Pengaruh Beberapa Jarak Tanam Terhadap Produksi Sorgum (Sorghum Bicolor (L.) Moench)

PENGARUH BEBERAPA JARAK TANAM TERHADAP
PRODUKSI SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench).

NAWAR LINA SYARIFAH
A24110048

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Beberapa
Jarak Tanam terhadap Produksi Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench). adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah diebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2015

Nawar Lina Syarifah
NIM A24110048

ABSTRAK
NAWAR LINA SYARIFAH. Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produksi
Sorgum
(Sorghum Bicolor (L.) Moench). Dibimbing oleh HENI
PURNAMAWATI.
Tanaman sorgum dapat digunakan sebagai tanaman pangan, pakan dan
juga dapat digunakan sebagai bioenergi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui jarak tanam dan populasi yang tepat untuk produksi tanaman sorgum
(Sorghum bicolor (L.) Moench) yang optimum. Penelitian dilaksanakan di Kebun
Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB Bogor dari
bulan Maret-Juni 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam 60 cm
x 20 cm 1 benih dan 70 cm x 20 cm 1 benih merupakan jarak tanam terbaik untuk

produksi tanaman sorgum tetapi lebih baik menggunakan jarak tanam 60 cm x 20
cm 1 benih karena hasil produksi tanaman per hektar tidak berbeda dan dapat
menghemat penggunaan benih.
Kata kunci : jarak tanam, populasi, sorgum.

ABSTRACT
NAWAR LINA SYARIFAH. Effect of Difference Plant Spacing on Sorghum
(Sorghum Bicolor (L.) Moench) Production. Under supervised by HENI
PURNAMAWATI.
Sorghum can be used as a food, feed and can also be used as bioenergy.
The objective of research was to find the best plant spacing for the optimum
production of sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench). This research was
conducted at the Cikabayan Experimental Field, Department of Agronomy and
Horticulture, IPB Bogor from March to June 2015. The Result of the research
showed that 60 cm x 20 cm plant spacing by 1 seed and spacing of 70 cm x 20 cm
1 seed is the best for the production of sorghum. However it is better to use a
spacing of 60 cm x 20 cm 1 seed for crop production per hectare because is no
different and can be used to conserve the use of seeds.
Keyword : population, sorghum, space of planting


PENGARUH BEBERAPA JARAK TANAM TERHADAP
PRODUKSI SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench).

NAWAR LINA SYARIFAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PRAKATA
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
karuniaNya sehingga proposal penelitian dengan judul “Pengaruh Beberapa Jarak
Tanam terhadap Produksi Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench)”.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu sarat untuk melaksanakan
penelitian. Penelitian tersebut merupakan sarat untuk mendapatkan gelar sarjana.
Skripsi ini berisi mengenai hal-hal yang mendukung penelitian, baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Selain itu, terdapat rencana kegiatan dan
anggaran biaya yang dibutuhkan dalam penelitian.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Nukiyah (Ibu) dan Bapak
Kangsi (Ayah) yang selalu memberikan doa dan semangat. Dr Ir Heni
Purnamawati, M.Sc.Agr. sebagai Dosen Pembimbing , Dr Eko Sulistyono Msi
dan Dr Ade Wchjar MS selaku Dosen Penguji, dan semua pihak yang telah
banyak memberikan bimbingan dan nasihatnya. Penulis berharap usulan
penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dalam melaksanakan penelitian.

Bogor, Oktober 2015

Nawar Lina Syarifah

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL


vii

DAFTAR GAMBAR

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang
Tujuan
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA

1
2
2
2


Syarat Tumbuh Sorgum
Populasi dan Jarak Tanam
BAHAN DAN METODE

2
3
4

Tempat dan Waktu
Bahan dan Alat
Metode Percobaan
Pelaksanaan Percobaan
Peubah Penelitian
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN

4
4
4
5

6
6
7

Kondisi Umum
Rekapitulasi Sidik Ragam
Fase Vegetatif
Tinggi Tanaman
Diameter Batang
Jumlah Daun
Luas Daun Bendera
Fase Generatif
Bobot Biji per Tanaman
Bobot 1 000 Biji
Bobot Basah dan Kering Brangkasan
Produksi per Hektar
KESIMPULAN DAN SARAN

7
9

10
10
10
11
11
12
12
13
14
16
17

Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

17
17
18


LAMPIRAN

20

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rekapitulasi sidik ragam pada berbagai peubah pengamatan tanaman
sorgum
Tabel 2 Tinggi tanaman sorgum
Tabel 3 Diameter batang, jumlah daun dan luas daun bendera tanaman sorgum
Tabel 4 Korelasi antara jumlah daun, diameter batang, luas daun bendera dan
bobot brangkasan kering total
Tabel 5 Bobot biji per tanaman dan bobot 1000 butir tanaman sorgum
Tabel 6 Bobot brangkasan basah tanaman sorgum
Tabel 7 Bobot brangkasan kering tanaman sorgum
Tabel 8 Produksi tanaman per hektar tanaman sorgum

9
10
11
13

13
14
16
17

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Tanaman sorgum rebah
7
Gambar 2 Tanaman sorgum dengan malai terserang burung
8
Gambar 3 Tanaman menunjukkan gejala defisiensi hara N (3a), tanaman sehat
(3b)
9
Gambar 4 Grafik bobot biji per tanaman sorgum
14

LAMPIRAN
Lampiran 1 Deskripsi sorgum varietas Numbu
Lampiran 2 Data Iklim Wilayah Dramaga pada Bulan Desember 2014
hingga Juni 2015

Lampiran 3 Sifat kimia tanah Latosol Dramaga

21
22
22

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan pangan saat ini semakin meningkat seiring bertambahnya
jumlah penduduk di Indonesia. Produksi padi dalam negeri belum cukup untuk
memenuhi kebutuhan pangan tersebut, sehingga perlu dikembangkan tanaman
alternatif supaya kebutuhan pangan dalam negeri dapat terpenuhi.
Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman yang
berpotensi dikembangkan sebagai bahan pangan, pakan dan biofuel. Biji sorgum
mengandung karbohidrat dan batangnya dapat difermentasi menjadi bioetanol
(Agustina et.al 2010). Potensi tanaman sorgum cukup besar sebagai pengganti
makanan pokok seperti beras dan terigu. Biji sorgum memiliki kandungan gizi
yang tinggi, sehingaa uuntuk dapat diolah menjadi bahan pangan diperlukan
pengolahan lebih lanjut seperti penyosohan (Subagio dan Suryawati 2013).
Meskipun sorgum memiliki banyak keunggulan, tetapi tanaman ini masih jarang
dibudidayakan oleh petani Indonesia. Hal tersebut terjadi karena masih adanya
kendala yang harus dihadapi dalam budidaya sorgum. Kendala yang dihadapi
dalam budidaya sorgum ini adalah belum adanya prosedur teknik budidaya
sorgum yang tepat (good agricultural production). Selama ini, budidaya sorgum
yang dilakukan berpedoman dari budidaya jagung, mulai dari jarak tanam hingga
pemeliharaan. Perbedaan komoditas tentu akan menyebabkan perbedaan
perlakuan terhadap teknik budidaya meskipun keduanya merupakan satu famili
serta tiap spesies mempunyai kebutuhan sarana tumbuh yang berbeda. Teknik
budidaya yang tepat dapat meningkatkan hasil panen dan menekan biaya
produksi.
Produksi tanaman dipengaruhi oleh jumlah populasi yang ada pada lahan
budidaya. Apabila populasi tanaman yang ada di lahan sedikit maka produksi
akan sedikit juga. Pengaturan populasi yang tepat dapat meningkatkan produksi
sorgum. Semakin tinggi populasi maka akan semakin banyak jumlah malai yang
dihasilkan. Semakin banyak malai maka produksi biji akan meningkat, apabila
populasi terus ditingkatkan produksi akan turun. Hal tersebut disebabkan
kompetisi antara tanaman dalam memperebutkan air dan hara akan semakin
tinggi. Produksi yang maksimal dapat dicapai dengan jumlah populasi yang
optimal.
Populasi tanaman dapat ditingkatkan dengan mengubah jarak tanam atau
menambah jumlah benih yang ditanam dalam satu lubang tanam. penentuan jarak
tanam ini berdasarkan pada jenis tanaman yang akan ditanam serta ketersediaan
hara pada lahan. Jarak tanam merupakan bagian terpenting dari budidaya karena
jarak tanam akan berkorelasi dengan populasi tanaman. Semakin lebar jarak
tanam, populasi akan semakin kecil dan kompetisi antara tanaman semakin kecil,
jika jarak tanam terlalu lebar ruangan yang kosong dapat dijadikan tempat tumbuh
gulma. Apabila jarak tanam terlalu sempit, maka populasi akan menjadi lebih
padat dan menimbulkan persaingan. Semakin tinggi populasi dalam satu lubang

