Analisis Pengaruh Financial Leverage Terhadap Earning Per Share Industri Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP

EARNING PER SHARE INDUSTRI MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

HERY KRISMAN SITORUS 070502066

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Yesus Kristus Yang Maha Pengasih, yang telah menyertai penulis hingga skripsi ini dapat selesai dalam memperoleh gelar kesarjanaan (SE) pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah banyak memperoleh bantuan dan dukungan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku dosen penguji I. 5. Bapak Drs. Nakman Harahap, M.Si, selaku dosen penguji II.

6. Orangtua penulis yang telah memberikan segalanya kepada penulis.

7. Adik penulis Fresly Gokson Sitorus, Elisabeth Sinta Uli Sitorus, dan Kelly Lasmaria Sitorus yang tersayang.

8. Buat sahabat terkasih Hotland Purba yang selalu setia mendengar semua keluhan-keluhan penulis ketika mengerjakan skripsi ini.

9. Buat sahabat-sahabat penulis Jonathan, Lintong, Agusten Purba yang selalu memberi motivasi pada penulis dari awal kuliah sampai selesainya skripsi ini.


(3)

10.Buat teman-teman di Manajemen stambuk 2007 yang sudah banyak membantu: Rut, Rival, Patar, dan banyak lagi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis sangat berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan kiranya Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan kasih-NYA kepada kita.

Medan, 2011 Penulis


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan pengaruh Debt to Total Asset Ratio (DAR), Debt to Equity ratio (DER), Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) terhadap Earning Per Sihare (EPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2007 hingga tahun 2010.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik yaitu uji simultan (uji F) dan uji parsial (uji t) dengan tingkat signifikansi α = 5%. Sampel penelitian adalah 37 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Hasil pengujian hipotesis secara simultan (uji F) menunjukkan bahwa variabel Debt to Total Asset Ratio (DAR), Debt to Equity ratio (DER), Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Sihare (EPS). Hasil pengujian hipotesis secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa variabel DER menunjukkan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel EPS , variabel DAR dan LDER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel EPS.

Kata Kunci : Debt to Total Asset Ratio (DAR), Debt to Equity ratio (DER),

Long Term Debt to Equity Ratio (LDER), Earning Per Sihare (EPS)


(5)

ABSTRACT

This research aims to determine of Debt to Total Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) to Earning Per Share (EPS) in manufacuter firm that registered in Indonesian Stock Exchange between 2007 until 2010.

The research method that used is the multiple regression analysis method. Hypothesis trial did by statistic trial there are simultaneous trial (F trial) anda partial trial (t trial) with signification level α = 5%. The sample in this research is 37 manufacute firms that registered in Indonesian Stock Exchange.

The result of hypothesis trial simulthaneously (F trial) shows Debt to Total Asset Ratio (DAR),Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) variables have significant to Earning Per Share (EPS). Hypothesis trial partially (t trial) shoes the variable of DER have significant to EPS, variable of DAR and LDER do not effect significant to EPS.

Keyword : debt to total asset ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, earning per share.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Uraian Teoritis ... 7

2.1.1 Saham ... 7

2.1.2 Financial Leverage ... 8

2.1.3 Analisis Rasio Keuangan ... 12

2.1.3.1 Debt to Total Asset Ratio (DAR) ... 14

2.1.3.2 Debt to Equity Ratio (DER) ... 15

2.1.3.3 Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) ... 15

2.1.3.4 Earning Per Share (EPS) ... 16

2.1.4 Pengaruh Financial Leverage Terhadap Earning Per Share (EPS) ... 17

2.2 Penelitian Terdahulu ... 18

2.3 Kerangka Konseptual ... 19

2.4 Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian ... 22

3.3 Batasan Operasional ... 22

3.4 Definisi Operasional... 23

3.5 Populasi Dan Sampel ... 24

3.6 Jenis Data ... 26

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 27

3.8 Teknis Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33


(7)

