Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Di Sekitar Taman Nasional Batang Gadis (Studi Kasus: Desa Hutarimbaru dan Desa Tolang, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal)

MANFAAT EKONOMI SISTEM PENGELOLAAN HUTAN
RAKYAT DI SEKITAR TAMAN NASIONAL BATANG GADIS
(Studi Kasus: Desa Hutarimbaru dan Desa Tolang, Kecamatan Ulu
Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal)

SYARIFULLAH UMAR LUBIS
041201011

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

Universitas Sumatera Utara

MANFAAT EKONOMI SISTEM PENGELOLAAN HUTAN
RAKYAT DI SEKITAR TAMAN NASIONAL BATANG GADIS
(Studi Kasus: Desa Hutarimbaru dan Desa Tolang, Kecamatan Ulu
Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal)

SKRIPSI


Oleh:
SYARIFULLAH UMAR LUBIS
041201011

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

Universitas Sumatera Utara

MANFAAT EKONOMI SISTEM PENGELOLAAN HUTAN
RAKYAT DI SEKITAR TAMAN NASIONAL BATANG GADIS
(Studi Kasus: Desa Hutarimbaru dan Desa Tolang, Kecamatan Ulu
Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal)

SKRIPSI

Oleh:

SYARIFULLAH UMAR LUBIS
041201011/Manajemen Hutan
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

Universitas Sumatera Utara

Judul

: Manfaat ekonomi sistem pengelolaan hutan rakyat di
sekitar Taman Nasional Batang Gadis (Studi Kasus: Desa
Hutarimbaru dan Desa Tolang, Kecamatan Ulu Pungkut,
Kabupaten Mandailing Natal)


Nama

: Syarifullah Umar Lubis

NIM

: 041201011

Departemen

: Kehutanan

Program Studi

: Manajemen Hutan

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Oding Affandi, S.Hut., MP


Bejo Slamet, S.Hut., M.Si.

Ketua

Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS
Ketua Departemen Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
SYARIFULLAH UMAR LUBIS: Manfaat ekonomi sistem pengelolaan hutan
rakyat di sekitar Taman Nasional Batang Gadis (Studi Kasus: Desa Hutarimbaru
dan Desa Tolang, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal),
dibimbing oleh ODING AFFANDI dan BEJO SLAMET.
Hutan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan, yaitu

berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung.
Manfaat hutan tersebut boleh dirasakan apabila hutan tersebut terjamin
eksistensinya, sehingga dapat berfungsi secara optimal. Hutan Rakyat mempunyai
peranan yang sangat penting jika dikaji dari manfaat langsung dan manfaat tidak
langsung bagi masyarakat sekitar hutan.
Pembuatan hutan rakyat di Desa Hutarimbaru dan Desa Tolang Kecamatan
Ulu Pungkut telah melewati sejarah yang cukup panjang dimulai dari tahun 1970
an dan berlangsung sampai dengan sekarang. Kegiatan pengelolaan hutan rakyat
di Desa Hutarimbaru dan Desa Tolang ini dimulai dengan tahap persiapan, tahap
penanaman, tahap pemeliharaan ,tahap pemanenan hasil dan yang terakhir analisa
hasil.
Adapun nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan hasil hutan rakyat ini
adalah Rp 32.635.000 atau berkisar 15,70% dari keseluruhan pendapatan petani
baik itu dari sektor pertanian, sektor perkebunan, dan sumber pendapatan lainnya.
Mengingat bahwa manfaat hutan rakyat sangat cukup penting bagi
masyarakat sekitar hutan dan petani pengelola hutan rakyat, untuk itu Hutan
Rakyat harus senantiasa dijaga dan dimanfaatkan secara berkesinambungan.
Kata Kunci : Hutan Rakyat, potensi, manfaat nilai ekonomi.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
SYARIFULLAH UMAR LUBIS: The Economic advantage of Populance Forest
Management System in around Batang Gadis National Park (Case Study in
Hutarimbaru Village and Tolang Village, Ulu Pungkut District, Mandailing Natal
Regency), supervised by ODING AFFANDI and BEJO SLAMET.
Forest is having a very important role for our living in directly advantages
and indirectly advantages. The advantages can be felt when it gives contribution
of its existancy directly and indirectly for the population around forest.
The production of populance forest in Hutarimbaru Village and Tolang
Village, Ulu Pungkut District is started with some steps like preparition, planting,
maintenance, harvesting until the last step is result analize.
The economic value that get from the advantages of populance forest
product is Rp 32.635.000 or about 15,70% from the total of farmer income come
from the section in agriculture, plantation and from others income.
Because of the advantages of populance Forest is very important for the
population around forest and the farmer, so that populance forest must be in
protected and useful for all the time.
Key words : Private Forestry, Advantages, Economic Value


Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang Sidempuan pada tanggal 14 November 1985
dari ayah Muhammad Nasir Lubis dan ibu Rosdewi Siregar. Penulis merupakan
putra pertama dari lima bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 1, Panyabungan dan pada
tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Panduan Minat
dan Prestasi (PMP). Penulis memilih program studi Manajemen Hutan,
Departemen Kehutanan.
Penulis melaksanakan Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan di
Taman Nasional Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera
Utara pada tanggal 12 Juni sampai dengan 1 Juli 2006 dan melaksanakan Praktik
Kerja Lapang di PT. Suka Jaya Makmur, Kab. Ketapang, Kalimantan Barat pada
tanggal 14 Juni sampai dengan 14 Agustus 2008.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Manfaat ekonomi sistem pengelolaan hutan rakyat di sekitar
Taman Nasional Batang Gadis (Studi Kasus: Desa Hutarimbaru dan Desa Tolang,
Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal)”.
Penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada
kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik
penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak
Oding Affandi, S.Hut., MP dan Bejo Slamet, S.Hut., M.Si. selaku ketua dan
anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai
masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan
penelitian, sampai pada ujian akhir.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan
pegawai di Departemen Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa yang tidak
dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Mei 2010

Penulis


Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................
Perumusan Masalah .....................................................................................
Tujuan ........................................................................................................
Manfaat .......................................................................................................