2

tanam, kompetisi antar tanaman. Kompetisi antar tanaman terjadi dalam
memperebutkan hara dan juga sarana tumbuh yang lain. Kompetisi ini dapat
dianalogikan sebagai kehadiran gulma karena adanya persaingan antar kedua
tanaman dalam mendapatkan faktor tumbuh, seperti cahaya, hara dan air(Kroppf
dan Lotz 1993).
Tujuan
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa jarak tanam
untuk mendapatkan populasi optimal dan meningkatkan produksi tanaman
sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench).
Hipotesis
Terdapat populasi dan jarak tanam yang menghasilkan produksi maksimal
pada tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench).

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat Tumbuh Sorgum
Sorgum (Sorghum bicolor L.) adalah tanaman serealia yang potensial
untuk dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marjinal
dan kering di Indonesia. Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi
agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input
lebih sedikit serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibandingkan tanaman
pangan lain. Selain itu, tanaman sorgum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi,
sehingga sangat baik digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan
ternak alternatif. Tanaman sorgum telah lama dan banyak dikenal oleh petani
Indonesia khususnya di daerah Jawa, NTB dan NTT. Di Pulau Jawa, sorgum
dikenal dengan nama Cantel, dan biasanya petani menanamnya secara tumpang
sari dengan tanaman pangan lainnya (Soeranto 2004).
Tanaman sorgum mampu beradaptasi pada daerah yang luas mulai 450LU
sampai dengan 400LS, mulai dari daerah dengan iklim tropis-kering sampai
daerah beriklim basah. Menurut Tabri dan Zubachtirodin (2013) sorgum dapat
tumbuh pada hampir semua jenis tanah, kecuali pada tanah Podzolik Merah
Kuning yang masam. Tanah Vertisol (Grunusol),Aluvial, Andosol, Regosol, dan
Mediteran umumnya sesuai untuk sorgum. Sorgum dapat ditanam dengan tingkat
kesuburan tanah dari rendah sampai tinggi asalkan solum tanah agak dalam
dengan pH 6.5-7.5.
Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman sorgum berkisar antara 23-30
0
C dengan curah hujan sewaktu pertumbuhan 375-420 mm, selanjutnya keperluan
air menjelang panen lebih rendah. Tanaman sorgum masih dapat menghasilkan
biji pada lahan marginal. Cara budidayanya mudah dengan biaya relatif murah,
dapat ditanam secara monokultur maupun tumpangsari dan mempunyai

3

kemampuan untuk tumbuh kembali setelah dilakukan pemangkasan pada batang
bawah dalam satu kali tanam dengan hasil yang tidak jauh berbeda, bergantung
pemeliharaan tanamannya. Selain itu tanaman sorgum lebih resisten terhadap
serangan hama dan penyakit sehingga resiko gagal panen relatif kecil. Tanaman
sorgum berfungsi sebagai bahan baku industri yang ragam kegunaannya besar dan
merupakan komoditas ekspor dunia (Sumarno dan Karsono 1995).
Sorgum memiliki beberapa keunggulan apabila dibandingkan dengan
tanaman pangan lainnya. Kandungan gizi sorgum sangat baik untuk beberapa
komponen seperti kalsium dan protein bahkan lebih bagus dari beras dan jagung.
Selain itu, batang sorgum dapat difermentasikan menjadi bioetanol untuk dapat
diproduksi menjadi bahan bakar energi non-fosil secara masal. Keunggulan
sorgum yang lain adalah sifat adaptifnya yang cukup tinggi sehingga dapat
dikembangkan di berbagai kondisi lahan di Indonesia (Sungkono et al. 2009).
Budidaya sorgum manis di Indonesia masih belum intensif dilakukan oleh
masyarakat Indonesia, padahal potensinya sangat baik untuk memenuhi kebutuhan
pakan ternak yang selama ini didominasi oleh pakan impor, juga sebagai salah
satu jenis bahan bakar nabati untuk menggantikan BBM. Bioetanol adalah salah
satu jenis bahan bakar nabati yang sudah lama dikembangkan untuk
menggantikan BBM yang dibuat dari biomassa tanaman (batang) melalui proses
biologi (enzimatik dan fermentasi). Menurut Balitbang (2012) komposisi kimia
dan zat gizi sorgum, mirip dengan komposisi beras/padi, dan mendekati gandum.
Sorgum mengandung mineral Ca, P, Fe, lemak esensial, asam amino lisin,
isoleusin, vitamin B1, Niacin, dan riboflavin.
Populasi dan Jarak Tanam
Jarak tanam merupakan salah satu hal terpenting dalam budidaya karena
mempengaruhi penyerapan hara, air, cahaya. Keuntungan yang akan didapatkan
jika menggunakan jarak tanam yang tepat adalah meningkatkan penerimaan
intensitas cahaya matahari pada daun dan diharapkan hasil asimilat meningkat
sehingga pengisian biji dapat optimal, serta memudahkan pemeliharaan tanaman,
terutama penyiangan gulma baik secara manual maupun dengan herbisida,
pemupukan, serta pemberian air (Balitsereal 2013a).
Pengaturan jarak tanam sangat berkaitan erat dengan kerapatan tanaman.
Kerapatan tanaman akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Penggunaan jarak tanam yang rapat akan meningkatkan jumlah
populasi, tetapi kompetisi yang dialami tanaman juga semakin ketat (Harjadi
1996). Pada awalnya peningkatan populasi akan meningkatkan hasil, jika populasi
terus ditingkatkan maka hasil akan turun. Hal tersebut karena persaingan yang
terjadi antara tanaman dalam memperoleh hara semakin meningkat. Menurut
Zaubin (1985) semakin tinggi populasi maka produksi akan meningkat namun
ketika populasi terus meningkat hingga titik tertentu maka akan terjadi penurunan
produksi. Hubungan antar populasi tanaman dan hasil produksi ini disebut
hubungan parabolik. Penggunaan jarak tanam tergantung pada varietas tanaman
tanaman yang digunakan, secara umum jarak tanam yang biasa digunakan untuk
tanaman sorgum adalah 60 – 75 cm x 20 cm dengan populasi sekitar 125 000
tanaman ha-1 (Tabri dan Zubachtirodin 2013). Selain varietas tanaman
ketersediaan hara pada lahan juga mempengaruhi jarak tanam yang digunakan.

