JUDUL INDONESIA: BERBAGAI PENGARUH PERLAKUAN PADA STEK BATANG UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) TERHADAP PERTUMBUHAN UBI
ABSTRAK
BERBAGAI PENGARUH PERLAKUAN PADA STEK BATANG UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) TERHADAP
PERTUMBUHAN UBI
Oleh Ayusastri Clarizky
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013 sampai Desember 2013 di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui (1) perlakuan yang terbaik terhadap pertumbuhan ubi,
(2) jumlah tunas terbaik yang mempengaruhi pertumbuhan ubi pada stek ubi kayu,
(3)interaksi antara perlakuan fisik dengan jumlah tunas terhadap pertumbuhan
ubi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah empat perlakuan pada stek yaitu
pengeratan tegak lurus (P1), pengeratan spiral (P2), pemberian zpt NAA dengan konsentrasi 2000 ppm yang digunakan sebagai pembanding (P3), dan kontrol (P4). Faktor kedua adalah jumlah tunas pada stek yaitu stek satu tunas (T1) dan stek dua tunas (T2). Masing- masing perlakuan diulang sebanyak 10 kali. Perbedaan nilai tengah diuji dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) perlakuan fisik dengan pengeratan spiral merupakan perlakuan terbaik yang berpengaruh nyata terhadap jumlah akar, jumlah ubi, dan diameter ubi, (2) stek dua tunas tidak mempengaruhi
(2)
pertumbuhan ubi tetapi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan akar, (3) interaksi antara perlakuan fisik dan jumlah tunas tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan ubi tetapi memberikan hasil yang baik terhadap jumlah akar.
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 28 Agustus 1992, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Hidayat, A. Z. dan Resmawati, S. H.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Kedaton Bandar Lampung pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 19 Bandar Lampung pada tahun 2007, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 15 Bandar Lampung pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Agroteknologi melalui jalur regular dan memilih minat Agronomi pada tahun 2012. Pada tahun 2013, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Hadimulyo Kecamatan Way Serdang, Mesuji dan tahun 2013 melaksanakan Praktik Umum di PTPN 7 Way Berulu Gedong Tataan, Pesawaran.
Selama kuliah penulis pernah menjadi salah satu asisten dosen mata kuliah Mikrobiologi pada tahun 2013. Dalam kegiatan organisasi penulis menjadi anggota LS Mata dan UKM Bidang Seni dengan mengambil konsentrasi pada bidang tari.
(8)
Bismillahirrohmanirrahim
Tanpa mengurangi rasa syukurku kepada Allah subhanahu wa ta’la,
kupersembahkan karyaku untuk :
Keluargaku tercinta ayah, ibu, dan kedua kakakku yang selama ini
telah mendukung, mendoakan dan memberikan limpahan kasih
sayang yang takkan kulupakan
Almamaterku tercinta
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Semoga ilmu dan hasil karya kecil ini dapat bermanfaat dan
mendapatkan ridho dari Allah SWT
(9)
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang
berjudul Berbagai Pengaruh Perlakuan Pada Stek Batang Ubi Kayu (Manihot
esculentas Crantz) Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Ubi. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Ucapan terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada pihak yang telah membimbing dan membantu kelancaran akan terselesaikannya skripsi ini, yaitu 1. Bapak Dr. Ir. Erwin Yuliadi, M.Sc. selaku Pembimbing Pertama yang telah
memberikan banyak arahan, motivasi, dan kesabaran selama membimbing saya dalam mengerjakan skripsi ini.
2. Bapak Ir. Ardian, M.Agr. selaku Pembimbing Kedua atas saran, nasihat, motivasi, dan bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi.
3. Bapak Dr. Ir. Agus Karyanto, M.Sc. selaku Pembahas dan Pembimbing Akademik saya, bapak yang selalu memberikan nasehat, sabar, dan bijaksna dalam membimbing saya dari awal perkuliahan hingga pengerjaan skripsi. 4. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. selaku Ketua Program Studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
5. Bapak Prof. Dr. Ir.Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
(10)
6. Seluruh dosen Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, khususnya Program Studi Agroteknologi yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan serta motivasi selama Penulis menyelesaikan studi.
7. Keluarga tersayang Papa (Hidayat AZ), Mama (Resmawati, S.H.), dan Abang (Alldicka Christvelldy), Cici (Adeiska Clarinda), Arief Darmawan atas doa, bantuan, kasih sayang, kesabaran, motivasi, serta dukungan dalam semua hal kepada penulis.
8. Fany Okviansyah yang telah memberikan bantuan moril dan senantiasa
memberikan semangat kepada pembimbing dalam menyelesaikan perkuliahan, penelitian, dan skripsi.
9. Sahabat seperjuangan dari awal perkuliahan, penelitian dan penulisan skripsi, Annisa Yangis Savitri atas kebersamaan dukungan yang telah diberikan. 10.Teman-teman terdekat Agroteknologi 2010 Echa Febriliya, Dewi Mentari, Rendina Dea Putri, Ratna Handayani Fitri, Rahma Catur, Mustika Adzania, Debby Kuncoro, Dendy Fauzi atas bantuan dan kebersamaan selama perkuliahan dan penelitian semoga menjadi kenangan terindah.
Semoga keberkahan dan rahmat Allah selalu dilimpahkan atas keikhlasan bantuan yang telah diberikan kepada Penulis dan semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya. Amin.
Bandar Lampung, 7 Agustus 2014 Penulis,
(11)
i DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vii
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 5
1.3 Kerangka Pemikiran ... 5
1.4 Hipotesis ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Ubi Kayu ... 10
2.2 Syarat Tumbuh ... 11
2.3 Perbanyakan Tanaman Ubi Kayu ... 12
2.4 Perlakuan Fisik Pada Stek ... 13
2.5 Zat Pengatur Tumbuh ... 15
2.6 Jumlah Tunas Pada Stek ... 16
2.7 Pentingnya Tanaman Ubi Kayu ... 17
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19
3.2 Bahan dan Alat ... 19
3.3 Metode Penelitian ... 19
3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 20
3.5 Pengamatan ... 22
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 26
4.1.1 Waktu Bertunas ... 27
(12)
ii
4.1.3 Jumlah Buku ... 30
4.1.4 Jumlah Daun ... 31
4.1.5 Jumlah Akar ... 32
4.1.6 Panjang Akar ... 33
4.1.7 Jumlah Ubi ... 33
4.1.8 Panjang Ubi ... 34
4.1.9 Diameter Ubi ... 35
4.1.10 Bobot Basah Daun ... 35
4.1.11 Bobot Kering Daun ... 36
4.1.12 Bobot Basah Tunas ... 37
4.1.13 Bobot Kering Tunas ... 38
4.1.14 Bobot Basah Akar ... 39
4.1.15 Bobot Kering Akar ... 40
4.1.16 Bobot Basah Ubi ... 41
4.1.17 Bobot Kering Ubi ... 42
4.2 Pembahasan ... 42
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 49
5.2 Saran ... 49
PUSTAKA ACUAN ... 50
(13)
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh perlakuan
fisik (kerat tegak lurus, kerat spiral, NAA 2000 ppm,
kontrol) dan jumlah tunas (satu tunas dan dua tunas. ... 27
2. Pengaruh berbagai perlakuan fisik dan jumlah tunas
terhadap waktu bertunas periode pertama kali muncul
dan 50% stek telah bertunas pada tanaman ubi kayu. ... 28
3. Pengaruh berbagai perlakuan fisik dan jumlah tunas
terhadap jumlah akar pada stek ubi kayu. ... 32
4. Pengaruh berbagai perlakuan fisik dan jumlah tunas
terhadap panjang akar pada stek ubi kayu. ... 33
5. Pengaruh jumlah tunas terhadap jumlah ubi pada stek
ubi kayu. ... 33
