Analisis Transformasi Struktural Perekonomian Sumatera Utara

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

Nama : Irman I.P. Simanjuntak Nim : 060501035

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2010


(2)

ABSTRACT

The title of this thesis is “ Analisis Transformasi Struktural Perekonomian Sumatera Utara “. The purpose of this study was to analyze the structural changes are changes in the contribution of each sector to the GDRP from agriculture sector (primary) to the service sector (tertiary). Structural transformation is also associated with the absorption of labor by each sector. Year period studied are from 1983-2008.

This study uses linear regression model using Ordinary Least Square (OLS). Variables used are the agricultural sector, industrial sector, service sector, agricultural labor, industrial labor, service labor, which is divided in three models. Data used in this study are time series by using a computer program Eviews 5.0.

Results of this study is that the North Sumatra has undergone a structural transformation where by the service sector (tertiary) became a leading sector in economic structure by looking at the contribution of services sector is to GDRP by industrial origin at constant prices in 2000. More employment in the agricultural sector but the percentage decrease compared to the industrial sector and the use of the service sector workforce is increasing.

The results of the first regression model showed a significant relationship between agricultural sector and agricultural labor to GDRP amounted to 90,13%, while the rest is explained by other variables not included in the model of 9,87% and significant at α = 1 %. From the results of the first reg ression mod el showed a significant relationship between industrial sector and industrial labor to GDRP amounted to 88,03%, while the rest is explained by other variables not included in the model of 11,97% and significant at α = 1%. From the results of the first regression model showed a significant relationship between service sector and service labor to GDRP amounted to 92,42%, while the rest is explained by other variables not included in the model of 7,58% and significant at α = 1%.


(3)

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “ Analisis Transformasi Struktural Perekonomian Sumateara Utara “. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan struktural yaitu perubahan kontribusi (sumbangan) masing-masing sektor terhadap PDRB dari sektor pertanian (primer) ke sektor jasa (tersier). Transformasi struktural juga berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja oleh masing-masing sektor. Periode tahun yang diteliti adalah dari tahun 1983-2008.

Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linear dengan metode

Ordinary Least Square (OLS). Variabel yang digunakan adalah sektor pertanian,

sektor industri, sektor jasa, tenaga kerja sektor pertanian, tenaga kerja sektor industri, tenaga kerja sektor jasa, yang terbagi dalam tiga model. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series dengan menggunakan alat estimasi program computer Eviews 5.0.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Sumatera Utara telah mengalami transformasi struktural dimana sektor jasa (tersier) menjadi sektor utama dalam struktur perekonomian dengan melihat kontribusi sektor jasa ini terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Konstan 2000. Penyerapan tenaga kerja lebih banyak pada sektor pertanian, tetapi persentasenya semakin berkurang dibandingkan dengan sektor industri dan sektor jasa yang penggunaan tenaga kerjanya semakin bertambah.

Dari hasil regresi model pertama adanya hubungan yang signifikan antara sektor pertanian dan tenaga kerja sektor pertanian terhadap PDRB sebesar 90,13%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam

model sebesar 9,87% dan signifikan pada α = 1%. Hasil regresi model kedua

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara sektor industri dan tenaga kerja sektor industri terhadap PDRB sebesar 88,03%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model sebesar 11,97% dan signifikan

pada α = 1%. Hasil regresi model ketiga menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan antara sektor jasa dan tenaga kerja sektor jasa terhadap PDRB sebesar 92,42 %, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke

dalam model sebesar 7,58 % dan signifikan pada α = 1%.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan perlindungan-Nya terhadap penulis dalam setiap aktivitas hingga sampai penyelesaian skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Analisis Transformasi Struktural Perekonomian Sumatera Utara“.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dorongan semangat, materil, maupun sumbangan pemikiran. Oleh sebab itu pula pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih penulis yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan yang mendukung penyelesaian skripsi ini terutama kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, sebagai Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD, sebagai Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg Sirojuzilam, SE, sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah banyak memberikan bantuan bimbingan, saran, masukan, kritikan dan petunjuk kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini.


(5)

5. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD, sebagai Dosen Pembanding I yang telah banyak memberikan petunjuk, saran, dan kritik yang membangun kepada penulis demi terselesainya skripsi ini.

6. Ibu Dra. Raina Linda Sari, Msi, sebagai Dosen Pembanding II yang telah banyak memberikan petunjuk, saran dan kritik yang membangun kepada penulis demi terselesainya skripsi ini.

7. Kepada Bapak/Ibu dosen Departemen Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan.

8. Seluruh staff Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utrara yang telah banyak membantu penulis dalam setiap administrasi yang diperlukan oleh penulis.

9. Keluarga saya terutama kepada kedua Orangtua saya Ayahanda B. Simanjuntak dan Ibunda Dra. R. br. Lubis. Dengan segala penghargaan dan kasih sayang yang sedalam-dalamnya, terima kasih buat dukungan yang telah diberikan kepada penulis baik dukungan materil maupun dukungan semangat dan doa yang tak ternilai harganya. Buat Kakak-kakak saya, Kakak Betty, Kakak Elis, Kakak Igo, buat Lae Rinto, dan buat keponakanku Tata dan Oscar, terima kasih atas dukungan dan semangat yang telah kalian berikan buat penulis.

10. Kepada Yolanda Patricia yang telah memberikan dukungan kasih sayang dan cinta yang telah diberikan kepada penulis demi terselesainya skripsi ini. Terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan.


(6)

iv

11. Kepada teman-teman mahasiswa Departemen Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya angkatan ’06, Rizky, Naskah, Jhonson, Tunggun, Pradi, Donal, Regina, Cristin, Vina, Elida, Andreas, Laju, Arisandi, Asniari, Devi Arihta, Azis, Asep, Safrijal, Julkifli, Charly, Albert, Irwin, dan semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan kegembiraan dan semangat dalam setiap perkuliahan.

12. Kepada Kakak-kakak senior serta adik-adik junior Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara, serta buat teman-teman penulis, Tino, Nando, Martua, Hendro, Ronald. Heri, terima kasih buat keceriaan dan dukungannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan maupun kelemahan dan keterbatasan dalam penyusunannya, oleh sebab itu penulis menerima segala bentuk saran dan kritikan yang konstruktif dari para pembaca guna penyempurnaan isi maupun teknik penulisan yang benar. Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca, terima kasih.

Hormat Saya Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT……….…. i

ABSTRAK……… . ii

KATA PENGANTAR……… iii

DAFTAR ISI………...……… vi

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR GAMBAR………..……….………… x

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang…………..………1

1.2 Perumusan Masalah……….……….8

1.3 Hipotesis………9

1.4 Tujuan Penelitian……….……….9

1.5 Manfaat Penelitian………..………10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Ekonomi……….11


(8)

2.1.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi………11

2.1.2 Strategi dan Arah Pembangunan Ekonomi………12

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembangunan Ekonomi….13 2.1.4 Model Pembangunan Ekonomi………..15

2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)………15

2.2.1 Pengertian PDRB………15

2.2.2 Metode Penghitungan PDRB……….15

2.2.3 Penghitungan Atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku...17

2.2.4 Ruang Lingkup Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)…..21

2.3 Tenaga Kerja………..………40

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian………..……...43

3.2 Jenis dan Sumber Data……….….43

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data……….…...43

3.4 Pengolahan Data……….……..44

3.5 Model Analisis Data……….44

3.6 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)………46

3.6.1 Koefisien Determinasi (R-square)……….46

3.6.2 Uji t-statistik (Partial Test)………...……..……47

3.6.3 Uji F-statistik (Overall Test)………...…48

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik………...……….49


(9)

3.7.2 Autokorelasi………50

3.8 Definisi Operasional………..………51

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Daerah Penelitian………..52

4.1.1 Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara……...………52

4.1.2 Gambaran Umum Perekonomian Sumatera Utara…………....59

4.2 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara……..61

4.2.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)…...………61

4.2.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)………63

4.3 Perkembangan PDRB Sektoral Sumatera Utara………65

4.3.1 Perkembangan Sektor Pertanian………...………..66

4.3.2 Perkembangan Sektor Industri………67

4.3.3 Perkembangan Sektor Jasa………...………..69

4.4 Ketenagakerjaan………..………..71

4.4.1 Perkembangan Tenaga Kerja Sektor Pertanian………….…….72

4.4.2 Perkembangan Tenaga Kerja Sektor Industri………..………...73

4.4.3 Perkembangan Tenaga Kerja Sektor Jasa………...……74

4.5 Analisis dan Pembahasan………..76

4.5.1 Transformasi Struktural Perekonomian Sumatera Utara………76

4.5.2 Interpretasi Model…………...………78

4.5.3 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)……….…..81


(10)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………..………..99 5.2 Saran…………..………..101

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penggolongan Industri menurut ISIC dua digit……….……26

2.2 Kelompok Industri berdasarkan jumlah tenaga kerja………..27

4.1 Kabupaten / Kota Provinsi Sumatera Utara………..………….54

4.2 Jumlah penduduk Sumatera Utara 2000-2008………...………56

4.3 PDRB Sumatera Utara ADHK 2000 Tahun 2003-2008………62

4.4 PDRB Sumatera Utara ADHB 2003-2008………64

4.5 Lapangan Usaha / Sektor Pertanian Sumatera Utara……….66

4.6 Lapangan Usaha / Sektor Industri Sumatera Utara………68

4.7 Lapangan Usaha / Sektor Jasa Sumatera Utara………..70

4.8 Hasil Regresi Sektor Pertanian……….……….79

4.9 Hasil Regresi Sektor Industri……….80


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 1.1 Perubahan Struktur Ekonomi dalam Proses Pembangunan

Ekonomi……….………...5

3.1 Kurva Uji t-statistik………..……….……..48

3.2 Kurva Uji F-statistik………..……….………49

3.3 Kurva Durbin-Watson………...……….…….51

4.1 PDRB Sektor Pertanian Sumatera Utara……….………67

4.2 PDRB Sektor Industri Sumatera Utara……….….…….69

4.3 PDRB Sektor Jasa Sumatera Utara……….……70

4.4 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian Sumatera Utara…....……….72

4.5 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri Sumatera Utara…..………….73

4.6 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Jasa Sumatera Utara……….….75


(13)

ABSTRACT

The title of this thesis is “ Analisis Transformasi Struktural Perekonomian Sumatera Utara “. The purpose of this study was to analyze the structural changes are changes in the contribution of each sector to the GDRP from agriculture sector (primary) to the service sector (tertiary). Structural transformation is also associated with the absorption of labor by each sector. Year period studied are from 1983-2008.

