Kebiasaan konsumsi fast food pada siswa yang berstatus gizi lebih di SMA Kartini Batam

KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD PADA SISWA YANG
BERSTATUS GIZI LEBIH DI SMA KARTINI BATAM

SHINTA JUNITA FITRI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

ABSTRACT
SHINTA JUNITA FITRI. Consumption Fast Food Habit of Students Which Have
Overweight/Obese Nutritional Status in Kartini Senior High School Batam. Under
direction of BUDI SETIAWAN and VERA URIPI.
The objective of this research was to identify senior high school students
consumption fast food habit between the overweight/obese and normal nutritional
status. Cross sectional study design was applied in this research and sample
were drawn by purposive sampling. The total sample of 60 students, consist of 30
students with overweight/obese nutritional status and 30 students sample with
normal nutritional status. Primary data consisted of characteristic sample,
consumption fast food habit, food consumption recall (2x24 hours), nutrition

knowledge of sample, physical activity recall (2x24 hours), and anthropometry
data (weight and height). Secondary data were included data of Kartini Senior
High School. Data collected using a questionnaire and also with observasional.
Result showed that there was significantly (p0.05) differences between pocket money and consumption fast food habit.

Keywords: fast food, senior high school student, overweight/obese

RINGKASAN
SHINTA JUNITA FITRI. Kebiasaan Konsumsi Fast Food pada Siswa yang
Berstatus Gizi Lebih di SMA Kartini Batam. Dibimbing oleh BUDI SETIAWAN
dan VERA URIPI.
Tujuan umum penelitian ini untuk mempelajari dan menganalisis
kebiasaan konsumsi fast food pada siswa yang berstatus gizi lebih di SMA Kartini
Batam. Sedangkan Tujuan khususnya adalah mengidentifikasi karakteristik
contoh yang berstatus gizi lebih dan normal (jenis kelamin, umur, berat badan,
tinggi badan dan uang saku), mempelajari kebiasaan konsumsi fast food contoh
berstatus gizi lebih dan normal, mempelajari pengetahuan gizi contoh berstatus
gizi lebih dan normal, menganalisis kebutuhan dan aktivitas fisik pada contoh
berstatus gizi lebih dan normal, menganalisis perbedaan uang saku,
pengetahuan gizi, frekuensi konsumsi fast food, konsumsi, dan aktivitas fisik

berstatus gizi lebih dan normal, menganalisis hubungan uang saku dan
pengetahuan gizi dengan frekuensi konsumsi fast food pada contoh berstatus
gizi lebih dan normal, dan menganalisis hubungan jenis kelamin, uang saku,
pengetahuan gizi, frekuensi konsumsi fast food, dan aktivitas fisik dengan status
gizi contoh.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectional study, Penelitian ini dilakukan di SMA Kartini Batam. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2010. Contoh dalam penelitian ini
diambil secara purposive sampling yaitu sebanyak 60 contoh.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan dan wawancara langsung
dengan siswa SMA Kartini dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Data
primer yang digunakan meliputi data karakteristik contoh (jenis kelamin, umur,
berat badan, tinggi badan dan uang saku), Data kebiasaan mengkonsumsi fast
food meliputi data (jenis fast food yang paling disukai, jenis fast food yang paling
tidak disukai, cara pengolahan fast food yang paling disukai, tempat yang paling
sering dikunjungi untuk mengkonsumsi fast food , alasan mengkonsumsi fast
food, ukuran jenis fast food serta frekuensi konsumsi fast food), data konsumsi
pangan dikumpulkan melalui survei dengan metode 24-hour recall selama 2 hari
yang meliputi hari libur dan hari sekolah, data pengetahuan gizi contoh diperoleh

dengan cara wawancara langsung kepada contoh berdasarkan kuesioner.
Kuesioner pengetahuan gizi berisi 20 buah pertanyaan pilihan berganda dengan
memilih jawaban yang paling benar dan data aktivitas fisik diperoleh melalui
metode recall 1x24 jam yang dilakukan dua kali pada hari yang berbeda yaitu
pada hari sekolah dan hari libur. Data sekunder yang dikumpulkan keadaan
umum sekolah diperoleh melalui informasi baik lisan maupun tulisan dari pihak
Tata Usaha sekolah. Data diolah menggunakan Microsoft excell 2007 dan
Statistical Program for Social Sience (SPSS) versi 16,0 for window. Perbedaan
antar variable dianalisis dengan uji beda t (Independent t-Test), sedangkan
hubungan antar variabel menggunakan uji Korelasi Pearson dan Spearman,
sesuai dengan jenis skala dari masing-masing variabel.
Sebagian besar contoh berstatus gizi lebih adalah laki-laki dan normal
adalah perempuan. Sebanyak 80% contoh memiliki besar uang saku berkisar
antara Rp. 15.000-Rp. 20.000 per hari.
Sebagian besar contoh berstatus gizi lebih dan normal menyukai jenis
fast food fried chicken. Sebanyak 45% menyatakan jenis fast food pizza paling
tidak disukai. Hampir seluruh contoh berstatus gizi lebih dan normal menyukai
pengolahan fast food dengan cara digoreng. Restoran fast food yang paling

