Analisis Kelayakan Pengusahaan Pembenihan Ikan Nila GMT di Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan, Sukabumi

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEMBENIHAN
IKAN NILA GMT DI KELOMPOK TANI BUNI SARI,
CARINGIN WETAN, SUKABUMI

AMELIA QODARIYAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul ”Analisis Kelayakan
Pengusahaan Pembenihan Ikan Nila GMT di Kelompok Tani Buni Sari, Caringin
Wetan, Sukabumi” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013

Amelia Qodariyah
H34104077

ABSTRAK
AMELIA QODARIYAH. Analisis Kelayakan Pengusahaan Pembenihan Ikan
Nila GMT, di Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan, Sukabumi. Dibimbing
oleh RACHMAT PAMBUDY.
Analisis kelayakan merupakan salah satu bentuk analisa untuk menilai
kelayakan dari suatu kegiatan usaha dan tingkat keuntungan bagi petani sebagai
pengembalian atas investasi atau modal yang digunakan. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menganalisis kelayakan berdasarkan non finansial dan aspek
finansial pada pengusahaan pembenihan ikan nila GMT (Genetically Male
Tilapia) yang terbagi dalam tiga skenario. Disamping itu, dilakukan juga analisis
mengenai tingkat kepekaan sebagai akibat adanya perubahan dalam suatu variabel
usaha. Pemilihan responden sebanyak 14 orang petani ikan menggunakan teknik
purposive. Data diolah menggunakan program Microsoft excel yang disajikan

dalam bentuk tabulasi. Perhitungan biaya dan manfaat disusun dalam bentuk cash
flow. Secara finansial dan non finansial, kegiatan pengusahaan pembenihan pada
ketiga skenario layak untuk dilakukan. Empat kriteria investasi yakni NPV, Net
B/C, IRR, dan Payback Period menunjukkan hasil yang melebihi standar
kelayakan suatu usaha. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan
jumlah produksi benih ikan nila GMT memiliki pengaruh lebih besar
dibandingkan peningkatan harga pitik.
Kata kunci : kelayakan, nila, investasi, pembenihan, GMT

ABSTRACT
AMELIA QODARIYAH. Analysis of Feasibility of the Operation of Tilapia
GMT Hatcheries by Farmers Group Buni Sari, Caringin Wetan, Sukabumi.
Supervised by RACHMAT PAMBUDY.
The feasibility analysis is one of form analysis to assess the feasibility of a
business activity and profitability for farmers as return on investment or capital
employed. The purpose of this study was to analyze the feasibility based on nonfinancial and financial aspects of the operation of tilapia GMT (Genetically Male
Tilapia) hatcheries that are divided into three scenarios. In addition, the analysis
was also performed on the level of sensitivity as a result of a change in a variable
effort. The selection of respondents were 14 fish farmers using purposive technic.
The data were processed using Microsoft Excel program that presented in

tabulated form. The calculation of costs and benefits are arranged in the form of
cash flow. Financially and non-financially, the operation of fish hatcheries in the
third scenario feasible was done. Four investment criterias include NPV, Net B /
C, IRR, and Payback Period showed results that exceed eligibility standards of a
business. Sensitivity analysis showed that the decrease in the number of tilapia
seed production quantities GMT had a bigger impact than the increase in Pitik
prices.
Key words : feasibility, tilapia, investment, hatcheries, GMT

RINGKASAN
AMELIA QODARIYAH. Analisis Kelayakan Pengusahaan Pembenihan Ikan Nila GMT di
Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan, Sukabumi. Dibimbing oleh RACHMAT
PAMBUDY.
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan kekayaan alam dan
keanekaragaman hayati yang besar memiliki potensi ekonomi yang cukup besar disektor
perikanan. Pada dasarnya sektor perikanan terdiri dari perikanan tangkap (capture
fisheries) dan perikanan budidaya (aquaculture). Salah satu upaya menghindari adanya
eksploitasi berlebihan terhadap sumberdaya perikanan di alam, serta dalam rangka
meningkatkan produksi perikanan guna memenuhi permintaan konsumsi ikan dimasyarakat
adalah dengan mengembangkan sektor perikanan budidaya.

Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang menjadi target peningkatan
produksi yang dicanangkan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2014
nanti. Proses budidaya yang relatif mudah, mudah berkembang biak, mudah mengalami
perubahan genetika, pengadaan pakan yang relatif mudah, dan serta kemampuan bertahan
hidup yang cukup baik diberbagai perairan menempatkan ikan nila sebagai salah satu jenis
ikan yang diminati para petani budidaya ikan air tawar.
Kabupaten Sukabumi yang merupakan sentra produksi ikan nila. Sebagian besar
petani ikan di wilayah ini yang merupakan petani pembesaran, memberikan peluang usaha
bagi petani budidaya pembenihan. Kelompok Tani Buni Sari yang berlokasi di Kecamatan
Caringin, Kabupaten Sukabumi melakukan kegiatan pengusahaan budidaya benih ikan nila.
Benih ikan nila yang dibudidayakan adalah ikan nila GMT (Genetically Male Tilapia)
dengan keunnggulan berupa ukuran benih yang dihasilkan seragam dan tumbuh lebih cepat
dibandingkan populasi nila biasa.
Kegiatan pengusahaan yang dilakukan yakni pemijahan dan pembenihan
menghasilkan output dengan ukuran benih ikan yang berbeda. Biaya yang dikeluarkan oleh
petani pada awal usaha disertai dengan kendala-kendala yang ada, memerlukan adanya
analisis kelayakan untuk menilai apakah kegiatan pengusahaan ini layak untuk dijalankan
dan dapat tidaknya memberikan keuntungan bagi petani sebagai pengembalian atas investasi yang
digunakan. Analisis tersebut dilakukan menggunakan tiga skenario, yaitu skenario I (usaha
pembenihan yang menghasilkan output berupa larva ikan) dan skenario II (usaha pembenihan yang

menghasilkan output berupa larva dan benih 2-3 cm) dan skenario III (usaha pembenihan yang
menghasilkan output berupa larva, benih 2-3 cm dan benih 3-5 cm). Tujuan penelitian ini adalah (1)
Menganalisis kelayakan non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial
ekonomi, dan aspek lingkungan) pengusahaan pembenihan ikan nila GMT Kelompok Tani

Buni Sari (2) Menganalisis kelayakan finansial pengusahaan pembenihan ikan nila GMT
Kelompok Tani Buni Sari menggunakan empat kriteria investasi (3) Menganalisis tingkat
kepekaan jika terjadi peningkatan perubahan harga pakan dan penurunan jumlah produksi.
Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Februari
2013. Lokasi penelitian ini di Kelompok Tani Buni Sari Kecamatan Caringin Kabupaten

Sukabumi. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan purposive sampling. Pengolahan
data menggunakan microsoft excel dan disajikan dalam bentuk tabulasi. Data yang
digunakan merupakan hasil rata-rata petani dalam setiap skenario. Perhitungan biaya dan
manfaat dalam bentuk cashflow.
Adanya perbedaan antara permintaan dengan penawaran menunjukkan besarnya
potensi bagi usaha pembenihan ikan nila. Jumlah benih yang mampu diproduksi petani
benih di Kelompok Tani Buni Sari yang hanya berkisar dua hingga tiga juta ekor benih
setiap bulannya tidak dapat memenuhi permintaan tiga pedagang pengumpul yakni sebesar
lima hingga enam juta ekor benih. Secara teknis, kegiatan budidaya masih layak dilakukan.

