PELAKSANAAN PENERTIBAN ALAT PERAGA KAMPANYE PEMILIHAN LEGISLATIF DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PENERTIBAN ALAT PERAGA KAMPANYE PEMILIHAN LEGISLATIF DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh: Ferdiyan

Pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye adalah usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan oleh KPU, Panwaslu dan Satpol PP untuk mengurangi pelanggaran yang terjadi dalam pemilu. Tidak sesuainya pemasangan alat peraga kampanye dalam penyelenggaraan pemilu legislatif merupakan urusan wajib KPU, Panwaslu dan Pemerintah Kota melalui Satpol PP untuk menertibkan alat peraga kampanye calon legislatif dan partai politik sesuai dengan zona/wilayah yang telah ditentukan dalam Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2013. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye pemilihan legislatif di Kota Bandar Lampung dan apakah faktor penghambat pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye pemilihan legislatif di Kota Bandar Lampung? Penelitian dilakukan dengan cara yuridis empiris dan data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye pemilihan legislatif di Kota Bandar Lampung sudah terlaksana dengan baik seperti melakukan beberapa tahap perencanaan yang dimulai dari proses aturan alat peraga kampanye, zonasi, dan proses sosialisasi, kemudian melakukan tindakan penertiban seperti mencabut dan/atau memindahkan alat peraga kampanye yang melanggar ketentuan pemasangan sesuai Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2015. Faktor penghambat yang dihadapi adalah (1) Kurangnya jumlah personil Panwaslu Kota Bandar Lampung, (2) Kurangnya koordinasi antar pihak-pihak penertib pemilu, (3) Kurangnya kesadaran dari caleg dan partai politik, untuk mentaati peraturan pemasangan alat peraga kampanye, (4) Tidak adanya sanksi yang tegas dari KPU Kota Bandar Lampung terhadap para pelanggar. Dari hasil penelitian disarankan agar para pihak penyelenggara pemilihan umum dan pemerintah daerah dapat memperbaiki kinerjanya pada pemilu legislatif mendatang serta memberikan pengawasan secara langsung pemasangan alat peraga kampanye oleh peserta pemilu.


(2)

ABSTRACT

CONTROLING THE IMPLEMENTATION OF THE LEGISLATIVE ELECTION CAMPAIGN PROPS IN BANDAR LAMPUNG

by: Ferdiyan

Implementation of controlling props campaign conducted by the Commission, the Election Supervisory Committee and municipal police is a business, actions and activities to reduce violations in the election. Incompatibility of installation aids in the administration of the legislative election campaign is obligatory Commission, Election Supervisory Committee and Municipal Government through the municipal police to curb campaign props candidates and political parties in accordance with the zone/region specified in Commission Regulation Number 15 Year 2013. The problem in this research is how the implementation of the control of the legislative election campaign props in Bandar Lampung and whether inhibiting factors controlling the implementation of the legislative election campaign propsin Bandar Lampung? Research done by juridical empirical and data used in the form of primary data and secondary data.

Based on the survey results revealed that the implementation of the control of the legislative election campaign props in Bandar Lampung has done well as doing some planning stage which starts from the rules of campaign props, zoning, and the process of socialization, then perform the control actions such as unplugging and/or move campaign props that violate the provisions of the installation according Commission Regulation Number 15 Year 2015, faced inhibiting factor is (1) Lack of personnel election Supervisory Committee Bandar Lampung, (2) lack of coordination between the parties penertib election, (3) lack of awareness of the candidates and political parties, to comply with regulations mounting campaign props, (4) absence of strict sanctions from the Commission of Bandar Lampung against offenders.

From the results of the study suggested that the parties of the general elections and local government can improve its performance in the upcoming legislative elections as well as provide direct supervision installation props by participating in the election campaign.


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 24 Februari 1992. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Samingun Hadi, S.T. dan Almarhumah Ibu Yeyen Leviyanti.

Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Taman Siswa Teluk Betung Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 1998, Pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Gulak Galik Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 16 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 10 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010.

Kemudian pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiwa Fakultas Hukum Universitas Lampung, dan menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi Negara (HIMA HAN) pada tahun 2014.


(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kupanjatkan kepada ALLAH SWT, Tuhan Semesta Alam untuk setiap nafas yang kuhirup, detak jantung yang berdegup serta darah yang

mengalir dalam hidupku ini. Karena karunia-Mu dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya ini untuk

Kedua orang tuaku Samingun Hadi, S.T. dan Yeyen Leviyanti

yang telah melahirkan, merawat, dan memperjuangkan diriku menghadapi dunia ini dengan tetesan keringat yang tidak dapat kubalas dengan apapun. Serta

memberikan do’a, dukungan, semangat, cinta dan kasih sayang, sehingga aku bisa

menyelesaikan skripsi ini semata-mata untuk membanggakan kalian, Keluargaku dan Siti Akmalia Novira Amir, S.H. yang selalu mendo’akan,

mendukung dan menyemangatiku dalam menggapai keberhasilanku ini. Almamaterku Tercinta Universitas Lampung


(8)

MOTO

W

-orang yang beriman, Janganlah kamu mengikuti

langkah-langkah setan. Barang siapa mengikuti langkah-langkah-langkah-langkah setan, maka

sesungguhnya dia (setan) menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan

mungkar. Kalau bukan karena karunia Allah dan Rahmat-Nya kepada mu,

niscaya tidak seorangpun diantara kamu bersih (dari perbuatan keji dan

mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang Dia

. D

M

M

, M

M

(An-Nur : 21)

menginginkan kebahagiaan didunia maka haruslah dengan

ilmu, barabng siapa yang menginginkan kebahagiaan di akhirat haruslah

denagn ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan pada

y

(HR. ibnu Asakir)

y

galan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak

menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka

y

(Thomas Alva Edison)

J

y

;

dengan ketakutan;tapi lihatlah se

(James Thurber)

Nikmatilah hidupmu dengan melakukan hal

hal kecil, karena suatu saat

nanti, jika menoleh ke belakang, ternyata hal

hal kecil itu tidak kecil.


(9)

SANWACANA

Bismillahirrahmaannirrahim,

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PELAKSANAAN PENERTIBAN ALAT PERAGA

KAMPANYE PEMILIHAN LEGISLATIF DI KOTA BANDAR

LAMPUNG”. Skripsi diajukan sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Unversitas Lampung.

Peneliti menyadari pembuatan skripsi ini merupakan buah dari suatu proses panjang, yang tak luput dari dukungan dan bimbingan berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan terimakasih tak terhingga kepada :

1. Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung, Prof. Dr. Heryandi, S.H.,M.S., beserta jajarannya yaitu Bapak/ Ibu Pembantu Dekan (PD) I, PD II dan PD III atas segala bantuan baik langsung maupun tidak langsung selama mengikuti pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., sebagai ketua jurusan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung terima kasih atas segala bantuan selama menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum.


(10)

3. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.H. selaku pembimbing pertama yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan saran, arahan serta bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Syamsir Syamsu, S.H., M.H. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan kepada Penulis selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku pembahas pertama atas segala pengarahan, saran dan masukan yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini. 6. Ibu Ati Yuniati, S.H., M.H. selaku pembahas kedua atas segala pengarahan,

saran dan masukannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Ahmad Sofyan, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis.

8. Seluruh Bapak/Ibu Pimpinan, dosen, Staf/Karyawan dan Keluarga Besar Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan pemikiran dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

9. Bapak Drs. Cik Raden, WSD selaku Kepala Kantor Satpol PP Kota Bandar Lampung, Bapak Iswanto selaku Kasubag Teknis KPU Kota Bandar Lampung, Bapak Akhmad Hidayat selaku Ketua Panwaslu Kota Bandar Lampung, yang telah memberikan izin, bantuan serta data-data yang diperlukan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

10.Papaku Samingun Hadi, S.T. dan Almarhumah Mamaku Yeyen Leviyanti tercinta. Terimakasih atas do’a, cinta dan kasih sayang serta semua ilmu kehidupan yang telah Papa dan Mama berikan. Semoga Allah SWT membalas setiap tetesan keringat, segala bentuk perhatian dan kasih sayang yang


(11)

melimpah dengan sebaik-baik balasan berupa ridho dan kasih sayang Allah SWT.

11.Seluruh keluarga besarku, Oma, Opa, Tante Nesia, Tante Naya, Mba Eva, Mba Geby, Adikku Bobi, Sepupuku Devin, Diva, Jennifer, dan Jessica terimakasih banyak untuk semua kepercayaan, motivasi, harapan, dukungan, dan inspirasi serta do’a yang diberikan selama ini kepada penulis.

