Fungsi Tembikar Bagi Masyarakat Jepang

(1)

FUNGSI TEMBIKAR BAGI MASYARAKAT JEPANG

“ NIHON SHAKAI NO TAME NO TOUKI NO GINOU “

KERTAS KARYA Dikerjakan

O L E H

NIM: 082203063

M. FAJR NUR ALIM FIKRY UNDIPA

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini guna untuk melengkapi syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya pada Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya ini adalah “Fungsi Tembikar Bagi Masyarakat Jepang”.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini jauh dari sempurna, baik dari pengkajian kalimat, penguraian materi, dan pembahasan masalah. Tetapi berkat dan bimbingan berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyyak membantu terutama kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis,M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Zulnaidi,S.S.,M.Hum. selaku Ketua Program Studi Diploma III Bahasa Jepang, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Muhammad Pujiono,S.S.,M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan fikirannya untuk membimbing dan memberikan petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.


(3)

5. Ibu Hj. Siti Muharami M,S.S.,M.Hum selaku dosen wali penulis serta seluruh staf pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara atas arahan, bimbingan, dan ilmu yang diberikan kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan.

6. Teman-teman yang selalu menemani penulis selama masa perkuliahan dan memberikan keceriaan di hari-hari penulis.

Teristimewa penulis sangat berterimakasih dengan penuh rasa hormat dan penghargaan yang setulusnya kepada orangtua tercinta yaitu untuk Ayahanda

H.Am. Muchtar, ST dan Ibunda Ratnawati yang memberikan dukungan

materi, do’a, perhatian dan kasih sayang yang begitu besar kepada penulis yang tidak dapat dibalaskan dengan apapun.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam pembuatan kertas karya ini, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan kertas karya ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Akhirnya penulis berharap semoga kertas karya ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita semua, terima kasih.

Medan, November 2011

( M. Fajr Nur Alim Fikry Undipa NIM: 082203063


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Metode Penulisan ... 2

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KERAMIK 2.1 Pengertian Keramik ... 4

2.2 Sejarah Keramik ... 9

BAB III FUNGSI TEMBIKAR BAGI MASYARAKAT JEPANG 3.1 Jenis-Jenis Tembikar ... 12

3.2 Pembuatan Tembikar ... 14

3.3 Fungsi Tembikar Bagi Masyarakat Jepang ... 16


(5)

4.1 Kesimpulan ... 19

4.2 Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Sejak lama orang-orang Jepang sangat tertarik pada yakimono yakni barang-barang berupa tembikar dan porselen. Yakimono sangat populer di kalangan orang Jepang, hal ini dikarenakan negara Jepang memiliki nilai seni yang sangat tinggi. Tidak hanya dalam bidang teknologi bahkan negara Jepang juga memiliki nilai seni dalam segala bidang terutama dalam bidang pembuatan keramik.

Jepang memiliki tanah liat yang halus untuk membuat keramik, air murni sebagai campuran tanah liat, dan hutan-hutan hijau yang menghasilkan kayu bakar sebagai bahan bakar tempat pembakaran. Tembikar, porselen, dan gerabah sangat banyak dibuat di Jepang selama berabad-abad. Pada awalnya keramik di negara ini dipengaruhi oleh Cina dan semenanjung Korea tetapi kemudian keramik-keramik tersebut desainnya dimodifikasi oleh pengrajin keramik-keramik di Jepang sehingga muncullah berbagai desain yang unik dan menarik yang menjadi ciri khas keramik Jepang yang dapat kita lihat hingga saat ini. Salah satu jenis dari keramik ini adalah tembikar. Tembikar adalah barang dari tanah liat yang dibakar dan berlapis gilap atau porselen.

Banyaknya jenis barang dari tanah liat dengan berbagai bentuk dan tekstur yang bervariasi memberikan kegembiraan tersendiri bagi pemiliknya. Diantara barang-barang tersebut adalah mangkuk nasi, cangkir tanpa pegangan dan tempat


(7)

meletakkan sumpit serta jenis keramik lainnya menambahkan keistimewaan pada gaya hidup orang Jepang.