Ketersediaan induk dan input lainnya berupa pakan yang masih mudah diperoleh,
penggunaan tenaga kerja sendiri dan masyarakat sekitar lokasi usaha, kondisi kualitas air
kolam yang memadai, proses produksi secara sederhana yang relatif mudah, dan akses
lokasi yang mendukung kegiatan pengusahaan pembenihan ikan nila GMT di Kelompok
Tani Buni Sari. Pengelolaan dalam organisasi kelompok dengan struktur organisasi yang
sederhana dilakukan dengan baik dan dapat memberikan manfaat kepada petani. Peluang
kerja dan dan kontribusi terhadap kegiatan perdagangan di pasar input juga dapat dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat sekitar. Kegiatan pengusahaan pembenihan ini tidak
memberikan pengaruh buruk bagi lingkungan sekitar.
Secara finansial pengusahaan yang dilakukan pada ketiga skenario layak untuk
dilakukan. Empat kriteria investasi menunjukkan hasil yang melebihi standar kelayakan
suatu usaha. Nilai NPV yang dihasilkan pada ketiga skenario lebih dari nol menyatakan
bahwa investasi yang ditanam pada 16 periode yang akan datang memberikan keuntungan
sebesar Rp. 2.869.305,00 (skenario I), Rp. 13.624.745,00 (skenario II), dan 15.428.884,00
(skenario III). Net B/C yang dihasilkan pada skenario I sebesar 1,902; skenario II sebesar
5.204, dan skenario III sebesar 4,823 menyatakan bahwa setiap Rp. 1,00 investasi yang
ditanam akan memberikan keuntungan sebesar nilai tesebut. Persentase IRR menyatakan
tingkat kemampuan usaha untuk mengembalikan modal dalam tingkat bunga (discount
rate) sebesar 5,75 persen. IRR pada ketiga skenario melebihi nilai discount rate yang
berlaku, yaitu sebesar 17 persen (skenario I), sebesar 51 persen (skenario II), dan sebesar

46 persen (skenario III). Waktu pengembalian modal usaha (Payback Period) skenario I
selama enam periode, skenario II dan skenario III selama tiga periode.
Variabel yang digunakan dalam switching value adalah peningkatan harga harga
pitik dan penurunan jumlah produksi. Persentase perubahan ketika terjadi penurunan
produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan harga pakan, yaitu
sebesar18,289 persen (skenario I), 42,156 persen (skenario II), dan 28,666 persen (skenario
III). Sedangkan persentase perubahan ketika terjadi peningkatan harga pitik adalah sebesar
84,83 persen untuk skenario I, peningkatan harga sebesar 224.69 persen untuk skenario II
dan peningkatan harga sebesar 164,784 persen untuk skenario III.. Secara keseluruhan,
penurunan jumlah jumlah produksi benih ikan nila GMT memiliki pengaruh lebih besar
dibandingkan peningkatan harga pitik, yang artinya pengusahaan pembenihan ikan nila
GMT ini lebih sensitif terhadap penurunan produksi benih nila.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEMBENIHAN
IKAN NILA GMT DI KELOMPOK TANI BUNI SARI,
CARINGIN WETAN, SUKABUMI

AMELIA QODARIYAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


Judul Skripsi

Nama
NIM

: Analisis Kelayakan Pengusahaan Pembenihan Ikan Nila
GMT di Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan,
Sukabumi
: Amelia Qodariyah
: H34104112

Disetujui oleh

Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 sampai April 2013 ini
adalah kelayakan, dengan judul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Pembenihan
Ikan Nila GMT di Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan, Sukabumi”.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS selaku
dosen pembimbing, Dr. Ir. Suharno, M.Adev selaku dosen evaluator kolokium,
Prof. Dr. Rita Nurmalina, MS dan Ir. Harmini, MS selaku dosen penguji pada
ujian sidang, Dra. Yusalina, M.Si selaku pembimbing akademik, Feryanto
William Karo-Karo, SP. M.Si dan seluruh staf pengajar serta secretariat Alih Jenis
Agribisnis. Disamping itu penghargaan penulis sampaikan kepada kedua orang
tua (Asmadi dan Sudarwati) dan adik (Putri Sakinah, Shidqi Adiatma, dan Asih
Mauizah) atas perhatian, dukungan moril dan materiil serta doa yang diberikan,
Bapak Abas Sutisna, Bapak Sudarwin dan para petani pembenihan ikan nila di
Kelompok Tani Buni Sari yang telah bersedia untuk memberikan informasi dan

keadaan mengenai kegiatan pengusahaan pembenihan, Bapak Hamonangan
Marbun dan Ibu Ai Lilah Yunani atas dukungan, bantuan dan tempat tinggal.
Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Rezkyan Eki Ellanda,
Dameria Novandina, Winda Pratiwi, Henry Jonathan, Benedictus Victor
Simatupang, Amanda Aulia Akbar, Deliana Caroline Hasiani, dan Sudarsono,
Dhinny Rizky Amalia, Reni Astuti, Novi Ratna Ayuningsih, Rika Sulastri,
Kartika Kirana, Endah Fitri Maharani, Rina, Viki, Lisa, Tasya, Pinta dan sahabatsahabat dekat lainnya atas sharing pengetahuan dan motivasi yang diberikan.

Bogor, Mei 2013

Amelia Qodariyah

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Usaha Perikanan Budidaya
Ikan Nila
Pembenihan Ikan Nila
Agribisnis Ikan Nila
Kajian Penelitian Terdahulu Studi Kelayakan
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Studi Kelayakan
Aspek-Aspek Studi Kelayakan
Umur Bisnis
Teori Biaya dan Manfaat
Laporan laba Rugi
Aliran Kas
Analisis Sensitivitas dan Switching Value
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengambilan Sampel
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
Analisis Aspek Pasar
Analisis Aspek Teknis
Analisis Aspek Manajemen
Analisis Aspek Sosial Ekonomi
Analisis Aspek Lingkungan
Analisis Finansial
Analisis Sensitivitas Nilai Pengganti (Switching Value)
Aumsi-Asumsi Dasar yang Digunakan .
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum Wilayah
Letak dan Keadaan Alam .
Potensi Perikanan Kecamatan Caringin