1
3
4
5


TINJAUAN PUSTAKA
Hutan ........................................................................................................... 5
Konsepsi Kehutanan Masyarakat di Indonesia............................................... 5
Hutan Rakyat ................................................................................................ 6
Hutan Kemasyarakatan ................................................................................. 9
Perhutanan Sosial.......................................................................................... 10
Konsepsi Hutan Rakyat dan Penyebaran Hutan Rakyat ................................. 10
Pola Hutan Rakyat ........................................................................................ 11
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 12
Keadaan Umum Lokasi Penelitian ................................................................ 12
Kondisi Fisik Lingkungan ............................................................................ 12
Topografi, Keadaan Tanah dan Iklim ............................................................ 12
Aksesibilitas ................................................................................................. 12
Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat ........................................................... 13
Kependudukan .............................................................................................. 13
Mata Pencaharian.......................................................................................... 13
Sarana dan Prasarana .................................................................................... 13
Keadaan Umum Desa Tolang ....................................................................... 14
Keadaan Umum Desa Hutarimbaru .............................................................. 14

Bahan dan Alat ............................................................................................. 14
Objek dan Data Kegiatan .............................................................................. 15
Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 15
Analisis Data ................................................................................................ 17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengelolaan Hutan Rakyat ............................................................................. 19
Karakteristik Hutan Rakyat ............................................................................ 31

Universitas Sumatera Utara

Pola Hutan Rakyat ......................................................................................... 31
Pola Penggunaan Lahan ................................................................................. 31
Potensi Tegakan Hutan Rakyat ...................................................................... 32
Manfaat Ekonomi yang Diperoleh dari Hutan Rakyat .................................... 34
Penambahan Pendapatan Petani .................................................................... 36
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.................................................................................................... 43
Saran ........................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 45
LAMPIRAN ................................................................................................. 47

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Pola penggunaan lahan di Desa Hutaarimbaru dan Desa Tolang,
Kecamatan Ulu Pungkut ................................................................................. 32
2.Taksiran potensi tegakan tanaman hutan rakyat
pada setiap lahan responden ........................................................................ 33
3. Pendapatan masyarakat rata-rata pertahun dari sumber pertanian,
perkebunan dan hutan rakyat. ........................................................................ 37

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Hutan rakyat di Kecamatan Ulu Pungkut .................................................... 19
2. Saluran pemasaran hasil hutan rakyat di Desa Hutarimbaru ........................ 24
3. Saluran pemasaran hasil hutan rakyat di Desa Tolang................................. 25
4. Tanaman kulit manis di lahan hutan rakyat ................................................. 25
5. Jalur pemasaran kulit manis ........................................................................... 26
6. Tanaman kemiri di lahan hutan rakyat ........................................................ 26
7. Jalur pemasaran kemiri.................................................................................. 27
8. Tanaman durian di lahan hutan rakyat ........................................................ 27
9. Jalur pemasaran buah durian ...................................................................... 28
10. Jalur pemasaran coklat ............................................................................... 29
11. Jalur pemasaran manggis ............................................................................ 30
12. Kegiatan inventarisasi yang dilakukan
di hutan rakyat Kecamatan Ulu Pungkut ………………………………………..... 33

13. Persentase potensi tegakan hutan rakyat .................................................... 34
14. Wawancara dengan masyarakat/ responden pemilik hutan rakyat .............. 36

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Data pengukuran potensi plot contoh tanaman hutan rakyat ................... 45
2. Sumber-sumber pendapatan petani tahun 2009-2010 di Desa Hutarimbaru
dan desa Tolang, Kecamatan Ulu Pungkut …………………………… 69
3. Potensi tegakan tanaman hutan rakyat pada setiap lahan ......................... 70
4. Data responden petani hutan rakyat ........................................................ 71
5. Peta lokasi penelitian .............................................................................. 72
6. Foto-foto penelitian di lapangan .......................................................... 73

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
SYARIFULLAH UMAR LUBIS: Manfaat ekonomi sistem pengelolaan hutan
rakyat di sekitar Taman Nasional Batang Gadis (Studi Kasus: Desa Hutarimbaru
dan Desa Tolang, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal),
dibimbing oleh ODING AFFANDI dan BEJO SLAMET.
Hutan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan, yaitu
berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung.
Manfaat hutan tersebut boleh dirasakan apabila hutan tersebut terjamin
eksistensinya, sehingga dapat berfungsi secara optimal. Hutan Rakyat mempunyai
peranan yang sangat penting jika dikaji dari manfaat langsung dan manfaat tidak
langsung bagi masyarakat sekitar hutan.
Pembuatan hutan rakyat di Desa Hutarimbaru dan Desa Tolang Kecamatan
Ulu Pungkut telah melewati sejarah yang cukup panjang dimulai dari tahun 1970
an dan berlangsung sampai dengan sekarang. Kegiatan pengelolaan hutan rakyat
di Desa Hutarimbaru dan Desa Tolang ini dimulai dengan tahap persiapan, tahap
penanaman, tahap pemeliharaan ,tahap pemanenan hasil dan yang terakhir analisa
hasil.
Adapun nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan hasil hutan rakyat ini
adalah Rp 32.635.000 atau berkisar 15,70% dari keseluruhan pendapatan petani
baik itu dari sektor pertanian, sektor perkebunan, dan sumber pendapatan lainnya.
Mengingat bahwa manfaat hutan rakyat sangat cukup penting bagi
masyarakat sekitar hutan dan petani pengelola hutan rakyat, untuk itu Hutan
Rakyat harus senantiasa dijaga dan dimanfaatkan secara berkesinambungan.
Kata Kunci : Hutan Rakyat, potensi, manfaat nilai ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
SYARIFULLAH UMAR LUBIS: The Economic advantage of Populance Forest
Management System in around Batang Gadis National Park (Case Study in
Hutarimbaru Village and Tolang Village, Ulu Pungkut District, Mandailing Natal
Regency), supervised by ODING AFFANDI and BEJO SLAMET.
Forest is having a very important role for our living in directly advantages
and indirectly advantages. The advantages can be felt when it gives contribution
of its existancy directly and indirectly for the population around forest.
The production of populance forest in Hutarimbaru Village and Tolang
Village, Ulu Pungkut District is started with some steps like preparition, planting,
maintenance, harvesting until the last step is result analize.
The economic value that get from the advantages of populance forest
product is Rp 32.635.000 or about 15,70% from the total of farmer income come
from the section in agriculture, plantation and from others income.
Because of the advantages of populance Forest is very important for the
population around forest and the farmer, so that populance forest must be in
protected and useful for all the time.
Key words : Private Forestry, Advantages, Economic Value

