Analisis Pendapatan Usaha Pembenihan dan Pendederan Ikan Nila GMT

ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBENIHAN DAN
PENDEDERAN IKAN NILA GMT

DAMERIA NOVANDINA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pendapatan
dan Pendederan Usaha Pembenihan Ikan Nila GMT adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Dameria Novandina
NIM H34104039

DAMERIA NOVANDINA. Analisis Pendapatan Usaha Pembenihan dan
Pendederan Ikan Nila GMT. Skripsi.
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor (di bawah bimbingan HARIANTO).
Sektor perikanan menjadi salah satu tumpuan perekonomian dalam
mengembangkan wilayah Kabupaten Sukabumi, salah satunya adalah sub sektor
perikanan budidaya. Dinas kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi
membuat target produksi budidaya perikanan yang cukup tinggi dan jumlahnya
semakin meningkat setiap tahun. Target produksi yang tinggi tersebut didukung
oleh produksi benih ikan di Kabupaten Sukabumi yang cenderung meningkat
setiap tahun. Berdasarkan hal tersebut maka terdapat potensi yang cukup besar
dalam sektor perikanan. Komoditi yang memiliki potensi yang cukup besar adalah
ikan nila. karena selain ditargetkan jumlah produksinya paling banyak, juga
karena produksi benih ikan nila setiap tahunnya paling banyak dan meningkat
setiap tahun. Guna memenuhi target produksi ikan nila di Kabupaten Sukabumi,

Balai Benih Air tawar (BBAT) Kabupaten Sukabumi menciptakan benih-benih
unggul dengan berbagai jenis benih unggul yang memiliki karakteristik dan
keunggulan yang berbeda.
Desa Caringin Wetan merupakan salah satu daerah yang memiliki petani
pembenihan dan pendederan ikan nila dengan menggunakan benih yang unggul,
yaitu benih ikan nila monoseks tipe Genetically Male Tilapia (GMT). Ikan nila
GMT dapat dihasilkan dari induk ikan nila jantan unggul tipe Genetically
Supermale Indonesia Tilapias (GESIT) yang akan menghasilkan keturunan
anakan jantan. Benih ikan nila jantan cenderung diminati pasar karena memiliki
karakteristik yang lebih unggul, yaitu pertumbuhan yang lebih cepat dan daya
tahan yang lebih kuat. Sebagian besar petani Buni Sari memilih usaha
pembenihan dan pendederan ikan nila GMT karena memiliki tujuan usaha yaitu
cenderung mengejar perputaran modal usaha yang cepat dengan biaya yang relatif
tidak terlalu besar.
Kegiatan usaha pembenihan dan pendederan ikan nila GMT di Buni Sari
memiliki lima kelompok usaha dengan segmentasi usaha yang berbeda sehingga
output yang dihasilkan berbeda. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk
membandingkan usaha pembenihan ikan nila GMT berdasarkan segmentasi usaha
yang dijalankan. Tjuan penelitian secara khusus adalah mengidentifikasi produk
yang dihasilkan pada setiap segmen yang dikaji, menganalisis penerimaan dan

biaya usaha pada setiap segmen yang dikaji dan menganalisis keuntungan dan
efisiensi usaha pada setiap segmen yang dikaji.
Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Buni Sari yang berada di Desa
Caringin Wetan, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja (purposive). Pengumpulan data dilakukan selama tiga
bulan, yaitu bulan Januari sampai dengan bulan April 2013. Metode penentuan
responden menggunakan metode sensus dengan responden sebanyak 17 orang
petani. Analisis data yang digunakan adalah analisis kuatititatif dan analisis
kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif meliputi gambaran umum kelompok tani,
teknis pembenihan dan pendederan serta karakteristik petani. Analisis kualitatif
terdiri dari biaya-biaya (biaya tetap, biaya variabel, biaya tunai dan biaya tidak

tunai), analisis pendapatan, analisis imbalan jasa terhadap faktor-faktor produksi
dan analisis mengenai efisiensi usaha.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat lima kelompok usaha dengan
segmen usaha yang berbeda. Kelompok A melakukan usaha pembenihan sampai
dengan menghasilkan produk berupa larva, Kelompok B melakukan usaha
pembenihan dan pendederan sampai dengan menghasilkan produk berupa larva
dan benih ukuran 2-3 cm, Kelompok C melakukan usaha pembenihan dan
pendederan sampai dengan menghasilkan produk berupa larva, benih ukuran 2-3

cm dan benih ukuran 3-5 cm. Kelompok D melakukan usaha pembenihan dan
pendederan sampai dengan menghasilkan produk berupa benih ukuran 5-8 cm.
Kelompok E melakukan usaha pendederan sampai dengan menghasilkan produk
berupa benih ukuran 2-3 cm.
Pengeluaran biaya tunai untuk masing-masing kelompok lebih banyak
dibandingkan dengan biaya yang diperhitungkan. Persentase total biaya tunai
terhadap total biaya produksi masing-masing kelompok berkisar antara 18-39
persen. Komponen biaya tertinggi yaitu biaya tenaga kerja dan biaya pakan. Total
biaya produksi terkecil dikeluarkan oleh Kelompok C.
Penerimaan usaha terbesar dalam satu periode produksi diperoleh
Kelompok E. Persentase penerimaan Kelompok E terhadap total penerimaan
seluruh kelompok di Buni Sari sebesar 27 persen. Pendapatan atas biaya tunai
terbesar diperoleh Kelompok B, pendapatan atas biaya total terbesar diperoleh
Kelompok C, nilai R/C atas biaya tunai tertinggi diperoleh Kelompok B dan nilai
R/C atas biaya total tertinggi diperoleh Kelompok C dalam satu periode per luasan
kolam 600 m2.
Berdasarkan hal tersebut, apabila petani dihadapkan pada kondisi yang
dibatasi oleh modal maka Kelompok C yang memiliki prospek usaha paling
menguntungkan karena memiliki nilai R/C atas biaya total tertinggi. Apabila
petani tidak dihadapkan pada kondisi modal yang terbatas maka Kelompok B

yang memiliki prospek keuntungan yang paling tinggi karena memiliki nilai
pendapatan atas biaya tunai tertinggi.