This study uses linear regression model using Ordinary Least Square (OLS). Variables used are the agricultural sector, industrial sector, service sector, agricultural labor, industrial labor, service labor, which is divided in three models. Data used in this study are time series by using a computer program Eviews 5.0.

Results of this study is that the North Sumatra has undergone a structural transformation where by the service sector (tertiary) became a leading sector in economic structure by looking at the contribution of services sector is to GDRP by industrial origin at constant prices in 2000. More employment in the agricultural sector but the percentage decrease compared to the industrial sector and the use of the service sector workforce is increasing.

The results of the first regression model showed a significant relationship between agricultural sector and agricultural labor to GDRP amounted to 90,13%, while the rest is explained by other variables not included in the model of 9,87% and significant at α = 1 %. From the results of the first reg ression mod el showed a significant relationship between industrial sector and industrial labor to GDRP amounted to 88,03%, while the rest is explained by other variables not included in the model of 11,97% and significant at α = 1%. From the results of the first regression model showed a significant relationship between service sector and service labor to GDRP amounted to 92,42%, while the rest is explained by other variables not included in the model of 7,58% and significant at α = 1%.


(14)

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “ Analisis Transformasi Struktural Perekonomian Sumateara Utara “. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan struktural yaitu perubahan kontribusi (sumbangan) masing-masing sektor terhadap PDRB dari sektor pertanian (primer) ke sektor jasa (tersier). Transformasi struktural juga berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja oleh masing-masing sektor. Periode tahun yang diteliti adalah dari tahun 1983-2008.

Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linear dengan metode

Ordinary Least Square (OLS). Variabel yang digunakan adalah sektor pertanian,

sektor industri, sektor jasa, tenaga kerja sektor pertanian, tenaga kerja sektor industri, tenaga kerja sektor jasa, yang terbagi dalam tiga model. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series dengan menggunakan alat estimasi program computer Eviews 5.0.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Sumatera Utara telah mengalami transformasi struktural dimana sektor jasa (tersier) menjadi sektor utama dalam struktur perekonomian dengan melihat kontribusi sektor jasa ini terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Konstan 2000. Penyerapan tenaga kerja lebih banyak pada sektor pertanian, tetapi persentasenya semakin berkurang dibandingkan dengan sektor industri dan sektor jasa yang penggunaan tenaga kerjanya semakin bertambah.

Dari hasil regresi model pertama adanya hubungan yang signifikan antara sektor pertanian dan tenaga kerja sektor pertanian terhadap PDRB sebesar 90,13%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam

model sebesar 9,87% dan signifikan pada α = 1%. Hasil regresi model kedua

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara sektor industri dan tenaga kerja sektor industri terhadap PDRB sebesar 88,03%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model sebesar 11,97% dan signifikan

pada α = 1%. Hasil regresi model ketiga menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan antara sektor jasa dan tenaga kerja sektor jasa terhadap PDRB sebesar 92,42 %, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke

dalam model sebesar 7,58 % dan signifikan pada α = 1%.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor kunci ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri pengolahan dengan skala hasil yang meningkat (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas), perdagangan dan jasa sebagai motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun yang membuat semakin tinggi atau semakin cepat proses peningkatan pendapatan nasional per kapita, semakin cepat perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi ketersediaan tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi. Pola dari perubahan struktur ekonomi seperti ini memang merupakan suatu evolusi alamiah seiring dengan proses pembangunan dan industrialisasi. (Tambunan, 2001).

Perubahan struktur ekonomi atau umum disebut dengan transformasi struktural menurut Kuznets dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), penawaran agregat (produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan, dan pertumbuhan ekonomi yang


(16)

berkelanjutan. Dalam suatu perekonomian yang padat penduduk dan berorientasi pertanian, biasanya 70-80 persen penduduk berusaha di bidang pertanian. Transformasi struktural menyangkut ekspansi secara besar-besaran sektor-sektor non pertanian sedemikian rupa sehingga sektor pertanian secara pasti semakin menciut. Ini berarti mengurangi peranan sektor pertanian di dalam output nasional netto. Yang dikatakan sektor primer atau sektor pertanian meliput i sub sektor (1) Pertanian, (2) Pertambangan dan Penggalian. Sektor sekunder atau yang sering disebut sektor industri meliputi sub sektor (1) Industri Pengolahan, (2) Listrik, Gas dan Air Bersih, (3) Bangunan. Sektor tersier atau sering disebut sektor jasa meliputi sub sektor (1) Perdagangan, Hotel dan Restoran, (2) Pengangkutan dan Komunikasi, (3) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perushaan, (4) Jasa-jasa. (BPS Sumatera Utara).

Semua strategi pembangunan atau modernisasi mengarah pada perubahan struktural. Ini bukan semata-mata merupakan keinginan dari pemerintah atau para perencana pembangunan. Sejarah perekonomian memperlihatkan terjadinya pergeseran struktur dan sistem ekonomi suatu Negara yang mengalami pembangunan, dari sifat agraris-tradisional menjadi industrial-modern.

Perubahan struktural mengandung arti yaitu : (1) Perubahan kontribusi (sumbangan) masing-masing sektor terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto); (2) Perubahan dalam hal penyerapan tenaga kerja oleh masing-masing sektor. Perubahan kontribusi sektor terhadap PDRB dalam transformasi struktural yaitu sumbangan sektor pertanian secara relatif akan menurun, sedangkan sektor industri dan jasa akan semakin besar peranannya dalam produksi nasional. Sedangkan dalam hal penyerapan tenaga kerja adalah bahwa tenaga kerja yang bekerja di sektor


(17)

pertanian secara persentase akan mengalami penurunan dalam jumlah lapangan kerja secara keseluruhan, sedangkan tenaga kerja yang bekerja pada sektor industri dan jasa akan mengalami peningkatan. (Rahardjo, 1986).

Beberapa ahli ekonomi seperti Kuznets dan Chenery telah melakukan penelitian di berbagai Negara di belahan dunia. Negara-negara industri saat ini terutama pada awalnya mengandalkan sektor pertanian sebagai penopang perkonomian mereka dan memberikan sumbangan yang besar dibandingkan sektor industri dan jasa dalam pembangunan ekonomi. Seiring dengan perkembangan zaman, sektor primer (pertanian) kini tidaklah menjadi sektor utama dalam perekonomian mereka, tetapi telah mengalami perubahan dengan peralihan ke sektor sekunder (industri) dan tersier (jasa).

Ada dua teori utama yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi, yakni dari Arthur Lewis (teori migrasi) dan Hollis B. Chenery (teori transformasi struktural). Teori Arthur Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di daerah pedesaan (rural) dan daerah perkotaan (urban). Dalam teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu Negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi oleh sektor pertaniandan perekonomian modern di perkotaan dengan insustri sebagai sektor utama. Di pedesaan, karena pertumbuhan penduduknya tinggi maka terjadi kelebihan suplai tenaga kerja, dan tingkat hidup masyarakatnya berada pada kondisi subsisten akibat perekonomian yang sifatnya juga subsisten. (Tambunan, 2001;60)


(18)

Kerangka pemikiran dari teori Chenery pada dasarnya sama seperti ide dasar yang melandasi teori Lewis, yakni memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses pembangunan ekonomi di Negara sedang berkembang. Hasil penelitian empiris yang dilakukan oleh Chenery dan Syrquin (1975) juga mengidentifikasi adanya perubahan dalam struktur perekonomian suatu Negara yang bergeser dari yang semula didominasi oleh sektor primer, seperti pertanian, ke sektor-sektor nonprimer, seperti industri, perdagangan dan jasa. Pergeseran ini terjadi mengikuti peningkatan pendapatan per kapita yang membuat perubahan dalam pola permintaan konsumen dari makanan dan barang-barang kebutuhan pokok lain ke berbagai macam barang industri dan jasa, akumulasi kapital fisik dan manusia (SDM), perkembangan kota-kota dan pertumbuhan industri-industri di daerah perkotaan bersamaan dengan berlangsungnya migrasi penduduk ke kota-kota besar dari daerah pedesaan, dan penurunan laju pertumbuhan penduduk dan ukuran keluarga yang semakin kecil. Perubahan struktur ekonomi berbarengan dengan pertumbuhan PDB yang merupakan total pertumbuhan nilai tambah (NT) dari semua sektor ekonomi. (Tambunan, 2003;33).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Chenery dan Syrquin dalam Sukirno (2006,160) menunjukkan sepuluh jenis perubahan dalam struktur perekonomian yang berlaku dalam proses pembangunan Negara berkembang yaitu : Tabungan dan Pembentukan Modal, Pendapatan Pemerintah, Pendidikan, Struktur Permintaan Domestik, Struktur Produksi, Struktur Perdagangan, Penggunaan Tenaga Kerja, Urbanisasi, Tingkat Kelahiran dan Tingkat Kematian, Distribusi Pendapatan.