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hutan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan,yaitu
berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung.
Manfaat hutan tersebut boleh dirasakan apabila hutan terjamin eksistensinya,
sehingga dapat berfungsi secara optimal. Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi dan
sosial dari hutan akan memberikan peranan nyata apabila pengelolaan sumber
daya alam berupa hutan seiring dengan upaya pelestarian guna mewujudkan
pembangunan nasional berkelanjutan.
Menurut Reksohadiprojo (1994), pentingnya hutan bagi kehidupan sosial
ekonomi suatu masyarakat kini dirasakan semakin meningkat, hal ini menuntut
kesadaran untuk mengelola sumber daya hutan tidak hanya dari segi finansial saja
namun diperluas menjadi pengelolaan sumber daya hutan secara utuh.
Hutan rakyat merupakan salah satu model pengelolaan sumberdaya alam
yang berdasarkan inisiatif masyarakat. Yang mana hutan rakyat ini dibangun
secara swadaya oleh masyarakat, ditujukan untuk menghasilkan kayu atau
komoditas ikutannya yang secara ekonomis bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat di lihat dari adanya hutan
rakyat tradisional yang di usahakan masyarakat sendiri tanpa campur tangan
pemerintah (swadaya murni), baik berupa tanaman satu jenis (hutan rakyat mini),
maupun dengan pola tanaman campuran (agroforestri) (Awang, 2005).
Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu ekosistem
yang didominasi oleh pohon. Menurut Helms (1998) hutan adalah suatu ekosistem
yang dicirikan oleh penutupan pohon yang kurang lebih padat dan tersebar,

Universitas Sumatera Utara

seringkali terdiri dari tegakan-tegakan yang beragam ciri-cirinya seperti
komposisi jenis, struktur, klas umur, dan proses-proses yang terkait, dan
umumnya mencakup padang rumput, sungai-sungai kecil, dan satwa liar.
Pengertian Hutan Rakyat menurut UU No. 41/1999 tentang kehutanan,
hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik.
Definisi diberikan untuk membedakannya dari hutan negara, yaitu hutan yang
tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak milik atau tanah negara. Dalam
pengertian ini, tanah negara mencakup tanah-tanah yang dikuasai oleh masyarakat
berdasarkan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan adat atau aturan-aturan
masyarakat lokal (biasa disebut masyarakat hukum adat).
Keberadaan hutan rakyat memberi manfaat baik secara ekologis maupun
ekonomis bagi masyarakat. Manfaat secara ekologis antara lain perbaikan tata air
Daerah Aliran Sungai (DAS), konservasi tanah dan perbaikan mutu lingkungan.
Sedangkan manfaat ekonomis dari keberadaan hutan rakyat dapat dilihat dari
peningkatan pendapatan petani dari hutan rakyat dan penyediaan kayu rakyat.
Hutan rakyat merupakan sumber bahan baku bagi industri pengolahan kayu di
wilayah tersebut (Indrawati, 2009).
Hutan rakyat di Kecamatan Ulu Pungkut lebih dominan ke dalam bentuk
hutan agraoforestri yaitu hutan rakyat yang mempunyai bentuk usaha kombinasi
kehutanan dengan usaha tani lainnya, seperti perkebunan, pertanian, peternakan
dan lain-lain secara terpadu pada satu lokasi. Tanaman yang mendominasi di
hutan rakyat Kecamatan Ulu Pungkut adalah tanamnan perkebunan dan pertanian
dimana jenis tanaman tersebut adalah karet dan kayu manis.

Universitas Sumatera Utara

Perumusan Masalah
Permasalahan yang dikemukakan disini adalah apakah pengelolaan hutan
rakyat yang dilakukan oleh para petani di Kecamatan Ulu Pungkut telah
memperhatikan aspek kelestarian hutan dan kelestarian hasil, seberapa besar
kontribusi hutan rakyat tersebut terhadap peningkatan pendapatan para petani, dan
apa saja manfaat ekonomis yang didapatkan masyarakat pada umumnya dan
petani hutan rakyat pada khususnya dengan keberadaan hutan rakyat di Dua desa
Kecamatan Ulu Pungkut. Aspek produksi , khususnya tentang sruktur tegakan dan
potensi produksi, Menurut Hardjosoediro (1980) bahwa disatu sisi struktur
tegakan kayu rakyat menunjukkan struktur hutan normal, namun disisi lain
ternyata pohon-pohon yang dijual mengalami penurunan kelas diameter. Hal ini
berarti akan mengancam kelestarian tegakan hutan rakyat dan sekaligus berarti
mengancam pula kelestarian usahanya. Aspek pengolahan dimaksud disini adalah
semua jenis tindakan yang merubah bahan baku (kayu bulat) menjadi barang
setengah jadi. Masalah terbesar saat ini adalah dilihat pada aspek pengolahan
yaitu masalah jumlah dan kontinuitas sediaan bahan baku. Sementara itu
permasalahan pada aspek pemasaran meliputi beberapa hal diantaranya : sistem
distribusi, sruktur pasar, penentuan harga, prilaku pasar, dan keragaan pasar.
Kelembagaan yang mendukung pada setiap sub sistem juga masih perlu
disempurnakan agar kinerja usaha hutan rakyat secara keseluruhan menjadi lebih
baik.
Pengusahaan hutan rakyat juga secara kumulatif menunjukkan berbagai
kekurangan, kelemahan serta kurang akurat. Gejala kelemahannya tidak

Universitas Sumatera Utara

meletakkan posisi dan kedudukan hukum hutan rakyat ini kedalam status legal
dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, antara lain:
a. Belum semua data potensi dan kepemilikan hutan rakyat teridentifikasi
dengan baik.
b. Secara umum areal hutan rakyat belum diukur dan dipetakan sebagaimana
dilakukan terhadap hutan negara.
c. Belum diterbitkannya aturan-aturan teknis pembinaan administrasi dan tata
cara

pengelolaan hutan rakyat sebagai payung untuk dipedomani secara

seragam disetiap wilayah.
d. Tidak adanya aturan hukum yang jelas tentang kepemilikan hutan rakyat
secara yuridis formal, terkait erat dengan kebijakan hukum pertanahan
yang masih terus dibebani dewasa ini.