ABSTRAK
DAMERIA NOVANDINA. Kasus Analisis Pendapatan Usaha Pembenihan dan
Pendederan Ikan Nila GMT. Dibimbing oleh HARIANTO.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis
struktur biaya, pendapatan dan efisiensi usaha pembenihan ikan nila GMT
kelompok tani Buni Sari di Desa Caringin Wetan, Kabupaten Sukabumi dengan
penekanan pada segmentasi usaha yang dijalankan. Terdapat lima kelompok
usaha dengan segmetasi usaha yang berbeda. Metode pengambilan responden
yang digunakan adalah metode survey. Hasil penelitian menunjukkan pengeluaran
biaya tunai lebih besar dibandingkan pengeluaran non tunai. Komponen biaya
terbesar adalah tenaga kerja, sedangkan kelompok yang mengeluarkan biaya
produksi terkecil adalah Kelompok C. Berdasarkan perbandingan pendapatan dan
efisiensi usaha, kelompok yang melakukan lebih dari satu tahapan kegiatan
pembenihan menunjukkan kecenderungan memperoleh keuntungan dan efisiensi
usaha yang lebih tinggi dibanding kelompok yang hanya melakukan satu tahapan
kegiatan pembenihan.
Kata kunci: efisiensi usaha, nila, GMT, pembenihan, pendapatan


ABSTRACT
DAMERIA NOVANDINA. Case Income analysis of GMT tilapia hatchery and
the growth. Supervised by HARIANTO.
The research aimed to identify and analyze the structure of cost, income and
business efficiency of GMT tilapia hatchery Buni Sari farm group in Caringin
Wetan village, Sukabumi District with the emphasis in the segmentation of
business. There are five group with different segmentation of business. Retrieval
respondents method used was the method of survey. Results of the research
showed cash expenditure was greater than the non-cash expenses. The largest cost
component was labor, while the group with smallest production costs was Group
C. Based on the income and efficiency of business comparison, the group that
attempted more than one stages of hatchery activities showed the trend to get
profitability and efficiency of business higher than the group that attempted only
one stages of hatchery activity.

Keywords: efficiency, tilapia, GMT, hatchery, income

ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBENIHAN DAN
PENDEDERAN IKAN NILA GMT


DAMERIA NOVANDINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Usaha Pembenihan dan Pendederan Ikan Nila
GMT
Nama
: Dameria Novandina
NIM

: H34104039

Disetujui oleh

Dr Ir Harianto, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah
analisis usahatani, dengan judul Analisis Pendapatan Usaha Pembenihan dan
Pendederan Ikan Nila GMT.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Harianto, MS selaku
pembimbing, Ir. Popong Nurhayati, MM dan Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, M. Si
selaku dosen penguji, serta Feryanto WK, SP, M.Si yang telah banyak memberi
saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Abas
Sutisna dan seluruh anggota Kelompok Tani Buni Sari Desa Caringin Wetan,
Kabupaten Sukabumi, Ibu Santi beserta staf Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten sukabumi, serta Bapak Darmaji beserta staf Badan Pelaksana
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Sukabumi
yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah (Hamonangan Marbun), ibu (Ai Lilah Yunani, SP), adik
(Demi Nurfitria), seluruh keluarga serta sahabat (Winda, Amel, Henry, Alya) atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013
Dameria Novandina

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


3

Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian

5

Ruang Lingkup Penelitian

6

TINJAUAN PUSTAKA

6

Teknik Budidaya Pembenihan Ikan Nila

6

Analisis Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usaha

8

KERANGKA PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN

9
9
18
19

Lokasi dan Objek Penelitian

19

Jenis dan Sumber Data

20

Metode Penentuan Responden

20

Pengolahan dan Analisis Data

21

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

27

Sejarah Kelompok Tani

27

Kegiatan Usaha Pembenihan Ikan Nila GMT

27

Karakteristik Petani

30

Faktor Produksi

36

Proses Produksi

38

HASIL DAN PEMBAHASAN

41

Produksi Usaha Pembenihan dan Pendederan Ikan Nila GMT Buni Sari

41

Penerimaan Usaha Pembenihan dan Pedederan Ikan Nila GMT Buni Sari

48

Biaya Usaha Pembenihan dan Pendederan Ikan Nila GMT Buni Sari

51

Pendapatan Usaha Pembenihan dan Pendederan Ikan Nila GMT Buni Sari

57

Efisiensi Usaha Pembenihan dan Pendederan Ikan Nila GMT Buni Sari

60

SIMPULAN DAN SARAN

61

Simpulan

61

Saran

62

DAFTAR PUSTAKA

62

RIWAYAT HIDUP

76

DAFTAR TABEL
1 Target produksi budidaya Kabupaten Sukabumi tahun 2012 -2014
2 Produksi benih ikan budidaya menurut jenis ikan di Kabupaten Sukabumi,
tahun 2007-2011
3 Rumahtangga Petani (RTP) di beberapa kecamatan di Kabupaten
Sukabumi tahun 2011
4 Ciri-ciri induk jantan dan induk betina
5 Perbedaan ikan jantan dan betina
6 Pola tanam larva ikan nila GMT
7 Pola tanam benih ikan nila GMT ukuran 2-3 cm
8 Pola tanam benih ikan nila GMT ukuran 3-5 cm
9 Pola tanam benih ikan nila GMT ukuran 5-8 cm
10 Karaktersitik petani berdasarkan status usaha
11 Karakteristik petani berdasarkan umur
12 Karakteristik petani berdasarkan tingkat pendidikan
13 Karakteristik petani berdasarkan pengalaman usaha
14 Penggunaan tenaga kerja dalam satu periode per luasan 600 m2
15 Jumlah yang dijual Kelompok A per luasan 600 m2 dalam satu periode
16 Jumlah yang dijual Kelompok B per luasan 600 m2 dalam satu periode
17 Jumlah yang dijual Kelompok C per luasan 600 m2 dalam satu periode
18 Jumlah yang dijual Kelompok D per luasan 600 m2 dalam satu periode
19 Jumlah yang dijual Kelompok E per luasan 600 m2 dalam satu periode
20 Tingkat kelangsungan hidup output pada Kelompok A
21 Tingkat kelangsungan hidup output pada Kelompok B
22 Tingkat kelangsungan hidup output pada Kelompok C
23 Tingkat kelangsungan hidup output pada Kelompok D
24 Tingkat kelangsungan hidup output pada Kelompok E
25 Penerimaan dalam satu periode per luasan 600 m2
26 Rincian biaya Kelompok A dalam satu periode per luasan 600 m2
27 Rincian biaya Kelompok B dalam satu periode per luasan 600 m2
28 Rincian biaya Kelompok C dalam satu periode per luasan 600 m2
29 Rincian biaya Kelompok D dalam satu periode per luasan 600 m2
30 Rincian biaya Kelompok E dalam satu periode per luasan 600 m2
31 Perbandingan pendapatan usaha dalam satu periode per luasan 600 m2

1
2
3
10
11
28
29
29
30
31
32
34
35
37
41
42
42
43
44
45
45
46
47
48
49
52
53
54
55
56
57

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kerangka pemikiran operasional
Ilustrasi perhitungan pendapatan usaha
Ilustrasi perbandingan usaha dalam satu periode per luasan 600 m2
Happa
Waring
Serokan
Sorongan
Ayakan Grading
Sekretariat Buni Sari