Selain itu barang-barang tersebut mempunyai fungsi bagi masyarakat Jepang dan kehidupan sehari-hari. Dengan alasan tersebut diatas maka penulis tertarik untuk menjadikan judul kertas karya ini.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis memilih judul fungsi tembikar bagi masyarakat Jepang adalah:

1. Untuk mengetahui sejarah serta perkembangan tembikar di negara Jepang. 2. Untuk mengetahui fungsi serta keistimewaan tembikar bagi masyarakat

Jepang.

3. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca

tentang fungsi tembikar bagi masyarakat Jepang.

1.3 Batasan Masalah

Penulis ingin sekali membahas mengenai tembikar ini secara keseluruhan dan mendalam, namun karena keterbatasan waktu dan kemampuan penulis maka dalam kertas karya ini penulis akan membatasi pembahasan hanya pada sejarah, proses pembuatan, dan fungsi tembikar bagi masyarakat Jepang.


(8)

1.4 Metode Penulisan

Dalam kertas karya ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research) yakni pengumpulan data atau informasi baik dengan membaca buku maupun internet sebagai referensi yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas. Selanjutnya data dianalisa dan dirangkum, kemudian dideskripsikan kedalam kertas karya ini.


(9)

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG KERAMIK

2.1 Pengertian Keramik

Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar seperti gerabah, genteng, tembikar dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat (Yusuf, 1998:2).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keramik memiliki arti barang-barang yang terbuat dari tanah liat, dicampur dengan bahan-bahan lain dan kemudian dibakar barang tembikar (porselen).

Pada umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia dibandingkan elemennya. Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard, ball, clay, kwarsa, kaolin, dan air. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung pada lingkungan geologi dimana bahan diperoleh. Secara umum strukturnya sangat rumit dengan sedikit elektron-elektron bebas. Kurangnya beberapa elektron bebas keramik membuat sebagian besar bahan keramik secara kelistrikan bukan merupakan konduktor dan juga menjadi


(10)

konduktor panas yang jelek. Disamping itu keramik mempunyai sifat rapuh, keras, dan kaku.

A. Klasifikasi Keramik

Pada prinsipnya keramik terbagi atas: 1. Keramik Tradisional

Keramik tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan alam, seperti kuarsa, kaolin, tanah liat dan lain sebagainya. Yang termasuk keramik adalah barang pecah belah (dinnerware), keperluan rumah tangga (tile, bricks), dan untuk industri (refractory).

2. Keramik halus

Keramik halus adalah keramik yang dibuat dengan menggunakan oksida-oksida atau logam seperti oksida-oksida logam Al2O3, ZrO2, MgO, dan lain-lain. Keramik halus disebut juga dengan Fine Ceramics yakni keramik modern atau biasa disebut dengan keramik teknik, keramik ini juga sering dibuat dengan menggunakan teknologi mesin (Joelianingsih, 2004).

B. Sifat Keramik

Sifat yang paling umum dan mudah dilihat secara fisik pada kebanyakan jenis keramik adalah britle atau rapuh, hal ini dapat kita lihat pada keramik jenis tradisional seperti barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah, tembikar dan sebagainya. Sifat lainnya adalah keramik tahan terhadap suhu yang tinggi, sebagai contoh keramik tradisional yang terdiri dari clay, flint dan feldfar tahan sampai


(11)

dengan suhu 1200°C, keramik engineering seperti keramik oksida mampu tahan terhadap suhu tinggi hingga mencapai 2000°C.

Barang tanah liat Jepang dikatakan memperlihatkan variasi teknik dan gaya terbanyak di dunia, dan peralatan makan masa kini yang kebanyakan adalah tembikar atau porselen mempunyai bentuk dan warna hiasan yang banyak.

Barang tanah liat dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok: a. Gerabah

Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk kemudian dibakar untuk kemudian dijadikan alat-alat yang berguna untuk membantu kehidupan. Gerabah memiliki tekstur yang unik seperti tanah. b. Tembikar

Tembikar adalah alat keramik yang dibuat oleh pengrajin. Tembikar dibuat dengan membentuk tanah liat menjadi suatu objek. Alat tembikar yang paling dasar adalah tangan. Tembikar memiliki tekstur yang dilapisi dengan glasir yang beragam dan memiliki kesan yang alami dan hangat. Jika tanah liat yang digali dari tanah dipanaskan, maka bahan lumpur basah itu berubah menjadi kuat, keras, dan kedap air. Itulah tembikar. Tembikar memiliki banyak guna karena sifatnya sudah begitu berbeda dari tanah liat. Pengrajin tembikar dapat membentuk tanah liat yang lunak menjadi berbagai macam barang, mulai dari piring ceper sampai gentong jeluk. Setelah tembikar dipanaskan atau dibakar maka bentuknya menjadi tetap. Seni tembikar sudah sangat tua. Para pengrajin tembikar pertama ada di Timur Tengah 9.000 tahun silam. Mereka membuat tembikar tekan


