merupakan wakil instansi pemerintah terkait, badan non pemerintah dan perorangan dan merupakan suatu badan penasehat Menteri yang bersifat non struktural. Saran atau pertimbangan yang diberikan balai
Pertimbangan pemasyarakatan kepada Menteri antara lain berdasarkan keluhan atau pengaduan warga binaan pemasyarakatan.
D. Mamfaat Penulisan.
Disamping untuk mencapai tujuan di atas maka penulisan ini juga mempunyai mamfaat, baik secara Teoritis maupun Praktis, antara lain :
1. Secara Teoritis, hasil penulisan ini akan berguna untuk dapat dijadikan lebih lanjut untuk
melahirkan berbagai konsep ilmiah yang pada gilirannya memberikan sumbangan bagi perkembangan hukum pidana khususnya yang mengatur tentang masalah Pembinaan para
Narapidana. 2.
Secara Praktis hasil tulisan ini dapat dipergunakan : a.
Sebagai pedoman dan masukan bagi Pemerintah, Peradilan, Lembaga
Pemasyarakatan dalam pelaksanaan pembinaan bagi narapidana Lembaga Pemasyarakatan.
b. Sebagai Informasi bagi masyarakat mengenai Lembaga Pemasyarakatan merupakan
tempat pembinaan, mendidik serta membimbing para narapidana agar dapat berbuat baik dan berguna bagi diri sendiri maupun orang lain bukan sebagai tempat
penyiksaan dan pengasingan dari masyarakat luas seperti anggapan masyarakat selama ini.
c. Sebagai bahan kajian Akademis untuk menambah wawasan Ilmu Pengetahuan
khususnya Hukum Pidana dan Sistem Pemasyarakatan.
E. Tinjauan Keperpustakaan.
1. Sistem Pemasyarakatan.
Bertolak dari pandangan Dr. Saharjo, SH. Tentang tugas hukum sebagai pangayoman hal ini membuka jalan perlakuan terhadap narapidana dengan cara pemasyarakatan sebagai tujuan pidana penjara.
Konsepsi pemasyarakatan tersebut kemudian disempurnakan oleh keputusan konferensi dinas para pimpinan kepenjaraan pada tanggal 27 April 1964 yang memutuskan bahwa pelaksanaan pidana penjara di
Indonesia dilakukan dengan sistem pemasyarakatan, suatu pernyataan di samping sebagai arah tujuan pidana penjara dapat juga menjadi cara untuk membimbing dan membina .
11
Sambutan Menteri Kehakiman RI dalam pembukaan Rapat Kerja Terbatas Direktorat Jendral Bina Tuna Warga tahun 1976 menandaskan kembali prinsip–prinsip untuk bimbingan dan pembinaan sistem
11
Bambang Poernomo, Pelaksanaan Pidana Penjara dengan Sistem Pemasyarakatan, penerbit, Liberty, Jogjakarta, hal 141.
sepuluh rumusan.
12
Prinsip – prinsip untuk bimbingan dan pembinaan itu ialah :
13
1. Orang yang tersesat harus diayomi dengan memberikan kepadanya bekal hidup
sebagai warga yang baik dan berguna dalam masyarakat. 2.
Penjatuhan Pidana adalah bukan tindakan balasan dendam dari Negara. 3.
Rasa tobat tidaklah dapat dicapai dengan menyiksa melainkan dengan bimbingan. 4.
Negara tidak berhak membuat seseorang narapidana lebih buruk atau lebih jahat dari pada sebelum ia masuk Lembaga Pemasyarakatan.
5. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, narapidana harus dikenalkan kepada
masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat. 6.
Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh bersifat mengisi waktu atau hanya di peruntukkan bagi kepentingan lembaga atau hanya diperuntukkan
bagi kepentingan lembaga atau Negara saja. 7.
Bimbingan dan didikan harus berdasarkan asas pancasila. 8.
Tiap orang adalah manusia dan diperlakukan sebagai manusia meskipun ia telah tersesat. Tidak boleh ditunjukkan kepada narapidana bahwa ia itu penjahat.
9. Narapidana itu hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan.
10. Sarana fisik bangunan lembaga dewasa ini merupakan salah satu hambatan sistem
Pemasyarakatan.
