Perpsepsi Narapidana Terhadap Pola Pembinaan Di Rumah Tahanan Negara Kelas II-B Sidikalang

(1)

PERSEPSI NARAPIDANA TERHADAP POLA

PEMBINAAN DI RUMAH TAHANAN NEGARA

KLAS II-B SIDIKALANG

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Disusun Oleh:

EDWIN CH. SIRAIT 02 0902 016

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2007


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAAN SOSIAL

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: HALAMAN PERSETUJUAN

NAMA : EDWIN CH. SIRAIT

NIM : 020902016

DEPARTEMEN : ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL JUDUL : PERSEPSI NARAPIDANA TERHADAP POLA PEMBINAAN DI RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS II-B SIDIKALANG

MEDAN, SEPTEMBER 2007 PEMBIMBING

(Dra. Tuti Atika, M.SP) NIP. 131 762 436

KETUA DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

(Drs. Matias Siagian, M.Si) NIP. 132 054 339

DEKAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) NIP. 131 757 010


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTEAAN SOSIAL

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Sidang Departemen Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Hari : Selasa

Tanggal : 06 November 2007 Pukul : 11.30 – 12.30 WIB

Tempat : Ruang Sidang FISIP USU

Tim Penguji

Ketua Sidang : Drs. Matias Siagian, M.Si ( ) Penguji I (Reader) : Dra. Mastauli Siregar, M.SP ( ) Penguji II : Dra. Tuti Atika, M. SP ( )


(4)

Abstrak Edwin CH. Sirait

02 0902 016

Persepsi Narapidana Terhadap Pola Pembinaan Di Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang

Orang yang berkonflik dengan hukum yang akhirnya mendekam di Lembaga Pemasyarakatan ataupun Rumah Tahanan Negara tidak bias dibiarkan begitu saja. Mereka perlu mendapatkan pembinaan, agar tidak kembali melakukan hal yang membuat dirinya bermasalah dengan hukum. Pembinaan bertujuan agar warga binaan setelah selesai menjalani masa pidananya tidak akan mengulangi perbuatannya (kejahatan) dan dapat hidup bermasyarakat secara wajar dan dapat berpartisipasi di dalam pembangunan. Oleh karena itu setiap warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan ataupun Rumah Tahanan Negara dibina dan dididik agar dapat menggali potensinya dan mengembangkannya menjadi warga binaan pemasyarakatan yang baik dan taat kepada hokum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral serta dibinan dalam hal kemandirian sebagai bekal hidup dikemudian hari apabila sudah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan ataupun Rumah tahanan Negara.

Permasalahan penelitian ini bertujuan untuk menjawab bagaimana persepsi narapidana terhadap pembinaan yang dilakukan oleh Rumah Tahanan negara klas II-B Sidikalang. Untuk menjawap permasalahan tersebut diadakan penelitian. Dilatarbelakangi hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul: “ Persepsi Narapidana Terhadap Pola Pembinaan Di Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang”.

Penelitian ini beebentuk deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran situasi yang diteliti ataupun keadaan yang sebenarnya terjadi, yang dilaksanakan di Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 31 orang, yang terdiri dari 24 orang warga binaan yang berstatus Regis ter BI yaitu warga binaan dengan masa hukuman diatas 1 (satu) tahun dan 7 orang warga binaan yang berstatus register BIIa yaitu warga binaan dengan masa hukuman antara 3 (tiga) bulan sampai dengan12 (dua belas) bulan. Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah stratified random sampling, metode Pengumpulan data menggunakan kuisioner dan wawancara guna melengkapi hasil kuisioner yang belum jelas dan untuk memperkuat hasil penelitian. Teknik analisa data menggunakan metode deskriptif, data-data yang diperoleh dituangkan dalam bentuk tabel tunggal kemudian dijelaskan secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa narapidana sudah memiliki persepsi yang positif terhadap pembinaan yang diberikan oleh Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang.


(5)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih, anugerah, berkat dan penyertaan-Nya, sehigga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: Persepsi Narapidana Terhadap Pola Pembinaan Yang Dilakukan Oleh Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat sejumlah kekurangan. Hal ini terutama dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kebaikan dimasa yang akan datang.

Penulis juga menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat dukungan dariberbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih, diantaranya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Tuti Atika, M.SP selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas bimbingan, arahan, pemikiran, saran, kritik dan pandangannya yang berguna bagi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(6)

4. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar yang telah mengajar dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak M. Sianturi Bc.IP, SH selaku Kepala Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang.

6. Bapak M. Napitupulu, S.Sos mantan Kasubsi Yantah dan Bapak N. Padang, BA selaku Kasubsi Pengelolaan, staf pegawai dan seluruh narapidana warga binaan yang telah memberikan informasi selama penulis berada di Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang.

7. Teristimewa kepada Bapak, A. Sirait dan Mama, L. br. Capah. Yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, doa dan dukungan.

8. Terima kasih juga atas dukungan dan doa dari abangku Doharta P.T. Sirait dan adikku Yanri D. Sirait, kalian sungguh hebat buatku.

9. Terima kasih tak terhingga untuk Uda dan Inang Uda serta kedua adikku Dian P. br. Sirait dan Wira Sirait atas semua dukungan yang kalian berikan. Dan juga kepada semua keluarga besar Sirait yang telah banyak memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

10.My beloved friends in kessos’02: Reni, Inggrid, Gustina, April, Hendra, Robby dan juga teman-teman stambuk 02 yang belum bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk kebersamaan dan dukungan yang kalian berikan.


(7)

11.Teman –teman yang ada di harsem: Ucok, Maja, Andix, K’Boru, Oembul dan juga teman-teman ex-harsem: Beni, K’Ira, Kokong, M’Neko, K’Anta, Jayant, terima kasih juga atas dukungan dan kebersamaan yang kalian berikan.

12.Terima kasih juga untuk teman-teman sekampoeng; Wilson, Welfrind, Nando, Andar, Agus B.Ara, Bregen dan Maria M, Thanks for all.

13.Dan juga kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata atas segala bimbingan dan bantuan lainnya yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini, penulis megucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2007 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman :

ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Perumusan Masalah... C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... D. Sistematika penulisan ...

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Persepsi ... B. Rumah Tahanan Negara ... B.1. Pengertian Rumah Tahanan Negara ... B.2. Petugas Pemasyarakatan ... C. Narapidana ... C.1. Pengertian Narapidana ... C.2. Hak dan kewajiban Narapidana ... D. Sistem Kepenjaraan Dan Sistem Pemasyarakatan... D.1. Sistem Kepenjaraan ... D.2. Sistem Pemasyarakatan ... D.3. Pola Pembinaan Dalam Sistem Pemasyarakatan ... D.3.1. Wujud Pembinaan ... D.3.2. Peroses Pembinaan ... D.3.3. Tujuan Pembinaan ... D.4. Sasaran Pemasyarakatan ... E. Kerangka Pemikiran ... F. Defenisi Konsep Dan Defenisi Operasional... F.1. Defenisi Konsep ... F.2. Defenisi Operasional ...


(9)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian ... B. Lokasi Penelitian ... C. Populasi Dan Sampel ... C.1. Populasi... C.2. Sampel ... D. Teknik Pengumpulan Data ... E. Tehnik Analisa Data ...

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis ... B. Latar Belakang Berdirinya Rumah Tahanan Negara

Klas II-B Sidikalang ... C. Struktur Organisasi Rumah Tahanan Negara

Klas II-B Sidikalang ... C.1. Deskripsi Pekerjaan Pada Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang ... D. Pola Pembinaan Warga Binaan ... E. Fasilitas Dan Bangunan Rumah Tahanan Negara

Klas II-B Sidikalang ...

BAB V ANALISA DATA

A. Karakteristik Identitas Responden ... A.1. Pengetahuan Narapidana Menegenai Jenis-Jenis

Pembinaan ... A.2. Pemahaman Narapidana Tentang Tujuan Pembinaan ... A.3. Tanggapan Narapidana Tentang Pelaksanaan Dan Manfaat Pembinaan ...

A.4. Tanggapan Narapidana Tentang Sarana Dan Prasarana Pendukung Pembinaan ...


(10)

B. Daftar Wawancara Dengan Narapidana Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang ...

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan... B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

Abstrak Edwin CH. Sirait

02 0902 016

Persepsi Narapidana Terhadap Pola Pembinaan Di Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang

Orang yang berkonflik dengan hukum yang akhirnya mendekam di Lembaga Pemasyarakatan ataupun Rumah Tahanan Negara tidak bias dibiarkan begitu saja. Mereka perlu mendapatkan pembinaan, agar tidak kembali melakukan hal yang membuat dirinya bermasalah dengan hukum. Pembinaan bertujuan agar warga binaan setelah selesai menjalani masa pidananya tidak akan mengulangi perbuatannya (kejahatan) dan dapat hidup bermasyarakat secara wajar dan dapat berpartisipasi di dalam pembangunan. Oleh karena itu setiap warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan ataupun Rumah Tahanan Negara dibina dan dididik agar dapat menggali potensinya dan mengembangkannya menjadi warga binaan pemasyarakatan yang baik dan taat kepada hokum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral serta dibinan dalam hal kemandirian sebagai bekal hidup dikemudian hari apabila sudah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan ataupun Rumah tahanan Negara.

Permasalahan penelitian ini bertujuan untuk menjawab bagaimana persepsi narapidana terhadap pembinaan yang dilakukan oleh Rumah Tahanan negara klas II-B Sidikalang. Untuk menjawap permasalahan tersebut diadakan penelitian. Dilatarbelakangi hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul: “ Persepsi Narapidana Terhadap Pola Pembinaan Di Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang”.

Penelitian ini beebentuk deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran situasi yang diteliti ataupun keadaan yang sebenarnya terjadi, yang dilaksanakan di Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 31 orang, yang terdiri dari 24 orang warga binaan yang berstatus Regis ter BI yaitu warga binaan dengan masa hukuman diatas 1 (satu) tahun dan 7 orang warga binaan yang berstatus register BIIa yaitu warga binaan dengan masa hukuman antara 3 (tiga) bulan sampai dengan12 (dua belas) bulan. Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah stratified random sampling, metode Pengumpulan data menggunakan kuisioner dan wawancara guna melengkapi hasil kuisioner yang belum jelas dan untuk memperkuat hasil penelitian. Teknik analisa data menggunakan metode deskriptif, data-data yang diperoleh dituangkan dalam bentuk tabel tunggal kemudian dijelaskan secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa narapidana sudah memiliki persepsi yang positif terhadap pembinaan yang diberikan oleh Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai mahluk sosial (zoon politocon), selalu memerlukan penghargaan. Gerakan humanis berpendapat “Bahwa manusia ingin dianggap berguna dan penting serta dihargai martabatnya sebagai perseorangan.”(A.S. Munandar, 1981:15)

Kebutuhan akan penghargaan selalu diaktualisasikannya melalui potensi yang dimiliki. Manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang produktif, dan sebagai konsekuensinya mulailah dilaksanakan pengembangan sumber daya manusia.