19
24
26
70
70
70
70
70
70

DAFTAR LAMPIRAN
1 Potensi lahan perikanan Kabupaten Sukabumi serta
pemanfaatannya
2 Rumahtangga petani per kecamatan di Kabupaten Sukabumi
3 Cara pengambilan data primer dan sekunder
4 Dokumentasi Kelompok Tani Buni Sari
5 Rincian biaya penyusutan per kelompok

tingkat
65
66
68
70
71

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor perikanan menjadi salah satu tumpuan perekonomian di Kabupaten
Sukabumi dalam mengembangkan wilayahnya. Namun tidak hanya potensi
perikanan laut saja yang dikembangkan di wilayah Kabupaten Sukabumi, potensi
ikan air tawar di daerah ini juga tidak kalah dan menjadi bagian penting dalam
pendapatan asli daerah. Potensi lahan dan pemanfaatannya di wilayah Kabupaten
Sukabumi dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan data potensi lahan tersebut,
untuk budidaya perikanan air payau dan budidaya perikanan air tawar belum
dimanfaatkan secara maksimal. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Sukabumi membuat target produksi untuk komoditas perikanan budidaya agar
mendorong peningkatan produksi dan pemanfaatan potensi secara optimal
terhadap sumber daya yang ada di Kabupaten Sukabumi. Target produksi tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1.
Target produksi budidaya ikan di Kabupaten Sukabumi yang cukup tinggi
tersebut diikuti dengan tingginya target produksi benih ikan. Target benih ikan air
tawar di Kabupaten Sukabumi pada kwartal II tahun 2012 sebesar satu miliar ekor
lebih (Herlina, 2012). Target tersebut untuk tiga jenis ikan yakni ikan lele, ikan
mas dan ikan nila yaitu sebanyak 1.147.182.010 ekor. Target produksi benih
tinggi diduga karena pada kwartal II memasuki musim kemarau, dimana ikan
akan melakukan perkawinan dan pada musim kemarau ikan mudah dikawinkan
karena alat reproduksinya mulai matang. Pada musim kemarau biasanya
permintaan benih ikan cukup banyak karena banyak penambak yang
mengawinkan ikannya. Permintaan tersebut berasal dari petani ikan maupun
broker ikan. Selain itu, target produksi benih ini juga untuk meningkatkan
produksi ikan ukuran konsumsi, diperkirakan permintaan ikan cukup tinggi
khususnya dari restauran dan daerah lain.
Tabel 1 Target produksi budidaya Kabupaten Sukabumi tahun 2012 -2014
Komoditas
Mas
Nila
Lele
Gurame
Patin
Bawal

2012
854,45
1.579,12
598,53
63,17
1,07
0,75

Produksi (ton)
2013
961,25
1.776,51
673,34
71,06
1,21
0,85

2014
1.068,06
1.973,90
748,16
78,96
1,34
0,94

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2011

Berdasarkan data pada Tabel 1, ikan nila menjadi target produksi ikan
budidaya tertinggi untuk beberapa tahun ke depan di Kabupaten Sukabumi.
Berdasarkan data tersebut, maka dapat dikatakan bahwa ikan nila dianggap
memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan dan memiliki pasar yang
potensial. Hal ini juga didukung oleh data produksi benih ikan nila yang

2
jumlahnya jauh lebih tinggi dibanding komoditas lain di Kabupaten Sukabumi.
Benih ikan nila diproduksi dalam jumlah yang banyak di setiap tahunnya. Data
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Produksi benih ikan budidaya menurut jenis ikan di Kabupaten Sukabumi,
tahun 2007-2011
Jenis ikan
Ikan mas
Nila
Nilem
Gurame
Patin
Bawal
Lele

2007
257,113.93
756,946.61
41.31
87.04
7,548.00
31,450.00
8,812.80

Jumlah Produksi per Tahun (ribu ekor)
2008
2009
2010
2011
268,180.65 381,184.37 384,047.06 376,288.77
816,969.38 998,670.84 921,190.77 966,164.93
17.02
8.84
7.27
10.46
935.15
270.01
658.71
1,847.00
4,049.75
834.86
2,157.66
3,390.44
10,111.00
2,652.76
7,622.45 40,730.98
9,515.47
9,252.29 10,422.65 15,907.71

Sumber : UPTD Cibaraja, Kabupaten Sukabumi, 2012

Produksi benih ikan nila selain memiliki jumlah yang lebih tinggi
dibanding komoditas ikan budidaya lain, juga cenderung mengalami peningkatan
produksi benih setiap tahun selama lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2007
sampai dengan tahun 2011. Peningkatannya dari tahun 2007 ke tahun 2011
sebesar 78,35 persen. Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2, baik dilihat dari target
produksi ikan budidaya maupun jumlah produksi benih ikan budidaya dapat
dikatakan bahwa ikan nila merupakan komoditi unggulan untuk perikanan
budidaya, khususnya perikanan budidaya air tawar.
Melihat potensi dan peluang pemanfaatan sumber daya perikanan di
Kabupaten Sukabumi yang cukup besar, maka idealnya banyak pelaku usaha yang
memanfaatkan kondisi tersebut untuk mendapatkan keuntungan secara ekonomi.
Dapat dikatakatan juga bahwa banyak pelaku usaha, khususnya petani yang
menjadikan sektor perikanan sebagai mata pencahariannya. Dari total 46
kecamatan yang ada di Kabupaten Sukabumi, curahan kerja terbesar terdapat
pada petani pembesaran dibanding petani pembenihan. Data lengkap
Rumahtangga Petani per Kecamatan di Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada
Lampiran 2, sedangkan pada Tabel ditampilkan Rumahtangga Petani (RTP) di
beberapa kecamatan di Sukabumi.
Sebagian besar mata pencaharian petani ikan di Kabupaten Sukabumi
tercurah di budidaya pembesaran. Terlihat pada beberapa kecamatan yang
memiliki jumlah RTP untuk budidaya pembesaran yang lebih banyak
dibandingkan dengan RTP pembenihan. Berdasarkan data di atas, ada satu
kecamatan yang menarik karena pada kecamatan tersebut jumlah RTP
pembenihan justru lebih banyak dibandingkan dengan RTP pembesaran.
Kecamatan Caringin merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sukabumi
yang memiliki jumlah RTP pembenihan yang cukup banyak dibanding dengan
budidaya pembesaran. Bila dilihat dari kondisi topografinya, Kecamatan Caringin
termasuk daerah sejuk karena berada di kaki Gunung Gede yang mempunyai

3
ketinggian antara 500-800 meter di atas permukaan air laut 1 sehingga Kecamatan
Caringin merupakan daerah yang cocok untuk usahatani pembenihan ikan karena
cuaca yang sejuk tersebut cocok untuk memicu pertumbuhan benih ikan dengan
cepat. Caringin Wetan merupakan salah satu desa di Kecamatan Caringin yang
cocok untuk pertumbuhan benih ikan. Uraian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Rumahtangga Petani (RTP) di beberapa kecamatan di Kabupaten
Sukabumi tahun 2011
Kecamatan
Caringin
Cidahu
Cisaat
Curug Kembar
Jampangkulon
Kadudampit
Kebonpedes
Sukabumi
Sukaraja
Surade

