Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Nila GMT (Genetically Male Tilapia) pada Anggota Kelompok Tani Bunisari di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN NILA
GMT (Genetically Male Tilapia) PADA ANGGOTA
KELOMPOK TANI BUNISARI DI DESA CARINGIN WETAN
KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN SUKABUMI

WINDA PRATIWI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis
Risiko Produksi Pembenihan Ikan Nila GMT (Genetically Male Tilapia) pada
Anggota Kelompok Tani Bunisari di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin
Kabupaten Sukabumi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor

Bogor, Juli 2013

Winda Pratiwi
NIM H34104122

ii

ABSTRAK
WINDA PRATIWI. Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Nila GMT
(Genetically Male Tilapia) pada Anggota Kelompok Tani Bunisari di Desa
Caringin Wetan Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi. Dibimbing oleh
ANNA FARIYANTI
Salah satu jenis akuakultur adalah budidaya pembenihan ikan nila GMT

(Genetically Male Tilapia) di Sukabumi. Usaha pembenihan ikan nila GMT
diusahakan oleh anggota kelompok tani Bunisari terdapat kendala risiko
produksi, terlihat dari fluktuasi Mortalitas Rate (MR) ikan nila GMT. Proses
identifikasi sumber-sumber dari kegiatan usaha benih ikan nila GMT yang
dijalankan oleh anggota kelompok tani Bunisari, menggunakan analisis
deskriptif dan kemudian mengidentifikasi kemungkinan dan dampak risiko yang
dihasilkan dari sumber risiko menggunakan Z-Score dan Value at Risk (VaR ).
Tujuan penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi dan menganalisis sumbersumber risiko produksi pada pembenihan ikan nila GMT pada anggota
kelompok tani Bunisari di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin
Kabupaten Sukabumi, 2) mengukur dan menganalisis probabilitas dan dampak
dari sumber risiko produksi pada pembenihan ikan nila GMT di anggota
kelompok tani Bunisari di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin
Kabupaten Sukabumi, dan 3) menganalisis berbagai alternatif strategi yang
dapat diterapkan untuk menangani risiko produksi yang dihadapi oleh kegiatan
usaha benih ikan nila GMT pada anggota kelompok tani Bunisari di Desa
Caringin Wetan Kecamtan Caringin Kabupaten Sukabumi. Sumber-sumber
risiko kegiatan usaha pembenihan ikan nila GMT di anggota kelompok tani
Bunisari adalah cuaca, keterampilan pekerja, hama, dan penyakit. Hasil analisis
probabilitas atau kemungkinan risiko yang paling besar adalah faktor cuaca dan
diikuti oleh keahlian pekerja, hama dan penyakit. Adapun analisis dampak

sumber risiko yang paling besar adalah penyakit dan diikuti oleh cuaca, hama
dan keterampilan pekerja. Strategi manajemen risiko yang dilakukan untuk
sumber risiko hama, penyakit dan keahlian petani menggunakan strategi
pencegahan dan risiko yang ditimbulkan oleh sumber cuaca menggunakan
strategi pencegahan dan mitigasi.
Kata kunci: Pembenihan Ikan Nila GMT, Risiko Produksi

ABSTRACT
WINDA PRATIWI. Risk Analysis of Tilapia Hatchery Production GMT
(Genetically Male Tilapia) At Farmer Group Bunisari in the Caringin Wetan
village Caringin Sukabumi District. Supervised by ANNA FARIYANTI
One type of aquaculture is the farming of tilapia hatchery GMT (Genetically
Male Tilapia) in Sukabumi. Tilapia hatchery operations GMT cultivated by the
farmer group members Bunisari. But in business there are members of farmer

iii

group Bunisari production risk constraints, seen from fluctuations Mortality
Rate (MR) tilapia. The process of identifying the sources of the operations of
tilapia fish GMT which is run by members of farmer group Bunisari, using

descriptive analysis and then identify the likelihood and impact of risks
resulting from risk sources use the Z-Score and Value at Risk (VaR). The
purpose of this study was 1) to identify and analyze the sources of risk in the
production of tilapia hatchery GMT on members of farmer group Bunisari in the
Caringin Wetan village Caringin Sukabumi District, 2) to measure and analyze
the probability and impact of risk sources on the production of tilapia hatchery
GMT in members of farmer group Bunisari in the Caringin Wetan village
Caringin Sukabumi district, and 3) to analyze the various alternative strategies
that can be applied to address production risks faced by the business activities of
tilapia fish GMT on members of farmer group Bunisari in the Caringin Wetan
village Caringin Sukabumi District. Risk sources of tilapia hatchery operations
GMT on farmer group members Bunisari is weather, worker skills, pests, and
diseases. Probability or likelihood analysis results is greatest risk factor
followed by the weather and worker skills, pests and diseases. The analysis of
the impact of the greatest sources of risk are followed by disease and weather,
pests and worker skills. Risk management strategy that is done for a source of
risk pets, disease and expertise of farmers using prevention strategies and the
risks posed by weather sources use prevention and mitigation strategies.
Keywords: Fish Hatcheries Tilapia GMT, Production Risk


iv

iii

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitiann,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

v

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN NILA
GMT (Genetically Male Tilapia) PADA ANGGOTA
KELOMPOK TANI BUNISARI DI DESA CARINGIN WETAN
KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN SUKABUMI


WINDA PRATIWI

Skripsi
Sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

vii

Judul Proposal

Nama
NIM


: Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Nila GMT
(Genetically Male Tilapia) pada Anggota Kelompok Tani
Bunisari di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin
Kabupaten Sukabumi
: Winda Pratiwi
: H34104122

Disetujui oleh

Dr Ir Anna Fariyanti, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :


viii

PRAKATA
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2011 sampai Maret 2013 ini
ialah Risiko Produksi, dengan judul Analisis Risiko Produksi Pembenih Ikan
Nila GMT (Genetically Male Tilapia) pada Anggota Kelompok Tani Bunisari di
Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Anna Fariyanti MSi
selaku pembimbing, Bapak Dr Ir Suharno MAdev selaku penguji umum, Ibu
Anita Primaswari W SP MSi selaku penguji akademik, Ibu Dr Ir Netti Tinaprilla
MM selaku evaluator, Zulfi Amd selaku pembahas yang telah banyak memberi
saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Dra Yusalina
MSi selaku pembimbing akademik, Anggota kelompok tani Bunisari Sutisna
dan Aa Sudarwin yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua (Bapak Edi
Saputra dan Ibu Rosmiati) yang selalu setia mendukung, memberikan semangat
atas doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini menjadi salah satu kado
terindah. Teman dan Sahabat satu tempat penelitian (Dameria Novandina,