4.2 Hasil Penelitian ... 52

4.2.1 Analisis Deskriptif ... 53

4.2.1.1 Deskripsi Nilai Variabel Debt to Total Assets ... 54

4.2.1.2 Deskripsi Nilai Variabel Debt to Equity Ratio ... 57

4.2.1.3 Deskripsi Nilai Variabel Long Term Debt to Equity Ratio ... 60

4.2.1.4 Deskripsi Nilai Variabel Earning Per Share ... 63

4.2.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 66

4.2.3 Analisis Statistik ... 73

4.2.3.1 Pengujian Hipotesis ... 73

4.2.3.2 Persamaan regresi ... 74

4.2.3.3 Analisis Koefesien Korelasi ... 75

4.2.3.4 Pengujian Hipotesis Secara Serempak (Uji F) ... 76

4.2.3.5 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji-t)... 77

4.3 Pembahasan ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

5.1 Kesimpulan ... 82

5.2 Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman Tabel 1.1 Data DAR, DER, LDER, dan EPS Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di BEI ... 4

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Berdasarkan Karakteristik Sampel ... 25

Tabel 3.2 Nama-nama Perusahaan yang Diteliti (Sampel) ... 25

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 53

Tabel 4.2 Debt to Total Asset Ratio pada Industri Manufaktur Periode 2007-2010... 55

Tabel 4.3 Debt to Equity Ratio pada Industri Manufaktur Periode 2007-2010... 58

Tabel 4.4 Long Term Debt to Equity Ratio pada Industri Manufaktur Periode 2007-2010... 61

Tabel 4.5 Earning Per Share pada Industri Manufaktur Periode 2007-2010... 64

Tabel 4.6 Uji Normalitas Sebelum Data Ditransformasi ... 67

Tabel 4.7 Uji Normalitas Setelah Data Ditransformasi ... 68

Tabel 4.8 Uji Multikoliniaritas ... 70

Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi ... 72

Tabel 4.10 Autokorelasi Run Test ... 73

Tabel 4.11 Analisis Hasil Regresi ... 74

Tabel 4.12 Uji Durbin-Watson ... 75

Tabel 4.13 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Serempak (Uji F) ... 75


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 20 Gambar 4.1 Histogram ... 69 Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual .... 69 Gambar 4.3 Scatterplot ... 71


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

Lampiran 1 Rasio Financial Leverage dan Earning Per Share Industri Manufaktur Periode 2007-2010

Lampiran 2 Perhitungan SPSS Sebelum Perbaikan Lampiran 3 Perhitungan SPSS Setelah Perbaikan


(11)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan pengaruh Debt to Total Asset Ratio (DAR), Debt to Equity ratio (DER), Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) terhadap Earning Per Sihare (EPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2007 hingga tahun 2010.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik yaitu uji simultan (uji F) dan uji parsial (uji t) dengan tingkat signifikansi α = 5%. Sampel penelitian adalah 37 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Hasil pengujian hipotesis secara simultan (uji F) menunjukkan bahwa variabel Debt to Total Asset Ratio (DAR), Debt to Equity ratio (DER), Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Sihare (EPS). Hasil pengujian hipotesis secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa variabel DER menunjukkan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel EPS , variabel DAR dan LDER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel EPS.

Kata Kunci : Debt to Total Asset Ratio (DAR), Debt to Equity ratio (DER),

Long Term Debt to Equity Ratio (LDER), Earning Per Sihare (EPS)


(12)

ABSTRACT

This research aims to determine of Debt to Total Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) to Earning Per Share (EPS) in manufacuter firm that registered in Indonesian Stock Exchange between 2007 until 2010.

The research method that used is the multiple regression analysis method. Hypothesis trial did by statistic trial there are simultaneous trial (F trial) anda partial trial (t trial) with signification level α = 5%. The sample in this research is 37 manufacute firms that registered in Indonesian Stock Exchange.

The result of hypothesis trial simulthaneously (F trial) shows Debt to Total Asset Ratio (DAR),Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) variables have significant to Earning Per Share (EPS). Hypothesis trial partially (t trial) shoes the variable of DER have significant to EPS, variable of DAR and LDER do not effect significant to EPS.

Keyword : debt to total asset ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, earning per share.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana jangka panjang dengan menerbitkan saham atau obligasi. Pasar modal berfungsi sebagai media bagi perusahaan untuk menarik para investor baik investor individual maupun perusahaan investasi untuk menanamkan modalnya melalui saham maupun obligasi yang diterbitkan.

