern semakin berkembang dikota Medan, seperti hadirnya mall atau


(20)

pusat perbelanjaan, cafe, club malam, warung internet. Sarana gaya hidup modern ini memiliki dampak yang positif dan negatif, bergantung pada setiap individu yang memaknainya. Seiring dengan hadirnya sarana modern yang ada, maka secara langsung atau pun tidak langsung akan mempengaruhi gaya hidup mahasiswa.Hal ini lah yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara tentang gaya hidup mahasiswa kost.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penelitian di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakahgambaran gaya hidup mahasiswa kost di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran gaya hidup mahasiswa kost Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di peroleh dari penelitian ini adalah :

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan sekaligus dijadikan bahan rujukan bagi studi maupun penelitian lain yang berhubungan dalam bidang kajian mengenai gaya hidup mahasiswa kost yang berada di perkotaan.


(21)

1.4.2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberi pandangan kepada masyarakat khususnya kepada penulis mengenaigaya hidup mahasiswa kost

2. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian.

3. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan dan gambaran mengenai gaya hidup mahasiswa yang kost terhadap pengelola kost, masyarakat, mahasiswa, dunia pendidikan dan aparat pemerintah terhadap generasi penerus bangsa.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori Gaya HidupPierre Bourdieu

Menurut Bourdieu gaya hidup seseorang dipahami sebagai hasil dari interaksi antara manusia sebagai subjek sekaligus objek dalam masyarakat, hasil dari pemikiran sadar dan tak sadar yang terbentuk sepanjang sejarah hidupnya. Bourdieu menempatkan gaya hidup dalam sebuah rangkaian atau sebuah proses sosial panjang yang melibatkan modal, kondisi objektif, habitus, disposisi, praktik, gaya hidup, sistem tanda, dan struktur selera. Menurut Bourdieu dalam Alfathri Adlin (2006: 82) relasi tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar. 1. Skema Relasi dalam Gaya Hidup Menurut Pierre Bourdieu (Alfathtri Adlin, 2006: 82)

Melalui gambar di atas dapat dijelaskan bahwa, Bourdieu membayangkan masyarakat sebagai sebuah sistem ranah atau medan yang memiliki berbagai daya yang saling tarik-menarik. Setiap ranah memiliki struktur dan dayanya sendiri, sekaligus berada dalam suatu ranah yang lebih besar darinya yang juga memiliki struktur dan dayanya sendiri, dan begitu seterusnya.

Masyarakat dipandang sebagai wilayah yang mengandung sistem dan relasi-relasi tempat terjadinya ada pengaruh dan kekuatan. Selalu terjadi pertarungan sosial di dalam setiap ranah, hal ini menuntut individu supaya

Mmodal Kkondi si oobjekti f

Hhabit us

Ddisposi si

Pprakti k

Ggay ahidu p

Ssiste m tanda

Sseler a


(23)

memiliki modal-modal khusus untuk dapat hidup secara baik dan bertahan di dalamnya. Kondisi objektif seseorang dalam lingkungan budayanya sangat ditentukan oleh kepemilikannya akan modal-modal tersebut, modal-modal yang dimiliki akan menunjukkan eksistensi seseorang dalam masyarakat. Modal bersifat khusus, ia selalu terikat dan tergantung pada medan gaya tertentu. Status sebagai penggemarbarang-barang yang bermerek, danmampu menciptakan suatu prestise tertentu dan menjadi modal simbolik bagi seseorang.

Habitus menurut Bourdieu merupakan, Sistem disposisi yang berlangsung lama dan dapat diterapkan (di-transpose) dalam beragam bidang dan ranah kehidupan sosial. Habitus juga dipahami sebagai struktur-struktur yang terstruktur (struktur yang menata pelbagai struktur) dalam arti selalu menyertakan kondisi sosial objektif seseorang dalam penerapannya yang berulang-ulang, mengandung pengalaman masa lalu yang

pengaruhnya siap ditampilkan di masa kini untuk berfungsi sebagai penghasil prinsip-prinsip yang melahirkan dan mengelola praktik-praktik dalam lingkungan sosial yang memiliki kesamaan struktur dengan

pengalaman masa lalu.

(Bourdieu dalam Alfathri Adlin, 2006: 45).

Habitus merupakan seperangkat kecenderungan yang menghasilkan

praktik dan persepsi sosial, mengandung pengalaman masa lalu yang pengaruhnya siap ditampilkan di masa kini sehingga habitus menjadi sumber penggerak


(24)

tindakan, pemikiran, dan representasi.Individu dengan habitusnya masing-masing berhubungan dengan individu lain dan berbagai realitas sosial, hal ini akan menghasilkan tindakan-tindakan yang sesuai dengan ranah dan modal yang dimiliki masing-masing individu dalam ruang sosial. Melalui proses tersebut terwujudlah posisi, kelas, dan kekuasaan yang dimiliki setiap individu yang mengarahkan mereka pada gaya hidup tertentu. Gaya hidup merupakan perwujudan habitus serta modal-modal tertentu dalam ruang sosial. Habitus memberi strategi dan kerangka tingkah laku yang memungkinkan individu untuk menyesuaikan diri dalam suatu ranah tertentu.

Habitus merupakan segala perlengkapan gaya hidup yang ditampilkan seseorang dalam ruang sosial. Habitus mengarahkan individu untuk memilih suatu gaya hidup tertentu berdasarkan kondisi dan realitas sosial. Dalam suatu medan gaya hidup, seseorang memerlukan habitus yang memberinya strategi dan kerangka tingkah laku yang memungkinkannya menyesuaikan diri dan beradaptasi secara memadai dalam medan tersebut.

Habitus mampu melukiskan disposisi yang dimiliki seseorang atau disposisi yang dimiliki suatu kelas sosial. Disposisi merupakan “sikap,

kecenderungan dalam mempersepsi, merasakan, melakukan, dan berpikir, yang diinternalisasi oleh individu berkat kondisi objektif eksistensi seseorang”.

Disposisi berperan sebagai prinsip tak sadar yang melandasi tindakan, persepsi, dan refleksi. Disposisi merupakan kecenderungan yang ada dalam benak individu yang muncul karena adanya interaksi antar individu dan dengan berbagai unsur dalam lingkungannya. Kemudian, melalui praktik, individu melakukan


(25)

tindakan sosial dalam rangka mereproduksi atau memodifikasi habitus dan disposisi yang dimilikinya. Gaya hidup dibentuk, diubah, dan dikembangkan sebagai hasil dari interaksi antara disposisi, habitus dengan realitas. Gaya hidup merupakan hasil operasi habitus di dalam ranah atau medan dengan modal-modal tertentu yang dimiliki individu.(Bourdieu dalam Haryatmoko, 2003).

Melalui gaya hidup, individu menjaga tindakannya agar dapat menyesuaikan diri dengan ruang sosial berdasarkan habitus, modal, dan posisinya dalam ruang sosial. Gaya hidup bukanlah sesuatu yang terisolir, ia berdampingan bersama gaya hidup-gaya hidup lain di dalam ruang sosial. Terdapat relasi antara satu gaya hidup dengan gaya hidup lainnya, dalam

pandangan Bourdieu relasi tersebut memperebutkan posisi dalam suatu ranah atau medan sosial. Posisi tersebut diekpresikan melalui “perjuangan pada tingkat tanda-tanda dan citra dapat dikatakan sebagai juru bicara gaya hidup”.