Sepuluh prinsip bimbingan dan pembinaan tersebut apabila ditinjau dari kerangka teoritis akan menjadi tiga pokok pikiran Pemasyarakatan, yaitu sebagi suatu tujuan, sistem proses, dan metode untuk
pelaksaan pidana penjara di Indonesia. Tujuan aliran pemidaan yang memperhatikan aspek perbuatan dan aspek manusia dapat
digolongkan pada teori Utilitarian Reform yang meliputi aspek-aspek perlindungan terhadap masyarakat protection of the public, pencegahan kejahatan Prevention of crime, dan sekaligus usaha memperbaiki
manusia pelanggar hukum reform of the offender.
12
Pidato Pengarahan Menteri Kehakiman RI, Jakarta. Pada Pembukaan Rapat Kerja Terbatas, Dit.Jen. B.T.W, Departemen Kehakiman RI, Tahun 1976, Jakarta. Din. Jen Pemasyarakatan Departemen Kehakiman RI, Dari Sangkar ke Sanggar, Suatu Komitmen
Pengayoman, November, 1976, hal 9-11.
13
Bambang Poernomo, Op.Cit, hal 142.
yang melibatkan hubungan interrelasi, intraksi, dan integritas antara komponen masyarakat, dan komponen petugas penegak hukum yang menyelenggarakan proses pembinaan terhadap komponen narapidana,
dengan sasaran untuk mengasilkan pembinaan seseorang menjadi warga negara yang baik dan berguna dalam masyarakat. Dengan demikian sistem pemasyarakatan menjadi suatu sistem terbuka open system
mempunyai bagian masukan input komponen narapidana dalam proses pembinaan dan hasil menjadi seorang warga masyarakat yang berguna output. Segala upaya berpikir dalam pemasyarakatan merupakan
metodelogi penyelenggaraan bimbingan dan pembinaan dengan cara tertentu bagi kepentingan masyarakat dan individu yang bersangkutan, serta mempergunakan akal yang kritis melalui upaya – upaya tertentu,
misalnya asimilasi, intregrasi, pendidikan, latihan kerja keterampilan, dan lain-lainnya. Sistem pemasyarakatan Indonesi mengandung arti pembinaan narapidana yang berintegrasi
dengan masyarakat dan menuju kepada integrasi kehidupan dan penghidupan. Pemasyarakatan sebagai proses bergerak dengan menstimulir timbulnya dan berkembangnya self profelling adjustment diantara
elemen intregritas, sehingga narapidana yang bersangkutan menuju kearah, perkembangan pribadi melalui asosiasinya sendiri menyesuaikan dengan integritas kehidupan dan penghidupan. Upaya pembinaan atau
bimbingan yang menjadi inti dari kegiatan sistem pemasyarakatan merupakan satu sarana perlakuan cara baru terhadap narapidana untuk mendukung pola upaya baru laksanaan pidana penjara agar mencapai
keberhasilan peranan Negara mengeluarkan untuk menjadi anggota masyarakat. Pembinaan narapidana mempunyai arti memperlakukan seseorang yang berstatus narapidana untuk
dibangun agar bangkit menjadi seseorang yang baik. Atas dasar pengertian pembinaan yang demikian itu sasaran yang perlu dibuat adalah pribadi dan budipekerti narapidana, yang didorong untuk membangkitkan
rasa harga diri pada diri sendiri dan pada orang lain serta mengembangkan rasa tanggung jawab untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat, dan selanjutnya
berpotensi untuk menjadi manusia yang berpribadi luhur dan bermoral tinggi. Pembinaan terhadap pribadi dan budi pekerti yang dimaksudkan tidaklah tanpa batas, akan tetapi
selama waktu tertentu memberi warna dasar agar nara pidana kelak kemudian hari tidak melakukan kejahatan lagi dan taat terhadap hukum yang berlaku dalam masyarakat. Namun pembinaan narapidana
masi tergantung bagaimana hubungannya terhadap masyarakat luas, yang menerima narapidana menjadi anggotanya. Arah pembinaan harus tertuju kepada :
1. Membina pribadi narapidana agar jangan sampai mengulangi perbuatannya dan
mentaati peraturan hukum. 2.