4

Tanah dengan tingkat kesuburan yang rendah menggunakan jarak tanam yang
lebar karena ketersediaan hara tanaman akan terbatas.
Menurut Sobariah (1999) jarak tanam mempengaruhi jumlah daun yang
dihasilkan oleh tanaman sorgum. Jarak tanam 75 cm x 15 cm dan 75 cm x 20 cm
dengan perlakuan 1 benih per lubang memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap panjang batang dan bobot batang. Pada jarak tanam tersebut nyata
berpengaruh meningkatkan bobot 100 biji, tetapi tidak berbeda nyata dengan hasil
biji.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Departemen
Agronomi dan Hortikultura IPB, Dramaga, Bogor pada bulan Maret hingga Juni
2015.
Bahan dan Alat
Bahan tanam yang digunakan dalam percobaan adalah benih sorgum
varietas Numbu (Lampiran 1). Pupuk dasar yang digunakan adalah 200 kg ha-1
Urea, 100 kg ha-1 SP-36 dan 50 kg ha-1 KCl, insektisida dengan bahan aktif
karbofuran dengan dosis 20 kg ha-1 serta kapur sebagai amelioran dengan dosis 2
ton ha-1, pupuk kandang 20 ton ha-1.
Alat yang digunakan alat pertanian, ajir, timbangan digital, meteran,
jangka sorong, alat tulis, penggaris, licor L3000, dan thresher untuk merontok
sorgum.
Metode Percobaan
Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) dengan delapan perlakuan jarak tanam:
P1: 60 cm x 10 cm dengan 1 benih per lubang dengan populasi 166 000ha-1,
P2 : 60 cm x 10 cm dengan 2 benih per lubang dengan populasi 332 000 ha-1,
P3 : 60 cm x 20 cm dengan 1 benih per lubang dengan populasi 83 000 ha-1,
P4 : 60 cm x 20 cm dengan 2 benih per lubang dengan populasi 166 000 ha-1,
P5 : 70 cm x 10 cm dengan 1 benih per lubang dengan populasi 142 000 ha-1,
P6 : 70 cm x 10 cm dengan 2 benih per lubang dengan populasi 284 000 ha-1,
P7 : 70 cm x 20 cm dengan 1 benih per lubang dengan populasi 71 000 ha-1,
P8 : 70 cm x 20 cm dengan 2 benih per lubang dengan populasi 142 000 ha-1
Perlakuan dengan jarak tanam 70 cm x 20 cm dengan 1 benih per lubang
dijadikan sebagai kontrol. Perlakuan diulang sebanyak empat kali sehingga
terdapat 32 satuan percobaan. Satu satuan percobaan luasnya 12 m2, dari setiap
satuan percobaan diambil 5 tanaman sebagai tanaman contoh. Model linier dalam
percobaan ini adalah :

5

Yij = µ + τi + βj + εij
dimana i=1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 ; j=1, 2, 3, 4
Keterangan:
Yijk = Respon pengamatan pada jarak tanam ke-i, dan kelompok ke-j
µ
= Nilai rataan umum
τi
= Pengaruh jarak tanam ke-i
βj
= Pengaruh pengelompokan ke-j
εij
= Pengaruh galat percobaan dari jarak tanam ke-idan pengelompokan ke-j
Pelaksanaan Percobaan
Persiapan Lahan
Pelaksanaan percobaan dimulai dengan persiapan lahan dan pengolahan
tanah yang dilakukan sekitar 2 minggu sebelum tanam, meliputi pembersihan
tanah dari gulma, pembalikan tanah, dan pengemburan tanah. Tanah yang sudah
diratakan dibuat bedengan dengan ukuran 2 m x 6 m sehingga luas untuk satu
satuan percobaan sebesar 12 m2 sebanyak 32 petak. Tanah diberi kapur dengan
dosis 2 ton ha-1 untuk meningkatkan pH tanah karena pH tanah cukup masam
(Lampiran 3) dan pupuk kandang dengan dosis 20 ton ha-1 untuk meningkatkan
bahan organik tanah.
Penanaman
Tanaman sorgum ditanam dengan jarak tanam sesuai perlakuan.
Penanaman sorgum dilakukan dengan cara ditugal dengan benih per lubang tanam
sesuai perlakuan, setelah itu diberi insektisida dengan bahan aktif karbofuran
supaya benih tidak dimakan oleh serangga.
Pemeliharaan
Pemeliharaan sorgum yang dilakukan meliputi penyulaman pada 1 MST,
penjarangan pada 1 MST dan 2 MST, pemupukan yang dilakukan pada saat tanam
dan 4 MST, pembumbunan dilakukan pada 3 MST, serta pengendalian hama dan
penyakit. Pemupukan dilakukan dengan cara ditabur pada alur yang berjarak 7-8
cm dari lubang tanam dengan kedalaman 8-10 cm. Pupuk yang diberikan 200 kg
ha-1 Urea, 100 kg ha-1 SP-36 dan 50 kg ha-1 KCl. Pupuk Urea diberikan diberikan
dua kali, yaitu 1/2 bagian diberikan pada waktu tanam sebagai pupuk dasar
bersama-sama pemberian pupuk SP36 dan KCl. Sisanya (1/2 bagian) diberikan
saat tanaman berumur satu bulan setelah tanam. Pengendalian hama dan penyakit
tanaman tidak dilakukan dilakuakn pada saat tanaman berumur 5 MST karena
banyak tanaman yang terkena hama penggerek daun. Pengendalian gulma
dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada 1 MST dan 3 MST.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 13 MST atau 91 hari.
Pemanenan sorgum dilakukan dengan cara memotong batang sekitar 10-20 cm
dari permukaan tanah. Sorgum yang telah dipanen tangkai malainya dipotong dan
malai dijemur. Penjemuran sorgum bervariasi dari 5-7 hari dengan asumsi kondisi

6

cuaca cerah. Penjemuran ini bertujuan untuk menurunkan kadar air dari 18-20%
menjadi 12-14%. Tingkat kekeringan sorgum dapat dilihat dari perubahan warna
dan tingkat kekerasan biji (Firmansyah et. al 2013).
Peubah Penelitian
Pengamatan dilakukan pada tanaman contoh yang dipilih. Prosedur
pengamatan mengacu pada Descriptors for Sorghum (IBPGR / ICRISAT 1993).
Karakter yang diamati adalah :

1. Pertumbuhan vegetatif
a. Tinggi tanaman ( cm )
Diukur dari atas permukaan tanah hingga daun tertinggi pada fase
vegetatif, sedangkan pada fase generatif tinggi tanaman diukur dari
permukaan tanah hingga ujung malai.
b. Lingkar batang (cm)
Pengukuran lingkar batang dilakukan setelah malai muncul 10 cm di
atas permukaan tanah setelah malai muncul untuk mendapatkan
diameter batang terbesar.
c. Jumlah daun
Jumlah daun dihitung pada saat 50% populasi mengularkan malai. Daun
yang dihitung adalah daun yang berwarna hijau.
d. Luas daun bendera
Diukur pada saat panen menggunakan alat LI-COR LI-3000C.
2. Pertumbuhan generatif
a. Waktu muncul malai
Hitung hingga 50% populasi mengeluarkan malai
b. Waktu panen
Dihitung dari waktu tanam hingga saat 90% tanaman dapat dipanen.
c. Lama pengisian malai
Lama pengisian dihitung pada saat malai sudah keluar penuh sampai
panen.
d. Bobot biji per tanaman
Bobot semua biji pada tanaman pada kadar air sekitar 12%.
e. Bobot 1 000 butir
Bobot 1 000 butir sorgum pada kadar air sekitar 12%
f. Bobot basah dan bobot kering brangkasan
Bobot brangkasan pada saat panen tanpa akar dan malai.
g. Produksi tanaman per hektar
Produksi tanaman per hektar dihitung dengan mengkonversi hasil biji
per ubinan.
Analisis Data
Uji F dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan terhadap
peubah yang diamati. Apabila analisis ragam menunjukkan nilai berbeda nyata
maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji lanjut Duncan Multiple