Sistem tanda menjadi ruangan dimana gaya hidup saling dipertukarkan, dikirim, dan diterima serta diberi makna secara simbolik karena gaya hidup hanya dapat diaktualisasikan secara konkret melalui tanda dan citra sebagai mediumnya. Masing-masing gaya hidup berbicara melalui tanda dan citra yang dikenakan, misal, penggemar barang-barang bermerek, yang mereka kenakan sehingga citra sebagai penggemarbarang-barang bermerekmelekat pada diri mereka.

Selanjutnya, selera menunjukkan tingkat sensibilitas seorang individu atau kelompok dalam memberikan penilaian dan pemilihan terhadap objek-objek. Gaya hidup merupakan sebuah rangkaian atau proses sosial panjang yang

melibatkan modal, kondisi objektif, habitus, disposisi, praktik, gaya hidup, sistem tanda, dan struktur selera (Yasraf Amir Piliang, dalam Alfathri Adlin 2006: 84)


(26)

Gaya hidup merupakan sebuah proyek refleksif dan penggunaan fasilitas konsumen secara sangat kreatif. Sebagai makhluk sosial, manusia mendapati dirinya berada dalam lingkungan sosial yang menempatkannya untuk berinteraksi dengan orang lain. Melalui interaksi sosial manusia secara aktif menyusun dan memilih pola tindakannya, seperti diungkapkan oleh Goffman bahwa manusia ibarat berada di atas panggung. Ia ingin ditonton sekaligus menjadi penonton. Ia selalu mempelajari dan memikirkan bagaimana menampilkan dirinya dalam lingkungan budayanya, karena itulah manusia menjalani sebuah proses berpikir yang berkelanjutan dan mampu mengelola makna dan simbol sebagai bagian pencarian identitas dirinya. Dimana dituntut untuk memiliki modal-modal tertentu yang dapat membuatnya hidup secara baik dan bertahan di dalam lingkungan budayanya.

Bourdieu mengemukakan beberapa modal yaitumodal ekonomi, modal pendidikan, modal simbolik, dan modal kultural yang sangat menentukan kondisi objektif seseorang di dalam masyarakat. Ia menekankan habitus sebagai segala perlengkapan gaya hidup yang ditampilkan seseorang dalam ruang sosial yang akan mengarahkan individu untuk memilih gaya hidup tertentu berdasarkan kondisi dan realitas sosial.

Dalam gaya hidup, seseorang memerlukan habitus yang memberinya strategi dan kerangka tingkah laku yang memungkinkannya menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan lingkunganya. Misalnya, mahasiswa dituntut memiliki perwujudan habitus berupaintelektual di lingkungan kampusnya.

Gaya hidup pada masyarakat modern membuat gaya syarat akan simbol-simbol tertentu. Dunia benda semakin kompleks, secara kuantitas perkembangan


(27)

benda-benda begitu pesat. Selain itu, kompleksitas benda-benda juga sarat sekali dengan simbol-simbol yang mencirikan sebuah gaya hidup, citra diri, dan identitas diri tertentu. Proses pencarian manusia akan gaya hidup membuat manusia

menghasrati gaya hidup tertentu, obrolan tertentu, kepemilikan tertentu, komunitas pergaulan tertentu, agar ia dapat hidup seperti manusia umumnya sambil mencoba mendefinisikan identitas dirinya, dimana pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Bourdieu juga mengungkapkan bahwa dalam gaya hidup ada interaksi yang menunjukkan identitas individu tersebut. Apa yang melekat pada diri individu menunjukkan gaya hidup yang ada dalam kehidupannya. Modal yang dimiliki dapat menciptakan gaya hidup yang diinginkannya, jugadipengaruh dari media, status sosial bukan didefenisikan dari kedudukan seseorang dalam

kelompok atau kelas sosial, melainkan dari apa yang mereka komsumsi, misalnya, perbedaan hasrat gaya hidup antarkelas sosial maupun kelompok muncul dalam pilihan mengenai hal-hal seperti cara berbusana, cara mengisi waktu luang, dan selera musik memberi tanda mengenai kedudukan dan mempertahankan struktur sosial yang ada sebelumnya.

2.1.1. Bentuk-Bentuk Gaya Hidup a. Industri Gaya Hidup

Industri gaya hidup adalah tubuh atau diri dan kehidupan sehari-haripun menjadi sebuah proyek, benih penyemaian gaya hidup. Itulah sebabnya industri gaya hidup adalah industri penampilan.


(28)

b. Iklan Gaya Hidup

Iklan gaya hidup adalah membentuk budaya citra dan budaya cita rasa dimana gempuran iklan yang menawarkan gaya visual yang kadang-kadang mempesona. Iklan mempresentasikan gaya hidup dengan menanamkan secara halus, arti pentingnya citra diri untuk tampil dimuka publik. Iklan juga perlahan tapi pasti mempengaruhi pilihan cita rasa yang kita buat.

c. Public Relations dan JournalismeGaya Hidup

Pemikiran mutakhir dalam dalam dunia promosi sampai pada kesimpulan bahwa dalam berbasis-selebriti, para selebriti membantu dalam pembentukan identitas dari para konsumen komtemporer. Dalam budaya konsumen, identitas menjadi suatu sandaran “aksesori fashion” . wajah generasi baru yang dikenal sebagai anak-anak generasi selanjutnya, menjadi Universitas Sumatera Utara, sekarang ini dianggap terbentuk melalui identitas yang diilhami selebriti, cara mereka

berselancar di dunia maya (internet), cara mereka gonta-ganti busanauntuk jalan-jalan. Ini berarti bahwa selebriti dan citra mereka digunakan demi momen untuk membantu konsumen dalam parade identitas.

d. Gaya Hidup Mandiri

Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada sesuatu yang lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan dan

kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk menyusun strategi. Bertanggung jawab maksudnya melakukan perubahan secara sadar dan


(29)

memahami bentuk setiap resiko yang akan terjadi serta siap menanggung resiko dan dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup yang mandiri. Dengan gaya hidup mandiri, budaya konsumenrisme tidak lagi memenjarakan manusia. Manusia akan bebas dan merdeka untuk menentukan pilihannya secara bertanggung jawab, serta menimbulkan inovasi-inovasi yang kreatif untuk menunjang kemandirian tersebut.

e. Gaya Hidup Hedonis

Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Hidup a. Faktor Internal

Faktor internal faktor yang berasal dari dalam, yang terdiri dari beberapa macam, yaitu:

1. Sikap

Sikap berarti suatu keadaan jiwadan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsungpada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan

lingkungannya.

2. Pengalaman dan pengamatan

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dan tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannyadimasa lalu dan dapat


(30)

dipelajari, melalui belajar orang akan memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan membentuk pandangan terhadap suatu objek.

3. Kepribadian

Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.

4. Konsep diri

Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan

hubungan konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku.

5. Motif

Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.

6. Persepsi

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan

mengintrepetasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.


(31)

Faktor eksternal faktor yang berasal dari luar, yang terdiri dari beberapa macam, yaitu :

1. Kelompok Referensi

Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang

memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanyadan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang

memberikan pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.