sering dikunjungi oleh kedua contoh yaitu KFC. Sebagian besar contoh gizi lebih

dan normal mengkonsumsi fast food karena rasanya enak. Hampir seluruh
contoh mengkonsumsi fast food pada waktu yang tidak tentu. Sebagian besar
contoh berstatus gizi lebih menkonsumsi fast food bersama teman dekat dan
contoh normal bersama keluarga.
Sebanyak 46.7% contoh berstatus gizi lebih dan sebanyak 63.3% normal
mengkonsumsi fast food dengan frekuensi 1-3 kali sebulan. Sedangkan,
sebanyak 33.3% contoh berstatus gizi lebih dan sebanyak 23.3% berstatus gizi
normal mengkonsumsi fast food frekuensi 1-2 kali seminggu. Frekuensi 3-5 kali
seminggu dikonsumsi contoh sebanyak 20.0% contoh berstatus gizi lebih dan
sebanyak 13.3% contoh berstatus gizi normal.
Contoh yang berstatus gizi lebih dan normal memiliki tingkat pengetahuan
gizi sedang. Secara keseluruhan tingkat pengetahuan contoh yaitu 6.67%
memiliki tingkat pengetahuan kurang, 71.66% memiliki tingkat pengetahuan
sedang dan 21.67% memiliki tingkat pengetahuan tinggi.
Rata-rata kebutuhan energi contoh berstatus gizi lebih sebanyak 2112
kkal/hari, protein sebanyak 52.8-79.2 g/hari, lemak sebanyak 58.7-82.1 g/hari,
dan karbohidrat 264-314.8 g/hari. Sedangkan rata-rata contoh berstatus gizi
normal sebanyak 2377 kkal/hari, protein sebanyak 59.4-89.1 gr, lemak sebanyak
66-92.4 g/hari, dan karbohidrat sebanyak 297.1-356.6 g/hari. Rata-rata faktor
aktivitas fisik pada hari sekolah yang dilakukan contoh berstatus gizi lebih (1.34)

dan normal (1.53). Rata-rata faktor aktivitas fisik pada hari libur yang dilakukan
contoh berstatus gizi lebih (1.50) dan normal (1.67) . Rata-rata faktor aktivitas
fisik pada hari sekolah dan hari libur pada contoh berstatus gizi lebih (1.42) dan
normal (1.60).
Besar uang saku yang diperoleh contoh yang berstatus gizi lebih dan
normal tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05). Tingkat pengetahuan gizi
contoh yang berstatus gizi lebih dan normal pada penelitian ini terdapat
perbedaan yang signifikan (p0.05). Rata-rata konsumsi energi contoh dengan status gizi lebih dan normal
terdapat perbedaan yang nyata (p0.05). Pengetahuan gizi dengan status gizi contoh
terdapat hubungan yang signifikan (p0.05). Faktor aktivitas fisik
dengan status gizi contoh terdapat hubungan yang signifikan (p0.05) antara uang saku dan
pengetahuan gizi dengan frekuensi konsumsi fast food pada contoh. Hal ini
disebabkan uang saku dan pengetahuan gizi pada penelitian ini hampir
homogen.

KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD PADA SISWA YANG
BERSTATUS GIZI LEBIH DI SMA KARTINI BATAM

SHINTA JUNITA FITRI


Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul :
Nama :
NRP :

Kebiasaan Konsumsi Fast Food pada Siswa yang Berstatus Gizi Lebih
di SMA Kartini Batam
Shinta Junita Fitri
I14086022

Disetujui,

Pembimbing 1

Pembimbing 2

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS

dr. Vera Uripi. S, Ked

NIP. 19621218 198703 1 001

NIP. 19511207 198803 2 001

Diketahui,
Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS
NIP. 19621218 198703 1 001

Tanggal Lulus :


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau
tanggal 4 Juni 1987. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara,
putri pasangan Bapak Asirwan dan Ibu Zuraida. Pada tahun 1992 penulis mulai
memasuki pendidikan formal pertama yaitu taman kanak-kanak di TK Aisyiyah.
Selanjutnya pada tahun 1993 sampai 1999 penulis malanjutkan pendidikan SD di
SD Negeri 001 Karimun, dan pada tahun 1999 sampai 2002 di SMPN 1 Karimun
dan pada tahun 2002-2005 penulis melanjutkan sekolah di SMAN 4 Binaan
Karimun.
Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa di Politeknik
Kesehatan Depkes Padang di Jurusan Gizi. Selama perkuliahan penulis aktif di
organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). Pada tahun 2008 penulis
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Moeloek di Lampung. Pada tahun yang sama penulis mendapatkan gelar Ahli
Madya Gizi. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan Sarjana di Institut
Pertanian Bogor Program Penyelenggaraan Khusus Ilmu Gizi, Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat,

hidayah dan keridhaan-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan tugas
akhir ini dengan baik. Penyusunan tugas akhir penulis berjudul ”Kebiasaan
Konsumsi Fast Food pada Siswa yang Berstatus Gizi Lebih di SMA Kartini
Batam” dilakukan sebagai salah satu syarat yang harus penulis penuhi dalam
rangka menyelesaikan pendidikan Sarjana Gizi pada Departemen Gizi
Masyarakat

Fakultas

Ekologi

Manusia

Institut

Pertanian

Bogor.

Pada


kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS dan dr. Vera Uripi.S, Ked selaku dosen
pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu
dan pikirannya, memberikan arahan, kritikan, saran, dan motivasi kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji
skripsi atas saran yang diberikan.
3. Papa dan Mama (orang tua terbaik) yang telah merawat, membesarkan, dan
mendidik dengan sepenuh hati dan kasih sayang. Serta adik-adikku Mega,
Poppy, dan Rizky yang menjadikan hidup ini penuh makna.
4. Kepala Sekolah SMA Kartini Batam beserta staf guru dan pegawai yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian serta siswa-siswi terbaik
yang telah membantu.
5. Shelly Gita Perdani, Harisa Totelesi, Revida Rosa, Nuning Hidayati, dan
Hilma Syafli yang telah memberi dukungan selama dua tahun terakhir.
6. Teman-teman semua serta pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah banyak membantu kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Semoga penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua.

Bogor, Januari 2011

Shinta Junita Fitri

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL..........................................................................................

iii

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................

v

PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................

1

Tujuan Penelitian ..............................................................................

3

Tujuan Umum .............................................................................

3

Tujuan Khusus ............................................................................

3

Hipotesis .....................................................................................

4

Kegunaan .........................................................................................

4

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian fast food .........................................................................

5

Remaja .............................................................................................

6

Kebiasaan Makan Remaja ................................................................

7

Pengetahuan Gizi .............................................................................

9

Konsumsi Pangan ............................................................................

9

Kebutuhan dan Kecukupan Gizi Remaja...........................................

10

Status Gizi Remaja ...........................................................................

12

Overweight dan Obesitas Pada Remaja ...........................................

13

Aktivitas Fisik ....................................................................................

15

KERANGKA PEMIKIRAN............................................................................

16

METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian .............................................

18

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh .................................................

18

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ..................................................