12.Siti Akmalia Novira Amir S.H. yang telah memberikan do’a, dukungan, kepercayaan, semangat, cinta dan kasih sayang, sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

13.Teman-teman seperjuanganku selama menempuh perkuliahan Himawan, Tyo, Hilman, Fahmi, Gery, Mufty, Odi, Mamed, Danan, Dery, Ery, Andre Jaelani, Putera, Gilang, terimakasih untuk dukungannya dan pertemanan selama ini. 14.Teman-teman FH Unila’ 2011 dan HIMA HAN FH 2011 tersayang, dan

semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas segala kerjasama dan kebersamaanya selama 3,5 tahun perkuliahan.

15.Almamaterku tercinta Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Semoga Allah SWT membalas setiap kebaikan yang telah diberikan dengan pahala berlipat ganda. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, 11 Februari 2015 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRACT ... ABSTRAK ... DAFTAR ISI ... BAB I PENDAHULUAN ...

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ... 9

1.2.1 Rumusan Masalah ... 9

1.2.2 Ruang Lingkup ... 9

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2 Kegunaan Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Pengertian Penertiban ... 11

2.2 Pengertian Kampanye, Alat Peraga Kampanye dan Bentuk Alat Peraga Kampanye... 12

2.2.1 Pengertian Kampanye ... 12

2.2.2 Pengertian Alat Peraga Kampanye... 14

2.2.3 Bentuk Alat Peraga Kampanye ... 15

2.3 Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2013 dan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008 ... 16

2.3.1 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 tentang Pemasangan Alat Peraga Kampanye ... 16

2.3.2 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan Reklame ... 18

2.4 Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten/Kota ... 19

2.4.1 Kedudukan, Susunan, dan Keanggotaan KPU Kabupaten/ Kota ... 19

2.4.2 Tugas Wewenang dan Kewajiban KPU Kabupaten/Kota ... 21

2.5 Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten/Kota ... 24

2.5.1 Kedudukan, Susunan, dan Keanggotaan Panwaslu Kabupaten /Kota ... 24

2.5.2 Tugas, Wewenang dan Kewajiban Panwaslu Kabupaten/Kota ... 25


(13)

2.6 Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) ... 28

2.6.1 Tugas Pokok dan Fungsi Satpol PP ... 29

2.6.2 Kewajiban Satpol PP ... 31

BAB III Metode Penelitian ... 3.1 Pendekatan Masalah ... 32

3.2 Sumber Data ... 33

3.3 Prosedur Pengumpulan Data dan Metode Pengolahan Data ... 34

3.3.1 Prosedur Pengumpulan Data ... 34

3.3.2 Pengolahan Data ... 35

3.4 Analisis Data ... 36

BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37

4.1.1 Komisi Pemilihan Umum Kota Bandar Lampung ... 38

4.1.2 Panitia Pengawas Pemilu Kota Bandar Lampung ... 39

4.1.3 Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung ... 42

4.1.4 Penetapan Zona/Wilayah Pemasangan Alat Peraga Kampanye Pemilu Legislatif Tahun 2014 di Kota Bandar Lampung ... 43

4.1.5 Tata Cara dan Lokasi Pemasangan Alat Peraga Kampanye Pemilu Legislatif tahun 2014 di Kota Bandar lampung ... 50

4.2 Pelaksanaan Penertiban Alat Peraga Kampanye Pemilihan Legislatif Tahun 2014 di Kota Bandar Lampung ... 55

4.2.1 Koordinasi Pelaksanaan Penertiban Alat Peraga Kampanye ... 56

4.2.2 Pengawasan dan Tindakan Penertiban Alat Peraga Kampanye ... 57

4.2.3 Data Pelanggaran Alat Peraga Kampanye Pemilihan Legislatif Tahun 2014 di Kota Bandar Lampung ... 59

4.3 Faktor Penghambat Pelaksanaan Penertiban Alat Peraga Kampanye Pemilihan Legislatif di Kota Bandar Lampung ... 61

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 64


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Struktur Organisasi Komisi Pemilihan Umum Kota Bandar

Lampung... 38 Gambar 2. Struktur Organisasi Panitia Pengawas Pemilu Kota Bandar

Lampung Periode 2014 ... 40 Gambar 3. Struktur Organisasi Gakkumdu Panwaslu Kota Bandar

Lampung Periode 2014 ... 41 Gambar 4. Struktur Organisasi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Bandar Lampung ... 43


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemilihan umum, selanjutnya disebut pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.1 Pemilihan umum merupakan sarana politik untuk mewujudkan kehendak rakyat dalam hal memilih wakil-wakil mereka dilembaga legislatif serta memilih pemegang kekuasaan eksekutif baik itu presiden/wakil presiden maupun kepala daerah.2

Pemilihan umum merupakan instrumen penting dalam Negara demokrasi yang menganut sistem perwakilan.3 Dalam sistem pemerintahan yang demokratis pemegang kekuasaan haruslah bertanggung jawab kepada rakyat dan kekuasaan diperoleh melalui sistem pemilihan umum yang bebas. Pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan demokrasi yang memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan bentuk pemilu lainnya baik

1

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 1 ayat (1) tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

2 Rumidan Rabi’ah.

Lebih Dekat Dengan Pemilu Di Indonesia. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2009. hlm. 46.

3

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fak. UI, 1983 hlm. 328


(16)

2

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur maupun Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kompetisi dan kontestasi pasangan calon, besarnya konflik antar pendukung pasangan calon, ketidak netralan dan parsialitas penyelenggara Pemilu. Begitu juga dengan tingginya potensi pelanggaran terutama menyangkut isu-isu spesifik, antara lain politik uang, penyalahgunaan kekuasaan, dan manipulasi dana kampanye. Mereka yang terpilih dianggap sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kemampuan atau kewajiban untuk bicara dan bertindak atas nama suatu kelompok yang lebih besar melalui partai politik (parpol).4

Penyelenggaraan pemilihan umum legislatif di Indonesia melibatkan semua komponen bangsa, tidak hanya Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Republik Indonesia, Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten/Kota sebagai penyelenggara, tetapi juga melibatkan unsur dari penegak hukum seperti; kepolisian, kejaksaan dan lembaga peradilan di Indonesia yaitu pengadilan umum, pengadilan tata usaha negara dan Mahkamah Konstitusi yang memiliki kewenangan memeriksa, mengadili dan memutus sengketa serta pelanggaran dalam pemilu. Pemerintah daerah juga mempunyai kewenangan dalam menyukseskan penyelenggara pemilu sebagaimana tercantum dalam Pasal 126 ayat (1) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu yaitu untuk kelancaran pelaksanaan tugas, wewenang dan kewajibannya, penyelenggara pemilu, pemerintah dan

4


(17)

3

pemerintah daerah wajib memberikan bantuan dan fasilitas sesuai dengan peraturan perundang-undangan.5

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 22 ayat (1) telah menentukan bahwa, Pemilihan Umum dilaksanakan secara langsung, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali. Di dalam Pasal 22 E ayat (5) ditentukan bahwa pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang bersifat nasional, tetap, mandiri. KPU sebagai pelaksana pemilihan umum untuk kelancaran dalam acara pemilihan umum membuat peraturan yang disebut peraturan KPU agar dapat ditaati oleh peserta peserta pemilu, calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Secara umum pengawasan pemilu dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat, akan tetapi secara spesifik pengawasan pemilu dilakukan oleh Badan Pengawas Pemilu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan (Panwascam) dan Pengawas Pemilu Lapangan (PPL).

Dalam serangkaian kegiatan pemilu ada kegiatan yang disebut masa kampanye pemilu. Kampanye merupakan hal yang penting didalam sebuah proses pemilihan umum. Karena didalam kampanye para calon anggota legislatif dapat mengenalkan dirinya kepada masyarakat luas, sehingga masyarakat dapat mengetahui visi, misi dan program yang akan dilakukan oleh calon anggota legislatif setelah mereka terpilih.

Setiap peserta pemilu berhak melakukan kampanye, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan tujuan untuk menarik perhatian

5

Pasal 126 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.