Pembesaran
15
524
571
802
414
643
319
433
986
606

Budidaya (RTP)
Pembenihan
565
193
914
425
330
231
93
60
114
663

Ikan Hias
5
4
6

65
4

Jumlah
585
721
1492
1227
744
939
412
497
1100
1269

Sumber : Dinas kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2012

Faktor lain yang mendukung curahan kerja di Desa Caringin Wetan adalah
perputaran modal. Waktu pemeliharaan kegiatan usahatani pembenihan dinilai
cukup singkat sehingga tidak memerlukan modal (khususnya pakan) yang besar
dan perputaran uang pun menjadi lebih cepat bila dibandingkan dengan usahatani
pembesaran ikan yang membutuhkan modal yang lebih besar dan perputaran
uangnya lebih lama. Kegiatan pembenihan ikan ini relatif mudah dan singkat,
namun tetap melibatkan penggunaan beberapa faktor produksi sehingga alokasi
penggunaan input yang efisien menjadi faktor yang penting untuk menghasilkan
output yang optimal.
Perumusan Masalah
Petani di Desa Caringin Wetan pada umumnya tidak hanya melakukan
satu jenis usahatani, tapi melakukan beragam jenis kegiatan usahatani dalam
waktu yang bersamaan. Begitu pula dengan kelompok tani Buni Sari yang
sebagian besar anggotanya melakukan berbagai jenis kegiatan usahatani seperti
usaha pembenihan ikan nila, usahatani padi serta usahatani sayuran. Hal ini
dilakukan karena petani menginginkan adanya perputaran modal dalam waktu
yang cukup singkat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik kebutuhan
rumah tangga maupun kebutuhan operasional kegiatan usahataninya. Oleh karena

1

http://180.244.194.163:8030/web/kec.caringin/home/-/aseet-publisher/2X8i/content/profilkecamatan-caringin;jsessionid diakses tanggal 3-8-12 jam 14.51

4
itu, kegiatan usahatani yang dilakukan umumnya merupakan usahatani yang
memiliki masa panen yang cukup singkat.
Pembenihan ikan nila merupakan salah satu kegiatan usaha yang
diusahakan petani Buni Sari karena memiliki waktu panen yang cukup singkat dan
berkala sehingga petani dapat memperoleh penghasilan dalam waktu relatif
singkat dan dengan biaya yang cenderung lebih kecil bila dibandingkan dengan
usahatani pembesaran ikan nila (ukuran konsumsi) yang membutuhkan biaya yang
besar. Pakan merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan petani
pembenihan ikan dalam hal biaya produksi. Harga pakan yang cenderung
mengalami peningkatan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan petani
lebih memilih usaha pembenihan ikan nila dibandingkan dengan usaha
pembesaran ikan nila. Ikan nila dipilih menjadi komoditi yang diusahakan pun
karena ikan nila dinilai bisa menerima berbagai jenis makanan yang diberikan
petani maupun pakan alami.
Ikan nila yang dihasilkan dalam usaha pembenihan ini adalah ikan nila
Genetically Male Tilapia (GMT) atau yang lebih dikenal sebagai anakan
Genetically Supermale Indonesian Tilapia (GESIT) karena merupakan hasil
persilangan antara induk nila GESIT jantan dengan induk nila betina biasa atau
pun induk nila Genetic Improvement of Farmed Tilapias (GIFT) betina. Induk
GESIT jantan dipilih karena akan menghasilkan keturunan (anakan) yang
semuanya jantan (Yuniarti, 2009). Ikan nila jantan lebih disukai oleh petani
karena memiliki karakteristik pertumbuhan yang lebih cepat bila dibandingkan
dengan ikan nila betina sehingga lebih cepat dipanen.
Kegiatan usaha ikan nila GMT di Buni Sari meliputi kegiatan pembenihan
dan pendederan. Setiap petani yang tergabung dalam Buni Sari melakukan
kegiatan yang berbeda-beda dalam usaha pembenihan ikan nila GMT tersebut.
Sebagian petani melakukan kegiatan pembenihan dengan input berupa indukan
sampai dengan menghasilkan benih ukuran larva (0,5 – 1,1 cm) kemudian menjual
larva tersebut kepada pengumpul. Sebagian lainnya melanjutkan sampai dengan
kegiatan pendederan dan menghasilkan output benih nila GMT dengan ukuran
yang lebih besar yaitu ukuran 2-3 cm, ukuran 3-5 cm serta ukuran 5-8 cm. Ada
pula beberapa petani yang hanya melakukan kegiatan pendederan saja tanpa
melakukan kegiatan pembenihan sehingga inputnya berupa larva kemudian
dibesarkan sampai dengan ukuran benih tertentu. Berdasarkan hal tersebut maka
petani Buni Sari terbagi ke dalam beberapa kelompok kegiatan usaha dimana
setiap kelompok tersebut memiliki input dan output yang berbeda atau dapat
dikatakan terbagi ke dalam beberapa kelompok dengan segmentasi produk yang
berbeda.
Usaha pembenihan ikan nila GMT di Buni Sari terbagi ke dalam lima
kelompok kegiatan usaha dengan segmentasi usaha yang berbeda. Kelompok
pertama hanya mengusahakan satu jenis kegiatan usaha yaitu kegiatan pemijahan
induk nila sampai dengan menghasilkan output berupa larva, kemudian larva
tersebut dijual. Kelompok ke dua mengusahakan dua jenis kegiatan usaha, dimana
pada kelompok ini juga mengusahakan kegiatan pemijahan induk sampai dengan
menghasilkan larva, namun larva dihasilkan tidak hanya dijual, tapi juga sebagian
hasil larva ditanam kembali sampai dengan menghasilkan benih ukuran 2-3 cm
kemudian dijual, sehingga penerimaan diperoleh dari penjualan larva dan
penjualan benih ukuran 2-3 cm. Kelompok ke tiga mengusahakan tiga jenis