18

Pengolahan dan Analisis Data ..........................................................

21

Defenisi Operasional.........................................................................

24

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian ...................................................

25

Karakteristik Contoh..........................................................................

26

Jenis Kelamin..............................................................................

26

Umur...........................................................................................

26

Uang Saku ..................................................................................

27

Pengetahuan Gizi .............................................................................

28

i

Kebiasaan Mengkonsumsi Fast Food ...............................................

29

Jenis Fast Food Yang Paling Disukai..........................................

29

Jenis Fast Food Yang Paling Tidak Disukai ................................

30

Cara Pengolahan Fast Food .......................................................

31

Restoran yang Paling Sering Dikunjungi .....................................

31

Alasan Mengkonsumsi Fast Food ...............................................

32

Waktu yang Paling Sering Dipilih Untuk Mengkonsumsi Fast Food 33
Orang yang Paling Sering Diajak Untuk Mengkonsumsi Fast Food 34
Frekuensi Mengkonsumsi Fast Food ..........................................

35

Konsumsi Energi dan Zat Gizi...........................................................

38

Rata-rata Konsumsi Energi dan Zat Gizi .....................................

38

Konsumsi Energi dan Zat Gizi Pada Hari Sekolah dan Hari Libur

39

Kontribusi Energi Fast Food Terhadap Total Energi ...................

40

Kebutuhan Energi dan Zat Gizi ...................................................

40

Kecukupan Energi dan Zat Gizi...................................................

42

Aktivitas Fisik ....................................................................................

43

Hubungan Antara Uang Saku dan Pengetahuan Gizi dengan Frekuensi
Fast Food .........................................................................................

46

KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................

47

Kesimpulan ......................................................................................

47

Saran................................................................................................

48

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

48

LAMPIRAN ..................................................................................................

52

ii

DAFTAR TABEL
Tabel
1.

Halaman
Kecukupan energi dan protein yang dianjurkan per orang per
hari…………………………………………………………………….

2.

Kategori status gizi pada remaja menurut WHO 2007………….

3.

Variabel, jenis data, cara pengumpulan data, dan alat

12
14

pengumpul data……………………………………………………

20

4.

Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status gizi….

26

5.

Sebaran contoh berdasarkan umur dan status gizi…………...

27

6.

Sebaran contoh berdasarkan uang saku dan status gizi……..

27

7.

Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan gizi…………………

28

8.

Sebaran contoh berdasarkan jenis fast food yang disukai dan
status gizi…………………………………………………………...

9.

Sebaran contoh berdasarkan jenis fast food yang tidak disukai
dan status gizi……………………………………………………

10.

30

Sebaran contoh berdasarkan cara pengolahan fast food yang
paling disukai dan status gizi……………………………………..

11.

29

31

Sebaran contoh berdasarkan restoran fast food yang paling
sering dikunjungi dan status gizi…………………………………

31

12.

Sebaran contoh berdasarkan alasan mengkonsumsi fast food

33

13.

Waktu yang paling sering dipilih untuk mengkonsumsi fast food
dan status gizi……………………………………………………….

14.

Sebaran contoh berdasarkan orang yang paling sering diajak
untuk mengkonsumsi fast food dan status gizi…………………

15.

38

Sebaran contoh berdasarkan konsumsi energi dan zat gizi
pada hari sekolah dan hari libur………………………………….

19.

37

Sebaran rata-rata konsumsi energi dan zat gizi berdasarkan
status gizi….…………………………………………………………

18.

35

Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi jenis fast
food yang paling banyak dikonsumsi dan status gizi …………

17.

34

Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi fast food
dan status gizi……………………………………………………...

16.

33

39

Sebaran contoh berdasarkan kontribusi energi fast food
terhadap total energi contoh pada hari sekolah dan hari libur..

40

iii

20.

21.

Sebaran selang kebutuhan rata-rata energi dan selang zat gizi
berdasarkan status gizi........……….………………………………
Sebaran rata-rata kebutuhan energi dan zat gizi berdasarkan
status gizi………………..………………………………………….

22.
23.

24.
25.

26.

41

41

Sebaran rata-rata konsumsi dengan kecukupan energi dan
protein berdasarkan status gizi………..…………………………..

42

Sebaran rata-rata konsumsi dengan kebutuhan dan
kecukupan energi dan protein berdasarkan status gizi ………...

43

Sebaran contoh berdasarkan kategori faktor aktivitas pada hari
sekolah dan status gizi………………………………………………

44

Sebaran contoh berdasarkan kategori faktor aktivitas pada hari
libur dan status gizi…………………………………………………..

45

Sebaran contoh berdasarkan rata-rata aktivitas fisik dan
status gizi……………………………………………………………

45

iv

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman

1.

Data status gizi contoh………………………………………….….

2.

Sebaran contoh berdasarkan jawaban pertanyaan yang benar
dan status gizi…………………………………………………….…

3.

55

Sebaran contoh menurut ukuran dan frekuensi konsumsi jenis
fast food yang paling banyak dikonsumsi dan status gizi……….

4.

53

56

Jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas
per

satuan

waktu

tertentu

(Physical

Activity

Rate)