(18)

4

sebanyak-banyaknya. Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”.6

Partai politik dan calon legislatif memerlukan alat peraga kampanye sebagai media untuk memperkenalkan serta menyampaikan visi, misi dan program guna meyakinkan dan mendapatkan dukungan dari masyarakat. Menurut Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013, Pasal (1) ayat 22 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kampanye Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bahwa alat peraga kampanye adalah semua benda atau bentuk lain yang memuat visi, misi, program, dan/atau informasi lainnya yang dipasang untuk keperluan kampanye pemilu yang bertujuan untuk mengajak orang memilih peserta pemilu dan/atau calon anggota DPR, DPD dan DPRD tertentu. Alat peraga kampanye atau bahan kampanye selalu ada dalam setiap kampanye pemilu baik pemilu presiden dan wakil presiden, pemilu legislatif dan pemilu kepala daerah. Bagi calon anggota legislatif maupun partai yang sedang berkompetisi, alat peraga kampanye termasuk salah satu bagian logistik kampanye.

Pasal 17 ayat (1) huruf c peraturan terebut menyebutkan bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU), KPU/KIP Provinsi, KPU/KIP Kabupaten/Kota, Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS), dan Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) harus berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, dan Kantor

6


(19)

5

Perwakilan Republik Indonesia untuk menetapkan lokasi pemasangan alat peraga untuk keperluan kampanye pemilu.

Pendataan alat peraga kampanye yang dilakukan oleh Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) se-Kota Bandar Lampung di 127 Kelurahan yang tersebar di 20 Kecamatan terdapat pemasangan alat peraga yang tidak pada lokasi atau zona yang sudah ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum. Dari hasil pendataan Panwascam se-Kota Bandar Lampung terdapat 20.000 alat peraga kampanye yang dilaporkan melanggar zona kampanye. Alat peraga kampanye seperti bendera dipasang di pohon, jalan dan tiang listrik, di pinggir jalan. Stiker-stiker calon legislatif yang berukuran kecil sampai besar menempel di fasilitas umum seperti; telepon umum, stasiun kereta, tiang listrik, halaman rumah ibadah, halte dan poster calon legislatif dipasang di alat transportasi umum seperti becak, angkot, dan mobil, serta pemasangan billboard/baliho yang lebih dari satu unit di satu desa/kelurahan oleh partai politik dan calon anggota legislatif.7

Berdasarkan peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pasal 17 ayat (1) a menjelaskan bahwa: “Alat peraga kampanye tidak ditempatkan pada tempat ibadah, rumah sakit atau tempat-tempat pelayanan kesehatan, gedung milik pemerintah, lembaga pendidikan (gedung dan sekolah), jalan-jalan protokol, jalan bebas hambatan, sarana dan prasarana publik, taman dan pepohonan”.

7

http://rudisantosomhi.wordpress.com/2014/09/15/laporan-pengawasan-pemilihan-umum-anggota-dpr-dpd-dan-dprd-tahun-2014-kota-bandar-lampung/


(20)

6

Surat keputusan yang telah disepakati bersama antara partai politik peserta pemilu, Polisi Daerah Kota Bandar Lampung, dan Wali Kota Bandar Lampung mengeluarkan larangan pemasangan alat peraga kampanye di 16 ruas jalan di Bandar Lampung yaitu Jalan Soekarno-Hatta, Jalan Z.A. Pagaralam, Jalan Teuku Umar, dan Jalan Raden Intan. Lalu, Jalan R.A. Kartini, Jalan Dr. Susilo, Jalan Yos Sudarso, Jalan Ahmad Yani, dan Jalan Wolter Monginsidi. Kemudian, Jalan P. Diponegoro, Jalan Jenderal Soedirman, Jalan P. Antasari, Jalan Gatot Soebroto, Jalan Gajah Mada, Jalan Laksamana Malahayati, dan Jalan Sultan Agung. Jalan-jalan tersebut merupakan Jalan-jalan protokol di Kota Bandar Lampung yang harus terbebas dari alat peraga kampanye karena dapat merusak estetika, kebersihan dan keindahan kota.

Semua alat peraga kampanye pemilu yang telah dipasang selama kampanye menjelang masa tenang harus sudah dibersihkan paling lambat satu hari, sebelum hari pemungutan suara, sesuai yang tercantum dalam Peraturan KPU Nomor 15 tahun 2013 Pasal 17 ayat (2), sepertinya tidak dilakukan oleh para calon anggota legislatif, justru Panwaslu bersama Pemerintah Kota Bandar Lampung melalui Satuan Polisi Pamong Praja yang membersihkan paksa alat peraga kampanye yang melanggar tersebut.

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa telah terjadi permasalahan dan pelanggaran dalam penerapan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 tahun 2013 mengenai pemasangan alat peraga kampanye yang dilakukan oleh calon legislatif dan partai politik. Banyaknya pelanggaran pemasangan alat peraga kampanye yang tidak sesuai dengan ketentuan pemasangan, tentunya menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh berbagai pihak baik Komisi Pemilihan Umum


(21)

7

Kota Bandar Lampung, Panwaslu Kota Bandar Lampung dan Pemerintah Kota Bandar Lampung selaku instrumen yang mendukung terselenggaranya pemilu legislatif di Kota Bandar Lampung agar hal tersebut dapat menimbulkan ketertiban dan kepastian hukum bagi pemerintah daerah maupun masyarakat.

Pelaksanaan penertiban beredarnya alat peraga kampanye yang tidak sesuai dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 tahun 2013 dan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan Reklame merupakan tugas Panitia Pengawas Pemilu Kota Bandar Lampung dan Satuan Polisi Pamong Praja dalam melakukan pengawasan terhadap tahapan penyelenggaraan pemilu di lapangan. Satuan Polisi Pamong Praja sebagai penegakan peraturan daerah maupun peraturan ketertiban umum, sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja juga dituntut untuk bersama-sama menertibkan alat peraga kampanye yang melanggar.

Terbatasnya jumlah anggota panwaslu di lapangan juga menjadi permasalahan, sehingga panwaslu tanpa tambahan personil dari satpol PP dianggap kurang mampu melakukan pengawasan beredarnya alat peraga kampanye yang melanggar ketentuan pemasangan. Panwaslu dan Satpol PP melakukan pengawasan secara langsung dengan cara mengamati, meneliti, memeriksa dan mengecek sendiri dan menerima laporan langsung dari pelaksana di tempat pekerjaan itu berlangsung yaitu dengan cara inspeksi.8

8


(22)

8

Dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya dalam menertibkan alat peraga kampanye di Kota Bandar Lampung diperlukan kerjasama antara Komisi Pemilihan Umum Kota Bandar Lampung selaku penyelenggara serta pihak pengawas pemilihan umum yaitu Panitia Pengawas Pemilu dan Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung melalui Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung untuk melakukan tindakan yang tegas atas adanya temuan pelanggaran mengenai pemasangan alat peraga kampanye. Upaya represif secara berkala seperti memeriksa dan menurunkan alat peraga kampanye hingga pemberian sanksi administratif sangat diperlukan agar partai politik dan calon legislatif yang akan datang dapat mengikuti peraturan yang ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum.

Berdasarkan uraian permasalahan diatas penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai penertiban yang dilakukan oleh pihak-pihak penyelenggara pemilu dengan judul “PELAKSANAAN PENERTIBAN ALAT PERAGA

KAMPANYE PEMILIHAN LEGISLATIF DI KOTA BANDAR


(23)

9

1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye pemilihan legislatif di Kota Bandar Lampung?

2. Apakah faktor penghambat pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye pemilihan legislatif di Kota Bandar Lampung?

1.2.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian yaitu mencakup upaya persuasif, preventif dan reprensif yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum, Panitia Pengawas Pemilu dan Pemerintah Daerah melalui Satuan polisi Pamong Praja dalam pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye pemilihan legislatif di Kota Bandar Lampung.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye pemilihan legislatif di Kota Bandar lampung.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye pemilihan legislatif di Kota Bandar Lampung.


(24)

10

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan member manfaat baik secara teoritis ataupun secara praktis untuk semua pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini. kegunaan yang bisa dikemukakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan teori, konsep, tugas pokok, fungsi dan tujuan Komisi Pemilihan Umum, Panitia Pengawas Pemilu dan Satuan Polisi Pamong Praja dalam pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye di Kota Bandar Lampung sesuai dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 tentang pedoman pelaksanaan kampanye pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan Reklame.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberikan masukan serta tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti khususnya tentang pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye pemilihan legislatif di Kota Bandar Lampung.