(19)

Pangsa output sektoral Terhadap pembentukan PDB

Tersier

Sekunder

Primer Waktu (t)

t = 0 Tingkat pembangunan t = n

“rendah” pendapatan perkapita “tinggi”

Gambar 1.1: Perubahan Struktur Ekonomi dalam Proses Pembangunan Ekonomi

Ada beberapa penyebab terjadinya perubahan dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa, diantaranya adalah:

1. Perluasan sektor pertanian menyebabkan permintaan akan teknologi pertanian meningkat seiring dengan peningkatan ilmu pengetahuan maka banyak bermunculan industri-industri yang menawarkan produk teknologi pertanian dan berkembang ke arah produk non pertanian.


(20)

2. Produktivitas dan pendapatan yang meningkat di bidang pertanian akan meningkatkan permintaan barang konsumen dan jasa yang tersedia pada sektor industri.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan struktur perekonomian antara lain:

a. Perubahan struktur perekonomian disebabkan oleh sifat manusia dalam kegiatan konsumsinya yaitu apabila pendapatan naik, elastisitas permintaan yang diakibatkan oleh perubahan pendapatan (income elasticity of demand) adalah rendah untuk konsumsi atas bahan makanan. Sedangkan permintaan terhadap bahan-bahan pakaian, perumahan, dan barang-barang konsumsi hasil industri keadaannya adalah sebaliknya. Sifat permintaan masyarakat seperti ini ditunjukkan oleh Engels dan kemudian dikenal dengan Hukum Engels. Pada hakikatnya teori ini mengatakan bahwa semakin tinggi pendapatan masyarakat, maka akan semakin sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan pertanian. Akan tetapi sebaliknya, proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli produksi barang-barang industri menjadi bertambah besar. (Sukirno,2006:147).

b. Perubahan struktur perekonomian disebabkan oleh perubahan teknologi yang terus-menerus berlangsung. Perubahan teknologi yang terjadi dalam proses pembangunan akan menimbulkan perubahan struktur produksi yang bersifat

compulsory dan inductive.

Perubahan dalam struktur produksi yang bersifat compulsory adalah perubahan dalam menciptakan barang dan jasa yang bertujuan untuk memenuhi


(21)

keperluan masyarakat yang baru, yang timbul sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan pembangunan ekonomi.

Perubahan dalam struktur produksi yang bersifat inductive, yaitu kemajuan dalam hal menciptakan barang-barang baru yang menambah pilihan barang-barang yang dapat dikonsumsi masyarakat. Kemajuan teknologi akan mempertinggi produktivitas kegiatan-kegiatan ekonomi dan hal ini akan memperluas pasar serta kegiatan perdagangan. Perubahan-perubahan seperti ini akan menimbulkan kebutuhan untuk menghasilkan barang-barang baru.

Dalam menganalisis transformasi struktural perekonomian dapat diketahui dengan melihat data berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu Negara. Demikian pula dalam menganalisis perubahan struktur perkenonomian tiap daerah dengan melihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan (ADHK) suatu daerah tersebut.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara tahun 2008 sebesar Rp 106.172,36 milyar. Dengan sektor primer (pertanian) yaitu sebesar Rp 26.604,99 milyar atau sebesar 25,06 persen dari total PDRB Sumatera Utara seluruhnya. Mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007 sebesar Rp 25.085,20 milyar tetapi secara persentase keseluruhan mengalami penurunan sebesar 0,08 persen. Sektor sekunder (industri) pada tahun 2008 sebesar Rp 32.168,82 milyar atau sebesar 30,3 persen dari total seluruh PDRB, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 30.914,42 milyar atau sebesar 30,97 persen dari total PDRB. Sedangkan sektor tersier (jasa) yaitu sebesar Rp 47.398,56 milyar atau 44,64 persen dari total PDRB,


(22)

meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp 41.275,40 milyar atau 43,88 persen dari total PDRB.

Sektor primer, sekunder dan tersier tersebut mengalami peningkatan yang pesat dibandingkan tahun 1983, dimana sektor primer (pertanian) hanya sebesar Rp 7.334,68 milyar atau 30,25 persen dari total PDRB. Dari data tersebut sektor primer telah mengalami peningkatan sebesar Rp 19.270,31 milyar hingga pada tahun 2008. Sektor sekunder (industri) pada tahun 1983 sebesar Rp 6.143,26 milyar, berarti telah mengalami peningkatan sebesar Rp 26.025,56 milyar hingga pada tahun 2008. Dan sektor tersier (jasa) pada tahun 1983 sebesar Rp 10.767,50 milyar, meningkat sebesar Rp 36.631,06 milyar.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “ Analisis Transformasi Struktural Perekonomian Sumatera Utara “.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana peranan sektor pertanian terhadap struktur perekonomian Sumatera Utara?

2. Bagaimana peranan sektor industri terhadap struktur perekonomian Sumatera Utara?

3. Bagaimana peranan sektor jasa terhadap struktur perekonomian Sumatera Utara?


(23)

5. Bagaimana transformasi struktural perekonomian yang terjadi di Sumatera Utara?

1.3 Hipotesis

Hipotesis adalah hasil kesimpulan sementara yang belum diuji kebenarannya. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka dapat diperoleh hipotesis sementara yaitu :

1. Sektor pertanian berperan positif terhadap struktur perekonomian Sumtera Utara.

2. Sektor industri berperan positif terhadap struktur perekonomian Sumtera Utara.

3. Sektor jasa berperan positif terhadap struktur perekonomian Sumatera Utara. 4. Tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian secara persentase akan

mengalami penurunan, sedangkan tenaga kerja yang bekerja pada sektor industri dan jasa akan mengalami peningkatan.

5. Struktur Perekonomian Sumatera Utara mengalami perubahan dari sektor primer (pertanian) ke sektor tersier (jasa) dalam perekonomian Sumatera Utara.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perkembangan serta peranan sektor pertanian dalam struktur perekonomian Sumatera Utara.


(24)

2. Untuk mengetahui perkembangan serta peranan sektor industri dalam struktur perekonomian Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui perkembangan serta peranan sektor jasa dalam struktur perekonomian Sumatera Utara.

4. Untuk mengetahui bagaimana transformasi struktural perekonomian Sumatera Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

2. Sebagai sarana informasi kepada masyarakat untuk dapat mengetahui transformasi struktural perekonomian Sumatera Utara.

3. Sebagai masukan maupun bahan kajian bagi kalangan akademisi dan peneliti lain yang tertarik untuk membahas topik yang sama.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Ekonomi

2.1.1. Pengertian Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi pada dasarnya meliputi usaha masyarakat keseluruhan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Namun demikian usaha-usaha pembangunan suatu Negara meliputi pula usaha pembangunan di bidang sosial, politik, kebudayaan dan sebagainya.

Dengan demikian pengertian pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat (bangsa) meningkat dalam jangka panjang. Jadi dalam pengertian dasar ini, terdapat tiga unsur penting dalam pengertian pembangunan ekonomi, yaitu : (a) suatu proses, yang berarti merupakan perubahan yang terus-menerus, (b) usaha dan keberhasilan menaikkan tingkat pendapatan perkapita, dan (c) kenaikan pendapatan perkapita itu berlangsung terus dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi (economic development) terjadi dalam bentuk: (a) peningkatan dalam pendapatan perkapita masyarakat, yaitu tingkat pertumbuhan PNB (produk nasional bruto) melebihi tingkat pertumbuhan penduduk, dan (b) pertumbuhan PNB tersebut dibarengi dengan perombakan dan modernisasi dalam struktur ekonominya dari yang sebelumnya bercorak tradisional menjadi modern. (Kamaluddin, 1999).


(26)

2.1.2. Strategi dan Arah Pembangunan Ekonomi

Pada awalnya strategi pembangunan ekonomi menitikberatkan pada konsep dorongan besar (big-push), lepas landas (take off), lompatan kedepan (leaf-forward), pembangunan tak seimbang (unbalanced growth), kaitan (linkage), mekanisme yang mendorong pertumbuhan (growth mechanism), orientasi komersial (commercial

points), pengangguran tak kentara (disguised unemployment). Strategi tersebut telah

semakin berkurang karena strategi ini ternyata tidak memuaskan. Strategi pembangunan yang demikian telah menimbulkan ketimpangan ekonomi, kelebihan kapasitas produksi, kepadatan perkotaan, pengangguran, kemiskinan dan stagnasi pedesaan. Dewasa ini telah bergeser kepada strategi pembangunan yang baru yang menitikberatkan kepada pembangunan pedesaan yang terpadu, intensifikasi pertanian, teknologi madya, pendidikan yang layak, ekspansi tenaga kerja, promosi industri kecil dan ekspor, penciptaan lapangan kerja, perbaikan gizi dan kesehatan, pengembangan sumber daya manusia dan sosial, distribusi pendapatan, perubahan institusional.

Pembangunan ekonomi dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup segala aspek dan kebijaksanaan yang komprehensif baik ekonomi maupun non-ekonomi. Akan tetapi adalah yang lebih penting dalam menentukan sasaran pembangunan, karena kebijaksanaan ekonomi yang telah berhasil akan banyak mempengaruhi kebijaksanaan non-ekonomi dan dapat dikatakan baik fisik realita maupun keadaan pikiran yang dimiliki oleh masyarakat mencakup usaha-usaha untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.


(27)

Menurut Todaro, strategi pembangunan ekonomi harus diarahkan kepada :

1. Meningkatkan output nyata/produktivitas yang tinggi yang secara terus-menerus meningkat. Karena dengan output yang tinggi ini akhirnya akan dapat meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian bahan kebutuhan pokok untuk hidup, termasuk penyediaan perumahan, pendidikan dan kesehatan.