vii
ix
x
xi
1
1
5
7
7
8
8
8
8
9
10
11
12
12
13
13
16
17
17
18
18
19
20
20
21
21
21
22
22
22
22
22
23
25
25
27
27
27
27

vii

Potensi Sumberdaya Manusia
Sumberdaya Sarana dan Prasarana .
Gambaran Umum Usaha Pembenihan Ikan Nila GMT
Kelompok Tani Buni Sari
ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL
Analisis Aspek Pasar
Keadaan Permintaan dan Penawaran Benih Ikan Nila GMT
Saluran Pemasaran
Analisis Aspek Teknis
Lokasi Usaha Pembenihan Ikan Nila GMT
Teknologi yang digunakan
Proses Produksi
Analisis Aspek Manajemen .
Analisis Aspek Sosial Ekonomi
Analisis Aspek Lingkungan
ANALISIS ASPEK FINANSIAL
Arus Pengeluaran dan Penerimaan
Arus Pengeluaran (Outflow)
Arus Penerimaan .
Analisis Laba Rugi
Analisis Kelayakan Finansial
Analisis Kelayakan Finansial Skenario I.
Analisis Kelayakan Finansial Skenario II
Analisis Kelayakan Finansial Skenario III
Switching Value (Nilai Pengganti)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii

28
30
31
32
32
32
33
34
34
36
36
39
40
40
41
41
41
45
47
48
49
49
50
51
52
52
53
53
56

DAFTAR TABEL
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Konsumsi ikan per kapita di Indonesia Tahun 2007-2011
Produksi perikanan budidaya menurut komoditas utama di Indonesia,
Produksi benih ikan budidaya menurut jenis ikan di Kabupaten
Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) perikanan budidaya di
Komposisi jumlah penduduk Kecamatan Caringin berdasarkan jenis
Komposisi jumlah penduduk Kecamatan Caringin berdasarkan mata
pencaharian, Tahun 2012
Jumlah KK di Kecamatan Caringin berdasarkan status penguasaan
Karakteristik petani responden budiaya ikan nila GMT di Kelompok
Kondisi air kolam wilayah Desa Caringin Wetan untuk komoditas
Rincian biaya investasi skenario I, skenario II, dan skenario III pada
Rincian penerimaan skenario I
Rincian penerimaan skenario II
Rincian penerimaan skenario III
Hasil analisis laba rugi pada skenario I, skenario II, dan skenario III
Kelayakan finansial skenario I
Kelayakan finansial skenario II
Kelayakan finansial pada skenario III
Hasil analisis switching value dari penurunan produksi dan

2
3
4
5
28
29
29
30
35
42
46
46
47
48
49
49
50
51

ix

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
2
3
4

x

Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan pengusahaan
pembenihan ikan nila GMT
Saluran pemasaran benih ikan nila GMT
Struktur organisasi Kelompok Tani Buni Sari
Dokumentasi penelitian

20
34
39
70

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Pola tanam pemijahan (output larva)
Pola tanam pendederan benih 2-3 cm
Pola tanam pendederan benih 3-5 cm
Rincian biaya investasi skenario I
Rincian biaya investasi skenario II
Rincian biaya investasi skenario II
Rincian biaya variabel skenario I
Rincian biaya variabel skenario II
Rincian biaya variabel skenario III
Laporan laba rugi skenario I pengusahaan pembenihan ikan nila GMT
Laporan laba rugi skenario II pengusahaan pembenihan ikan nila GMT
Laporan laba rugi skenario III pembenihan ikan nila GMT
Cashflow skenario I pembenihan ikan nila GMT
Cashflow skenario II pembenihan ikan nila GMT
Cashflow skenario III pembenihan ikan nila GMT
Dokumentasi penelitian
Kuisioner Penelitian

57
58
59
60
61
62
63
63
63
64
65
66
67
68
69
70
72

xi

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) yang terdiri dari
17.504 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke (Kemendagri, 2010).
Banyaknya pulau menjadikan Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 104.000
km2. Sebagai negara yang memiliki wilayah laut yang sangat luas dengan
kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang luar biasa banyaknya, Indonesia
memiliki potensi ekonomi yang cukup besar disektor perikanan.
Sektor perikanan memberikan sumbangsih dalam meningkatkan devisa
negara.
Kontribusi yang diberikan terhadap devisa negara lebih besar
dibandingkan sektor pertanian lainnya. Pertumbuhan PDB (Produk Domestik
Bruto) sektor perikanan pada triwulan III tahun 2011 mencapai 19,85 persen atau
berada pada urutan kedua setelah bahan makanan.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), nilai ekspor
perikanan Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Nilai ekspor hasil
perikanan Indonesia tahun 2011 mencapai US$ 3,5 juta atau meningkat sebesar
22,95 persen dibandingkan nilai ekspor tahun 2010 yang hanya mencapai US$ 2,8
juta. Negara yang menjadi tujuan ekspor produk perikanan Indonesia adalah
Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa. Kondisi ini menggambarkan bahwa terdapat
peluang yang cukup besar bagi Indonesia untuk dapat meningkatkan volume
ekspor komoditas perikanan 1.
Pada dasarnya sektor perikanan terdiri dari perikanan tangkap (capture
fisheries) dan perikanan budidaya (aquaculture). Kementrian Kelautan dan
Perikanan mencatat bahwa volume dan nilai produksi perikanan di Indonesia,
baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya terus meningkat dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2010, volume produksi perikanan Indonesia mencapai 11,6
juta ton, meningkat sebesar 1,8 juta ton dari tahun 2009 yang hanya sebesar 9,8
juta ton. Perikanan tangkap (laut dan umum) mencapai jumlah produksi sebesar
5,3 juta ton. Sedangkan nilai perikanan budidaya (laut, tambak, kolam, keramba
dan jaring apung) adalah sebesar 6,3 juta ton.
Perairan Indonesia memiliki potensi Maximum Sustainable Yield (MSY)
atau total potensi produksi lestari sebesar 6,5 juta ton per tahun. Namun jumlah
tangkapan ikan yang diperbolehkan oleh Food and Agriculture Organization
(FAO) 1995, adalah sebesar 80 persen dari MSY atau 5,2 juta ton per tahun.
Sebagai upaya menghindari adanya kelebihan tangkap atau eksploitasi berlebihan
terhadap sumberdaya perikanan yang ada di alam, sudah selayaknya bagi
Indonesia untuk mengembangkan perikanan budidaya baik di laut maupun di
darat 2. Selain itu, melalui perikanan budidaya pula diharapkan dapat membantu
pemerintah dalam meningkatkan produksi perikanan guna memenuhi permintaan
konsumsi ikan masyarakat, baik dalam maupun luar negeri. Perikanan budidaya
1

Ditjen Perikanan Budidaya,2012. KKP Targetkan Ekspor Perikanan 2012 US$ 4,2 Juta.
http://www.djpb.kkp.go.id. [Diakses pada tanggal 02 Oktober 2012]
2
Agrina. 2012. Mewujudkan Industri Perikanan Budidaya Tangguh.
http://www.agrina-online.com. [Diakses pada tanggal 8 Oktober 2012]