Narapidana juga merupakan sumber daya manusia yang senantiasa membutuhkan penghargaan. Sebab, mereka juga mahluk sosial yang suatu saat akan kembali ketengah-tengah masyarakat tempat dimana ia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan yang bersifat material maupun spiritual.

Akan tetapi bekas narapidana sulit diterima kembali ketengah-tengah masyarakat. Mereka dibatasi karena status yang terpatri yaitu sebagai “bekas orang hukuman”. Walaupun sebenarnya mereka selalu berusaha menyesuaikan diri, tetapi masyarakat cenderung memandang negatif terhadap mereka. Keadaan ini dapat meruntuhkan mental mereka, sehingga menumbuhkan sikap apatis dan kurang percaya diri dalam mempertahankan kehidupannya. Tidak jarang hal tersebut membuat mereka kembali menghuni Lembaga Pemasyarakatan/ Rumah Tahanan Negara.


(13)

Drs. Sanusi dalam bukunya “Dasar Penologi” mengatakan “Seseorang pelanggar hukum apabila pertama kali menginjakkan kaki ke dalam tembok penjara pada umumnya akan terjadi suatu moment kritis dan akan menonjol sikap kegagalan, rasa rendah diri dan perasaan menolak.”

Narapidana yang dinyatakan bersalah, merupakan suatu kegagalan dalam arti yuridis, biologis, ataupun sosial psikologis, dan sudah tentu mempunyai pengaruh yang tidak kecil terhadap kondisi mental yang bersangkutan. Kondisi mental yang lemah tersebut sangat berpengaruh terhadap semangat hidup atau motivasi narapidana untuk mengembangkan potensi dirinya. Padahal mereka juga merupakan sumber daya yang dapat diproduktifkan.

Melihat keadaan ini, pemerintah melalui petugas pemasyarakatan, mencoba merangsang kembali semangat hidup para narapidana melalui berbagai wujud pembinaan, yang kesemuanya mengarah pada upaya pengembalian narapidana ke jalan yang benar dan mampu menjalankan fungsi sosialnya dengan baik sesuai tujuan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Negara, yaitu membangun kembali integritas hidup, kehidupan dan penghidupan narapidana yang selama ini dikekang, ditekan, dibatasi, sehingga sulit untuk berkreativitas, maka narapidana merupakan bagian dari sumber daya manusia yang dapat dioptimalkan. Bila narapidana telah kembali kemasyarakat, ia akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas dirinya bila ia telah dibekali dasar-dasar pengembangan diri sendiri.

Dalam menghadapi lingkungan yang penuh tantangan, salah satu diantaranya yakni persaingan untuk mendapatkan pekerjaan yang semakin ketat serta lapangan kerja yang sempit. Maka diharapkan narapidana yang telah kembali


(14)

kemasyarakat, harus memiliki keyakinan diri yang besar, mampu mandiri, berdiri di atas kaki sendiri, dan berprakarsa, bersikap mencari kesibukan, kegiatan yang poduktif, sehingga ia tidak gentar dan bingung kalau tidak mendapat pekerjaan, karena ia mampu dan akan berusaha terus menerus untuk menciptakan pekerjaan sendiri.

Tujuan pemidanaan adalah pemasyarakatan dimana para narapidana bukan lagi dibuat jera, tetapi untuk kemudian dimasyarakatkan agar nantinya setelah kembali kemasyarakat, menyadari kesalahannya, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana. Pada hakekatnya kejahatan merupakan masalah kemanusiaan yang tidak dapat diatasi semata-mata dengan hukum pidana. Hal ini selaras dengan tujuan pemidanaan didalam sistem pemasyarakatan yaitu pembinaan dan bimbingan, dengan tahap-tahap admisi/orientasi, pembinaan dan asimilasi.

Bagi bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran mengenai fungsi pemidanaan tidak lagi sekedar untuk penjeraan tetapi juga usaha untuk rehabilitasi dan reintegrasi narapidana. Sistem pemasyarakatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran narapidana akan eksistensinya sebagai manusia melahirkan “Pola Pembinaan”. Untuk mencapai keberhasilan pembinaan ini, sangatlah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fasilitas, sarana dan prasarana yang memadai serta partisipasi dari berbagai pihak.

Dengan kata lain, pola pembinaan yang diberikan kepada narapidana diharapkan sebagai bekal mereka untuk mempertahankan hidup serta sebagai tanggung jawabnya dalam pembangunan nasional, apabila mereka kelak selesai menjalani masa pidananya.


(15)

Meskipun berbagai pembinaan dan bimbingan diterapkan pada mereka, tetapi bila tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat setelah mereka keluar, akan membuat mereka merasa tidak dibutuhkan. Kenyataan itulah yang mendorong pemerintah melalui petugas pemasyarakatan tahap demi tahap mengembangkan potensi diri narapidana, serta berorientasi ke masa depan narapidana.

Koentjaraningrat mengatakan, berdasarkan kerangka nilai dari Kluckhon, bahwa “Suatu bangsa yang hendak mengintensifkan usaha untuk pembangunan, harus berusaha agar banyak dari warganya lebih menilai tinggi orientasi kemasa depan, menilai tinggi mentalitas, berusaha atas kemampuan sendiri, percaya kepada diri sendiri/berdisiplin murni dan berani bertanggung jawab sendiri.”(A.S. Munandar,1981:29)

Maka dapat ditegaskan, bahwa upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia berlaku pada semua anggota masyarakat, juga para narapidana. Narapidana yang telah dipandang gagal dalam kehidupannya dan merasa tidak dibutuhkan, perlu mendapat pembinaan dan dioptimalkan sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya, agar kegagalan yang dialami dapat ditebus dengan keberhasilan setelah ia bebas dan kembali ketengah-tengah masyarakat untuk memulai hidup baru yang lebih baik demi masa depannya.

Pada kenyataanya narapidana terdiri dari orang-orang dengan latar belakang yang berbeda. Perbedaan ini akan menimbulkan persepsi yang beraneka ragam pula terhadap suatu objek yang dialaminya. Yaitu pada pembinaan yang melibatkan narapidana terhadap pengetahuan, pemahaman dan tanggapan mengenai pola pembinaan di Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang.


(16)

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik memilih judul sebagai berikut: “Persepsi Narapidana Terhadap Pola Pembinaan di Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang.”

B. Perumusan Masalah

Menurut Soehartono (2004:23) perumusan masalah merupakan langkah yang penting karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian yaitu sebagai berikut:

“Bagaimanakah Persepsi Narapidana Terhadap Pola Pembinaan di Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : untuk menggambarkan persepsi narapidana terhadap pola pembinaan yang dilakukan di Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang.


(17)

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh dengan dilakukannya penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis sendiri adalah dapat mempertajam kemampuan penulis dalam penulisan karya ilmiah dan menambah pengetahuan serta kemampuan menganalisa suatu permasalahan.

b. Bagi Ilmu Kesejahteraan Sosial sebagai tambahan referensi ilmiah dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.

c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pihak-pihak yang terkait langsung dalam hal ini narapidana dan staf rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang.

D. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menguraikan secara teoritis tinjauan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : Metode Penelitian

Berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.


(18)

BAB IV : Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian.

BAB V : Analisa Data

Dalam bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasannya.

BAB VI : Penutup


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Persepsi

Didalam kehidupan bahwa setiap manusia tidak dapat lepas dari lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Sejak manusia itu dilahirkan pada hakekatnya secara langsung telah berhubungan dengan dunia sekitarnya. Mulai saat itu pula manusia secara langsung menerima stimulus dari luar dirinya.

Persepsi secara etimologis merupakan pandangan terhadap suatu objek tertentu.(Purwo Darminta,1984:24)

Persepsi juga bisa diartikan sebagai proses, pemahaman terhadap suatu informasi yang disampaikan oleh orang lain yang saling berkomunikasi, berhubungan atau bekerja sama. Jadi setiap orang tidak terlepas dari proses persepsi.

Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses pemahaman terhadap apa yang terjadi dilingkungan orang yang sedang berpersepsi dan hubungan antara lingkungan dengan manusia dan tingkah lakunya. Adalah hubungan timbal balik, saling terkait dan mempengaruhi seperti yang dikemukakan oleh Sarlito Wirawan:

“Bahwa persepsi merupakan hasil hubungan antara manusia dengan lingkungannya dan kemudiaan diproses dalam kesadaran (kognisi) yang mempengaruhi memori ingatan tentang pengalaman di inderakan akan mempengaruhi.”(Wirawan, 1992:37)

Persepsi merupakan hal yang penting yang dialami oleh setiap orang. Setiap orang akan menerima segala sesuatu informasi ataupun segala rangsangan


(20)

yang datang dari luar, kemudian informasi yang diterima tersebut diolah dan diproses.

Sedangkan menurut Indra Wijaya persepsi adalah: “Bagaimana tafsiran dan pemikiran seseorang terhadap semua rangsangan yang diproseskan itu akan tampak pengaruhnya dalam perilaku atau dalam sikap yang berkaitan dengan hal-hal yang dipersepsikan.”(Indra Wijaya,1989:45)

Dengan kata lain lingkungan sangat aktif berinteraksi dengan manusia yang melalui inderanya menangkap rangsangan sampai akhirnya timbul makna yang spontan yang akan ditampilkan dalam perilaku. Dengan demikian perilaku individu tidak terlepas dari persepsinya.

Persepsi seseorang terhadap suatu objek akan dipengaruhi sejauh mana pemahamannya terhadap objek. Persepsi yang belum jelas atau belum dikenal sama sekali tidak akan mungkin memberikan makna.

“Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap individu didalam memahami informasi tentang lingkungan, baik lewat penglihatan, pandangan penghayatan, perasaan dan penciuman. Sementara itu yang dimaksud dengan proses kognisi adalah prosses atau kegiatan mental yang sadar seperti berpikir, mengetahui, memahami dan kegiatan konsepsi mental seperti sikap, kepercayaan dan pengharapan yang kesemuanya merupakan penentu atau yang di pengaruhi perilaku.”(Toha,1983:138)

Persepsi akan muncul setelah seseorang atau sekelompok manusia terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek dan setelah dirasakan akan menginterpretasikan obek yang dirasakan tersebut. Seperti pendapat Kimball Young (dalam Wagito,1996:89) “Persepsi merupakan suatu yang menunjukkan aktivitas merasakan, menginterpretasikan, memahami objek fisik maupun sosial.”