Investor sebagai target utama perusahaan tentunya bersifat sangat hati-hati dalam menginvestasikan modalnya. Investor lebih memilih investasi yang memberikan return yang tinggi dengan resiko yang rendah. Dalam menginvestasikan dananya investor mempertimbangkan segala aspek dengan melakukan penilaian investasi baik penilaian kinerja keuangan maupun analisis informasi.

Proses penilaian investasi memerlukan analisis kinerja yang tepat dengan data yang akurat. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Seorang investor yang melakukan investasi tentunya didasari dengan mengaitkan antara resiko dengan hasil yang akan diperoleh dari pasar modal. Investor perlu mengetahui saham tertentu akan memberikan pengembalian yang wajar. Oleh karena itu, investor memerlukan informasi yang relevan dalam pengembalian keputusan investasinya.


(14)

Informasi yang relevan adalah laporan keuangan yang berfungsi melaporkan yang terjadi pada aset, laba, dan deviden selama beberapa tahun terakhir. Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam pengambilan keputusan perusahaan, aliran kas, dan informasi lainnya yang terkait dengan keputusan investasi. Penilaian kinerja memberi pandangan tentang kondisi kesehatan perusahaan yang diukur dengan menilai rasio keuangan. Hal ini dapat dilihat dengan peningkatan earning per share (EPS) perusahaan.

Tingkat kemampuan atau kemajuan yang telah dicapai oleh perusahaan dalam pencapaian jumlah laba melalui analisis earning per share (EPS). Perubahan dalam penggunaan hutang akan mengakibatkan perubahan laba per saham dan karena itu juga mengakibatkan perubahan harga saham (Brigham dan Houston 2001:19).

Investor tidak hanya melihat kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, tetapi juga banyaknya penggunaan hutang oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Dimana dalam penggunaan hutang akan mengakibatkan perubahan laba per lembar saham, dan juga mengakibatkan perubahan harga saham perusahaan (Brigham & Houston, 2006:17). Rasio leverage keuangan menilai sejauh mana sebuah perusahaan dalam penggunaan dana melalui hutang. Penggunaan hutang dapat menurunkan tagihan pajak dan memberikan laba operasi perusahaan. Dimana sebuah perusahaan dapat menggunakan hutang untuk memperoleh aktiva, membayar bunga atas hutang dan sisanya bagi pemegang saham.


(15)

Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) merupakan bagian dari rasio leverage keuangan. DAR merupakan rasio yang menunjukkan tingkat aktiva yang dibiayai oleh hutang perusahaan. DER merupakan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. LDER merupakan rasio yang mencerminkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap kewajiban jangka panjang.

Earning Per Share (EPS) memberikan informasi tentang perkembangan suatu perusahaan (Brigham dan Houston, 2001:52). Dalam penggunaan hutang yang tinggi atau rendah dapat mempengaruhi naik turunnya Earning Per Share (EPS). Subjek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang aktivitasnya dimulai dengan pembelian bahan baku kemudian dilanjutkan dengan proses pengolahan bahan baku serta menjadi produk yang siap dijual yang dilakukan sendiri oleh perusahaan tersebut sehingga sumber dana yang ada akan terikat lama pada aktiva tetap

Krisis ekonomi global berdampak besar pada pertumbuhan sektor manufaktur di Indonesia. Industri manufaktur yang tumbuh hingga 4,7 persen tahun 2007 turun menjadi 2,1 persen tahun 2009. Industri manufaktur nonmigas yang tumbuh 5,1 persen tahun 2007 kini hanya 2,5 persen. Meskipun sempat menurun sekitar 1,3 persen pada triwulan III tahun 2009, kinerja industri manufaktur kembali pulih. Menurut laporan Kantor Berita Xinhua, Menteri


(16)

Perindustrian Indonesia, M.S Hidayat menyatakan bahwa diresmikannya Kawasan Perdagangan Bebas Tiongkok-ASEAN (CAFTA) diperkirakan industri manufaktur Indonesia pada tahun 2010 akan bertambah 4,55%. Industri makanan dan minuman, industri percetakan, industri semen, industri tembakau dan industri logam Indonesia semuanya dapat diandalkan, dengan meningkatkan permintaan domestik, sektor usaha terkait akan mendorong nilai produk industri manufaktur (www.kompas.com).

Adapun kinerja keuangan rata-rata rasio hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini.