2
air tawar sebagai salah satu kegiatan agribisnis perikanan budidaya yang potensial
mulai disadari dan berkembang baik pada era 1990-an (Nugroho e, Kristanto AH
2011).
Kebutuhan manusia dengan konsumsi ikan meningkat seiring bertambahnya
jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat dengan
mengkonsumsi makanan bergizi. Tingkat konsumsi ikan di Indonesia memiliki
kecenderungan meningkat setiap tahunnya (Tabel 1).
Tabel 1. Konsumsi ikan per kapita di Indonesia Tahun 2007-2011
Tahun (Kg)
Rincian - Item

Per Kapita (Kg/Kap/Th)

Kenaikan Rata-Rata
(%)

2007

2008

2009

2010

2011*

26.00

28.00

29.08

30.48

31.64

20072011
5.06

20102011
4.81

Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011)
*angka sementara

Berdasarkan data KKP, tingkat konsumsi ikan nasional dari tahun 2007
terus mengalami peningkatan. Konsumsi ikan pada tahun 2010 mencapai 30,48
kg per kapita per tahun, meningkat sebesar 4,81 persen pada tahun 2011 yakni
sebesar 31,64 kg per kapita per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
menyadari pentingnya kebutuhan konsumsi ikan yang merupakan sumber protein
hewani. Berbagai program telah dijalankan oleh pemerintah guna meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi ikan, diantaranya adalah
program Gerakan Makan Ikan (Gemarikan), mengadakan Hari Makan Ikan yang
dilaksanakan pada tanggal 18 setiap bulan, dan pembentukan Forum Peningkatan
Konsumsi Ikan Nasional (Forikan). 3
Sebagai salah satu jenis lauk pauk dalam kategori makanan empat sehat
lima sempurna, ikan merupakan salah satu makan yang sangat penting untuk
dikonsumsi setiap hari. Kandungan protein tinggi sebesar 13-20 persen, sangat
baik untuk membantu pertumbuhan sel otak. Sumber gizi lainnya yakni vitamin,
baik yang larut dalam air (vitamin B6, B12, biotin dan niacin) maupun vitamin
yang larut dalam lemak (vitamin A dan D), mineral (yodium, phospor, besi dan
kalsium), omega-3 yang baik untuk kesehatan mata, dan juga asam lemak tak
jenuh yang berguna untuk menurunkan kadar lemak dalam darah.
Salah satu jenis ikan yang memiliki kandungan protein tinggi tetapi rendah
lemak, bahkan tidak mengandung karbohidrat adalah ikan nila. Cita rasa daging
yang khas, tebal dan harga jual yang terjangkau oleh masyarakat menjadikan ikan
nila digemari masyarakat sebagai ikan konsumsi. Ikan nila juga termasuk salah
satu dari sepuluh jenis ikan konsumsi yang menjadi target peningkatan produksi
yang dicanangkan oleh KKP pada tahun 2014 nanti.
Kementrian Kelautan dan Perikanan mencatat bahwa produksi perikanan
budidaya menurut komoditas utama, produksi ikan nila mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Produksi pada tahun 2011 sebesar 481,440 ton ikan nila
meningkat sebesar 3,72 persen dari tahun 2010 yang hanya sebesar 464,161 ton.
3

Surabaya Post.2012. Pemerintah Akan Buat Hari Makan Ikan Nasional.
http://www.surabayapost.co.id. [Diakses pada tanggal 8 Oktober 2012]

3
Peningkatan produksi ini menunjukkan adanya peningkatan permintaan terhadap
komoditas ikan nila, sehingga para pengusaha ikan air tawar membudidayakan
ikan nila dalam jumlah yang lebih besar. Proses budidaya yang relatif mudah,
mudah berkembang biak, mudah mengalami perubahan genetika, pengadaan
pakan yang relatif mudah, dan serta kemampuan bertahan hidup yang cukup baik
diberbagai perairan menempatkan ikan nila sebagai salah satu jenis ikan yang
diminati para petani budidaya ikan air tawar (Saparinto C, Susiana R 2011). Data
produksi perikanan budidaya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Produksi perikanan budidaya menurut komoditas utama di Indonesia,
Tahun 2007-2011
Kenaikan
Rata-Rata (%)

Tahun (Ton)
Jenis Ikan

20072011

20102011

2007

2008

2009

2010

2011*

1,728,475

2,145,060

2,963,556

3,915,017

4,305,027

26.08

9.96

Udang

358,925

409,590

338,060

380,972

414,014

4.50

8.67

Kerapu

8,035

5,005

5,073

10,398

12,561

22.35

20.80

Rumput
Laut

Kakap

4,418

4,371

6,400

5,738

3,464

-1.15

-39.63

Bandeng

263,139

277,471

328,288

421,757

585,242

22.75

38.76

Ikan Mas

264,349

242,322

249,279

282,695

316,082

4.94

11.81

Nila

206,904

291,037

323,389

464,191

481,440

24.76

3.72

Lele

91,735

114,371

144,755

242,811

340,674

39.82

40.30

Patin

36,755

102,021

109,685

147,888

144,538

54.41

-2.27

Gurame

35,708

36,636

46,253

56,889

59,401

14.06

4.42

Lainnya

195,122

227,317

193,826

349,568

314,306

18.01

-10.09

Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011)
*angka sementara

Salah satu daerah penghasil budidaya ikan nila terbesar di Indonesia adalah
Jawa Barat, dengan jumlah produksi sebesar 755.146.080 ton pada tahun 2011.
Jumlah produksi ikan nila yang dihasilkan di daerah Jawa Barat merupakan nilai
produksi tertinggi di Indonesia. Ikan nila merupakan jenis ikan yang paling
banyak diproduksi dari perikanan budidaya di Jawa Barat 4.
Kabupaten Sukabumi merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat
yang menjadi sentra produksi ikan nila, baik budidaya pembesaran maupun
pembenihan. Sebagian besar petani ikan di wilayah Kabupaten Sukabumi yang
merupakan petani pembesaran, memberikan peluang usaha bagi petani budidaya
pembenihan. Petani pembesaran untuk ikan konsumsi tentu membutuhkan input
berupa benih ikan yang dapat diperoleh dari petani budidaya pembenihan. Selain
dipasarkan di pasar lokal, sebagian besar produksi benih ikan di Jawa Barat

4

Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat. 2012. Target Produksi Budidaya Perikanan 950.872
Ton. http://diskanlut.jabarprov.go.id [Diakses pada tanggal 30 September 2012]

4
dikirim keluar daerah seperti Kalimantan Selatan dan Jawa Timur karena
tingginya permintaan 5.
Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi,
perkembangan produksi benih ikan budidaya, khususnya benih ikan nila
mengalami peningkatan setiap tahunnya (Tabel 3).
Tabel 3. Produksi benih ikan budidaya menurut jenis ikan di Kabupaten
Sukabumi, Tahun 2007-2011
Jenis ikan