5
kegiatan usaha, dimana pada kelompok ini pun melakukan kegiatan yang sama
dengan kelompok ke dua, namun larva tidak hanya ditanam untuk menghasilkan
benih ukuran 2-3 cm saja, tapi juga ditanam untuk benih ukuran 3-5 cm, sehingga
penerimaan diperoleh dari penjualan larva, penjualan benih ukuran 2-3 cm dan
penjualan benih ukuran 3-5 cm. Kelompok ke empat melakukan dua jenis
kegiatan usaha, dimana pada kelompok ini pun mengusahakan kegiatan pemijahan
induk sampai dengan menghasilkan larva, namun larva tersebut tidak dijual tapi
langsung ditanam kembali sampai dengan menghasilkan output berupa benih
ukuran 5-8 cm. Sedangkan kelompok ke lima melakukan satu jenis kegiatan usaha,
dimana kelompok ini tidak melakukan kegiatan pemijahan, tapi hanya melakukan
kegiatan penderan yaitu membeli (menanam) larva sampai dengan menghasilkan
benih dengan ukuran 2-3 cm.
Adanya perbedaan segmentasi usaha ini diduga terkait dengan tujuan
usaha yang petani Buni Sari. Ada petani yang cenderung menghindar dari risiko
dan menginginkan modal segera kembali, tetapi ada juga petani yang melihat
keuntungan mana yang lebih besar dan memilih segmen usaha dengan waktu
panen yang lebih lama. Sebagian besar petani yang tergabung dalam kelompok
tani Buni Sari cenderung mengusahakan kegiatan pembenihan dengan hanya
menjual larva karena dianggap lebih cepat menghasilkan keuntungan. Namun,
apakah benar menjual larva adalah yang paling menguntungkan atau tidak, maka
diperlukan analisis mengenai pendapatan yang diperoleh dari masing-masing
kegiatan usaha sehingga dapat dibandingkan kegiatan usaha mana yang
menghasilkan pendapatan atau keuntungan terbesar.
Membandingkan kegiatan usaha mana yang lebih baik tidak hanya dari
segi pendapatan kegiatan usaha yang terbesar, karena pendapatan yang besar saja
tidak dapat menjamin bahwa usaha tersebut merupakan usaha yang paling efisien.
Oleh karena itu selain analisis pendapatan juga diperlukan analisis mengenai
efisiensi usaha. Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini
adalah kelompok usaha pembenihan ikan nila GMT pada tahapan mana yang
menghasilkan pendapatan terbesar dalam satu periodenya?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk membandingkan usaha
pembenihan ikan nila GMT berdasarkan segmentasi usaha yang dijalankan.
Secara rinci, tujuan penelitian adalah :
1. Mengidentifikasi produk yang dihasilkan pada setiap segmen yang dikaji
2. Menganalisis penerimaan dan biaya usaha pada setiap segmen yang dikaji
3. Menganalisis keuntungan dan efisiensi usaha pada setiap segmen yang dikaji

Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
berbagai pihak. Para pihak yang memungkinkan dapat memperoleh manfaat
adalah :

6
1. Akademisi dan peneliti, sebagai bahan rujukan untuk penelitian serupa atau
pengembangan penelitian yang sudah dilaksanakan
2. Petani pembenihan ikan nila di Desa Caringin Wetan, sebagai saran dan
tambahan informasi mengenai kegiatan usaha yang menghasilkan keuntungan
terbesar dan kegiatan usaha yang paling efisien
3. Penulis, untuk memberikan wawasan, pengalaman, serta sebagai media
penerapan ilmu dan peningkatan pemahaman yang diperoleh selama masa
kuliah.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada kelompok tani Buni Sari yang berlokasi
di Desa Caringin Wetan, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi, Provinsi
Jawa Barat. Objek penelitian yaitu petani pembenihan ikan nila GMT. Petani yang
tergabung dalam kelompok tani Buni Sari umumnya memiliki usaha tidak hanya
usaha pembenihan ikan nila, tapi juga melakukan usahatani budidaya sayuran dan
atau padi serta usaha lain di luar usahatani. Untuk itu, penelitian ini difokuskan
hanya pada usaha pembenihan ikan nila GMT, sementara usaha lain diasumsikan
tidak berpengaruh terhadap objek penelitian yang akan diteliti. Usaha lain tersebut
hanya digunakan sebagai tambahan informasi mengenai sumber pendapatan lain
bagi petani pembenihan ikan nila GMT di Buni Sari. Analisis yang akan
dilakukan pun difokuskan untuk menjawab pertanyaan penelitian, yaitu analisis
mengenai struktur biaya, penerimaan, pendapatan serta efisiensi usaha
pembenihan ikan nila GMT di Buni Sari.

TINJAUAN PUSTAKA
Teknik Budidaya Pembenihan Ikan Nila
Pembenihan ikan nila dapat dilakukan secara massal di perkolaman secara
terkontrol. DKP Sulteng (2011) mengemukakan bahwa pemijahan secara massal
dianggap lebih efisien, karena biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil dalam
memproduksi larva untuk jumlah yang hampir sama. Pembesaran ikan nila dapat
dilakukan di Keramba Jaring Apung (KJA), kolam, kolam air deras, kolam sawah,
perairan umun baik sungai, danau maupun waduk dan tambak. Budidaya nila
secara monokultur di kolam rata-rata produksinya adalah 25.000 kg/ha/panen, di
keramba jaring apung 1.000 kg/unit/panen (200.000 kg/ha/panen), dan ditambak
sebanyak 15.000 kg/ha/panen.
Setyono dan Suryanto (2007) mengatakan bahwa salah satu permasalahan
dalam budidaya pembesaran ikan nila adalah sifat reproduksi yang lebih awal dan
berkali-kali selama masa pemeliharaan. Hal ini dapat menyebabkan populasi
terlalu padat, pertumbuhan terhambat, ukuran beragam pada akhir masa
pemeliharaan sehingga kurang menguntungkan. Pemeliharaan ikan secara tunggal
kelamin jantan cenderung meningkatkan produksi, karena proses perkawinan
tidak akan terjadi, sehingga enerji dari pakan sepenuhnya digunakan untuk
pertumbuhan (Subagyo et al, 1992). Bersadarkan permasalahan tersebut, petani