Tujuan
Bedasarkan perumusan masalah maka tujuan penelitian dapat di rumuskan
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kegiatan pengelolaan hutan rakyat

di Kecamatan Ulu

Pungkut Kabupaten Mandailing Natal.
2. Mengetahui potensi hutan rakyat di Kecamatan Ulu Pungkut Kabupaten
Mandailing Natal.
3. Mengetahui maafaat ekonomis hutan rakyat berupa tambahan pendapatan
petani.

Universitas Sumatera Utara

Manfaat
1. Bagi Departemen Kehutanan dan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal,
bahwa hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai alat kontrol dan
masukan atas dampak yang terjadi dengan adanya kegiatan pengelolaan hutan
rakyat.
2. Untuk memperkaya dan melengkapi kajian tentang kegiatan pengelolaan
hutan rakyat dalam hubungannya dengan pemberdayaan masyarakat dan
perubahan pendapatan masyarakat yang bersangkutan.
3. Sebagai bahan informasi bagi instansi-instansi terkait serta pihak lainnya
untuk penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan
Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti dan
peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan
lingkungan hidup. Hutan merupakan sumber daya alam yang banyak berpengaruh
terhadap kehidupan manusia. Menurut Undang-Undang Kehutanan No.41 tahun
1999 tentang kehutanan menyatakan bahwa hutan adalah suatu kesatuan
ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan
yang lainnya tidak dapat dipisahkan (Awang,2002).
Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang besar peranannya
baik segi ekonomi maupun segi sosial yang sangat penting bagi kehidupan yaitu
berupa manfaat langsung yang di rasakan dan manfaat tidak langsung. Manfaat
hutan tersebut dirasakan apabila hutan terjamin eksistensinya, sehingga dapat
berfungsi secara optimal. Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi, dan social dari hutan
akan memberikan peranan nyata apabila pengelolaan sumberdaya alam berupa
hutan seiring dengan upaya pelestarian guna mewujudkan pembangunan nasional
berkelanjutan. (Zain, 1998).

Konsepsi kehutanan masyarakat di Indonesia
Konsepsi kehutanan masyarakat (community forestry) sebenarnya relatif
baru karena community forestry (CF) muncul sebagai tanggapan dari kegagalan
konsep indusrialisasi kehutanan yang populer pada sekitar tahun 1960-an. Yang
menarik, penggagas CF justru ekonom kehutanan yang merasa bersalah karena

Universitas Sumatera Utara

terlibat dalam inisiatif industrialisasi kehutanan. Orang itu bernama Jack Westoby
(Munggoro, 1998). Ia kemudian tercatat sebagai salah seorang yang banyak
terlibat dalam gagasan tema pokok Kongres Kehutanan Dunia VIII yang
diselenggarakan pada tahun 1978 di Jakarta : Forest for People. Kristalisasi
pikiran-pikirannya tentang CF ini kemudian banyak dipublikasikan FAO. Dan
kemudian pada tahun 1983, secara resmi FAO mendefinisikan CF sebagai :
“konsep radikal kehutanan yang berintikan partisipasi rakyat, artinya rakyat
diberi wewenang merencanakan dan memutuskan sendiri apa yang mereka
kehendaki”. Hal ini berarti memfasilitasi mereka dengan saran dan masukan yang
diperlukan untuk menumbuhkan bibit, menanam, mengelola dan melindungi
sumber daya hutan milik mereka dan memperoleh keuntungan maksimal dari
sumber daya itu dan memanennya secara maksimum. CF didedikasikan sebagai
gagasan untuk meningkatkan keuntungan langsung sumber daya hutan kepada
masyarakat pedesaan yang miskin (Awang, dkk, 2001).
Beberapa tahun terakhir ini, konsepsi kehutanan masyarakat (CF) sering
dikonfrontasikan dengan konsep perhutanan sosial yang merupakan terjemahan
dari social forestry (SF). Konsepsi SF lebih dikonotasikan sebagai bentuk
pengusahaan kehutanan yang dimodifikasi supaya keuntungan yang diperoleh dari
pembalakan kayu didistribusikan kepada masyarakat lokal. Dan kemudian di
Indonesia Perum Perhutani sebagai salah satu pelopor SF di Indonesia
mendefinisikan bahwa SF adalah : “Suatu sistem dimana masyarakat lokal
berpartisipasi dalam manajemen hutan dengan tekanan pada pembuatan hutan
tanaman”. Tujuan sistem SF adalah reforestasi yang jika berhasil akan

Universitas Sumatera Utara

meningkatkan fungsi hutan, dan pada saat yang bersamaan meningkatkan
kesejahteraan sosial (Awang, dkk, 2001).

Hutan Rakyat
Secara formal ditegaskan bahwa hutan rakyat adalah hutan yang dibangun
di atas lahan milik. Pengertian semacam itu kurang mempertimbangkan
kemungkinan adanya hutan di atas tanah milik yang tidak dikelola rakyat,
melainkan oleh perusahaan swasta. Penekanan pada kata ‘rakyat’ kiranya lebuh
ditujukan kepada pengelola yaitu ‘rakyat kebanyakan’, bukan pada status pemilik
tanhnya. Dengan menekankan pada kata ‘rakyat’ membuka peluang bagi rakyat
sekitar hutan untuk mengelola hutan di lahan negara. Apabila istilah hutan rakyat
yang berlaku saat ini akan dibakukan, maka diperlukan penegasan kebijakan yang
menutup peluang perusahaan swasta (menengah dan dasar) menguasai tanah milik
untuk mengusahakan hutan (Suharjito dan Darusman, 1998). Hardjosoediro
(1980) menyebutkan hutan rakyat atau hutan milik adalah semua hutan yang ada
di Indonesia yang tidak berada di atas tanah yang dikuasai oleh pemerintah, hutan
yang dimiliki oleh rakyat. Proses terjadinya hutan rakyat bisa dibuat oleh
manusia, bisa juga terjadi secara alami, tetapi proses hutan rakyat terjadi
adakalanya berawal dari upaya untuk merehabilitasi tanah-tanah kritis. Jadi hutan
rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik rakyat, dengan jenis tanaman
kayu-kayuan, yang pengelolaanya dilakukan oleh pemiliknya atau oleh suatu
badan usaha, dengan berpedoman kepada ketentuan-ketentuan yang telah
digariskan oleh pemerintah.

Universitas Sumatera Utara

Banyak sudut pandang yang dapat digunakan untuk mengenal dan
mengerti hutan rakyat. Sudut pandang yang sering digunakan adalah sudut
pragmatisme,

geografis,

dan

sistem

tenurial

(kepemilikan).