Jumlah Produksi per Tahun (ribu ekor)
2007

2008

2009

2010

2011

Ikan mas

257,113.93

268,180.65

381,184.37

384,047.06

376,288.77

Nila

756,946.61

816,969.38

998,670.84

921,190.77

966,164.93

Nilem

41.31

17.02

8.84

7.27

10.46

Gurame

87.04

935.15

270.01

658.71

1,847.00

Tawes

34.65

14.39

7.33

6.94

6.65

Patin

7,548.00

4,049.75

834.86

2,157.66

3,390.44

Bawal

31,450.00

10,111.00

2,652.76

7,622.45

40,730.98

8,812.80

9,515.47

9,252.29

10,422.65

15,907.71

16.52

6.94

3.35

2.86

0.04

Tambakan
55.76
23.43
19.99
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi (2010)
*) Data diolah

7.84

4.99

Lele
Sepat siam

Berdasarkan data pada tabel 3, ikan nila menempati urutan pertama sebagai
benih ikan budidaya yang paling banyak diproduksi oleh petani ikan di Sukabumi.
Dibandingkan dengan jenis ikan budidaya lainnya, seperti ikan mas, bawal, lele,
patin dan gurame, jumlah produksi benih ikan nila memiliki nilai yang jauh lebih
tinggi. Jumlah produksi setiap tahunnya meningkat, meskipun sempat mengalami
penurunan produksi sebesar 77.480 ribu ekor dari tahun 2009 yang tadinya
sebesar 998.670 ribu ekor menjadi 921.190 ribu ekor pada tahun 2010. Tahun
selanjutnya yakni 2011, petani menunjukkan kembali gairah budidaya benih ikan
nila dengan meningkatnya produksi benih ikan sebesar 966.164 ribu ton ikan.
Kecamatan Caringin merupakan salah satu daerah dengan petani budidaya
pembenihan ikan terbanyak di Kabupaten Sukabumi setelah Kecamatan Cisaat
dan Surade. Benih ikan, khususnya ikan nila cocok dibudidayakan di daerah ini,
karena suhu udara di Caringin yang cukup dingin sehingga cepat memicu benih
ikan untuk tumbuh besar. Kecamatan Caringin menempati urutan ketiga teratas
setelah Cisaat dan Surade sebagai kecamatan yang memiliki jumlah pembudidaya
benih ikan nila terbanyak, yakni 565 RTP (Tabel 4).

5

Gumiwang R. 2012. Stok Benih Perikanan Jabar Minim. http://bisnis-jabar.com [Diakses pada
tanggal 22 oktober 2012]

5
Tabel 4. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) perikanan budidaya di
Kabupaten Sukabumi Tahun 2010
Kecamatan

Budidaya (RTP)
Pembesaran

Caringin

Pembenihan

Ikan Hias

Jumlah

15

565

5

585

Cidahu

524

193

4

721

Cisaat

571

914

6

1492

Curug Kembar

802

425

1227

Jampangkulon

414

330

744

Kadudampit

643

231

Kebonpedes

319

93

Sukabumi

433

60

Sukaraja

986

114

1100

Surade

606

663

1269

65

939
412

4

497

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi (2010)
*) Data diolah

Budidaya pembesaran yang membutuhkan input berupa benih-benih ikan
memberikan peluang kepada usaha budidaya pembenihan. Namun peluang besar
yang dimiliki oleh petani pembenihan tidak menjamin keberlangsungan usaha
yang dijalani oleh para petani. Harga input/pakan yang terus naik, kondisi cuaca
yang tidak mendukung sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan produksi
seringkali menjadi kendala yang harus dihadapi petani. Kegiatan pengusahaan
budidaya oleh para petani ini tentu bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang
maksimal dan mempertahankan keberlangsungan hidup usaha yang dijalankan.
Oleh karena itu, perlu adanya analisis kelayakan pengusahaan pembenihan ikan,
khususnya ikan nila untuk dapat membantu petani menyusun alternatif-alternatif
yang baik dan mengambil keputusan yang tepat agar kegiatan yang dilakukan
dapat memberikan keuntungan maksimal. Hal tersebut dapat diketahui dengan
menggunakan analisis non finansial dan finansial melalui beberapa kriteria
kelayakan usaha, yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of
Return (IRR), dan Payback Period (PP).

Perumusan Masalah
Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan produksi budidaya
pembesaran ikan ukuran konsumsi adalah ketersediaan jumlah benih dan kualitas
benih ikan yang baik. Risiko kegagalan atau kerugian yang dihadapi petani dapat
diminimalisasi dengan penggunaan benih ikan yang berkualitas. Benih yang baik
akan menghasilkan ikan dengan pertumbuhan yang cepat dengan ukuran
maksimal dan tahan terhadap serangan penyakit.
Caringin merupakan kecamatan yang berada di daerah Kabupaten Sukabumi
yang memiliki petani usaha budidaya pembenihan ikan nila dalam jumlah banyak.
Petani benih ikan nila di wilayah ini tergabung dalam beberapa kelompok tani,
salah satunya adalah Kelompok Tani Buni Sari, yang bertempat di Desa Caringin