2. Keluarga

Keluarga memegang peranan terbesar dalam pembentukan sikap dan perilaku individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.

3. Kelas Sosial

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang dan para anggota dalam setiap jenjng itu memiliki nilai, minat dan tingkah laku yang sama.

Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun yang diperoleh karena kelahiran. Peranan yang merupakan


(32)

aspek dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan peranan.

4. Kebudayaan

Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.

2.2. Gaya Hidup Mahasiswa

Mahasiswa menempati lapisan sosial yang cukup elit, yaitu sebagai golongan terpelajar yang dapat menunjukkan statusnya melalui gaya hidup tertentu. menyinggung tentang gaya hidup mahasiswa Indonesia saat ini.

MenurutHikmat Budiman, 2002: 26.

Mahasiswa saat ini adalah, generasi multitasking, sebuah generasi yang tidak lagi terlampau dibebani oleh imperatif-imperatif lama yang menganjurkan pilihan-pilihan terbatas: memilih yang satu berarti harus menolak lainnya; kalauseorang aktivis, otomatis harus mengenal teori-teori Marxis; maka harus antikapitalis sampai ke lubuk hati dan kamar mandi; kalau saya menentang kapitalis saya harus, minimal pada level gagasan, menolak diskotik, musik pop, fashion, handphone, café atau shopping mall.

Menurut beliau, generasi mahasiswa saat ini cenderung bersifat

multitasking, melaksanakan tugas yang berbeda secara bersama-sama, tanpa harus bersikap kaku dan terbatas pada satu pilihan saja. Mahasiswa mungkin peduli pada berbagai permasalahan sosial politik, menjadi aktivis dan berdemo di jalanan, tapi di sisi lain juga tidak mau ketinggalan berbagai fenomena budaya


(33)

populer. Di satu sisi ia bisa turun ke jalan berdemo menentang kapitalisme atau neoliberalisme namun ia sendiri juga menghasrati fenomena-fenomena budaya populer pada umumnya, menggunakan perlengkapan teknologi terbaru, mengikuti gaya fashion tertentu, tontonan atau bacaan tertentu, dan sebagainya.

Gaya hidup dalam arus kultur kontemporer memunculkan 2 hal yang sama sekaligus berbeda, yaitu alternatif dan diferensiasi. Keduanya bisa saja memiliki esensi yang sama tetapi berbeda manifestasi eksistensinya. Alternatif mengarah pada resistensi atau perlawanan terhadap arus budaya mainstream, sedangkan diferensiasi adalah mengikuti arus budaya mainstream namun tetap membangun identitas yang berbeda dari yang lain(Audifax dalam Alfathri Adlin, 2006: 92).

2.3. Teori Kognitif Jean Piaget

Teori kognitif dari Jean Piaget masih tetap diperbincangkan dan diacu dalam bidang pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi kira-kira permulaan tahun 1960-an. Pengertian kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk mengetahui sesuatu.

Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi diantara keduanya.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu : 1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf

2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya

3) interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan social, dan


(34)

4) ekualibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

Sistem yang mengatur dari dalam mempunyai dua faktor, yaitu skema dan adaptasi. Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang

diperhatikan oleh organisme yang merupakan akumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses asimilasi dan akomodasi.

Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir

menggunakan hipotesis-hipotesis. Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen yang pasif dalam perkembangan genetik.

Perubahan genetik bukan peristiwa yang menuju kelangsungan hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap lingkungannya dan adanya interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam responnya organisme mengubah kondisi lingkungan, membangun struktur biologi tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa mempertahankan hidupnya. Perkembangan kognitif yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh pendidikan. Dari hasil penelitiannya, Ia sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan lahir dengan dua kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderunag untuk :

1. beradaptasi


(35)

untuk memahami proses-proses penataan dan adaptasi terdapat empat konsep dasar, yaitu sebagai berikut :

2.3.1.Skema

Istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk dapat

menjelaskan mengapa seseorang memberikan respon terhadap suatu stimulus dan untuk menjelaskan banyak hal yang berhubungan dengan ingatan.

Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual.Adaptasi terdiri atas proses yang saling mengisi antara asimilasi dan akomodasi

2.3.2. Asimilasi

Asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang

mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema yang ada atau tingkah laku yang ada.

Asimilasi berlangsung setiap saat,seseorang tidak hanya memproses satu stimulus saja, melainkan memproses banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi tidak menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi mempengaruhi

pertumbuhan skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian dari proses kognitif, denga proses itu individu secara kognitif mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan itu.

2.3.3. Akomodasi

Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau pengubahan skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada setiap individu yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya.


(36)

Proses ini perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi harus ada keserasian yang disebut Piaget adalah

keseimbangan.Untuk keperluan pengkonseptualisasian pertumbuhan kognitif atau perkembangan intelektual, Piaget membagi perkembangan ini ke dalam 4 periode yaitu :

1. Periode Sensori motor (0-2,0 tahun)

Pada periode ini tingkah laku anak bersifat motorik dan anak menggunakan sistem penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu mengenal obyek.

2. Periode Pra operasional (2,0-7,0 tahun)

Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi.

3. Periode konkret (7,0-11,0 tahun)

Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan masalah secara logis.

4. Periode operasi formal (11,0-dewasa)

Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain.

Piaget mengemukakan bahwa ada 4 aspek yang besar yang ada hubungnnya dengan perkembangan kognitif :


(37)

1. Pendewasaaan atau kematangan, merupakan pengembanagn dari susunan syaraf.

2. Pengalaman fisis, anak harus mempunyai pengalaman dengan benda-benda dan stimulus-stimulus dalam lingkungan tempat ia beraksi terhadap benda-benda itu.

3. Interaksi social, adalah pertukaran ide antara individu dengan individu 4. Keseimbangan, adalah suatu system pengaturan sendiri yang bekerja untuk

menyelesaikan peranan pendewasaan, penglaman fisis, dan interaksi sosial.

Menurut beliau, dimana mahasiswa harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sesuai dengan kedewasaannya, sehingga dapat berinteraksi dengan individu lainnya, dalam membangun kesimbangan terhadap pergaulan yang di kembangkan oleh setiap individu, dimana akan menimbulkan hubungan yang baik sesuai dengan norma dan aturan di setiap pergaulan mahasiswa. Sekalipun

mahasiswa tersebut menjadi asimilasi terhadap apa yang dilihat dalam lingkungannya, tidak masalah, asalkan sesuai dengan kaidah dan aturan. 2.4.Defenisi Operasional

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal yang diteliti tersebut. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiono, 2007). Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah kost.


(38)

1. Kost adalah sebuah dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode tertentu (umumnya pembayaran per

2. Kost bebas adalah tempat tinggal yang tidak memiliki pengawasan dari pemilik kost, yang tidak ada peraturan yang diterapkan dalam kost, dimana dalam kost tersebut mahasiswa bebas membawa siapa saja kedalam kostnya.

3. Kost terikat adalah tempat tinggal mahasiswadimana kost tersebut dikontrol oleh pemilik kost dan memiliki peraturan yang harus dijalankan mahasiswa.

4. Mahasiswa kost adalah mahasiswa yang menyewa rumah atau kamar, yang masih aktif dalam kegiatan kampus, yang berada disekitar daerah Padang Bulan Medan.