(25)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Penertiban

Penertiban dalam pemanfaatan ruang adalah usaha atau kegiatan untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang sesuai rencana dapat terwujud. Kegiatan penertiban dapat dilakukan dalam bentuk penertiban langsung dan penertiban tidak langsung. Penertiban dilakukan melalui mekanisme penegakan hukum yang diselenggarakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan penertiban tidak langsung dilakukan dalam bentuk sanksi disinsentif, antara lain melalui pengenaan retribusi secara progresif atau membatasi penyediaan sarana dan prasarana lingkungannya.1

Bentuk-bentuk pengenaan sanksi yang berkenaan dengan penertiban antara lain : 1. Sanksi administratif, dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang

berakibat pada terhambatnya palaksanaan program pemanfaatan ruang. Sanksi dapat berupa tindakan pembatalan izin dan pencabutan hak.

2. Sanksi perdata, dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat terganggunya kepentingan seseorang, kelompok orang, atau badan hukum. Sanksi dapat berupa tindakan pemngenaan denda atau ganti rugi.

1


(26)

12

3. Sanksi pidana, dikenakan terhadap pelanggaran penataan ruang yang berakibat terganggunya kepentingan umum. Sanksi dapat berupa tindakan penahan dan kurungan.

2.2 Pengertian Kampanye, Alat Peraga Kampanye dan Bentuk Alat Peraga Kampanye

2.2.1 Pengertian Kampanye

Kampanye pemilu adalah kegiatan peserta pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi, program peserta pemilu. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, pada pasal 77 dinyatakan bahwa kampanye pemilu merupakan bagian dari pendidik politik masyarakat dan dilaksanakan secara bertanggungjawab.

Kampanye pemilu dilaksanakan oleh pelaksana kampanye dan didukung oleh petugas kampanye serta diikuti oleh peserta kampanye. Pelaksana kampanye terdiri dari atas Pengurus Partai Politik sesuai tingkatannya dan oleh calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau Peserta Pemilu Perseorangan calon anggota Dewan Perwakilan Daerah. Peserta kampanye adalah warga masyarakat pemilih, sedangkan yang dimaksud petugas kampanye adalah seluruh petugas yang memfasilitasi pelaksanaan kampanye.2

Pelaksana Kampanye harus didaftarkan pada KPU Pusat, KPU Provinsi, KPU kabupaten/Kota, PPK, PPS dan PPLN sesuai dengan tingkatannya. Pendaftaran pelaksana kampanye ini ditembuskan kepada Bawaslu, Bawaslu Provinsi,

2

Prof. H. Rozali Abdullah, S.H. Mewujudkan Pemilu yang lebih berkualitas (Pemilu Legislatif), PTRajaGrafindo Persada, Jakarta, 2009, hlm.168


(27)

13

Panwaslu Kabupaten/Kota meliputi visi, misi Partai Politik masing-masing.3 Metode kampanye yang dilakukan oleh peserta pemilu adalah dalam bentuk: 1. Pertemuan terbatas;

2. Pertemuan tatap muka;

3. Penyebaran bahan kampanye pemilu kepada umum; 4. Pemasangan alat peraga di tempat umum;

5. Iklan media massa cetak dan media massa elektronik; 6. Rapat umum, dan;

7. Kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye dan peraturan perundang-undangan.4

Pelaksanaan kampanye dalam bentuk pertemuan terbatas, tatap muka, penyebaran melalui media cetak dan media elektronik, penyiaran melalui radio dan/ televise, penyebaran bahan kampanye kepada umum, dapat dilaksanakan sejak tiga hari kerja setelah pemilu ditetapkan sebagai peserta pemilu sampai dengan dimulainya masa tenang. Sedangkan rapat umum dilaksanakan selama 21 hari kerja sebelum hari dan tanggal pemungutan suara. Ketentuan ini antara lain bertujuan untuk

mengatasi masalah “mencuri start”.

Ketentuan mengenai pedoman pelaksanaan kampanye secara Nasional, baik mengenai waktu, tata cara dan tempat kampanye dipusat diatur dengan Peraturan KPU. Sedangkan ketentuan mengenai waktu dan pelaksanaan kampanye di tingkat provinsi diatur dengan Keputusan KPU Provinsi dan mengenai waktu

3

Ibid, hlm. 199-200.

4

T.A. Legowo dan Sebastian Salang. Panduan Menjadi Calon Anggota DPR/DPD/DPRD Menghadapi Pemilu. Forum Sahabat, Jakarta. 2008. hlm. 58.


(28)

14

pelaksanaan kampanye di tingkat Kabupaten/Kota diatur dengan keputusan KPU Kabupaten/Kota.

2.2.2 Pengertian Alat Peraga Kampanye

Alat peraga yaitu suatu alat atau benda yang bisa diserap oleh mata dan panca indra lainnya dengan tujuan dapat membantu tercapainya tujuan. Alat peraga bertujuan untuk mengkomunikasikan atau memberikan pesan kepada siapa yang membaca dan melihatnya. Sedangkan pengertian kampanye adalah alat komunikasi antara perseorangan atau kelompok dengan tujuan mempengaruhi orang yang mengikuti. Jadi, secara keseluruhan pengertian alat peraga kampanye adalah suatu alat komunikasi yang berbentuk perseorangan dengan tujuan mempengaruhi atau memberikan informasi, pesan kepada siapa yang menjadi target dalam kampanye tersebut.

Alat Peraga kampanye menurutperaturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 adalah semua benda atau bentuk lain yang memuat visi, misi, program, dan, atau informasi lainnya yang dipasang untuk keperluan Kampanye Pemilu yang bertujuan untuk mengajak orang memilih Peserta Pemilu dan/atau calon anggota DPR, DPD dan DPRD tertentu.5 Konten atau isi bahan kampanye tersebut memuat visi, misi, dan program kandidat atau pasangan kandidat, simbol-simbol, atau tanda gambar pasangan calon. Kata-kata atau gambar yang dimuat bertujuan mengajak orang memilih kandidat atau pasangan kandidat tertentu.

5

Pasal 1 ayat (22) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.


(29)

15

2.2.3 Bentuk Alat Peraga Kampanye

Alat peraga kampanye terdiri dari berbagai bentuk diantaranya, yaitu6:

1. Bendera adalah alat peraga simbol atau lambang yang mempunyai warna, ukuran dan arti tertentu sebagai identitas peserta pemilu dengan nomor urut tertentu yang telah ditetapkan.

2. Baliho adalah alat peraga simbol atau lambang yang terbuat dari kain, kayu/plastik dan atau sejenisnya untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan, menarik perhatian umum kepada suatu kegiatan yang dapat dilihat atau dibaca oleh masyarakat.

3. Umbul-umbul adalah alat peraga simbol atau lambang yang terbuat dari kain sedemikian rupa corak dan ragamnya, untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan, menarik perhatian umum kepada yang berhubungan dengan suatu kegiatan yang dapat dilihat atau dibaca oleh masyarakat dan diselenggarakan secara insidental atau sementara.

4. Giant Banneradalah alat peraga simbol atau lambang yang terbuat dari kain termasuk kertas, plastik, karet atau bahan lainnya yang sejenis dengan itu dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran alat peraga spanduk. Biasanya dipasang di jalan raya yang besar. Sehingga dari jauh giant banner sudah terlihat oleh pelintas jalan.

5. Spanduk adalah alat peraga simbol atau lambang yang terbuat dari kain termasuk kertas dan plastik untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan, menarik perhatian umum kepada yang berhubungan dengan

6

Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Ketentuan Lokasi Kampanye dan Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta


(30)

16

suatu kegiatan yang dapat dilihat atau dibaca oleh masyarakat dan diselenggarakan secara insidental atau sementara.

2.3 Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2013 dan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008

2.3.1 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 tahun 2013 tentang Pemasangan Alat Peraga Kampanye

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 tahun 2013 yang merupakan perubahan dari Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1 tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksaan Kampanye Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah telah mengatur secara jelas tentang makanisme pemasangan alat peraga. Ketentuan Pasal 17 ayat (1) dan ayat (4) diubah, sehingga Pasal 17 berbunyi sebagai berikut:

(1) Kampanye Pemilu dalam bentuk pemasangan alat peraga di tempat umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf d, diatur sebagai berikut:7

a. Alat peraga kampanye tidak ditempatkan pada tempat ibadah, rumah sakit atau tempat-tempat pelayanan kesehatan, gedung milik pemerintah, lembaga pendidikan (gedung dan sekolah), jalan-jalan protokol, jalan bebas hambatan, sarana dan prasarana publik, taman dan pepohonan; b. Peserta Pemilu dapat memasang alat peraga kampanye luar ruang dengan

ketentuan;

1. Baliho atau papan reklame (billboard) hanya diperuntukan bagi Partai Politik 1 (satu) unit untuk 1 (satu) desa/kelurahan atau nama lainnya memuat informasi nomor dan tanda gambar Partai Politik dan/atau visi,

7

Pasal 17 ayat (1) dan ayat (4) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.