(21)

Adapun faktor-faktor yang terlibat dalam proses persepsi adalah: 1. Objek yang dipersepsikan

2. Orang yang sedang dipersepsikan 3. Kondisi saat persepsi itu berlangsung.

Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja, tentu ada faktor yang mempengaruhi. Faktor ini yang menyebabkan mengapa dua orang yang melihat sesuatu yang mungkin memberi interpretasi yang berbeda tentang apa yang dilihatnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat 3 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang yaitu:

1. Diri orang yang bersangkutan. Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya, ia akan dipengaruhi oleh karakteristik individu yang turut mempengaruhi seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan.

2. Sasaran persepsi tersebut. Sasaran itu mungkin berupa orang, bendaa atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Dengan kata lain gerakan, suara, tindak tanduk dan ciri-ciri orang lain dari sasaran persepsi itu turut menentukan cara pandangorang melihatnya.

3. Faktor situasi. Persepsi harus dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan persepsi seseorang.(Siagian,1980:101)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan pandangan, pemahaman dan tanggapan objek tertentu terhadap objek lainnya.


(22)

B. Rumah Tahanan Negara

B.1. Pengertian Rumah Tahanan Negara

Dalam penegakan hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia di Indonesia, maka peranan Rumah Tahanan Negara sangatlah penting.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia nomor: M.02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan menegaskan bahwa: “Rumah Tahanan Negara adalah Unit pelaksana teknis tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan disidang pengadilan”.

Rumah Tahanan Negara dibentuk oleh Menteri ditiap Kabupaten dan kotamadya yang juga berperan sebagai pelaksana azas pengayomam yang merupakan tempat untuk mencapai tujuan pemasyarakatan melalui pendidikan, rehabilitasi dan reintegrasi.

Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dalam tata peradilan pidana.

Pada prinsipnya tidak ada lagi penjara karena perkembangan Rumah Tahanan dari sistem kepenjaraan menjadi sistem Pemasyarakatan. Ketika dijatuhi vonis dan ditetapkan melanggar hukum, maka pemulihan yang harus dilakukan harus berada dilingkungan yang layak. Sehingga narapidana menjalaninya bukan lagi seperti orang yang dihukum (dipenjarakan). Rumah Tahanan Negara harus dibuat menjadi tempat yang memiliki nilai, sehingga ketika narapidana kembali


(23)

kemasyarakat akan bisa mematuhi nilai dan norma hukum serta tidak melakukan pelanggaran kembali.

Rumah Tahanan Negara sekarang ini berkembang dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan melalui program pembinaan, agar para narapidana menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak lagi mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh masyarakat dan dapat menjalankan serta mengembangkan fungsi sosialnya dimasyarakat melalui peran aktif mereka dalam pembangunan.

Disisi lain perlu disampaikan bahwa selain wadah pelayanan dan perawatan tahanan, banyak Rumah Tahanan Negara yang digunakan sebagai wadah pembinaan narapidana. Hal ini dilakukan mengingat keterbatasan jumlah unit pelaksanaan teknis pemasyarakatan.

B.2. Petugas Pemasyarakatan

Kewajiban untuk mengeluarkan narapidana dari lembaga pemasyarakatan ataupun rumah tahanan negara untuk kembali kemasyarakat sangatlah penting. Berhasil tidaknya tugas untuk mengeluarkan dan mengembalikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang baik dan taat terhadap hukum tergantung pada petugas-petugas negara yang diserahi tugas untuk menjalankan sistem pemasyarakatan.

Adapun petugas pemasyarakatan yang memiliki mental yang baik dan sehat harus memiliki 5 aspek yaitu:

1. Berpikir realitas


(24)

3. Mampu membina hubungan sosial dengan orang lain 4. Mempunyai visi dan misi yang jelas

5. Mampu mengendalikan emosi

Petugas Rumah Tahanan Negara harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang seluk-beluk sistem pemasyarakatan dan terus menerus meningkatkan kemampuan, dalam menghadapi perangai narapidana. Petugas-petugas yang dimaksud dalam uraian tersebut melakukan peranan sesuai dengan kewenangannya yang ditunjuk oleh peraturan dan berusaha menciptakan bentuk kerjasama yang baik untuk membantu menyelenggarakan “proses pemasyarakatan” sedemikian rupa dalam pelaksanaan sistem pemasyarakatan.

C. Narapidana

C.1. Pengertian Narapidana

Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum (UU No.12 Tahun 1995).

Narapidana yang diterima atau masuk kedalam Lembaga Pemasyarakatan maupun Rumah Tahanan Negara wajib dilapor yang prosesnya meliputi:

b. Pencatatan yang terdiri atas: 1. Putusan pengadilan 2. Jati diri


(25)

c. Pemeriksaan kesehatan d. Pembuatan pasphoto e. Pengambilan sidik jari

f. Pembuatan berita acara serah terima terpidana

C.2. Hak dan Kewajiban Narapidana

Setiap narapidana mempunyai hak, yaitu:

1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya 2. Mendapatkan perawatan, baik perawatan jasmani maupun rohani 3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak 5. Menyampaikan keluhan

6. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang

7. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan

8. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum atau orang tertentu lainnya

9. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi)

10.Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

11.Mendapatkan pembebasan bersyarat 12.Mendapatkan cuti menjelang bebas

13.Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(26)

Pelaksanaan hak yang pertama sampai dengan yang keempat dilaksanakan dengan memperhatikan status yang bersangkutan sebagai narapidana, dengan demikian pelaksanaannya dalam batas-batas yang diizinkan.

Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh warga binaan yaitu bahwa setiap narapida wajib mengikuti program pendidikan dan bimbingan agama sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Kewajiban warga binaan ditetapkan pada Undang-undang tentang Pemasyarakatan Pasal 15 yaitu:

1. Narapidana wajib mengikuti secara tertib program pembinaan dan kegiatan tertentu

2. Ketentuan mengenai program pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

D. Sistem Kepenjaraan dan Sistem Pemasyarakatan D.1. Sistem Kepenjaraan

a. Zaman Kompeni Belanda

Pada zaman ini para narapidana dimasukkan kedalam bui dan diperlakukan tidak manusiawi seperti:

1. mencap dengan besi panas 2. memukul dengan rotan

3. kerja paksa dalam pekerjaan umum sambil dirantai b. Zaman pemerintahan Belanda

Para narapidana masih diperlakukan sama seperti zaman sebelumnya dan masih disiksa dengan kerja paksa dan porsi makan yang sangat sedikit.


(27)

c. Zaman pemerintahan Jepang

Pada zaman pemerintahan Jepang, para narapidana cenderung dijadikan budak kerja dan hasil yang diperoleh diperuntukkan kepada Jepang.

d. Masa perang kemerdekaan

Pada masa ini penjara sudah berada pada kekuasaan pemerintahan Republik Indonesia dan dipimpin pertama sekali oleh Prof. Noto Suranto,SH. Dan peraturan pemerintah No.2/1945 berlaku dengan peraturan penjara Stb.708/1077 yang sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Pada masa ini para narapidana tidak mendapat penyiksaan lagi dan diperlakukan lebih manusiawi dan sudah mulai beralih pada sistem pemasyarakatan.

D.2. Sistem Pemasyarakatan

Sistem pemasyarakatan yang berlaku dewasa ini secara konseptual dan historis sangat berbeda dengan apa yang berlaku dalam sistem kepenjaraan. Pembinaan narapidana menurut sistem kepenjaraan terkesan sebagai lembaga pembalasan atas kejahatan yang dilakukan oleh sipelaku, sedangkan dalam sistem pemasyarakatan asas yang dianut menempatkan narapidana sebagai subjek yang dipandang sebagai pribadi dan warga negara serta dihadapi bukan dengan latar belakang pembalasan melainkan dengan pembinaan yang terarah.

Dalam Undang-Undang No. 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan ditegaskan bahwa sistem pemasyarakatan berfungsi menyiapkan warga binaan pemasyarakatan agar dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pemasyarakatan sebagai pelembagaan


(28)

respons masyarakat terhadap perlakuan pelanggar hukum pada hakekatnya merupakan pola pembinaan yang berorientasi pada masyarakat, yaitu pembinaan yang dilakukan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat. Peran serta masyarakat harus dipandang sebagai suatu aspek integral dari kegiatan pembinaan, sehingga dapat diperlukan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Sahardjo Merupakan tokoh yang pertama kali melontarkan perlunya perbaikan perlakuan bagi narapidana yang hidup dibalik tembok penjara, yaitu:

“orang yang telah tersesat diayomi dengan memberikan kepadanya bekal hidup sebagai warga negara, dari pengayoman itu nyata bahwa menjatuhkan pidana bukanlah tindakan balas dendam dari negara, tobat tidak akan dicapai dengan penyiksaan, melainkan dengan pembinaan, terpidana juga tidak dijatuhi pidana siksaan, melainkan terpidana kehilangan kemerdekaan, negara telah mengambil kemerdekaan dan pada waktunya akan mengembalikan orang itu kedalam masyarakat”(Harsono, 1995:1)

Dalam Konperensi Dinas Pemasyarakatan yang pertama kali di Lembang pada tanggal 27 April 1964 pokok-pokok pikiran Sahardjo tersebut pada akhirnya dijabarkan dan dirumuskan sebagai sistem pembinaan narapidana sebagai berikut:

1. Orang yang tersesat diayomi juga, dengan memberikan padanya bekal hidup sebagai warga negara yang baik dan berguna pada masyarakat.Bekal hidup tersebut tidak hanya berupa finansial dan material, tetapi yang juga lebih adalah mental, fisik, keahlian, keterampilan, hingga orang mempunyai kemauan dan kemampuan yang potensial dan efektif untuk menjadi warga negara yang baik, tidak melanggar hukum dan berguna dalam pembangunan negara.

2. Menjatuhi pidana bukan tindakan balas dendam dari negara. Terhadap narapidana tidak boleh ada penyiksaan baik berupa tindakan, ucapan, cara


(29)

perawatan dan penempatan. Satu-satunya derita hanya dihilangkannya kemerdekaan.

3. Tobat tidak dapat dicapai dengan penyiksaan, melainkan dengan bimbingan. Kepada narapidana harus ditanamkan pengertian mengenai norma-norma hidup dan kehidupan, serta diberi kesempatan untuk merenungkan perbuatannya yang lampau. Narapidana dapat diikutsertakan dalam kegiatan sosial untuk menumbuhkan rasa hidup kemasyarakatan. 4. Negara tidak berhak membuat seseorang lebih buruk/lebih jahat dari pada

sebelum ia masuk lembaga. Karena itu harus diadakan pemisahan antara: a. Yang residivis dan yang bukan

b. Yang telah melakukan tindak pidana yang berat dan ringan c. Macam tindak pidana yang dibuat

d. Dewasa, dewasa muda dan anak nakal e. Orang terpidana dan orang tahanan.

5. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, narapidana harus diperkenalkan pada masyarakat dan tidak boleh diasingkan daripadanya. Menurut sistem pemasyarakatan mereka tidak boleh diasingkan dari masyarakat dalam arti secara “kultural”. Secara bertahap mereka akan dibimbing ditengah-tengah masyarakat yang merupakan kebutuhan dalam proses pemasyarakatan.

6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh bersifat mengisi waktu, atau hanya diperuntukkan kepentingan jawatan atau kepentingan negara sewaktu saja. Pekerjaan harus suatu pekerjaan di masyarakat yang


(30)

ditujukan kepada pembangunan nasional, karena harus ada integrasi pekerjaan narapidana dengan pembangunan.

7. Didikan dan bimbingan harus berdasar pada Pancasila. Pendidikan dan bimbingan harus berisikan asas-asas yang tercantum dalam Pancasila, kepada narapidana harus diberikan kesempatan dan bimbingan untuk melaksanakan ibadahnya, ditanamkan jiwa kegotong-royongan, jiwa toleransi, jiwa kekeluargaan, jiwa bermusyawarah untuk bermufakat positif.

8. Tiap orang adalah manusia dan diperlakukan sebagai manusia, meskipun telah tersesat. Ia harus selalu merasa bahwa ia dipandang dan diperlakukan sebagai manusia. Sehubungan dengan itu petugas pemasyarakatan tidak boleh bersikap maupun memakai kata-kata yang dapat menyinggung perasaannya.

9. Narapidana hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan. Perlu diusahakan agar narapidana mendapat mata pencaharian untuk keluarga dengan jalan menyediakan/memberikan pekerjaan upah

10.Perlu didirikan lembaga-lembaga pemasyarakatan yang baru yang sesuai dengan kebutuhahan pelaksanaan program pembinaan dan memindahkan lembaga-lembaga yang berada ditengah-tengah kota ketempat-tempat yang sesuai dengan kebutuhan proses pemasyarakatan.

Sistem yang baru ini kemudian dikenal dengan nama “Sistem Pemasyarakatan” yang juga merupakan tujuan dari pidana penjara. Didalam pelaksanaannya jauh berbeda dengan sistem kepenjaraan karena dalam sistem


(31)

pemasyarakatan narapidana hanya dibatasi kemerdekaan bergeraknya saja sedangkan hak-hak kemanusiaannya tetap dihargai.

D.3. Pola Pembinaan Dalam Sistem Pemasyarakatan

Pembinaan narapidana merupakan suatu cara perlakuan terhadap narapidana yang dikehendaki oleh sistem pemasyarakatan dalam usaha mencapai tujuan, yaitu agar sekembalinya narapidana dapat berperilaku sebagai anggota masyarakat yang baik dan berguna bagi dirinya, masyarakat serta negara.

Menurut Suparlan (1983:95) dalam kamus istilah Kesejahteraan Sosial mengartikan bahwa: “pembinaan adalah segala usaha dan kegiatan mengenai perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, penyusunan program, koordinasi pelaksanaan dan pengawasan sesuatu pekerjaan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dengan hasil yang semaksimal mungkin”.

Sedangkan menurut Mangunhardjuna (1986:12) pembinaan adalah: “suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki dengan tujuan membantu orang-orang yang menjalaninya untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang sedang dijalani secara lebih efektif”.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembinaan narapidana juga mempunyai arti memperlakukan seseorang yang berstatus narapidana untuk dibangun agar bangkit menjadi seseorang yang baik.

Maka yang perlu dibina adalah pribadi dan budi pekerti narapidana agar membangkitkan kembali rasa percaya dirinya dan dapat mengembangkan fungsi


(32)

sosialnya dengan rasa tanggung jawab untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat. Jadi pembinaan sangat memerlukan dukungan dan keikutsertaan dari masyarakat. Bantuan tersebut dapat dilihat dari sikap positif masyarakat untuk menerima mereka kembali di masyarakat.

Berdasarkan UU No.12 tahun 1995 pembinaan narapidana dilaksanakan dengan sistem:

1. Pengayoman

Pengayoman adalah perlakuan terhadap narapidana dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh narapidana, juga memberikan bekal hidup kepada narapidana agar menjadi warga yang berguna dalam masyarakat.

2. Persamaan Perlakuan dan Pelayanan

Persamaan Perlakuan dan Pelayanan adalah pemberian perlakuan dan pelayanan yang sama kepada narapidana tanpa membeda-bedakan orang. 3. Pendidikan dan Pembimbingan

Pendidikan dan Pembimbingan adalah bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembimbingan dilaksanakan berdasarkan Pancasila, antara lain penanaman jiwa kekeluargaan, ketrampilan, pendidikan kerohanian dan kesempatan untuk menunaikan ibadah.

4. Penghormatan Harkat dan Martabat Manusia

Penghormatan Harkat dan Martabat Manusia adalah sebagai orang yang tersesat, narapidana harus tetap diperlakukan sebagai manusia.


(33)

Kehilangan Kemerdekaan Merupakan Satu-satunya Penderitaan adalah narapidana yang harus berada dalam Lembaga Pemasyarakatan ataupun Rumah Tahanan untuk jangka waktu tertentu sehingga Negara mempunyai kesempatan untuk memperbaikinya.

6. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu

Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu adalah bahwa walaupun narapidana berada dalam Lembaga Pemasyarakatan maupun Rumah Tahanan Negara, tetapi harus tetap didekatkan dan dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat, antara lain berhubungan dengan masyarakat dalam bentuk kunjungan, hiburan kedalam Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara dari anggota masyarakat yang bebas dan kesempatan berkumpul bersama sahabat dan keluarga seperti program cuti mengunjungi keluarga.

D.3.1. Wujud Pembinaan

Wujud pembinaan narapidana meliputi: 1. Pendidikan umum

2. Pendidikan keterampilan

3. Pendidikan mental, spiritual dan agama

4. Sosial budaya, kunjungan keluarga, seni musik dan lain-lain 5. Kegiatan rekreasi (olah raga, hiburan segar,dan membaca).


(34)

Pembinaan yang dilakukan diluar Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara disebut asimilasi yaitu proses pembinaan narapidana yang telah berlangsung selama dua pertiga dari masa pidananya dan memenuhi syarat-syarat tertentu dengan membaurkan mereka kedalam kehidupan masyarakat.

D.3.2. Proses Pembinaan

Empat tahap proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan:

1. Tahap pertama : Pada tahap ini dilakukan penelitian terhadap narapidana untuk mengetahui hal ikhwal yang bersangkutan.

2. Tahap kedua : Bilamana proses pembinaan telah berjalan selama-lamanya sepertiga dari masa pidananya dan menurut Dewan pembina Pemasyarakatan sudah terdapat kemajuan(insyaf, disipiln dan patuh terhadap peraturan tata tertib), maka yang bersangkutan ditempatkan pada lembaga pemasyarakatan dengan sistem keamanan yang medium(medium security), dengan kebebasan yang lebi banyak.

3. Tahap ketiga : bilamana proses pembinaan terhadap narapidana telah berlangsung selama setengah dari masa pidananya dan menurut dewan pembina pemasyarakatan telah terdapat cukup kemajuan, baik secara fisik, mental maupun keterampilannya, maka dapat diadakan asimilasi dengan masyarakat luas.

4. Tahap keempat : bilamana proses pembinaannya telah berlangsung selama dua pertiga dari masa pidananya atau sekurang-kurangnya sembilan bulan, maka kepada yang bersangkutan dapat diberikan lepas bersyarat, atas usul dari dewan pembina pemasyarakatan.


(35)

Asimilasi adalah proses pembinaan narapidana di dalam kehidupan masyarakat. Untuk memperoleh asimilasi narapidana harus telah menjalani ½ (setengah) dari masa pidana dikurangi masa tahanan dan remisi, dihitung sejak tanggal putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap. Pembebasan bersyarat adalah proses pembinaan narapidana di luar lembaga pemasyarakatan. Untuk memperoleh pembebasan bersyarat narapidana harus telah menjalani 2/3 (dua pertiga) dari masa pidananya, setelah dikurangi masa tahanan dan remisi dihitung sejak tanggal putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap.

Cuti menjelang bebas (CMB) adalah proses pembinaan narapidana luar lembaga pemasyarakatan, bagi terpidanan yang tidak dapat diberikan pelepasan bersyarat karena masa hukuman atau masa pidananya pendek, untuk dapat diberikan CMB narapidana harus telah menjalani 2/3 (dua pertiga) dari masa pidananya setelah dikurangi masa tahanan dan remisi dihitung sejak tanggal putusan pengadilanberkekuatan hukum tetap dan jangka waktu cuti sama dengan cuti terakhir paling lam aenam bulan. Remisi adalah pengurangan masa pidana yang diberikan kepada narapidanayang telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan berkelakuan baik selama menjalani masa pidana.

D.3.3. Tujuan Pembinaan

Secara umum tujuan pembinaan adalah: a. Memantapkan iman (ketahanan mental)

b. Membina mereka agar segera mampu berintegrasi secara wajar dalam kehidupan berkelompok selama dalam lembaga pemasyarakatan dan


(36)

kehidupan yang lebih luas(masyarakat), setelah selesai menjalani pidana.

Sedangkan secara khusus pembinaan bertujuan untuk:

a. Berhasil memantapkan kembali harga diri dan kepercayaan dirinya serta bersikap optimis akan masa depannya.

b. Berhasil memperoleh pengetahuan minimal keterampilan untuk bekal hidup mandiri dan berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan nasional.

c. Berhasil menjadi manusia yang patuh hukum dengan tidak lagi melakukan perbuatan yang melanggar hukum.

d. Berhasil memiliki jiwa dan semangat pengabdian terhadap bangsa dan negara.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembinaan narapidana berusaha kearah memasyarakatkan kembali seseorang yang pernah mengalami konflik sosial, sebagai suatu cara baru untuk menjadi seseorang, merupakan usaha yang dilakukan untuk mencapai sistem pemasyarakatan.