Henry J.A, dan Amelia Qodhariyah) dan tante Ai Lilah Yunani dan keluarga
atas waktu, tempat, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.
Teman - teman seperjuangan Alih Jenis Agribisnis angkatan 1 atas motivasi dan
sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang
tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2013
Winda Pratiwi

ix

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Agribisnis Pembenihan Ikan Nila
Risiko Agribisnis Pembenihan Ikan
Sumber - Sumber Risiko Usaha Pembenihan Ikan
Peluang dan Dampak Risiko Produksi Perikanan
Strategi Alternatif Risiko Usaha Perikanan
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Risiko
Sumber - Sumber Risiko
Manajemen Risiko
Pengukuran Risiko
Penanganan Risiko
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis Deskriptif
Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko
Analisis Dampak Risiko
Alternatif Strategi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Aktivitas Budidaya Ikan Nila GMT di Kelompok Tani Bunisari
Persiapan Media Pendederan
Penebaran dan Pemeliharaan Benih
Pemanenan Benih
Identifikasi Sumber - Sumber Risiko Produksi
Analisis Probabilitas Sumber Risiko Produksi
Analisis Dampak Sumber Risiko Produksi
Pemetaan Risiko Produksi
Alternatif Strategi Penanganan Risiko Produksi

xiii
xiii
xiii
1
1
4
5
6
6
6
6
7
7
8
8
9
9
10
11
11
12
13
16
17
17
17
18
19
19
20
21
22
23
23
24
24
25
25
25
32
34
36
38

xxii

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

40
40
40
41

xi

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Volume produksi perikanan nasional tahun 2010 - 2011
Volume produksi perikanan budidaya kolam menurut provinsi
di pulau Jawa tahun 2005 – 2010
Produksi perikanan budidaya pembesaran kolam menurut
jenis ikan beberapa kabupaten di Jawa Barat tahun 2010
Produksi pembenihan di kolam menurut jenis ikan di Kab
Sukabumi tahun 2011
Fluktuasi Mortalitas Rate (MR) benih ikan nila GMT di
kelompok tani Bunisari tahun 2011-2012
Karakterisitik responden berdasarkan umur
Produksi pembenihan ikan nila GMT kelompok tani Bunisari
tahun 2010-2012
Sumber risiko faktor cuaca pembenihan ikan nila GMT pada
kelompok tani Bunisari
Sumber risiko keahlian pekerja pembenihan ikan nila GMT
pada kelompok tani Bunisari
Sumber risiko hama pembenihan ikan nila GMT pada
kelompok tani Bunisari
Sumber risiko penyakit pembenihan ikan nila GMT pada
kelompok tani Bunisari
Probabilitas risiko dari sumber risiko
Dampak risiko dari sumber risiko produksi
Status risiko dari sumber risiko produksi

1
2
2
3
5
23
26
27
29
30
32
33
35
36

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Rangkaian kejadian risiko dan ketidakpastian
Pengelolaan risiko
Peta risiko
Preventif risiko
Mitigasi risiko
Kerangka operasional penelitian
Peta risiko
Alur kegiatan pembenihan ikan nila GMT di kelompok tani Bunisari
Hasil pemetaan sumber risiko produksi

10
12
13
14
15
17
23
24
38

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data produksi benih ikan nila GMT anggota Kelompok Tani Bunisari
Bapak Sudarwin

43

ix
xii

2 Data produksi benih ikan nila GMT anggota kelompok tani Bunisari
Bapak Warsito
3 Data produksi benih ikan nila GMT anggota kelompok tani Bunisari
Bapak Suhandi
4 Rekapitulasi sumber-sumber risiko anggota kelompok tani Bunisari ....

44
46
48

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sub-sektor perikanan merupakan salah satu sumber daya yang sangat
berpotensi sebagai salah satu tumpuan ekonomi nasional dimasa mendatang.
Pertumbuhan perikanan berkaitan dengan perannya menunjang persediaan
pangan nasional, meningkatkan iklim usaha perikanan, meningkatkan partisipasi
masyarakat demi meningkatkan pendapatan dan tingkat ekonomi masyarakat
pada umumnya.
Tabel 1 produksi perikanan nasional meningkat sebesar 6.2 persen per
tahun, yakni dari 11.66 juta ton pada tahun 2010 menjadi 13.31 juta ton pada
tahun 2011. Capaian produksi perikanan tersebut didukung oleh kontribusi
produksi perikanan budidaya yang terus mengalami kenaikan, yakni mencapai
11.13 persen per tahun selama periode tahun 2010-2011.
Tabel 1 Volume produksi perikanan nasional tahun 2010 - 2011
Tahun (Ton)
Rincian

Kenaikan Rata-Rata
(%)

2010

2011

Penangkapan

5 348 418

5 409 100

0.46

Perikanan Laut

5 039 446

5 061 680

0.44

Perairan Umum
Budidaya
Budidaya Laut

344 972
6 277 972
3 514 702

347 420
7 901 526
3 735 585

0.71
11.13
6.28

Tambak

1 416 038

1 734 260

22.47

Kolam

819 809

955 511

16.55

Keramba

121 271

120 654

-0.51

Jaring Apung

309 499

331 936

7.25

96 605

98 804

2.28

11 662 342

13 310 626

6.20

Sawah
Jumlah
Sumber : KKP, 2010-2014

Peningkatan volume produksi perikanan budidaya tahun 2010-2011
memperlihatkan bahwa program prioritas pembangunan kelautan dan perikanan
saat ini lebih fokus pada upaya peningkatan produksi perikanan budidaya.
Terlihat dari visi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang menjadikan
Indonesia sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar tahun 2015.
Target peningkatan produksi tersebut dicanangkan sebesar 353 persen dan
peningkatan produksi perikanan budidaya merupakan andalan untuk dapat
mewujudkan visi KKP. Volume produksi perikanan budidaya yang lebih besar
dibanding perikanan tangkap, menunjukkan perkembangan yang pesat pada
perikanan budidaya.
Menurut laporan FAO yang berjudul “The State of World Fisheries and
Aquaculture 2012″ menyebutkan bahwa hampir 30 persen sumber daya

