Proses penyebaran HIV AIDS di dalam Lapasrutan.

terdapat bukti-bukti yang menunjukkan bahwa penularan juga terjadi di antara narapidanatahanan. Di Indonesia, seperti halnya juga di negara lain, penelitian yang ada menunjukkan bahwa umumnya penularan HIV di LapasRutan terjadi karena adanya penggunaan bersama peralatan suntik dan melalui hubungan seksual tidak aman. 33

2. Proses penyebaran HIV AIDS di dalam Lapasrutan.

Dengan tingginya resiko penyebaran HIVAIDS di dalam Lapasrutan tentunya karena Lapas rutan terdapat faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya penyebaran dan penularan HIVAIDS. Lapasrutan menempatkan orang dalam keadaan yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit karena: 34 a Tingkat hunian yang sesak, yang menyebabkan iklim kekerasan serta sanitasi yang buruk. b Kontrol infeksi yang buruk: fasilitas kesehatan pengawasan infeksi sangat terbatas. c Penggunaan narkoba melalui jarum suntik secara bersama. Bila ada pengguna jarum suntik di masyarakat, maka kemungkinan juga akan ada penggunaan jarum suntik di dalam Lapasrutan. Pada keadaan yang sulit untuk memperoleh jarum suntik maka jarum suntik yang ada pun digunakan secara bergantian dan bersama-sama. Indikasi penggunaan jarum suntik di dalam Lapasrutan dapat didasarkan pada beberapa fakta, antara lain: 1 Karena beberapa narapidanatahanan yang mengalami kondisi ketagihan sehingga berusaha memasukkan narkoba kedalam Lapasrutan; 2 Adanya indikasi keterlibatan petugas pada kasus masuknya narkoba ke dalam Lapasrutan; 3 Diketemukannya peralatan suntik, sabu-sabu dan ganja di dalam Lapasrutan; 4 Hasil tes urine terhadap narapidanatahanan yang hasilnya positif menggunakan narkoba; 5 Narapidana lebih cerdik walau secanggih alat yang dipergunakan oleh petugas mencegah masuknya narkoba. 35 6 Penyuntikan yang tidak aman: peralatan menyuntik susah didapatkan dan menyebabkan narapidana menggunakan jarum suntik atau peralatan buatan sendiri dari ujung bolpoin secara bergantian tanpa membersihkannya terlebih dahulu. 7 Perilaku seksual yang tidak aman dan pemerkosaan: hubungan seks di antara laki laki sangat umum, namun tidak tersedia kondom. 33 Strategi Penanggulangan HIV AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba pada Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara di Indonesia 2005-2009, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Direktorat Jendral Pemasyarakatan, 2005, hal. 11-12. 34 Buku saku staff LapasRutan, loc. cit., hal. 3-4. 35 Sri Yuwono, Manajemen Penanggulangan HIV AIDS Narapidana di Lembaga Hubungan seksual antar narapidanatahanan kerap kali menimbulkan Infeksi Menular Seksual IMS, dulu disebut penyakit kelamin adalah penyakit yang salah satu penularannya melalui hubungan seksual. IMS terjadi di Lapasrutan, karena kemungkinan narapidana telah terinfeksi IMS sebelum masuk danatau melalui hubungan seks di dalam Lapasrutan. Hubungan seks di dalam Lapasrutan bisa terjadi atas dasar suka sama suka, terpaksa karena intimidasi, alasan perlindungan dan pemerkosaan. Penelitian di seluruh dunia menunjukkan hubungan seks antara pria dengan pria di dalam Lapasrutan adalah hal yang biasa. Dan karena kondom jarang tersedia, maka risiko tertularmenularkan IMS dan HIVAIDS merupakan suatu realitas bagi para narapidana. 36 Infeksi Menular Seksual terutama sifilis, meningkatkan risiko penularan HIV 1-9 kali lipat. Di samping itu, IMS juga merupakan beban penyakit tersendiri yang dapat menimbulkan komplikasi dan efek jangka panjang seperti kemandulan, penyempitan saluran kencing pada laki-laki, serta kehamilan di luar kandungan pada wanita. Sebagian besar IMS dapat disembuhkan. Dengan menyembuhkan IMS, risiko penularan HIV diturunkan 1-9 kali lipat. Infeksi ganda HIV dan IMS meningkatkan potensi masalah HIV maupun IMS. 37 8 Perilaku berisiko lain seperti tatto, tindik telinga kulit,pemasangan pelor ke dalam penis, dll dan biasanya alat yang dipakai tidak steril dan digunakan bergantian. Layanan kesehatan di LapasRutan akan secara aktif mengidentifikasi IMS pada narapidanatahanan pria maupun wanita, baik yang HIV positif maupun negatif Narapidanatahanan dengan IMS akan diobati sesuai standard pengobatan. Narapidanatahanan dengan IMS tidak akan diperlakukan secara diskriminatif. LapasRutan juga akan menyediakan obat-obat esensial untuk pengobatan berbagai IMS, sesuai standard terapi, secara berkesinambungan atau bila perlu kerja sama dengan Dinkes dan RS setempat. 9 Akibat perkelahian antar narapidana tahanan. 10 Penggunaan alat cukur bergantian tanpa proses sterilisasi, karena fasilitas terbatas.

E. Pembinaan dan perawatan khusus bagi narapidana pengidap penyakit HIVAIDS di