Membina hubungan antara narapidana dengan masyarakat luar, agar dapat berdiri sendiri dan diterima menjadi anggotanya.
Untuk mencapai target yang diinginkan di atas, maka pelaksaan pembinaan narapidana di lakukan dengan dua pendekatan:
14
14
Pola Pembinaan Narapidana Tahanan, Tahun 1990, Departemen Kehakiman.
kesadaran berbangsa dan bernegara, pembinaan kemampuan intelektual kecerdasan, pembinaan kesadaran hukum, pembinaan mengintegrasi diri dengan mnasyarakat.
b. Pembinaan kemandirian meliputi : keterampilan untuk mendukung usaha-usaha mandiri
misalnya, kerajinan tangan, industri rumah tangga, reparasi mesin dan alat-alat eletronik dan sebagainya.
2. Proses Pemasyarakat. Secara formal, proses pemasyarakatan sebagai metode pembinaan narapidana dalam sistem
pemasyarakatan, diberlakukan pada tahun 1965. tujuan utama daripada penetapan metode tersebut adalah sebagai petunjuk dan sekaligus sebagai landasan bekerja para petugas lembaga pemasyarakatan didalam
kegiatannya melaksanakan sistem pemasyarakatan sebagai metode pembinaan ini meliputi empat tahap sebagai berikut:
15
Tahap keempat : jika proses pembinaannya telah dijalani dua pertiga 23 dari masa pidana yang sebenarnya atau sekurang-kurangnya Sembilan 9 bulan, maka kepada narapidana yang bersangkutan
dapat diberikan lepas bersyarat dan pengusulan lepas bersyarat ini, ditetapkan oleh Dewan Pengamatan Pemasyarakatan.
Tahap pertama : terdap setiap narapidana yang masuk didalam pemasyarakatan dilakukan penetian untuk mengetahui segala hal ikwal perihal dirinya termasuk sebab-sebabnya ia melakukan pelangggaran
dan segala keterangan mengenai dirinya dapat diperoleh dari keluarga, bekas majikan, atau atasannya, teman sekerja, sikorban dari perbuatannya, serta dari petugas instansi lain yang telah menangani
perkaranya. Tahap kedua : jika proses pembinaan terhadap narapidana yang bersangkutan telah berlangsung
selama-lamanya sepertiga 13 dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut Dewan Pengamat Pemasyarakatan sudah dicapai cukup kemajuan, antara lain menunjukan keinsyafan, perbaikan, disiplin dan
patuh pada peraturan tata tertip yang berlaku dilembaga-lembaga, maka kepada narapidana yang bersangkutan diberikan kebebasan lebih banyak dan ditempatkan di lembaga pemasyarakatan mediun
security. Tahap ketiga : jika proses pembinaan terhadap narapidana telah dijalani setengah 12 dari masa
pidana yang sebenarnya dan menurut Dewan Pengamat Pemasyarakatan telah dicapai cukup kemajuan- kemajuan, baik secara fisik ataupun mental dan juga segi keterampilannya, wadah proses pembinaannya
diperluas dengan diperbolehkannya mengadakan asimilasi dengan masyarakat luar, berolahraga bersama dengan masyarakat luar, mengikuti pendidikan di sekolah-sekolah umum, bekerja diluar, akan tetapi dalam
pelaksaannya tetap masih berada dibawah pengawasan dan bimbingan petugas lembaga.
15
Romli Atmasasmita, Strategi Pembinnaan Pelanggaran Hukum dalam Konteks Penegakan Hukum di Indonesia, penerbit Alumni, Bantung, 1982, hal 58 – 59.
hubungan sosial reintegrasi social warga binaan, dengan masyarakat, khususnya masyarakat di tempat tinggal asal mereka melalui sustu proses proses pemasyarakatanpembinaan yang melibatkan unsur-unsur
atau elemen-elemen petugas pemasyarakatan narapidana dan masyarakat. Apabila kita melihat prinsip- prinsip pemasyarakatan sebagaimana telah disebutkan di atas, jelas nampak bahwa pemasyarakatan
memiliki dua tujuan : pertama tetap membuat sipelanggar hukum jera. Tujuan kedua, berusa membimbing dan membina agar pelanggar hukum kembali menjadi warga yang berguna.
16
F. Metode Penulisan.