2

perikanan dunia telah dieskploitasi secara berlebihan dan 57 persen telah
tereksploitasi secara penuh dan berada dalam batas maksimal produksi yang
berkelanjutan. Adanya kesulitan dalam upaya meningkatkan produksi kegiatan
perikanan tangkap, memberikan tantangan bagi peningkatan produksi perikanan
Indonesia untuk kembali bertumpu pada perikanan budidaya. Diprediksi mampu
menaikkan produksi perikanan budidaya di masa mendatang.
Tabel 2 memperlihatkan, bahwa volume produksi perikanan budidaya
yang mengalami peningkatan terbesar dari tahun 2005-2010 terdapat di daerah
Jawa Barat. Tahun 2005 volume produksi perikanan di Jawa Barat sebesar 110
247 ton dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2010 sebesar 247 369
ton.
Tabel 2 Volume produksi perikanan budidaya kolam menurut provinsi di pulau
Jawa tahun 2005 – 2010
Provinsi
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
D.I Yogyakarta
Jawa Timur
Banten

Jumlah (Ton)
2005

2006

2007

2008

2009

2010

6 830

3 365

2 683

2 905

915

14 055

110 247

127 578

118 162

147 941

158 871

247 369

25 360

28 350

34 619

44 191

55 031

66 964

8 225

9 059

11 427

14 100

17 009

38 772

31 026

33 379

35 711

37 704

42 690

65 869

5 254

4 972

8 319

7 423

9 409

12 217

Sumber: BPS Republik Indonesia, 2010

Salah satu perikanan budidaya yang diusahakan di daerah Jawa Barat
adalah ikan nila yang terdapat di Kabupaten Sukabumi, dimana budidaya ikan
nila di Kabupaten Sukabumi meliputi budidaya pembesaran dan pembenihan.
Tabel 3 terlihat bahwa jumlah produksi perikanan budidaya pembesaran untuk
ikan nila di Kabupaten Sukabumi paling besar dari budidaya jenis ikan lainnya
sebesar 154 ton.
Tabel 3 Produksi perikanan budidaya pembesaran kolam menurut jenis ikan
beberapa Kabupaten di Jawa Barat tahun 2010
Jenis Ikan (Ton)
Mas
Nila
Nilem
Mujair
Gurami
Ciamis
376
2 040.96
346.00
904.32
Tasikmalaya 1 544.20
1 623.00 2 714.70
271.30
198.00
Garut
2 021.70
1 591.10
548.40
17.22
4.10
Cianjur
1 910.69
1 298.00
31..84
7.96
14.33
Sukabumi
20.00
154
0.05
4.69
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sukabumi, 2011
Kabupaten

Tawes
302.47
519.80
208.51
19.11
0.07

Lele
512.00
216.800
22.60
68.47
28.42

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu budidaya pembesaran, akan
tetapi jumlah produksi yang dihasilkan lebih sedikit dari pada Kabupaten lainnya
di Jawa Barat. Salah satu untuk meningkatkan produksi perikanan budidaya

3

khususnya pembesaran maka ketersediaan akan pasokan benih harus lebih besar
lagi khususnya benih ikan nila. Peranan sektor perbenihan menjadi sangat
penting untuk memenuhi kebutuhan benih yang bermutu dan penyediaan induk
unggul yang akan dicapai melalui sistem perbenihan perikanan budidaya yang
tangguh.
Terlihat pada Tabel 4 perikanan budidaya pembenihan ikan nila pada
tahun 2011 memiliki jumlah paling besar dari jenis pembudidayaan ikan air
tawar lainnya, khususnya di daerah Kabupaten Sukabumi. Pembenihan ikan nila
mengalami peningkatan yang bagus di tahun 2011. Tercatat, produksi
pembenihan ikan nila sebesar 1 087 005.114 ribu ekor. Hasil perolehan
pembenihan ikan nila di Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu
penyumbang untuk meningkatkan pencapaian terbesar produksi benih nasional
ikan air tawar sebesar 18 879 710.260 ekor atau sebesar 44.66 persen dan ini
merupakan pencapaian terbesar dari data produksi benih ikan air tawar dan benih
ikan air payau/laut sampai dengan triwulan kedua tahun 2011, produksi benih
telah mencapai 23 557 797 070 ekor atau 55.73 persen.
Tabel 4 Produksi pembenihan di kolam menurut jenis ikan di Kab Sukabumi
tahun 2011
Jenis Ikan
Nila
Mas
Bawal Tawar
Lele
Patin

Jumlah (1000 ekor)
1 087 005.114
49 213.65
40 730.98
16 907.71
4 200.44

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sukabumi, 2011 (Diolah)

Ikan nila merupakan ikan yang disukai oleh berbagai kalangan karena
mudah dipelihara, dapat dikonsumsi, dan mempunyai rasa daging yang enak
serta tebal. Nila merupakan jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan
secara luas di Indonesia. Teknologi budidayanya sudah dikuasai dengan tingkat
produksi yang cukup tinggi. Jenis ikan nila yang telah berkembang di
masyarakat adalah nila hitam dan nila merah. Jenis perbaikan genetik yang telah
berhasil dikembangkan adalah nila Genetically Supermale Indonesia Tilapia
(GESIT), nila Japan for International Cooperation Agency (JICA), nila Merah
Strain Janti (LARASTI), nila Bogor Enchande Strain Tilapia (BEST), nila Ras
Wanayasa (NIRWANA).
Perbaikan genetika dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi dan beberapa instansi terkait seperti Departemen Kelautan dan
Perikanan, dan Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Sentuhan teknologi
berhasil mewujudkan perbaikan mutu genetika dan dinamakan ikan Nila GESIT,
yang telah diperkenalkan pada akhir 2006. Ikan nila GESIT ini apabila
dikawinkan dengan betina normal akan menghasilkan anakan, berupa benih
unggul yang sekitar 96-100 persen adalah monosex jantan Genetically Male
Tilapia (GMT). Anakan ini memiliki ukuran seragam dan akan tumbuh lebih
cepat dibandingkan populasi ikan nila biasa, salah satu daerah yang
membudidayakan benih ikan nila GMT adalah Kabupaten Sukabumi. Nila
sendiri dapat memanfaatkan plankton dan perifiton, serta dapat mencerna Blue

4

Green Algae, nila mempunyai pertumbuhan cepat, nila mempunyai sifat
omnivora (pemakan nabati maupun hewani), sehingga usaha budidayanya sangat
efisien dan berpotensi untuk dikembangkan di kabupaten Sukabumi.
Potensi dan peluang ini tidak terlepas dari berbagai kendala yakni tingkat
risiko yang dihadapi. Usaha pembenihan ikan nila memiliki tingkat risiko yang
relatif besar jika dibandingkan usaha pembesaran ikan nila, dikarenakan pada
usaha pembesaran ikan nila relatif bisa bertahan hidup dalam kondisi air yang
tidak begitu bagus. Beberapa sumber risiko lainnya yang merupakan kendala
dalam usaha pembenihan ikan nila adalah faktor cuaca, fluktuasi harga benih
ikan, penyakit white spot, kerusakan peralatan teknis, fluktuasi harga pakan,
serangan hama dan penyakit, tenaga kerja yang tidak terampil
Mengingat adanya risiko produksi dalam pembudidayaan benih ikan nila.
Maka perlu dilakukan kegiatan untuk mengelola risiko yang dihadapi tersebut.
Keputusan yang tepat sehingga risiko yang dihadapi dapat dihindari ataupun
dikurangi. Upaya-upaya tersebut untuk dapat meminimalisasi risiko yang akan
dan belum terjadi. Petani harus mengetahui terlebih dahulu sumber-sumber yang
menyebabkan terjadinya risiko.