6. Pengaruh perlakuan fisik terhadap panjang ubi pada stek
ubi kayu. ... 34 7. Pengaruh berbagai perlakuan terhadap diameter ubi stek
batang ubi kayu umur 12 mst. ... 35 8. Pengaruh berbagai perlakuan fisik dan jumlah tunas
terhadap bobot basah daun pada stek ubi kayu. ... 35
9. Pengaruh berbagai perlakuan fisik dan jumlah tunas
(14)
iv
10. Pengaruh berbagai perlakuan fisik dan jumlah tunas
terhadap bobot basah tunas pada stek ubi kayu. ... 37
11. Pengaruh berbagai perlakuan fisik dan jumlah tunas terhadap bobot kering tunas pada stek ubi kayu. ... 38
12. Pengaruh jumlah tunas terhadap bobot basah akar pada stek ubi kayu. ... 39
13. Pengaruh jumlah tunas terhadap bobot kering akar pada stek ubi kayu. ... 40
14. Data jumlah akar stek batang ubi kayu umur 12 mst. ... 54
15. Data panjang akar stek batang ubi kayu umur 12 mst. ... 54
16. Data jumlah ubi stek batang ubi kayu umur 12 mst. ... 55
17. Data diameter ubi stek batang ubi kayu umur 12 mst. ... 55
18. Data panjang ubi stek batang ubi kayu umur 12 mst. ... 56
19. Data bobot basah daun stek batang ubi kayu umur 12 mst. ... 56
20. Data bobot kering daun ubi stek batang ubi kayu umur 12 mst. ... 57
21. Data bobot basah tunas stek batang ubi kayu umur 12 mst. ... 57
22. Data bobot kering tunas stek batang ubi kayu umur 12 mst. ... 58
23. Data bobot basah akar stek batang ubi kayu umur 12 mst. ... 58
24. Data bobot kering akar stek batang ubi kayu umur 12 mst. ... 59
25. Data bobot basah ubi stek batang ubi kayu umur 12 mst. ... 59
26. Data bobot kering ubi stek batang ubi kayu umur 12 mst. ... 60
27. Data basah ubi stek batang ubi kayu umur 12 mst yang ditransformasi dengan menggunkan log(x). ... 60
(15)
v
28. Data kering ubi stek batang ubi kayu umur 12 mst yang
ditransformasi dengan menggunkan log(x). ... 61
29. Rekapitulasi uji Bartlett untuk homogenitas
ragam antarperlakuan. ... 61 30. Analisis ragam untuk jumlah akar stek batang
ubi kayu umur 12 mst. ... 62 31. Analisis ragam untuk panjang akar stek batang
ubi kayu umur 12 mst. ... 62 32. Analisis ragam untuk jumlah ubi stek batang
ubi kayu umur 12 mst. ... 63 33. Analisis ragam untuk panjang ubi stek batang
ubi kayu umur 12 mst. ... 63 34. Analisis ragam untuk diameter ubi stek batang
ubi kayu umur 12 mst. ... 64 35. Analisis ragam untuk bobot basah daun stek batang
ubi kayu umur 12 mst. ... 64 36. Analisis ragam untuk bobot kering daun stek batang
ubi kayu umur 12 mst. ... 65
37. Analisis ragam untuk bobot basah tunas stek batang
ubi kayu umur 12 mst. ... 65 38. Analisis ragam untuk bobot kering tunas stek batang
ubi kayu umur 12 mst. ... 66 39. Analisis ragam untuk bobot basah akar stek batang
ubi kayu umur 12 mst. ... 66 40. Analisis ragam untuk bobot kering akar stek batang
ubi kayu umur 12 mst. ... 67 41. Analisis ragam untuk bobot basah ubi stek batang
(16)
vi
42. Analisis ragam untuk bobot kering ubi stek batang
(17)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Teknik pengeratan spiral ... 21 2. Teknik pengeratan tegak lurus . ... 22 3. Pertumbuhan rata- rata panjang tunas perminggu pada tanaman
ubikayu ... 29 4. Pertumbuhan rata- rata jumlah buku perminggu pada tanaman
ubikayu ... 30 5. Pertumbuhan rata- rata jumlah daun perminggu pada tanaman
ubikayu ... 31 6. Rata- rata bobot basah ubi pada umur 12 mst ... 41 7. Rata- rata bobot kering ubi pada umur 12 mst ... 42
(18)
1
I. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang dan Masalah
Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang
asalnya bukan asli dari Indonesia tetapi menjadi sangat terkenal di Indonesia. Ubikayu telah tersebar hampir di seluruh dunia termasuk Afrika, Madagaskar,
India, dan Cina (Nassar et al., 2008). Penduduk Indonesia yang menjadikan
ubikayu sebagai makanan pokok adalah Indonesia bagian timur. Ubikayu dikonsumsi sebagai makanan pangan karena mengandung sumber karbohidrat yang cukup tinggi yaitu 32,4 gram dan kalori 567 kal dalam 100 gram ubikayu. Penggunaan ubikayu sebagai bahan pangan harus memenuhi syarat utama yaitu mengandung racun asam sianida (HCN) yang rendah. HCN yang terkandung harus kurang dari 50 mg per Kg ubi basah karena jika lebih dari 50 mg per Kg ubi basah maka rasa dari ubikayu akan pahit sehingga tidak baik untuk dikonsumsi (Darjanto dan Muryati, 1980).
Di Indonesia, ubikayu selain sebagai bahan makanan dapat juga digunakan sebagai bahan baku industri dan bahan pakan ternak. Oleh karena itu harga ubikayu sangat fluktuatif tergantung dari permintaan. Apabila harga ubikayu baik maka luas panen musim berikutnya naik dan sebaliknya bila harga ubikayu pada musim tersebut kurang bagus maka luas panen pada tahun berikutnya juga
(19)
2
Ubikayu dapat dijadikan sebagai sumber energi terbarukan atau bioenergi setelah diolah dan diproses secara kimia menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi. Adanya usaha produksi bioetanol berskala industri besar diharapkan akan
meningkatkan permintaan terhadap ubikayu sehingga harganya akan lebih tinggi. Dengan demikian, petani singkong akan lebih sejahtera dan Indonesia akan mempunyai solusi energi alternatif yang terbaharukan (Yakinudin, 2010).
Potensi ubikayu sebagai bahan pangan dan bahan baku industri harus didukung oleh adanya peningkatan dan kontinuitas produksi. Produksi ubikayu di Indonesia dari tahun 2010- 2012 mengalami pasang surut. Di Pulau Sumatra, khususnya Lampung, produksi ubikayu tahun 2010 sebesar 8.637.594, tahun 2011 sebesar 9.193.676, dan tahun 2012 sebesar 8.370.479 (BPS, 2012). Penurunan hasil produksi disebabkan karena ubikayu mudah rusak dan akan menjadi busuk dalam waktu 2- 5 hari. Penyusutan pada ubi diperkirakan mencapai 25%. Beberapa faktor yang mempengaruhi penyusutan ubi di antaranya adalah faktor fisik, fisiologis, dan hama penyakit yang menyerang ubikayu (Setiyono dan Soemardi, 2003). Adanya peningkatan dan penanganan ubikayu baik kualitas maupun kuantitasnya akan berpengaruh terhadap produksi ubikayu sehingga terjadi peningkatan ekonomi dari petani.
Dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas ubikayu perlu adanya masukan teknologi budidaya yang tepat sehingga dapat meningkatkan hasil per tanaman ubikayu. Rendahnya produktivitas disebabkan oleh penerapan teknologi budidaya yang tepat belum merata. Teknologi yang memungkinkan untuk
(20)
3
batang yang diberi perlakuan. Perlakuan yang dapat diintroduksi adalah perlakuan fisik ataupun dengan penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan ubi.
Perlakuan yang diberikan terhadap stek pada dasarnya adalah untuk mengetahui respon stek dan dampaknya terhadap pertumbuhan akar yang berakhir pada pertumbuhan dan perkembangan ubi. Salah satu perlakuan fisik yang dapat dilakukan terhadap stek batang ubikayu adalah pengeratan. Perlakuan pengeratan adalah suatu cara pelukaan tanaman ya ng menyebabkan jaringan transportasi (floem) pada stek batang menjadi terpotong. Pergerakan zat- zat makanan terhambat dan tertimbun di sekitar daerah pelukaan, sehingga akan terjadi penumpukan auksin dan karbohidarat yang akan menstimulir dan mempercepat timbulnya akar pada daerah dekat pelukaan (Rochiman dan Harjadi, 1983). Pelukaan yang dilakukan tidak sampai melukai bagian batang yang paling dalam, hal ini akan menyebabkan kematian pada stek karena tidak adanya aliran asimilat
dari atas menuju tempat tumbuhnya akar.