Pandangan

pragmatisme melihat hutan yang dikelola rakyat hanya dari pertimbangan
kepentingan pemerintah saja. Semua pohon-pohonan atau tanaman keras yang
tumbuh di luar kawasan hutan negara langsung diklaim sebagai hutan rakyat.
Pandangan geografis menggambarkan aneka ragam bentuk dan pola serta sistem
hutan rakyat tersebut, berbeda satu sama lain tergantung letak geografis, ada yang
di dataran rendah, medium, dan dataran tinggi, dan jenis penyusunnya berbeda
menurut tempat tumbuh, dan sesuai dengan keadaan iklim mikro. Pandangan
sistem tenurial berkaitan dengan status misalnya statusnya hutan negara yang
dikelola masyarakat, hutan adat, hutan keluarga, dan lain-lain (Awang, dkk, 2001).
Istilah hutan rakyat sudah lebih lama digunakan dalam program-program
pembangunan kehutanan dan disebut dalam Undang-Undang Pokok Kehutanan
(UUPK) tahun 1967 dengan terminologi ‘hutan milik”. Di Jawa, hutan rakyat
dikembangkan pada tahun 1930-an oleh pemerintah kolonial. Setelah merdeka,
pemerintah Indonesia melanjutkan pada tahun 1952 melalui gerakan “Karang
Kitri”. Secara nasional, pengembangan hutan rakyat selanjutnya berada di bawah
payung program penghijauan yang diselenggarakan pada tahun 1960-an dimana
Pekan Raya Penghijauan I diadakan pada tahun 1961. Sampai saat ini hutan rakyat
telah diusahakan di tanah milik yang diakui pada tingkat lokal (tanah adat). Di
dalam hutan rakyat ditanam aneka pepohonan yang hasil utamanya bisa beraneka
ragam. Untuk hasil kayu misalnya, sengon (Paraserianthes falcataria), jati
(Tectona grandis), akasia (Acacia sp), mahoni (Swietenia mahagoni) dan lain

Universitas Sumatera Utara

sebagainya. Sedang yang hasil utamanya getah antara lain kemenyan (Styrax
benzoin), damar (Shorea javanica). Sementara itu yang hasil utamanya berupa
buah antara lain kemiri, durian, kelapa dan bambu (Suharjito dan Darusman,
1998).
Menurut Undang-Undang Kehutanan No. 41/1999 menyebutkan bahwa
hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alamlingkungannya,
yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Menurut statusnya (sesuai
dengan Undang-Undang Kehutanan), hutan dapat dibagi 2 kelompok besar, yaitu:
1. Hutan Negara, hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas
tanah
2. Hutan hak adalah hutan yang dibebani hak atas tanah yang biasanya disebut
sebagai hutan rakyat (Koesmono S, 2000).
Dari materi dan penjelasan Pasal 2 Undang-undang Pokok Kehutanan, unsurunsur hutan rakyat dicirikan antara lain:
a. Hutan yang diusahakan sendiri, bersam orang lain atau badan hukum.
b. Berada diatas tanah milik atau hak lain berdasarkan aturan perundangundangan.
c. Dapat dimiliki berdasarkan penetapan Menteri Kehutanan.

Sebagian besar penulis artikel dan peneliti tentang hutan rakyat sepakat
bahwa secara fisik hutan rakyat itu tumbuh dan berkembang di atas lahan milik
pribadi, dikelola dan dimanfaatkan oleh keluarga, untuk meningkatkan kualitas
kehidupan, sebagai tabungan keluarga, sumber pendapatan dan menjaga

Universitas Sumatera Utara

lingkungan. Hutan rakyat tersusun dari satuan ekosistem kehidupan mulai dari
tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan usaha tani semusim,
peternakan, barang dan jasa, serta rekreasi alam. Bentuk dan pola hutan rakyat di
Indonesia sebagai inisiatif masyarakat adalah antara lain : hutan rakyat sengon,
hutan rakyat jati, hutan rakyat campuran, hutan rakyat suren di Bukit Tinggi
(disebut Parak), dan hutan adat campuran (Awang, 2001).
Sasaran pembangunan hutan rakyat adalah lahan milik dengan kriteria :
(Jaffar, 1993) :
1. areal kritis dengan keadaan lapangan berjurang dan bertebing yang
mempunyai kelerengan lebih dari 30%;
2. areal kritis yang telah diterlantarkan atau tidak digarap lagi sebagai lahan
pertanian tanaman pangan semusim;
3. areal kritis yang karena pertimbangan-pertimbangan khusus seperti untuk
perlindungan mata air dan bangunan pengairan perlu dijadikan areal tertutup
dengan tanaman tahunan;
4. lahan milik rakyat yang karena pertimbangan ekonomi lebih menguntungkan
bila dijadikan hutan rakyat daripada untuk tanaman semusim.
Sedangkan tujuan pembangunan hutan rakyat adalah (Jaffar, 1993) :
1. meningkatkan poduktivitas lahan kritis atau areal yang tidak produktif secara
optimal dan lestarai;
2. membantu penganekaragaman hasil pertanian yang dibutuhkan masyarakat;
3. membantu masyarakat dalam penyediaan kayu bangunan dan bahan baku
industri serta kayu bakar;

Universitas Sumatera Utara

4. menigkatkan pendapatan masyarakat tani di pedesaan sekaigus meningkatkan
kesejahteraannya;
5. memperbaiki tata air dan lingkungan, khususnya pada lahan milik rakyat yang
berada di kawasan perlindungan daerah hulu DAS.

Pengelompkan jenis-jenis tanaman di suatu hamparan lahan ditentukn oleh
kemampuan jenis tersebut untuk berasosiasi dengan jenis lainnya. Perubahan
komposisi jenis dalam suatu hamparan lahan tergantung pada kompetisi diantara
jenis-jenis

yang ada perbedaan kemampuan jenis-jenis untuk berkembang

menjadi pohon yang masak pada keadaan tertentu (Brower dan Zar, 1977).