Tabel 1.1

Data Debt to Total Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER),

Long Term Debt to Equity Ratio (LDER), dan Earning Per Share

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Pada Tahun 2007 – 2010

Perusahaan/Emiten Tahun

DAR (%) DER (%) LDER (%) EPS (Rp)

PT AKR Corporindo Tbk 2007 54,84 150,14 25,05 61,28 2008 59,86 181,45 38,01 67,23 2009 63,25 220,11 48,29 85,66 2010 62,71 201,42 33,65 82,83 PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 2007 10,30 29,02 17,38 827 2008 50,10 100,44 5,48 889 2009 40,93 69,31 4,81 1161 2010 48,28 97,02 5,20 1465 PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk 2007 32,11 45,75 22,68 266,24 2008 24,50 32,53 1,17 474,16 2009 19,38 24,09 0,36 746,12 2010 14,63 17,17 0,86 876,05

Sumber :

Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa penggunaan hutang (financial leverage) yang dilakukan beberapa perusahaan/emiten industri manufaktur tidak selalu meningkatkan earning per share perusahaan. Sedangkan berdasarkan teori,


(17)

hutang diharapkan dapat meningkatkan laba sehingga tingkat pengembalian bagi pemilik perusahaan juga meningkat. Berdasarkan fenomena ini, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang akan menganalisis pengaruh rasio hutang terhadap laba per lembar saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 sampai 2010.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah Financial Leverage yang terdiri dari: Debt to Total Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Long Term Debt to Equity Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap Earning Per Share pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?”

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai latar belakang yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh financial leverage yang terdiri dari Debt to Total Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Long Term Debt to Equity Ratio, terhadap Earning Per Share pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Investor dan Masyarakat


(18)

Sebagai sumber informasi dan dapat membantu investor dan masyarakat dalam melakukan kegiatan investasi di sektor industri manufaktur.

2. Bagi Peneliti

Sebagai meningkatkan wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai pengaruh rasio hutang terhadap laba per lembar saham industri manufaktur yang terdaftar di Bursa efek Indonesia.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi dan dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan rasio hutang pada masa yang akan datang.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Saham

Saham adalah penyertaan dalam modal dasar suatu perseroan terbatas, sebagai tanda bukti penyertaan tersebut dikeluarkan surat kolektif kepada pemilik yaitu pemegang saham. Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Adapun jenis-jenis saham menurut Riyanto (1999: 241) adalah sebagai berikut:

a. Saham Biasa (Common Stock)

Pemegang saham biasa hanya akan mendapat dividen pada akhir tahun pembukuan, hanya kalau perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan. Apabila perusahaan tersebut mendapat kerugian, maka pemegang saham tidak akan mendapat dividen dan mengenai hal ini ada ketentuan hukumnya, yaitu suatu


(20)

perusahaan yang menderita kerugian, selama kerugian itu belum dapat ditutup, maka selama itu perusahaan tidak diperbolehkan membayar dividen.

b. Saham Preferen (Prefered Stock)

Pemegang saham preferen mempunyai beberapa “preferensi“ tertentu dibandingkan dengan pemegang saham biasa.

2.1.2 Financial Leverage

Financial leverage merupakan tingkat sampai sejauh mana sekuritas dengan laba tetap (hutang dan saham preferen) di gunakan dalam struktur modal perusahaan (Brigham, dan Houston 2006:17). Leverage ratio adalah setiap pengunaan aset atau dana yang membawa konsekuensi biaya dan beban tetap. Leverage menunjukkan adanya risiko keuangan. Risiko keuangan adalah tambahan risiko yang ditanggung oleh para pemegang saham sebagai dampak dari leverage ratio. Dalam manajemen keuangan ada 3 (tiga) macam leverage (Brigham dan Houston, 2001:10), yakni:

1. Operating Leverage

Operating leverage merupakan ukuran bagi risiko operasi (operating risk atau business risk) yang dapat diketahui dari biaya tetap untuk kegiatan operasi (fixed operating cost) dan dapat dilihat melalui Laporan Rugi/Laba. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pertimbangan efesiensi serta dasar-dasar ekonomis dan karakteristik bisnis dari barang dan jasa yang dijual suatu perusahaan.