5. Lingkungan adalah sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Dalam hal ini adalah lingkungan tempat tinggal mahasiswa (kost).

Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah gaya hidup mahasiswa. Gaya hidup terdiri atas modal, kondisi objektif, habitus, disposisi, sistem tanda dan selera menurut Pierre Bourdieu.


(39)

1. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari individu atau segolongan manusia di dalam masyarakat yang menghabiskan waktu, uang, diri sendiri. 2. Modal merupakan sumber dana yang dimiliki mahasiswa untuk hidup kost. 3. Kondisi objektif adalah keadaan pendapatan orang tua mahasiswa

4. Habitus adalah kebiasaan yang dilakukan oleh mahasiswa setelahselesai kegiatan kuliah, misalnya istrahat di kost, berolahraga, main game on line. 5. Disposisi adalah kemampuan mahasiswa untuk membeli atau mengikuti

gaya hidup yang trend, dalam hal ini mahasiswa memakai barang-barang yang tren.

6. Selera merupakan keinginan mahasiswa untuk mengikuti perubahan gaya hidup di lingkungannya.

7. Mahasiswa adalah generasi muda penerus bangsa yang paling lama menempuh pendidikan akademik. Dalam hal ini mahasiswa Sosiologi Fisip Usu stambuk 2008 sampai stambuk 2010.

8. Kampus adalahsebuah

kumpulan gedung-gedu


(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggabungkan penelitian kuantitatifdengan menggunakan metode deskriptif,yaitu metode yang berusaha untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tetentu (Burhan Bungin, 2007 : 68).

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Sumatera Utara yang berada di Jl. Dr. Sofyan No. 1, Padang Bulan Medan, karena sehubungan dengan masalah yang telah diuraikan diatas. Adapun alasan lain pemilihan lokasi ini, adalah :

a. Ingin terfokus kepada mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

b. Lokasi menurut si peneliti dinilai sangat strategis karena merupakan lokasi kampus si peneliti, sehingga peneliti dapat lebih mudah untuk mengatur dan juga dapat meminimalisir biaya yang dikeluarkan selama penelitian dilakukan.


(41)

3.3.Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian dan dapat menjadi sumber data penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh mahasiswaSosiologiFISIP USU mulai dari stambuk 2008 sampai 2010 yang aktif dalam perkuliahan dan memilih menyewa tempat tinggal atau kost. Jumlah mahasiswa Sosiologi FISIP USU stambuk 2008 sampai 2010 adalah 209 orangdan jumlah mahasiswa yang kost sebanyak 120 orang. (Data Bagian Pendidikan FISIP USU Tahun 2010).

3.3.2 Teknik Pengambilan Besaran Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Oleh karena itu, sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri. Peneliti mengambil sampel dengan cara melakukan Sampling Quota yaitu teknik mengambil atau menarik sampel dari populasi dengan cara mencari sejumlah unsur yang paling mudah namun memiliki karakteristik yang diinginkan. Di dalam sampling quota ditetapkan jumlah tertentu untuk setiap strata, kemudian dari setiap strata tersebut peneliti menetapkan siapa saja yang akan ditetapkan menjadi sampel sampai sejumlah yang dikendaki.

Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi tersebut di atas, maka digunakan rumus Taroyamane dengan presisi 10% dan dengan tingkat kepercayaan 90% (Rahmat, 1997).

n = N N (d)² + 1

Keterangan: n = sampel


(42)

d = Presisi 10% atau 0,1

Berdasarkan data yang ada maka peneliti ini memerlukan sampel sebanyak:

n = N N (d)² + 1 n = 120

120 (0,1)² + 1 n = 120

120(0,01) + 1

n = 120 1,2+ 1 n = 120

2,2 n = 54, 55 n = 55 orang

3.4. Informan

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian.Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah informan kunci dan informan biasa. Informan kunci terdiri dari, yaitu :

• Mahasiswa FISIP USU yang berstatus kost stambuk 2008 sampai 2010 jurusan sosiologi

Sedangkan informan biasa terdiri dari, yaitu : • Ibu/Bapak kos

3.5.Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini, tehnik pengumpulan data yang dilakukan yakni:


(43)

3.5.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data dan sumber pertama dari lapangan. Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan studi lapangan, melakukan penelitian ke tempat-tempat kost mahasiswa FISIP USU stambuk 2008 sampai 2010.

3.5.1.1. Observasi Partisipan

Yaitu peneliti mengadakan pengamatan secara langsung, serta ikut berpatisipasi secara langsung mengambil bagian dalam objek penelitian untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati langsung gaya hidup mahasiswa kost di Fakultas FISIP USU, yaitu gaya hidup berpakaian, penampilan, kepemilikan barang seperti barang-barang tekhnologi canggihmeliputi Laptop dan ponsel keluaran terbaru serta barang-barang yang bermerek.

3.5.1.2. Wawancara Terstruktur dan Wawancara Terbuka

Adapun jenis wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dan wawancara terbuka. Wawancara terstruktur adalah bila peneliti telah menegetahui dengan pasti tentang informasi apa yang diperoleh, dimana peneliti sudah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dengan alternatif jawaban. Sedangkan wawancara terbuka adalah wawancara berdasarkan pertanyaan yang tidak terbatas (terikat) jawabanya.

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua yaitu, dengan menggunakan data dan mengambil informasi dari beberapa literatur diantaranya


(44)

dari beberapa buku-buku referensi, dokumen majalah, jurnal, maupun data yang di peroleh dari internet yang dianggap relevan serta berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Oleh karena itu, sumber data sekunder diharapkan dapat berperan membantu mengungkapkan data yang diharapkan, membantu memberi keterangan sebagai pelengkap dan bahan pembanding (Bungin, 2001:29).


(45)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS DATA 4.1.Deskriptif Lokasi Penelitian

4.1.1.Sejarah Universitas Sumatera Utara

Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinyaYayasan Universitas Sumatera utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini di pelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya. Yayasan ini diurus oleh suatu Dewan Pimpinan yang ketuai langsung oleh Gubernur Sumatera Utara, dengan susunan sebagai berikut : Abdul Hakim (Ketua), Dr T. Mansoer (Wakil ketua), Dr Soermarsono (Sekretaris/Bendahara), Ir R. S. Danunagoro, Drh. Sahar, Drg. Oh Tjie Lien, Anwar Abubakar, Madong Lubis, Dr Maas, J. Pohan, Drg. Barlan, dan Soetan Pane Paruhum (Anggota ).

Sebenarnya hasrat untuk mendirikan perguruan tinggi di Medan telah mulai sejak sebelum perang Dunia II, tetapi tidak disetujui oleh pemerintah Belanda pada waktu itu. Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan termasuk Dr Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan perguruan tinggi kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di Bukit Tinggi sebagai Ketua Panitia, setelah pemulihan kedaulatan akibat clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah Universitas di daerah ini.

Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono yang anggotanya terdiri dari


(46)

Dr Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro, dan Sekretaris Mr. Djaidin Purba. Selain dean pimpinan yayasan, organisasi USU pada awal berdirinya terdiri dari : Dewan Kurator, Presiden Universitas, Majelis Presiden dan Assesor, Senat Universitas, dan Dewan Fakultas. Sebagai hasil kerja sama dan bantuan moril dan materil dari seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di jalan Seram dengan dua puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang wanita.

Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Huku dan Pengetahuan Masyarakat (1954), Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan (1956), dan Fakultas Pertanian (1956). Pada tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden R.I. Dr. Ir. Soekarno menjadi Universitas Negeri yang ketujuh di Indonesia. Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan Fakultas Ekonomi di kutaraja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh Presiden R.I. Kemudian disusul

berdirinya Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (1960) di Banda Aceh. Sehingga pada waktu itu, USU terdiri dari lima Fakultas di Medan dan dua Fakultas di Banda Aceh. Selanjutnya menyusul Fakultas Kedokteran Gigi(1961), Fakultas Sastra (1965), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (1965), Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik (1982), sekolah Pascasarjanan (1992). Fakultas Kesehatan Masyarakat(1993), Fakultas Farmasi (2007) dan Fakultas Psikologi (2008) dan Fakultas Keperawatan (2009).

Pada tahun 2003, USU berubah status dari suatu perguruan tinggi negeri (PTN) menjadi suatu perguruan tinggi Badan Hukum Milik Negara


(47)

(BHMN).Perubahan status USU dari PTN menjadi BMHN merupakan yang kelima di Indonesia.Sebelumnya telah berubah status UI, UGM, ITB dan IPB pada tahun 2000. Setelah USU disusul perubahan status UPI (2004) dan UNAIR (2006). Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan USU telah menjadi embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru, yaitu Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh, yang embrionya adalah Fakultas Ekonomi dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan USU di Banda Aceh. Kemudian disusul berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Medan (1964), yang sekarang berubah menjadi Universitas Negeri Medan (UNIMED) yang embrionya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan USU. Setelah itu, berdiri Politeknik Negeri Medan (1999), yang semula adalah Politeknik USU.

Struktur organisasi USU sebagai PT-BHMN terdiri dari : Majelis Wali Amanat (MWA), Dewan Audit, Unit Usaha Komersial, Senat Akademik,

Pimpinan Universitas (Rektor dan Pembantu Rektor), Dewan Guru Besar (DGB), Sekretaris Eksekutif, Satuan Audit Internal, dan Satuan Penjaminan Mutu

(organisasi sentral);Fakultas, Sekolah Pasacasarjana, dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (unsur pelaksana akademik); Biro Akademik, Biro Sumber Daya Manusia, Biro Keuangan, Biro Kemahasiswaan dan Kealumnian, Biro Perencanaan dan Kerjasama, dan Biro Pengembangan dan Pemeliharaan Aset (unsur pelaksana administratif);danPerpustakaan dan Sistem Informasi, Pelayanan dan Pengembangan Pendidikan, Unit Usaha Non Komersial, dan Unit Pengadaan (unsur penunjang).


(48)

Visi, Misi, dan Tujuan Universitas Sumatera Utara

Visi Universitas Sumatera Utara adalah University for Industry

Misi Universitas Sumatera Utara adalah

1. Mempersiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat akademik dan profesional dalam menerapkan, mengembangkan pengetahuan ilmiah, teknologi dan seni, serta berdaya saing tinggi.

2. Memperluas partisipasi dalam pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan nasional dalam pembelajaran dan modernisasi cara pembelajaran.

3. Mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan ilmiah, teknologi, seni, dan rancangan penerapannya untuk mendukung produktivitas dan daya saing masyarakat.

Tujuan Universitas Sumatera Utara adalah

1. Memperluas partisipasi dalam pelayanan pendidikan bagi masyarakat dalam mendukung pemenuhan pendidikan nasional serta memodernisasi cara pembelajaran.

2. Meningkatkan partisipasi aktif dalam pengembangan ilmiah, teknologi dan seni/budaya serta kemanusiaan.

3. Mengembangkan pusat informasi serta sistem teknologi komunikasi dan sistem penjaminan mutu yang handal.

4. Membangun sistem tata pamong universitas yang efektif, efisien dan demokratis.


(49)

6. Memperkuat departemen dalam pengelolaan disiplin silang antar departemen/program studi.

7. Membangun kemampuan pendanaan sendiri melalui kerjasama/kemitraan dalam usaha-usaha ventura.

8. Mengembangkan kemampuan dalam memasarkan produk-produk pengetahuan ilmiah, konsep-konsep, pemecahan masalah industrial, jasa tenaga ahli, dan lain-lain.

9. Membangun pendekatan baru dalam pembelajaran yang berfokus kepada pembelajaran sesuai kebutuhan (demand-driven learning system)

4.1.2.Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP ) Universitas Sumatera Utara merupakan fakultas kesembilan di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Kelahiran Fakultas ini tidak jauh berbeda dengan Fakultas lainnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Pada awalnya pendiriannya (1980), fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara masih mrupakan jurusan pengetahuan Masyarakat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Setahun kemudian jurusan Pengetahuan Masyarakat berubah menjadi Jurusan Ilmu-ilmu Sosial (IIS).

Pada tahun 1982, jurusan Ilmu Sosial resmi menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dengan menggunakan gedung perkuliahan diFakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Sumatera Utara. Dalam proses pengembangannya, jurusan yang ada di FISIP USU tidak dibuka sekaligus. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan pemerintah daerah serta tenaga


(50)

pengajar yang dibutuhkan sesuai dengan bidangnya. Oleh karenanya, pada tahun ajaran 1980/1981, FISIP USU hanya membuka dua jurusan yaitu :

1. Jurusan Ilmu Komunikasi

2. Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Barulah pada tahun ajaran 1983/1984, FISIP USU membuka jurusan lainnya, yaitu :

1. Jurusan Sosiologi

2. Jurusan Kesejahteraan Sosial dan menerima jurusan Antropologi dari Fakultas Sastra.

Sesuai dengan SK Mendikbud RI No. 0535/083 Tahun 1983 tentang jenis dan jumlah Jurusan pada Fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara, dinyatakan bahwa FISIP USU mempunyai enam jurusan, yaitu :

1. Jurusan Sosiologi

2. Jurusan Kesejahteraan Sosial 3. Jurusan Antropologi Sosial 4. Jurusan Ilmu Administarsi Negara 5. Jurusan Ilmu Komunikasi

6. Jurusan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU)

Jurusan MKDU akhirnya diputuskan untuk diserahkan pengelolaanya diluar FISIP USU dengan pertimbangan bahwa jurusan tersebut bukan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan mengelola mata kuliah yang termasuk pada kelompok Mata Kuliah Dasar Umum. Sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat serta pemerintah daerah dan didukung oleh ketersediaan staf pengajar yang dibutuhkan, FISIP USU dengan SK Dikti


(51)

No. 108/Dikti/Kep/2001 tanggal 30 April 2001 menambah suatu program studi baru yaitu Ilmu Politik. Dengan demikian, hingga saat iniada enam jurusan yang berada dibawah naungan FISIP USU.

Era otonomi yang mulai bergulir sejak dikeluarkannya UU No.22 tahun 1999 dan direvisi lagi dengan UU No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah menuntut Perguruan Tinggi, termasuk Universitas Sumatera Utara untuk menyediakan tenaga-tenaga pemikir dan penelitian berkaitan dengan berbagai perubahan dan terobosan yang akan dilakukan bagi percepatan pembangunan, baik secara konseptual teoritik maupun empirik.