Hutan Kemasyarakatan

Istilah hutan kemasyarakatan mulai diperbincangkan dalam seminar
PERSAKI pada tahun 1985 dan pola pengembangannya dijabarkan oleh
Direktorat Penghijauan dan Pengendalian Perladangan tahun 1986. Hutan
kemasyarakatan mulai dikembangkan dalam Repelita Kelima (1989/1990 s/d
1993/1994). Dalam dokumen Repelita Kelima disebutkan bahwa untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat perlu diusahkan agar kawasan hutan
mampu memberikan manfaat kepada masyarakat sekitarnya dalam jumlah yang
lebih banyak dan mutu yang lebih baik melalui hutan kemasyarakatan atau hutan
sosial yang dikembangkan di sekitar desa-desa dan dikelola oleh organisasi sosial
masyarakat secara mandiri (Awang dkk, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Perhutanan sosial

Istilah perhutanan sosial pertama kali digunakan dalam penyelenggaraan
program oleh Perum Pehutani di Jawa pada tahun 1986 dan proyek percontohan
oleh Kantor Wilayah Departemen Kehutanan, yaitu di Belangian, Kalaan dan
Selaru Kalimantan Selatan; Enggelam dan Karya Baru Kalimantan Timur,
Dormena, Ormu, dan Parieri Irian Jaya. Semua kegiatan tersebut memperoleh
dukungan dari The Ford Foundation. Pengembangannya oleh Perum Perhutani di
Jawa merupakan penyempurnaan program-program prosperity approach, yaitu
intensifikasi tumpangsari dan PMDH (Pembangunan Masyarakat Desa Hutan).
Pada awal perkembangannya oleh Perhutani kegiatan Perhutanan Sosial meliputi
kegiatan di dalam kawasan hutan yaitu pengembangan agroforestry dan diluar
kawasan hutan yaitu kegiatan pengembangan Kelompok Tani Hutan (KTH) dan
berbagai usaha produktif seperti perdagangan, industri rumah tangga dan
peternakan. Pengembangan agroforestry merupakan pengembangan pola-pola
tanam yang lebih intensif sehingga masyarakat bisa memperoleh manfaat lebih
besar. Upaya yang dilakukan antara lain dengan melebarkan jarak tanam dan
mengembangkan tanaman buah-buahan tahunan seperti srikaya, mangga, jambu,
apokat, di samping tanaman pangan yang sudah biasa ditanam dalam program
tumpangsari (Awang dkk, 2001).

Konsepsi Hutan Rakyat dan Penyebaran Hutan Rakyat
Istilah ‘Hutan Rakyat’ merupakan fenomena yang relative baru untuk
Indonesia. Oleh karena itu dalam UUPK No.5 Tahun 1967 tentang Ketentuan
Pokok Kehutanan, perihal istilah hutan rakyat juga belum dimasukkan secara

Universitas Sumatera Utara

proporsional. Di dalam undang-undang tersebut istilah yang digunakan adalah
hutan milik, yaitu lahan milik rakyat yang ditanami dengan pepohonan (Simon,
1998). Sementara itu Departemen Kehutanan mendefinisikan bahwa hutan rakyat
adalah

Suatu lapangan di luar hutan Negara yang didominasi oleh pohon-

pohonan, sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan merupakan persekutuan
hidup alam hayati beserta lingkungannya (Dephutbun, 1998).
Definisi ini sesungguhnya hanyalah untuk membedakan hutan yang
tumbuh di lahan negara dan lahan milik rakyat. Sedangkan menurut Kamus
Kehutanan (1990), hutan rakyat adalah Lahan milik rakyat atau milik adat atau
ulayat yang secara terus menerus diusahakan untuk usaha perhutanan yaitu jenis
kayu-kayuan, baik tumbuh secara alami maupun hasil tanaman.

Pola Hutan Rakyat

Berdasarkan kepemilikan jenis lahan, usahatani yang dilakukan oleh petani
hutan rakyat secara fisik memiliki pola tanam yang sangat beragam. Akan tetapi
sebagian besar hutan rakyat pada umumnya menggunakan pola tanam campuran
(wanatani), yatu campuran tanaman pangan dengan tanaman kayu-kayuan.
Menurut Munawar (1986 dalam Awang, 2001), Berdasarkan pola tanam, hutan
rakyat diklasifikasikam menjadi 3 macam yaitu :

a. penanaman di sepanjang batas milik
b. penanaman pohon di teras bangku
c. penanaman pohon di seluruh lahan milik

Universitas Sumatera Utara

Pola-pola tersebut secara arif dikembangkan masyarakat sesuai dengan
tingkat kesuburan lahan dan ketersedian tenaga kerja. Tujuan pengembangan pola
seperti yang telah di sebutkan diatas adalah dalam rangka meningkatkan produksi
lahan secara optimal, baik di lihat dari nilai ekologi maupun ekonomi. Sementara
itu berdasarkan Rencana Pengembangan Hutan Rakyat yang disusun oleh Kanwil
Daerah Istimewa Yogyakarta, pla-pola hutan rakyat meliputi kayu-kayuan, buahbuahan, HMT (Hijauan Makanan Ternak) dan campuran, kebun, pangan, dan
hortikultura sert Tegalan (Awang, 2001).

Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai
dengan Januari 2010 di Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal,
Provinsi Sumatera Utara.

Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Keadaan fisik lingkungan
Kecamatan Ulu Pungkut terletak di Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi
Sumatera Utara yang tediri dari 1 Kelurahan dan 12 Desa, dengan luas 29,519 ha.
Secara geografis Kecamatan Ulu Pungkut ini berbatasan dengan :
Sebelah Timur

: Kecamatan Muara Sipongi

Sebelah Barat

: Kecamatan Kotanopan, Prov.Sumatera Barat

Sebelah Utara

: Kecamatan Kotanopan

Sebelah Selatan

: Prov.Sumatera Barat

Topografi, Keadaan Tanah dan Iklim
Kecamatan Ulu Pungkut berada pada ketinggian 600 - 800 mdpl, dengan
topografi berbukit sampai dengan pegunungan. Pada umumnya tanah di daerah ini
dikategorikan subur sampai sedang. Iklim di daerah ini dikategorikan sebagai
iklim tropis dan suhu udara 23-320C (BPS Mandailing Natal, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Aksesibilitas
Kecamatan ulu Pungkut bisa dicapai dengan menggunakan mobil ataupun
kendaraan bermotor. Jarak Kecamatan Ulu Pungkut dengan Kota Panyabungan
ibu kota Kabupaten Mandailing Natal ± 68 km.

Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat
Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Ulu Pungkut adalah sebanyak 5.606 jiwa, yang
terdiri dari laki-laki 2.706 jiwa dan Perempuan 2.900 jiwa, dengan jumlah kepala
keluarga (KK) sebanyak 1.165 KK, dengan kriteria dari 0 sampai dengan 9 tahun
sebanyak 1.773 orang, 10 sampai dengan 29 tahun sebanyak 2.238 orang, 30
sampai dengan 49 tahun sebanyak 1.085 orang, 50 sampai dengan 74 tahun
sebanyak 485 orang, 75 tahun keatas ada sebanyak 26 orang. Suku yang ada di
dalam Kecamatan Ulu Pungkut mayoritas adalah Suku Batak Mandailing.

Mata pencaharian
Sebagian

besar

penduduk

di

Kecamatan

Ulu

Pungkut,

mata

pencahariannya hidup sebagai petani yang memanfaatkan lahan kosong, untuk
dijadikan ladang ataupun sawah darat, hanya sebagian kecil saja yang bermata
pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), pengusaha ataupun wiraswasta.

Sarana dan prasarana
Beberapa sarana dan prasarana umum yang terdapat di Kecamatan Ulu
Pungkut antara lain sarana perhubungan seperti jalan yang sedang dalam masa

Universitas Sumatera Utara

perbaikan, di mana peranannya sangat penting bagi kelancaran perekonomian
masyarakat Kecamatan Ulu Pungkut. Sarana jalan ini digunakan untuk
mengangkut hasil-hasil pertanian dan perkebunan penduduk. Sarana lain seperti
sarana pendidikan, sarana ibadah, sarana kesehatan dan pasar.
Kecamatan Ulu Pungkut juga mempunyai sarana ibadah seperti masjid,
sedangkan sarana pendidikan yang tersedia berupa sekolah dasar dan pendidikan
tingkat SLTP. Untuk sarana pendidikan tingkat SLTA, bank, kantor pos, jasa
telekomunikasi belum ada tapi tersedia di kecamatan sebelahnya yaitu Kecamatan
Kotanopan, Kecamatan Ulu Pungkut merupakan pemekaran dari kecamatan
Kotanopan. Kecamatan Ulu Pungkut juga sudah dimasuki jaringan listrik dari
perusahaan listrik negara.

Keadaan umum Desa Tolang
Desa tolang merupakan salah satu desa yang masuk ke dalam wilayah
Kecamatan Ulu Pungkut. Luas Desa Tolang adalah 3.052,80 ha atau seluas
10,34% dari total luas kecamatan. Desa ini merupakan desa yang berada di
punggung bukit dengan batas-batas yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa
Hutarimbaru, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Patahajang, sebelah barat
berbatasan dengan Desa Simpang Duhu Lombang dan sebelah timur berbatasan
dengan Kecamatan Kotanopan. Jenis tanaman yang banyak dijumpai di desa ini
adalah karet, kulit manis dan coklat. Jumlah total penduduk Desa Tolang adalah
944 jiwa dengan jumlah pria sebanyak 454 jiwa dan wanita 490 jiwa, dengan
kritera penduduk berumah tangga 189 jiwa dengan rata-rata jumlah anggota
rumah tangga 5 orang.

Universitas Sumatera Utara

Keadaan umum Desa Hutarimbaru
Desa Hutarimbaru merupakan salah satu desa yang masuk ke dalam
wilayah Kecamatan Ulu Pungkut. Luas Desa Hutarimbaru adalah 656,57 ha atau
seluas 2,22% dari total kecamatan. Desa ini merupakan desa yang berada di lereng
atau punggung bukit dengan batas-batas yaitu sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Kotanopan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tolang, sebelah
barat berbatasan dengan Desa Simpang Duhu Lombang dan sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Kotanopan. Jenis tanaman yang banyak dijumpai
di desa ini adalah karet dan kulit manis. Jumlah total penduduk Desa Hutarimbaru
adalah 202 jiwa dengan jumlah pria sebanyak 99 jiwa dan wanita 103 jiwa,
dengan kritera penduduk berumah tangga 51 jiwa dan rata-rata jumlah anggota
rumah tangga 4 orang.

Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Peta wilayah kabupaten dan data kabupaten/kecamatan dalam angka.
2. Kuesioner untuk mengumpulkan data sekunder maupun primer.
3. Laporan – laporan hasil penelitian (individu dan lembaga) terdahulu dan
berbagai pustaka penunjang sebagai sumber data sekunder untuk melengkapi
pengamatan langsung di lapangan.
4. Kamera untuk dokumentasi dan visualisasi obyek kegiatan guna kelengkapan
pelaporan.

Universitas Sumatera Utara

5. Alat inventarisasi hutan (pita ukur, tambang, alat pengukur tinggi pohon, dan
tally sheet).

Metode Pengumpulan Data
Pengambilan data
Sampel desa
Pendekatan yang digunakan dalam menentukan lokasi penelitian adalah
metode purposive sampling (penarikan contoh secara bertujuan) yaitu disesuaikan
dengan keperluan dan tujuan penelitian, yang mana dalam hal ini desa yang
diambil adalah Desa Hutarimbaru dan Desa Tolang, Kecamatan Ulu Pungkut,
Kabupaten Mandailing Natal. Dasar pemilihan ke dua desa ini yaitu berdasarkan
hasil survei yang telah dilakukan. Di mana, di Desa Hutarimbaru dan Desa Tolang
terdapat hutan rakyat yang masih dikelola oleh masyarakat, sedangkan di desa
yang lain hanya ada perkebunan dan pertanian.

Responden
Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 9 KK
karena dari hasil penelitian yang dilakukan di lokasi hanya terdapat 9 KK yang
mempunyai hutan rakyat.
Teknik dan tahapan pengambilan data
Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan sebagai berikut :
a.

Identifikasi jenis dan inventarisasi tanaman hutan yang dibudidayakan
masyarakat di wilayah studi.

Universitas Sumatera Utara

b.

Melakukan observasi dan analisis pengelolaan tanaman hutan rakyat yang
ada di lapangan untuk memperoleh informasi mengenai proses
pengelolaannya.

c.

Wawancara dan diskusi dengan menggunakan kuesioner terhadap para
pelaku (aktor utama) yang mewakili dan para pihak pemangku
kepentingan dalam pengelolaan tanaman hutan rakyat.

d. Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder selanjutnya diedit dan
ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan
analisis data. Data primer yang bersifat kualitatif dianalisis secara
deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian, serta dilakukan analisis para
pihak untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan
hutan rakyat. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif diolah secara
tabulasi.