(21)

2. Financial Leverage

Financial leverage merupakan biaya tetap dari dana hutang (fixed financial charges) yang digunakan. Financial leverage tinggi akan menyebabkan financial risk juga tinggi sehingga biaya modal juga akan tinggi.

3. Total Leverage

Total leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam menggunakan biaya tetap, baik biaya-biaya tetap operasi maupun biaya-biaya tetap keuangan untuk memperbesar pengaruh perubahan volume penjualan terhadap pendapatan per lembar saham biasa.

Dalam membangun perusahaan, perusahaan membutuhkan modal. Modal dapat berasal dari leverage maupun equity. Hutang memiliki dua keunggulan penting: Pertama, bunga yang dibayarkan dapat menjadi pengurang pajak, yang selanjutnya akan menurunkan biaya efektif hutang tersebut. Kedua, kreditur akan mendapatkan pengembalian dalam jumlah tetap, sehingga pemegang saham tidak harus membagi keuntungannya jika bisnis berjalan dengan sangat baik. Struktur modal yang optimal harus mencapai sebuah keseimbangan antara risiko dan pengembalian sahamnya (Brigham, dan Houston, 2006:07). Struktur modal yang optimal adalah stuktur yang memaksimalkan harga dari saham perusahaan.

Perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang lebih kecil dan arus kas operasi yang lebih stabil dapat menanggung lebih banyak leverage. Risiko yang muncul akibat hutang digolongkan menjadi risiko bisnis dan risiko keuangan. (Warsono, 2003:204). Risiko bisnis adalah ketidakpastian dalam tingkat pengembalian aktiva (ROA) dari struktur modal perusahaan. Konsentrasi risiko


(22)

bisnis ini terjadi karena pemegang hutang yang menerima pembayaran bunga secara tetap, sama sekali tidak menanggung risiko bisnis dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham (Syahrizal, 2009:147).

Pendanaan melalui hutang akan meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan dari sebuah investasi, tetapi hutang juga meningkatkan tingkat risiko dari investasi tersebut bagi para pemilik perusahaan, yaitu para pemegang sahamnya (Brigham, dan Houston, 2006:24).

Penggunaan hutang jangka pendek atau current liabilities dalam hal ini tidak terlalu diperhatikan karena sebagian besar dianggap sebagai “spontaneous”, yaitu timbulnya hutang jangka pendek tersebut adalah merupakan suatu hal yang wajar dalam operasi perusahaan dan adanya hutang jangka pendek ini tidak akan menyebabkan perusahaan membayar kewajiban finansial yang sifatnya tetap dalam jangka panjang (Tangkilisan, 2003: 135). Dengan adanya hutang, maka akan ada pembayaran yang sifatnya tetap dalam bentuk bunga serta pembayaran pinjaman pokok atau “sinking fund” pada saat yang sudah ditentukan.

Penggunan hutang jangka panjang akan memberikan perlindungan pajak adalah bahwa pembayaran bunga hutang merupakan biaya yang boleh dikurangkan dari pajak bagi perusahaan yang menerbitkan hutang. Hutang digunakan dengan harapan dapat meningkatkan pengembalian ke para pemegang saham biasa. Hutang akan menguntungkan apabila perusahaan dapat menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi daripada biaya hutang tetap yang harus dibayar (Van Horne, dan Wachowicz, 2005; 193).


(23)

Ada tiga impliksai penting dari penggunaan hutang adalah:

1. para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan.

2. kreditur akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan oleh para pemegang saham, maka semakin kecil risiko yang harus dihadapi kreditur.

3. jika perusahaan mendapat hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunganya yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar atau diungkit.

Ada dua alasan mengapa terjadi efek pengungkitan, yaitu:

1. karena beban dapat menjadi pengurang pajak, penggunaan hutang akan dapat menurunkan tagihan pajak dan memberikan lebih banyak laba operasi perusahaan yang tersedia bagi para investornya.

2. jika laba operasi yang dinyatakan sebagai persentase dari aktiva nyata ternyata melebihi tingkat bunga atas pinjaman, seperti yang biasanya terjadi, maka sebuah perusahaan dapat menggunakan hutang untuk memperoleh aktiva, membayar bunga atas hutang dan masih memiliki sisa sebagai bonus bagi pemegang sahamnya.