(31)

17

misi, program, jargon, foto pengurus Partai Politik yang bukan Calon Anggota DPR dan DPRD;

2. Calon Anggota DPD dapat memasang baliho atau papan reklame (billboard) 1 (satu) unit untuk 1 (satu) desa/kelurahan atau nama lainnya;

3. Bendera dan umbul-umbul hanya dapat dipasang oleh Partai Politik dan calon Anggota DPD pada zona atau wilayah yang ditetapkan oleh KPU, KPU/KIP Provinsi, dan atau KPU/KIP Kabupaten/Kota bersama Pemerintah Daerah;

4. Spanduk dapat dipasang oleh Partai Politik dan Calon Anggota DPR, DPD dan DPRD dengan ukuran maksimal 1,5 x 7 m hanya 1 (satu) unit pada 1 (satu) zona atau wilayah yang ditetapkan oleh KPU, KPU/KIP Provinsi, dan atau KPU/KIP Kabupaten/Kota bersama Pemerintah Daerah;

5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2, angka 3 dan angka 4 berlaku 1 (satu) bulan setelah Peraturan ini diundangkan. c. KPU, KPU/KIP Provinsi, KPU/KIP Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan

PPLN berkoordinasi dengan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, dan Kantor Perwakilan Republik Indonesia untuk menetapkan lokasi pemasangan alat peraga untuk keperluan kampanye pemilu;

d. Penetapan sebagaimana dimaksud pada huruf c memuat lokasi dan penyediaan media pemasangan alat peraga kampanye yang dilakukan oleh KPU, KPU/KIP Provinsi, dan atau KPU/KIP Kabupaten/Kota;


(32)

18

e. Pemasangan alat peraga oleh Peserta Pemilu baik partai politik, calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan/atau DPRD Kabupaten/Kota atau calon anggota DPD hanya diperkenankan dilakukan dalam media pemasangan alat peraga yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud huruf d.

(2) Peserta Pemilu wajib membersihkan alat peraga kampanye paling lambat 1 (satu) hari sebelum hari/tanggal pemungutan suara.

(3) KPU, KPU/KIP Provinsi, dan atau KPU/KIP Kabupaten/Kota berwenang memerintahkan Peserta Pemilu yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dan ayat (2) untuk mencabut atau memindahkan alat peraga tersebut.

(4) Dalam hal Peserta Pemilu tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pemerintah Daerah setempat dan aparat keamanan berdasarkan rekomendasi Bawaslu, Bawaslu Provinsi atau Panwaslu Kabupaten/Kota berwenang mencabut atau memindahkan alat peraga kampanye dengan memberitahukan terlebih dahulu kepada Peserta Pemilu tersebut.

2.3.2 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan Reklame

Pemasangan alat peraga kampanye di Kota Bandar Lampung tidak dipungut pajak sehingga setiap peserta pemilu dapat memasang alat peraga kampanye selama masa kampanye. Namun, alat peraga kampanye berupa spanduk, baliho, poster banner, selebaran, dan stiker tergolong sebagai reklame karena belum ada aturan yang membedakan antara reklame komersial dan reklame politik sehingga sesuai


(33)

19

Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan Reklame Pasal 10 ayat (1) memuat ketentuan yaitu:

(1) Penyelenggara reklame dilarang menempatkan dan memasang reklame: a. Pada persil-persil milik pemerintah yang digunakan untuk kantor

pemerintah;

b. Pada lokasi/sarana pendidikan, tempat bangunan bersejarah atau kawasan monumental;

c. Pada trotoar, pohon-pohon penghijauan/pelindung jalan, pagar taman, taman kota, dekorasi kota dan alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APIL); d. Pada bangunan tempat ibadah, termasuk pagar halaman, terkecuali untuk

acara seremonial keagamaan;

e. Pada bangunan umum berupa stiker dan menggunakan teknik pengecetan pada bangunan;

f. Pada jembatan, sungai untuk semua jenis reklame besar, sedang maupun kecil termasuk spanduk dan umbul-umbul;

g. Melintang jalan untuk semua jenis reklame kain;

h. Melintang sungai untuk semua jenis reklame besar, sedang, maupun kecil termasuk spanduk dan umbul-umbul.

2.4 Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten/Kota

2.4.1 Kedudukan, Susunan, dan Keanggotaan KPU Kabupaten/Kota

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, selanjutnya disingkat KPU Kabupaten/Kota, adalah Penyelenggara Pemilu yang bertugas melaksanakan Pemilu di kabupaten/kota. KPU Kabupaten/Kota mempunyai tugas pokok


(34)

20

melakukan pengawasan terhadap tahapan penyelenggaraan pemilu, diwilayah kerjanya masing-masing baik pemilu anggota DPR, DPD, DPRD, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden serta Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. KPU Kabupaten/Kota berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota.

Susunan dan keanggotaan anggota KPU 1. Jumlah anggota:

a. KPU sebanyak 7 (tujuh) orang;

b. KPU Provinsi sebanyak 5 (lima) orang; dan c. KPU Kabupaten/Kota sebanyak 5 (lima) orang.

2. Keanggotaan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota terdiri atas seorang ketua merangkap anggota dan anggota.

3. Ketua KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota dipilih dari dan oleh anggota.

4. Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota mempunyai hak suara yang sama.

5. Komposisi keanggotaan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen).

6. Masa keanggotaan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota 5 (lima) tahun terhitung sejak pengucapan sumpah/janji.

7. Sebelum berakhirnya masa keanggotaan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (6), calon anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota yang baru harus sudah diajukan dengan memperhatikan ketentuan dalam Undang-Undang ini.


(35)

21

2.4.2 Tugas, Wewenang dan Kewajiban KPU Kabupaten/Kota

Tugas dan wewenang KPU Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah meliputi:

1. menjabarkan program dan melaksanakan anggaran serta menetapkan jadwal di kabupaten/kota;

2. melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan di kabupaten/kota berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3. membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam wilayah kerjanya;

4. mengoordinasikan dan mengendalikan tahapan penyelenggaraan oleh PPK, PPS, dan KPPS dalam wilayah kerjanya;

5. menyampaikan daftar pemilih kepada KPU Provinsi;

6. memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan yang disiapkan dan diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan data Pemilu dan/atau pemilihan gubernur, bupati, dan walikota terakhir dan menetapkannya sebagai daftar pemilih;

7. menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara di PPK dengan membuat berita acara rekapitulasi suara dan sertifikat rekapitulasi suara;

8. melakukan dan mengumumkan rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi di kabupaten/kota yang


(36)

22

bersangkutan berdasarkan berita acara hasil rekapitulasi penghitungan suara di PPK;

9. membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat penghitungan suara serta wajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu, Panwaslu Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi;

10. menerbitkan keputusan KPU Kabupaten/Kota untuk mengesahkan hasil Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dan mengumumkannya;

11. mengumumkan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota terpilih sesuai dengan alokasi jumlah kursi setiap daerah pemilihan di kabupaten/kota yang bersangkutan dan membuat berita acaranya;

12. menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan oleh Panwaslu Kabupaten/Kota;

13. mengenakan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan sementara anggota PPK, anggota PPS, sekretaris KPU Kabupaten/Kota, dan pegawai sekretariat KPU Kabupaten/Kota yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu berdasarkan rekomendasi Panwaslu Kabupaten/Kota dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan;

14. menyelenggarakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU Kabupaten/Kota kepada masyarakat;


(37)

23

15. melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu; dan

16. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU, KPU Provinsi, dan/atau peraturan perundang-undangan.