(FAO/WHO/UNU 2001……………………………………………

58

v

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi dan kemajuan teknologi di
bidang informasi serta teknologi pangan menyebabkan sebagian penduduk
Indonesia mengalami peningkatan kemakmuran terutama masyarakat di daerah
perkotaan, sehingga terjadi perubahan gaya hidup dalam pemilihan makanan
yang serba praktis yaitu makanan cepat saji (fast food) yang kandungan gizinya
tidak seimbang.
Fast food merupakan jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan,
praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Fast food biasanya berupa lauk
pauk dalam kemasan, mie instan, nugget, dan corn flakes. Di kalangan remaja
Indonesia terutama perkotaan istilah burger, pizza, fried chicken, french fries
yang biasanya disajikan di restoran fast food tampaknya sudah tidak asing lagi
(Anonim 2010).
Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain penyajian yang cepat
sehingga tidak menghabiskan waktu lama dan dapat dihidangkan kapan dan
dimana saja, higienis dan dianggap sebagai makanan bergengsi. Seperti yang
dinyatakan Suryaalamsyah (2009), saat ini fast food telah menjadi bagian dari
perilaku konsumsi sebagian remaja di luar rumah di berbagai kota dan
diperkirakan cenderung akan semakin meningkat.
Banyak faktor yang membuat para remaja lebih memilih mengkonsumsi
fast food antara lain kesibukan orang tua khususnya ibu yang tidak sempat
menyiapkan makanan di rumah sehingga remaja lebih memilih membeli
makanan diluar, lingkungan sosial dan kondisi ekonomi yang mendukung dalam
hal besarnya uang saku remaja. Selain itu, penyajian fast food yang cepat dan
praktis tidak membutuhkan waktu lama, rasanya enak, sesuai selera dan
seringnya mengkonsumsi fast food dapat menaikkan status sosial remaja,
menaikkan gengsi dan tidak ketinggalan globalitas.
Memasuki era globalisasi, sebagai akibat perubahan gaya hidup dan pola
makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda. Salah satu masalah gizi
ganda yaitu gizi lebih mulai tampak, terutama di kota-kota besar. Soekirman
(1993) diacu dalam Susanti (1999) menyatakan bahwa, terdapat hubungan yang
erat antara pertumbuhan ekonomi yang tinggi di daerah kota, perubahan pola
konsumsi pangan, dan meningkatnya penyakit degeneratif. Kehidupan yang
modern di lingkungan kota, kemajuan teknologi, sarana yang serba otomatis,

2

menyebabkan hidup menjadi serba mudah. Sebagai akibat dari kehidupan
santai, energi yang tadinya untuk aktivitas tidak terlalu diperlukan lagi dan akan
disimpan sebagai timbunan lemak, yang akhirnya menimbulkan kejadian gizi
lebih.
Riyadi (1996) menyatakan bahwa gizi lebih dapat terjadi pada siapa saja
dan biasa terjadi mulai dari bayi hingga usia lanjut, baik pria maupun wanita. Gizi
lebih dengan derajat berlebihan disebut obesitas. Keadaan anak dan remaja
dapat

menyebabkan

gangguan

perkembangan

sosial

dan

emosional,

peningkatan penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, yang pada akhirnya
nanti dapat menyebabkan peningkatan resiko kematian.
Prevalensi overweight dan obesitas pada anak usia 6-18 tahun di Rusia
adalah 6% dan 10%, di Cina adalah 3,6% dan 3,4% dan Inggris adalah 23-31%
dan 10-17%, bergantung pada umur dan jenis kelamin. Di Indonesia,
berdasarkan data Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS) tahun 1989,
prevalensi obesitas di Indonesia untuk kota dan desa adalah 1,1% dan 0,7 %,
Angka

tersebut

meningkat

hampir lima

kali

menjadi 5,3 % dan

4,3 %

pada tahun 1999. Data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas di Indonesia
mengalami peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan. Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar 2007 (RISKESDAS) prevalensi status gizi lebih di
Provinsi Kepulauan Riau adalah 22,9% yang terdiri dari 11,4% overweight dan
11,5% obesitas. Ada dua kota memiliki prevalensi status gizi lebih di atas angka
prevalensi provinsi yakni Kota Batam dan Tanjung Pinang. Persentase
overweight dan obesitas pada usia 15 tahun ke atas di Kota Batam yaitu 12,8.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara
konsumsi fast food dengan kejadian obesitas. Sebuah penelitian yang dilakukan
selama 15 tahun di Amerika Serikat memperlihatkan, fast food yang sudah
menjadi bagian dari kehidupan modern terbukti berkolerasi positif terhadap
peningkatan obesitas. Orang yang terbiasa makan di restoran cepat saji, minimal
2 kali seminggu, umumnya memiliki bobot badan lebih berat sebanyak 4-5 kg
daripada orang yang tidak makan di restoran cepat saji. Penelitian lainnya juga
dilakukan oleh Telethon Instutute for Child Health Research di Australia tahun
2009 menunjukkan bahwa pola konsumsi fast food mempengaruhi kesehatan
remaja. Sementara di Indonesia, sebuah penelitian di Makassar tahun 2007
menunjukkan bahwa adanya kebiasaan makan keluarga dan keinginan makan

3

remaja yang tinggi terhadap makanan jenis fast food dapat mempengaruhi
peningkatan berat badan yang tidak ideal yang meningkatkan kejadian gizi lebih.
Dewasa ini remaja disibukkan pada jadwal pelajaran yang padat
disekolah, ditambah lagi banyak diantara remaja yang mengambil les tambahan
di luar jam sekolah. Pada hari libur remaja cenderung mengalokasikan waktu
dengan menonton televisi atau jalan-jalan ke mall dan memilih mengkonsumsi
fast food. Hal ini merupakan fenomena yang berkembang pada remaja saat ini
khususnya yang tinggal di perkotaan.
Kota Batam merupakan kota terbesar di Provinsi Kepulauan Riau yang
terletak sangat strategis karena terletak di jalur pelayaran internasional. Kota ini
memiliki jarak yang dekat dengan Singapura dan Malaysia. Kota Batam juga
merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan terpesat di Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat ditandai dengan semakin
banyaknya didirikannya mall di Kota Batam yang banyak menjual berbagai jenis
fast food. Hal ini dikhawatirkan akan banyaknya siswa yang cenderung memilih
mengkonsumsi fast food. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik
meneliti tentang kebiasaan konsumsi fast food pada siswa yang berstatus gizi
lebih di SMA Kartini Batam.

Tujuan
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis
kebiasaan konsumsi fast food pada siswa yang berstatus gizi lebih dan normal di
SMA Kartini Batam.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik contoh yang berstatus gizi lebih dan normal
(jenis kelamin, umur, dan uang saku).
2. Mengidentifikasi kebiasaan konsumsi fast food contoh berstatus gizi lebih
dan normal.
3. Mempelajari frekuensi konsumsi fast food contoh berstatus gizi lebih dan
normal.
4. Mengidentifikasi pengetahuan gizi contoh berstatus gizi lebih dan normal.
5. Menganalisis kebutuhan dan aktivitas fisik contoh berstatus gizi lebih dan
normal.