(12)

dan tembikar lingkar yang sederhana. Sekitar 3.500 tahun silam mulai digunakan meja putar kecil, yang disebut roda tembikar, untuk membuat tembikar bulat. Kita tahu hal ini karena tembikar tidak hancur dalam tanah seperti halnya kayu. Para arkeolog menggunakan pecahan tembikar untuk mempelajari bangsa-bangsa yang sudah membuat tembikar berabad-abad silam.

c. Porselen

Porselen memiliki tekstur yang halus dan dilapisi dengan berbagai warna yang mengagumkan. Porselen muncul di Jepang baru pada awal abad ke-17, ketika para pengrajin tembikar Korea mulai membuatnya. Ini adalah kejadian penting dalam perkembangan tembikar Jepang. Tidak lama kemudian, tanah liat porselen yang disebut kaolin, ditemukan di Izumiyama di Arita, Kyushu, dan ditemukan cocok untuk membuat porselen yang tipis, ringan dan kuat.

Sejak pertengahan abad ke-19, porselen telah mendapatkkan tempat yang penting di meja makan karena kemudahannya. Pada saat sekarang ini piring keramik sudah menjadi sangat umum, kecuali untuk mangkuk dari barang berpernis yang halus untuk sup miso, diminum dengan bibir mengenai mangkuk.

Semangat artistik yang sangat kreatif dari jaman Momoyama memberikan kehidupan baru pada keramik Jepang. Hal ini terlihat dari berbagai jenis keramik yang indah dan unik serta memiliki berbagai fungsi yang berbeda.


(13)

Seperti dalam hal pelaksanaan upacara minum teh, terkadang mereka memberikan sebuah nama untuk menjelmakan peralatan yang sangat mereka sukai seperti sebuah cangkir teh, jambangan, tempat air atau kotak dupa.

Alasan lainnya mengenai banyaknya variasi keramik adalah kenyataan bahwa makanan Jepang memerlukan berbagai macam peralatan makan yang banyak, lebih daripada makanan lainnya didunia.

Dalam masyarakat Jepang kuno yang berbudaya tinggi, orang makan dan minum terutama dari barang berpernis, tetapi hal ini mulai diubah oleh para ahli minum teh. Mereka mulai menggunakan perangkat mangkuk dan piring keramik untuk makanan Kaiseki yang disajikan sebelum teh, dan hal ini membawa pada penemuan bahwa keramik memberikan dampak visual yang lebih dan daya tarik yang segar. Barang keramik untuk upacara minum teh dipilih sesuai dengan musim.

Nasi, makanan pokok di Jepang, disantap dari mangkuk kecil yang dipegang oleh tangan dan pada umumnya setiap anggota keluarga memiliki mangkuk nasinya sendiri. Melalui kebiasaan di atas meja seperti itu juga, orang Jepang telah mengembangkan kesenangan mereka terhadap barang tembikar.

Sebagian orang mungkin melihat keramik hanya merupakan bagian dari sebuah keunikan dan ketertarikan semata. Namun, bagi masyarakat timur yakni Cina, Jepang, dan Korea keramik memiliki nilai spiritual. Hal ini terlihat pada gambar-gambar atau ukiran yang terdapat pada keramik-keramik tersebut. Seperti ukiran naga yang menggambarkan dewa atau raja dan burung phoenix yang melambangkan dewi atau permaisuri.


(14)

Tidak semua orang memiliki bakat untuk membuat keramik karena pada umumnya keahlian untuk membuat keramik ini diwariskan secara turun temurun dan adakalanya setiap keluarga memiliki ukiran tersendiri yang merupakan ciri khas dari usaha keluarganya sehingga berbeda dari hasil seni keramik pengrajin yang lain.