1. Visi

Visi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara adalah :menjadi pusat pendidikan dan rujukan bidang-bidang ilmu sosial dan politik di wilayah barat

2. Misi

• Menghasilkan alumi dengan skala kualitas global dan menjadi pusat riset, kajian dalam studi ilmu sosial.

• Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan seluruh stakeholder dan mitra pendidikan. Misi ini berhubungan dengan fungsi relasi yang harus dibangun oleh Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utarasebagai suatu organisasi profesional pendidikan. Bentuk kolaborasi dengan organisasi lain perlu dijajaki dengan sikap open minded dan profesional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara harus mampu melihat


(52)

peluang kerjasama yang ditawarkan atau malah mampu menawarkan kerjasama tersebut pada pihak lain.

• Membentuk lingkungan kerja sehat, harmonis dan profesional bagi staf dan mitra kerja. Misi ini berhubungan dengan azasprofesionalitas dalam menjalankan pekerjaan. Lingkungan dan suasana kerja yang dibangun harus memperhatikan situasi fisik dan psikologis seluruh sivitas akademik. Harus ada mekanisme yang mampu membangun suasana tersebut. Prinsip profesionalisme juga harus didukung dengan prinsip persaudaraan dan pertemanan (makan positif ) dengan kemampuan bisa menempatkan dan menjalankan fungsi masing-masing.

• Menjadi institusi bagi kepentingan publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sangat potensial sebagai institusi pendidikan yang membawa misi diatas dengan melihat pengalaman-pengalaman yang telah dilalui oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Tujuan dan Sasaran

1. Melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi yang berorientasi pada manejemen organisasi modern.

2. Meningkatkan dan memberdayakan dukungan dana dan peraturan secara optimal untuk dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan FISIP USU


(53)

3. Meningkatkan sumber daya manusia dalam penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.

4. Meningkatkan peran aktif stakeholder untuk kepentingan FISIP USU sebagai lembaga pendidikan.

4.2. Karakteristik Responden

Untuk mengetahui gaya hidup mahasiswa sosiologi kost Fisip USU, dilakukan penelitian kepada 55 orang responden yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari sebaran data responden, dari 55 responden, maka perincian untuk karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1

Jenis KelaminResponden

Keterangan Prequency Percent

Valid Percent

Valid Pria 27 49,0 49

Wanita 28 51,0 51

Total 55 100 100


(54)

Sumber: Data hasil penelitian (2011)

Dari 55 responden, sebanyak 27 orang (49%) adalah pria, sedangkan sebanyak 28 orang (51%) adalah wanita. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan mahasiswa sosiologi kost Fisip USU adalah wanita.

4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Dari sebaran data responden, dari 55 responden, maka perincian untuk karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2

Berdasarkan Umur

Keterangan Prequency Percent

Valid Percent

Valid Umur 18 3 5 5,2

19 16 29 29,2

20 15 27 27,1

21 14 25 25,0

22 3 6 6,3

23 4 7 7,3

total 55

Gambar 2 49%

51%

Perbandingan Pria dan Wanita

1 2

Pria Wanita


(55)

Sumber: data hasil penelitian (2011)

Dari 55 responden, sebanyak 3 orang (5%) berumur 18 tahun, 16 orang (29%) berumur 19 tahun, 15 orang (27%) berumur 20 tahun, 14 orang (25%) berumur 21 tahun, 3 orang (%) berumur 22 tahun dan 4 orang (7%) berumur 23 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan mahasiswa sosiologi kost FISIP USU berumur 20 tahun.

4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

Dari sebaran data responden, dari 55 responden, maka perincian untuk karakteristik responden berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3

Keterangan Prequency Percent

Valid Percent

Valid Islam 25 45 44,8

Protestan 21 39 38,5

Katolik 9 17 16,7

Hindu 0 0 0,0

Budha 0 0 0,0

total 55 100 100,0

5%

29%

27% 25%

6% 8%

Responden Berdasarkan Umur

1 2 3 4 5 6

18 19 20 21 22 23


(56)

Gambar 3

Sumber: data hasil penelitian (2011)

Dari 55 responden, sebanyak 25 orang (45%) beragama islam, 21 orang (39%) beragama Protestan, 9 orang (17%) beragama Katolik, sedangkan yang menganut agama Hindu dan Budha tidak ada (0%). Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan mahasiswa sosiologi kost FISIP USU beragama Islam.

4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Suku

Dari sebaran data responden, dari 55 responden, maka perincian untuk karakteristik responden berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4

Keterangan Prequency Percent

Valid Percent

valid Batak 35 64 63,5

Jawa 8 14 13,5

Minang 3 6 6,3

Lain 9 17 16,7

Total 55 100 100,0

45%

38% 17%

0% 0%

Agama Yang Dianut Mahasiswa

1 2 3 4 5

Islam Protestan Katolik Hindu Budha


(57)

Gambar 4

Sumber: data hasil penelitian (2011)

Dari 55 responden, sebanyak 35 orang (64%) suku batak, 8 orang (14%) suku jawa, 3 orang (6%) suku minang, 9 orang (17%) suku lain. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan mahasiswa sosiologi kost FISIP USU suku batak.

4.2.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua

Dari sebaran data responden, dari 55 responden, maka perincian untuk karakteristik responden berdasarkan pekerjaan orang tua dapat dilihat pada tabel berikut ini:

63% 14%

6% 17%

Suku Mahasiswa

1 2 3 4

Batak Jawa Minang Lain


(58)

Tabel 5

Keterangan Prequency Percent

Valid Percent

valid PNS 19 35 35,4

Wiraswasta 23 41 40,6

Petani 7 13 12,5

Buruh 0 0 0,0

Lain Lain 6 11 11,5

Total 55 100 100,0

Gambar 5

Sumber: data hasil penelitian (2011)

Dari 55 responden, sebanyak 19 orang (35%) pekerjaan orangtuanya adalah PNS, 23 orang (41%) pekerjaan orangtuanya adalah Wiraswasta, 7 orang (13%) pekerjaan orangtuanya adalah Petani, 6 orang (11%) pekerjaan orangtuanya adalah lain lain. Sedangkan responden dengan pekerjaan orang tua sebagai buruh tidak ada (0%). Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan mahasiswa sosiologi kost FISIP USU pekerjaan orang tuanya adalah Wiraswasta.