7
ikan budidaya pembesaran cenderung memilih benih ikan nila jantan (mono-seks)
untuk dibudiayakan, sehingga permintaan akan benih ikan nila mono-seks
cenderung meningkat.
Menurut Kusdanu (2004), banyak faktor yang harus diperhatikan dalam
budidaya ikan nila. Faktor-faktor tersebut meliputi kualitas air, keasaman,
distribusi air, ketinggian air media dalam kolam pemeliharaan, dan luasan kolam.
Selain itu, faktor lain yang harus diperhatikan adalah pemeliharaan induk, pakan
yang cukup, peralatan yang memadai, serta benih yang unggul.
Ariyanto et al (2010) mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan
induk dan benih yang unggul dibutuhkan suatu pembentukan genotipe tertentu.
Laju pertumbuhan ikan nila genotipe jantan (genotipe XY) lebih cepat
dibandingkan dengan ikan nila betina (genotipe YY). Pada budidaya ikan nila,
penggunaan populasi tunggal kelamin (mono-seks) jantan akan memberikan
produksi yang lebih baik dibandingkan populasi campuran (mixed-seks)
(Gustiano , 2006).
Usaha pembenihan ikan nila di Buni Sari menghasilkan benih populasi
tunggal kelamin (mono-seks) jantan, yaitu benih ikan nila GMT (Genetically Male
Tilapia). Pertumbuhan benih ikan nila monoseks (GMT) ini relatif lebih cepat
dibandingkan benih ikan nila dengan populasi campuran, mengingat persentase
jantannya lebih banyak dibandingkan pada populasi campuran. Berdasarkan
sampling, persentase jantan pada ikan monoseks mencapai 87 persen, lebih tinggi
dibandingkan pada populasi campuran, yang mencapai 48 persen (Yuniarti et al,
2007).
Menurut teori, satu paket induk ikan nila adalah 300 ekor betina dan 100
ekor jantan atau perbandingan jantan : betina sebesar 1 : 3 dengan luasan kolam
yang dibutuhkan sekitar 100 – 300 m². Sistem paket diberlakukan untuk menekan
laju penurunan mutu benih yang dihasilkan bila keturunannya dijadikan induk
kembali setelah melalui seleksi ketat (PPKP, 2011). Hal tersebut bukan
merupakan suatu keharusan untuk dilakukan karena disesuaikan dengan luasan
kolam yang digunakan. Penelitian yang dilakukan Phoenna (2012) adalah salah
satu contoh, dimana induk nila yang digunakan terdiri dari 80 ekor betina dan 48
ekor jantan dengan perbandingan jantan : betina yaitu 1 : 2 dalam luas kolam
induk rata-rata responden adalah 133 m2, dan pada penelitian Sutiah (2008)
perbandingan induk nila jantan dengan induk nila betina sebesar 1 : 4, sedangkan
pada penelitian ini, petani Buni Sari rata-rata menggunakan perbandingan induk
jantan : betina sebesar 1 : 10. Besarnya perbandingan antara induk jantan dengan
betina ini merupakan hasil trial-error yang dilakukan oleh petani Buni Sari
dengan pertimbangan angka tersebut merupakan batas maksimal petani
memperoleh pendapatan tertinggi dengan biaya pakan yang masih bisa dijangkau
oleh petani Buni Sari.
Pada penelitian Phoenna (2012), induk ikan nila jantan dan betina
dipelihara dalam kolam yang tepisah dan induk tersebut dapat memijah sampai
dengan empat kali dalam satu tahun sehingga umur ekonomis induk ikan nila
adalah satu tahun. Ini berarti bahwa pada penelitian Phoenna, panen larva hanya
dapat dilakukan sampai dengan empat kali dalam satu tahun. Panen tersebut
dilakukan menggunakan sistem pungut dengan menunggu larva dikeluarkan dari
mulut induk betina karena ikan nila termasuk mouth breeding. Hal yang sama juga
terjadi pada penelitian Fakhruzzaman (2010), dimana panen larva ikan nila

8
dilakukan dengan cara panen pungut. Panen tersebut baru dapat dilakukan apabila
di kolam sudah terlihat banyak larva di permukaan air. Biasanya panen dilakukan
pada pagi hari. Agar larva ikan nila secara serempak dapat ditangkap, maka petani
akan menebar pupuk. Setelah 3-5 hari dari pemupukan, biasanya di kolam mulai
tumbuh pakan-pakan alami berupa plankton. Saat itu secara naluri induk yang
sedang mengerami akan mengeluarkan anak-anaknya secara serempak dari
mulutnya. Anak-anak ikan ini akan tampak pada permukaan kolam, sehingga
dapat ditangkap.
Berbeda hal nya dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutiah (2008)
dimana pemeliharaan induk ikan nila dilakukan secara massal dengan kolam
induk yang tidak terpisah sehingga induk tersebut dapat memijah sepanjang tahun
dan panen larva dapat dilakukan setiap dua minggu sekali. Panen dilakukan secara
total, yaitu dengan menguras kolam induk untuk diambil larva nya. Total siklus
pada penelitian Sutiah sebanyak 22 siklus dengan umur ekonomis induk selama
satu tahun. Sama hal nya dengan penelitian Sutiah (2008), pada penelitian ini pun
budidaya pembenihan ikan nila dilakukan secara massal dengan satu kolam induk
yang sama (tidak dipisah). Masa panen larva dilakukan setiap 15 hari (2 minggu)
sekali, dengan cara panen total. Total siklus panen larva sebanyak 24 kali dalam
satu tahun dengan umur ekonomis induk rata-rata adalah dua tahun.
Berdasarkan perbedaan di atas, maka pemeliharaan induk yang dilakukan
pada kolam yang terpisah dapat dipanen dengan cara panen pungut, sedangkan
untuk induk yang dipelihara pada kolam yang sama akan dipanen dengan cara
panen total. Panen yang dilakukan secara total dapat menghasilkan jumlah panen
yang lebih banyak bila dibandingkan dengan sistem panen pungut, sehingga dari
segi pendapatan pun petani lebih cepat memperoleh pendapatan dan sistem
perputaran modal menjadi lebih cepat.

Analisis Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usaha
Perhitungan pada analisis biaya usaha, konsep biaya dikelompokkan
menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Pada penelitian Rahayu
(2011) dan Phoenna (2012), tenaga kerja luar keluarga (TKLK) dimasukkan ke
dalam biaya tunai, sedangkan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dimasukkan
ke dalam Kelompok Biaya yang diperhitungkan. Perhitungan yang sama juga
dilakukan pada penelitian usaha pembenihan ikan nila di Buni Sari, dimana
TKLK diperhitungkan ke dalam biaya tunai. Namun, untuk TKDK tidak hanya
dimasukkan ke dalam biaya yang diperhitungkan, tapi juga diperhitungkan ke
dalam analisis mengenai balas jasa terhadap faktor produksi tenaga kerja.
Phoenna (2012) melakukan analisis mengenai perbandingan pendapatan
usaha antara pembudidaya pemilik kolam dengan pembudidaya penyewa kolam.
Perhitungan mengenai biaya, penerimaan serta pendapatan dilakukan dengan
menggunakan metode rata-rata. Output yang dihasilkan dalam penelitian tersebut
sebanyak 4 output, yaitu benih 2-3 cm, benih 3-4 cm, benih 5-6 cm dan induk
afkir. Hasil rata-rata biaya, penerimaan dan pendapatan dari keempat output
tersebut kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh total biaya rata-rata, total
penerimaan rata-rata dan total pendapatan rata-rata yang dihasilkan untuk setiap
kelompok pembudidaya pemilik lahan dan pembudidaya penyewa lahan.

9
Kemudian hasil tersebut dibandingkan, dan diperoleh hasil yaitu pendapatan atas
biaya tunai yang didapatkan oleh pembudidaya pemilik kolam lebih besar
dibandingkan penyewa kolam, demikian hal nya dengan pendapatan atas biaya
total. Namun, baik pembudidaya pemilik kolam atau pun penyewa kolam
menghasilkan usaha pembenihan ikan nila yang menguntungkan.
Metode perhitungan yang dilakukan pada usaha pembenihan ikan nila di
Buni Sari pun menggunakan metode rata-rata. Namun pada penelitian ini faktor
yang dibandingkan adalah analisis biaya, penerimaan, pendapatan dan efisiensi
untuk setiap usaha yang dijalankan petani. Petani yang menjalankan kegiatan
usaha yang sama, dari sisi input sampai dengan output yang dihasilkan
dimasukkan ke dalam kelompok yang sama. Dalam penelitian ini terdapat lima
kelompok usaha yang memiliki tahapan kegiatan pembenihan yang berbeda,
sehingga analisis yang dilakukan adalah membandingkan kelima kelompok
tersebut dalam satu periode produksi yang sama dan dalam luasan yang sama,
kemudian dipilih kegiatan usaha mana yang menghasilkan keuntungan terbesar.