Dengan adanya pengeratan maka luas permukaan tempat tumbuhnya akar menjadi lebih besar sehingga peluang akar dan ubi yang tumbuh menjadi lebih banyak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sidabutar (1992), perlakuan pelukaan pada batang secara membujur membuktikan adanya pengaruh peningkatan jumlah akar pada tanaman yang mengalami pelukaan.
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi regenerasi akar dan tunas adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tubuh. Zat pengatur tumbuh (ZPT) yang berperan dalam merangsang perakaran adalah auksin. Beberapa zat
(21)
4
pengatur tumbuh yang mengandung auksin untuk merangsang pembentukan akar
adalah indole acetid acid (IAA), naphthalene acetid acid (NAA), indole butyric
acid (IBA). NAA lebih efektif dibandingkan dengan IBA dan IAA karena NAA
lebih stabil terhadap cahaya, tahan terhadap bakteri pembusuk, dan pembongkaran oleh cahaya sehingga komponen ini lebih disukai karena efektif pada periode waktu yang lebih lama (Hopkins, 1995).
Keberhasilan inisiasi akar juga dipengaruhi oleh jumlah tunas pada suatu stek.
Menurut Edmond et al. (1983), kehadiran tunas sangat penting terhadap proses
inisiasi akar. Pertumbuhan akar tidak akan terjadi apabila seluruh tunas
dihilangkan atau dalam keadaan istirahat, karena tunas berperan sebagai sumber auksin yang menstimulir pembentukan akar terutama pada saat tunas mulai tumbuh (Rochiman dan Harjadi, 1983).
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan suatu penelitian mengenai berbagai perlakuan yang diberikan pada stek ubikayu dan jumlah tunas untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan akar dan ubi pada stek ubikayu.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah perlakuan fisik atau pemberian NAA yang berpengaruh untuk merangsang pertumbuhan ubi ?
2. Berapakah jumlah tunas yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ubi ? 3. Apakah ada interaksi antara perlakuan fisik atau pemberian NAA dengan
(22)
5
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1. Mengetahui perlakuan terbaik terhadap pertumbuhan ubi
2. Mengetahui jumlah tunas terbaik yang mempengaruhi pertumbuhan ubi pada
stek ubikayu.
3. Mengetahui interaksi antara perlakuan fisik atau pemberian NAA dengan
jumlah tunas terhadap pertumbuhan ubi.
1.3 Kerangka Pemikiran
Ubikayu merupakan salah satu bahan pangan yang populer di Indonesia
khususnya untuk Indonesia bagian Timur. Menurut Darjanto dan Muryati (1980), ubikayu dikatakan sebagai tanaman pangan karena memiliki kandungan
karbohidrat yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya yaitu 32,4 gram dan kalori 567 kal dala m 100 gram ubikayu. Selain itu, ubikayu merupakan jenis tanaman yang mudah dibudidayakan di berbagai tempat di Indonesia karena memiliki tingkat toleransi terhadap kualitas lahan yang rendah, iklim, serta keterbatasan pengetahuan sumberdaya manusia dan teknologi
(Setiyono dan Soemardi, 2003).
Pemanfaatan ubikayu selain sebagai bahan pangan dapat juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak, dan bahan pembuatan bioetanol. Pada industri rumahan ubikayu digunakan sebagai bahan baku pembuatan makanan seperti keripik singkong, gaplek, getuk, dan lainnya (Allem, 2002). Permintaan ubi
(23)
6
semakin meningkat seiring dengan kebutuhan yang diperlukan. Peningkatan ubikayu harus diimbangi dengan peningkatan luasan lahan dan bahan tanam yang akan digunakan.
Ketersediaan ubi menjadi salah satu kendala dalam kegiatan penyediaan ubikayu sebagai bahan baku industri rumahan maupun industri berskala besar. Untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi diperlukan suatu usaha pendekatan intensifikasi. Salah satu usaha intensifikasi adalah penggunaan bibit unggul dan teknik yang baik untuk meningkatkan hasil per tanaman ubikayu. Teknik yang digunakan dengan cara melukai stek batang yang pada dasarnya untuk
memperluas bidang permukaan tempat tumbuhnya akar yang berakhir pada pertumbuhan dan perkembangan ubi. Melalui teknik ini, ubikayu yang diperoleh diharapkan makin meningkat dan dapat memenuhi kebutuhan pangan maupun kebutuhan industri.
Teknik pelukaan fisik stek batang disebut dengan pengeratan. Pengeratan adalah suatu cara pelukaan dengan pengelupasan kulit sedikit demi sedikit pada stek batang bagian bawah. Perlakuan ini akan mengakibatkan pergerakan zat- zat makanan terhambat dan tertimbun di sekitar daerah pelukaan, sehingga akan terjadi penumpukan zat- zat terlarut termasuk auksin dan karbohidarat yang akan menstimulir dan mempercepat timbulnya akar pada daerah dekat pelukaan (Rochiman dan Harjadi, 1983).
Pada penelitian ini pengeratan yang akan dilakukan ada dua jenis, yaitu pengeratan spiral dan pengeratan tegak lurus. Pada pengeratan spiral bentuk pengeratannya melingkar seperti model spiral (satu putaran huruf S) yang
(24)
7
mengakibatkan terpotongnya jaringan transportasi (floem) vertikal sehingga proses pergerakan karbohidrat, auksin, dan air menuju perakaran menjadi terhambat dan tertimbun pada daerah pengeratan. Hal tersebut berbeda dengan pengeratan tegak lurus yang model pengeratannya tegak lurus dengan empat lokasi pengeratan. Pada pengeratan ini penghambatan mungkin hanya terjadi pada bagian atas pengeratan saja karena secara teoritis tidak terjadi pemotongan jaringan transportasi secara vertikal pada pengeratan tegak lurus. Dengan adanya penumpukan pada daerah pengeratan mengakibatkan terbentuknya kalus pada proses penutupan luka yang diharapkan mampu membentuk jaringan akar baru. Penutupan luka akibat dari pengeratan menyebabkan normalnya jaringan
transportasi yang terputus sehingga proses pergerakan zat- zat terlarut tetap mengalir kepangkal stek untuk menstimulir pembentukan akar pada daerah pangkal stek.
Menurut Keating (1981)secara anatomi tidak mungkin untuk membedakan antara
akar yang akhirnya tumbuh besar menjadi ubi dan yang akan tetap menjadi akar. Akar mulai tumbuh membesar secara cepat rata- rata sejak 6 minggu setelah penanaman. Dalam pembentukan akar menjadi ubi terjadi pembentukan parenkim floem dalam jumlah yang besar dipadati dengan bulir- bulir pati sehingga terbentuklah sebuah ubi.
Auksin merupakan zpt yang mempunyai peranan luas terhadap pertumbuhan dan perkembangan akar, sedangkan sitokinin merupakan zpt yang mempunyai peran di dalam pembentukan tunas. Perakaran yang timbul pada stek disebabkan oleh dorongan auksin yang berasal dari daun dan tunas. Auksin mampu meningkatkan
(25)
8
perakaran karena dapat menginduksi sekresi ion H+ keluar melalui dinding sel
yang menyebabkan K+ diambil dan pengambilan ini mengurangi potensial air di
dalam sel. Akibatnya air masuk ke dalam sel dan mendorong enzim sellulase memotong- motong ikatan sellulosa pada dinding primer hingga dinding menjadi
elastis dan sel membesar dan membentuk akar (Lakitan, 1996). Akar yang
terbentuk pada stek ubi kayu diharapkan dapat menjadi ubi. Semakin banyak akar yang terbentuk maka peluang terbentuknya ubi semakin besar sehingga produksi ubi kayu semakin meningkat.