4

6. Menganalisis perbedaan uang saku, pengetahuan gizi, frekuensi
konsumsi fast food, konsumsi, dan aktivitas fisik contoh berstatus gizi
lebih dan normal.
7. Menganalisis hubungan uang saku dan pengetahuan gizi dengan
frekuensi konsumsi fast food contoh berstatus gizi lebih dan normal.
8. Menganalisis hubungan jenis kelamin, uang saku, pengetahuan gizi,
frekuensi konsumsi fast food, dan aktivitas fisik dengan status gizi contoh.
Hipotesis
1. Terdapat perbedaan kebiasaan konsumsi fast food pada contoh berstatus
gizi lebih dan normal.
2. Terdapat hubungan kebiasaan konsumsi fast food dengan karakteristik
dan status gizi pada contoh berstatus gizi lebih dan normal.
Kegunaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
dan memberikan informasi mengenai gambaran kebiasaan mengkonsumsi fast
food pada contoh yang berstatus gizi lebih dan normal di SMA Kartini Batam.
Selain itu, diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi orang tua, pihak
sekolah dan pemerintah kota.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Fast Food
Istilah fast food pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat sekitar
tahun 1950-an dan pelajar merupakan konsumen terbanyak yang memilih menu
fast food. Fast food dipilih karena keterbatasan waktu maupun fasilitas untuk
menyiapkan makanannya sendiri. Fast food merupakan makanan yang dapat
diolah dan disajikan dalam waktu yang singkat dan mudah dalam hitungan
beberapa menit. Menurut Bertram (1975) diacu dalam Hayati (2000) fast food
merupakan istilah yang mengandung dua arti yang berbeda, namun keduanya
sama-sama mengacu pada penghidangan dan konsumsi makanan secara cepat.
Kedua arti tersebut adalah sebagai berikut : 1) Fast food dapat diartikan sebagai
makanan yang dapat dihidangkan dan dikonsumsi dalam waktu seminimal
mungkin; 2) fast food juga dapat diartikan sebagai makanan yang dapat
dikonsumsi secara cepat. Secara umum produk fast food dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu produk fast food yang berasal dari Barat dan lokal. Fast food
yang berasal dari Barat sering juga disebut fast food modern seperti Mc. Donald,
Kentucky Fried Chicken (KFC), Pizza Hut dan sejenisnya. Makanan yang
disajikan pada umumnya berupa hamburger, pizza, dan sejenisnya. Sedangkan
fast food lokal sering juga disebut dengan istilah fast food tradisional seperti
warung tegal, restoran padang, warung sunda (Hayati 2000).
Fast food merupakan jenis makanan dengan kandungan kalori dan lemak
tak jenuh ganda yang tinggi yang akan berdampak pada peningkatan berat
badan yang tidak ideal sebagai pemicu terjadinya obesitas dan akan berdampak
pada timbulnya ganguan sistem kardiovaskuler pada masa datang. Remaja
merupakan kelompok yang rentan terhadap pola konsumsi makanan jenis fast
food ini (Mustafa 2007). Jacobson dan Fritschner (1989) diacu dalam Suryono
(2000) menyatakan bahwa fast food merupakan suatu fenomena makanan di
pertengahan abad 20-an, yang terbentuk di era baru dimana para orang tua
sibuk bekerja, rewel terhadap makanan, dan orang-orang yang membutuhkan
kepraktisan serta tidak suka memasak.
Menurut Khomsan (2002), fast food dikatakan negatif karena ketidak
seimbangannya (dari segi porsi serta komposisi sayuran sehingga miskin akan
vitamin dan mineral), tinggi garam dan rendah serat (merupakan faktor pemicu
munculnya

penyakit

hipertensi),

serta

sumber

lemak

dan

kolesterol

(mengandalkan pangan hewani ternak sebagai menu utama. Ketidakseimbangan

6

zat gizi dalam tubuh dapat terjadi jika fast food dijadikan sebagai pola makan
setiap hari. Kelebihan kalori, lemak, dan natrium akan terakumulasi dalam tubuh
seseorang dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif (tekanan darah
tinggi, ateroksklerosis, jantung koroner, dan diabetes mellitus, serta obesitas)
(Novitasari 2005).
Kecenderungan kalangan remaja (ABG) dan anak-anak mengkonsumsi
fast food belakangan ini semakin meningkat seiring meningkatnya dan makin
ramainya

outlet-outlet

yang

menyediakan

makanan

sejenis.

Terdapat

kecenderungan bahwa konsumsi fast food telah menjadi makanan utama tanpa
divariasikan dengan makanan lain, sehingga dikhawatirkan kebiasaan ini
mengganggu kesehatan (Suryono 2000).
Remaja
Remaja atau dalam bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh menuju
kematangan adalah salah satu tahap kehidupan manusia yang merupakan tahap
perkembangan antara masa anak-anak dan dewasa. Pada masa ini dicirikan
dengan berbagai revolusi perubahan fisik, psikologi dan emosional dengan
implikasi hubungan kehidupan sosial yang unik (Hayati, 2000).
Masa remaja adalah masa pertumbuhan. Pertumbuhan terjadi baik
secara fisik, yang ditandai dengan berkembangnya jaringan-jaringan dan organ
tubuh yang membuatnya lebih berisi maupun secara kejiwaan, yaitu kelabilan
emosi karena merupakan masa transisi dari jiwa kanak-kanak menuju dewasa
(Garwati dan Wijayati 2010). Selanjutnya menurut Arisman (2002) mengatakan
bahwa masa remaja merupakan jalan panjang yang menjembatani periode
kehidupan anak dan dewasa, yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di
usia 18 tahun. Masa ini merupakan sebuah dunia yang lengang dan rentan
dalam artian fisik, psikis, social, dan gizi. Pertumbuhan yang disertai dengan
perubahan fisik, memicu berbagai kebingungan.
Masa remaja adalah periode yang kritis dalam perjalanan kehidupan
manusia, karena pada saat itulah individu mulai mengembangkan sikap mental
dan identitas dirinya. Monks, Knoers dan hadianoto (1994) diacu dalam Siswanti
(2007) menyatakan bahwa remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas.
Remaja tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi tidak juga termasuk golongan
orang dewasa atau orang tua. Remaja berada diantara masa kanak-kanak dan
dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik

7

maupun psikisnya. Pada umumnya mereka masih belajar di sekolah menengah
ataupun perguruan tinggi.
Menurut Mar’at (2009) batasan usia remaja yang umum digunakan oleh
para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini
biasanya dibedakan atas tiga, yaitu usia 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18
tahun masa remaja pertengahan, dan usia 18-21 tahun merupakan masa remaja
akhir. Tetapi, Monks, Knoers dan Haditono (2001) membedakan masa remaja
atas empat bagian yaitu :(1). Masa pra-remaja atau pra-pubertas (usia 10-12
tahun). (2). Masa remaja awal atau pubertas (usia 12-15 tahun). (3). Masa
remaja pertengahan (usia 15-18 tahun), dan (4). Masa remaja akhir (usia 18-21
tahun).
Masa remaja merupakan saat dimana seseorang mulai berinteraksi dengan
lebih banyak pengaruh lingkungan dan mengalami pembentukan perilaku.
Perubahan gaya hidup pada remaja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kebiasaan makan remaja. Remaja menjadi lebih aktif, lebih banyak makan di luar
rumah, dan mendapat banyak pengaruh dalam pemilihan makanan yang akan
dimakannya, selain itu remaja juga sering mencoba-coba makanan baru, salah
satunya adalah fast food.
Kebiasaan Makan Remaja
Khumaidi (1989) menyatakan kebiasaan makan merupakan tingkah laku
manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan
yang meliputi, sikap, kepercayaan, dan pemilihan makanan. Menurut Suhardjo
(1989),

kebiasaan

makan

adalah

cara

individu

memilih

pangan

dan

mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, sosial, dan
budaya.
Kebiasaan makan adalah faktor penting yang mempengaruhi status gizi
dan kesehatan. Kebiasaan makan yang tergesa-gesa, termasuk kurang
mengunyah akan membawa efek yang kurang menguntungkan bagi pencernaan
dan cepat merasa lapar kembali. Rasa lapar yang sering muncul akan berakibat
pada konsumsi makanan yang tidak tepat pada waktunya dan bertambahnya
intik makanan. Begitu pula jika frekuensi makan tidak teratur, jarak antara dua
waktu makan yang terlalu panjang menyebabkan adanya kecenderungan untuk
makan lebih banyak dan melebihi kebutuhan (Wirakusumah 1994).
Pada masyarakat kota modern, di mana hampir semua kelompok
masyarakat menghabiskan waktunya dari pagi hingga petang di tempat kerja.

8

Khususnya remaja disibukkan pada jadwal pelajaran yang padat disekolah,
ditambah lagi banyak diantara remaja yang mengambil les tambahan di luar jam
sekolah. Pada hari libur remaja cenderung mengalokasikan waktu dengan
menonton televisi atau jalan-jalan ke mall dan memilih mengkonsumsi fast food.
Hal ini merupakan fenomena yang berkembang pada remaja saat ini khususnya
yang tinggal di perkotaan. Oleh sebab itu kebiasaan makan disebut suatu gejala
sosial budaya yang dapat memberikan dari nilai-nilai yang dianut oleh seseorang
atau sekelompok masyarakat (Suhardjo, 1989).
Kebiasaan makan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti
lingkungan

budaya

(cultural

environment),

lingkungan

alam

(natural

environment), serta populasi. Remaja biasanya telah mempunyai pilihan sendiri
terhadap makanan yang disenangi. Pada masa remaja, kebiasaan makan telah
terbentuk (Nasution & Khomsan, 1995). Remaja laki-laki cenderung menyukai
makanan yang mengenyangkan sedangkan remaja perempuan cenderung
menyukai makanan yang ringan atau tidak mengenyangkan (Novitasari, 2005).
Kebiasaan makan keluarga menjadi contoh bagi generasi dalam keluarga
tersebut. Kebiasaan keluarga makan berlebihan, frekuensi makan yang sering,
kebiasaan makan snack, dan makan di luar waktu makan akan ditiru oleh anak.
Hardinsyah et al (2002) menyatakan kebiasaan makan keluarga dan susunan
hidangannya merupakan salah satu manifestasi kebudayaan keluarga yang
disebut life style (gaya hidup). Gaya hidup merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor sosial, budaya dan lingkungan hidup.
Gaya hidup kota yang serba praktis memungkinkan masyarakat modern
sulit untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan
antara lain penyajian yang cepat sehingga tidak menghabiskan waktu lama dan
dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, higienis dan dianggap sebagai
makanan

bergengsi

dan

makanan

gaul

(Kristianti,

2009).

Kebiasaan

mengkonsumsi pangan yang nutrisinya kurang seperti fast food dapat
mengganggu status gizi, karena dapat menyebabkan terjadinya obesitas, risiko
terkena hipertensi dan penyakit degeneratif lainnya. Hal ini karena fast food
umumnya tinggi kalori, lemak, dan garam tapi miskin zat gizi lainnya (Deni,
2009).

9

Pengetahuan Gizi
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dimana sebagian besar dari
pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui indera mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting bagi
terbentuknya suatu tindakan. Tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoadmojo
1993).
Pengetahuan gizi seseorang dapat diperoleh melalui pendidikan formal
maupun informal. Pendidikan formal ialah melalui kurikulum yang diterapkan di
sekolah, dicirikan dengan adanya tingkatan kronologis yang ketat untuk tingkat
usia sasaran. Sementara pendidikan informal tidak terorganisasi secara
structural

dan

tidak

mengenal

tingkatan

kronologis,

keterampilan,

dan

pengetahuan, tetapi terselenggara setiap saat di lingkungan sekitar manusia
(Hayati, 2000).
Pengetahuan diperoleh oleh seseorang melalui pendidikan formal,
informal dan nonformal. Tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman dan
kejelasan mengenai objek tertentu (Sukandar 2009).
Menurut

Sanjur

yang

diacu

dalam

Sukandar

(2009),

pengaruh

pengetahuan gizi terhadap konsumsi makanan tidak selalu linier, artinya semakin
tinggi tingkat pengetahuan gizi, belum tentu konsumsi makanan menjadi baik.
Konsumsi makanan jarang dipengaruhi oleh pengetahuan gizi secara tersendiri,
tetapi merupakan interaksi dengan sikap dan keterampilan gizi. Semakin tinggi
tingkat pengetahuan seseorang akan cenderung memilih makanan yang murah
dengan nilai gizi yang lebih tinggi, sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan
kebiasaan makan dan minum sejak kecil sehingga kebutuhan zat gizi dapat
terpenuhi.
Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan
yang di konsumsi atau dimakan seseorang atau kelompok orang pada waktu
tertentu. Berdasarkan defenisi ini hal yang harus diperhatikan dalam perhitungan
konsumsi adalah jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi (Hardinsyah & Dodik
1994).