2. Tingkat penggunaan tenaga kerja yang tinggi dan pengangguran yang rendah yang ditandai dengan tersedianya lapangan kerja yang cukup.

3. Penguarangan dan pemberantasan lingkungan.

4. Perubahan sosial, sikap mental, dan tingkah laku masyarakat dan lembaga pemerintah.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembangunan Ekonomi

Keberhasilan suatu usaha pembangunan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dari pengalaman pembangunan Negara-negara yang sekarang sudah maju, keberhasilan pembangunan pada dasarnya dipengaruhi oleh dua unsur pokok, yaitu unsur ekonomi dan non-ekonomi.

Faktor-Faktor Ekonomi, meliputi : 1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang dilengkapi dengan keterampilan dan sikap mental terhadap pekerjaan, serta kemampuan untuk berusaha sendiri merupakan modal utama bagi terciptanya pembangunan.


(28)

2. Sumber Daya Alam

Sumber-sumber ala mini meliputi rumah, mineral, iklim, bahan bakar yang sering dikenal dengan sumber-sumber fisik. Pada Negara-negara sedang berkembang, sumber-sumber alam sering terbengkalai, kurang atau salah pemanfaatannya sehingga menyebabkan keterbelakangan, bahkan bencana alam terus-menerus.

3. Pembentukan Modal

Pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk mesin-mesin, perusahaan-perusahaan, pabrik-pabrik, jalan raya dan infrastruktur lainnya. Menurut Jhingan, bahwa pembentukan modal seperti ini bersifat kumulatif dan membiayai diri sendiri, sekali diciptakan pembentukan modal, maka proses ini akan berkesinambungan menciptakan modal baru.

4. Teknologi dan Kewirausahaan

Perubahan teknologi secara langsung atau tidak akan berkaitan dengan perubahan dalam metode produksi, sebagai hasil dari teknik penelitian baru. Perubahan teknologi telah menaikkan produktivitas buruh modal, dan faktor produksi lainnya.

Faktor-Faktor non-ekonomi yang mempengaruhi pembangunan ekonomi meliputi lembaga-lembaga sosial, keadaan politik, sikap mental, adat istiadat, motivasi, dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.


(29)

2.1.4. Model Pembangunan Ekonomi

Menurut Beling dan Totten dalam Suryana (2000) mengemukakan tiga macam arti fundamental dari istilah model. Model dapat diartikan sebagai pengganti kata tahap, model diartikan sebagai pengganti kata strategi, dan model sebagai pengganti kata teori. Ada beberapa model dalam pembangunan ekonomi antara lain :

1. Model Pembangunan yang Berorientasi pada Pertumbuhan.

2. Model Pembangunan yang Berorientasi pada Penciptaan Lapangan Kerja. 3. Model Pembangunan yang Berorientasi pada Penghapusan Kemiskinan.

4. Model Pembangunan yang Berorientasi pada Pemenuhan Kebutuhan Dasar (The Basic Neceessty Oriented).

2.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2.2.1 Pengertian PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Atau apabila ditinjau dari segi pendapatan merupakan jumlah dari pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk di wilayah tersebut yang ikut serta dalam proses produksi dalam jangka waktu tertentu.

2.2.2 Metode Penghitungan PDRB

Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menghitung PDRB, yaitu : 1.Metode Langsung


(30)

Penghitungan didasarkan sepenuhnya pada data daerah, hasil penghitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Pemakaian metode ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan. a. Pendekatan Produksi

PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di suatu wilayah/region dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan NTB adalah Nilai Produksi Bruto (NPB/Output) dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang digunakan dalam proses produksi.

b. Pendekatan Pendapatan

PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah/region dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB ini termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tak langsung neto.

c. Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan inventori dan ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor), di dalam suatu wilayah/region dalam periode tertentu, biasanya satu tahun. Dengan metode ini,


(31)

penghitungan NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang dipakai.

2. Metode Tidak Langsung / Alokasi

Penghitungan dengan menggunakan metode ini merupakan penghitungan nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Indikator yang digunakan adalah indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktifitas kegiatan ekonomi tersebut.

Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada data yang tersedia. Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan saling menunjang satu sama lain, karena metode langsung akan mendorong peningkatan kualitas data daerah, sedang metode tidak langsung akan merupakan koreksi dalam menghitung dalam pembanding bagi data daerah.

2.2.3 Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 1. Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan.

NTB atas dasar harga berlaku yang didapat dari pengurangan NPB/Output dengan biaya antara masing-masing dinilai atas dasar harga berlaku. NTB menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi yang dihasilkan dan tingkat


(32)

perubahan harga dari masing-masing kegiatan subsektor dan sektor. Mengingat sifat barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap sektor, maka penilaian NPB/Output dilakukan sebagai berikut :

a. Sektor primer yang produksinya bisa diperoleh secara langsung dari alam seperti pertanian, pertambangan dan penggalian, pertama kali dicari kuantum produksi dengan satuan standar yang biasa digunakan. Setelah itu ditentukan kualitas dari jenis barang yang dihasilkan.

b. Sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air minum, dan sektor bangunan, penghitungannya sama dengan sektor primer. Data yang diperlukan adalah kuantum produksi yang dihasilkan serta harga produsen masing-masing kegiatan, subsektor, dan sektor yang bersangkutan.

c. Sektor tersier yang secara umum produksinya berupa jasa seperti sektor perdagangan, restoran dan hotel, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan lainnya, sewa rumah dan jasa perusahaan serta pemerintah dan jasa-jasa, untuk penghitungan kuantum produksinya dilakukan dengan mencari indikator produksi yang sesuai dengan masing-masing kegiatan, subsektor, sektor. Pemilihan indikator produksi didasarkan pada karakteristik jasa yang dihasilkan serta disesuaikan dengan data penunjang lainnya yang tersedia.


(33)

2. Penghitungan Atas Dasar Harga Konstan

Penghitungan atas dasar harga konstan pengertiannya sama dengan atas dasar harga berlaku, tetapi penilaiannya dilakukan dengan harga suatu tahun dasar tertentu. NTB atas dasar harga konstan menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Penghitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral. Juga untuk melihat perubahan struktur perekonomian suatu daerah dari tahun ke tahun.

Pada dasarnya dikenal empat cara penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan. Masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Revaluasi

Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar. Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan. Selanjutnya nilai tambah atas dasar harga konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan.

b. Ekstrapolasi

Nilai tambah masing-masing tahun atas tahun dasar harga konstan diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan subsektor, dan sektor yang dihitung.


(34)

Ekstrapolasi juga dapat dilakukan terhadap output atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.

c. Deflasi

Nilali tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi hasil nilai tambah atas dasar berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen (IHK), indeks harga perdagangan besar (IHPB) dan sebagainya, tergantung mana yang lebih cocok.

Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator, dalam keadaan dimana nilai tambah atas harga berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut.

d. Deflasi Berganda

Dalam deflasi berganda yang dideflasi adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar harga konstan adalah IHK atau IHPB sesuai cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar.


(35)

2.2.4. Ruang Lingkup Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) a. Sektor Pertanian

Pengertian Pertanian

Pengertian pertanian terbagi dua yaitu dalam arti luas dan arti sempit. Pengertian pertanian dalam arti luas yaitu mencakup (1) pertanian rakyat; (2) perkebunan (termasuk di dalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar); (3) kehutanan; (4) peternakan dan (5) perikanan. Di dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut.

Pengertian pertanian dalam arti sempit yaitu pertanian diartikan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana produksi bahan makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan tanaman-tanaman hortikultura yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan. Pertanian rakyat diusahakan di tanah-tanah sawah, ladang atau pekarangan. (Mubyarto,1989).

Ruang Lingkup Sektor Pertanian

Tanaman Bahan Makanan

Sub sektor ini mencakup komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, umbi-umbian, kacang tanah, kacang kedele, kacang-kacangan lainnya ; sayur-sayuran, buah-buahan, padi-padian serta bahan makanan lainnya.

Perkebunan

Sub sektor ini mencakup semua jenis tanaman perkebunan yang diusahakan baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan. Komoditi yang dicakup meliputi antara lain cengkeh, jahe, jambu mete, jarak, kakao, karet, kapok, kayu


(36)

manis, kelapa, kelapa sawit, kemiri, kina, kopi, lada, pala, panili, serat karung, tebu, tembakau, the serta tanaman perkebunan lainnya.

Peternakan

Sub sektor ini mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong dan diambil hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Jenis ternak yang dicakup adalah : sapi, kerbau, kambing, babi, kuda, ayam, itik, telur ayam, telur itik, susu sapi serta hewan peliharaan lainnya.

Kehutanan

Sub sektor ini mencakup kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan daun-daunan, getah-getahan dan akar-akaran, termasuk juga kegiatan perburuan. Komoditi yang dicakup meliputi : kayu gelondongan (baik yang berasal dari hutan rimba maupun hutan budi daya), kayu baker, rotan, arang, bambu, terpentin, gondorukem, kopal, menjangan, babi hutan, serta hasil hutan lainnya.

Perikanan

Sub sektor ini mencakup semua kegiatan penangkapan, pembenihan dan budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada di air tawar maupun di air asin. Komoditi hasil perikanan antara lain seperti ikan tuna dan jenis ikan laut lainnya; udang dan binatang berkulit keras lainnya; cumi-cumi dan binatang lunak lainnya; rumput laut serta tumbuhan laut lainnya.