Beberapa zat yang termasuk auksin sintetik untuk merangsang pembentukan akar
adalah indole acetid acid (IAA), naphthalene acetid acid (NAA), indole butyric
acid (IBA). Pada konsentrasi rendah zat pengatur tumbuh dapat memacu
pertumbuhan akan tetapi pada konsentrasi tinggi zat pengatur tumbuh justru akan menghambat pertumbuhan tanaman. Tetapi menurut beberapa penelitian
konsentrasi NAA yang biasa digunakan sangat beragam tergantung spesies tanaman dan jenis stek yang digunakan. Berdasarkan banyak penelitian bahwa NAA memiliki kecenderungan untuk meningkatkan jumlah akar. Menurut Ardian (2012) pertumbuhan akar terbaik untuk peubah jumlah akar dicapai oleh
perlakuan NAA dengan konsentrasi 2.000 ppm. Pada stek tanaman Dryobalanops
lanceolata juga diperoleh perakaran terbaik pada konsentrasi NAA 2.000 ppm (Moura-Costa dan Lundoh, 1994 dalam Ardian, 2012).
Salah satu faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan stek adalah jumlah tunas. Jumlah tunas berpengaruh pada pertumbuhan stek berhubungan dengan
(26)
9
auksin yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin. Tunas merupakan tempat tumbuhnya daun, semakin banyak daun yang tumbuh maka proses fotosintesis akan meningkat. Proses fotosintesis menghasilkan karbohidrat dengan banyaknya kandungan karbohidrat yang
dihasilkan maka pembentukan akar akan semakin cepat (Susanti et al., 2010).
Diharapkan dengan mengaplikasikan dua faktor tersebut akan didapatkan
produksi ubi yang lebih tinggi sehingga ketersediaan ubikayu untuk bahan pangan maupun industri dapat terjamin ketersediaannya.
1.4 Hipotesis
Untuk menjawab perumusan masalah dalam penelitian ini, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Perlakuan fisik dengan pengeratan spiral adalah perlakuan yang terbaik untuk merangsang pertumbuhan ubi pada stek ubikayu
2. Stek 2 tunas berpengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan ubi pada stek ubikayu
3. Ada interaksi antara pengaruh cara pengeratan dengan jumlah tunas terhadap pertumbuhan ubi pada stek ubikayu
(27)
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Ubikayu
Ubikayu berasal dari Brasilia. Ilmuwan yang pertama kali melaporkan hal ini adalah Johann Baptist Emanuel Pohl, seorang ahli botani asal Austria pada tahun 1827 (Allem, 2002). Tanaman ini selanjutnya menyebar ke berbagai penjuru dunia, terutama negara-negara di Asia dan Afrika. Tanaman ubikayu mencapai Afrika sekitar akhir pertengahan abad ke 16, sedangkan masuk ke Indonesia tidak diketahui dengan jelas waktu masuknya. Menurut Rumphius, pada abad ke 17 di Maluku telah terdapat tanaman ubikayu, sedangkan Junghuhn berpendapat bahwa sampai tahun 1838 penduduk Indonesia belum mengenal ubikayu sebagai bahan makanan walaupun tumbuhan itu sudah ada di Indonesia. Ubikayu merupakan makanan pokok bagi penduduk di dunia, selain sebagai makanan pokok ubikayu juga digunakan sebagai bahan baku industri dan pakan ternak.
Tanaman ubikayu dewasa dapat mencapai tinggi 1 sampai 2 meter, walaupun ada beberapa kultivar yang dapat mencapai tinggi sampai 4 meter. Batang ubikayu berbentuk silindris dengan diameter berkisar 2 sampai 6 cm. Warna batang sangat bervariasi, mulai putih keabu-abuan sampai coklat atau coklat tua. Batang
tanaman ini berkayu dengan bagian gabus (pith) yang lebar. Setiap batang
menghasilkan rata-rata satu buku (node) per hari di awal pertumbuhannya, dan
(28)
11
dari satu buku tempat menempelnya daun dan ruas buku (internode). Panjang
ruas buku bervariasi tergantung genotipe, umur tanaman, dan faktor lingkungan seperti ketersediaan air dan cahaya. Ruas buku menjadi pendek dalam kondisi kekeringan dan menjadi panjang jika kondisi lingkungannya sesuai, dan sangat panjang jika kekurangan cahaya. Ubi yang dihasilkan berasal dari pembesaran sekunder akar adventif, daunnya menjari, batangnya berbuku-buku, setiap buku batang terdapat tunas (Purwono dan Purnawati, 2008).
Secara taksonomi ubikayu ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotiledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta Crantz.
(Prihardana danHendroko, 2007).
2.2 Syarat Tumbuh
Pada umumnya tanaman ubikayu ditanam di daerah yang relatif kering. Tetapi
sebenarnya tanaman ubikayu ini dapat tumbuh di daerah antara 30o lintang
Selatan dan 300 lintang Utara. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman
ubikayu sekitar 10 jam/hari, terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan
(29)
12
mm/tahun. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ubikayu antara 1.500 – 2.500
mm/tahun. Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubikayu antara 60-65%,
dengan suhu udara minimal bagi tumbuhnya sekitar 10oC.
Ketinggian tempat yang ideal untuk pertumbuhan ubikayu antara 10 -700 m dpl
(Purwonodan Purnawati, 2008). Tanah yang paling sesuai untuk ubikayu adalah
tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia, dan mudah diolah. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ubikayu adalah jenis aluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol, dan andosol.
2.3 Perbanyakan Tanaman Ubikayu
Ubikayu diperbanyak dengan stek batang. Bibit tanaman diperoleh dari hasil panenan tanaman sebelumnya. Bibit yang umum digunakan berupa stek batang berukuran 20 - 30 cm, ujung stek bagian bawah dipotong miring (45º) untuk memperluas daerah perakaran dan sebagai tanda bagian yang ditanam (Purwono
danPurnawati, 2008). Pembibitan menggunakan batang yang sehat dan berumur
8-12 bulan dengan diameter 2- 3 cm, kedalaman optimum untuk penanaman sekitar 5 cm. Bibit yang dianjurkan untuk ditanam adalah stek dari batang bagian tengah dengan diameter batang 2-3 cm, panjang 15-20 cm, dan tanpa
penyimpanan (Wargiono , 2006).
Penanaman ubikayu sebaiknya dilakukan secara vertikal karena dapat memacu pertumbuhan akar dan menyebar merata di lapisan olah. Stek yang ditanam
(30)
13
dengan posisi miring atau horizontal akarnya tidak tersebar secara merata. Waktu tanam yang tepat bagi tanaman ubikayu, secara umum adalah musim penghujan atau pada saat tanah tidak berair agar struktur tanah tetap terpelihara. Tanaman ubikayu dapat ditanam di lahan kering, beriklim basah, waktu terbaik untuk
bertanam yaitu awal musim hujan atau akhir musim hujan (November –
Desember dan Juni – Juli). Tanaman ubikayu dapat juga tumbuh di lahan sawah
apabila penanaman dilakukan setelah panen padi. Di daerah-daerah yang curah hujannya cukup tinggi dan merata sepanjang tahun, ubikayu dapat ditanam setiap waktu.
2.4 Perlakuan Fisik Pada Stek
Pembentukan akar dapat dipercepat dengan cara pelukaan yang dapat
mempengaruhi gerakan dan akumulasi karbohidarat dan auksin yang dibutuhkan tanaman untuk merangsang inisiasi akar (Harjadi, 1989). Pengeratan adalah suatu cara pelukaan dengan pengelupasan kulit yang mengakibatkan pergerakan zat- zat makanan terhambat dan tertimbun di sekitar daerah pelukaan, sehingga akan terjadi penumpukan auksin dan karbohidarat yang akan menstimulir dan
mempercepat timbulnya akar pada daerah dekat pelukaan (Rochiman dan Harjadi, 1983). Secara umum jika rasio auksin lebih rendah daripada sitokinin maka organogenesis akan mengarah pada pertumbuhan tunas, sedangkan jika rasio auksin lebih tinggi daripada sitokinin maka organogenesis akan cenderung mengarah ke pembentukan akar (Davies, 1995).