D.4. Sasaran Pemasyarakatan

Sasaran pemasyarakatan: 1. Sasaran khusus

Sasaran pembinaan terhadap individu warga binaan pemasyarakatan adalah meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan, yang meliputi:


(37)

b. Kualitas intelektual

c. Kualitas sikap dan perilaku

d. Kualitas profesionalisme/keterampilan e. Kualitas kesehatan jasmani dan rohani 2. Sasaran umum

Sasaran umum ini pada dasarnya juga merupakan indikator-indikator yang secara umum digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana keberhasilan dari pelaksanaan sistem pemasyarakatan. Indikator-indikator tersebut antara lain:

a. Menurunnya secara bertahap dari tahun ke tahun angka dan gangguan keamanan

b. Isi LAPAS lebih rendah dari pada kapasitas(pemerataan isi LAPAS)

c. Meningkatnya secara bertahap dari tahun ke tahun jumlah narapidana yang bebas sebelum waktunya melalui prose asimilasi dan integrasi

d. Semakin menurunnya dari tahunke tahun jumlah residivis

e. Semakin banyaknya jenis intitusi UPT pemasyarakatan sesuai dengan kebutuhan berbagai jenis/golongan warga binaan pemasyarakatan.

f. Secara bertahap perbandingan banyaknya napi yang bekerja di bidang industri dan pemeliharaan adalah 70 : 30


(38)

g. Prosentase kematian dan sakit narapidana/tahanan lebih sedikit atau sama dengan angka kematian dan sakit dari anggota masyarakat

h. Biaya perawatan narapidana dan tahanan sama dengan kebutuhan minimal manusia Indonesia pada umumnya

i. LAPAS dan RUTAN adalah instansi terbersihdi lingkungannya masing-masing

j. Semakin terwujudnya lingkungan pembinaan yang

menggambarkan proyeksi nilai-nilai masyarakat ke dalam LAPAS dan sebaliknya semakin berkurangnya nilai-nilai sub kultur penjara dan LAPAS.

E. Kerangka Pemikiran

Kejahatan merupakan suatu kenyataan sosial yang terjadi didalam masyarakat yang sudah ada sejak manusia itu ada, yang memang sudah menjadi fenomena. Tindakan koreksi terhadap pelaku tindak pidana harus dilakukan dengan memasyarakatkan kembali para pelaku tindak pidana.

Penempatan para pelaku tindak pidana di Rumah Tahanan harus bertujuan untuk mengintegrasikan narapidana kedalam masyarakat.

Pemasyarakatan merupakan bagian paling akhir dari sistem peradilan pidana. Sebagai sebuah tahapan terakhir sudah seharusnya terdapat harapan dan tujuan. Harapan dan tujuan tersebut berupa pembinaan dari Rumah Tahanan. Pada prinsipnya di Indonesia, tujuan pemberian sanksi pidana haruslah berfungsi untuk membina yaitu bagaimana agar narapidana setelah keluar dari Rumah Tahanan


(39)

menjadi baik, dapat diterima masyarakat, mempunyai keterampilan hidup yang dibutuhkan, keseimbangan mental dan fisik, sebagaimana masyarakat pada umumnya. Serta dapat menjalankan dan mengembangkan fungsi sosialnya dimasyarakat dengan sebaik-baiknya.

Segala bentuk usaha-usaha dalam mencapai tujuan diatas yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan yang meliputi pola pembinaan dan keterampilan tidak terlepas dari keikutsertaan narapidana dalam melaksanakan dan menilai pembinaan yang dipengaruhi oleh pengetahuan, pemahaman serta tanggapan narapidana terhadap kegiatan tersebut. Maka persepsi narapidana sangat memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan.

Bagan berikut ini akan menunjukkan kerangka pemikiran secara skematis, yaitu:

Bagan 2.1. Kerangka Pemikiran

Pola

Narapidana

Persepsi Pengetahuan Pemahaman Tanggapan


(40)

F. Defenisi Konsep dan Defenisi Opersional

F.1. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau istilah yang menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1998:33).

Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang digunakan, maka dibatasi konsep yang akan digunakan sebagai berikut:

1. Persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderaan. Dalam penelitian ini persepsi didefenisikan sebagai pengetahuan, pemahaman dan tanggapan narapidana terhadap pola pembinaan di Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang.

2. Pola Pembinaan adalah semua usaha yang ditujukan untuk memperbaiki pribadi, budi pekerti, membangkitkan harga diri pada diri sendiri dan orang lain. Serta mengembangkan rasa tanggung jawab untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dalam masyarakat dan selanjutnya berpotensi untuk menjadi manusia yang berpribadi luhur dan bermoral tinggi.

3. Narapidana yaitu terpidana yang menjalani hilang kemerdekaan. 4. Rumah Tahanan Negara adalah unit pelaksana teknis tempat

tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan disidang pengadilan.


(41)

F.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah:

1. Pengetahuan narapidana tentang jenis-jenis pembinaan 2. Pemahaman narapidana terhadap tujuan pembinaan 3. Tanggapan narapidana terhadap pelaksanaan pembinaan

4. Tanggapan narapidana terhadap sarana dan prasarana Rumah Tahanan Negara klas II-B Sidikalang.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu sebagai suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.(Nawawi, 1991;63)

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang. Yang berlokasi di Jl. Rimobunga No.40 Sidikalang. Penulis merasa tertarik mengadakan penelitian di lokasi ini dikarenakan Rumah Tahanan Negara ini merupakan satu-satunya lembaga pemasyarakatan yang ada di Sidikalang yang dalam melaksanakan pembinaannya dengan menggunakan sistem pemasyarakatan.

C. Populasi dan Sampel

C.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1991:141).


(43)

Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah keseluruhan narapidana Rumah Tahanan Negara klas II-B Sidikalang. Jumlah populasi ini dapat berubah setiap saat dikarenakan bebasnya narapidana atau masuknya narapidana baru. Sampai pada bulan Mei 2007, jumlah populasi yang didapatkan berkisar 152 orang yang berstatus narapidana, yang terdiri dari 2 stratifikasi, yaitu:

a. Register BI : Narapidana yang dijatuhi hukuman diatas 1 tahun b. Register BIIA : Narapidana yang dijatuhi hukuman antara 3 bulan

sampai dengan 12 bulan.

C.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dan dianggap dapt menggambarkan populasinya. Dalam suatu penelitian sering timbul pertanyaan akan besarnya sampel yang harus diambil untuk mendapatkan data yang representatif. Menurut Arikunto, jumlah populasi lebih dari 100 maka dianjurkan untuk menentukan jumlah sampel antara 10%-15% dan 20%-25% dari populasi dan ini dianggap representatif.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik stratified random sampling dalam menentukan sampel, dimana pada masing-masing strata ditentukan sampel sebanyak 20%, yaitu:

1. Register BI : 118 orang = 24 orang 2. Register BIIA : 34 orang = 7 orang Jadi total sampel adalah 31 orang


(44)

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan

Teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah, atau surat kabar dan bentuk tulisan lainnya yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti.

2. Studi Lapangan

Teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian langsung dengan turun kelokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu dengan cara:

a. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai obyek penelitian.

b. Kuisioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menyebar angket berisi daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada responden.

c. Wawancara yaitu berdialog langsung atau secara lisan dengan responden guna melengkapi data yang diperoleh melalui kuisioner yang mungkin belum jelas.


(45)

E. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang dipakai adalah teknik analisa deskriptif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya. Yang dilakukan dengan mentabulasi data yang didapat melalui keterangan dari responden, kemudian dicari frekuensi dan persentasenya selanjutnya disusun dalam bentuk tabel tunggal.


(46)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis

Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang berlokasi di Jalan Rimo Bunga No.40 Kabupaten Dairi. Dan memiliki luas tanah dan bangunan lebih kurang 30.124 meter persegi. Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang mempunyai letak geografis sebagai berikut:

1. Sebelah Timur berbatasan dengan perumahan penduduk dan lahan pertanian penduduk.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan perumahan penduduk dan lahan pertanian penduduk.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan lembah.

4. Sebelah Utara berbatasan dengan Lahan pertanian penduduk.

B. Latar Belakang Berdirinya Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang

Sebelum Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang didirikan, para tahanan ditempatkan didalam penjara, yang sekarang disebut sebagai penjara lama. Bamgunan penjara lama merupakan bangunan yang dibuat pada masa penjajahan Belanda tepatnya pada tahun 1918.

Karena bangunan penjara lama berada tepat dipusat kota dan bangunannya kecil maka pada tahun 1985 didirikanlah Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang.


(47)

Rumah Tahanan Negara Klas II-B ini kemudian berubah sistem dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan sejak diadakannya konferensi Jawatan Kepenjaraan yang dilaksanakan Di Lembang Bandung Pada tahun 1964. yang kemudian mengganti istilah kepenjaraan menjadi isilah pemasyarakatan.

Dan pada perkembangannya Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang sekarang ini bukan lagi hanya sebagai tempat para tahanan, tapi juga dijadikan sebagai tempat pembinaan bagi para narapidana.

C. Struktur Organisasi Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI No.M.04 PR.07.03 Tahun 1985 Tanggal 20 September 1985 maka Bagan Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang dapat digambarkan sebagai berikut:


(48)

Sturktur Organisasi Rumah Tahanan

Bagan 4.1 Struktur Organisasi

Sumber Data Primer : Rutan Klas II-B Sidikalang

KARUTAN

M. Sianturi Bc.IP,SH

TATA USAHA

A. Saragih

KASUBSI YANTAH M. Napitupulu, S.Sos

KPR

Ruddin Simatupang

KASUBSI PENGELOLAAN

N. Padang, BA

Registrasi

J. Sinaga, SH

Bimker M. Tarigan Perawatan Nurhaida Karo Bantuan Hukum Gusta Limbong Staf KPR

H. Tumanggor, SH

REGU B

REGU D

REGU A

REGU C

Bend. Pengeluaran Ismail Sitepu Kepegawaian Djolomo Sitorus Perlenkapan Hotmauli Sinaga Perbekalan Rasmi Lingga


(49)

1. Deskripsi Pekerjaan Pada Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang a. Kepala Rumah Tahanan Negara

Mengkordinasikan, memimpin dan mengawasi proses penerimaan, penempatan, perawatan, keamanan. Tata tertip tahamam serta bidang fasilitas Rutan sesuai peraturan perUndang-Undangan yang berlaku untuk kep. Penyidikan penuntaran ) pemeriksaan di sidang pengadilan.

b. Kepala Kesatuan Pengamanan

Mengkordinasikan tugas pengamanan ( ketertiban dengan melakukan pengaturan jadwal penjagaan, pengunaan peralatan pengamanan ) pembagian tugas jaga agar tercipta suasana aman tertib dalam lingkungan Rutan

c. Kasubsi Yantah Rutan

Mengkordinasikan administrasi perawatan, mempersiapkan pemberian bantuan hukum.( Penyuluhan serta pemberian bimbingan kegiatan tahanan pada Rutan, sesuai dengan ketentuan perUndang-Undangan yang berlaku.

d. Kasubsi Pengolahan Rutan

Melaksanakan pengurusan administrasi kepegawaian, perlengkapan ( rumah tangga sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku dalam rangka kelancaran tuagas pengelolaan Rutan).