10

Ada beberapa cara untuk mengumpulkan data konsumsi pangan. Secara
umum ada dua cara pengumpulan data konsumsi pangan yaitu : metode
penimbangan langsung (weighing method, dan food inventory method), metode
penimbangan tidak langsung, seperti mengingat (food recall 24 hour), metode
pengeluaran pangan (food expenditure method), metode pendaftaran pangan
(food list method), metode fekuensi pangan atau cara lainnya (Hardinsyah &
Dodik 1994).
Food Recall 24 jam merupakan salah satu metode pengumpulan data
konsumsi yang sering digunakan. Metode food recall 24 jam merupakan metode
mengingat kembali, dan mencatat jumlah serta jenis pangan dan minuman yang
telah dikonsumsi selama 24 jam. Proses mengingat ini dipandu oleh
pewawancara terlatih yang idealnya adalah seorang ahli gizi, atau orang lain
yang mengerti tentang pangan dan gizi. Cara ini cukup baik diterapkan dalam
survei terhadap kelompok masyarakat. Kelebihan cara ini yaitu mudah dilakukan
dan responden tidak dituntut harus melek huruf, karena yang menyiapkan model
makanan dan mencatat adalah pewawancara (Arisman 2002).
Konsumsi pangan diperlukan untuk mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh
akan sejumlah zat gizi agar dapat hidup sehat dan dapat mempertahankan
kesehatannya. Kelebihan konsumsi pangan yang tidak diimbangi dengan
pengeluaran energi yang mencukupi dapat menyebabkan timbulnya gizi lebih.
Kelebihan konsumsi pangan dalam hal ini energi yang berlebihan dalam waktu
yang berkesinambungan akan menyebabkan berat badan meningkat, timbunan
lemak

meningkat

dan

obesitas.

Oleh

karena

itu

setiap

orang

harus

mengkonsumsi sejumlah makanan yang sesuai dengan kecukupan berdasarkan
usia, ukuran tubuh, serta aktivitasnya (Hardinsyah & Martianto 1989).
Kebutuhan dan Kecukupan Gizi Remaja
Hardinsyah & Martianto (1996) membedakan pengertian istilah kebutuhan
gizi dan kecukupan gizi. Kebutuhan Gizi (Nutrient Requirements) adalah
banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh seseorang agar hidup sehat.
Sedangkan kecukupan gizi (Recommended Dietary Allowances) adalah jumlah
masing-masing zat gizi yang sebaiknya dipenuhi seseorang agar hampir semua
orang hidup sehat.
Karyadi dan Muhilal (1992) menyatakan bahwa kebutuhan pangan hanya
diperlukan secukupnya, bila kurang maupun lebih dari kecukupan yang
diperlukan, terutama apabila dialami dalam jangka waktu yang lama akan

11

berdampak

buruk

bagi kesehatan. Adanya interaksi berbagai zat gizi

memberikan gambaran perlunya diupayakan suatu keseimbangan zat-zat gizi
yang dikonsumsi, maka semakin tercapai keseimbangan dalam interkasi antara
zat gizi.
Kebutuhan manusia akan energi dan zat gizi lainnyanya sangat bervariasi
meskipun faktor-faktor seperti ukuran badan, jenis kelamin, macam kegiatan, dan
faktor lainnya sudah diperhitungkan. Jumlah zat gizi yang dibutuhkan dapat
tergantung

pada

kualitas

makanan

karena

efisiensi

penyerapan

dan

pendayagunaan zat gizi oleh tubuh dipengaruhi oleh komposisi dan keadaan
makanan secara keseluruhan (Suhardjo & Kusharto 1992).
Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), kebutuhan gizi antar individu yang
berat badannya relatif sama dan berasal dari kelompok umur yang sama dan
bervariasi. Namun variasi kebutuhan energi lebih kecil dibanding variasi
kebutuhan protein dan zat gizi lainnya pada kelompok umur yang sama. Oleh
karena itu Hamilton dan Whitney (1982) serta Komisi Ahli FAO/WHO/UNU (1985)
menetapkan bahwa angka kecukupan energi seseorang pada kelompok umur
tertentu sama dengan lebih tinggi dari rata-rata kebutuhan energi (x) kelompok
tersebut. Umumnya energi yang ditambahkan untuk mencapai tingkat aman
sebesar 1-5 persen kebutuhan. Ini berbeda dengan tambahan yang diberikan
pada kecukupan protein dan zat gizi lain sebesar dua standar deviasi atau sekitar
20-30 persen dari rata-rata kebutuhan. Ini karena energi dapat disimpan di dalam
tubuh dalam bentuk lemak yang dapat diubah kembali menjadi energi.
Kekurangan energi dalam jangka pendek dapat ditutup oleh kelebihan konsumsi
energi pada hari lain.
Kebutuhan energi orang yang sehat dapat diartikan sebagai tingkat asupan
energi yang dapat dimetabolisasi dari makanan yang akan menyeimbangkan
keluaran energi, ditambah dengan kebutuhan tambahan untuk pertumbuhan,
kehamilan dan penyusuan yaitu energi makanan yang diperlukan untuk
memelihara keadaan yang lebih baik (Arisman, 2002). Menurut Krause’s (2004),
kebutuhan energi anak dan remaja

usia 2-20 tahun yaitu 50%-60% asupan

karbohidrat, 25%-35% asupan lemak, dan 10-15% asupan protein.
Menurut Almatsier (2002), penentuan kebutuhan gizi seseorang dalam
keadaan sehat dilakukan berdasarkan umur, gender, aktifitas fisik, serta kondisi
khusus (ibu hamil dan menyusui). Kebutuhan energi ditentukan oleh komponen
utama yaitu Angka Metabolisme Basal (AMB) atau Basal Metabolisme Rate