KPU Kabupaten/Kota dalam Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, dan pemilihan gubernur, bupati, dan walikota berkewajiban: 1. melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan Pemilu dengan tepat waktu; 2. memperlakukan peserta Pemilu dan pasangan calon presiden dan wakil

presiden, calon gubernur, bupati, dan walikota secara adil dan setara;

3. menyampaikan semua informasi penyelenggaraan Pemilu kepada masyarakat; 4. melaporkan pertanggungjawaban penggunaan anggaran sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

5. menyampaikan laporan pertanggungjawaban semua kegiatan penyelenggaraan Pemilu kepada KPU melalui KPU Provinsi;

6. mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen serta melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip yang disusun oleh KPU Kabupaten/Kota dan lembaga kearsipan Kabupaten/Kota berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh KPU dan ANRI;

7. mengelola barang inventaris KPU Kabupaten/Kota berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

8. menyampaikan laporan periodik mengenai tahapan penyelenggaraan Pemilu kepada KPU dan KPU Provinsi serta menyampaikan tembusannya kepada Bawaslu;


(38)

24

9. membuat berita acara pada setiap rapat pleno KPU Kabupaten/Kota dan ditandatangani oleh ketua dan anggota KPU Kabupaten/Kota;

10. menyampaikan data hasil pemilu dari tiap-tiap TPS pada tingkat kabupaten/kota kepada peserta pemilu paling lama 7 (tujuh) hari setelah rekapitulasi di kabupaten/kota;

11. melaksanakan keputusan DKPP; dan

12. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan KPU, KPU Provinsi dan/atau peraturan perundang-undangan.

2.5 Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten/Kota

2.5.1 Kedudukan, Susunan, dan Keanggotaan Panwaslu Kabupaten/Kota Panwaslu Kabupaten/Kota mempunyai tugas pokok melakukan pengawasan terhadap tahapan penyelenggaraan pemilu, diwilayah kerjanya masing-masing baik pemilu anggota DPR, DPD, DPRD, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden serta Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Panwaslu Kabupaten/Kota bersifat ad hoc, dibentuk paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tahapan pertama penyelenggaraan dimulai dan berakhir paling lambat 2 (dua) bulan setelah seluruh tahapan penyelenggaraan Pemilu selesai. Panwaslu Kabupaten/Kota berkedudukan di ibukota kabupaten/kota. Anggota Panwaslu Kabupaten/Kota sebanyak 3 (tiga) orang, terdiri dari kalangan professional yang mempunyai kemampuan dalam melakukan pengawasan, dan tidak menjadi anggota Partai Politik.8

8

Topo Santoso dan Didik Supriyadi. Mengawasi Pemilu Mengawal Demokrasi. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2004. hlm. 78.


(39)

25

2.5.2 Tugas, Wewenang dan Kewajiban Panwaslu Kabupaten/Kota

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, pasal 77 dan pasal 78 Panwaslu Kabupaten/Kota memiliki tugas, wewenang dan kewajiban sebagai berikut.

Tugas Panwaslu Kabupaten/Kota :

a. Mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/kota yang meliputi:

1. Pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetapan daftar pemilih sementara dan daftar pemilih tetap;

2. Pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara pencalonan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dan pencalonan bupati/walikota;

3. Proses penetapan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dan calon bupati/walikota;

4. Penetapan calon bupati/walikota; 5. Pelaksanaan kampanye;

6. Pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;

7. Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilu; 8. Mengendalikan pengawasan seluruh proses penghitungan suara; 9. Pergerakan surat suara dari tingkat TPS sampai ke PPK;

10.Proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota dari seluruh kecamatan;

11.Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan, dan


(40)

26

12.Proses penetapan hasil Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dan pemilihan bupati/walikota;

b. Menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai Pemilu;

c. Menyelesaikan temuan dan laporan sengketa penyelenggaraan Pemilu yang tidak mengandung unsur tindak pidana;

d. Menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU Kabupaten/Kota untuk ditindaklanjuti;

e. Meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi kewenangannya kepada instansi yang berwenang;

f. Menyampaikan laporan kepada Bawaslu sebagai dasar untuk mengeluarkan rekomendasi Bawaslu yang berkaitan dengan adanya dugaan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu oleh Penyelenggara Pemilu di tingkat kabupaten/kota;

g. Mengawasi pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi Bawaslu tentang pengenaan sanksi kepada anggota KPU Kabupaten/Kota, sekretaris dan pegawai sekretariat KPU Kabupaten/Kota yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung;

h. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu; dan

i. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


(41)

27

Wewenang Panwaslu Kabupaten Kota :

1. Memberikan rekomendasi kepada KPU untuk menonaktifkan sementara dan/atau mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada huruf g diatas;

2. Memberikan rekomendasi kepada yang berwenang atas temuan dan laporan terhadap tindakan yang mengandung unsur tindak pidana Pemilu.

Kewajiban Panwaslu Kabupaten/Kota :

1. Bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan wewenangnya; 2. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Panwaslu

pada tingkatan di bawahnya;

3. Menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan adanya pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai Pemilu;

4. Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Bawaslu Provinsi sesuai dengan tahapan Pemilu secara periodik dan/atau berdasarkan kebutuhan; 5. Menyampaikan temuan dan laporan kepada Bawaslu Provinsi berkaitan

dengan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota yang mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan tahapan Pemilu di tingkat kabupaten/kota; dan

6. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


(42)

28

2.6 Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)

Satuan Polisi Pamong Praja disingkat Satpol PP adalah bagian perangkat pemerintah daerah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan peraturan daerah. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan peraturan daerah.

Satuan Polisi Pamong Praja bertugas membantu kepala daerah dibidang tugas penyelenggaraan pemerintah umum yang aspek dam implikasinya cukup luas dan tidak terbatas pada suatu masalah saja. Oleh karena itu, disamping menegakkan peraturan daerah, Satuan Polisi Pamong Praja juga dituntut untuk menegakkan kebijakan pemerintah daerah lainnya yaitu peraturan kepala daerah.

Untuk mengoptimalkan kinerja pemerintah daerah perlu dibangun kelembagaan Satuan polisi Pamong Praja yang mampu mendukung terwujudnya kondisi daerah yang tenteram, tertib, dan teratur. Penataan kelembagaan Satuan polisi Pamong Praja tidak hanya mempertimbangkan kriteria kepadatan jumlah penduduk di suatu daerah, tetapi juga beban tugas dan tanggung jawab yang diemban, budaya, sosiologi, serta risiko keselamatan polisi pamong praja.

Dasar hukum tentang tugas dan tanggung jawab Satuan polisi Pamong Praja adalah Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja yang ditetapkan pada tanggal 6 Januari 2010. Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini maka dinyatakan tidak berlaku Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 112, Tambahan Lembaran


(43)

29

Negara Republik Indonesia Nomor 4428). Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2010 Pasal 3 tentang Satuan Polisi Pamong Praja, yaitu:

1. Satuan polisi Pamong Praja merupakan bagian perangkat daerah di bidang penegakan peraturan daerah, ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.

2. Satuan polisi Pamong Praja dipimpin oleh seorang kepala satuan dan berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.

Di daerah provinsi, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh kepala yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris daerah. Di daerah kabupaten/kota, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh kepala yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada bupati/walikota melalui sekretaris daerah.

2.6.1 Tugas Pokok dan Fungsi Satpol PP

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja, dalam Bab II (4) Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas menegakkan peraturan daerah dan menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta perlindungan masyarakat. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 33 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencana Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Lampung, Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Lampung mempunyai tugas pokok sebagai berikut:


(44)

30

1. Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang

pembinaan ketentraman dan ketertiban umum, penegakan dan produk hukum daerah, tugas dekonsentrasi; dan

2. Melaksanakan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada gubernur serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh gubernur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 4, Satuan polisi Pamong Praja mempunyai fungsi sebagai berikut yang diatur dalam Bab II (5) : 1. Penyusun program dan melaksanaan penegakan Peraturan daerah,

menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta perlindungan masyarakat.

2. Pelaksanaan kebijakan penegakan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah.

3. Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat di daerah.

4. Pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat.

5. Pelaksanaan koordinasi penegakan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah, menyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah, dan/atau aparatur lainnya.

6. Pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum agar mematuhi dan menaati peraturan daerah dan peraturan kepala daerah.


(45)

31

2.6.2 Kewajiban Satpol PP

Selanjutnya pengertian kewajiban menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang menjadi keharusan untuk dikerjakan. Dalam Bab III (8) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 disebutkan mengenai kewajiban Satuan polisi Pamong Praja dalam melaksanakan tugasnya, yakni :

1. Menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia, dan norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang di masyarakat.

2. Membantu menyelesaikan perselisihan masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.

3. Melaporkan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia atas ditemukannya atau patut diduga adanya tindak pidana.

4. Menyerahkan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah atas ditemukannya atau patut diduga adanya pelanggaran terhadap peraturan daerah dan/atau peraturan kepala daerah.