2.2 Sejarah Keramik

Barang tanah liat pertama kali dibuat di kepulauan Jepang sekitar 13.000 tahun yang lalu. Periuk besar dan dalam yang digunakan untuk merebus adalah yang paling umum. Tanah liatnya dihias dengan menggiling atau menekan tali berkepang pada permukaannya. Karena pola tali inilah, barang tanah liat dari jaman ini disebut dengan jomon doki (jo = tali; mon = pola; doki = barang tanah liat). Sekitar 5000 tahun yang lalu, selama jaman Jomon, beberapa desain yang sangat dinamis muncul, termasuk ornamen ombak pada bibir periuk dan pola-pola aneh yang menutupi setiap bagian luarnya.

Pada jaman Yayoi berikutnya, penanaman padi dan jenis tembikar baru diperkenalkan dari semenanjung Korea. Tembikar Yayoi merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, digunakan terutama banyak untuk penyimpanan, memasak dan makan. Tembikar jenis ini tidak semeriah barang tembikar Jomon, dan warnanya yang muda menciptakan kesan lembut.

Sekitar awal abad ke-5, terjadi perubahan besar ketika teknik baru memasuki Jepang dari semenanjung Korea. Sebelumnya, tanah liat dibakar di api unggun, tetapi jenis tembikar baru, yang disebut dengan tembikar Sueki, dibakar


(15)

dengan suhu tinggi di dalam tempat pembakaran dengan cerobong (terowongan) yang dibangun loreng. Tembikar Sueki adalah tembikar yang sebenarnya.

Sekitar pertengahan abad ke-7, para pengrajin tembikar Jepang pergi untuk mempelajari teknik-teknik Korea dan Cina, dan belajar cara menggunakan glasir dan membakar tanah liat dengan suhu yang cukup rendah. Beberapa glasir dari sini berwarna hijau tua, sedangkan barang Nara Sansai menonjol dengan tiga warna, seringkali berwarna merah, kuning, dan hijau. Akan tetapi, barang-barang ini digunakan hanya di istana, keluarga bangsawan, dan kuil-kuil, dan sekitar abad ke-11 tidak dibuat lagi.

Kemajuan yang diperoleh tembikar Sueki menyebabkan pembangunan tempat-tempat pembakaran di banyak bagian di Jepang. Tidak lama kemudian, para pengrajin menemukan bahwa abu kayu di dalam tempat pembakaran yang panas bereaksi dengan tanah liat sehingga menciptakan glasir alami. Hal ini mendorong mereka untuk menaburkan abu dari tanaman yang dibakar secara sengaja ke atas tanah liat sebelum dibakar. Teknik glasir abu alami ini pertama sekali dilakukan di tempat pembakaran Sanage di propinsi Owari (sebelah barat daya propinsi Aichi sekarang).

Tembikar Sueki di jaman pertengahan menjadi pondasi untuk teknik-teknik baru dan menjamurnya pembangunan tempat pembakaran. Enam kota tempat tembikar bersejarah di Jepang yakni Seto, Tokoname, Echizen, Shigaraki, Tanba dan Bizen dimulai pada masa ini, dan tempat pembakaran mereka masih berproduksi. Hampir semuanya membuat gerabah yang terlihat alami. Hasil produksi mereka kebanyakan guci besar, jambangan besar dan periuk. Sampai


(16)

sekitar abad ke-16, Seto adalah satu-satunya tempat di Jepang yang terus memproduksi tembikar berglasir.

Perang saudara yang melanda seluruh negeri Jepang pada jaman Warring States (1467-1568), dan para pengrajin di Seto pergi ke utara ke daerah pegunungan menuju Mino (kini propinsi Gifu bagian selatan). Disana mereka memelopori gaya baru unik Jepang, yang terbaik adalah tembikar Kiseto, Seto-guro, Shino, dan Oribe. Sekitar pada saat inilah upacara minum teh mulai menarik perhatian. Kebiasaan minum teh berasal dari China pada akhir abad ke-12, dan pada abad ke-16 telah menjadi kebiasaan untuk mengadakan acara yang berfokus pada upacara penyajian teh.