Akar merupakan organ utama sebagai tempat penyimpanan kelebihan hasil dari suatu fotosintat pada ubikayu. Menurut Keating (1981) sejak 28 hari setelah
(31)
14
penanaman sejumlah bulir pati dapat ditemukan di dalam parenkim xylem akar serabut, tetapi secara anatomi tidak mungkin untuk membedakan antara akar yang akhirnya tumbuh besar menjadi ubi dan yang akan tetap menjadi akar. Beberapa akar serabut mulai tumbuh membesar secara cepat rata- rata sejak 6 minggu setelah penanaman, dalam pembentukan akar menjadi ubi terjadi pembentukan parenkim xylem dalam jumlah yang besar dipadati dengan bulir- bulir pati sehingga terbentuklah sebuah ubi. Pada awal pertumbuhannya jumlah akar yang tumbuh membesar ditentukan dengan sedikit perubahan dalam jumlah akar yang menggembung antara 2 sampai 3 bulan setelah tanam (BST) pada kebanyakan varietas.
Ada kecenderungan perbedaan akar pada tanaman yang dilukai secara membujur pada bagian bawah tanaman karet yang menghasilkan akar lebih banyak jika dibandingkan dengan tanaman yang tidak dilukai. Pada proses pelukaan laju asimilat menjadi tertahan akibat terputusnya jaringan floem pada tanaman sehingga menyebabkan terjadinya penumpukan hasil fotosintat pada ujung perlukaan yang menyebabkan terjadinya pembentukan kalus. Pada kalus- kalus tersebut, terjadi pembentukan jaringan-jaringan meristem baru yang pada
beberapa jaringan akan tumbuh terdifirensiasi membentuk jaringan akar lateral (Sidabutar, 1992).
Perlukaan pada stek batang tidak selebar yang dilakukan pada perlukaan pada pecangkokan, namun diharapkan dapat memberikan respon tanaman agar dapat membentuk kalus pada proses penutupan luka yang mampu membentuk jaringan akar baru. Selain itu perlukaan tidak dilakukan hingga memutuskan aliran
(32)
15
asimilat dari daun ke akar secara total karena jika dilakukan perlukaan secara berlebihan maka dikhawatirkan akar tanaman akan mati karena tidak adanya aliran asimilat dari daun.
2.5 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
Zat pengatur tumbuh mempunyai peranan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan untuk kelangsungan hidup suatu tanaman. Salah satu jenis ZPT ialah auksin yang berfungsi merangsang pemanjangan sel dan pertumbuhan aksis longitudinal tanaman yang berguna untuk merangsang pertumbuhan akar pada stek atau cangkokan.
Naphtaleneacetid acid (NAA) merupakan auksin sintetik yang memiliki
kemampuan untuk menginduksi akar, kalus, dan tunas. NAA juga memiliki sifat yang lebih stabil karena tidak mudah terurai oleh enzim yang dikeluarkan oleh tanaman. Pada kadar rendah tertentu, zat pengatur tumbuh dapat memacu
pertumbuhan akan tetapi pada konsentrasi tinggi zat pengatur tumbuh justru akan menghambat pertumbuhan tanaman. Tetapi menurut beberapa penelitian
konsentrasi asam naftalen asetat yang biasa digunakan sangat beragam tergantung spesies tanaman dan jenis stek yang digunakan. Beberapa peneliti menggunakan konsentrasi asam naftalen asetat dengan 500 dan 1.000 ppm atau dengan selang
antara 1.000- 5.000 ppm (Govinden et al., 2009).
Jumlah akar terbanyak dicapai oleh perlakuan stek 3 buku dengan 2.000 ppm NAA. Pemberian NAA 2.000 ppm meningkatkan jumlah stek yang terbentuk pada semua perlakuan jumlah buku yang pertambahannya semakin meningkat
(33)
16
dengan semakin banyaknya jumlah buku stek batang. Jumlah akar terbanyak yang diperoleh untuk masing-masing perlakuan jumlah buku stek batang
cenderung dicapai oleh perlakuan yang dikombinasikan dengan 2.000 ppm NAA dengan nilai yang berbeda nyata antara stek 1 buku dan stek 3 buku.
Keberhasilan NAA merangsang perakaran juga terjadi pada stek buncis dengan konsentrasi tinggi untuk persentase berakar, jumlah akar dan panjang akar. Peningkatan konsentrasi NAA cenderung meningkatkan jumlah akar yang
terbentuk juga terjadi pada tanaman Hibiscus sabdariffa. Pada stek tanaman
Dryobalanops lanceolata juga diperoleh perakaran terbaik pada konsentrasi NAA
2.000 ppm. Sedangkan penelitian pada stek tanaman VirginiaCreeper berbeda
dengan aplikasi NAA 1.000 ppm menghasilkan perakaran terbaiknya (Ardian, 2012).
2.6 Jumlah Tunas pada Stek
Panjang stek berpengaruh terhadap pertumbuhan akar dan tunas. Semakin panjang stek maka persediaan cadangan makanan bagi stek semakin besar
sehingga akar yang dihasilkan nantinya akan semakin banyak (Hartman et al.,
1997). Buku pada stek batang merupakan tempat tumbuhnya tunas. Peningkatan jumlah buku stek batang sebagai perlakuan akan meningkatkan kecepatan
bertunas stek mini akan tetapi peningkatan pemberian NAA sampai 2.000 ppm akan menurunkan kecepatan bertunas stek mini (Ardian, 2012).
Pertumbuhan akar tidak akan terjadi apabila seluruh tunas dihilangkan atau dalam keadaan istirahat, karena tunas berperan sebagai sumber auksin yang menstimulir pembentukan akar terutama pada saat tunas mulai tumbuh (Rochiman dan
(34)
17
Harjadi,1983). Jumlah tunas berpengaruh pada pertumbuhan stek berhubungan
dengan ketersediaan cadangan makanan. Tunas merupakan tempat tumbuhnya daun, semakin banyak tunas maka akan semakin banyak daun yang tumbuh maka proses fotosintesis akan meningkat
2.7 Pentingnya Tanaman Ubi Kayu
Indonesia merupakan Negara produsen ubi kayu no. 4 terbesar di dunia setelah Nigeria, Brazilia dan Thailand. Luas lahan yang ditanami ubikayu di Indonesia mengalami penurunan sejak tahun 2001. Namun produksi ubi ubikayu tetap mengalami peningkatan. Peningkatan ini mungkin disebabkan tersedianya bibit yang lebih baik serta teknik budidaya yang lebih baik juga. Ubikayu merupakan makanan pokok di beberapa negara Afrika. Di samping sebagai bahan makanan, ubikayu juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri dan pakan ternak. Ubinya mengandung air sekitar 60%, pati 25-35%, serta protein, mineral, serat, kalsium, dan fosfat. Ubikayu merupakan sumber energi yang lebih tinggi dibanding padi, jagung, ubi jalar, dan sorgum.
Pemanfaatan ubikayu dikelompokkam menjadi dua kelompok, yaitu sebagai bahan baku industri dan sebagai bahan pangan. Ubikayu sebagai bahan pangan harus memenuhi syarat utama, yaitu tidak mengandung racun HCN (< 50 mg per Kg umbi basah). Sementara itu, ubikayu untuk bahan baku industri tidak
disyaratkan adanya kandungan protein maupun ambang batas HCN, tapi yang diutamakan adalah kandungan karbohidrat yang tinggi. Pemanfaatan ubikayu sebagai bahan baku tepung tapioka merupakan pemakaian terbesar, tapi di beberapa tempat seperti daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta pemanfaatan
(35)
18
langsung jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang dibuat tepung tapioka (Popoola dan Yangomodou, 2006).
(36)
19
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung dan dilaksanakan selama ± 3
bulan yaitu dimulai dari bulan September – Desember 2013.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan selama penelitian ini dilaksanakan adalah stek batang tanaman ubi kayu varietas Kasesart, fungisida, air , NAA 2000 ppm dan bahan lain yang mendukung penelitian.