Perumusan Masalah
Kegiatan usaha pemeliharaan benih ikan nila GMT milik anggota
kelompok tani Bunisari yang berada di Desa Caringin Wetan, Kecamatan
Caringin, Kabupaten Sukabumi telah berdiri sejak tahun 1997. Kegiatan usaha
benih ikan nila GMT dimulai pada tahun 2000. Benih ikan nila GMT pada
awalnya diberikan kepada anggota kelompok tani Bunisari secara gratis oleh
Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Akan tetapi
setelah pemeliharaan benih ikan nila GMT berhasil dibudidayakan di kelompok
tani Bunisari maka secara mandiri anggota kelompok tani Bunisari membelinya
dari BBPBAT Sukabumi.
Kelompok tani Bunisari merupakan salah satu usaha kecil yang bergerak
dalam kegiatan usaha benih ikan nila. Kelompok tani Bunisari dalam
menjalankan kegiatan usaha pemeliharaan benih ikan nila GMT mengalami
kendala yang menyebabkan terjadinya fluktuasi tingkat kematian benih atau
Mortalitas Rate (MR). Hal ini mengindikasikan bahwa usahatani benih ikan nila
memiliki risiko yaitu risiko produksi. Tingkat kematian produksi benih ikan nila
mengalami fluktuasi dari bulan Januari 2011 hingga Desember 2012. Beberapa
faktor yang menyebabkan fluktuasi produksi benih ikan nila yaitu kualitas induk,
inbreeding (perkawinan individu yang memiliki kerabat dekat, salah satu
dampak yang dirasakan adalah menurunkan kualitas benih), tingkat
kelangsungan hidup (Survival Rate), iklim, suhu, kualitas air, keahlian pekerja,
hama, penyakit, dan faktor cuaca yang sering mengalami perubahan drastis
sehingga suhu air kolam ikut mengalami perubahan serta pada musim hujan
sehingga mengakibatkan kematian benih ikan nila mencapai 80 persen
merupakan beberapa risiko produksi dalam budidaya perikanan. Berikut ini,
Tabel 5 yang menunjukkan fluktuasi tingkat kematian produksi benih ikan nila
GMT yang dihasilkan oleh kolam pemeliharaan benih ikan nila GMT pada
anggota kelompok tani Bunisari.

5

Tabel 5 Fluktuasi mortalitas rate (MR) benih ikan nila GMT di kelompok tani
Bunisari tahun 2011-2012
2011
Bulan

2012

Jumlah Benih (Ekor)
Tebar

Jumlah Benih (Ekor)

Panen

MR
(%)

Tebar

Panen

MR
(%)

Januari

120 000

86 200

28

30 000

20 600

31.33

Februari

202 000

135 400

33

71 000

43 000

39.44

Maret

100 000

77 200

23

135 000

109 800

18.67

April

166 000

150 800

9

184 000

153 600

16.52

Mei

40 000

30 800

23

356 000

291 200

18.20

Juni

155 000

110 400

29

120 000

94 400

21.33

Juli

160 000

110 000

31

84 000

65 600

21.90

Agustus

154 000

119 800

22

334 000

251 000

24.85

September

111 000

87 180

21

40 000

33 400

16.50

Oktober

190 000

141 300

26

0

0

0

November

242 000

178 200

26

209 000

163 000

22.01

Desember

200 000

120 400

40

393 000

260 900

33.61

Sumber: Kelompok Tani Bunisari, 2012

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan
usaha pembenihan ikan nila GMT pada anggota kelompok tani Bunisari di Desa
Caringin Wetan, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi terdapat risiko
produksi yang menyebabkan kerugian bagi petani. Oleh karena itu, dilakukan
penelitian risiko produksi tersebut. Dengan demikian terdapat beberapa hal yang
akan dikaji berikut ini:
1. Apakah ada sumber risiko baru yang mempengaruhi produksi benih ikan
nila yang dihadapi oleh anggota kelompok tani Bunisari di Desa Caringin
Wetan Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi?
2. Bagaimana dampak dan probabilitasnya terhadap produksi pembudidayaan
pembenihan ikan nila dalam kegiatan usaha yang dijalankan oleh anggota
kelompok tani Bunisari di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin
Kabupaten Sukabumi?
3. Apa saja alternatif strategi yang dapat direkomendasikan kepada anggota
kelompok tani Bunisari menyangkut risiko produksi yang dihadapinya?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber risiko produksi pada
pembenihan ikan nila GMT pada anggota kelompok tani Bunisari di Desa
Caringin Wetan Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi.
2. Mengukur dan menganalisis probabilitas dan dampak dari sumber risiko
produksi pada pembenihan ikan nila GMT di anggota kelompok tani Bunisari
di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi.

6

3. Menganalisis berbagai alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk
menangani risiko produksi yang dihadapi oleh kegiatan usaha benih ikan nila
GMT pada anggota kelompok tani Bunisari di Desa Caringin Wetan
Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi.

Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi petani pembenihan ikan nila dalam
meminimalisir risiko.
2. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi pemerintah daerah Sukabumi, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai pertimbangan dalam menyusun program pembangunan sektor
perikanan dan budidaya khususnya budidaya pembenihan ikan nila.
4. Sebagai wahana bagi peneliti untuk mengaplikasikan pengetahuan risiko
bisnis secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah analisis risiko produksi pada
benih ikan nila GMT berumur 20 hari dan dilakukan di anggota kelompok tani
Bunisari sebanyak empat orang dari 13 petani. Pemilihan sebanyak empat orang
anggota kelompok dikarenakan bahwa empat orang petani mempunyai data yang
kontinu untuk menganalisis risiko produksi kegiatan usaha benih ikan nila GMT
yang terdapat di kelompok tani Bunisari.