(50)

Tabel 4.1

Organisasi Pegawai Rutan Klas II-B Sidikalang

No Jabatan Tingkat pendidikan

SD SMP SMU Sarjana Total

1 Kepala Rutan Sidikalang 1 1

2 Kasubsi Pel. Tahanan 1 1

3 Kasubsi Pengelola 1 1

4 Ka. Pengamanan Rutan 1 1

5 Staf. Pengelolaan. 2 2

6 Petugas Kepegawaian. 1 1

7 Staf. Pel. Tahanan 2 1 3

8 Bandaharawan Gaji 1 1

9 Staf. KPR 1 1

10 Anggota Rupam 1 3 5 9

11 Bend. Pengeluaran 1 1

JUMLAH 1 3 13 5 22

Sumber Data Primer: Rutan Klas II-B Sidikalang

D. Pola Pembinaan Warga Binaan

Empat tahap proses pembinaan dalam sistem Pemasyarakatan:

1. Tahap pertama : Pada tahap ini dilakukan penelitian terhadap narapidana untuk mengetahui hal ikwal yang bersangkutan.

2. Tahap kedua : Bilamana Proses pembinaan telah berjalan selama- lamanya sepertiga dari masa pidananya dan menurut Dewan pembina pemasyarakatan sudah terdapat kemajuan ( insyaf, disiplin, patuh terhadap peraturan tata tertib) maka yang bersangkutan ditempatkan pada Lembaga Pemasyarakatan dengan sistem keamanan yang medium (medium security), dengan kebebasan yang lebih banyak.


(51)

3. Tahap ketiga : Bila mana proses pembinaan terhadap narapidana telah berlangsung selama setengah dari masa pidananya dan menurut dewan pembinaan pemasyarakatan telah terhadap cukup kemajuan, baik secara fisik, menatal maupun keterampilannya, maka dapat diadakan asimilasi dengan masyarakat luar.

4. Tahap Keempat : Bilamana proses pembinaannya telah berlangsung selama dua pertiga dari masa pidananya atau sekurang - kurangnya sembilan bulan, maka kepada yang bersangkutan dapat diberikan lepas bersyarat, atas usul dari dewan pembinaan pemasyarakatan.

Asmilasi adalah proses pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan di dalam kehidupan masyarakat. Untuk memproleh asmilasi narapidana harus telah menjadi ½ ( setengah ) dari masa pidana dikurang masa tahanan dan remisi, dihitung sejak tanggal putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap. Pembebasan bersyarat adalah proses pembinaan narapidana di luar lembaga pemasyarakatan . Untuk memperoleh pembebasan bersyarat narapidana harus telah menjalani 2/3 ( dua pertiga ) dari masa pidananya, setelah di kurang masa tahanan dan remisi di hitung sejak tanggal putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap.

Cuti menjelang bebas (CMB) adalah proses pembinaan narapidana luar lembaga pemasyarakatan, bagi terpidana yang tidak dapat diberikan pelepasan bersyarat karena masa hukuman atau masa pidanannya pendek, untuk dapat di berikan CMB narapidana harus telah menjalani 2/3 (dua pertiga ) dari masa pidananya setelah dikurangi masa tahanan dan remisi dihitung sejak tanggal


(52)

putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap dan jangka waktu cuti terakhir paling lama enam bulan. Remisi adalah pengurangan masa pidanan yang diberikan kepada narapidana yang diberikan kepada narapidana telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan berkelakuan baik selama menjalani masa pidana.

Pola pembinaan warga binaan pemasyarakatan adalah bentuk – bentuk pembinaan yang diberikan dalam membina warga binaan, yaitu :

1. Pendidikan Agama

a. Pendidikan Agama Islam dilaksanakan setiap hari senin sampai dengan sabtu.

b. Pendidikan Agama Kristen Protestan, dilaksanakan setiap hari Senin sampai dengan Minggu bekerja sama dengan Tim Pelayanan Rohani 2. Pendidikan Keterampilan.

Pendidikan keterampilan diberikan supaya apabila warga binaan telah bebas, mempunyai keterampilan yang bisa dikembangkan di masyarakat. Pembinaan ini berupa pertukangan kayu, pertanian, dan pertamanan.

3. Pendidikan Olahraga dan Rekreasi

a. Olah raga dilaksanakan dari hari Senin sampai dengan Sabtu pada pagi hari.

b. Rekreasi dalam bentuk menonton televisi.

4. Perpustakaan, sarana cukup akan tetapi minat membaca warga binaan sangat kurang.


(53)

6. Pembinaan Integrasi yaitu memberikan kesempatan pada keluarga dan masyarakat untuk berkunjung ke Rumah Tahanan Negara dan memberikan kesempatan berasimilasi, cuti mengunjungi keluarga, cuti menjelang bebas, pembebasan bersyarat, dan pemberian remisi.

Pembinaan tersebut sebagaimana uraian di atas adalah bentuk pembinaan secara khusus umum yang diberikan kepada seluruh warga binaan penghuni Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang. Sedangkan pembinaan secara khusus yaitu dengan memberikan kesempatan berasmilasi, cuti mengunjungi keluarga, cuti menjelang bebas, pembebasan bersyarat, dan pemberian remisi.

Tahap Pembinaan Warga Binaan. 1. Maximum Security

Pembinaan disisni adalah masa orientasi pengenalan tentang suasana di Rutan dan pengidentifikasian warga binaan oleh Petugas Rutan. Pada tahap pembinaan ini dikhususkan bagi warga binaan yang menjalani masa pidana 0-1/3 dari seluruh masa pidana yang ditetapkan. Pembinaan ini disebut dengan pembinaan tahap awal yang dilakukan melalui ceramah-ceramah keagamaan, peraturan baris-barisan, senam dan melaksanakan kebersihan dalam kamar.

2. Medium Security

Pada tahap pembinan ini ditujukan kepada warga binaan yang menjalani masa hukuman dimulai 1/3-1/2 dari seluruh masa pidana yang sudah ditetapkan. Pada tahap pembinaan ini diharapkan warga binaan dapat


(54)

membantu pegawai dalam kegiatan bakti sosial (kebersihan), baik di masjid, gereja, kantor, di lingkung Rutan, serta dilatih menjadi petugas untuk upacara seperti pengibaran bendera, komandan upacara, dan lain-lain.

3. Minimum Security

Pada tahap binaan ini, diperkenankan warga binaan yang telah menjalani masa hukuman ½-2/3 dari masa pidana yang telah ditetapkan. Mereka sudah dapat diusulkan untuk mengikuti asimilasi (membaurkan diri dengan masyarakat). Selain itu, mereka diperkenankan untuk melanjutkan pendidikan di luar lembaga, misalnya sekolah, khursus komputer, dan khursus keterampilan lainnya. Pembinaan ini disebut dengan pembinaan tahap lanjutan. Setelah menjalani 2/3 dari seluruh masa pidana yang ditetapkan, mereka dapat diusulkan untuk diberikan Pembebasan Bersyarat (PB), Cuti Menjelang Bebas (CMB), Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK), yang tentunya dengan memperhatikan dan mempertimbangkan tingkah laku selama menjadi warga binaan di Rutan. Untuk PB dan CMb harus diketahui dan disetujui oleh Karutan , Kejaksaan, dan Kepala BAPAS. Sedangkan untuk mendapatkan CMK, cukup mendapat persetujuan dari Karutan dan Kepala BAPAS.


(55)

Tabel 4.2

Daftar Menu Makanan Rutan Sidikalang

Hari

Menu

Pagi Siang Sore

Senin - Air Panas

- Nasi Putih

- Tahu Kari

- Ubi Rebus

- Air

- Nasi

- Ikan Asin

- Sayur Lodeh

- Air

- Nasi

- Kol

- Tahu Kari

Selasa - Air Panas

- Nasi

- Tempe kering

- Ubi rebus

- Air

- Nasi

- Sayur Asam

- Air

- Nasi

- Tumis

- Tempe kering

Rabu - Air panas

- Nasi

- Tahu kari

- Ubi rebus

- Air

- Nasi

- Daging gulai

- Sayur

- Sup

- Air

- Nasi

- Tumis kangkung

- Tahu kari

Kamis - Air

- Nasi

- Tempe kering

- Ubi rebus

- Air - Nasi - Telur - Pecal - Air - Nasi

- Singkong santan

- Tempe garam

Jumat - Air

- Nasi

- Tahu Kari

- Bubur Kacang Ijo

- Air

- Nasi

- Ikan Asin

- Sayur asam

- Air

- Nasi

- Tumis Sayur

- Tahu kari

Sabtu - Air

- Nasi

- Tempe Kering

- Ubi Rebus

- Air

- Nasi

- Daging Gulai

- Sayur

- Pisang

- Air

- Nasi

- Daun ubi

- Tempe

Minggu - Air

- Nasi

- Tempe Kari

- Ubi Rebus

- Air - Nasi - Telur - Pisang - Air - Nasi

- Tumis Sawi

- Telur

- Kari


(56)

Tabel 4.3

Daftar Pelayanan Kebaktian Rohani di Rutan Klas II-B Sidikalang

Hari Waktu Pelaksana Minggu

Senin Pagi GKPI Panji Bako Minggu II dan IV

Selasa Pagi STTOI Setiap Minggu

Rabu Pagi STTOI Setiap Minggu

Kamis Pagi Yayasan Putri Sion K.Jahe Minggu II

Sabtu Pagi YPPI Hosana Sidikalang Minggu II

Minggu Pagi PGPI Sidikalang Minggu I

Minggu Pagi HKBP Distrik VI Dairi Minggu II

Minggu Pagi YPPI Sidikalang Minggu III

Minggu Sore Gereja Iman Kristus Inji Minggu III

Minggu Sore PGPI Sidikalang Minggu IV

Minggu Sore GBI Minggu IV


(57)

E. Fasilitas Dan Bangunan Rumah Tahanan Sidikalang

1. Tempat Ibadah ( Masjid dan Gereja )

2. Ruangan untuk Kantor ( Karutan, Kasubsi Pelayanan Tahanan, Kasubsi Pengelolaan, KPR, Kepegawaian, Keuangan, Tata Usaha, Registrasi, Bimbingan Kerja).