35%

41% 13% 0%

11%

Pekerjaan Orang Tua Mahasiswa

PNS Wiraswasta Petani Buruh Lain Lain


(59)

4.3. Gambaran Gaya Hidup Mahasiswa Sosiologi Kost Fisip Usu Medan

Untuk mengetahui gambaran gaya hidup mahasiswa FISIP USU, dilakukan penelitian kepada 55 orang responden sebagai berikut:

4.3.1. Jumlah Kiriman Mahasiswa Perbulan Diatas Rp1.000.000

Dari sebaran data 55 responden, maka diperoleh jawaban sebagai berikut: Tabel 6

Keterangan Prequency Percent

Valid Percent

Valid Sangat Setuju 16 30 30

Setuju 22 40 40

Kurang Setuju 6 10 10

Tidak Setuju 11 20 20

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 55 100 100

Gambar 6

Sumber: data hasil penelitian (2011) 30%

40% 10%

20%

0%

Jumlah Uang Kiriman Perbulan Di Atas Rp 1.000.000 1

2 3 4 5

Sangat Setuju Setuju

Kurang Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju


(60)

Dari sebaran data 55 responden, maka diperoleh jawaban sebagai berikut: sebanyak 16 orang (30%) menjawab sangat setuju, sebanyak 22 orang (40%) menjawab setuju, sebanyak 6 orang (10%) kurang setuju dan sebanyak 11 orang (20%) menjawab tidak setujuJumlah kiriman mahasiswa perbulan diatas Rp1.000.000. Pendapat salah satu responden berikut mengatakan (V, S stambuk 2008) :

“Uang kiriman mahasiswa diatas Rp. 1. 000.000, terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan mahasiswa pada umumnya setiap bulannya tidaklah sebesar itu. Kecuali bagi beberapa mahasiswa yang mungkin memiliki pengeluaran ektra dan itupun tidak rutin, karena uang diatas Rp. 1. 000.000 setiap bulannya akan memicu mahasiswa hidup royal bahkan dapat berdampak negatif karena memiliki keuangan yang berlebihan setiap bulannya”.

Hal ini sesuai dengan penghasilan orang tua, responden saya mengatakan, kalau penghasilan orang tua saya tidak sampai Rp 2.000.000/ bulan untuk apa saya minta uang bulanan di atas Rp 1.000.000. jadi itu semua tergantung penghasilan orang tua masing-masing. Makanya saya keberatan kalau uang kiriman saya di atas Rp. 1.000.000.

4.3.2Jumlah Pengeluaran Mahasiswa Perbulan Diatas Rp1.000.000 Dari sebaran data 55 responden, maka diperoleh jawaban sebagai berikut:

Tabel 7

Keterangan Prequency Percent

Valid Percent


(61)

Setuju 16 30 30

Kurang Setuju 16 30 30

Tidak Setuju 17 30 30

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 55 100 100

Ganbar 7

Sumber: data hasil penelitian (2011)

Dari sebaran data 55 responden, maka diperoleh jawaban sebagai berikut: sebanyak 6 orang (10%) menjawab sangat setuju, sebanyak 16 orang (30%) menjawab setuju, sebanyak 16 orang (30%) kurang setuju dan sebanyak 17 orang (30%) menjawab tidak setujuJumlah pengeluaran mahasiswa perbulan diatas Rp1.000.000. seperti pendapat responden berikut (R. A stambuk 2008 ):

“Saya rasa biaya sebesar itu setiap bulannya cukup besar untuk seorang mahasiswa, karena jika dilihat dari kebutuhan rata rata mahasiswa tidak sampai satu jutaan setiap bulannya. Pengeluaran diatas sejuta setiap bulan sudah tentu termasuk untuk biaya yang tidak terlalu dibutuhkan mahasiswa saat ini”

10%

30%

30% 30%

0%

Jumlah uang pengeluaran perbulan di atas Rp 1.000.000 1

2 3 4 5

Sangat Setuju Setuju

Kurang Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju


(62)

Selama saya menjalani kuliah, saya rasa pengeluaran di atas Rp 1.000.000 itu terlalu banyak, karena biaya yang saya butuhkan tidaklah begitu banyak, karena saya tinggalnya tidak begitu jauh dari lingkungan kampus, yang mana kampus dapat di tempuh dengan waktu 15 menit. Jadi biaya untuk transportasi tidak saya butuhkan. Jadi biaya di atas Rp 1.000.000 itu sudah berlebihan bagi saya

4.3.3. Kuliah Sambil Memiliki Pekerjaan Sampingan

Dari sebaran data 55 responden, maka diperoleh jawaban sebagai berikut: Tabel 8

Keterangan Prequency Percent

Valid Percent

Valid Sangat Setuju 0 0 0

Setuju 33 60 60

Kurang Setuju 11 20 20

Tidak Setuju 11 20 20

Sangat Tidak Setuju 0 0 0

Total 55 100 100

Gambar 8

Sumber: data hasil penelitian (2011) 0%

60% 20%

20% 0%

Kuliah sambil memiliki kerja sampingan 1 2 3 4 5

Sangat Setuju Setuju

Kurang Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju


(63)

Dari sebaran data 55 responden, maka diperoleh jawaban sebagai berikut: sebanyak 33 orang (60%) menjawab setuju, sebanyak 11 orang (20%) menjawab kurang setuju dan sebanyak 11 orang (20%) menjawab tidak setujukuliah sambil memiliki pekerjaan sampingan. Pendapat responden berikut adalah (H. A stambuk 2009) :

“Kuliah sambil bekerja sah sah saja selama tidak mengganggu aktifitas kuliah, dan membuat mahasiswa terbiasa berusaha sejak dini. Selain menambah pengalaman, juga dapat menghindarkan mahasiswa melakukan kegiatan kegiatan yang kurang bermanfaat seperti game atau nongkrong di kafe”.

Dalam hal ini, pada umumnya mahasiswa sangat setuju untuk memiliki pekerjaan sampingan, karena apabila kita bekerja selama kuliah itu akan membiasakan diri kita bagaimana kita bisa mempraktekkan teori yang kita dapat di kampus. Jadi teori di barengi dengan praktek kan lebih bagus, dan dapat menambah skill kita. Jadi selaku ada orang yang nawari kita pekerjaan kenapa kita harus menolak, itukan akan merugikan diri sendiri.

4.3.4. Lebih Memilih Melengkapi Fasilitas Kost, Seperti Televisi, Dispenser, Rice Cooker Dari Pada Buku


(1)

informasi, pendidikan, keterampilan.)modalsimbolis (agama.). Modal-modal tersebut mempengaruhi mahasiswa dalam melakukan gaya hidup sehari-hari di kost.

Habitus merupakan seperangkat kecenderungan yang menghasilkan praktik dan persepsi sosial, mengandung pengalaman masa lalu yang pengaruhnya siap ditampilkan di masa kini sehingga habitus menjadi sumber penggerak tindakan, pemikiran, dan representasi. Mahasiswa dengan habitusnya masing-masing berhubungan dengan individu lain dan berbagai realitas sosial, hal ini menghasilkan tindakan-tindakan. Melalui proses tersebut mahasiswa membentuk posisi, dan kelas, kebiasaan atau habitus mahasiswa Sosiologi Fisip Usu mengarahkan mereka pada gaya hidup tertentu.

Disposisi berperan sebagai prinsip tak sadar yang melandasi tindakan, persepsi, dan refleksi. Setiap mahasiswa sosiologi memiliki disposisi masing-masing dalam dirinya. Disposisi ini melandasi mahasiswa dalam melakukan segala tindakan yang dilakukan sehari-hari.

Didalam praktik kehidupan sehari-hari, mahasiswa melakukan tindakan melalui mereproduksi dan mengadopsi habitus dan disposisi yang dimilikinya. Hal ini juga dipengaruhi oleh modal, seperti lingkungan, kebudayaan, teman bermain, keluarga, dan dalam lingkungan pendidikan. Gaya hidup terbentuk, tercipta dan dapat diubah dari hasil interaksi antara modal,disposisi, habitus dan realitas atau praktik yang dilakukan oleh mahasiswa. Melalui gaya hidup mahasiswa menunjukkan identitasnya.