7

Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Analisis data dilakukan dengan bantuan
software SAS v9.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum
Penanaman benih sorgum dilakukan pada akhir musim hujan sehingga
curah hujan cukup rendah. Kebutuhan air tanaman dipenuhi dengan melakukan
penyiraman setiap hari. Benih sorgum mulai tumbuh pada tiga hari setelah tanam.
Pada minggu pertama dilakukan penyulaman untuk tanaman yang tidak tumbuh
dan penjarangan untuk tanaman yang setiap lubangnya tumbuh lebih dari
perlakuan.
Pada 2 MST curah hujan mulai tinggi sehingga penyiraman dihentikan dan
mulai terlihat pertumbuhan tanaman. Pada awal pertumbuhan, pertambahan tinggi
tanaman berjalan lambat, pertambahan tinggi tanaman menjadi cepat setelah
berumur 5 MST. Pada saat pertumbuhan vegetatif tanaman banyak hama yang
menyerang daun. Pengendalian hama dilakukan dengan memberikan insektisida
dengan bahan aktif karbofuran dengan dosis 20 kg ha-1 pada tunas tanaman.

Gambar 1. Tanaman sorgum rebah
Pembentukan malai mulai terlihat pada awal minggu kesembilan dan
maksimal pada akhir minggu kesembilan. Tanaman yang terlalu tinggi dan angin
yang kencang menyebabkan beberapa rumpun pada petak perlakuan rebah
(Gambar 1). Tanaman yang rebah merupakan tanaman dengan perlakuan 2 benih
per lubang. Selain faktor cuaca, rebahnya tanaman juga disebabkan oleh kecilnya
diameter batang tanaman. Diameter batang tanaman sorgum yang kecil cenderung
mudah roboh dibandingkan diameter batang tanaman yang besar. Pada perlakuan

8

1 benih per lubang, tanaman sorgum tidak mengalami kerebahan, sebab diameter
tanaman lebih besar, sehingga dapat menopang tanaman. Penanganan tidak
dilakukan lebih lanjut disebabkan tanaman akan patah jika ditegakkan, sehingga
hal yang bisa dilakukan adalah mencegah malai menyentuh permukaan tanah
supaya biji tidak berkecambah. Selain menyebabkan tanaman rebah, curah hujan
dan angin juga berperan dalam penurunan produksi karena menyebabkan
kerontokan bunga dan biji. Hal yang paling berperan dalam penurunan produksi
sorgum adalah hama burung yang mulai datang setiap hari pada periode
pengisian malai.

Gambar 2. Tanaman sorgum dengan malai terserang burung

Gejala kekurangan hara juga mulai muncul pada akhir pertumbuhan
vegetatif tanaman, dan mulai terlihat jelas saat memasuki fase generatif.
Kekurangan hara disebabkan karena jumlah tanaman tiap lubang berbeda. Sorgum
yang ditanam dengan perlakuan 1 benih per lubang tidak menampakkan gejala
defisiensi hara (Gambar 2). Sorgum yang ditanam dengan perlakuan 2 benih per
lubang menunjukkan gejala defisiensi hara. Gejala defisiensi hara yang tampak
adalah gejala defisiensi hara nitrogen. Kahat hara ini ditunjukkan oleh perubahan
warna daun yang menguning pada bagian bawah dimulai dari pinggir ke tulang
daun membentuk huruf V, kemudian berubah menjadi coklat dan akhirnya layu
dan mati (Syafruddin dan Akil 2013). Pemupukan tambahan tidak dilakukan
karena tanaman sudah berada pada akhir masa pertumbuhan dan menjelang panen.
Pemberian dosis pupuk seharusnya memperhatikan jumlah populasi tanaman,
karena apabila pupuk yang diberikan sama dan populasi berbeda, maka petak
dengan populasi yang lebih tinggi akan mengalami gejala defisiensi hara.
Tanaman sorgum dipanen pada 13 MST atau pada saat tanaman berumur
91 HST. Pemanenan dilakukan ketika biji sorgum sudah berwarna kuning dan biji
sudah mengeras atau kering. Tanaman dipanen dengan memotong tanaman sekitar
10 cm dari permukaan tanah. Selama pertumbuhan tanaman ada beberapa gulma
yang mendominasi dan berpotensi menurunkan produksi sorgum yaitu yang
dikendalikan dengan cara manual menggunakan tangan, serta menggunakan
cangkul dan kored.

9

3a

3b

Gambar 3. Tanaman menunjukkan gejala defisiensi hara N (3a), tanaman sehat (3b).

Rekapitulasi Sidik Ragam
Berdasarkan sidik ragam pada peubah-peubah yang diamati, perlakuan
berpengaruh nyata pada tinggi tanaman pada umur 3 MST, diameter batang,
jumlah daun, luas daun bendera, bobot biji per tanaman, dan bobot brangkasan
kering. Rekapitulasi sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Rekapitulasi sidik ragam pada berbagai peubah pengamatan tanaman
sorgum.
Peubah
Sidik Ragam
Koefisien Keragaman
Tinggi tanaman
3MST

**

7.21

5MST

tn

6.68

7MST

tn

7.31

9MST

tn

3.87

Diameter batang

**

6.02

Jumlah daun

**

7.26

Luas daun bendera

**

12.60

Bobot biji per tanaman

**

29.84

Bobot 1000 butir

tn

6.78

Produksi per hektar

tn

28.27

Bobot brangkasan kering

**

15.25

Keterangan : ** : nyata pada uji F taraf 5%, tn : tidak nyata pada uji F pada taraf 5%

10

Fase Vegetatif
Tinggi Tanaman
Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 3
MST (minggu setelah tanam). Pada 5 MST,7 MST dan 9 MST perlakuan jarak
tanam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.
Jarak tanam 70 cm x 10 cm 1 benih per lubang memberikan respon paling
tinggi terhadap tinggi tanaman pada 3 MST tetapi tidak berbeda nyata dengan
perlakuan 60 cm x 10 cm 1 benih, 60 cm x 10 cm 2 benih, 60 cm x 20 cm 1 benih,
60 cm x 20 cm 2 benih dan 70 cm x 20 cm 2 benih. Tinggi tanaman 5 MST pada
jarak tanam 70 cm x 20 cm 1 benih memberikan respon paling kecil, meskipun
tidak berbeda nyata dengan 60 cm x 20 cm 1 benih, 60 cm x 20 cm 2 benih, 70 cm
x 10 cm 2 benih, dan 70 cm x 20 cm 2 benih. Perlakuan jarak tanam tidak
berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada 5 MST, 7 MST dan 9 MST.
Berdasarkan (Tabel 2) pada awal pertambahan tinggi tanaman sorghum tidak
terlalu tinggi, tetapi setelah melewati minggu ke 5, pertambahan tinggi tanaman
cukup pesat.
Tabel 2 Tinggi tanaman sorgum
Minggu ke3
5
7
9
60 cm x 10 cm 1 benih
53.80 ab
127.10
223.20
252.00
60 cm x 10 cm 2 benih
52.09 ab
130.20
221.90
249.55
60 cm x 20 cm 1 benih
49.16 abc
122.90
216.65
244.75
60 cm x 20 cm 2 benih
49.36 abc
128.69
222.20
242.17
70 cm x 10 cm 1 benih
54.22 a
129.45
209.30
250.05
70 cm x 10 cm 2 benih
47.94 bc
123.35
214.05
247.67
70 cm x 20 cm 1 benih
45.45 c
117.94
218.60
245.55
70 cm x 20 cm 2 benih
48.81 abc
126.69
220.70
251.52
Keterangan: angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Jarak Tanam