Alat yang digunakan yaitu polybag, pisau, cangkul, label nama, ember, meteran,
penggaris, buku tulis, selang dan alat-alat lain yang mendukung penelitian ini.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah empat perlakuan pada stek yaitu pengeratan tegak lurus (P1), pengeratan spiral (P2), pemberian zpt NAA dengan konsentrasi 2000 ppm (P3), dan kontrol (P4). Faktor kedua adalah jumlah tunas pada stek yaitu stek satu tunas (T1) dan stek dua tunas (T2). Masing- masing perlakuan diulang sebanyak 10 kali. Homogenitas ragam dalam
(37)
20
penelitian ini diuji dengan uji Barlett dan kemenambahan data diuji dengan uji Tukey. Dari data yang diperoleh, dilakukan analisis ragam dan dilanjutkan dengan pemisahan nilai tengah menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa kegiatan seperti :
1. Persiapan lahan
Lahan dibersihkan terlebih dahulu dari gulma kemudian dilakukan perataan
pada lahan karena penanaman menggunakan polybag.
2. Pengisian Polybag
Polybag yang digunakan berukuran 10 kg. Penggunaan polybag 10 kg bertujuan agar saat akhir pengamatan tidak terlalu sulit dalam mengamati parameter akar dan ubi yang tumbuh.
3. Pemotongan Stek
Stek yang akan digunakan diambil dari stek batang ubikayu varietas Kasesart yang telah berumur 10 bulan. Stek dipotong-potong berukuran ±20 cm. 4. Pengeratan Stek Ubikayu
Sebelum dilakukan penanaman stek ubikayu klon Kasesart terlebih dahulu dikerat sesuai dengan perlakuan yang telah direncanakan yaitu pengeratan spiral dan pengeratan tegak lurus.
- Pengeratan spiral dilakukan dengan cara melukai kulit stek dengan
menggunakan pisau kecil yang tajam. Model pengeratan spiral ini seperti satu putaran huruf S. Kedalaman yang dilakukan pada saat melukai stek
(38)
21
adalah 0, 5 mm, untuk mengetahui kedalaman yang tepat untuk pelukaan ini adalah melihat getah yang keluar dari stek ini menandakan bahwa pelukaan mencapai kambium. Pelukaan tidak dilakukan terlalu dalam karena akan menyebabkan kematian bagi stek batang. Tinggi keratan spiral sebesar 4-5 cm dengan lebar keratan sebesar 0,5 mm (Gambar 1).
Gambar 1. Teknik pengeratan spiral
- Pengeratan tegak lurus dilakukan dengan pisau yang tajam. Pengeratan
tegak lurus ini model pengeratan tegak lurus dengan empat lokasi
pengeratan pada stek batang. Lebar satu sisi pengeratan adalah sebesar 0,5 mm dengan tinggi satu sisi keratan setinggi 4 cm
(39)
22
-Gambar 2. Teknik pengeratan tegak lurus 5. Pemberian NAA
Sesuai dengan perlakuan yang direncanakan pada stek batang yang tidak dilakukan pengeratan, stek yang telah siap tanam langsung dicelupkan ke dalam larutan NAA 2.000 ppm selama 5 detik.
6. Penanaman
Setelah stek ubi kayu siap, stek ditanam di polybag. Jumlah tanaman dalam
petak percobaan adalah sebanyak 80 polybag.
7. Pemilihan Tunas
Setelah tunas mulai muncul dilakukan pemilihan tunas yang terbaik pada setiap stek dengan cara menghilangkan tunas yang dianggap memiliki pertumbuhan yang kurang baik untuk perlakuan stek satu tunas dan dua tunas.
8. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan gulma dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari agar kebutuhan air tanaman dapat terpenuhi dengan baik. Pemupukan dilakukan 2
(40)
23
kali yaitu pada saat 3 mst (minggu setelah tanam) dan 1 bulan setelah
pemupukan pertama dengan dosis 10 gram masing- masing untuk urea, SP36, dan KCl. Penyiangan gulma dilakukan secara manual jika terlihat ada gulma
yang muncul di dalam polybag maka segera dilakukan pencabutan dengan
menggunakan tangan.
3.5 Pengamatan
Adapun variabel pengamatan yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Waktu bertunas
Waktu bertunas didapatkan dengan mengamati periode pertama kali tunas muncul dan 50% stek telah bertunas setiap perlakuannya.
2. Panjang tunas
Panjang tunas diukur setiap minggu dimulai dari 2 mst (minggu setelah tanam) sampai panen ubi umur 3 bulan. Pengukuran panjang tunas dilakukan dengan menggunakan penggaris. Pengukuran dimulai dari pangkal tunas hingga pucuk tunas pada stek batang ubi kayu.
3. Jumlah buku
Jumlah buku dihitung pada setiap batang stek ubi kayu mulai dari pangkal sampai pucuk. Pengukuran dilakukan setiap minggu dimulai dari 2 mst sampai panen ubi umur 3 bulan
(41)
24
4. Jumlah daun
Jumlah daun dihitung secara manual berdasarkan daun yang sudah mengembang.
5. Jumlah akar
Jumlah akar dihitung pada akhir pengamatan yaitu pada saat umur tanaman sudah 3 bulan sesudah tanam (bst). Pengamatan jumlah akar dilakukan dengan
cara membelah bagian tengah polybag menggunakan pisau atau gunting
kemudian tanah yang membentuk polybag disiram dengan air yang banyak
sampai tanah mengalami pelepasan dari akar. Cara ini dilakukan agar akar tidak terputus atau tertinggal di tanah. Setelah terlepas dari tanah akar tanaman dibersihkan lagi dari sisa tanah baru kemudian dihitung jumlahnya.
6. Panjang akar
Panjang akar diukur dengan menggunakan meteran mulai dari pangkal sampai dengan ujung akar.
7. Jumlah ubi
Jumlah ubi dihitung saat akhir pengamatan yaitu 3 bulan setelah tanam. Jumlah ubi dihitung berdasarkan ubi yang sudah tumbuh dari ubi yang berukuran kecil, sedang, maupun besar.
8. Panjang ubi
Panjang ubi diukur dengan menggunakan meteran diukur dari ujung yang menggembung sampai pangkal.
9. Diameter ubi
Diameter ubi diukur menggunakan jangka sorong dengan mengukur bagian terbesar ubi sehingga didapatkan diameter ubi.
(42)
25
10. Bobot basah dan kering untuk daun, tunas, akar dan ubi
Terlebih dahulu daun, tunas, akar, dan ubi dipisahkan dari stek batang ubi kayu kemudian diukur bobot basah dari daun, tunas, akar, dan ubi dengan menggunakan timbangan elektrik. Setelah melalui proses penimbangan didapatkan bobot basahnya. Daun, tunas, akar, dan ubi yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam kertas koran lalu di masukan ke dalam oven dengan suhu 70°C selama 3 hari lalu ditimbang dengan timbangan elektrik untuk memperoleh bobot keringnya.
(43)
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Perlakuan fisik dengan pengeratan spiral mampu meningkatkan proses perakaran stek batang ubi kayu.
2. Stek dua tunas menunjukkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik dibandingkan stek satu tunas.
3. Interaksi antara perlakuan fisik dan perlakuan jumlah tunas hanya berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan akar, sedangkan jumlah ubi, panjang ubi, panjang akar, dan diameter ubi tidak berpengaruh nyata.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, disaranan untuk melanjutkan penelitian dengan membedakan jenis tempat tumbuhnya stek batang sehingga stek batang dapat tumbuh dengan optimal.
(44)
50
PUSTAKA ACUAN
Angga, W. 2011. Pengaruh jumlah mata tunas terhadap pertumbuhan empat
varietas ubi kayu. Jurnal Institut Pertanian Bogor. 1 : 22- 26.
Allem A.C. 2002. The origins and taxonomy of cassava. Di dalam Hillocks RJ,
Thresh JM, Bellotti AC, editor. Cassava: Biology, Production and
Utilization. New York: CABI Publishing. hlm 1-16.