(2)

Sistem tanda, menjadi ruangan dimana gaya hidup saling ditukarkan, dikirim, dan diterima, serta diberi makan secara simbolik oleh mahasiswa. Didalam diri mahasiswa menunjukkan dan menggambarkan secara jelas gaya hidup mereka melalui tanda, citra, kebiasaan yang dilakukan oleh mahasiswa sehari-hari. Selera, merupakan bentuk akhir dari gaya hidup yang dilakukan oleh mahasiswa. selera menujukkan identitas dan kepribadian yang telah melekat didalam diri mahasiswa. melalui selera kita dapat mengetahui seperti apa sebenarnya gaya hidup yang dilakukan mahasiswa sehari-hari karena selera tidak dapat ditutupi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan adalah mahasiswa Sosiologi Fisip Usu stambuk 2008 sampai 2010 mahasiswa yang kost menunjukkan gaya hidup mandiri. Yaitu gaya hidup yang mampu tanpa adanya ketergantungan mutlak kepada sesuatu atau orang lain. Kedisiplinan dan kreativitas merupakan wujud dari gaya hidup mandiri mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa secara sadar memilih perubahan positif dalamsetiap tindakan. Meskipun mahasiswa mengetahui bahwa mereka adalah individu yang bebas dan merdeka dalam menentukan pilihannya, namun mahasiswa sebagian besar mampu mengendalikan akal dan pikiran mereka untuk melakukan tindakan yang positif.

Sikap kemandirian yang ditunjukkan oleh mahasiswa terlihat jelas dari pemilihan teman bermain, lingkungan bermain, aktivitas yang dilakukan setelah kuliah, penggunaan barang-barang yang bermerek, pemilihan fasilitas kost, menentukan pengeluaran bulanan dan karakteristik lainnya yang mendukung gaya hidup mandiri.


(3)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang gaya hidup mahasiwa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang kost maka peneliti dapat menyimpulkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sebanyak 80% mahasiswa memilih tinggal di kost yang strategis dan dekat dengan kampus, tinggal bersama teman satu kampus, dan dekat dengan fasilitas pendidikan seperti warnet, rental komputer, foto copy.

2. Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Stambuk 2008 sampai 2010 yang kost

tidakterpengaruhiolehbudayabarat yang menjunjungtinggikebebasanindividuuntukberekspresi.

MahasiswaSosiologi yang kostmengambilmanfaatpositifdarimasuknyabudayabaratke Indonesia.

3. Gaya hidup mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara stambuk 2008 sampai 2010 yang kost adalah, gaya hidup yang positif, bertanggung jawab, berprinsip, mandiri, seperti melakukan aktivitas kuliah sambil memiliki pekerjaan sampingan, membeli barang sesuai kebutuhan, menggunakan teknologi untuk kebutuhan kuliah, menggunakan fasilitas kamar kost yang sederhana,


(4)

penampilan yang sederhana, tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan luar dan tidak mengikuti gaya hidup hedonisme dan konsumerisme.

5.2 Saran

Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa sosiologiFakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang kost, hendaknya membuat banyak pertimbangan disaat memilih kost sebelum menempatinya untuk beberapa waktu selama kuliah. Karena tempat tinggal mahasiswa memberikan pengaruh yang besar dalam menentukan berhasil atau tidaknya mahasiswa menyelesaikan studi dengan baik dan tepat waktu, seperti jarak kost dengan kampus, kondisi lingkungan kost, fasilitas pendukung perkuliahan yang ada di sekitar kost dan sistem yang berlaku di kost yang dipilih.

2. Bagi pemilik dan pengelola kost, sebaiknya memberikan fasilitas dan service di dalam kost yang dapat menunjang semangat dan memotifasi mahasiswa dalam belajar seperti, penyediaan meja belajar, sarana olah ragadan lingkungan kost yang nyaman. Karena tempat tinggal/ kost mahasiswa sangat memiliki pengaruh dalam hal pembentukan karakter tiap individu dari mahasiswa yang tinggal di kost, selama melakukan aktifitas perkuliahan.

3. Hendaknya selama perkuliahan berlangsung, mahasiswa lebih fokus terhadap kuliah itu sendiri. Pemakaian berbagai peralatan teknologi dan sarana lainnya hendaknya tepat guna dan bukan untuk tujuan lain atau didasarkan hal yang tidak memiliki kaitan dengan perkuliahan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikounto, Suharsini 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Bourdieu, Pierre. 2006 : 39. Resistensi gaya hidup. Jakarta : Universitas Indonesia

Budiman, Hikmat. 2002 : 26. Gaya hidup. Jakarta

Chaney, David. 2003:40. Lifestyle. Jakarta : PT Raja Garfindo Persada Federspiel, Howard.2000. Indonesian Intelectuals Of The 20th Century. Yokyakarta : Universitas Islam Indonesia

Hasan, Iqbal. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta : penerbit Ghalia Indonesia

Idi, Subandi ibrahim, 1997. Ecstasy Gaya Hidup. Jakarta : penerbit Mijan Ismail, Rizabuana. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, Medan : USU Pres Jannah, Mitfanah. 2005. Metodologi Penelitian Teori dan Aplikasinya. Jakarta : penerbit Raja Grafindo Persada

J, Elias. 2000. E, Q Remaja. Jakarta : penerbit Kaifah

Lina Sudarwati Dan Sri Hastuti. 2007. Gaya Hidup Remaja Pedesaan . Harmoni Sosial, I(2): 69-82.

Narwoko, Dwi. 2007. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta : penerbit Kencana Prenada Media Group

Nazsir, Nasrullah. 2008. Teori-Teori Sosiologi. Jakarta : penerbit Widya Padjadjaran

Poloma, Margaret. 2004. Sosiologi komtemporer. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Rahmat, Sugihartati. 2010. Gaya hidup dan kapitalisme. Jakarta : Graha Ilmu Rismiati, Suratno. 2001: 174p. Gaya hidup. Jakarta : Universitas Penetra


(6)

Ritzer, George. 2007 : 289. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Soekanto, Soerjono. 1984. Teori Sosiologi. Jakarta : Balai Aksara Sobel. 2003: 50. Trend Gaya Hidup. Jakarta

Sugiono, 2006. Metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung : penerbit Alfabeta

Supratiknya. 1996. Tumbuhnya Bersama Sahabat. Jakarta : Penerbit Kanisiu Piliang, Yasraf. 2006: 81.Gaya Hidup. Jakarta: Penerbit Kanisius

Situs Website :

http:/www.unidayan.ac.id/blog/rauda

ipmi/20081107090037610/title/function.mysql-query

Mesin%20gasrukmanifesto%20kehidupan%20_%20genius%20kronishtm

www.membuatblog.web.id/2010/04/pengertian-gaya-hidup.html (18maret2011,14.55 wib)

www.pulsa-secure.com/lifestyle/defenisi-lifestyle/gayahidup.html(18maret 2011,14.55 wib)

http://frommarketing.blogspot.com/2009-08-defenisi-gayahidup.html