Dapat dilihat bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki rasio hutang relatif tinggi akan memiliki ekspektasi pengembalian yang juga lebih tinggi ketika perekonomian sedang berada dalam keadaan normal (Brigham, dan Houston, 2006:103).


(24)

Struktur modal yang optimal adalah struktur yang memaksimalkan harga dari saham perusahaan. Meskipun komponen biaya ekuitas umumnya lebih besar daripada hutang, dan hanya menggunakan hutang berbiaya rendah tidak akan memaksimalkan return (Brigham, dan Houston, 2006: 30).

Dalam perusahaan dikenal perpanjangan waktu pembayaran hutang dagang, dimana akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Kemampuan untuk dapat memperpanjang waktu pembayaran hutang dagang akan semakin besar apabila supplier sangat tergantung kepada perusahaan, yang dalam hal ini berarti perusahaan merupakan pembeli terbesar atau pembeli utama dari produknya. Selain itu juga dapat terjadi karena supplier menyadari bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang baru bertumbuh dan sedang berkembang sehingga dengan penundaan waktu pembayaran hutangnya diharapkan perusahaan dapat berkembang dengan lebih baik pada masa-masa yang akan datang.

2.1.2 Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling popular untuk mengindentifikasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan (Syahyunan, 2004:81). Tujuan analisis rasio adalah mengetahui kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Alat yang sering digunakan selama analisis adalah rasio keuangan (financial ratio), atau indeks yang menghubungkan dua angka akun dan dapat dibagi dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Karena dengan rasio kita bisa mendapatkan perbandingan yang mungkin terbukti lebih berguna daripada angka-angka aslinya sendiri (Warsono, 2003: 36).


(25)

Adapun rasio-rasio yang digunakan dalam menganalisis keuangan perusahaan dibagi ke dalam 6 (enam) kelompok dasar, yakni:

1. Rasio Likuiditas (Liquidity ratio), rasio yang digunakan untuk mengukur kemapuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini terdiri dari Current Ratio, Acid-Test (Quick Ratio), Cash Ratio, dan Networking Capital Ratio.

2. Rasio Cakupan (Coverage Ratio), rasio cakupan didesain untuk menghubungkan berbagai beban keuangan perusahaan dengan kemampuannya untuk melayani atau membayarnya), rasio cakupan didesain untuk menghubungkan berbagai beban keuangan perusahaan dengan kemampuannya untuk melayani atau membayarnya. Rasio ini terdiri dari rasio cakupan bunga (Interest Coverage Ratio).

3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio), atau rasio efisiensi atau perputaran, mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai aktivanya. Rasio ini terhadap rasio perputaran piutang (Receivable Turnover), rasio perputaran utang (Payable Turnover Ratio), rasio perputaran persediaan (Inventory Turnover), Receivable Turnover in Days, Payable Turnover in Days, Inventory Turnover in Days, perputaran total aktiva/modal.

4. Rasio Profitabilitas, rasio ini menghubungkan laba dari penjualan dan investasi. Terdiri dari 8 jenis rasio, yaitu margin laba kotor, Return on Assets, Return on Equity, Return on Investment, Return on Common Stock, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Total Asset Turnover.


(26)

5. Rasio Penilaian Pasar, rasio ini mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya investasi. Rasio ini terdiri dari Earning Per Share, Dividend Per Share, Dividend Payout Ratio, PER, BVPS, dan PTBV.

6. Rasio Leverage (Hutang), rasio ini menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio ini terdiri dari Debt to Total Asset ratio, Debt to equity Ratio, Long Term Debt to Equtiy Ratio, Long Term Debt to Capitalization Ratio, Times Interest Earning, Cash Flow Interest Coverage, dan Cash Return on Sales.

2.1.2.1 Debt to Total Asset Ratio (DAR)

Debt to Total Asset Ratio (DAR) akan mengukur persentase dari dana yang diberikan oleh para kreditur, dapat dirumuskan sebagai berikut (Warsono, 2003:239):

DAR =

Debt to Total Asset Ratio (DAR) merupakan rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan hutang dalam struktur modalnya. Total hutang yakni hutang lancar dan utang jangka panjang. Pemegang saham di lain pihak, mungkin menginginkan lebih banyak leverage karena ia akan mempebesar ekspektasi keuntungan (Brigham, dan Houston, 2006:105). Umumnya, lebih banyak hutang perusahaan yang digunakan dalam kaitannya dengan total aktiva, maka akan semakin besar return dan risiko yang diharapkan (Sundjaja, dan Barlian, 2003:139).