(37)

b. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Ruang Lingkup Sektor Pertambangan dan Penggalian

Pertambangan Minyak dan Gas Bumi

Pertambangan migas meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak gas bumi, penyiapan, pengeboran, penambangan, penguapan, pemisahan serta penampungan untuk dapat dijual atau dipasarkan. Komoditi yang dihasilkan adalah minyak bumi, kondensat dan gas bumi.

Pertambangan Tanpa Migas

Pertambangan tanpa migas meliputi pengambilan dan persiapan pengolahan lanjutan benda padat, baik di bawah maupun di atas permukaan bumi serta seluruh kegiatan lainnya yang bertujuan untuk memanfaatkan bahan mentah dan hasil tambang lainnya. Hasil dari kegiatan ini adalah batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, ferro nikel, nikel mates, bijih bouksit, biji tembaga, bijih emas dan perak, bijih mangan, belerang, yodium, fosfat, aspal alam serta komoditi tambang selain tersebut di atas.

Penggalian

Sub sektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang umumnya berada pada permukaan bumi. Hasil dari kegiatan ini adalah batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk bahan bangunan, pasir silica, pasir kwarsa, kaolin, tanah liat dan komoditi penggalian selain tersebut di atas. Termasuk dalam sub sektor penggalian adalah komoditi garam kasar.


(38)

c. Sektor Industri Pengolahan Pengertian Industri

Istilah industri mempunyai dua arti, yaitu :

1. Industri dapat berarti himpunan perusahaan-perusahaan sejenis. Misalnya, industri kosmetika, berarti himpunan perusahaan penghasil produk-produk kosmetik, industri tekstil berarti himpunan pabrik atau perusahaan tekstil. 2. Industri dapat pula merujuk ke suatu sektor ekonomi yang di dalamnya

terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Kegiatan pengolahan itu sendiri dapat bersifat masinal, elektrikal, atau bahkan manual.

Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk industrial selalu memiliki “dasar tukar” (terms of trade) yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk sektor lain. Hal ini disebabkan karena sektor industri memiliki variasi produk yang beraneka ragam dan mampu memberikan manfaat marjinal yang tinggi kepada pemakainya. Pelaku bisnis (produsen, penyalur, pedagang, dan investor) lebih suka berkecimpung dalam bidang industri karena sektor ini memberikan marjin keuntungan yang lebih menarik. Berusaha dalam bidang industri dan berniaga hasil-hasil industri juga lebih diminati karena proses produksi serta penanganan produknya lebih bisa dikendalikan oleh manusia, tidak terlalu bergantung pada alam seperti musim atau keadaan cuaca. (Dumairy, 227:1997).


(39)

Industri pengolahan dibedakan atas dua kelompok besar yaitu : a. Industri Pengolahan Migas Pengilangan Minyak Bumi

Pengilangan minyak bumi meliputi juga LPG yang dihasilkan oleh pengilangan gas alam. Pendekatan penghitungan output untuk sub sektor ini menggunakan pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku adalah merupakan perkalian antara produksi dengan harga untuk masing-masing tahun, sedang atas dasar harga konstan digunakan cara revaluasi, yaitu produksi pada masing-masing tahun dikalikan dengan harga pada tahun dasar.

b. Industri Tanpa Migas

Seluruh industri yang meliputi pengambilan dan persiapan pengolahan lanjutan benda padat, baik di bawah maupun di atas permukaan bumi serta seluruh kegiatan lainnya yang bertujuan untuk memanfaatkan bahan mentah dan hasil tambang lainnya.


(40)

Klasifikasi Industri

Industri dapat digolongkan berdasarkan beberapa sudut tinjauan atau pendekatan antara lain :

Tabel 2.1 : Penggolongan Industri menurut ISIC dua digit Kode Kelompok Industri

31 Industri makanan, minuman, dan tembakau 32 Industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit

33 Industri kayu dan barang-barang dari kayu, termasuk perabot rumah tangga 34 Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan, dan penerbitan

35 Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batubara, karet dan plastik

36 Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi, dan batubara 37 Industri logam dasar

38 Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya 39 Industri pengolahan lainnya

Sumber : Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2009

Untuk keperluan perencanaan anggaran Negara dan analisis pembangunan, pemerintah membagi sektor industri pengolahan menjadi tiga sub sektor, yaitu :

1. Sub sektor industri pengolahan non migas 2. Sub sektor pengilangan minyak bumi 3. Sub sektor pengolahan gas alam cair


(41)

Untuk keperluan pengembangan sektor industri sendiri (industrialisasi), serta berkaitan dengan administrasi Departemen Perindustrian dan Perdagangan, industri digolongkan berdasarkan hubungan arus produknya menjadi :

1. Industri Hulu, yang terdiri atas : a. Industri kimia dasar

b. Industri mesin, logam dasar dan elektronika 2. Industri Hilir, yang terdiri atas :

a. Aneka Industri b. Industri kecil

Biro Pusat Statistik (BPS) membedakan skala industri menjadi 4 lapisan berdasarkan jumlah tenaga kerja per unit usaha, yaitu :

Tabel 2.2 : Kelompok Industri berdasarkan jumlah tenaga kerja Kelompok Industri Jumlah tenaga kerja

Industri besar ≥ 100 orang

Industri sedang 20 – 99 orang

Industri kecil 5 – 19 orang

Industri rumah tangga < 5 orang Sumber : Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2009


(42)

d. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Ruang Lingkup Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Listrik

Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) maupun oleh perusahaan-perusahaan non-PLN seperti pembangkitan listrik oleh Perusahaan Pemerintah Daerah dan listrik yang diusahakan oleh swasta (perorangan maupun perusahaan), dengan tujuan untuk dijual. Listrik yang dibangkitkan atau yang diproduksi meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi, dan listrik yang dicuri.

Gas

Kegiatan ini meliputi penyediaan serta penyaluran gas kota kepada konsumen dengan menggunakan pipa. Di Indonesia, maupun di Sumatera Utara kegiatan ini hanya dilakukan oleh Perum Gas Negara. Komoditi gas yang dihasilkan pada sub-sektor ini adalah gas batubara, gas minyak dan gas cracking yang diperoleh dari proses pembakaran batubara, minyak bumi dan cracking. Bersama proses tersebut dihasilkan pula produk ikutan berupa ter, kokas dan minyak ter. Pengolahan gas minyak bumi cari (LPG) dan gas alam cair (LNG) yang berkaitan dengan pemurnian minyak dan gas alam digolongkan ke dalam kegiatan industri dan bukan kegiatan sektor gas.

Air Bersih

Kegiatan sub sektor air bersih mencakup proses pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum serta pendistribusian dan


(43)

penyalurannya secara langsung melalui pipa dan alat lain ke rumah tangga, instansi pemerintah maupun swasta.

e. Sektor Bangunan

Kegiatan sektor bangunan terdiri dari bermacam-macam kegiatan meliputi pembuatan, pembangunan, pemasangan dan perbaikan (berat maupun ringan) semua jenis konstruksi yang keseluruhan kegiatan sesuai dengan menurut KLUI. Metode yang digunakan untuk mendapatkan NTB sektor bangunan adalah melalui pendekatan arus barang (Commodity Flows).

f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Ruang Lingkup Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Perdagangan

Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan menjual barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran/pendistribusian tanpa mengubah sifat barang tersebut.

Sub sektor perdagangan dalam perhitungannya dikelompokkan kedalam dua jenis kegiatan yaitu perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar meliputi kegiatan pengumpulan dan penjualan kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan dan lembaga yang tidak mencari untung. Sedangkan perdagangan eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumah tangga tanpa mengubah sifat, baik barang baru atau barang bekas.


(44)

Hotel

Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi disini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen, motel dan sejenisnya. Termasuk pula kegiatan penyediaan makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang menginap dimana kegiatan-kegiatan tersebut berada dalam satu kesatuan manajemen dengan penginapan.

Restoran

Kegiatan sub sektor restoran mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan. Kegiatan yang termasuk dalam sub sector ini seperti rumah makan, warung nasi, warung kopi,

catering dan kantin.

g. Sektor Angkutan dan Komunikasi

Ruang Lingkup Sektor Angkutan dan Komunikasi

Pengangkutan

Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor pengangkutan terdiri atas Jasa Angkutan Rel, Angkutan Jalan Raya, Angkutan Laut, Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan, Angkutan Udara dan Penunjang Angkutan. Kegiatan pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik bermotor maupun tidak bermotor. Sedangkan jasa penunjang angkutan mencakup kegiatan yang


(45)

sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti terminal, pelabuhan dan pergudangan.

Komunikasi

Sub sektor ini terdiri dari kegiatan Pos dan Telekomunikasi, dan Jasa Penunjang Komunikasi. Pos dan Giro mencakup kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman surat, wesel dan paket pos yang diusahakn oleh Perum Pos dan Giro. Kegiatan Telekomunikasi meliputi pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita melalui telegram, telepon dan telex yang diusahakan oleh perusahaan seperti PT. Telkom dan PT. Indosat. Jasa Penunjang Komunikasi meliputi kegiatan lainnya yang menunjang radio panggil (pager) dan telepon seluler (ponsel).

h. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Ruang Lingkup Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Bank

Kegiatan yang dicakup adalah kegiatan yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain seperti: menerima simpanan terutama dalam bentuk giro dan deposito, memberikan kredit/pinjaman baik kredit jangka pendek/menengah dan panjang, mengirim uang, membeli dan menjual surat-surat berharga, mendiskonto surat wesel/ kertas dagang/surat hutang dan sejenisnya, menyewakan tempat menyimpan barang berharga dan sebagainya.