6
Wetan, Kecamatan Caringin. Berdiri sejak tahun 1995, petani yang tergabung
dalam Kelompok Tani Buni Sari yang diketuai oleh Bapak Abas ini memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai teknis budidaya ikan nila melalui informasi
yang diperoleh dari pelatihan dan penyuluhan yang diadakan oleh dinas perikanan
setempat. Benih ikan nila yang dibudidayakan adalah ikan nila GMT (Genetically
Male Tilapia). Nila GMT merupakan benih unggul hasil perkawinan dari ikan
nila GESIT (Genetic Improvement for Farmed Tilapia) dengan ikan nila betina
normal.
Anakan ini memiliki ukuran seragam dan tumbuh lebih cepat
dibandingkan populasi ikan nila biasa.
Kegiatan pengusahaan ikan nila yang dilakukan petani di Kelompok Tani
Buni Sari terdiri dari kegiatan pemijahan dan pendederan. Seluruh petani lebih
memilih untuk membudidayakan benih ikan nila dibandingkan dengan
pembesaran ikan nila untuk ukuran konsumsi. Umur produksi dengan waktu
panen yang relatif lebih singkat menjadi alasan petani untuk melakukan budidaya
benih ikan nila. Dengan waktu panen yang singkat, petani dapat dengan cepat
memperoleh uang hasil penjualan benih ikan yang kemudian dapat digunakan
kembali sebagai modal untuk usaha selanjutnya. Secara teknis, budidaya
pembenihan relatif lebih mudah dibandingkan dengan budidaya pembesaran.
Selain itu juga sebagai upaya meminimalisasi risiko kerugian yang mungkin
terjadi akibat kegagalan selama masa produksi, seperti adanya serangan hama
penyakit.
Permasalahan yang sering dihadapi oleh petani ikan adalah biaya produksi
yang meningkat. Input produksi berupa pakan yakni pitik ataupun pelet yang
dibutuhkan dalam kegiatan budidaya, baik pakan untuk induk maupun benih ikan
lebih sering mengalami kenaikan daripada penurunan harga. Tingginya biaya
produksi ini tentu akan berdampak pada berkurangnya pendapatan yang diperoleh
petani.
Kendala lainnya adalah pada saat musim hujan. Meskipun air permukaan
tersedia cukup banyak untuk mengairi kolam ikan, namun frekuensi turunnya
hujan yang sering dan tidak menentu menyebabkan adanya perubahan terhadap
kondisi atau kualitas air. Salah satunya adalah suhu air kolam yang tidak menentu
dapat mempengaruhi kualitas bahkan kelangsungan hidup benih ikan nila.
Tingkat kematian yang tinggi mempengaruhi jumlah benih yang hidup hingga
masa panen tiba. Tidak hanya musim hujan, pada musim kemarau juga
memberikan kendala tersendiri bagi petani. Produksi benih ikan nila di wilayah
ini mempunyai potensi turun pada musim kemarau akibat minimnya sumber air
permukaan yang dijadikan pasokan air bagi kolam-kolam pembenihan dan
pendederan ikan. Kecilnya debit air yang mengalir ke dalam kolam sehingga
sirkulasi udara dalam air menurun, menyebabkan terjadinya penurunan produksi,
yang berdampak pada menurunnya penerimaan atas penjualan hasil produksi.
Pemijahan ikan nila dengan input berupa induk ikan diawal usaha
membutuhkan biaya cukup besar bagi petani. Biaya yang dikeluarkan tersebut
disertai dengan adanya risiko penurunan produksi akibat kondisi cuaca, harus
disesuaikan dengan tingkat pendapatan atau keuntungan yang diperoleh. Selain
itu, kegiatan operasional organisasi, sumberdaya manusia, aktifitas pemasaran dan
faktor lingkungan sekitar juga memberikan pengaruh terhadap keberlangsungan
usaha. Diperlukan analisis kelayakan untuk menilai dan melihat apakah
pengusahaan benih ikan nila dengan output yang berbeda seperti yang dijalankan

7
oleh petani responden layak untuk dijalankan dan dapat tidaknya memberikan
keuntungan bagi petani. Keuntungan yang diperoleh dengan jumlah input dan
output yang berbeda disertai kendala yang dihadapi oleh petani, dapat diketahui
melalui analisis beberapa kombinasi pengusahaan benih ikan nila. Kombinasi
tersebut tersusun dalam tiga skenario, yakni skenario I (usaha pembenihan yang
menghasilkan output berupa larva ikan) dan skenario II (usaha pembenihan yang
menghasilkan output berupa larva dan benih 2-3 cm) dan skenario III (usaha
pembenihan yang menghasilkan output berupa larva, benih 2-3 cm dan benih 3-5
cm). Berdasarkan uraian diatas permasalahan yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kelayakan non-finansial usaha pembenihan Ikan Nila GMT di
Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan, Kec. Caringin Sukabumi dilihat
dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi,
dan aspek lingkungan?
2. Bagaimana tingkat kelayakan finansial usaha pembenihan ikan nila GMT di
Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan, Kec. Caringin Sukabumi pada
skenario I, skenario II dan skenario III?
3. Bagaimana pengaruhnya (tingkat kepekaan) jika terjadi perubahan-perubahan
yakni peningkatan harga pakan dan penurunan jumlah produksi?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka
tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kelayakan non finansial usaha pembenihan ikan nila GMT di
Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan, Kec. Caringin Sukabumi dilihat
dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan
aspek lingkungan?
2. Menganalisis tingkat kelayakan finansial usaha pembenihan ikan nila GMT di
Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan, Kec. Caringin Sukabumi pada
skenario I, skenario II dan skenario III?
3. Menganalisis pengaruh (tingkat kepekaan) jika terjadi perubahan-perubahan
yakni peningkatan harga pakan dan penurunan jumlah produksi?

Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :
Pihak-pihak yang berkepentingan sebagai tambahan informasi dan bahan
rujukan untuk penelitian selanjutnya.
2. Petani usaha budidaya benih ikan nila GMT, khususnya Kelompok Tani Buni
Sari sebagai salah satu rekomendasi untuk pengambilan keputusan dalam
mengembangkan usaha yang telah dijalankan.
3. Mahasiswa sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman mengenai
pengusahaan budidaya benih ikan nila.

1.

8
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya dilakukan pada Kelompok Tani Buni Sari di Desa
Caringin Wetan, Kec.Caringin Kab.Sukabumi yang mengusahakan pembenihan
ikan nila GMT sebagai komoditas utama. Penelitian difokuskan pada penilaian
kelayakan investasi dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial
ekonomi, aspek lingkungan dan aspek finansial. Aspek finansial menggunakan
perhitungan kriteria kelayakan investasi meliputi NPV, Net B/C, IRR, dan
Payback Period. Penelitian dilakukan menggunakan tiga skenario, yakni skenario
I (usaha pembenihan yang menghasilkan output berupa larva ikan) dan skenario II
(usaha pembenihan yang menghasilkan output berupa larva dan benih 2-3 cm) dan
skenario III (usaha pembenihan yang menghasilkan output berupa larva, benih 2-3
cm dan benih 3-5 cm).

TINJAUAN PUSTAKA

Usaha Perikanan Budidaya
Usaha budidaya perikanan air tawar telah banyak dilakukan oleh masyarakat
di Indonesia, khususnya di daerah Jawa Barat yang sejak dulu terkenal sebagai
wilayah pusat pengembangan agribisnis perikanan air tawar (Nugroho & Kristanto
2011). Usaha ini menyerap cukup banyak tenaga kerja sebagai petani budidaya
sebanyak 3,25 juta orang pada tahun 2010 (KKP, 2011). Kegiatan budidaya ikan
dibagi kedalam dua segmen, yakni pembenihan dan pembesaran. Kedua segmen
ini memiliki ketergantungan satu sama lain, dimana benih yang dihasilkan pada
budidaya pembenihan akan masuk pada segmen pembesaran dengan hasil akhir
berupa ikan konsumsi (Saparinto C, Susiana R 2011). Salah komoditas kegiatan
budidaya yang potensial adalah budidaya pembenihan Ikan Nila GMT.