3. Garu jaga, Ruang Portir, Ruang kepala Jaga, Ruang Piket, Pos Jaga.

4. Ruang ( Bimbingan Kerja, Pendidikan, Perpustakaan, Aula Pengayoman, Kamar Mandi, Dapur umum, Poliklinik, Ruang Makan, Ruang jahit). 5. Sumur Pompa

6. Lapangan Olah Raga: Lapangan Volli, Tennis meja, dll. 7. Kamar untuk warga Binaan terdiri dari tiga blok, yaitu :

a. Blok Arabika = Wanita b. Blok Ateng = Tahanan c. Blok Robusta = Narapidana


(58)

BAB V ANALISA DATA

Dalam bab ini dijelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dan sekaligus analisa terhadap data yang dikumpulkan berdasarkan hasil penyebaran kuesioner maupun hasil wawancara dan observasi dilapangan yang disusun dalam bentuk tabel.

Seperti yang telah dijelaskan pada bab metodologi penelitian bahwa yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah narapidana yang mendapatkan pembinaan di Rumah Tahanan Klas II-B Sidikalang, yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada 31 responden, yaitu 24 orang warga binaan yang bersetatus BI yaitu warga binaan dengan masa hukuman di atas 1 tahun dan 7 orang warga binaan yang bersetatus BIIa yaitu warga binaan dengan masa hukuman di bawah 1 tahun. Penulis juga melakukan wawancara dengan beberapa narapidana .

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan permasalahan penelitian yakni gambaran tentang Persepsi Narapidana Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Rumah Tahanan Negara Klas II- B Sidikalang.


(59)

A. Karakteristik Identitas Responden Narapidana

Sebelum menganalisa data, sebaiknya perlu diketahui gambaran responden secara umum.

Tabel 5.1

Kararteristik Responden berdasarkan Usia

No Jawaban Responden Register BI Register BIIa

F % F %

1 17-24 3 13 3 43

2 25-32 13 54 3 43

3 33-40 7 29 1 14

4 41-48 1 4 - -

Jumlah 24 100 7 100

Sumber : Hasil Kuesioner, 2007

Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa usia responden berkisar antara 17-48 tahun. Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 25-32 tahun, yaitu berjumlah 13 orang (54 %). Responden dengan usia 17-24 tahun berjumlah 3 orang (13 %), usia 33- 40 tahun berjumlah 7 orang (29 %) dan usia 41-48 1 orang (4 %). Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa usia narapidana bervariasidan ternyata kasus-kasus kejahata tidak hanya terjadi pada usia 25 tahun kebawah tapi juga terjadi pada usia 25 tahun keatas.

Tabel 5.2

Karakteristik Berdasarkan Suku

No Suku Responden Registrasi BI Registrasi BIIa

F % F %

1 Batak 20 83 4 57

2 Jawa 4 17 3 43

Jumlah 24 100 7 100


(60)

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa suku terbanyak responden adalah suku Batak yaitu berjumlah 20 orang (83 %), kemudian suku Jawa 4 orang (4 %). Dapat dilihat bahwa mayoritas narapidana adalah suku Batak karena memang penduduk Sidikalang didominasi suku Batak, walaupun demikian tidak pernah terjadi perselisihan antar suku.

Tabel 5.3

Karateristik Responden berdasarkan Asal Daerah.

No Jawaban Responden Registrasi BI Register BIIa

F % F %

1 Sidikalang 18 75 4 57

2 Aceh 5 21 1 14

3 Medan 1 4 2 29

Jumlah 24 100 7 100

Sumber : Hasil Kuesioner, 2007

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden berasal dari berrapa daerah di Sumatara Utara, namun sebahagian besar responden yaitu 18 orang (75%) responden yang berstatus register BI dan 4 orang (57%) responden berstatus register BIIa berasal dari Sidikalang, hal ini membuktikan bahwa tingkat kejahatan yang dilakukan dapat dikatakan tinggi di Sidikalang.


(61)

Tabel 5.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Jawaban Responden Registrasi BI Register BIIa

F % F %

1 SD 8 33 - -

2 SMP 10 42 3 43

3 SMU 6 25 3 43

4 Sarjana - - 1 14

Jumlah 24 100 7 100

Sumber : Hasil Kuesioner, 2007

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan pada responden register BI didominasi oleh tingkat pendidikan SMP yaitu Sebanyak 10 orang (42%), kemudian diikuti tingkat pendidikan SD berjumlah 8 orang (33%), lalu ikuti tingkat pendidikan SMU 6 orang (25%). Sedangkan responden register BIIa dengan tingkat pendidikan SMP dan SMU 3 orang (43%), Sarjana 1 orang (14%).

Responden pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang relatif masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan responden, rendahnya tinggkat pendidikan disebabkan keadaan ekonomi orang tua yang tidak mampu. Rendahnya tinggkat pendidikan yang dimiliki oleh responden mempengaruhi pola pikir responden dalam mengambil keputusan, yang pada akhirnya mempengaruhi kehidupan responden.


(62)

Tabel 5. 5

Karakteristik Responden Berdasarkan Tindak Pidana

No Jawaban Responden Registrasi BI Register BIIa

F % F %

1 Pembunuhan 7 29 - -

2 Narkotika 6 25 6 86

3 Asusila 5 21 - -

4 Ilegal Logging 6 25 1 14

Jumlah 24 100 7 100

Sumber : Hasil Kuesioner, 2007

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berstatus register BI sebahagian besar melakukan kejahatan pembunuhan sebanyak 7 orang (29%), sedangkan pada register BIIa tidak ada.

Lalu diikuti oleh kasus narkotika sebanyak 6 orang (25%) pada register BI, dan sebanyak 6 orang (85%) pada register BIIa. Dilihat dari banyaknya yang terlibat kasus narkotika di Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang hal ini juga dapat mengambarkan kasus narkotika diluar Rumah Tahanan yang tidak atau belum terkena proses hukum.

Hal ini membuktikan bahwa dewasa ini banyak yang terlibat dalam penyalahguanaan narkotika, hal inilah yang perlu ditangani dengan serius. Dan agar setelah keluar dari Rumah Tahanan Negara tidak mengulangi perbuatanya yang mengakibatkan ia masuk kembali kedalam Rumah tahanan Negara.

Dan lain- lain terdiri dari Ilegal Logging sebanyak 6 orang (25%) pada register BI,dan sebanyak 1 orang (14%) pada register BIIa, Asusila sebanyak 5 orang (21%) pada register BI.


(63)

Tabel 5.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Masa Hukuman

No Jawaban Responden Registrasi BI Register BIIa

F % F %

1 3 - 6 bulan - - - -

2 7 - kurang 12 bulan - - 7 100

3 2 - 5 tahun 11 bulan 15 62 - -

4 6 - 10 tahun 11 bulan 9 38 - -

Jumlah 24 100 7 100

Sumber : Hasil Kuesioner, 2007

Dari data diatas dapat dilihat bahwa lama masa hukuman bagi responden yang berstatus register BI adalah diatas 2 tahun sampai 5 tahun 11 bulan, dan bagi responden yang berstatus register BIIa lama masa hukuman mulai dari 7 bulan sampai dengan kurang 12 bulan.

Pada register BI responden yang dijatauhi hukuman 2 sampai 5 tahun 11 bulan sebanyak 15 orang (62%), yang terdiri dari berbagai kasus seperti penyalah gunaan narkoba, pencurian dan lain – lain.

Tabel 5.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Hukuman yang Telah Dijalani

No Jawaban Responden Registrasi BI Register BIIa

F % F %

1 0 - 6 bulan - - 3 43

2 7 - kurang 12 bulan 7 29 4 57

3 1 - 5 tahun 11 bulan 17 71 - -

Jumlah 24 100 7 100

Sumber : Hasil Kuesioner, 2007

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hukuman yang telah dijalani sampai dengan 6 bulan oleh responden register BIIa sebanyak 3 orang (43%), 7 sampai 12 bulan oleh responden register BI, sebanyak 7 orang (29%)dan


(64)

sebanyak responden register BIIa 4 orang (57%), dan 1 sampai 5 tahun 11 bulan berjumlah 17 orang (71%).

A.1 Pengetahuan Narapidana Tentang Jenis-jenis Pembinaan

Tabel 5.8

Distribusi Jawaban Responden Tentang Jenis-jenis Pembinaan

No Jawaban Responden Registrasi BI Register BIIa

F % F %

a Tidak Tahu - - - -

b Kurang Tahu 2 8 1 14

c Tahu 22 92 6 86

Jumlah 29 100 7 100

Sumber : Hasil Kuesioner, 2007

Berdasarkan data disajikan pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden register BI mengetahui tentang jenis – jenis pembinaan yaitu sebanyak 22 orang (92%), pada register BIIa berjumlah 6 orang (86%), responden yang mengatakan kurang tahu berjumlah 2 orang (8%) pada register BI dan pada register BIIa berjumlah 1 orang (14%) dan tidak ada responden baik dari register BI maupun BIIa yang tidak tahu mengenai jenis – jenis pembinaan. Ini dikarenakan sosialisasi tentang pembinaan yang dilakukan oleh Rutan memang sudah menyebar secara merata kepada para narapidana.


(65)

Tabel 5.9

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pendidikan Keterampilan

No Jawaban Responden Registrasi BI Register BIIa

F % F %

a Tidak Mengikuti 10 42 3 43

b Kadang - kadang - - 1 14

c Mengikuti 14 58 3 43

Jumlah 24 100 7 100

Sumber : Hasil Kuesioner, 2007

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden register BI yang mengikuti pembinaan pendidikan keterampilan sebanyak 14 orang (58%) yang tidak mengikuti pembinaan pendidikan keterampilan sebanyak 10 orang (42%),. Dan pada responden register BIIa sebanyak 3 orang (43%) yang selalu mengikuti, kadang – kadang 1 orang (14%),dan tidak mengikuti sebanyak 3 orang (43%).

Rumah Tahanan Negara Klas II-B Sidikalang menjalankan program pendidikan keterampilan kepada warga binaan misalnya, jahit-menjahit serta latihan dan keterampilan seperti pertukangan kayu. Kegiatan pembinaan keterampilan dilakukan apabila ada fasilitas yang mendukung/memadai. Misalnya diberikan kepada Rumah Tahanan Negara fasilitas untuk melatih keterampilan pertukangan kayu maka yang berbakat dibidang pertukangan yang diberi pembinaan. Jadi, karena keterbatasan biaya maka tidak semua narapidana diberi pendidikan keterampilan.