Diameter Batang
Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap diameter batang seperti
ditunjukkan pada (Tabel 3). Diameter batang tertinggi pada perlakuan 60 cm x 20
cm 1 benih meskipun tidak berbeda nyata dengan 70 cm x 20 cm 1 benih. Pada
Tabel 2 terlihat bahwa jarak tanam yang lebih kecil serta jumlah benih per lubang
yang lebih banyak menurunkan diameter batang. Hal ini disebabkan karena jarak
tanam yang semakin rapat menyebabkan tanaman sorgum terjadi persaingan akan
cahaya mempengaruhi tanaman dalam pengambilan air dan unsur hara yang yang
digunakan dalam pertumbuhan suatu tanaman (Zulkarnaen et al. 2015).
Pertambahan tinggi tanaman juga mempengaruhi diameter batang, semakin tinggi
tanaman maka diameter batang tanaman tersebut akan semakin kecil. Perlakuan
yang memberikan respon paling kecil adalah perlakuan 60 cm x 10 cm 2 benih
namun tidak berbeda nyata dengan 70 cm x 10 cm 2 benih.

11

Tabel 3 Diameter batang, jumlah daun dan luas daun bendera tanaman sorgum
Jarak Tanam

Diameter Batang
Jumlah Daun
Luas Daun Bendera
(cm)
(cm2)
60 cm x 10 cm 1 benih
1.74 bc
9.80 b
157.79 bc
60 cm x 10 cm 2 benih
1.37 e
7.82 d
118.65 de
60 cm x 20 cm 1 benih
2.14 a
11.05 a
194.38 a
60 cm x 20 cm 2 benih
1.60 cd
8.85 bcd
117.86 de
70 cm x 10 cm 1 benih
1.82 b
9.55 bc
174.60 ab
70 cm x 10 cm 2 benih
1.46 de
8.57 cd
104.45 e
70 cm x 20 cm 1 benih
2.03 a
10.90 a
172.79 ab
70 cm x 20 cm 2 benih
1.67 cd
9.20 bc
138.22 cd
Keterangan: angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Jumlah Daun
Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman seperti
ditunjukkan pada (Tabel 3). Jumlah daun tertinggi pada perlakuan 60 cm x 20
cm 1 benih meskipun tidak berbeda nyata dengan 70 cm x 20 cm 1 benih.
Perlakuan yang memberikan respon jumlah daun paling rendah adalah 60 cm x 10
cm 2 benih meskipun tidak berbeda nyata dengan 60 cm x 20 cm 2 benih dan 70
cm x 10 cm 2 benih. Hal tersebut juga sesuai dengan Gomez and Gomez (1984)
menyatakan bahwa tanaman yang tumbuh tanpa tanaman lain di sekitarnya akan
memperkecil terjadinya persaingan antar tanaman sehingga pertumbuhannya
menjadi lebih baik dan menghasilkan jumlah daun yang maksimal. Bersadarkan
deskripsi sorgum varietas Numbu (Lampiran 1) jumlah daun pada tanaman
sorgum adalah 14 helai, tetapi pada pengamatan vegetatif jumlah daun tertinggi
adalah 12. Hal tersebut diduga disebabkan pengamatan yang dilakukan pada saat
pertumbuhan vegetatif maksimal, daun yang dihitung adalah daun yang masih
berwarna hijau sehingga daun yang sudah mengering tidak ikut terhitung.
Luas Daun Bendera
Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap luas daun bendera seperti
ditunjukkan pada (Tabel 3). Perlakuan 60 cm x 20 cm 1 benih dengan luas daun
bendera tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 70 cm x 10 cm 1 benih dan
70 cm x 20 cm 1 benih. Perlakuan yang memberikan respon luas daun bendera
terkecil adalah 70 cm x 10 cm 2 benih meskipun tidak berbeda nyata dengan 60
cm x 10 cm 2 benih dan 60 cm x 20 cm 2 benih. Fitriani dan Isnaini (2013)
menyatakan bahwa daun bendera adalah daun terakhir sebelum muncul malai,
memiliki fungsi yang sama sebagai organ fotosintesis dan menghasilkan
karbohidrat, karena letaknya yang dekat dengan malai, besarnya daun ini diduga
mempengaruhi produksi per tanaman, dapat dilihat pada (Tabel 4). Dere dan
Yildrim (2006) meneliti hubungan antara karakter panjang daun bendera, lebar
daun bendera, dan daya hasil pada delapan varietas gandum. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa karakter panjang dan lebar daun bendera berkaitan dengan
daya hasil, peningkatan panjang dan lebar daun bendera diikuti dengan
peningkatan daya hasil meskipun peningkatan yang terjadi tidak bersifat kontinyu.

12

Yue et al. (2006) melakukan penelitian yang lebih mendalam untuk menyelidiki
hubungan antara karakter panjang, lebar, dan luas area daun bendera dengan hasil
panen, jumlah malai, jumlah spikelet dan berat 1000 biji. Hasil penelitian Yue et
al. (2006) menunjukkan adanya korelasi antara panjang, lebar, dan luas area daun
bendera dengan daya hasil.
Fase Generatif
Malai mulai muncul pada saat tanaman berumur 58 HST (hari setelah
tanam), atau memasuki 9 MST dan mencapai maksimum (muncul penuh) pada 9
MST atau tanaman berumur 63 HST pada semua petak perlakuan. Munculnya
malai menandakan berhentinya pertumbuhan vegetatif dan dimulainya
pertumbuhan generatif. Hal ini sejalan dengan pernyataan Peacock dan Wilson
(1992) fase reproduktif bermula dengan inisiasi malai, yang biasanya terjadi
antara 30 dan 40 hari setelah kemunculan malai tetapi dapat berubah-ubah,
menurut genotip dan kondisi, dari 14 sampai lebih dari 90 hari pada beberapa
kultivar di Afrika Barat.
Pemanenan dilakukan pada saat biji sudah masak penuh dan malai
menguning lebih dari 90% dari populasi tanaman yang ada. Biji yang telah masak
dapat dilihat dari tingkat kekerasan biji dan warna biji. Biji yang telah masak
sempurna tidak akan hancur jika ditekan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.
Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 13 MST atau 91 HST. Hal
tersebut sesuai dengan Tabri dan Zubachtirodin (2013) menyatakan tanaman
sorgum sudah dapat dipanen pada umur 3-4 bulan setelah tanam.
Waktu pengisian malai dihitung pada saat malai keluar penuh hingga
waktu panen tiba. Lama pengisian sorgum varietas Numbu selama 4 minggu atau
28 hari.
Bobot Biji per Tanaman
Perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh nyata terhadap bobot biji per
tanaman seperti ditunjukkan pada (Tabel 4). Perlakuan dengan bobot biji per
tanaman yang paling besar adalah perlakuan 60 cm x 20 cm 1 benih meskipun
tidak berbeda nyata dengan perlakuan 70 cm x 20 cm 1 benih. Perlakuan dengan
hasil paling kecil adalah perlakuan 60 cm x 10 cm 2 benih meskipun tidak
berbeda nyata dengan perlakuan 70 cm x 20 cm 2 benih, 60 cm x 20 cm 2 benih
dan 70 cm x 10 cm 2 benih. Bobot biji per tanaman berkorelasi positif dengan
diamter batang (Tabel 4). Semakin besar diameter batang, bobot biji per tanaman
semakin tinggi, hal tersebut disebabkan oleh semakin tinggi diameter batang maka
jumlah karbohidrat yang akan tersimpan pada batang juga semakin banyak. Bobot
biji per tanaman berkorelasi positif dengan jumlah daun. Semakin banyak jumlah
daun, bobot biji per tanaman semakin tinggi. Jumlah daun yang lebih banyak akan
menghasilkan fotosintat yang lebih banyak pula untuk pengisian malai. Luas
daun bendera juga berkorelasi terhadap bobot biji per tanaman. Semakin tinggi
luas daun bendera, bobot biji per tanaman akan semakin tinggi juga, hal tersebun
karena daun bendera letaknya paling dekat dengan malai, sehingga peran daun
bendera dalam pengisian malai akan lebih besar.