Ikan Nila
Ikan nila pertama kali masuk ke Indonesia yakni di Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar Bogor pada tahun 1969 yang didatangkan dari Taiwan.
Penyebaran ikan nila di Indonesia cukup luas, hampir semua pulau di Indonesia
terdapat ikan nila, karena ikan ini dikenal cukup mudah untuk dibudidayakan.
Budiaya ikan nila yang telah berkembang di Indonesia antara lain adalah
pemeliharaan ikan nila dalam kolam air tenang, kolam air deras, mina padi,
longyam, hampang, dan budidaya keramba (Prahasta A, Masturi H 2009).
Nila lebih suka hidup pada perairan dangkal dan subur dengan tinggi
permukaan air antara 10-20 cm, karena lebih banyak dan mudah dijumpai
makanan alami, yakni Zooplankton dan Phytoplankton yang merupakan pakan
hewani dan nabati. Pemberian pakan pada ikan nila berupa pelet ataupun daun
talas (Anonim, 2011). Pakan tambahan dapat berupa sisa-sia makanan limbah
rumah tangga maupun pakan lokal yang terbuat dari bekatul, singkong, ubi, serta

9
bahan-bahan lainnya yang dinilai layak oleh petani (Idaman, 2008). Pengetahuan
mengenai sifat ikan, budidaya dan pasca panen diperlukan oleh pengusaha
budidaya, agar budidaya yang dilakukan tidak menemui banyak kesulitan dan
kerugian.

Pembenihan Ikan Nila
Ikan nila dapat dipijahkan secara alami maupun buatan, dimana pada
pemijahan alami tidak ada campur tangan manusia serta berlangsung secara
kelompok dimana sejumlah induk jantan dan betina dipelihara dalam kolam yang
sama (Fakhruzzaman 2010). Rangkaian kegiatan pembenihan terdiri dari
persiapan induk, pemeliharaan, pemijahan, pemupukan dan panen benih ikan nila.
1. Persiapan Induk
Berhasilnya suatu pembenihan sangat dipengaruhi oleh keadaan induk
penghasil benih, apabila induk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik,
maka benih yang dihasilkan pun akan memiliki kualitas yang baik (Sumitra U,
2004). Untuk menghindari terjadinya pemijahan liar, maka sebelum dipijahkan
induk jantan dan betina ditempatkan pada kolam yang terpisah dengan padat tebar
berkisar antara 2-4 ekor/m2.
2. Pemeliharaan
Pemeliharaan induk bertujuan untuk menumbuhkan dan mematangkan
gonad (sel telur dan sperma) ikan yang dilakukan selama ± 2 minggu. Calon
induk ikan nila yang akan dipijahkan untuk pertama kali, pemeliharaan dilakukan
selama 1-2 bulan agar dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Pemberian
pakan dilakukan sebanyak tiga kali sehari sebanyak tiga persen dari bobot tubuh
induk. Masa produktif ikan nila berkisar antara 1,5 – 2 tahun, jika lebih dari itu
induk ikan nila sudah tidak produktif lagi (induk afkir).
3. Pemijahan
Pemijahan merupakan proses peletakan telur atau perkawinan antara induk
nila jantan dan betina. Induk jantan dan betina yang sudah matang gonad
ditempatkan ke dalam kolam secara bersamaan dengan perbandingan 1 : 3, yang
artinya untuk penebaran 1 ekor jantan, ditebar 3 ekor betina. Kepadatan kolam
sebanyak satu ekor/m2. Pemijahan terjadi selama 10-15 menit. Dua hari setelah
pemijahan, telur yang dierami didalam mulut induk betina akan menetas
menghasilkan larva. Larva masih berada didalam mulut induknya hingga
akhirnya larva tersebut dikeluarkan untuk mencari makan sendiri. Ikan nila
termasuk jenis ikan parental care, artinya induk menjaga larva ikan untuk tetap
berada didekatnya hingga larva siap mencari makan sendiri (Fakhruzzaman 2010).
Ikan nila memijah sebanyak dua kali dalam rentang waktu dua bulan, jadi terjadi
pemijahan sebanyak 24 kali selama masa produktif Ikan Nila Wanayasa. (Iriani R,
2009).
4. Pemupukan
Kolam pemijahan ditebari pupuk berupa kotoran ayam dengan dosis
sebanyak 500 g/m2 tepat pada hari ke-12 setelah penebaran induk. Debit air yang
masuk kedalam kolam mulai dikurangi agar pupuk tidak terbawa arus air. Pakan
alami mulai tumpuh didalam kolam pada hari 3-5 setelah pemupukan. Secara

10
naluriah, induk ikan akan mengeluarkan anak-anaknya secara serempak untuk
dapat hidup dengan mencari makan sendiri.
5. Pemanenan
Larva yang dipanen biasanya berukuran panjang 0,9-11 mm. Larva yang
telah menetas segera dipindahkan ke kolam pendederan awal dengan padat tebar
berkisar antara 100-200 ekor benih/m2. Selanjutnya larva dipelihara (didederkan)
hingga mencapai ukuran tertentu. Ukuran tersebut adalah kebul yakni benih 2-3
cm, ukuran gabar untuk benih 3-5 cm dan ukuran belo untuk benih 5-8 cm. Larva
yang baru menetas, diasuh oleh induk betina selama ± 7-10 hari, dimana larvalarva tersebut hidup atau berada tidak jauh dari induknya. Benih ukuran kebul
baru diperoleh dengan masa pelihara selama 10-15 hari setelah larva menetas.
Selama 15 hingga 20 hari kemudian barulah benih berukuran kebul tersebut
mencapai ukuran 3-5 cm (gabar).

Agribisnis Ikan Nila
Terjaminnya pemasaran dari produk yang dihasilkan memegang peranan
penting dalam menjamin kesuksesan dan kesinambungan suatu bisnis.
Tersedianya pasar dengan permintaan dan daya serap yang baik mempengaruhi
harga ikan di pasaran dan kelangsungan budidaya. Ikan nila memiliki peluang
yang cukup baik dan terbuka, baik di pasar lokal maupun ekspor. Berbeda dengan
kebutuhan pasar lokal yang lebih besar pada ikan nila konsumsi ukuran agak
kecil, ikan nila dalam bentuk fillet lebih diminati oleh pasar luar negeri, seperti
Jepang, Singapura, Hongkong, Eropa dan Amerika (Saparinto C, Susiana R
2011).
Jawa Barat merupakan salah satu daerah penghasil budidaya ikan nila
terbesar ketiga setelah Sumatera Selatan dan Sulawesi Utara. Kabupaten
sukabumi yang berada di Provinsi Jawa Barat memiliki banyak petani
pembudidaya ikan nila, khususnya budidaya pembesaran. Besarnya permintaan
benih dari petani pembesaran tidak serta merta menjadikan semua jenis usaha
pembenihan ikan nila memiliki jumlah permintaan yang sama. Idaman, (2008)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa benih ikan nila ukuran 3-5 cm memiliki
nilai penawaran dan permintaan yang lebih tinggi dibandingkan benih ikan nila
lainnya, permintaan ini dipengaruhi oleh kuantitas ikan nila dengan ukuran
tersebut per kilogram, kuantitas ikan konsumsi, harga benih dan musim kemarau.
Sedangkan penawaran benih ikan nila dipengaruhi oleh kuantitas penawaran benih
ikan nila ukuran 3-5 cm satu bulan sebelumnnya dan benih ikan nila ukuran
kurang dari 3cm, serta musim kemarau.
Sebagai input dalam proses produksi, faktor-faktor produksi mempunyai
peranan penting untuk keberhasilan suatu kegiatan usaha budidaya. Hasil
penelitian Sutiah, 2008 menyatakan bahwa terdapat enam faktor yang
berpengaruh terhadap usaha pembenihan ikan nila gift, empat diantaranya yakni
kolam, induk, pakan dedak dan pitik berpangaruh secara nyata, sedangkan kapur
dan tenaga kerja tidak memberikan pengaruh nyata. Kenaikan hasil produksi yang
semakin bertambah mengindikasikan adanya penggunaan input yang belum
optimal. Pada kondisi optimal keuntungan yang diperoleh lebih besar dari
keuntungan (aktual) yang diterima petani.