(66)

Tabel 5.10

Distribusi Jawaban Responden tentang Frekuensi mengikuti kegiatan Pembinaan Rohani

No Jawaban Responden Registrasi BI Register BIIa

F % F %

a Tidak mengikuti 1 4 1 14

b Kadang - kadang 3 13 1 14

c Mengikuti 20 83 5 72

Jumlah 24 100 7 100

Sumber : Hasil Kuesioner, 2007

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa, responden yang mengikuti pembinaan rohani sebanyak 20 orang (83%) pada register BI dan sebanyak 5 orang (72%) pada register BIIa. Responden register BI yang kadang – kadang sebanyak 3 orang (13%), pada responden register BIIa 1 orang (14%). Dan responden yang tidak mengikuti berjumlah 1 orang (4%),pada register BI sedangkan responden register BIIA 1 orang (14%).

Tabel 5.11

Distribusi Jawaban Responden tentang mengikuti kegiatan Pembinaan Jasmani

No Jawaban Responden Registrasi BI Register BIIa

F % F %

a Mengikuti 22 26 5 72

b Kadang - kadang 2 8 2 29

c Tidak Mengikuti - - - -

Jumlah 24 100 7 100

Sumber : Hasil Kuesioner, 2007

Pada tabel diatas menunjukan bahwa sebahagian besar responden baik pada register BI maupun register BIIa mengikuti kegiatan pembinaan jasmani, hanya 2 orang (8%) dari register BI yang terkadang mengikuti kegiatan pembinaan jasmani


(67)

Kegiatan olahraga dilaksanakan dari hari senin minggu pada pagi hari yaitu senam kesegaran jasmani dan sore hari berupa permainan bola kaki, dan volley, kegiatan ini sangat bagus dilakukan untuk tetap menjaga kebugaran tubuh narapidana dan mengurangi atau menghilangkan kejenuhan. Kegiatan ini sangat diminati oleh narapidana, kejenuhan yang mereka alami di rumah tahanan dapat dilampiaskan jika diadakan olahraga, sehingga mereka menganggap hal ini adalah rekresi yang biasa mereka melepaskan beban pikiran.

Tabel 5.12

Distribusi Jawaban Responden tentang Mengikuti Kegiatan Rekreasi

No Jawaban Responden Registrasi BI Register BIIa

F % F %

a Tidak Pernah - - - -

b Jarang 1 4 1 14

c Pernah 23 96 6 86

Jumlah 24 100 7 100

Sumber : Hasil Kuesioner, 2007

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang mengikuti kegitan rekreasi sebanyak 23 orang (96%) pada register BI dan 6 orang (86%) pada register BIIa. Responden yang jarang mengikuti sebanyak 1 orang (4%) pada register BI , dan pada registar BIIa sebanyak 1 orang (14%).

Rekreasi dilaksanakan dalam bentuk menonton televisi yang diadakan setiap pada sore hari, kecuali hari minggu yang diadakan pada pagi hari sampai sore hari. Hanya saja pada saat penelitian ini dilakukan kegiatan ini sedikit terkendala karena televisi yang ada di Rumah Tahanan rusak dan belum ada tindakan yang lebih lanjut dari petugas.


(68)

A.2. Pemahaman Narapidana Tentang Tujuan Pembinaan

Tabel 5.13

Distribusi Jawaban Responden tentang Pemahaman Tujuan Pembinaan

No Jawaban Responden Registrasi BI Registarsi BIIa

F % F %

a Ya 23 96 5 72

b Ragu - ragu 1 4 1 14

c Tidak - - 1 14

Jumlah 24 100 7 100

Sumber : Hasil Kuesioner, 2007

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 23 orang (96%) dari responden yang berstatus register BI dan 5 orang (72%) dari responden yang berstatus registers BIIa memahami tujuan dari pembinaan yang diberikan, yaitu sebagai bekal setelah keluar dari rumah tahanan dan kembali ketengah – tengah masyarakat. Dan terdapat 1 orang (4%) pada responden register BI, dan 1 orang (14%) yang menjawab tidak tahu tentang tujuan pembinaan yang diberikan karena responden merasa di dalam rumah tahanan sedang menjalani hukuman dan bukan dibina.

Tabel 5.14

Distribusi Jawaban Responden Tentang Mengikuti Semua Kegiatan Pembinaan

No Jawaban Responden

Registrasi BI Register BIIa

F % F %

a Ya 20 83 5 71

b Ragu - ragu 3 13 - -

c Tidak 1 4 2 29

Jumlah 24 100 7 100


(69)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat dilihat pada tabel diatas bahwa tidak semua responden dapat mengikuti pola pembinaan dengan baik. Yaitu 20 orang (83%) pada responden register BI, dan 5 orang (71%) dari responden register BIIa yang menjawab mampu mengikuti kegiatan pembinaan dengan baik. 3 orang (13%) dari respondn register BI , dan 1 orang (4%) yang tidak mampu mengikuti pembinaan dengan baik pada register BI, sedangkan dari responden BIIa sebanyak 2 orang (29%). Mereka mengatakan mereka tidak mampu mengikuti pembinaan dengan baik karena mereka merasa pembinaan yang diberikan tidak sesuai dengan minat dan bakat mereka.

Tabel 5.15

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kuantitas Materi Pembinaan

No Jawaban Responden Registrasi BI Registrasi BIIa

F % F %

a Ya 21 28 5 71

b Ragu - ragu 2 8 - -

c Tidak 1 4 2 29

Jumlah 24 100 7 100

Sumber : Hasil Kuesioner. 2007

Daari tabel tampak bahwa 21 orang (28%) dari responden yang berstatus register BI dan 5 orang (71%) dari responden register BIIa merasa materi pembinaan yang diberikan telah jelas dan memadai karena para pembiana senantiasa membantu responden menjelaskan pola pembinaan dan materi yang diberikan juga membutuhkan jadwal yang padat, dan 2 orang (8%) d ari responden yang berstatus register BI yang menjawab ragu – ragu karena mereka merasa pola pembinaan yang diberikan hanya sebagaian saja yang sudah jelas dan memadai. Responden yang menjawab bahwa pembinaan yang diberikan


(1)

KUESIONER Petunjuk Pengisian

1. Jawablah pertanyaan dengan jujur dan benar

2. Berilah tanda (X) pada jawaban yang anda anggap paling benar Identitas Responden

1. Nama :

2. Umur : tahun

3. Jenis kelamin :

4. Agama :

5. Suku bangsa :

6. Asal daerah :

7. Pendidikan terakhir :

8. Tindak pidana :

9. Lama masa hukuman :

10.Lama masa hukuman yang telah dijalani :

Daftar Pertanyaan A. Pola Pembinaan

1. Apakah saudara mengetahui jenis-jenis pembinaan di Rutan ini? a. Tidak tahu

b. Kurang tahu c. Tahu

2. Apakah saudara mengikuti kegiatan pembinaan pendidikan keterampilan,seperti pertukangan kayu?

a. Tidak mengikuti b. Kadang-kadang c. Mengikuti

3. Apakah saudara mengikuti/melaksanakan kegiatan pembinaan rohani? a. Tidak mengikuti

b. Kadang-kadang c. Mengikuti


(2)

4. Apakah saudara pernah mengikuti kegiatan pembinaan jasmani? a. Mengikuti

b. Kadang-kadang c. Tidak mengikuti

5. Selain kegiatan diatas, apakah pernah diadakan kegiatan rekreasi, seperti pertandingan olah raga, hiburan musik, televisi dan membaca?

a. Tidak pernah b. Jarang c. Pernah

B. Tujuan Pembinaan

6. Apakah saudara mengerti tujuan pembinaan yang diberikan kepada saudara?

a. Ya

b. Ragu-ragu c. Tidak

7. Apakah saudara dapat mengikuti semua macam pembinaan dengan baik? a. Ya

b. Ragu-ragu c. Tidak

8. Apakah materi pembinaan yang diberikan sudah jelas dan memadai? a. Ya

b. Ragu-ragu c. Tidak

9. Apakah saudara merasa tertarik mengikuti pola pembinaan yang diberikan?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak


(3)

10. Apakah saudara sungguh-sungguh mengikuti pola pembinaan yang diberikan?

a. Tidak sungguh-sungguh b. Kurang sungguh-sungguh c. Sungguh-sungguh

11. Apakah pembinaan yang dilakukan disesuaikan dengan minat, bakat dan kemauan saudara?

a. Tidak b. Ragu-ragu c. Ya

12. Apakah pola pembinaan yang dilakukan sesuai dengan jadwal? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

13. Bagaimanakah cara pembinaan yang dilaksanakan terhadap saudara? a. Secara sendiri-sendiri

b. Secara berkelompok c. Secara bersama-sama

C. Pelaksanaan Pembinaan dan Manfaat Pembinaan

14. Apakah pola pembinaan yang diberikan mampu menambah pengetahuan, keterampilan dan keimanan saudara?

a. Tidak b. Ragu-ragu c. Ya

15. Apakah menurut saudara, petugas sudah mempunyai keterampilan dalam menjalankan tugasnya?

a. Sudah b. Kurang c. Belum


(4)

16. Menurut pendapat saudara, bagaimanakah kualitas pembinaan yang diberikan?

a. Baik b. Cukup baik c. Tidak baik

17. Apakah para pembina membantu saudara, menjelaskan mengenai pola pembinaan yang diberikan?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

E. Sarana dan Prasarana

18. Apakah tersedia sarana untuk beribadah seperti mesjid dan gereja di Rutan ini?

a. Tidak memadai b. Kurang memadai c. Memadai

19. Bagaimanakah menurut saudara tentang menu makanan di Rutan? a. Tidak enak

b. Kurang enak c. Enak

20. Menurut pendapat saudara bagaimana fasilitas di Rutan ini? a. Tidak memadai

b. Kurang memadai c. Memadai

21. Menurut pendapat saudara bagaimana fasilitas perpustakaan di Rutan ini? a. Memadai

b. Kurang memadai c. Tidak memadai


(5)

22. Apakah fasilitas yang ada di Rutan ini dalam kondisi baik? a. Ya

b. Ragu-ragu c. Tidak

23. Apakah menurut saudara perlu adanya perbaikan fasilitas yang ada di Rutan?

a. Ya

b. Ragu-ragu c. Tidak

II. DAFTAR WAWANCARA DENGAN NARAPIDANA

1. Bagaimana tanggapan saudara mengenai pola pembinaan yang dilakukan oleh Rutan Klas II-B Sidikalang.?

2. Bagaimana perlakuan petugas yang ada di Rutan Klas II-B Sidikalang terhadap saudara.?

3. Apakah saudara mengikuti pembinaan yang dilaksanakan dan merasakan manfaat dari pembinaan tersebut?

4. Menurut saudara apakah pembinaan yang diberikan sudah memadai dan sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat?

5. Menurut saudara apakah pembinaan yang diberikan dapat dijadikan sebagai pedoman hidup bermasyarakat?

6. Apakah anda mendukung pembinaan yang dilaksanakan oleh Rutan Klas II-B Sidikalang?


(6)