TINJAUAN PUSTAKA
Agribisnis Pembenihan Ikan Nila
Ikan nila jantan memiliki kecepatan pertumbuhan dua kali lebih cepat
dibandingkan ikan nila betina. Ikan nila yang dipelihara secara tunggal jantan
saja lebih cepat tumbuh dibandingkan ikan yang dipelihara secara campuran
jantan dan betina. Upaya untuk menghasilkan benih monosex reversal, GMT dan
YY pada ikan nila memberikan hasil yang sama dalam meningkatkan nisbah
kelamin jantan 94 persen dari 57 persen (populasi normal). Pada tahap
pendederan I (ukuran panen 2.5 cm) benih GMT dan benih YY dapat tumbuh
lebih cepat dibandingkan benih sex reversal dan benih normal. Benih GMT
memiliki nisbah kelamin yang tinggi dan laju pertumbuhan yang lebih cepat,
oleh karena itu benih GMT sangat prospektif untuk dikembangkan dalam
budidaya ikan nila (Saputra, 2007).
Usaha pembenihan ikan nila dapat dilakukan di kolam, sawah dan di
perairan umum dalam keramba jaring apung. Pembenihan adalah suatu usaha
mengembangbiakan ikan nila yang menghasilkan ikan berukuran benih untuk
kegiatan budidaya ikan selanjutnya yaitu pembesaran. Secara umum, tahap

7

pemeliharaan benih ikan nila dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu
tahap I (ukuran < 3 cm), tahap II (ukuran3-5 cm) dan tahap III (ukuran 5-8 cm).
Tahap I (ukuran < 3 cm) merupakan tahapan awal dimana dilakukan proses
pemijahan oleh induk untuk menghasilkan telur yang kemudian menjadi larva
serta benih. Pada tahap II (ukuran 3-5 cm), benih dapat dipelihara di kolam, bak
dan sawah dengan padat penebaran 15-20 ekor/m2. Benih ukuran ini umumnya
digunakan untuk usaha pendederan dan pembesaran baik secara intensif maupun
tradisional. Pada tahap III (ukuran 5-8 cm), benih dapat dipelihara di kolam, bak
dan KJA dengan padat penebaran 4-5 ekor/m2. Adapun faktor yang paling
berpengaruh dalam budidaya pembenihan ikan nila adalah musim kemarau
panjang (Idaman, 2008).
Salah satu penyebab terjadinya penurunan produksi pembenihan ikan nila
adalah penggunaan faktor-faktor produksi yang tidak optimal. Faktor-faktor
produksi yang berpengaruh terhadap usaha pembenihan ikan nila meliputi
tanah/lahan, tenaga kerja, modal, pakan , obat, jenis induk, kapur dan sebagainya
(Sutiah, 2008). Soemarno (2008), menyatakan bahwa perkembangan produksi
ikan nila merah sangat pesat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ikan
nila merah mudah dipelihara, laju pertumbuhan dan perkembangbiakan cepat,
serta tahan terhadap serangan penyakit dan hama. Selain itu ikan nila merah
dapat hidup di berbagai media seperti kolam air tenang, kolam air deras, kantung
jaring apung, karamba, sawah, bahkan dalam tambak. Usaha pembesaran ikan
nila mengandung risiko yang lebih kecil dibanding tingkat usaha lain karena
tingkat mortilitas ikan yang dibudidayakan rendah. Ada tiga faktor penting yang
harus diperhatikan dalam usaha pembesaran ikan nila merah, yaitu: kualitas
benih, kualitas pakan yang diberikan dan kualitas air.

Risiko Agribisnis Pembenihan Ikan
Beberapa penelitian terdahulu mengenai risiko, khususnya yang membahas
tentang aspek produksi diperlukan sebagai informasi bagi penulis dalam
melakukan penelitian. Hasil penelitian diperlukan sebagai bahan pembelajaran
untuk melakukan penelitian selanjutnya. Risiko agribisnis pada penelitian risiko
produksi benih ikan meliputi sumber-sumber risiko, peluang dan dampak risiko,
strategi alternatif, dan metode analisis risiko.
Sumber - Sumber Risiko Usaha Pembenihan Ikan
Identifikasi sumber-sumber risiko merupakan langkah pertama yang
dilakukan untuk memperoleh penyebab risiko dan kejadian-kejadian yang dapat
menyebabkan kerugian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sahar
(2010) dalam manajemen risiko pembenihan larva ikan bawal air tawar, Siregar
(2011) yang melakukan analisis risiko produksi pembenihan lele dumbo, Silaban
(2011) yang melakukan analisis risiko produksi ikan hias, Saputra (2011) yang
melakukan analisis risiko produksi pembenihan Patin Siam (Pangasius
Hyphothalmus) dan Ferdian (2011) dalam manajemen risiko pembenihan ikan
Lele Sangkuriang bahwa faktor cuaca yang dapat mempengaruhi adalah keadaan
suhu air kolam, hama dan penyakit merupakan sumber risiko yang dihadapi di
perikanan khususnya dipembenihan. Faktor manusia merupakan sumber risiko