11
Benih ikan dengan kualitas yang baik akan menghasilkan ikan ukuran
konsumsi dengan kualitas yang baik pula. Kualitas tersebut akan tetap terjaga jika
penanganan pasca panen yang dilakukan tepat hingga sampai ke tangan
konsumen. Mutu ikan dapat terus dipertahankan jika ikan tersebut ditangani
dengan hati-hati, termasuk ikan nila. Munandar et al melakukan penelitian
mengenai Kemunduran Mutu Ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada
Penyimpanan Suhu Rendah dengan Perlakuan Cara Kematian dan Penyiangan.
Penilaian kualitas ikan setelah dilakukan perlakuan dilihat dari perubahan pre
rigor (terlepasnya lender dari kelenjar dibawah permukaan kulit), jumlah bakteri
yang tumbuh pada ikan, fluktuasi nilai pH pada ikan, dan tingkat kesegaran ikan.
Perlakuan ikan dengan cara menusuk ikan agar mati, kemudian dilakukan
penyiangan dan disimpan pada suhu chilling (0-5 0C) menjadikan mutu ikan
bertahan lebih lama dibandingkan jika dilakukan perlakuan lainnya, antaralain
dengan mati ditusuk tanpa penyiangan, mati menggelepar tanpa penyiangan serta
mati menggelepar tanpa penyiangan. Kualitas ikan yang baik dan tahan lama
memberikan nilai tambah bagi bisnis penjualan ikan.

Kajian Penelitian Terdahulu Studi Kelayakan
Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha telah dilakukan oleh beberapa
peneliti sebelumnya, dengan jenis komoditas yang berbeda antaralain ikan nila
merah, ikan nila gesit, ikan lele sangkuriang, ikan lele dumbo dan ikan kerapu
macan.
Pada kajian penelitian terdahulu mengenai studi kelayakan usaha, peneliti
mengambil beberapa tinjauan penelitian terkait dengan topik penelitian, yakni
analisis kelayakan. Penilaian yang dilakukan dalam melakukan suatu analisis
kelayakan terhadap suatu usaha meliputi beberapa aspek, baik finansial maupun
non finansial. Persamaan penelitian ini dengan beberapa penelitian yang
menganalisis kelayakan usaha pada komoditas perikanan, yakni Sutrisno (2012),
Rachmani (2012), Sulaiman (2010), dan Pitanto (2012) adalah mengenai aspek
yang dikaji, yakni aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek
sosial dan lingkungan sebagai aspek kelayakan secara non finansial. Sedikit
perbedaan dilakukan oleh Fakhruzzaman (2010) yang mengkaji semua aspek
diatas, kecuali aspek sosial. Kesamaan dengan penelitian sebelumnya Analisis
pada aspek finansial dilakukan menggunakan alat analisis kriteria investasi yang
seragam, yakni Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal
Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP). Hasil analisis dari semua
penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (2012), Rachmani (2012), Sulaiman
(2010), Pitanto (2012) dan Fakhruzzaman (2010) menyatakan bahwa usaha-usaha
tersebut layak untuk dilakukan, baik secara finansial maupun non finansial. Nilai
NPV yang diperoleh lebih dari 0, Net B/C lebih dari 1, IRR tidak kurang dari 30
persen dan periode pengembalian investasi yang tidak lebih dari lima tahun,
dengan rincian sebagai berikut : < 1 tahun (Sutrisno 2012); < 4 tahun (Rachmani
2012); ± 5 tahun (Sulaiman 2010); 3,4 tahun (Pitanto 2012) dan 0,25 tahun
Fakhruzzaman (2010). Penggunaan harga baik input maupun output dalam
perhitungan cashflow diasumsikan tetap sepanjang tahun bisnis (Iriani R, 2009).

12
Analisis kelayakan dilakukan baik pada bisnis yang baru dibangun
maupun yang telah dijalankan. Pada bisnis yang sedang berjalan, pengembangan
bisnis dengan skala yang lebih besar merupakan kasus yang sering ditemui
dilapangan. Investasi yang ditanam membutuhkan biaya yang tidak sedikit
tersebut menjadi alasan diperlukannya suatu analisis kelayakan. Hal ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya kerugian.
Selain itu, terbatasnya modal yang
dimiliki oleh pemilik usaha menjadi kendala lain yang dihadapi oleh pelaku
bisnis. Penyediaan modal yang bersumber dari modal pinjaman ataupun
penanaman modal oleh investor membutuhkan dilakukannya suatu analisis
kelayakan. Penggunaan rancangan pilihan alternatif atau seringkali disebut
dengan skenario, akan membantu kegiatan analisis. Seperti yang dilakukan oleh
Sutrisno (2012) dan Fakhruzzaman (2010) yang menggunakan beberapa skenario
berupa modal sendiri dan modal pinjaman pada usaha budidaya pembenihan ikan.
Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian ini menggunakan skenario yang
membandingkan kelayakan investasi pada dua kegiatan budidaya ikan, yakni
pendederan I dan pendederan II ikan Nila GMT.
Kendala lainnya yang dihadapi dalam kegiatan pengusahaan budidaya
perikanan adalah perubahan-perubahan baik dari lingkungan eksternal, maupun
internal. Usaha budidaya perikanan sensitif dengan terjadinya perubahan harga
jual output, penurunan produksi output dan kenaikan biaya pakan, Sutrisno
(2012), Fakhruzzaman (2010). Penelitian ini hanya akan mengkaji perubahan
terhadap perubahan harga input dan penurunan jumlah produksi, seperti penelitian
yang dilakukan oleh Pitanto (2012). Dari penelitian-penelitian yang dilakukan
terdapat beberapa persamaan mengenai aspek-aspek yang dikaji, yakni aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial lingkungan,
penggunaan kriteria investasi dalam aspek kelayakan secara finansial (NPV, Net
B/C, IRR dan Payback Period), serta anali