Dengan mulainya jaman Momoyama (akhir tahun 1500-an) berakhirlah perang saudara, penggabungan Jepang, dan penyempurnaan upacara minum teh. Ini adalah saat transformasi untuk barang tembikar Jepang. Toyotomi Hideyoshi memulai kampanye militer di semenanjung Korea, dan hal ini menciptakan kesempatan bagi para samurai menyenangi upacara minum teh untuk membawa pengrajin tembikar Korea ke Jepang dan menyuruh mereka membangun tempat pembakaran. Banyak pusat produksi baru termasuk Karatsu, Hagi, Agano, Takatori dan Satsuma didirikan di bagian-bagian yang berlainan di Kyushu.


(17)

BAB III

FUNGSI TEMBIKAR BAGI MASYARAKAT JEPANG

3.1 Jenis-Jenis Tembikar

Tembikar sangat banyak digunakan dari zaman dahulu hingga zaman sekarang. Beberapa jenis-jenis tembikar dapat di kelompokkan berdasarkan bentuk dan cara pembuatannya.

1. Berdasarkan bentuknya

Berdasarkan bentuknya tembikar dapat dikelompokkan menjadi: a. Beluk

Fungsi: sebagai tempat air

Ciri-ciri: memiliki motif yang sangat sederhana dan kecil, berbentuk lonjong.

b. Buyung

Fungsi: sebagai tempat air

Ciri-ciri: mempunyai leher dan badan berukuran besar berbentuk bulat penuh, permukaan licin tanpa dihias.

c. Jambangan

Fungsi: sebagai tempat bunga atau tempat tanaman Ciri-ciri: berbentuk labu yang ditinggikan.

d. Labu


(18)

Ciri-ciri: berbentuk labu dan memiliki corak yang berhubungan dengan alam dan geometri.

e. Tempat bara/ tempat perasapan

Fungsi: tempat membakar dupa atau kemenyan.

Ciri-ciri: digunakan sebagai tempat pembakaran atau perasapan dan biasanya digunakan pada saat upacara tertentu.

f. Tempat menampung air

Fungsi: sebagai tempat menampung air.

Ciri-ciri: berbentuk bulat dan diikat tali penyangkut. g. Terenang

Fungsi: tempat air tertutup

Ciri-ciri: berbentuk bulat dan memiliki tutup. h. Tembikar mambong

Fungsi: sebagai peralatan dapur seperti periuk, belanga, piring, cawan, gelas, dan sebagainya.

Ciri-ciri: memiliki bentuk yang berbeda-beda dan digunakan sebagai peralatan dapur seperti peralatan memasak dan peralatan makan.

2. Berdasarkan pembuatannya a. Tembikar polos

Tembikar ini pada umumnya berbentuk guci panjang yang dibentuk melengkung seperti kendi air, mangkuk kecil, perabotan bergagang, ceret dan guci berbentuk chalice (berleher tinggi). Perabotan ini dianggap


(19)

sebagai karya seni masyarakat primitif dan dapat menandakan tingkat peradaban masyarakat yang semakin meningkat.

b. Tembikar Lingkar

Tembikar jenis ini pada umumnya dibuat dengan menggunakan roda pemutar atau piring sebagai pelapik. Roda tersebut kemudian diputar. Contoh tembikar ini adalah labu sayong yang digunakan sebagai tempat penyimpanan air.

c. Tembikar tradisional

Bentuk dan hiasan tembikar berbeda-beda menurut budaya. Banyak pengrajin yang membuat barang pecah-belah, seperti mangkuk dan alat masak. Ada pula pengrajin yang membuatnya hanya sebagai perhiasan dan sarana hobi seperti manik-manik dan alat musik.

3.2 Pembuatan Tembikar

Terdapat beberapa langkah cara membuat tembikar: 1. Pengambilan tanah liat

Tanah liat diambil dengan cara menggali secara langsung kedalam tanah yang mengandung banyak tanah liat yang baik. Tanah liat yang baik berwarna merah coklat atau putih kecoklatan. Tanah liat yang telah digali kemudian dikumpulkan pada suatu tempat untuk proses selanjutnya.

2. Persiapan tanah liat

Tanah liat yang telah terkumpul disiram air hingga basah merata kemudian didiamkan selama satu hingga dua hari. Setelah itu, kemudian tanah liat


(20)

digiling agar lebih rekat dan liat. Ada dua cara penggilingan yaitu secara manual dan mekanis. Penggilingan manual dilakukan dnegan cara menginjak-injak tanah liat hingga menjadi ulet dan halus. Sedangkan secara mekanis dengan menggunakan mesin giling. Hasil terbaik akan dihasilkan dengan menggunakan proses giling manual.