(27)

2.1.2.2 Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Dirumuskan sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2001:58):

DER =

Perusahaan yang tidak mempunyai hutang berarti menggunakan modal sendiri untuk semua aktivitas pendanaan. Debt to Equity Ratio mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya atau menunjukkan solvabilitas suatu perusahaan. Suatu perusahaan yang solvable berarti perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Semakin tinggi nilai DER berarti menunjukkan semakin tinggi kewajiban perusahaan untuk memenuhi kewajiban.

2.1.2.3 Long Term Debt to Equity Ratio (LDER)

Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) menggambarkan perbandingan hutang jangka panjang dengan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan (pemegang saham) untuk memenuhi kewajibannya. Dirumuskan sebagai berikut (Brealey, dan Marcus, 2008:76):

LDER =

Besarnya hutang yang terdapat dalam struktur modal perusahaan sangat penting untuk memahami perimbangan antara risiko dan laba yang didapat.


(28)

Leverage membawa risiko, karena setiap leverage pada umumnya akan menimbulkan keterikatan yang tetap bagi perusahaan dalam bentuk kewajiban tambahan dana membayar bunga beserta cicilan kewajiban pokoknya secara periodik.

2.1.2.4 Earning Per Share (EPS)

Manajemen perusahaan pada pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan earning per share, karena menggambarkan yang akan diterima untuk setiap lembar saham. Hal ini merupakan indikator keberhasilan suatu perusahaan. Dirumuskan sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2001:52):

EPS =

Laba per lembar saham adalah suatu ukuran dimana baik manajemen maupun pemegang saham. Proyeksi untuk masa datang sering dibuat berdasarkan tahun lalu. Fluktuasi dan trend pada prestasi yang sebenarnya dibandingkan dengan proyeksi yang diamati secara teliti untuk melihat indikasi kekuatan dan kelemahan. Pertumbuhan EPS memberikan informasi tentang perkembangan suatu perusahaan dan bukan laba absolut.

2.1.3 Pengaruh Financial Leverage Terhadap EPS Perusahaan

Manajer keuangan yang mengambil keputusan yang meningkatkan nilai saat ini dari saham perusahaan bertujuan akan meningkatkan return saham dan kekayaan pemegang sahamnya, dimana hal tersebut akan menarik minat para investor untuk berinvestasi di perusahaan miliknya.


(29)

Alasan mengapa perusahaan melakukan pendanaan melalui hutang (Brigham, dan Houston, 2006:11), yaitu :

1. Karena beban dapat menjadi pengurang pajak, penggunaan utang akan menurunkan tagihan pajak dan memberikan lebih banyak laba operasi perusahaan yang tersedia bagi para investornya.

2. Jika laba operasi dinyatakan dari aktiva ternyata melebihi tingkat bunga atas pinjaman seperti yang biasa terjadi, maka sebuah perusahaan dapat menggunakan utang untuk memperoleh aktiva, membayar bunga atas utang, dan masih memiliki sisa sebagai bonus bagi para pemegang sahamnya.

Dalam penelitian ini dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi return yang merupakan rasio hutang, yang terdiri dari Debt to Total Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio. Leverage Ratio menunjukkan seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang. Penggunaan hutang yang tinggi atau rendah dapat mempengaruhi naik turunnya EPS. Dan apabila dari dana yang dipinjam itu perusahaan memperoleh hasil yang lebih besar daripada bunga yang dibayarnya, maka berarti penghasilan untuk pemilik bertambah besar (Brigham, dan Houston, 2001: 41).