(46)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh gambaran yang lengkap terhadap masalah yang diteliti, digunakan metode-metode tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian. Metode penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaran secara ilmiah.

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian skripsi ini dilakukan dengan metode pendekatan yuridis empiris.1 Pendekatan yuridis adalah pendekatan yang dilakukan melalui perundang-undangan yang berlaku. Pendekatan yuridis empiris yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara menggali informasi dan melakukan penelitian di lokasi penelitian guna mengetahui secara lebih jauh mengenai permasalahan yang akan di bahas. Penelitian yuridis empiris dilakukan dengan cara meneliti secara langsung ke lokasi penelitian untuk melihat penerapan peraturan perundang-undangan atau aturan hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum serta melakukan wawancara dengan beberapa responden yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan hukum tersebut.

1


(47)

33

3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer, dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari studi di lokasi penelitian yaitu berupa hasil wawancara dengan responden. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang dianggap menunjang dalam penelitian ini, yang terdiri dari:

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat seperti peraturan perundang-undangan dan peraturan-peraturan lainnya2, antara lain:

a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.

b. Undang Undang Nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja.

d. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kampanye Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

e. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengawasan kampanye Peserta Pemilihan

2

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif. Rajawali Press, Jakarta. 2003. hlm. 33.


(48)

34

Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah.

f. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan Reklame.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan primer, yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer. Berupa peraturan pelaksanaan teknis yang berkaitan dengan pokok bahasan, seperti literatur dan norma-norma hukum yang berhubungan dengan masalah yang di bahas dalam penelitian ini.

3.3 Prosedur Pengumpulan Data dan Metode Pengolahan Data 3.3.1 Prosedur Pengumpulan Data

Untuk Memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh cara sebagai berikut:3

1. Studi Lapangan

Studi Lapangan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan penelitian dengan cara mendatangi langsung tempat atau objek penelitian. Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara langsung dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan persoalan pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye pemilihan legislatif di Kota Bandar Lampung yaitu:

a. Komisi Pemilihan Umum Kota Bandar Lampung, b. Panitia Pengawas Pemilu Kota Bandar Lampung,

3


(49)

35

c. Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung d. Partai Politik di Kota Bandar Lampung.

2. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip, mencatat, dan memahami berbagai literatur yang ada hubungannya dengan materi penelitian, berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, serta dokumen yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas.

3.3.2 Pengolahan Data

Data yang terkumpul, diolah melalui pengolahan data dengan tahap-tahap sebagai berikut:4

1. Identifikasi

Identifikasi data yaitu mencari dan menetapkan data yang berhubungan dengan pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye di Kota Bandar Lampung.

2. Editing

Editing yaitu meneliti kembali data yang telah diperoleh dari keterangan para responden maupun dari kepustakaan, hal ini perlu untuk mengetahui apakah data tersebut sudah cukup dan dapat dilakukan untuk proses selanjutnya. Semua data yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan permasalahan yang ada dalam penulisan ini.

4

Abdulkadir Muhammad. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti, Bandung. 2004. hlm. 43.


(50)

36

3. Klasifikasi Data

Klasifikasi data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok yang telah ditentukan secara sistematis sehingga data tersebut siap untuk dianalisis.

4. Sistematis Data

Sistematis data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam data tersebut dapat dianalisa menurut susunan yang benar dan tepat.

3.4 Analisis Data

Setelah tahap pengolahan data dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh secara sistematis, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara menggambarkan kenyataan atau keadaaan-keadaan atas suatu obyek dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian tersebut. Hasil analisis tersebut kemudian diinterpretasikan guna memberikan gambaran yang jelas terhadap permasalahan.


(51)

63

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye pemilihan legislatif di Kota Bandar Lampung yang dilakukan oleh Panwaslu Kota Bandar Lampung dan Satpol PP Kota Bandar Lampung sudah terlaksana dengan baik seperti melakukan beberapa tahap perencanaan yang dimulai dari proses penyampaian Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2013, proses sosialisasi pemasangan alat peraga kampanye melalui rapat bersama dengan calon legislatif dan 15 partai politik Kota Bandar Lampung mengenai zonasi/wilayah pemasangan alat peraga kampanye di Kota Bandar Lampung, kemudian melakukan tindakan penertiban seperti memberikan surat teguran secara tertulis kepada calon legislatif dan partai politik yang melakukan pelanggaran pemasangan alat peraga kampanye untuk memindahkan alat peraga sesuai zona/wilayah yang telah ditentukan, dan upaya penertiban selanjutnya mencabut dan/atau memindahkan alat peraga kampanye yang melanggar ketentuan pemasangan.

2. Faktor penghambat dalam penertiban alat peraga kampanye pemilihan legislatif di Kota Bandar lampung adalah kurangnya jumlah personil Panwaslu Kota Bandar Lampung, koordinasi antara panwaslu, panwascam dan panitia pengawas lapangan dalam mendampingi, mengawasi, serta


(52)

64

menertibkan alat peraga kampanye. Tidak adanya kesadaran atau inisiatif caleg dan partai politik untuk memindahkan dan membersihkan alat peraga kampanye miliknya sendiri yang dipasang tidak sesuai Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2013. Kemudian, tidak adanya sanksi yang tegas dari KPU Kota Bandar Lampung dalam menindaklanjuti laporan panwaslu terkait pelanggaran pemasangan alat peraga kampanye yang dilakukan caleg dan partai politik.

5.2 Saran

Dari kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Pemerintah

a. Undang-undang pemilu sebaiknya diberikan penambahan dalam hal sanksi administratif, berupa denda untuk pelanggaran pemasangan alat peraga kampanye, sehingga calon legislatif maupun partai politik yang melanggar tidak mengulangi pelanggaran tersebut .

b. Pemerintah daerah melalui Satpol PP selaku pemelihara ketertiban umum sebaiknya mengawasi secara langsung pemasangan alat peraga yang dilakukan oleh calon legislatif maupun partai politik dan mencabut alat peraga kampanye yang tidak sesuai dengan peraturan agar tidak merusak keindahan Kota Bandar Lampung.

2. Komisi Pemilihan Umum

a. KPU Kota Bandar Lampung, PPK, PPS, KPPS diharapkan dapat melakukan sosialisasi pemilu yang baik dan lebih maksimal, sehingga masyarakat, calon pemilu legislatif dan partai politik dapat


(53)

65

mengetahui aturan-aturan dan tidak melanggar ketentuan yang telah diatur dalam peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2013

b. Harus bersikap tegas dan berani memberikan sanksi terhadap segala bentuk pelanggaran yang terjadi dalam pemilu agar pemilu legislatif yang akan datang dapat berjalan lebih baik.

3. Panitia pengawas pemilu

a. Penambahan personil Panwaslu untuk mengawasi pemilu yang ada di pelosok-pelosok daerah yang rentan terhadap kecurangan pemilu.

b. Mendampingi pemasangan secara langsung kepada calon legislatif maupun partai politik agar sesuai dengan ketentuan pemasangan.

c. Mengajukan nota keberatan secara tertulis dan terbuka kepada KPU dan jajarannya, apabila KPU dan jajarannya tidak menindaklanjuti teguran, peringatan, dan rekomendasi panwaslu.

4. Partai Politik dan Caleg

a. Partai politik dan caleg harus memiliki kesadaran mentaati peraturan KPU Nomor 15 mengenai pemasangan alat peraga kampanye.

b. Partai politik perlu mengoptimalkan pengawasan internal kepada anggotanya dalam pemasangan atribut kampanye.

c. Partai politik dan caleg sebaiknya berkoordinasi dengan panwaslu dalam memasang alat peraga kampanye di tempat-tempat umum agar mengetahui tata cara pemasangan yang sesuai dengan peraturan.


(54)

DAFTAR PUSTAKA 1. Literatur

Anggraini, Jum. 2012. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ali, Zainuddin. 2011. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Abdullah, Prof. H. Rozali. 2009. Mewujudkan Pemilu yang lebih berkualitas (Pemilu Legislatif). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: P.T. Gramedia. Didik Supriyadi, Topo Santoso. 2004. Mengawasi Pemilu Mengawal Demokrasi.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Harmaily Ibrahim, Moh. Kusnardi. 1983. Pengantar Hukum Tata Negara, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fak. UI.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Rabi’ah, Rumidan. 2009. Lebih Dekat Dengan Pemilu Di Indonesia. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Sebastian Salang, T.A. Legowo. 2008. Panduan Menjadi Calon Anggota DPR/DPD/DPRD Menghadapi Pemilu. Jakarta: Forum Sahabat.