3. Proses pembentukan

Setalah melewati proses penggilingan, maka tanah liat siap dibentuk sesuai dengan keinginan. Aneka bentuk dan disain depat dihasilkan dari tanah liat. Seberapa banyak tanah liat dan berapa lama waktu yang diperlukan tergantung pada seberapa besar tembikar yang akan dihasilkan, bentuk dan disainnya. Pengrajin tembikar akan menggunakan kedua tangan untuk membentuk tanah liat dan kedua kaki untuk memutar alat pemutar (perbot). Kesamaan gerak dan konsentrasi sangat diperlukan untuk dapat melakukannya. Alat-alat yang digunakan yaitu alat pemutar (perbot), alat pemukul, batu bulat, kain kecil. Air juga sangat diperlukan untuk membentuk tembikar dengan baik.

4. Penjemuran

Setelah bentuk akhir telah terbentuk, maka diteruskan dengan penjemuran. Sebelum dijemur di bawah terik matahari, tembikar yang sudah agak mengeras dihaluskan dengan air dan kain kecil lalu dibatik dengan batu api. Setelah itu baru dijemur hingga benar-benar kering. Lamanya waktu penjemuran disesuaikan dengan cuaca dan panas matahari.


(21)

5. Pembakaran

Setelah tembikar menjadi keras dan benar-benar kering, kemudian banyak gerabah dikumpulkan dalam suatu tempat atau tungku pembakaran. Tembikar-tembikar tersebut kemudian dibakar selama beberapa jam hingga benar-benar keras. Proses ini dilakukan agar tembikar benar-benar keras dan tidak mudah pecah. Bahan bakar yang digunakan untuk proses pembakaran adalah jerami kering, daun kelapa kering ataupun kayu bakar.

6. Penyempurnaan

Dalam proses penyempurnaan, tembikar jadi dapat dicat dengan cat khusus atau diglasir sehingga terlihat indah dan menarik sehingga bernilai jual tinggi.

3.3 Fungsi Tembikar Bagi Masyarakat Jepang

Tembikar merupakan benda yang sangat unik baik dari bentuknya, pembuatannya, serta ukirannya. Tembikar memberikan perasaan bangga dan kesenangan tersendiri bagi para pemiliknya terutama bagi masyarakat Jepang. Bagi masyarakat Jepang yang sangat mencintai keindahan memiliki suatu benda yang unik merupakan sebuah kesenangan. Pada awalnya tembikar hanya dijadikan sebagai peralatan rumah tangga namun seiring berkembangnya zaman, tembikar kini dijadikan sebagai pernak-pernik, alat musik, dan sebagainya. Dan tak jarang juga masyarakat yang membuat tembikar hanya dikarenakan hobi, namun ada juga yang menjadikannya sebagai mata pencaharian. Di Jepang tak sedikit orang yang menjadikan tembikar sebagai usaha keluarga. Mereka meyakini bahwa tembikar merupakan suatu warisan nasional yang hidup.


(22)

Bagi masyarakat Jepang yang sangat mencintai seni, tembikar merupakan barang yang menarik. Tak sedikit juga masyarakat Jepang yang pada awalnya hanya mengagumi keindahan tembikar namun lama kelamaan ia menjadi tertarik untuk membuatnya sendiri sesuai dengan keinginannya hingga pada akhirnya menjadi sebuah usaha.

Di Jepang terdapat sekolah tembikar Mamekichi yang hanya berjarak dua menit berjalan kaki dari stasiun JR Nakano di Tokyo. Lokasinya yang nyaman membuatnya menarik perhatian banyak wanita muda. Kini sekolah tersebut telah memiliki sekitar 130 murid, 70 % dari mereka adalah wanita. Jika mereka ditanya mengapa mereka mempelajari membuat tembikar sendiri maka jawaban mereka adalah karena mereka ingin menyajikan makanan yang mereka masak sendiri dengan peralatan makan yang mereka buat sendiri.