Lembaga Keuangan Tanpa Bank, Usaha Jasa Asuransi

Asuransi adalah salah sasu jenis lembaga keuangan bukan bank yang usaha pokoknya menanggung resiko-resiko atas terjadinya musibah/kecelakaan atas barang


(46)

atau orang tersebut (termasuk tunjangan hari tua). Pada pihak ditanggung dapat menerima biaya atas hancur/rusaknya barang atau mengakibatkan terjadinya kematian tertanggung. Jasa asuransi dapat dibedakan menjadi :

a. Asuransi Jiwa

adalah usaha perasuransian yang khusus menanggung resiko kematian, kecelakaan atau sakit, termasuk juga jaminan hari tua/masa depan pihak tertanggung. b. Asuransi Kerugian

adalah usaha perasuransian yang khusus menanggung resiko atas kerugian, kehilangan atau kerusakan harta milik/benda termasuk juga tanggung jawab hokum pada pihak ketiga yang mungkin terjadi terhadap benda/harta milik tertanggung karena sebab-sebab tertentu dengan suatu nilai pertanggungan yang besarnya telah ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yang dicantumkan dalam surat perjanjian.

c. Asuransi Sosial

adalah usaha perasuransian yang mencakup usaha asuransi jiwa (kerugian) yang dibentuk pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pihak asuransi dengan seluruh/segolongan masyarakat untuk tujuan sosial. Pihak asuransi ini akan menerima/menampung sejumlah iuran/sumbangan wajib dari masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan umum, seperti: jasa angkutan, jasa kesehatan, jasa/pelayanan terhadap pemilik kendaraan bermotor dan pelayanan hari tua.


(47)

Dana Pensiun

Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola program yang menjanjikan manfaat pensiun. Manfaat pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta pada saat peserta pensiun dan dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan dana pensiun.

Pegadaian

Mencakup usaha lembaga perkreditan pemerintah yang bersifat monopoli dan dibentuk berdasarkan ketentuan undang-undang, yang tugasnya antara lain membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai dengan cara yang mudah, cepat, aman dan hemat. Kegiatan utamanya adalah memberikan pinjaman uang kepada seseorang atau segolongan masyarakat dengan menerima jaminan barang bergerak.

Lembaga Pembiayaan

Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang bergerak di sektor keuangan dengan melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Lembaga pembiayaan ini mencakup kegiatan sewa guna usaha, modal ventura, anjak piutang, kartu kredit dan pembiayaan konsumen.

Jasa Penunjang Keuangan

Mencakup kegiatan pedagang valuta asing, pasar modal, perantara perdagangan efek/pialang/broker, penjamin emisi, perusahaan penilai, lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, manajer investasi, penasehat investasi, reksa dana, biro administrasi efek, tempat penitipan harta.


(48)

Sewa Bangunan

Sub sektor ini meliputi usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan serta usaha persewaan tanah persil.

Jasa Perusahaan Jasa Hukum (Advokat/Pengacara, Notaris)

Yang dimaksud Advokat adalah ahli hukum yang berwenang bertindak sebagai penasehat atau pembela perkara dalam pengadilan, baik perkara pidana maupun perdata. Sedangkan Notaris adalah orang yang ditunjuk dan diberi kuasa oleh Departemen Kehakiman untuk mensyahkan dan menyaksikan berbagai surat perjanjian, akte dan sebagainya.

i. Sektor Jasa Pengertian Jasa

Kotler (2001:603) merumuskan jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menyebabkan kepemilikan apapun. Produksi jasa mungkin atau tidak berkaitan dengan produk fisik.

Zithanal dan Bitner dalam Yazid (2003:3) mendefinisikan jasa mencakup semua aktifitas ekonomi yang keluarannya bukanlah produk atau konstruksi fisik, yang secara umum konsumsi dan produksinya dilakukan pada waktu yang sama, dan nilai tambah yang diberikannya dalam bentuk (kenyamanan, hiburan, kecepatan, dan kesehatan) yang secara prinsip intangible bagi pembeli pertamanya.


(49)

Karakteristik Jasa

1.Tidak berwujud (intangible)

Jasa merupakan sesuatu yang tidak berwujud. Tidak seperti produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium sebelum jasa itu dibeli.

2.Tidak dapat dipisahkan (Inseparability)

Umumnya jasa dihasilkan dan diproduksi secara bersamaan. Jika jasa itu dilakukan oleh orang, maka penyedianya adalah bagian dari jasa.

3.Bervariasi (Variability)

Jasa sangat bervariasi karena tergantung pada siapa yang menyediakan dan kapan serta dimana jasa itu dilakukan.

4.Tidak tahan lama (Perishability)

Jasa tidak disimpan. Daya tahan suatu jasa tergantung suatu situasi yang diciptakan oleh berbagai faktor (Kotler,2001:605).

Klasifikasi Jasa

1. Klasifikasi Jasa Atas Dasar Karakteristik Tindakan Jasa

a. Tindakan nyata yang diarahkan kepada konsumen yaitu kepada tubuh manusia seperti pemotongan rambut, operasi plastik.

b.Tindakan nyata yang diarahkan kepada barang atau sesuatu yang dimiliki konsumen, seperti pemotongan rumput tanaman, jasa pengantaran barang.

c. Tindakan tidak nyata yang diarahkan kepada intelektual konsumen, seperti penyiaran, pendidikan.


(50)

d. Tindakan tidak nyata yang dilakukan terhadap asset intangible konsumen seperti asuaransi, investasi di bank, dan konsultasi.

2. Klasifikasi Jasa Atas Dasar Cara Penyajian/Interaksi

a. Komponen interaksi, perlu tidaknya interaksi fisik antara personal kontak dengan konsumen akan menentukan perlu tidaknya konsumen datang ke tempat jasa diproses, seperti tukang cukur, teater, jasa perbaikan atau pengecatan gedung/rumah, dll. Interaksi fisik ini juga ditentukan oleh dapat atau tidaknya transaksi jasa dilaksanakan dengan tanpa kontak langsung, misalnya dengan telepon.

b. Komponen geografis, cara atau system penyajian jasa ditentukan oleh sebaran outlet tempat organisasi melayani konsumen, yaitu di satu atau beberapa lokasi seperti pelayanan bus.

3. Klasifikasi Jasa Atas Dasar Sifat Permintaan

Permintaan jasa sangat bervariasi, ada permintaan yang bisa diprediksi (seperti restoran makanan cepat saji memprediksi jumlah permintaan pada jam-jam makan siang), ada pula yang random (seperti jumlah pengunjung toko eceran dari hari ke hari, jumlah pengunjung restoran makanan cepat saji di luar jam makan siang.

4. Klasifikasi Jasa Atas Dasar Jenis Hubungan dengan Konsumen

a. Penyajian jasa yang kontinyu yaitu hubungan keanggotaan seperti asuransi, perbankan, dll. Hubungan tidak formal seperti stasiun radio, jalan raya, dll.

b. Transaksi diskrit, yaitu hubungan keanggotaan seperti tiket perjalanan, reparasi dengan garansi, telepon jarak jauh, dll. Hubungan tidak formal seperti jasa pos, jalan tol, bioskop, dll. (Yazid,2003:32).


(51)

Macam-macam Jasa

Berkaitan dengan macam jasa, Aubrey Wilson dalam buku pemasaran jasa mengutip pendapat dari Green Field, membedakan jasa dalam dua kelompok, yaitu: 1. Jasa Konsumen

Sebagai jasa yang dimanfaatkan oleh rumah tangga dan pribadi sesuai dengan kemampuan rumah tangga. Jasa untuk konsumen digambarkan sebagai pengeluaran oleh orang perorang dan bukan organisasi, yang tidak mengakibatkan adanya kepemilikan barang. Antara lain menyangkut perawatan pribadi, kesejahteraan (asuransi perumahan), hiburan dan transportasi.

2. Jasa Produsen

Sebagai jasa yang dimanfaatkan oleh organisasi industri atau lembaga jasa untuk produsen dapat dikategorikan menjadi:

a. Jasa peralatan yaitu semua pelayanan jasa yang ada kaitannya dengan instalasi, penyelenggaraan perawatan dan perbaikan pabrik, alat pelengkap dan alat operasi, berkas dan perabotan.

b. Jasa pemberian kemudahan yaitu semua pelayanan jasa untuk menyediakan sarana operasi dan organisasi yang produktif termasuk pengadaan uang, penyimpanan, pengangkutan, promosi dan asuransi. c. Jasa berupa nasehat dan konsultasi yaitu semua pelayanan jasa yang

menyampaikan keahlian dan kecakapan khusus maupun umum termasuk penasehat, penggunaan dan pencarian sumber-sumber daya, riset, pendidikan, organisasi dan pemasaran.


(52)

Ruang Lingkup Sektor Jasa

1. Pemerintahan Umum dan Pertahanan

Jasa pemerintahan pada prinsipnya terbagi dua yaitu pertama pelayanan dari pemerintahan departemen dan pertahanan dan kedua pelayanan yang diberikan oleh badan-badan di bawah departemen tersebut. Pelayanan kedua ini disebut jasa pemerintahan lainnya.

a. Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan

Sektor pemerintahan umum dan pertahanan mencakup semua departemen dan non departemen, badan/lembaga tinggi Negara, kantor-kantor dan badan-badan yang berhubungan dengan administrasi pemerintahan dan pertahanan. Belanja pegawai untuk pemerintahan yang memegang tata usaha dikategorikan sebagai administrasi pemerintah, sedangkan belanja pegawai guru pemerintah yang tugasnya mengajar dikategorikan sebagai jasa pendidikan. Kegiatan-kegiatan ini meliputi semua tingkat pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang terdiri dari pemerintah propinsi, kabupaten/kota dan desa termasuk angkatan bersenjata.

b. Jasa Pemerintah Lainnya

Jasa pemerintah lainnya meliputi kegiatan yang bersifat jasa seperti sekolah-sekolah pemerintah, universitas pemerintah, rumah sakit pemerintah, bimbingan masyarakat terasing, museum, perpustakaan, tempat-tempat rekreasi yang dibiayai dari keuangan pemerintah, dimana pemerintah memungut pembayaran yang pada umumnya tidak mencapai besarnya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan tersebut. Unit-unit usaha semacam ini menyediakan pelayanan jasa untuk masyarakat. Belanja pegawai dari sektor ini terdiri dari gaji pokok, honorarium dan tunjangan lainnya.