13

Tabel 4 Korelasi antara jumlah daun, diameter
bobot brangkasan kering total.
Peubah
JD
DB
**
DB
0.918
BBPT
0.867**
0.889**
BBKT
0.767**
0.899**
**
LDB
0.720
0.775**

batang, luas daun bendera dan
BBPT

BBKT

0.857**
0.671**

0.624**

Keterangan : JD= jumlah daun, DB= diameter batang, BBPT= bobot biji per tanaman,
BBKT = bobot brangkasan kering total, LDB = luas daun bendera

Bobot 1 000 Biji
Perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot 1 000 butir
biji seperti ditunjukkan pada (Tabel 5).
Perlakuan 70 cm x 20 cm 1 benih memberikan hasil tertinggi namun tidak
berbeda nyata dibandingkan semua perlakuan yang ada. Bobot 1 000 butir ini
merupakan sifat yang stabil dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut
Balitsereal (2013b) menyatakan bahwa bobot 1 000 biji sorgum varietas numbu
sekitar 30 g. Bobot 1 000 biji apabila dibandingkan dengan deskripsi varietas
(Lampiran 1) hasil bobot biji lebih rendah, hal tersebut diduga karena proses
fotosintesis yang terjadi pada saat pengisian biji kurang maksimal. Fase pengisian
buji sedikit terganggu karena saat pengisian biji curah hujan cukup tinggi.
Tabel 5 Bobot biji per tanaman dan bobot 1 000 butir tanaman sorgum
Bobot Biji per Tanaman
Bobot 1 000 Butir sorgum
Jarak Tanam
(g)
(g)
60 cm x 10 cm 1 benih
53.87 ab
33.02
60 cm x 10 cm 2 benih
24.79 c
32.53
60 cm x 20 cm 1 benih
73.71 a
32.69
60 cm x 20 cm 2 benih
31.10 c
33.01
70 cm x 10 cm 1 benih
52.92 ab
32.87
70 cm x 10 cm 2 benih
29.92 c
33.74
70 cm x 20 cm 1 benih
61.46 a
33.99
70 cm x 20 cm 2 benih
37.57 bc
32.60
Keterangan: angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada uji DMRT taraf 5%.

14

Bobot Biji per Tanaman (g)
80
70
60
50
40
30
20
10
00
60 cm x
10 cm 1
benih

60 cm x
10 cm 2
benih

60 cm x
20 cm 1
benih

60 cm x
20 cm 2
benih

70 cm x
10 cm 1
benih

70 cm x
10 cm 2
benih

70 cm x
20 cm 1
benih

70 cm x
20 cm 2
benih

Gambar 4 grafik bobot biji per tanaman sorgum

Bobot Basah dan Kering Brangkasan
Bobot Basah Malai
Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah malai per
tanaman seperti ditunjukkan pada (Tabel 6). Perlakuan dengan nilai tertinggi
adalah perlakuan 60 cm x 20cm 1 benih namun tidak berbeda nyata dengan 70 cm
x 20 cm 1 benih dan 60 cm x 10 cm 1 benih. Perlakuan dengan nilai paling kecil
adalah perlakuan 60 cm x 10 cm 2 benih namun tidak berbeda nyata dengan 60
cm x 20 cm 2 benih dan 70 cm x 10 cm 2 benih.
Tabel 6 Bobot brangkasan basah tanaman sorgum
Bobot Basah Brangkasan (g) tanaman-1
Jarak Tanam

Malai

Batang

Daun

Total

60 cm x 10 cm 1 benih
101.88ab
350.32 bc
62.88 b
515.08 b
60 cm x 10 cm 2 benih
49.28d
208.13 e
36.88 c
294.29 c
60 cm x 20 cm 1 benih
145.90a
468.47 a
94.54 a
708.90 a
60 cm x 20 cm 2 benih
59.72d
268.39 de
48.45 bc
401.30 c
70 cm x 10 cm 1 benih
97.53bc
355.65 b
61.57 b
514.74 b
70 cm x 10 cm 2 benih
54.56d
219.43 de
34.76 c
308.75 c
70 cm x 20 cm 1 benih
124.68ab
437.89 a
93.16 a
655.74 a
70 cm x 20 cm 2 benih
72.00cd
284.18 cd
45.23 bc
401.30 c
Keterangan: angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

15

Bobot Basah Batang
Perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh nyata terhadap bobot basah
batang seperti ditunjukkan pada (Tabel 6). Perlakuan paling tinggi adalah
perlakuan 60 cm x 20 cm 1 benih tetapi tidak berbeda nyata dengan 70 cm x 20
cm 1 benih dan 60 cm x 10 cm 1 benih. Perlakuan dengan nilai paling kecil adalah
perlakuan 60 cm x 10 cm 2 benih tetapi tidak berbeda nyata dengan 60 cm x 20
cm 2 benih dan 70 cm x 10 cm 2 benih.

Bobot Basah Daun
Perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh nyata terhadap bobot
basah daun seperti ditunjukkan pada (Tabel 6). Bobot basah daun paling tinggi
adalah perlakuan 60 cm x 20 cm 1 benih tetapi tidak berbeda nyata dengan 70 cm
x 20 cm 1 benih. Perlakuan dengan nilai paling kecil adalah perlakuan 70 cm x 10
cm 2 benih tetapi tidak berbeda nyata dengan 60 cm x 10 cm 2 benih, 60 cm x 20
cm 2 benih dan 70 cm x 20 cm 2 benih.
Bobot Basah Brangkasan Total
Perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh nyata terhadap bobot basah
brangkasan total (Tabel 6). Perlakuan yang memberikan respon paling tinggi
adalah perlakuan 60 cm x 20 cm 1 benih meskipun tidak berbeda nyata dengan
perlakuan 70 cm x 20 cm 1 benih. Perlakuan yang memberikan respon paling
rendah adalah perlakuan 60 cm x 10 cm 2 benih meskipun tidak berbeda nyata
dengan perlakuan 60 cm x 20 cm 2 benih, 70 cm x 10 cm 2 benih 70 cm x 20 cm
2 benih.
Bobot Kering Malai
Perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering
malai (Tabel 7). Perlakuan jarak tanam dengan respon paling tinggi adalah
perlakuan 60 cm x 20 cm 1 benih meskipun tidak berbeda nyata dengan 70 cm x
20 cm 1 benih. Sedangkan perlakuan dengan nilai paling kecil adalah perlakuan
60 cm x 10 cm 2 benih meskipun tidak berbeda nyata dengan 70 cm x 20 cm 2
benih, 60 cm x 20 cm 2 benih dan 70 cm x 10 cm 2 benih.
Bobot Kering Batang
Perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering
batang (Tabel 7). Perlakuan paling tinggi adalah perlakuan 70 cm x 20 cm 1 benih
meskipun tidak berbeda nyata dengan 70 cm x 10 cm 1 benih, 60 cm x 20 cm 1
benih dan 70 cm x 20 cm 2 benih. Bobot kering batang paling kecil adalah
perlakuan dengan jarak tanam 60 cm x 10 cm 2 benih meskipun tidak berbeda
nyata dengan 60 cm x 20 cm 2 benih dan 70 cm x 10 cm 2 benih. Hal tersebut
sejalan dengan Peacock dan Wilson (1992) menyatakan bahwa berat kering
batang berubah-ubah dengan ukuran dan banyaknya karbohidrat yang tersimpan.
Jarak tanam yang semakin lebar dengan perlakuan benih yang lebih sedikit
menyebabkan semakin sedikit populasi yang ada di dalam petak. Tanaman dengan
jarak tanam lebar dan benih yang sedikit akan menyebabkan jumlah karbohidrat
yang diserap tanaman lebih banyak dan bobot kering batang semakin tinggi.