Ardhana, R. C. 2009. Pengaruh macam zat pengatur tubuh dan frekuensi penyemprotan terhadap pertumbuhan awal bibit gelombang cinta (Anthurium plowmanii). Jurnal FP UNS Surakarta. 2 (1) : 15-18. Ardian. 2012. Pertumbuhan Akar dan Tunas Stek Batang Mini Tanaman Ubi
Kayu. Prosiding Seminar Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 8 hal.
Badan Pusat Statistika Provinsi. 2012. Produksi Ubi Kayu Seluruh Provinsi Indonesia. BPS Provinsi
Balai Informasi Pertanian, 2005. Budidaya Ubi Kayu. Sukabumi, Jawa Barat.
Darjanto dan Murjati. 1980. Khasiat, Racun dan Masakan Ketela Pohon. Bogor:
Yayasan Dewi Sri.
Davies, P. J. 1995. Plants Hormones: Physiology, Biochemistry, and Moleculer Biology. Diterjemahkan oleh Rohayati. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 72 hal.
Dwijoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia Pustaka
(45)
51
Edmond, J. B.,T. C. Senn, F.S. Andrew and R.G. Halfacre. 1983. Fundamental of Horticulture. 4th Ed. Diterjemahan oleh Erita Hayati dan Sabarudin.. Jurnal Effect of Buds and Composition of Planting Media to the Growth of Jatropha Plants Cutting (Jatropha curcas L.). Aceh. 6 hal.
Ekanayake, I. J., D. S. O Osiru, M. C. M Porto. 1997. Morfology of cassava. Terjemahan Euis dan Zainal. http: //ebookbrowsee.net/bab-11-ubi-kayu-euis-zainal-doc-d133153650. Diakses pada tanggal 15 November 2013. Erita, H., Sabarudin, and Rachmawati. 2012. Pengaruh jumlah mata tunas dan
komposisi media tanam terhadap pertumbuahan stek tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.). Jurnal Agrista. 16 (3) : 3- 4.
Farida, N.H dan N. Setiari. 2007. Pembentukan akar pada stek batang nilam (Pogostemon cablin Benth.) setelah direndam IBA (Indol Butyric Acid)
pada konsentrasi berbeda. Jurnal Anatomi dan Fisiologi. XV No 2: 4-6.
Govinden-Soulange, J., N. Boodia, C. Dussooa, R. Gunowa, S. Deensah, S. Facknath and B. Rajkomar. 2009. Vegetative Propagation and Tissue
Culture Regeneration of Hibiscus sabdariffa L. (Roselle). Jurnal AgricSci.
5 (5): 651-661.
Harjadi. 1989. Dasar- Dasar Hortikultur. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 500 hal.
Hartman, H.T., D.E. Kester,. F.T. Davies dan R.L. Geneve. 1997. Plant Propagation : Principles and Practices. 770p
Hidayat, R. 2004. Kajian Pola Translokasi Asimiliat pada Beberapa Umur
Tanaman Manggis (Garcinia Mangostana L) Muda. Jurnal Agrosains.
6(1): 20-25.
Hidayat, B. S. dan Sundhari. 2005. Pengaruh konsentrasi ekstrak macam organ tanaman cabai jamu sebagai bioregulator dn pelukaan stek terhadap
pertumbuhan awal lada asal cabang bawah (Piper ningrum). Jurnal
Agrika. 2(2) :132.
Hopkins, W. G. 1995. Introduction to plants phisiology. United States of
America. John Wiley and Sons, Inc.
Intan, R. D. A. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon Bagi Pertumbuhan
(46)
52
Keating, B.A. 1981. Environmental Effects on Growth and Development of
Cassava (Manihot esculenta Crantz) with Special Reference to
Photoperiod and Temperature. Disunting oleh Rofiq, M. IPB. Bogor. Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman.
Raja Grasindo Persada, Jakarta.
Moura-Costa, P.H. and L. Lundoh. 1994. The effects of auxins (IBA, NAA And
2,4-D) on rooting of Dryobalanops Lanceolata (Kapur - Dipterocarpaceae)
cuttings. Diterjemahkan oleh Ardian. Universitas Lampung. Lampung. Nababan, D. 2009. Penggunaan Hormon IBA terhadap Pertumbuhan Stek
Ekaliptus Klon IND 48. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. 54
hal.
Nassar N.M., D.Y. Hashimoto, and S.D. Fernandes. 2008. Wild Manihot species: Botanical Aspects, Geographic Distribution and Economic Value. Jurnal
GenetMol Res 7 (1): 16-28.
Popoola T.O.S., and Yangomodou O.D. 2006. Extraction, properties and
utilization potentials of cassava seed oil. Jurnal Biotechnology 5(1):
38-41.
Priadi, D. and E. Sudarmonowati. 2004. Pengaruh Komposisi Media dan Ukuran
Eksplan terhadap Pembentukan Kalus Embriogenik Beberapa Genotip
Lokal Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz). Bulletin Agronomi. 14(2).
Prihardana, R and R. Hendroko. 2007. Bioetanol Ubikayu : Bahan Bakar Masa Depan. Agromedia Pustaka: Jakarta. 194 hal.
Purwono dan H. Purnawati. 2008. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 139 hal.
Rineksane, I. A. 2005. Pengaruh perendaman biji dalam auksin terhadap
perkecambahan dan pertumbuhan akar manggis. Jurnal Ilmu- Ilmu
Pertanian Agr UMY. Vol 13(2) : 83-91.
Rochiman, K., dan S. S. Harjadi. 1983. Pembiakan Vegetatif. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB. Bogor
Rofiq, M. 2011. Pengaruh Perlukaan Pada Batang Utama Ubi Kayu Terhadap
(47)
53
Saleh, N., K. Hartojo and Suyamto. 2000. Present situation and future potential of
cassava in Indonesia. Cassava Potential in Asia in 21st Century. Proc. 6th Regional Cassava Workshop. Ho Chi Minh city, Vietnam. p : 47-60 Setiyono, A., dan Soemardi. 2003. Masalah Ubi Kayu dan Mutu Gaplek di
Lampung. In : Laporan Tahunan, Sub- Balai Penelitian tanaman Pangan.
Sidabutar, R.B.M. 1992. Pengaruh Penggoresan Batang Bawah yang ditanam
Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis). Disertasi. IPB.
Bogor.
Siti, A. 2009. Pertumbuhan bibit stek lada pada beberapa macam media dan
konsentrasi auksin. Jurnal Universistas Sebelas Maret 2(2): 13- 15.
Sitompul, S. M., dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Yogyakarta.
Susanti, I., Y. Endang and Purwanto. 2010. Pertumbuhan tunas stek kepuh pada
berbagai media dan panjang bahan stek. Disertasi. Fakultas Pertanian.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 44 hal
Wargiono, J. 2006. Ubi Kayu dan Cara Bercocok Tanam. Bogor: Pusat Penelitian Tanaman Pangan.
Widodo, Y. 1990. Keeratan Hubungan antara Sifat Kuantitatif pada Ubi Jalar. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan Malang : 215- 220.
Yakinudin. 2010. Bioetanol Singkong Sebagai Sumber Bahan Bakar Terbaharukan dan Solusi untuk Meningkatkan Penghasilan Petani
Singkong. Jakarta : Agromedia Pustaka.
(1)
25
10. Bobot basah dan kering untuk daun, tunas, akar dan ubi
Terlebih dahulu daun, tunas, akar, dan ubi dipisahkan dari stek batang ubi kayu kemudian diukur bobot basah dari daun, tunas, akar, dan ubi dengan menggunakan timbangan elektrik. Setelah melalui proses penimbangan didapatkan bobot basahnya. Daun, tunas, akar, dan ubi yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam kertas koran lalu di masukan ke dalam oven dengan suhu 70°C selama 3 hari lalu ditimbang dengan timbangan elektrik untuk memperoleh bobot keringnya.
(2)
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Perlakuan fisik dengan pengeratan spiral mampu meningkatkan proses perakaran stek batang ubi kayu.