Soerjono Soekanto. 1981. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

Sri Mamudji, Soerjono Soekanto. 2003. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali Press.

Venus, Antar. 2004. Manajemen Kampanye. Bandung: Remaja Rosdakarya.

2. Peraturan Perundang-Undangan


(55)

Undang Undang Nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 tahun 2013 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Kampanye Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengawasan kampanye Peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah.

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan Reklame.

3. Media Elektronik

http://www.satpol pplampung.com/index.php?option=com diakses pada tanggal 13 September 2014

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandar_Lampung diakses pada tanggal 14 September 2014

http://rudisantosomhi.wordpress.com/2014/09/15/laporan-pengawasan-pemilihan-umum-anggota-dpr-dpd-dan-dprd-tahun-2014-kota-bandar-lampung/ diakses pada tanggal 1 November 2014


(1)

36 3. Klasifikasi Data

Klasifikasi data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok yang telah ditentukan secara sistematis sehingga data tersebut siap untuk dianalisis.

4. Sistematis Data

Sistematis data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam data tersebut dapat dianalisa menurut susunan yang benar dan tepat.

3.4 Analisis Data

Setelah tahap pengolahan data dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh secara sistematis, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara menggambarkan kenyataan atau keadaaan-keadaan atas suatu obyek dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian tersebut. Hasil analisis tersebut kemudian diinterpretasikan guna memberikan gambaran yang jelas terhadap permasalahan.


(2)

63 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye pemilihan legislatif di Kota Bandar Lampung yang dilakukan oleh Panwaslu Kota Bandar Lampung dan Satpol PP Kota Bandar Lampung sudah terlaksana dengan baik seperti melakukan beberapa tahap perencanaan yang dimulai dari proses penyampaian Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2013, proses sosialisasi pemasangan alat peraga kampanye melalui rapat bersama dengan calon legislatif dan 15 partai politik Kota Bandar Lampung mengenai zonasi/wilayah pemasangan alat peraga kampanye di Kota Bandar Lampung, kemudian melakukan tindakan penertiban seperti memberikan surat teguran secara tertulis kepada calon legislatif dan partai politik yang melakukan pelanggaran pemasangan alat peraga kampanye untuk memindahkan alat peraga sesuai zona/wilayah yang telah ditentukan, dan upaya penertiban selanjutnya mencabut dan/atau memindahkan alat peraga kampanye yang melanggar ketentuan pemasangan.

2. Faktor penghambat dalam penertiban alat peraga kampanye pemilihan legislatif di Kota Bandar lampung adalah kurangnya jumlah personil Panwaslu Kota Bandar Lampung, koordinasi antara panwaslu, panwascam dan panitia pengawas lapangan dalam mendampingi, mengawasi, serta


(3)

64 menertibkan alat peraga kampanye. Tidak adanya kesadaran atau inisiatif caleg dan partai politik untuk memindahkan dan membersihkan alat peraga kampanye miliknya sendiri yang dipasang tidak sesuai Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2013. Kemudian, tidak adanya sanksi yang tegas dari KPU Kota Bandar Lampung dalam menindaklanjuti laporan panwaslu terkait pelanggaran pemasangan alat peraga kampanye yang dilakukan caleg dan partai politik.

5.2 Saran

Dari kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Pemerintah

a. Undang-undang pemilu sebaiknya diberikan penambahan dalam hal sanksi administratif, berupa denda untuk pelanggaran pemasangan alat peraga kampanye, sehingga calon legislatif maupun partai politik yang melanggar tidak mengulangi pelanggaran tersebut .

b. Pemerintah daerah melalui Satpol PP selaku pemelihara ketertiban umum sebaiknya mengawasi secara langsung pemasangan alat peraga yang dilakukan oleh calon legislatif maupun partai politik dan mencabut alat peraga kampanye yang tidak sesuai dengan peraturan agar tidak merusak keindahan Kota Bandar Lampung.

2. Komisi Pemilihan Umum

a. KPU Kota Bandar Lampung, PPK, PPS, KPPS diharapkan dapat melakukan sosialisasi pemilu yang baik dan lebih maksimal, sehingga masyarakat, calon pemilu legislatif dan partai politik dapat


(4)

65 mengetahui aturan-aturan dan tidak melanggar ketentuan yang telah diatur dalam peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2013

b. Harus bersikap tegas dan berani memberikan sanksi terhadap segala bentuk pelanggaran yang terjadi dalam pemilu agar pemilu legislatif yang akan datang dapat berjalan lebih baik.

3. Panitia pengawas pemilu

a. Penambahan personil Panwaslu untuk mengawasi pemilu yang ada di pelosok-pelosok daerah yang rentan terhadap kecurangan pemilu.

b. Mendampingi pemasangan secara langsung kepada calon legislatif maupun partai politik agar sesuai dengan ketentuan pemasangan.

c. Mengajukan nota keberatan secara tertulis dan terbuka kepada KPU dan jajarannya, apabila KPU dan jajarannya tidak menindaklanjuti teguran, peringatan, dan rekomendasi panwaslu.

4. Partai Politik dan Caleg

a. Partai politik dan caleg harus memiliki kesadaran mentaati peraturan KPU Nomor 15 mengenai pemasangan alat peraga kampanye.

b. Partai politik perlu mengoptimalkan pengawasan internal kepada anggotanya dalam pemasangan atribut kampanye.

c. Partai politik dan caleg sebaiknya berkoordinasi dengan panwaslu dalam memasang alat peraga kampanye di tempat-tempat umum agar mengetahui tata cara pemasangan yang sesuai dengan peraturan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Literatur

Anggraini, Jum. 2012. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ali, Zainuddin. 2011. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Abdullah, Prof. H. Rozali. 2009. Mewujudkan Pemilu yang lebih berkualitas (Pemilu Legislatif). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: P.T. Gramedia.

Didik Supriyadi, Topo Santoso. 2004. Mengawasi Pemilu Mengawal Demokrasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Harmaily Ibrahim, Moh. Kusnardi. 1983. Pengantar Hukum Tata Negara, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fak. UI.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Rabi’ah, Rumidan. 2009. Lebih Dekat Dengan Pemilu Di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sebastian Salang, T.A. Legowo. 2008. Panduan Menjadi Calon Anggota DPR/DPD/DPRD Menghadapi Pemilu. Jakarta: Forum Sahabat.

Soerjono Soekanto. 1981. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

Sri Mamudji, Soerjono Soekanto. 2003. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali Press.

Venus, Antar. 2004. Manajemen Kampanye. Bandung: Remaja Rosdakarya.

2. Peraturan Perundang-Undangan


(6)

Undang Undang Nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 tahun 2013 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Kampanye Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengawasan kampanye Peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah.

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan Reklame.

3. Media Elektronik

http://www.satpol pplampung.com/index.php?option=com diakses pada tanggal 13 September 2014

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandar_Lampung diakses pada tanggal 14 September 2014

http://rudisantosomhi.wordpress.com/2014/09/15/laporan-pengawasan-pemilihan-umum-anggota-dpr-dpd-dan-dprd-tahun-2014-kota-bandar-lampung/ diakses pada tanggal 1 November 2014


Dokumen yang terkait

Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)

4 77 149

ANALISIS TANGGAPAN MASYARAKAT TERHADAP ALAT KAMPANYE CALON ANGGOTA LEGISLATIF TAHUN 2014 (Studi kasus pada alat kampanye luar ruang calon legislatif di Kota Bandar Lampung)

0 15 74

PENGUMUMAN PEMENANG ALAT PERAGA KAMPANYE

0 1 1

Pemenang Alat Peraga Kampanye

0 0 1

DOK LELANG ALAT PERAGA KAMPANYE

4 13 113

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Deskripsi Kecamatan Medan Sunggal - Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Keca

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)

0 0 27

IMPLEMENTASI PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBATASAN ALAT PERAGA KAMPANYE (Studi: Komisi Pemilihan Umum Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal) Fran Sabda Ginting 100906040

0 0 17

EVALUASI PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KOTA MALANG DAN KABUPATEN PASURUAN Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 19

PELAKSANAAN PEMASANGAN ALAT PERAGA KAMPANYE PADA PEMILUKADA KABUPATEN LUWU 2018 (Studi Atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum KPU No 4 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Kampanye)

0 0 88