16

Tabel 7 Bobot brangkasan kering tanaman sorgum
Bobot Brangkasan Kering (g) tanaman-1
Jarak Tanam
Malai
Batang
Daun
Total
60 cm x 10 cm 1 benih
66.44 bc 105.62 bcd
24.73 b
196.79 bc
60 cm x 10 cm 2 benih
32.95 d
75.55 d
16.77 c
125.26 d
60 cm x 20 cm 1 benih
90.59 a
135.41 ab
30.52 a
256.52 a
60 cm x 20 cm 2 benih
40.06 d
106.17 bcd
19.74 c
165.96 cd
70 cm x 10 cm 1 benih
66.11 bc 138.10 ab
25.72 b
229.92 ab
70 cm x 10 cm 2 benih
37.55 d
82.72 cd
17.01 c
137.27 d
70 cm x 20 cm 1 benih
80.43 ab 142.96 a
31.72 a
255.11 a
70 cm x 20 cm 2 benih
47.98 cd 114.46 abc
21.59 bc 184.04 c
Keterangan: angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Bobot Kering Daun
Perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering
batang. Perlakuan paling tinggi adalah perlakuan 70 cm x 20 cm 1 benih namun
tidak berbeda nyata dengan 60 cm x 20 cm 1 benih. Sedangkan perlakuan dengan
nilai paling kecil adalah perlakuan 60 cm x 10 cm 2 benih namun tidak berbeda
nyata dengan 60 cm x 20 cm 2 benih dan 70 cm x 10 cm 2 benih dan 70 cm x 20
cm 2 benih.
Bobot Kering Brangkasan Total
Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering brangkasan total (
Tabel 7). Perlakuan dengan respon paling tinggi adalah perlakuan 60 cm x 20 cm
1 benih meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 70 cm x 10 cm 1 benih
dan 70 cm x 20 cm 1 benih. Perlakuan yang memberikan respon paling kecil
adalah perlakuan 60 cm x 10 cm 2 benih meskipun tidak berbeda nyata dengan
perlakuan 60 cm x 20 cm 2 benih dan 70cmx10cm 2 benih. Banyaknya pupuk
yang digunakan mengikuti penelitian Haerudin (2001) penambahan unsur hara
makro seperti nitrogen, posfor dan kalium dalam tanah akan meningkat. Hal
tersebut menyebabkan meningkatnya asimilat yang terbentuk dan disimpan dalam
komponen tanaman (daun, batang serta akar) sebagai cadangan makanan yang
selanjutnya akan di mobilisasi untuk pembentukan biji. Hal tersebut juga sesuai
dengan yang dijelaskan oleh Risema (1983) bahwa unsur hara terutama nitrogen
dalam tanah merupakan unsur hara yang sangat penting untuk pertumbuhan dan
pembentukan protein daun dan berbagai persenyawaan organik lainnya.
Produksi per Hektar
Perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman
per hektar (Tabel 8). Hasil tertinggi adalah perlakuan 70 cm x 10 cm 2 benih
namun tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan. Hal ini sejalan dengan

17

penelitian Sobariah (1999) menyatakan bahwa jarak tanam tidak berpengaruh
nyata terhadap produksi tanaman per hektar.
Tabel 8 Produksi tanaman sorgum per hektar
Produksi per Hektar
Jarak Tanam
(tonha-1)
60 cm x 10 cm 1 benih
2.52
60 cm x 10 cm 2 benih
2.54
60 cm x 20 cm 1 benih
3.40
60 cm x 20 cm 2 benih
2.74
70 cm x 10 cm 1 benih
3.31
70 cm x 10 cm 2 benih
3.49
70 cm x 20 cm 1 benih
2.70
70 cm x 20 cm 2 benih
3.19
Meskipun produktivitas per hektar tanaman sorgum tidak berbeda nyata,
dari peubah vegetatif yang diamati perlakuan dengan jarak tanam 60 cm x 20 cm
1 benih memberikan respon rata-rata hasil tertinggi. Pertumbuhan vegetatif
tanaman diduga mempengaruhi hasil. Perlakuan jarak tanam 60 cm x 20 cm 1
benih memberikan hasil diameter batang tertinggi, jumlah daun tertinggi, luas
daun bendera tertinggi serta produksi per tanaman tertinggi, sehingga hasil per
hektar juga tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Perbedaan jarak tanam populasi tidak mempengaruhi produktivitas
sorghum per hektar, meskipun bobot biji per tanaman dipengaruhi oleh jumlah
populasi dan jarak tanam. Produktivitas tidak berbeda karena jumlah populasi
pada perlakuan 2 benih per lubang lebih padat.
Saran
Produksi sorgum dapat dilakukan dengan jarak tanam 60 cm x 20cm 1
benih per lubang tanam. Selain menghemat kebutuhan benih yang digunakan, hal
tersebut juga dapat mempermudah pemeliharaan tanaman.