8

yang terdapat dalam penelitian Ferdian (2011), Siregar (2011), Silaban (2011),
dan Saputra (2011). Selain itu Sahar (2010) menambahkan bahwa fluktuasi
harga jual dan fluktuasi harga pakan merupakan sumber risiko yang dihadapi
perusahaan. Saputra (2011) mengemukakan bahwa kanibalisme merupakan
sumber risiko yang dihadapi dalam risiko pembenihan ikan patin siam, dan
Ferdian (2011) dan Silaban (2011) menambahkan kualitas pakan merupakan
salah satu sumber risiko yang patut diperhatikan pada risiko perikanan.
Berdasarkan Sunarti (2008) yang melakukan pembenihan Nila Gift, Aldira
(2012) dalam pembenihan dan pembesaran ikan nila GESIT, Hasyim (2012)
dalam budidaya nila nirwana bahwa pengelolaan air sangatlah penting untuk
menjaga kualitas dan kuantitas media dalam pemeliharaan benih ikan karena
sumber penyakit dan kematian pada benih ikan dapat disebarkan melalui media
air. Kualitas air ditentukan berdasarkan kadar amoniak (0-0.25 mg/L), warna
(Hijau Kekuningan), oksigen terlarut (4.00 mg/L), suhu (27oC), pH (7.93),
kecerahan (35). Sumber-sumber risiko yang terdapat pada pembudidayaan benih
ikan pada umumnya disebabkan oleh kualitas air yang kurang terjaga, kesalahan
pembudidayaan dalam menyeleksi induk, perubahan kondisi cuaca dan iklim,
serangan hama dan penyakit, tenaga kerja yang tidak terampil. Pada umumnya
risiko tersebut dapat diminimalisir dengan cara melakukan penanganan yang
intensif dalam menghadapi berbagai sumber-sumber risiko yang dihadapi.
Peluang dan Dampak Risiko Produksi Perikanan
Peluang dan dampak risiko produksi perikanan khususnya pada
pembenihan oleh Ferdian (2011) mengemukakan bahwa risiko produksi
pembenihan ikan lele sangkuriang masih sangat tinggi yaitu kemungkinan
terjadinya penyimpangan hasil pada setiap kali produksi sebesar 31.90 persen.
Siregar (2011), Saputra (2011), dan Sahar (2010) menyatakan faktor cuaca yaitu
musim kemarau merupakan status risiko terbesar dari risiko produksi
pembenihan ikan. Status risiko merupakan hasil perkalian dari probabilitas dan
dampak yang terdapat dari sumber-sumber risiko yang terdapat pada masingmasing analisis risiko produksi pembenihan ikan.
Musim kemarau menyebabkan perubahan dari kualitas air yang dapat
mempengaruhi pemijahan induk untuk menghasilkan larva. Batas persentase
yang digunakan untuk penentuan akan probabilitas dan penggunaan selang
kepercayaan dalam penentuan dampak ditetapkan oleh pemilik usaha. Terdapat
beberapa kesamaan dari topik dan komoditas, akan tetapi terdapat perbedaan dari
jenis komoditas yang diusahakan, penelitian Sahar (2010), Siregar (2011),
Saputra (2011), dan Ferdian (2011) memiliki kesamaan menggunakan alat
analisis z-score dan VaR (Value at Risk), berbeda dengan Silaban (2011) yang
menggunakan alat analisis variance, standart deviation, dan coefficient variance.
Strategi Alternatif Risiko Usaha Perikanan
Ferdian (2011) mengemukakan terdapat dua alternatif pengelolaan risiko
dalam manajemen risiko pembenihan ikan lele sangkuriang yaitu strategi
preventif dan mitigasi. Strategi preventif dengan cara meningkatkan kinerja
manajemen operasional produksi, menjaga keadaan lingkungan budidaya,
menjalin kerjasama dengan pemasok pakan alami dan melakukan kultur pakan
alami. Sedangkan strategi mitigasi yang dilakukan yaitu melakukan pergantian

9

air, tindak cepat dalam menangani benih yang terserang penyakit serta
melakukan penyortiran berkala.
Strategi pengelolaan manajemen risiko pembenihan larva ikan bawal air
tawar dari hasil penelitian Sahar (2010) yaitu menggunakan strategi preventif
dengan cara membuat Standard Operation Procedure (SOP), melengkapi sarana
dan prasarana produksi, mengoptimalkan sumberdaya manusia dengan cara
membuat job description, pemilihan induk yang berkualitas, sistem kontrak
dengan pemasok dan kontrak penjualan larva dengan pelanggan serta melakukan
pengendalian penyakit. Strategi mitigasi yang dilakukan untuk memperkecil
dampak dari faktor cuaca dan fluktuasi harga jual dengan cara membuat unit
bisnis pendederan.Siregar (2010) dalam analisis risiko produksi pembenihan lele
dumbo mengemukakan hasil strategi preventif yaitu mengatasi perubahan suhu
air dengan membuat atau membangun naungan atau penutup diatas kolam
pemeliharaan untuk menghindari terjadinya kontak langsung dengan perubahan
cuaca yang terjadi. Meningkatkan daya tahan terhadap peralihan cuaca dengan
memasang aerator untuk menyuplai kebutuhan oksigen khususnya jika sedang
terjadi hujan, mencegah serangan hama dengan menutup bagian permukaan
kolam menggunakan jaring dan mengontrol keberadaan dan perkembangbiakan
hama disekitar lingkungan kolam.
Saputra (2011) mengusulkan strategi preventif adalah dengan menutup
seluruh atap tandon sehingga pada saat turun hujan, air hujan tidak masuk ke
dalam tandon, sehingga air yang berada dalam tandon tetap terjaga kualitasnya.
Benih patin yang sudah terkena penyakit sebaiknya benih patin tersebut
dipisahkan dari benih yang sehat, lalu diobati secara intensif. Hal tersebut untuk
mencegah agar penyakit tidak menyebar kepada benih yang lain. Pengggunaan
selang sipon juga harus diperhatikan dengan baik, setelah membersihkan kotoran
di dalam akuarim dengan selang sipon, pihak perusahaan harus merendam
terlebih dahulu dengan air garam sebelum digunakan untuk menyipon akuarium
yang lain. Hal tersebut mencegah apabila disatu akuarium terdapat bakteri atau
virus yang menyebabkan penyakit, tidak menyebar kepada akurium lainnya
melalui selang sipon. Strategi preventif yang diusulkan terkait dengan upaya
untuk mencegah fluktuasi suhu air melebihi batas yang bisa ditolerir oleh benih
patin adalah dengan membuat jadwal kepada karyawan DFC untuk mengontrol
suhu air yang ada didalam ruangan. memperhatikan dosis penyuntikan secara
hati-hati, agar tidak terjadi kekurangan dosis yang menyebabkan telur didalam
induk tidak bisa keluar pada saat proses stripping serta kombinasi dari dosis
yang digunakan juga. Strategi mitigasi pada risiko kematian benih yang
disebabkan oleh kesalahan penyuntikan induk dan musim kemarau.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
teori-teori yang relevan dengan penelitian. Adapun kerangka pemikiran teoritis

10

yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep, sumber-sumber,
manajemen, pengukuran, dan penanganan risiko.
Konsep Risiko
Harwood et al (1999) mengatakan bahwa risiko merupakan kemungkinan
kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya.
Risiko berhubungan dengan suatu kejadian, dimana kejadian tersebut memiliki
kemungkinan untuk terjadi dan tidak terjadi. Jika terjadi, ada akibat berupa
kerugian yang ditimbulkan. Salah satu bisnis yang mempunyai risiko tinggi yaitu
kegiatan pada bidang pertanian. Aktivitas sehari-hari petani sebagai pelaku
bisnis selalu dihadapkan dengan suatu perubahan yang terus menerus mengenai
produk, harga, pendapatan dan lainnya. Produksi yang dihasilkan mungkin lebih
baik atau lebih buruk dibandingkan dengan produksi yang diharapkan. Petani
dan peternak selalu dihadapkan dengan kondisi ketidakpastian setiap harinya.
Ketidakpastian ini menyebabkan bidang agribisnis sangat riskan dengan
kerugian. Risiko mempunyai dua karakteristik, yaitu: (1) risiko merupakan
ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa dan (2) risiko merupakan
ketidakpastian bila terjadi akan menimbulkan kerugian. Secara makro,
ketidakpastian bisa diklasifikasikan kedalam tiga golongan. Pertama,
ketidakpastian sosial, politik, ekonomi. Misalnya; perubahan harga dan selera
konsumen, konflik antar suku, dan sebagainya. Kedua, ketidakpastian alam,
yaitu ketidakpastian yang disebabkan oleh alam. Misalnya; banjir, gempa bumi,
kemarau, kebakaran hutan dan sebagainya. Ketiga, ketidakpastian manusia.
Misalnya; pencurian, pembunuhan, korupsi, perang, dan sebagainya.
Risiko tidak cukup dihindari, tapi harus dihadapi dengan cara-cara yang
dapat memperkecil kemungkinan terjadinya suatu kerugian. Rangkaian kejadian
risiko dan ketidakpastian, disajikan dalam Gambar 1.