(53)

Belanja pegawai yang dipisahkan dari belanja pembangunan ditransfer ke belanja rutin, seperti pembayaran honor pegawai negeri yang turut dalam kegiatan proyek. 2. Swasta Jasa Sosial Kemasyarakatan

Meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset/penelitian, palang merah, panti asuhan, panti wreda, yayasan pemeliharaan anak cacat (YPAC), rumah ibadah dan sejenisnya yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Output jasa sosial dan kemasyarakatan diperoleh dari hasil perkalian antara masing-masing indikator produksi seperti jumlah murid menurut jenjang pendidikan, jumlah tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter, jumlah anak yang diasuh, jumlah orang lanjut usia yang dirawat, jumlah rumah ibadah, jumlah anak cacat yang dirawat dengan rata-rata output per masing-masing indikator.

3. Jasa Hiburan dan Rekreasi

Meliputi kegiatan produksi dan distribusi film komersial dan film dokumenter serta reproduksi film video, jasa bioskop dan panggung hiburan, studio radio, perpustakaan, museum, kebun binatang, gedung olah raga, kolam renang, klab malam, taman hiburan, lapangan golf, lapangan tenis, bilyar, klub galatama, artis film, artis panggung, karaoke, video klip, studio televisi dan stasiun pemancar radio yang dikelola oleh swasta.

4. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga

Meliputi segala jenis kegiatan jasa yang pada umumnya melayani perorangan dan rumah tangga, yang terdiri dari:


(54)

a. Jasa perbengkelan/reparasi kendaraan bermotor, mencakup perbaikan kecil-kecilan dari kendaraan roda empat, roda tiga dan dua, seperti mobil pribadi, mobil umum, bemo, sepeda motor dan sebagainya. b. Jasa perbengkelan/reparasi lainnya seperti perbaikan/reparasi jam,

televisi, radio, lemari es, mesin jahit, sepeda dan barang-barang rumah tangga lainnya.

c. Jasa pembantu rumah tangga, mencakup koki, tukang kebun, penjaga malam, pengasuh bayi dan anak, dan sejenisnya.

d. Jasa perorangan lainnya, mencakup tukang binatu, tukang cukur, tukang jahit, tukang semir sepatu, dan sejenisnya.

2.3. Tenaga Kerja

Yang biasa disebut sebagai tenaga kerja pada dasarnya adalah penduduk pada usia kerja (15 tahun ke atas) atau berumur 15-64 tahun, dan dapat pula tenaga kerja itu adalah penduduk yang secara potensial dapat bekerja. Dengan perkataan lain tenaga kerja adalah jumlah penduduk dalam suatu Negara yang dapat memproduksi barang-barang dan jasa-jasa jika ada permintaan dan pemakaian terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Tenaga kerja terdiri atas (a) Angkatan kerja (labor force) dan (b) Bukan angkatan kerja.

Angkatan kerja (labor force) adalah penduduk yang bekerja dan yang tidak bekerja tetapi mencari kerja atau siap untuk mencari kerja. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih bersekolah, ibu rumah tangga, dan para penyandang cacat, lanjut usia serta yang sejenis. Suatu perbedaan yang besar


(55)

diantara tantangan pembangunan yang dihadapi Negara berkembang dewasa ini dan yang tidak begitu menjadi masalah di Negara maju dalam fase memulai pembangunannya di masa lalu adalah laju pertumbuhan suplai tenaga kerja di Negara berkembang sekarang ini adalah jauh lebih besar. Perkembangan dan pertumbuhan tenaga kerja serta proyeksinya di dunia sebagai akibat pertumbuhan penduduknya adalah cukup tinggi dari tahun ke tahun.

Untuk memperoleh pengertian sepenuhnya tentang arti penting dari masalah kesempatan kerja (employment), khususnya di perkotaan, kita harus memperhitungkan pula masalah pertambahan pengangguran terbuka maupun terselubung yang jumlahnya lebih besar yaitu mereka yang kelihatan aktif bekerja tetapi secara ekonomis sebenarnya mereka tidak bekerja secara penuh (underutilized). Dalam mengelompokkan berbagai bentuk pengangguran, menurut Edgar O. Edwards (1974) perlu diperhatikan dimensi-dimensi yang berikut :

a. Waktu, yaitu di mana banyak di antara mereka yang bekerja ingin bekerja lebih lama, misalnya dalam jam kerjanya per hari, per minggu, atau per tahun. b. Intesitas pekerjaan, yaitu yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi makanan. c. Produktivitas, dimana kurangnya produktivitas sering kali disebabkan oleh

kurangnya sumber-sumber daya komplementer untuk melakukan pekerjaan. Berdasarkan hal-hal di atas, Edwards membedakan 5 bentuk pengangguran, yaitu: a. Pengangguran terbuka (open unemployment) yaitu mereka yang bekerja baik secara sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik) maupun yang secara terpaksa (mereka yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan).


(56)

b. Setengah menganggur (under unemployment) yaitu mereka yang bekerja menurut lamanya (hari, minggu, musiman) kurang daripada yang mereka yang bisa kerjakan. c. Tampaknya bekerja tetapi tidak bekerja secara penuh yaitu mereka yang tidak digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah menganggur, dimana termasuk disini adalah :

1) Pengangguran tidak kentara (disguised unemployment). Misalnya para petani yang bekerja di ladang selama sehari penuh, padahal pekerjaan itu sebenarnya tidak memerlukan waktu selama sehari penuh atau dimana jumlah petani yang bekerja di suatu lahan pertanian melebihi apa yang diperlukan disana.

2) Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment). Dalam hal ini orang yang bekerja tidak sesuai dengan tingkat atau jenis pendidikannya atau kurang sesuai dengan keterampilannya.

3) Pensiun lebih awal (premature retired employment). Fenomena ini merupakan kenyataan yang harus berkembang di kalangan pegawai pemerintah. Di beberapa Negara, usia pensiun dipermudah sebagai alat untuk menciptakan peluang bagi yang “muda-muda” untuk menduduki pekerjaan atau jabatan diatasnya.

d. Tenaga kerja yang lemah (impired labour) yaitu mereka yang mungkin bekerja full

time, tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau berpenyakitan.

e. Tenaga kerja yang tidak produktif (unproductive labour) yaitu mereka yang mampu untuk bekerja secara produktif, tetapi karena sumber-sumber daya penolong kurang memadai maka mereka tidak bisa menghasilkan sesuatu secara optimal atau menurut hasil yang semestinya. (Kamaluddin, 1999)


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah-langkah sistematik atau prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara dalam menganalisa transformasi struktural perekonomian di Sumatera Utara.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh langsung dari instansi-instansi resmi atau publikasi-publikasi resmi. Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

Library Research yaitu metode pengumpulan data dimana penelitian ini menelaah

berbagai bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah seperti jurnal, majalah dan laporan yang berkaitan dengan topik yang diteliti.


(58)

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan melakukan pencatatan data. Dimana data yang digunakan adalah runtut waktu (time series) dengan kurun waktu selama 26 tahun (1983-2008).s

3.4 Pengolahan Data

Dalam melakukan penulisan skripsi ini, penulis mengolah data dengan menggunakan program komputer Eviews 5.0.

3.5. Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalisis data adalah model ekonometrika. Teknik analisis yang digunakan adalah dengan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square/OLS). Data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistika yaitu persamaan regresi linier berganda.

Model persamaannya adalah sebagai berikut: Y = f (X1, X2) ……… (1)

Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam model logaritma natural persamaan regresi linier berganda dengan spesifikasi model sebagai berikut:

Ln Y = α + β1Ln X1 + β2LnX2 + µ……… (2)

Dimana: LnY = Logaritma PDRB (milyar rupiah) LnX1 = Logaritma Sektor pertanian (milyar rupiah)

LnX2 = Logaritma Tenaga Kerja sektor pertanian (jiwa)

α = Intercept/Konstanta β1, β2 = Koefisien Regresi


(59)

µ = Term of Error (Kesalahan Pengganggu)

Bentuk hipotesis di atas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

Ln 0

1 > Χ

∂∂Υ , Artinya jika X1 (Sektor pertanian) meningkat maka Y (PDRB)

akan mengalami peningkatan, ceteris paribus.

Ln 0

2 > Χ

∂∂Υ , Artinya jika X2 (Tenaga kerja sektor pertanian) meningkat

maka Y (PDRB) akan mengalami penurunan, ceteris paribus.

Ln Y = α + β1Ln X1 + β2LnX2 + µ……… (3)

Dimana: LnY = Logaritma PDRB (milyar rupiah) LnX1 = Logaritma Sektor industri (milyar rupiah)

LnX2 = Logaritma Tenaga kerja sektor industri (jiwa)

α = Intercept/Konstanta β1, β2 = Koefisien Regresi

µ = Term of Error (Kesalahan Pengganggu)

Bentuk hipotesis di atas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

Ln 0

1 > Χ

∂∂Υ , Artinya jika X1 (Sektor industri) meningkat maka Y (PDRB)

akan mengalami peningkatan, ceteris paribus.