2. Stek dua tunas menunjukkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik dibandingkan stek satu tunas.
3. Interaksi antara perlakuan fisik dan perlakuan jumlah tunas hanya berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan akar, sedangkan jumlah ubi, panjang ubi, panjang akar, dan diameter ubi tidak berpengaruh nyata.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, disaranan untuk melanjutkan penelitian dengan membedakan jenis tempat tumbuhnya stek batang sehingga stek batang dapat tumbuh dengan optimal.
(3)
50
PUSTAKA ACUAN
Angga, W. 2011. Pengaruh jumlah mata tunas terhadap pertumbuhan empat varietas ubi kayu. Jurnal Institut Pertanian Bogor. 1 : 22- 26.
Allem A.C. 2002. The origins and taxonomy of cassava. Di dalam Hillocks RJ, Thresh JM, Bellotti AC, editor. Cassava: Biology, Production and
Utilization. New York: CABI Publishing. hlm 1-16.
Ardhana, R. C. 2009. Pengaruh macam zat pengatur tubuh dan frekuensi penyemprotan terhadap pertumbuhan awal bibit gelombang cinta
(Anthurium plowmanii). Jurnal FP UNS Surakarta. 2 (1) : 15-18.
Ardian. 2012. Pertumbuhan Akar dan Tunas Stek Batang Mini Tanaman Ubi Kayu. Prosiding Seminar Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 8 hal.
Badan Pusat Statistika Provinsi. 2012. Produksi Ubi Kayu Seluruh Provinsi Indonesia. BPS Provinsi
Balai Informasi Pertanian, 2005. Budidaya Ubi Kayu. Sukabumi, Jawa Barat. Darjanto dan Murjati. 1980. Khasiat, Racun dan Masakan Ketela Pohon. Bogor:
Yayasan Dewi Sri.
Davies, P. J. 1995. Plants Hormones: Physiology, Biochemistry, and Moleculer Biology. Diterjemahkan oleh Rohayati. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 72 hal.
Dwijoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
(4)
Edmond, J. B.,T. C. Senn, F.S. Andrew and R.G. Halfacre. 1983. Fundamental of Horticulture. 4th Ed. Diterjemahan oleh Erita Hayati dan Sabarudin.. Jurnal Effect of Buds and Composition of Planting Media to the Growth of
Jatropha Plants Cutting (Jatropha curcas L.). Aceh. 6 hal.
Ekanayake, I. J., D. S. O Osiru, M. C. M Porto. 1997. Morfology of cassava. Terjemahan Euis dan Zainal. http: //ebookbrowsee.net/bab-11-ubi-kayu-euis-zainal-doc-d133153650. Diakses pada tanggal 15 November 2013. Erita, H., Sabarudin, and Rachmawati. 2012. Pengaruh jumlah mata tunas dan
komposisi media tanam terhadap pertumbuahan stek tanaman jarak pagar
(Jatropha curcas L.). Jurnal Agrista. 16 (3) : 3- 4.
Farida, N.H dan N. Setiari. 2007. Pembentukan akar pada stek batang nilam
(Pogostemon cablin Benth.) setelah direndam IBA (Indol Butyric Acid)
pada konsentrasi berbeda. Jurnal Anatomi dan Fisiologi. XV No 2: 4-6. Govinden-Soulange, J., N. Boodia, C. Dussooa, R. Gunowa, S. Deensah, S.
Facknath and B. Rajkomar. 2009. Vegetative Propagation and Tissue Culture Regeneration of Hibiscus sabdariffa L. (Roselle). Jurnal AgricSci. 5 (5): 651-661.
Harjadi. 1989. Dasar- Dasar Hortikultur. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 500 hal. Hartman, H.T., D.E. Kester,. F.T. Davies dan R.L. Geneve. 1997. Plant
Propagation : Principles and Practices. 770p
Hidayat, R. 2004. Kajian Pola Translokasi Asimiliat pada Beberapa Umur Tanaman Manggis (Garcinia Mangostana L) Muda. Jurnal Agrosains. 6(1): 20-25.
Hidayat, B. S. dan Sundhari. 2005. Pengaruh konsentrasi ekstrak macam organ tanaman cabai jamu sebagai bioregulator dn pelukaan stek terhadap pertumbuhan awal lada asal cabang bawah (Piper ningrum). Jurnal
Agrika. 2(2) :132.
Hopkins, W. G. 1995. Introduction to plants phisiology. United States of America. John Wiley and Sons, Inc.
Intan, R. D. A. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon Bagi Pertumbuhan Tanaman. Jurnal Universitas Padjajaran 2(1) : 24-28.
(5)
52
Keating, B.A. 1981. Environmental Effects on Growth and Development of Cassava (Manihot esculenta Crantz) with Special Reference to Photoperiod and Temperature. Disunting oleh Rofiq, M. IPB. Bogor. Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman.
Raja Grasindo Persada, Jakarta.
Moura-Costa, P.H. and L. Lundoh. 1994. The effects of auxins (IBA, NAA And 2,4-D) on rooting of Dryobalanops Lanceolata (Kapur - Dipterocarpaceae) cuttings. Diterjemahkan oleh Ardian. Universitas Lampung. Lampung. Nababan, D. 2009. Penggunaan Hormon IBA terhadap Pertumbuhan Stek
Ekaliptus Klon IND 48. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. 54 hal.
Nassar N.M., D.Y. Hashimoto, and S.D. Fernandes. 2008. Wild Manihot species: Botanical Aspects, Geographic Distribution and Economic Value. Jurnal GenetMol Res 7 (1): 16-28.
Popoola T.O.S., and Yangomodou O.D. 2006. Extraction, properties and utilization potentials of cassava seed oil. Jurnal Biotechnology 5(1): 38-41.
Priadi, D. and E. Sudarmonowati. 2004. Pengaruh Komposisi Media dan Ukuran Eksplan terhadap Pembentukan Kalus Embriogenik Beberapa Genotip Lokal Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz). Bulletin Agronomi. 14(2). Prihardana, R and R. Hendroko. 2007. Bioetanol Ubikayu : Bahan Bakar Masa
Depan. Agromedia Pustaka: Jakarta. 194 hal.
Purwono dan H. Purnawati. 2008. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 139 hal.
Rineksane, I. A. 2005. Pengaruh perendaman biji dalam auksin terhadap perkecambahan dan pertumbuhan akar manggis. Jurnal Ilmu- Ilmu
Pertanian Agr UMY. Vol 13(2) : 83-91.
Rochiman, K., dan S. S. Harjadi. 1983. Pembiakan Vegetatif. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB. Bogor
Rofiq, M. 2011. Pengaruh Perlukaan Pada Batang Utama Ubi Kayu Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Umbi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. 55 hal.
(6)
Saleh, N., K. Hartojo and Suyamto. 2000. Present situation and future potential of cassava in Indonesia. Cassava Potential in Asia in 21st Century. Proc. 6th Regional Cassava Workshop. Ho Chi Minh city, Vietnam. p : 47-60 Setiyono, A., dan Soemardi. 2003. Masalah Ubi Kayu dan Mutu Gaplek di
Lampung. In : Laporan Tahunan, Sub- Balai Penelitian tanaman Pangan. Sidabutar, R.B.M. 1992. Pengaruh Penggoresan Batang Bawah yang ditanam
Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis). Disertasi. IPB. Bogor.
Siti, A. 2009. Pertumbuhan bibit stek lada pada beberapa macam media dan konsentrasi auksin. Jurnal Universistas Sebelas Maret 2(2): 13- 15. Sitompul, S. M., dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM
Yogyakarta.
Susanti, I., Y. Endang and Purwanto. 2010. Pertumbuhan tunas stek kepuh pada berbagai media dan panjang bahan stek. Disertasi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 44 hal
Wargiono, J. 2006. Ubi Kayu dan Cara Bercocok Tanam. Bogor: Pusat Penelitian Tanaman Pangan.
Widodo, Y. 1990. Keeratan Hubungan antara Sifat Kuantitatif pada Ubi Jalar.
Jurnal Penelitian Tanaman Pangan Malang : 215- 220.
Yakinudin. 2010. Bioetanol Singkong Sebagai Sumber Bahan Bakar Terbaharukan dan Solusi untuk Meningkatkan Penghasilan Petani Singkong. Jakarta : Agromedia Pustaka.