Probability dan hasil
dapat diketahui

Probability dan hasil
tidak dapat diketahui

Risiko
(Risk Events)

Ketidakpastian
(Uncertain Events)

Gambar 1 Rangkaian kejadian risiko dan ketidakpastian
Sumber: Debertin (1986)

Debertin (1986) menyebutkan perbedaan konsep antara risiko dan
ketidakpastian. Ketidakpastian lingkungan, kemungkinan hasil dan kemungkinan
kejadian tersebut tidak dapat diketahui. Gambar 1 menjelaskan bahwa peristiwa
dunia dapat digolongkan menjadi dua situasi yang ekstrim, yaitu kejadian yang
mengandung risiko dan kejadian yang tidak pasti atau uncertainty risk. Robison
dan Barry (1987) menyebutkan bahwa ketidakpastian menunjukkan peluang

11

suatu kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pembuat keputusan. Peluang yang
secara kuantitatif tidak dapat diketahui karena tidak ada data pendukung atau
informasi untuk menghitung peluang. Selama peluang suatu kejadian tidak dapat
diukur maka kejadian tersebut termasuk kedalam kategori ketidakpastian.
Sumber - Sumber Risiko
Menurut Harwood et al (1999) dan Moschini dan Hennessy (1990),
beberapa sumber risiko yang dihadapi oleh petani diantaranya adalah risiko
produksi, risiko pasar atau harga, risiko kelembagaan, risiko kebijakan dan risiko
finansial. Sumber-sumber risiko tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Risiko Produksi
Sumber risiko yang berasal dari kegiatan produksi diantaranya adalah
gagal panen, produksi rendah, kualitas kurang baik. Hal ini bisa disebabkan oleh
hama dan penyakit, curah hujan, kesalahan sumberdaya manusia, maupun
teknologi.
2. Risiko Pasar atau Harga
Risiko pasar bisa terjadi karena produk tidak dapat terjual. Disebabkan
oleh perubahan harga output, permintaan rendah, ataupun banyak produk
substitusi.
3. Risiko Kelembagaan
Risiko yang ditimbulkan dari kelembagaan terjadi karena perubahan
kebijakan dan peraturan pemerintah, baik dari segi penggunaan pestisida dan
obat-obatan, pajak, kredit.
4. Risiko Kebijakan
Risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan antara lain adanya
kebijakan-kebijakan tertentu yang keluar dari dalam hal ini sebagai pemegang
kekuasaan pemerintah yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha.
Kebijakan dalam artian tersebut membatasi gerak dari usaha tersebut. Contohnya
adalah kebijakan tarif ekspor.
5. Risiko Finansial
Risiko finansial terjadi karena tidak mampu membayar hutang jangka
pendek kenaikan tingkat suku bunga pinjaman, piutang tak tertagih sehingga
menyebabkan penerimaan produksi menjadi rendah.
Sumber-sumber penyebab adanya risiko pada budidaya pertanian sebagian
besar dikarenakan oleh beberapa faktor seperti perubahan iklim, suhu, cuaca,
hama dan penyakit, penggunaan input serta adanya kesalahan teknis (human
error) dari tenaga kerja (SDM). Risiko tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat
diminimalkan sekecil mungkin, biasanya dengan melakukan berbagai cara
seperti penggunaan teknologi terbaru, usaha penanganan secara intensif, serta
pengadaan input yang berkualitas seperti SDM, benih/bibit dan obat-obatan.
Manajemen Risiko
Manajemen risiko merupakan usaha yang secara rasional ditujukan untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian dari risiko yang dihadapi.
Pentingnya manajemen risiko diantaranya adalah menerapkan tata kelola usaha
yang baik, menghadapi lingkungan usaha yang cepat berubah, mengukur risiko
usaha, pengelolaan risiko yang sistematis serta untuk memaksimumkan laba.

12

Manajemen risiko dapat dilakukan dengan adanya kesadaran mengenai risiko
yakni dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko yang ada, mengukur
risiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko yang ada, dan
mengomunikasikan ke seluruh bagian berbagi risiko yang ada sehingga dapat
dicari penanganannya. Manajemen risiko dilaksanakan secara terus menerus dan
dimonitor secara berkala. Manajemen risiko bukanlah suatu kegiatan yang
dilakukan sesekali (one time event).
Harwood et al (1999) mengatakan bahwa manajemen risiko dapat
memaksimalkan pendapatan petani dalam hal ini melakukan pemahaman risiko
yang mencakup akan adanya kesadaran tentang risiko, melakukan pengukuran
risiko dan dapat mengendalikannya. Manajemen risiko meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, serta koordinasi dalam pengelolaan setiap risiko
yang ada. Sistematika pengelolaan risiko menurut Kountur (2008) dapat dilihat
pada Gambar 2.

Indentifikasi risiko

Daftar Risiko
1. Peta risiko

Evaluasi

Pengukuran risiko

2. Status risiko

Penanganan
risiko

Usulan
(penanganan
risiko)

Gambar 2 Pengelolaan risiko
Sumber: Kountur, 2008

Pengukuran Risiko
Risiko adalah peluang yang dapat diukur oleh pengambilan keputusan.
Risiko tersebut berkaitan dengan variasi fluktuasi dari suatu kejadian. Risiko
juga dapat diartikan sebagai sebuah distribusi frekuensi yang menggambarkan
probabilitas atas berbagai kemungkinan hasil yang akan diperoleh dari sebuah
investasi (Robison dan Barry, 1987). Satu hal yang perlu diperhatikan, semakin
tinggi derajat ketidakpastian dan risiko sebuah investasi, return yang akan
diperoleh semakin tinggi. Diperlukan pertimbangan dalam mengevaluasi pilihan
yang memungkinkan dan pengambil keputusan antara lain:
Besarnya risiko yang dihadapi pada saat mengambil pilihan keputusan.
Sumber informasi yang sesuai untuk mengestimasi besarnya risiko yang
dimasukkan, dan alternatif-alternatif untuk mengurangi kemungkinan risiko
tersebut dengan mentransfer risiko ke bagian lain. Menurut Kountur (2010)
bahwa risiko adalah suatu kejadian dan kejadian tersebut mengandung
kemungkinan, yaitu bisa terjadi atau bisa saja tidak terjadi, dan jika terjadi ada
akibat kerugian yang ditimbulkan. Dengan kata lain, semakin besar
kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan semakin besar akibat kerugian yang
ditimbulkan dari kejadian tersebut akan semakin besar risikonya dan sebaliknya.