12

(BMR) dan aktifitas fisik. AMB dipengaruhi oleh umur, gender, berat badan, dan
tinggi badan. Berikut rumus perhitungan AMB menurut Harris Benedict (1919)
diacu dalam Almatsier (2002).
AMB

= 655 + (9,6 x BB) + (1,8 X TB) – (4,7 x U) (wanita)
= 66,5 + (13,7x BB) + ( 5,0X TB) – ( 6,8x U)

(pria)

Keterangan :
AMB = Angka Metabolisme Basal (kkal)
BB
= Berat badan (kg)
TB
= Tinggi badan (cm)
U
= Umur (tahun)
Perhitungan kecukupan gizi seseorang dapat mengacu pada Daftar
Kecukupan Gizi, yaitu daftar yang memuat angka-angka kecukupan zat gizi ratarata per orang per hari bagi orang sehat Indonesia. Angka Kecukupan Gizi
tersebut sudah memperhitungkan variasi kebutuhan rata-rata ditambah jumlah
tertentu untuk mencapai tingkat aman (Hardinsyah & Briawan 1994). Berikut
adalah tabel kecukupan energi dan protein yang dianjurkan per orang per hari
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kecukupan energi dan protein yang dianjurkan per orang per hari (Widya
Pangan dan Gizi 2004)
Umur
13-15
16-18

Berat
Badan
48
55

Tinggi
Badan
155
160

Laki-laki
Energi
Protein
2400
60
2600
65

Berat
Badan
49
50

Tinggi
Badan
152
155

Perempuan
Energi
Protein
2350
57
2200
55

Status Gizi Remaja
Gibson (2005) menyatakan status gizi merupakan keadaan kesehatan
tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi,
penyerapan (absorbsi), dan utilitas zat gizi makanan. Selanjutnya menurut
Almatsier (2001) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Menurut Supariasa et al. (2001) status
gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan atau perwujudan dari
nutriture dalam bentuk variabel tertentu.
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Penilaian gizi yang dilakukan secara langsung meliputi antropometri, biokimia,
klinis dan biofisik. Penilaian yang dilakukan secara tidak langsung seperti survei
konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Setiap metode memiliki
kelemahan dan kelebihan masing-masing. Cara pengukuran status gizi secara

13

langsung

yang

paling

sering

dilakukan

dengan

menggunakan

metode

antropometri. Antropometri sangat umum digunakan untuk menukur status gizi
anak dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi.
Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan
tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa et al. 2001).
Penilaian status gizi secara langsung dapat

dilakukan dengan

menggunakan empat metode, salah satu metode tersebut adalah antropometri.
Penilaian status gizi secara antropometri memiliki beberapa keunggulan seperti
prosedurnya sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang
besar, relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, alatnya murah, mudah dibawa,
hasilnya akurat dan tepat, dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di
masa lampau, dan umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang,
dan gizi buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas. Metode antropometri
juga dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Serta metode antropometri juga dapat
digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi (Supariasa
2001).
Overweight dan Obesitas Pada Remaja
Kejadian berlebihnya berat badan pada remaja dapat dikategorikan
menjadi dua golongan yaitu gemuk (overweight) dan obesitas (obesity). Obesitas
adalah kelebihan berat badan sebagai akibat penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan. Overweight adalah kondisi berat badan melebihi berat badan normal
(Rimbawan & Siagian 2004). Dijelaskan lebih lanjut bahwa persamaan keduanya
terletak pada adanya penumpukan lemak yang berlebihan di dalam tubuh, yang
ditandai dengan peningkatan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas normal.
Khomsan (2004) menyatakan obesitas merupakan refleksi ketidakseimbangan
konsumsi dan pengeluaran energi.
Untuk menentukan seseorang memiliki status gizi lebih dapat dilakukan
dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan suatu
pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi
badan. IMT merupakan rumus matematika dimana berat badan (dalam kilogram)
dibagi dengan tinggi badan (dalam meter) pangkat dua (Steward dan Mann
2007). Pengukuran status gizi yang berlaku pada remaja yaitu menurut umur
(IMT/U). Kategori status gizi berdasarkan IMT/U berdasarkan Z score dapat
disajikan pada Tabel 2.

14

Tabel 2 Kategori status gizi pada remaja menurut WHO 2007
Variabel
> +2 SD
+1 SD < Z score ≤ +2 SD
-2 SD ≤ Z score ≤ +1 SD

Kategori
Obese
Overweight
Normal

Tipe kegemukan menurut Wirakusumah (1994) dibagi menjadi dua tipe
yaitu Tipe Android (Tipe Buah Apel) dan Tipe Ginoid (Tipe Buah Pear). Tipe
android ditandai dengan penumpukan lemak yang berlenihan di bagian tubuh
sebelah atas yaitu disekitar dada, pundak, leher, dan muka. Pada Tipe Ginoid
lemak tertimbun di bagian tubuh sebelah bawah yaitu disekitar perut, pinggul,
paha, pantat, dan umumnya ditemui pada wanita.
Menurut Hirsch dan Knittle dalam Wirakusumah (1994) tipe kegemukan
berdasarkan kondisi sel dibagi menjadi beberapa tipe yaitu tipe hiperplastik, tipe
hipertropik, dan tipe hiperplastik-hipertropik. Tipe hiperplastik merupakan tipe
kegemukan dengan jumlah sel lebih banyak dibandingkan dengan kondisi
normal. Kegemukan ini terjadi pada masa anak-anak dan sulit terjadinya
penuunan berat badan. Tipe hipertropik merupakan kegemukan dengan jumlah
sel yang normal, namun ukuran sel-sel tersebut besar yaitu lebih besar dari
ukuran

se