KERANGKA PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Bagian ini berisi mengenai teori dan konsep yang berkaitan dengan
penelitian mengenai pembenihan dan pendederan ikan nila GMT. Konsep tersebut
diantaranya yaitu teknik pembenihan dan pendederan ikan nila, konsep usahatani,
konsep penerimaan, konsep biaya, konsep pendapatan dan konsep efisiensi usaha.
Berikut merupakan penjelasan mengenai konsep-konsep tersebut.
Teknik Pembenihan Ikan Nila
Menurut BPSDM Kelautan dan Perikanan (2011), terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam budidaya pembenihan ikan nila, antara lain :
1. Lokasi dan Wadah Pemeliharaan
Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah
liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang
besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam. Kemiringan
tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3 - 5persen untuk
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi. Ikan nila cocok dipelihara di
dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh
dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat
pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya
plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau
kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae, sedangkan plankton/alga biru
kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Untuk di kolam dan tambak, angka
kecerahan yang baik antara 20 - 35 cm.
Debit air untuk kolam air tenang 8 - 15 liter/detik/ha. Kondisi perairan
tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di

10
air arus deras. Nilai derajat keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar
antara 6 sampai dengan 8,5. Keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7 - 8.
Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30oC. Kadar garam air yang disukai
antara 0-35 per mil.
2. Pemilihan Induk dan Pemeliharaan Induk
Pengelolaan induk dalam kegiatan usaha pembenihan mempunyai peran
yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan, karena induk merupakan
salah satu faktor utama yang akan menentukan kualitas dan kuantitas benih yang
dihasilkan. Jumlah induk ikan nila pada suatu areal/kolam pemijahan ditentukan
oleh induk jantan dan ukuran induk. Hal ini disebabkan pada sifat ikan nila pada
saat memijah, dimana induk jantan akan membuat suatu daerah teritorial yang
tidak boleh digangggu ikan lain. Jumlah induk ikan betina umumnya lebih banyak
dari pada induk ikan jantan agar mudah memberi kesempatan pada induk ikan
jantan untuk dapat menemukan betina yang matang gonad. Perbandingan jumlah
induk ikan jantan dengan induk ikan betina biasanya adalah 1 : 3.
Induk yang digunakan adalah induk yang siap memijah atau bakalan
induk yang belum siap memijah. Induk yang berkualitas baik memiliki kondisi
yang sehat, bentuk badan normal, sisik besar dan tersusun rapi, kepala relatif kecil
dibandingkan dengan badan, badan tebal dan berwarna mengilap (tidak kusam),
gerakan lincah dan memiliki respon yang baik terhadap pakan tambahan. Ciri-ciri
induk jantan dan induk betina apabila dilihat secara fisik dapat dilihat pada Tabel
4.
Tabel 4 Ciri-ciri induk jantan dan induk betina
Ciri-ciri
Bentuk tubuh

Induk jantan
Lebih tinggi dan membulat

Warna tubuh
Bentuk kelamin

Lebih cerah
Tonjolan agak meruncing

Warna sirip ekor

Didominasi merah

Induk betina
Lebih rendah dan
memanjang
Lebih gelap
Tidak menonjol dan
berbentuk bulat
Hitam

Sumber : Judantari, 2008

Perbedaan jenis kelamin ikan nila dapat terlihat pada saat ikan telah
mencapai bobot 50-60 gram. Perbedaan berdasarkan jenis kelamin ikan nila secara
fisik yaitu, ikan nila jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar dari pada ikan
nila betina. Alat kelamin ikan nila jantan berupa tonjolan yang agak runcing yang
berfungsi sebagai muara saluran urin dan saluran sperma yang terletak di depan
anus. Jika diurut, perut ikan nila jantan akan mengeluarkan cairan bening,
sedangkan ikan nila betina mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang
saluran urin yang terletak di depan anus. Bentuk hidung dan rahang belakang ikan
nila jantan melebar dan berwarna biru muda. Berbeda hal nya dengan ikan jantan,
ikan betina memiliki bentuk hidung dan rahang belakang agak lancip dan
berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa
garis putus-putus, nila betina, garis berlanjut (tidak putus) dan melingkar
(Khairuman, 2007). Perbedaan antara ikan nila jantan dan betina dapat dilihat
pada Tabel 5.

11

Tabel 5 Perbedaan ikan jantan dan betina
Jantan
Alat kelamin berupa tonjolan (papilla)
dibelakang lubang anus. Pada tonjolam
ini terdapat satu lubang untuk
mengeluarkan sperma dan urine

Warna badan lebih cerah
Warna sirip memerah terutama pada
saat matang gonad dan menjadi lebih
galak terhadap ikan jantan yang lain
Kematangan gonad ikan nila diketahui
dengan cara melakukan pengurutan perut
kearah anus dan akan mengeluarkan cairan
kental berwarna bening dan di sekitar perut
sampai kepala bagian bawah berwarna
merah

Betina
Alat
kelamin
berupa
tonjolan
dibelakang
anus. Pada tonjolan tersebut terdapat 2
lubang. Lubang yang pertama terletak
di dekat anus, berbentuk seperti bulan
sabit dan berfungsi sebagai tempat
keluarnya telur. Lubang yang kedua
terletak di belakangnya, berbentuk
bulat dan berfungsi sebagai tempat
keluarnya urine
Warna badan agak pucat
Pada saat matang gonad bagian tepi
sirip tidak berubah warna dan
gerakannya lambat
Kematangan gonad ikan diketahui dengan
cara meraba perut dan pengamatan bagian
anus, yaitu ditunjukkan dengan telur yang
berwarna
kuning kehijauan, bagian perut melebar,
lunak jika diraba, bagian anus menonjol
dan kemerahan