13

Kemungkinan kejadian apakah itu kejadian berupa peristiwa maupun
kejadian berupa penyimpan pada umumnya diukur dengan ukuran probabilitas
yang dinyatakan dalam satuan persentasi. Akibat dari suatu kejadian apakah
berupa peristiwa atau penyimpangan pada umumnya diukur dengan nilai uang.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur kemungkinan dan
sebab akibat dari suatu kejadian atau cara untuk mengukur risiko yaitu metode
poisson, binominal, z-score, weighted-average approximation, Value at Risk
(VaR), dan individual/group approximation. Pengukuran yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan z-score dan VaR. Z-score digunakan untuk
mengukur kemungkinan kejadian berupa penyimpangan. VaR digunakan untuk
mengukur akibat dari suatu kejadian.
Penanganan Risiko
Sikap setiap individu dalam menghadapi risiko berbeda-beda. Ada orang
yang berusaha untuk menghindar, namun ada juga yang sebaliknya sangat
senang dalam menghadapi risiko, sementara yang lain mungkin tidak
terpengaruh dengan adanya risiko. Pemahaman atas sikap orang terhadap risiko
bisa membantu untuk mengerti bahwa risiko itu penting untuk ditangani dengan
baik. Risiko-risiko yang ada di dalam pertanian perlu ditangani dengan baik.
Dalam menangani risiko, ada perbedaan penanganan antara kejadian-kejadian
yang sangat berisiko dengan kejadian-kejadian yang kurang berisiko dan mana
kejadian yang tidak terlalu berisiko.
Menurut Kountur (2008), salah satu cara yang dapat digunakan untuk
memimalkan kerugian dalam menangani risiko dengan melakukan penanganan
risiko. Sebelum dapat menangani risiko, terlebih dahulu yang perlu dilakukan
adalah membuat peta risiko. Peta risiko merupakan gambaran kedudukan risiko
di antara dua sumbu dimana sumbu vertikal menggambarkan probabilitas, dan
sumbu horizontal menggambarkan dampak. Peta risiko ini dibagi kedalam
empat kuadran (Gambar 3).
Probabilitas (%)

Besar
Kuadran 1

Kuadran 2

Kuadran 3

Kuadran 4

Kecil
Dampak (Rp)
Kecil

Besar
Gambar 3 Peta risiko
Sumber : Kountur (2008)

14

Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai
tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Kuadran II terdiri dari risiko
yang masuk ke dalam prioritas II atau prioritas utama. Risiko pada kuadran II
terjadi akan menyebabkan terancamnya tujuan perusahaan.
Kuadran III merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yang
tinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini
tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadangkadang terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagai
kenyataan. Biasanya, perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yang
muncul. Manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam
kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk
dalam kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan eksternal
maupun internal yang signifikan.
Kuadran IV merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian antara
rendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko
dalam kuadran IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan.
Menurut Kountur (2008), berdasarkan peta risiko dapat diketahui cara
penanganan risiko yang tepat untuk dilaksanakan. Terdapat dua strategi
penanganan risiko, yaitu :
1. Penghindaran Risiko (Preventif)
Preventif dilakukan sedemikian rupa sehingga risiko tidak terjadi,
preventif dilakukan dengan beberapa cara diantaranya:
a. Membuat atau memperbaiki sistem
b. Mengembangkan sumber daya manusia
c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik
Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam
probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko
yang berada pada kuadran 1 dan 2. Penanganan risiko dengan
menggunakan strategi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran 1
akan bergeser ke kuadran 3 dan risiko yang berada pada kuadran 2 akan
bergeser kekuadran 4 (Kountur, 2008). Penanganan risiko menggunakan
strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 4.
Probabilitas (%)
Besar

Kuadran 1

Kuadran 2

Kuadran 3

Kuadran 4

Kecil
Dampak (Rp)
Kecil

Besar

Gambar 4 Preventif Risiko
Sumber: Kountur, 2008

15

2. Mitigasi Risiko
Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang
terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan
dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki
dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian
rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 1 dan
risiko yang berada pada kuadran 4 akan bergeser ke kuadran 3. Strategi mitigasi
dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan dan pengalihan
risiko (Kountur, 2008). Mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 5.

Probabilitas (%)
Kuadran 1

Besar

Kuadran 2

Kecil
Kuadran 3
Kecil

Kuadran 4
Besar

Dampak (Rp)

Gambar 5 Mitigasi Risiko
Sumber: Kountur, 2008

Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak
yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi
mitigasi adalah :
a. Diversifikasi
Diversifikasi merupakan cara menempatkan aset atau harta di
beberapa tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak
akan menghabiskan semua aset yang dimiliki.
b. Penggabungan
Penggabungan (merger) adalah salah satu cara atau pola penanganan
risiko yaitu dengan cara penggabungan dengan pihak atau perusahaan
lain. Strategi ini adalah dengan melakukan penggabungan atau dengan
cara melakukan akuisisi.
c. Pengalihan Risiko
Pengalihan risiko merupakan cara untuk mengurangi dampak risiko
yaitu dengan cara mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Maksud
dari pengalihan risiko ini adalah mengalihkan risiko kepihak lain
sehingga jika terjadi kerugian, pihak lainlah yang menanggung
kerugian. Ada beberapa cara untuk mengalihkan risiko ke pihak lain
antara lain: leasing, outsourcing, hedging dan asuransi.
Leasing adalah cara dimana suatu aset digunakan, tetapi kepemilikannya
ada pada pihak lain. Jika terjadi sesuatu hal pada aset yang dijaminkan tersebut,

16

maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas aset tersebut.
Outsourcing adalah cara lain untuk mentransfer kerugian kepihak lain jika
terjadi risiko, dimana pekerjaan diberikan kepihak lain untuk mengerjakan suatu
pekerjaan, sehingga pemilik barang tidak menanggung kerugian.
Hedging adalah cara pengurangan dampak risiko dengan cara
mengalihkan