Teknik untuk memperoleh informasi dan data dari responden dilakukan
dengan wawancara dan pengukuran langsung di lapangan. Informasi yang
diperoleh dari setiap responden meliputi :
a. Identifikasi diri responden.
b. Luas lahan yang digunakan untuk tanaman hutan rakyat.
c. Jenis kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan tanaman hutan rakyat atau
teknis budidayanya (penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan
pemanenan) serta waktu kegiatan tersebut dilakukan.
d. Kebutuhan input untuk kegiatan budidaya hutan rakyat dan harga input yang
digunakan.

Universitas Sumatera Utara

e. Metode penjualan hasil kayu yang dilakukan petani dan harga jualnya.
f. Potensi tanaman hutan rakyat yang dibudidayakan yang meliputi jenis,
sebaran diameter, tinggi pohon, luas bidang dasar, dan volume tegakan.

Analisis Data
Potensi tanaman hutan rakyat
Data potensi tegakan diukur dengan membuat 3 petak ukur contoh berbentuk
lingkaran dengan luas 0,1ha dan jari-jari 17,8meter pada masing-masing lahan
responden. Lalu dihitung jumlah pohon yang ada dalam plot dan diukur diameter
setinggi dada dan tinggi bebas cabang pohonnya. Alat yang digunakan adalah pita
ukur, christenmeter, tali rafia dan galah. Penaksiran potensi kayu tanaman hutan
rakyat dimulai dengan perhitungan potensi tanaman hutan rakyat yang dimiliki
oleh setiap responden pada desa kajian. Data hasil inventarisasi kayu yang
ditanam kemudian dapat dihitung parameter-parameter tegakannya yang meliputi
jenis pohon, jumlah pohon, luas bidang dasar (lbds), dan volume per satuan luas.

Lbds dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Lbds = 0,25 x π x Di2
Dimana :
Lbds

: luas bidang dasar tegakan (m2)

Di

: diameter batang (tinggi pengukuran 1,3 m) untuk pohon jenis i (m)

π

: 3,14

Universitas Sumatera Utara

Penghitungan volume tegakan berdiri tanaman hutan rakyat dapat dihitung
dengan rumus berikut:

Vi = Lbds x ti x fi
Dimana :
Vi

: Volume pohon jenis i (m3)

ti

: Tinggi total pohon jenis i (m)

fi

: Bilangan bentuk pohon i (jati : 0,6 dan jenis lainnya : 0,7)
Data yang diperoleh disusun dan diolah dalam bentuk tabulasi dan grafik.

Analisa data dilakukan secara deskriptif berdasarkan tabulasi dan grafik yang
didapat.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan Hutan Rakyat
Pembuatan hutan rakyat di Kecamatan Ulu Pungkut ini telah melewati
sejarah yang cukup panjang dimulai dari tahun 1970-an dan berlangsung sampai
dengan sekarang. Penanaman di lahan kritis yang merupakan cikal bakal hutan
rakyat yang ada sekarang ini pertama kali dirintis oleh para orang tua terdahulu
yang punya kesepakatan untuk menanami lahan dari warisan leluhur mereka
secara turun temurun. Juga hutan rakyat yang ditanami nanti dapat meningkatkan
produktifitas lahan dengan berbagai hasil tanaman hutan rakyat.

Gambar 1. Hutan Rakyat di Kecamatan Ulu Pungkut.

Pengelolaan hutan rakyat yang ada di Kecamatan Ulu Pungkut ini tidak
mengenal sistem silvikultur yang intensif. Pada umumnya masyarakat ataupun
petani hutan rakyat ini mengelola hutannya secara sederhana, tidak menggunakan
sistem teknologi, tapi sudah turun temurun dari cara leluhur yang dahulu. Namun
dengan melihat kegiatan-kegiatan dalam pengelolaan yang mereka lakukan,

Universitas Sumatera Utara

sistem silvikultur pengelolaan hutan rakyat

di Kecamatan Ulu Pungkut

ini

dikategorikan dalam sistem tebang pilih dengan permudaan alam (TPPA). Sistem
silvikultur tebang pilih dengan permudaan alam dilakukan pada areal hutan rakyat
campuran dan wanatani. Sejumlah pohon tertentu yang dianggap sudah cukup
umur ditebang dan sebagai pohon penggantinya adalah anakan yang tumbuh
alami. Dimana petani hutan rakyat akan menebang bila tanaman benar-benar telah
siap tebang dengan beberapa kriteria (tebang pilih) yaitu batangnya telah cukup
untuk membuat tiang rumah atau diperkirakan berdiameter sekitar 30 cm dan
petani menebang jika benar-benar membutuhkan. Setelah menebang, petani tidak
menanami areal bekas tebangan, cukup mengandalkan permudaan alam yang
memang jumlahnya cukup berlimpah, sehingga tidak membuat bibit tanaman
buatan.
Kegiatan pengelolaan hutan rakyat di Kecamatan Ulu Pungkut dimulai
dengan kegiatan persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan
pemasaran.
1. Persiapan lahan
Sebelum penanaman dilakukan, pemilik lahan terlebih dahulu melakukan
persiapan lahan di lokasi penanaman diantaranya pembuatan larikan, kemudian
pembuatan piringan tanaman dengan diameter 1 meter. Setelah itu dilakukan
pembuatan lubang tanaman, lalu dibiarkan selama 1-2 minggu dengan tujuan
supaya tanahnya gembur, selain itu ada sebagian masyarakat khususnya pemilik
hutan rakyat yang tidak melakukan kegiatan tersebut melainkan langsung
melakukan kegiatan penanaman. Untuk kegiatan persiapan lahan ini, masingmasing pemilik lahan mengeluarkan rata-rata Rp. 200.000,- per penanaman.

Universitas Sumatera Utara

2. Penanaman
Penanaman merupakan faktor penting dalam pembuatan hutan rakyat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain memilih jenis tanaman yang dapat
menghasilkan kayu produktif, kesesuaian agroklimat, pemintaan pasar serta
bersifat menguntungkan. Beberapa jenis tanaman yang dipilih dalam pengelolaan
hutan rakyat ini yakni kemiri dan jati. Namun, dalam pengelolaan hutan rakyat ini
juga dilakukan pengkombinasian dengan tanaman pertanian dan perkebunan
sebagai tanaman penyela. Jenis tanaman penyela ini antara lain; kulit manis, karet,
langsat, nangka , rambuta