6 Hubungan Antara Calon Penolong Dengan Si Korban
Makin jelas dan dekat hubungan antara calon penolong dengan calon penerima bantuan akan memberi dorongan yang
cukup besar pada diri calon penolong untuk lebih cepat dan bersedia terlibat secara mendalam dalam melakukan perilaku
pertolongan. Kedekatan hubungan ini dapat terjadi karena adanya pertalian keluarga, kesamaan latar belakang atas ras
Staub, 1979; Bringham, 1991.
Sedangkan faktor personal yang dapat berpengaruh dalam perilaku prososial adalah karakteristik kepribadian. Salah satu alasan mengapa ada
orang-orang tertentu yang mudah tergerak hatinya untuk berperilaku prososial, barangkali dapat dijelaskan antara lain dari faktor kepribadian.
Penelitian yang dilakukan oleh Staub 1979 dalam Hudaniah, 2006 kemudian oleh Wilson dan Petruska 1984 dalam Hudaniah, 2006
menunjukkan bahwa individu yang memiliki tingkat kecenderungan yang tinggi untuk melakukan perilaku prososial, biasanya memiliki karakteristik
kepribadian, yakni memiliki harga diri yang tinggi, rendahnya kebutuhan akan persetujuan orang lain, rendahnya menghindari tanggung jawab, dan
lokus kendali yang internal. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mendasari perilaku prososial yaitu
self gain
,
Personal values and norms, emphaty,
Faktor Situasional dan Personal Yang Berpengaruh Pada Perilaku Prososial.
2.1.3 Aspek-Aspek Perilaku Prososial
Carlo Randall, 2002 menyatakan bahwa aspek-aspek perilaku prososial yang diukur pada masa remaja yaitu:
a. Perilaku untuk membantu orang lain yang ditetapkan atas kehadiran
orang lain Dengan kehadiran orang lain, maka akan mendorong individu untuk
membantu orang lain karena dimotivasi oleh harapan agar mendapat pujian dari orang lain.
b. Perilaku prososial tanpa diketahui namanya
Kecenderungan untuk membantu orang lain tanpa sepengetahuan orang lain.
c. Perilaku prososial yang menakutkan
Berkenaan dengan membantu orang lain di bawah situasi susah d.
Perilaku emosional prososial Adalah perilaku yang berniat untuk menguntungkan orang lain dalam
situasi emosional. Perilaku ini dapat dihubungkan dengan simpati dalam pertimbangan moral prososial, yang berorientasi terhadap
persetujuan pertimbangan moral prososial sehingga diharapkan adanya keseimbangan antara sifat mementingkan kepentingan orang lain
dengan perilaku emosional prososial.
e. Perilaku membantu orang lain ketika diminta
Yaitu perilaku mengarah pada membantu orang lain ketika diminta. f.
Altruisme
Berkenaan dengan membantu orang lain ketika ada atau sedikit atau tidak ada potensi langsung, tidak ada hadiah yang jelas untuk diri.
Jadi aspek-aspek prososial yaitu perilaku untuk membantu orang lain yang ditetapkan atas kehadiran orang lain, perilaku prososial tanpa diketahui
namanya, perilaku prososial yang menakutkan, perilaku membantu orang lain ketika diminta,
altruisme
.
2.1.4 Motivasi Untuk Berperilaku Prososial
Carlo Randall, dalam Hudaniah, 2006 menyatakan bahwa ada beberapa motivasi untuk berperilaku prososial. Adapaun motivasi tersebut
adalah:
a.
Empathy- Altruism Hypothesis
Konsep teori ini dikemukakan oleh Fultz, Batson, Fortrnbach, dan McCarthy 1986 dalam Hudaniah 2006 yang menyatakan bahwa
perilaku prososial semata-mata dimotivasi oleh perhatian terhadap kesejahteraan orang lain. Tanpa adanya empati, orang yang melihat
kejadian darurat tidak akan melakukan pertolongan, jika ia dapat mudah melepaskan diri dari tanggung jawab untuk memberikan
pertolongan.
b.
Negative State Relief Hypothesis
Pendekatan ini sering pula disebut dengan
egoistic theory,
sebab menurut konsep ini perilaku prososial sebenarnya dimotivasi oleh
keinginan untuk mengurangi perasaan negatif yang ada dalam diri calon penolong, bukan karena ingin menyokong kesejahteraan orang
lain. Jadi pertolongan hanya diberikan jika penonton mengalami emosi negatif dan tidak ada cara lain untuk menghilangkan perasaan tersebut,
kecuali dengan menolong korban menurut Baron Byrne 1994 dalam Hudaniah, 2006.
c.
Emphatic Joy Hypothesis
Pendekatan ini merupakan alternatif dari teori egoistik, sebab menurut model ini perilaku prososial dimotivasi oleh perasaan positif ketika
seseorang menolong. Ini terjadi hanya jika seseorang belajar tentang dampak dari perilaku prososial tersebut. Sebagaimana pendapat
Bandura 1977 dalam Hudaniah, 2006 bahwa orang dapat belajar bahwa melakukan perilaku menolong dapat memberinya hadiah bagi
dirinya sendiri, yaitu membuat dia merasa bahwa dirinya baik. Hasil penelitian William dan Clark mendukung model ini, sebab mereka
menemukan pertolongan, perasaan positif tetap timbul setelah ia memberikan pertolongan dikutip oleh Baron Byrne, 1994.
Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi untuk berperilaku prososial yaitu
empathy- altruism hypothesis, negative state relief hypothesis, emphatic joy hypothesis.
2.1.5 Cara Meningkatkan Perilaku Prososial