18

DAFTAR PUSTAKA
Agustina K, Sopandi D, Trikoesoemaningtyas, Wirnas D. 2010. Tanggap
fisiologi akar sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) terhadap cekaman
aluminium dan defisiensi fosfor di dalam rhizotron. J. Agron. Indonesia 38
(2) : 88 – 94
[Balitsereal] Badan Penelitian Tanaman Serealia. 2013a. Sistem legowo tanaman
jagung. Balitsereal. Sulawesi Selatan. [Internet].[diunduh 2014 Maret 16].
Tersedia
pada
:
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&
iew=article&id=217:penerapan-sistem-tanam-legowo-pada-tanaman
jagung&catid=14:alsin&Itemid=43.
[Balitsereal] Badan Penelitian Tanaman Serealia. 2013b. Database sorgum dan
gandum. Balitsereal. [Internet].[diunduh 2015 September 22]. Tersedia pada
:http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content
&view=category&id=47:database-gandum-dansorgum&Itemid=93&layout=default.
[Balitbang] Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2012. Ragam
produk pangan dari jagung dan sorgum. Sinar Tani. Edisi 25-31 Januari
2012 No.3441 Tahun XLII : 8-12.
[IBPGR and ICRISAT] International Board for Plant Genetic Resources;
International Crops Research Institute for the Semi-Arid Tropics. 1993.
Descriptors for sorghum [Sorghum bicolor (L.) Moench]. , Rome, Italy,
Patancheru, India.
Dere, S., Yildirim, M. B. 2006. Inheritance of Grain Yield per Plant, Flag Leaf
Width, and Length in an 8 x 8 Diallel Cross Population of Bread Wheat
(Triticum aestivum L.). J Agric For Turk 30:339-345.
Firmansyah I U, Aqil M, Suarni. 2013. Penanganan Pasca Panen Sorgum. Di
dalam:Sumarno, Damardjati D S, Syam M dan Hermanto, editor. Sorgum
Inovasi Teknologi dan Pengembangan. Jakarta (ID):IAAD Press. hlm 242259.
Fitriani A, Isnaini M. 2013. Morfologi dan Pertumbuhan Sorgum. Di
dalam:Sumarno, Damardjati D S, Syam M dan Hermanto, editor. Sorgum
Inovasi Teknologi dan Pengembangan. Jakarta (ID):IAAD Press. hlm 47-68.
Gomez K A, Gomez A A. 1984. Procedurs of Agricultural Research. John
Wiley, Sons. New York. 526p.
Haerudin. 2001. Produktivitas tanaman sorgum (Sorghum caudatum) dengan
pemberian berbagai macam pupuk organik pada pola tanam tumpang sari
dengan leguminosa [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
197 hal.
Kroppf M J, Lotz L A P. 1993. Empirical Model for Crop-Weed Competition. Di
dalam Kropff M J and van Laar H H (editor). Modelling Crop-Weed
Interactions. CAB International. Wallingford. UK
Peacock J.M, Wilson G. L. 1992. Sorgum. Di dalam: Godsworthy P R, Fisher N
M, editor. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Yogyakarta (ID):UGM
Press. hlm 329-371.

19

Risema W T. 1983. Pupuk dan Cara Pemupukan. Saleh M H dan Bhatara,
penerjemah. Jakarta(ID) : Karya Angkasa
Simamora T J L. 2006. Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) varietas DK3.
[skripsi]. Medan (ID) :Universitas Sumatera Utara.
Sobariah L. 1999. Uji adaptasi dan pengaruh jarak tanam terhadap sorgum manis
(Sorghum bicolor (L.) Moench varietass rio, RGV dan cowley pada lahan
kering iklim basah. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Soeranto. 2004. Pemuliaan tanaman sorgum di Patir-Batan. Batan. Jakarta
[Internet]. [diunduh
2014
Maret
15].
Tersedia
pada
:
http://www.batan.go.id/patir/_berita/pert/sorgum/sorgum.html
Subagio H dan Suryawati. 2013. Wilayah Penghasil dan Ragam Penggunaan
Sorgum di Indonesia. Di dalam:Sumarno, Damardjati D S, Syam M dan
Hermanto, editor. Sorgum Inovasi Teknologi dan Pengembangan. Jakarta
(ID):IAAD Press. hlm 24-37.
Sumarno, Karsono S. 1995. Perkembangan Produksi Sorgum di Dunia dan
Penggunaannya. Edisi Khusus Balitkabi 4: 13 – 24.William, C.N, K.T.
Joseph. 1970. Climate, Soil and Crop Production in Humid Tropics. Oxford
University Press, Kuala Lumpur.
Sungkono, Trikoesoemaningtyas, Wirnas D, Sopandie D, Human S, Arif Y M.
2009. Pendugaan parameter genetik dan seleksi galur mutan sorgum
(Sorghum bicolor (L.) Moench) di tanah masam. J. Agron. Indonesia 37 (3) :
220 – 225.
Syarifuddin dan Akil M. 2013. Pengelolaan Hara pada Tanaman Sorgum. Di
dalam:Sumarno, Damardjati D S, Syam M dan Hermanto, editor. Sorgum
Inovasi Teknologi dan Pengembangan. Jakarta (ID):IAAD Press. hlm 168174.
Tabri F, Zubachtirodin. 2013. Budi Daya Tanaman Sorgum. Di dalam:Sumarno,
Damardjati D S, Syam M dan Hermanto, editor. Sorgum Inovasi Teknologi
dan Pengembangan. Jakarta (ID):IAAD Press. hlm 175-187.
Widiatmaka, Darlan N H, Hidayat Y, Djajakirana G. 2014. Sifat-sifat tanah dan
konsentrasi herbisida glifosat pada beberapa kedalaman tanah dan waktu
setelah aplikasi pada tanah latosol Dramaga Bogor. Seminar Nasional
Pengarusutamaan Lingkungan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam :
Tantangan dalam Pembangunan Nasional. 6 November 2014 Bogor. Bogor
(ID) : Institut Pertanian Bogor. 147-158.
Yue Bing, Xue Wei-Ya, Luo Li-Jun, Xing Yong-Zhong. 2006. QTL Analysis for
Flag Leaf Characteristics and Their Relationships with Yield and Yield Traits
in Rice. Acta Genetica Sinica 33:824-832.
Zaubin, M. 1985. Pengaruh tumpangsari jagung, kacang panjang, dan populasi
terhadap produksi bawang putih (Allium sativum L.). [skripsi]. Jember (ID).
Universitas Jember.
Zulkarnaen , Irmansyah T, Irsal. 2015.Respon pertumbuhan dan produksi
beberapa varietas sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada berbagai jarak
tanam di lahan kelapa sawit TBM I. J. Online Agroteknologi 3 (1) : 328 –
339.

LAMPIRAN

21

Lampiran 1 Deskripsi sorgum varietas Numbu
Tanggal dilepas

: 22 Oktober 2001

Asal

: India

Umur berbunga 50% : ± 69 hari
Panen

: ± 100-105 hari

Tinggi tanaman

: ± 187 cm

Sifat tanaman

: tidak beranak

Kedudukan tangkai

: di pucuk

Bentuk daun

: pita

Jumlah daun

: 14 helai

Sifat malai

: kompak

Bentuk malai

: ellips

Panjang malai

: 22-23 cm

Sifat sekam

: menutup sepertiga bagian biji

Warna sekam

: coklat muda

Bentuk /sifat biji

: bulat lonjong, mudah dirontok

Ukuran biji

: 4,2; 4,8; 4,4 mm

Warna biji

: krem

Bobot 1000 biji

: 36-37 g

Rata-rata hasil

: 3,11 t/ha

Potensi hasil

: 4,0-5,0 t/ha

Kerebahan

: tahan rebah

Ketahanan

: tahan hama aphis, tahan penyakit karat dan bercak daun

Kadar protein

: 9,12%

Kadar lemak

: 3,94%

Kadar karbohidrat

: 84,58%

Daerah sebaran

: dapat ditanam di lahan sawah dan tegalan

22

Lampiran 2 Data Iklim Wilayah Dramaga pada Bulan Desember 2014 hingga Juni
2015
Curah Temperatur Kelembaban
Intensitas
Angin Rata-rata
Bulan
Hujan Rata-rata
Udara
Radiasi Matahari
Kecepatan
Arah
(mm)
(ºC)
(%)
(Cal/Cm²)
(Knot)
Desember 2014 200
26.3
82
291
W/NW
4.2
Januari 2015
251
25.2
87
261
W
3.9
Februari 2015
346
25.0
88
259
N/NW
3.7
Maret 2015
374
25.6
85
325
W/NW
4.4
April 2015
206
25.8
86
313
NW
4.1
Mei 2015
202
26.3
82
338
N/NW
3.9
Juni 2015
90
26.2
79
328
N
4.0
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Kl