Bagi para pecinta tembikar, menuangkan ide-ide mereka dalam proses pembuatannya tak sedikit pula yang menjadi awal terciptanya teknik baru bagi para pengrajin tembikar. Masyarakat Jepang selalu tidak puas dengan apa yang telah dimilikinya sehingga mereka mencari ide-ide lain untuk lebih mengembangkan teknik yang mereka miliki menjadi sesederhana mungkin namun tidak mengurangi hasil karya mereka. Seperti terciptanya ide membuat tembikar dari tempat pembakaran portabel oleh Yoshida Akira. Pada jaman dahulu setiap rumah orang Jepang memiliki shichirin, kompor untuk memasak portabel yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya. Yoshida Akira, seorang pengrajin tembikar yang tinggal di Tokyo memiliki ide menggunakan shichirin untuk membakar tembikar, dan ia pun mulai mempromosikannya enam tahun


(23)

yang lalu. Ia sangat ingin mengembangkan cara yang sederhana hingga setiap orang dapat membakar karya mereka di rumah mereka sendiri. Metode Yoshida memerlukan waktu yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk membuat tembikar dengan cara biasa.

Hal tersebut memperlihatkan bahwa bagi masyarakat Jepang segala sesuatunya mereka lakukan dengan sepenuh hati. Hingga mereka rela bersusah payah demi sesuatu yang mereka cintai. Begitu juga dengan pembuatan tembikar. Mereka akan merasa sangat bangga jika mereka dapat menggunakan benda-benda yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri dan dengan usaha mereka sendiri.


(24)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian pustaka (Library Research) lalu menganalisa dan mengevakuasi data-data yang diperoleh mengenai tembikar maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kesenian tembikar Jepang banyak mengambil kesenian dari Cina dan Korea hal ini terlihat bahwa sekitar abad ke-7 para pengrajin tembikar Jepang pergi untuk mempelajari teknik-teknik Korea dan Cina dan belajar cara menggunakan glasir dan membakar tanah liat dengan suhu yang cukup rendah.

2. Perang saudara yang terjadi selama jaman Warring States (1467-1568) juga membawa dampak yang cukup baik bagi perkembangan tembikar Jepang. Hal ini terlihat ketika perang saudara terjadi para pengrajin di kota Seto pergi ke utara ke daerah pegunungan menuju Mino dan disana mereka memelopori gaya-gaya baru unik Jepang dalam pembuatan tembikar mereka.

3. Pembakaran tembikar tidak hanya dapat dilakukan di tungku pembakaran yang besar akan tetapi kini telah dapat dilakukan pembakaran di tempat pembakaran portabel yang disebut dengan shichirin. Hal ini merupakan ide dari Yoshida Akira yang selalu ingin menyederhanakan proses pembuatan tembikar agar semakin banyak orang yang menyukai tembikar.


(25)

4. Peminat tembikar pada umumnya adalah wanita hal ini terlihat pada persentase yang terdapat di sekolah tembikar Mamekichi. Dari 130 murid di sekolah tersebut 70 % diantaranya adalah wanita. Hal ini dapat mewakili persentase ketertarikan tembikar Jepang dalam masyarakat Jepang itu sendiri.

4.2 Saran

Karena tembikar merupakan satu benda tradisional yang memiliki nilai estetika yang cukup tinggi ada baiknya jika kesenian tembikar tetap dilestarikan agar tidak punah malah menjadi semakin berkembang terutama di Indonesia seperti halnya di Jepang dimana masyarakatnya sangat menghargai kesenian tradisional.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Nipponia. 2005. Menelusuri Jepang. Yokoso Jepang.

http://ipahappy.blogspot.com/2011/04/apa-itu-tembikar.html http://en.wikipedia.org/wiki/Pottery


(27)

LAMPIRAN

Tembikar jaman Jomon dengan ornamen seperti kapal dengan api.


(28)

Shigaraki, abad ke-16


(29)

Tembikar berbentuk guci


(30)

Kameyama porselen, motif kapal Belanda, tahun 1800-an


(31)

Guci bulan Cina, tahun 1723 dinasti Qing


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Nipponia. 2005. Menelusuri Jepang. Yokoso Jepang.

http://ipahappy.blogspot.com/2011/04/apa-itu-tembikar.html http://en.wikipedia.org/wiki/Pottery http://en.wikipedia.org/wiki/Porcelain


(2)

LAMPIRAN

Tembikar jaman Jomon dengan ornamen seperti kapal dengan api.


(3)

Shigaraki, abad ke-16


(4)

Tembikar berbentuk guci


(5)


(6)

Guci bulan Cina, tahun 1723 dinasti Qing