Pakan diberikan sebagai tambahan bagi induk maupun anak ikan.
Makanan pokok yang harus ada adalah pakan alami. Dalam pembenihan sistem
tradisional, pakan tambahannya berupa bahan limbah pertanian, seperti dedak,
bekatul, bungkil kacang tanah, dan ampas kelapa. Untuk pembenihan secara
intensif, pakan tambahannya berupa pelet dengan susunan bahan – bahan yang
mengandung nilai gizi tinggi. Pakan tambahan untuk induk adalah pelet dengan
kadar protein 30 persen, sedangkan untuk benih gelondongan besar berupa pelet
dengan kadar protein 25 persen. Benih yang nilaih kecil, pakan tambahannya
hanya sedikit, yang utama adalah pakan alami. Apabila pakan tambahannya lebih
diutamakan untuk benih yang nilaih kecil, menyebabkan pertumbuhannya lambat
dan banyak ke matian (Suyanto, 2010).
3. Teknik Pembenihan
Induk nila betina dapat matang telur setiap 45 hari. Setiap induk betina
menghasilkan larva ( benih baru menetas ) pada tahap awal sekitar 300 g sebanyak
250-300 ekor larva. Jumlah ini akan meningkat sampai mencapai 900 ekor larva
sesuai dengan pertambahan bobot induk betina ( 900 g ). Setelah selesai masa
pemijahan dalam satu siklus ( 45 hari ), induk-induk betina diistirahatkan dan
dipisahkan dari induk jantan selama 3-4 minggu dan diberi pakan dengan
kandungan protein diatas 35 persen.
Ikan Nila dapat berkembang biak secara optimal pada suhu 20 – 30oC.
Ikan nila bersifat mengerami telurnya di dalam mulut sampai menetas kurang
lebih empat hari dan mengasuh larvanya ± 14 hari sampai larva dapat berenang
bebas di perairan, mengerami telur dan mengasuh larva dilakukan oleh induk

12
betina. Nila dapat dipijahkan setelah mencapai berat 100 gr/ekor. Secara alami
nila memijah pada sarang yang dibuat oleh ikan jantan di dasar kolam, sehingga
diperlukan dasar kolam yang berlumpur. Pemijahan ikan nila berdasarkan
pengelolaannya dibedakan beberapa sistem antara lain sistem pembenihan
ekstensif, semi intensif dan intensif.
Hakim (2009) mengatakan bahwa dapat dikatakan menggunakan sistem
pembenihan ekstensif apabila dilakukan perataan tanah dasar kolam, pemupukan
250 – 1000 gr/m2, pemijahan dilakukan di kolam seluas 400 – 600 m2, kolam diisi
air setinggi 40 – 60 cm, induk jantan dan betina dimasukkan bersama dengan
kepadatan 1 ekor/m2. perbandingan induk jantan dan betina 1 : 3, selama
pemijahan diberi pakan tambahan berupa pellet dengan dosis 3persen dari berat
ikan per hari. Panen larva dilakukan dengan cara menangkap larva secara
langsung di permukaan air kolam dan langsung ditebar ke kolam pendederan yang
sudah disiapkan.
Sistem pembenihan intensif, pemijahan dilakukan dalam bak semen/hapa
ukuran 24 – 48 m2 dan kedalaman air 60 – 80 cm. Induk ditebar bersama-sama
dengan kepadatan 3 – 4 ekor/m2. Perbandingan antara jantan dan betina 1 : 3.
Berbeda dengan pembenihan ekstensif, pada pembenihan intensif yang dipanen
dari tempat pemijahan bukan larva, tetapi masih dalam bentuk telur. Telur yang
dipanen biasanya ada 4 fase, yaitu telur utuh, sudah bermata, sudah bermata dan
berekor, serta larva sempurna. Setiap fasenya, ditampung dalam wadah yang
berbeda. Telur-telur tersebut kemudian ditetaskan dalam wadah khusus corong
penetasan dibuat dari fibreglass, dan diberi aliran air. Biasanya telur ini akan
menetas dalam waktu 3-7 hari. Telur yang tidak menetas berwarna putih dan telur
tersebut harus dibuang setiap hari dengan cara disiphon.
Kegiatan pemanenan benih meliputi persiapan penampungan benih,
pengeringan kolam, penangkapan benih dan pengangkutan. Pemanenan benih ikan
sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari. Hasil panen benih ikan terdiri dari
berbagai ukuran sesuai dengan tahapan pembenihan. Hasil dari pendederan berupa
benih ikan yang panjangnya 2-3 cm. Pembenihan tahap I menghasilkan benih
berukuran 6-8 cm dengan berat 8-10 g/ekor. Pembenihan tahap II menghasilkan
benih yang berukuran 10-12 cm dengan berat 30-50 g/ekor dan tahap III
menghasilkan benih yang berukuran 16-18 cm dengan berat ± 100 g/ekor
(Suyanto, 2010).
Penangkapan benih dilakukan dengan cara ditangkap dengan sekup net
besar atau waring. Setelah ditangkap larva dimasukkan kedalam ember dan
ditampung dalam hapa halus yang dipasang dikolam tersebut. Saat itu juga larva
harus ditebar dikolam pendederan (Arie, 2000).
Menurut Fatimah (2010), pemanenan ikan nila dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu panen total dan panen sebagian. Panen total dilakukan dengan cara
mengeringkan kolam sampai dengan ketinggian air tinggal 10 cm. Petak
pemanenan (penangkapan) dibuat seluas 1 m² di depan pintu pengeluaran
sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari
saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus.
Panen sebagian atau panen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang
akan di panen dipilih dengan ukuran tertentu. Pemanenan dilakukan dengan
menggunakan waring yang di atasnya telah ditaburi umpan (dedak). Ikan nila
yang tidak terpilih sebaiknya dipisahkan dan diberi obat dengan larutan malachite

13
green 0,5 – 1,0 ppm selama satu jam sebelum dikembalikan ke kolam (karena
biasanya terluka akibat jaring).
Teknik Pendederan Ikan Nila
Pendederan merupakan kelanjutan pemeliharaan benih ikan nila dari hasil
pembenihan untuk mencapai ukuran tertentu yang siap dibesarkan. Tujuan dari
pada pendederan ini adalah untuk memperoleh ikan nila yang mempunyai ukuran
seragam, baik panjang maupun berat dan memberikan kesempatan ikan nila
mendapatkan makanan sehingga pertumbuhan juga seragam (Khairuman dan
Amri, 2007).
Pada ikan nila pemeliharaan larva dan benih ikan dapat dilakukan pada
wadah pemeliharaan larva antara lain adalah akuarium, fibre glass, bak dan kolam.
Pemeliharaan larva dilakukan selama enam sampai dengan delapan hari, larva
berumur tiga hari sudah dapat berenang di dasar kolam pemeliharaan. Sedangkan
larva umur lima hari sudah dapat berenang dipermukaan air. Kolam yang akan
digunakan harus bisa menahan air dan tidak bocor. Saluran tengah atau kemalir
harus tersedia dan berfungsi seperti yang diharapkan, yaitu memudahkan panen.
Pintu pemasukan dan pengeluaran air kolam dan saringan di kedua pintu air juga
harus tersedia. Langkah selanjutnya adalah pengeringan kolam. Pengeringan
tergantung dari cuaca, jika cuaca panas pengeringan cukup tiga sampai dengan
empat hari, namun jika sedang musim hujan, proses pengeringan agak lama.
Setelah kering, kolam harus dipupuk untuk menumbuhkan makanan alami yang
sangat dibutuhkan oleh benih ikan nila yang akan ditebarkan. Sebagai patokan,
biasanya petani memupuk dengan kotoran ayam sebanyak 250 – 500 gr/m2, TS