Ln 0

2 > Χ

∂∂Υ , Artinya jika X2 (Tenaga kerja industri) meningkat maka Y


(60)

Ln Y = α + β1Ln X1 + β2LnX2 + µ……… (4)

Dimana: LnY = Logaritma PDRB (milyar rupiah) LnX1 = Logaritma Sektor jasa (milyar rupiah)

LnX2 = Logaritma Tenaga kerja sektor jasa (jiwa)

α = Intercept/Konstanta β1, β2 = Koefisien Regresi

µ = Term of Error (Kesalahan Pengganggu)

Bentuk hipotesis di atas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

Ln 0

1 > Χ

∂∂Υ , Artinya jika X1 (Sektor jasa) meningkat maka Y (PDRB) akan

mengalami peningkatan, ceteris paribus.

Ln 0

2 > Χ

∂∂Υ , Artinya jika X2 (Tenaga kerja sektor jasa) meningkat maka Y

(PDRB) akan mengalami peningkatan, ceteris paribus.

3.6. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) 3.6.1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi yang dinotasikan dengan R2, dilakukan untuk melihat seberapa besar variasi dari variabel dependen (Y) dapat diterangkan oleh variabel independen (X).Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0≤ R2 ≤1).


(61)

3.6.2. Uji t-statistik (Partial Test)

Uji t-statistik dilakukan untuk melihat signifikasi pengaruh koefisien regresi secara individu (masing-masing) terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan.

Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut: H0 : bi = b

Ha : bi≠b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i adalah nilai parameter

hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap

Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak. Hal

ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:

t-hitung =

(

)

Sbi b bi

Di mana:

bi = Koefisien variabel independen ke-i

b = Nilai hipotesis nol


(62)

Ha diterima Ha diterima

Ho diterima

Gambar 3.1: Kurva uji t - statistik

3.6.3. Uji F-statistik (Overall Test)

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat pengaruh koefisien regresi terhadap variabel dependen secara keseluruhan.

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut: H0 : b1 = b2 = …= bk = 0 (tidak ada pengaruh)

Ha : b2 ≠0 (ada pengaruh) untuk i = 1…k

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen

secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:

F-hitung =

( )

(

R

)

(

n k

)

k R

− − /− 1

1 /

2 2

Di mana

R2 = Koefisien Determinasi k = Jumlah variabel independen


(63)

n = Jumlah sampel.

Ho diterima

Ha diterima

Gambar 3.2: Kurva Uji F-statistik

3.7. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1. Multikoliniearitas

Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel independen lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai R2, F-hitung, t-hitung, dan standard error.

Adapun multikolinieritas ditandai dengan: a. Standard error tidak terhingga

b. Tidak ada satupun atau sangat sedikit t-statistik yang signifikan pada %

10 %, 5 %,

1 = =

= α α

α

c. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori d. R2 sangat tinggi


(1)

Lampiran 3

Hasil Regresi Sektor Pertanian

Dependent Variable: LPDRB Method: Least Squares Date: 09/05/10 Time: 23:44 Sample: 1983 2008

Included observations: 26

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.658228 2.878656 0.923427 0.3654 LPERTANIAN 1.166906 0.060545 19.27345 0.0000 LTKP -0.204938 0.231452 -0.885445 0.0001 R-squared 0.901379 Mean dependent var 10.92087 Adjusted R-squared 0.899542 S.D. dependent var 0.433396 S.E. of regression 0.044320 Akaike info criterion -3.286576 Sum squared resid 0.045179 Schwarz criterion -3.141411 Log likelihood 45.72549 F-statistic 1183.790 Durbin-Watson stat 1.627715 Prob(F-statistic) 0.000000


(2)

Hasil Regresi Sektor Industri

Dependent Variable: LPDRB Method: Least Squares Date: 09/05/10 Time: 23:45 Sample: 1983 2008

Included observations: 26

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.165928 1.288787 0.128747 0.8987 LINDUSTRI 0.653162 0.114259 5.716519 0.0010 LTKI 0.336935 0.180664 1.864983 0.0050 R-squared 0.880338 Mean dependent var 10.92087 Adjusted R-squared 0.878628 S.D. dependent var 0.433396 S.E. of regression 0.063359 Akaike info criterion -2.571827 Sum squared resid 0.092331 Schwarz criterion -2.426662 Log likelihood 36.43375 F-statistic 573.3727 Durbin-Watson stat 1.992745 Prob(F-statistic) 0.000000


(3)

Hasil Regresi Sektor Jasa

Dependent Variable: LPDRB Method: Least Squares Date: 09/05/10 Time: 23:46 Sample: 1983 2008

Included observations: 26

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -2.568462 2.841285 -0.903979 0.3754 LJASA 0.728885 0.201786 3.612164 0.0015 LTKJ 0.437728 0.339870 1.287930 0.0086 R-squared 0.924248 Mean dependent var 10.92087 Adjusted R-squared 0.912008 S.D. dependent var 0.433396 S.E. of regression 0.072510 Akaike info criterion -2.302011 Sum squared resid 0.120928 Schwarz criterion -2.156846 Log likelihood 32.92614 F-statistic 435.0622 Durbin-Watson stat 2.148586 Prob(F-statistic) 0.000000


(4)

Hasil Uji Moltikolinearitas Sektor Pertanian

Variabel Sektor pertanian (X1)

Dependent Variable: LPERTANIAN Method: Least Squares

Date: 01/01/06 Time: 00:07 Sample: 1983 2008

Included observations: 26

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -42.46981 4.363350 -9.733304 0.0000 LTKP 3.537119 0.296001 11.94968 0.0000 R-squared 0.856111 Mean dependent var 9.669644 Adjusted R-squared 0.850115 S.D. dependent var 0.385961 S.E. of regression 0.149424 Akaike info criterion -0.890248 Sum squared resid 0.535864 Schwarz criterion -0.793471 Log likelihood 13.57322 F-statistic 142.7948 Durbin-Watson stat 0.585723 Prob(F-statistic) 0.000000

Variabel Tenaga Kerja Sektor Pertanian (X2) Dependent Variable: LTKP Method: Least Squares Date: 01/01/06 Time: 00:08 Sample: 1983 2008

Included observations: 26

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 12.40025 0.196005 63.26502 0.0000

LPERTANIAN 0.242036 0.020255 11.94968 0.0000 R-squared 0.816091 Mean dependent var 14.74066 Adjusted R-squared 0.800985 S.D. dependent var 0.100962 S.E. of regression 0.039087 Akaike info criterion -3.572229 Sum squared resid 0.036668 Schwarz criterion -3.475452 Log likelihood 48.43897 F-statistic 142.7948 Durbin-Watson stat 0.664313 Prob(F-statistic) 0.000000


(5)

Hasil Uji Multikolinearitas Sektor Industri

Variabel Sektor industri (X1)

Dependent Variable: LINDUSTRI Method: Least Squares

Date: 01/01/06 Time: 00:09 Sample: 1983 2008

Included observations: 26

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -10.30506 0.936176 -11.00761 0.0000 LTKI 1.541425 0.071922 21.43183 0.0000 R-squared 0.750344 Mean dependent var 9.753267 Adjusted R-squared 0.748275 S.D. dependent var 0.497696 S.E. of regression 0.113192 Akaike info criterion -1.445663 Sum squared resid 0.307497 Schwarz criterion -1.348886 Log likelihood 20.79361 F-statistic 459.3232 Durbin-Watson stat 1.184329 Prob(F-statistic) 0.000000

Variabel Tenaga Kerja Sektor industri (X2)

Dependent Variable: LTKI Method: Least Squares Date: 01/01/06 Time: 00:10 Sample: 1983 2008

Included observations: 26

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 6.999608 0.280926 24.91618 0.0000 LINDUSTRI 0.616536 0.028767 21.43183 0.0000 R-squared 0.567879 Mean dependent var 13.01285 Adjusted R-squared 0.509874 S.D. dependent var 0.314762 S.E. of regression 0.071587 Akaike info criterion -2.362009 Sum squared resid 0.122992 Schwarz criterion -2.265232 Log likelihood 32.70612 F-statistic 459.3232 Durbin-Watson stat 1.237667 Prob(F-statistic) 0.000000


(6)

Hasil Uji Multikonlinearitas Sektor Jasa Variabel Sektor jasa (X1)

Dependent Variable: LJASA Method: Least Squares Date: 01/01/06 Time: 00:10 Sample: 1983 2008

Included observations: 26

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -13.51482 0.806611 -16.75505 0.0000 LTKJ 1.661030 0.056959 29.16181 0.0000 R-squared 0.872553 Mean dependent var 10.00369 Adjusted R-squared 0.801409 S.D. dependent var 0.433800 S.E. of regression 0.073350 Akaike info criterion -2.313336 Sum squared resid 0.129127 Schwarz criterion -2.216559 Log likelihood 32.07337 F-statistic 850.4113 Durbin-Watson stat 1.327537 Prob(F-statistic) 0.000000

Variabel Tenaga Kerja Sekto jasa (X2) Dependent Variable: LTKJ Method: Least Squares Date: 01/01/06 Time: 00:11 Sample: 1983 2008

Included observations: 26

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 8.301711 0.201036 41.29463 0.0000 LJASA 0.585512 0.020078 29.16181 0.0000 R-squared 0.692540 Mean dependent var 14.15899 Adjusted R-squared 0.548902 S.D. dependent var 0.257555 S.E. of regression 0.043549 Akaike info criterion -3.356042 Sum squared resid 0.045517 Schwarz criterion -3.259265 Log likelihood 45.62855 F-statistic 850.4113 Durbin-Watson stat 1.350022 Prob(F-statistic) 0.000000