2.2 Penelitian Terdahulu

Hutabarat (2009) dalam penelitiannya dengan judul “Analisis Pengaruh Rasio Leverage dan Rasio Likuiditas terhadap Earning Per Share Pada Industri Makanan dan Minuman yang telah Go Public di Bursa Efek Indonesia”. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan statistik. Periode penelitian mulai tahun 2004 sampai 2007. Populasi berjumlah 19 perusahaan dan sampel


(30)

berjumlah 10 perusahaan. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio leverage dan rasio likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap earning per share. Hasil uji F menunjukkan bahwa hipotesis pertama menghasilkan penolakan H0 dan Ha

diterima artinya variabel-variabel bebas (DTA, LDER, CR) yang di teliti secara simultan berpengaruh signifikan terhadap EPS pada industri makanan dan minuman. Hasil uji-t bahwa DTA, LDER, CR yang di teliti berpengaruh positif dan signifikan terhadap EPS pada industri makanan dan minuman.

Putra (2010) dalam penelitiannya berjudul Pengaruh “Financial Leverage melalui Pendekatan Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Earning Per Share (EPS) Pada PT Bentoel Internasional Investama Tbk”.Variabel independen yang diuji adalah DER dan variabel dependen adalah EPS. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan statistik. Teknik penarikan sampel adalah menggunakan purposive sampling dan sampel yang digunakan dalam penelitian sebesar lima buah sampel data dengan kapasitas tahunan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah field research (penelitian lapangan) dan library research (penelitian pustaka). Analisis data menggunakan analisis regresi, uji koreasi, uji koefisien determinasi, dan uji t, dalam menganalisis data digunakan program SPSS versi 11.5. Hasil uji F menunjukkan bahwa Debt To Equity Ratio yang di teliti secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Earning Per Share pada PT Bentoel Internasional Investama Tbk. Hasil uji-t bahwa Debt To Equity Ratio yang di teliti berpengaruh positif dan signifikan terhadap Earning Per Share pada PT Bentoel Internasional Investama Tbk.


(31)

2.3 Kerangka Konseptual

Earning per share (EPS) merupakan alat analisis tingkat profitabilitas perusahaan yang menggunaakan konsep laba konvensional. EPS adalah salah satu pertimbangan sebelum berinvestasi. Perubahan dalam penggunaan hutang akan menyebabkan terjadinya perubahan pada laba per lembar saham dan juga perubahan resiko (Brigham dan Houston, 2006:17).

Debt to Total Asset Ratio (DAR) merupakan rasio hutang yang mengukur seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur (Syamsuddin, 2007;54). Debt to Total Asset Ratio menunjukkan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka pendek dengan modal sendiri.

Debt to Total Equity Ratio (DER) menggambarkan perbandingan hutang dengan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi kewajibannya (Van Horne, dan Wachowicz, 2007:209). DER merupakan salah satu rasio yang dibutuhkan oleh investor. Investor perlu mengetahui kesehatan perusahaan melalui perbandingan antara modal pinjaman dan modal sendiri. Jika modal sendiri lebih besar daripada modal pinjaman, maka perusahaan itu sehat dan tidak mudah bangkrut. Jadi investor harus selalu mengikuti perkembangan rasio ekuitas terhadap rasio ekuitas terhadap hutang.

Long Term Debt to Total Equity Ratio (LDER) merupakan rasio yang mencerminkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap kewajiban jangka panjang. Semakin besar resiko ini mengidikasikan bahwa


(32)

dengan struktur modal tersebut, resiko yang di tanggung pemegang saham semakin tinggi (Warsono, 2003:239).

Ross, Jordan, dan Westerfield (2000:491) menyatakan bahwa ” The effect of financial leverage depends on the company’s EBIT. When EBIT is relatively high, leverage is beneficial. Under the expected scenario, leverage increases the returns to shareholders, as measured by both ROE and EPS”. Artinya, efek dari penggunaan financial leverage tergantung pada EBIT (Earning Before Interest and Tax) yang dimiliki perusahaan. Ketika EBIT yang dimiliki tinggi, maka leverage yang digunakan menguntungkan. Hal diatas memberikan gambaran bahwa peningkatan leverage akan meningkatkan tingkat pengembalian yang diberikan kepada pemegang saham yang dapat dilihat dari besarnya Earning per Share (EPS) dan Return on Equity (ROE).

Berdasarkan uraian teori-teori di yang dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konseptual dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Sumber : Brigham & Houston (2001), Syamsuddin (2007), Warsono (2003), Ross, Jordan dan

Westerfield (2000)

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

DAR ( )

LDER (

DER ( ) EPS


(33)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa Financial Leverage yang terdiri dari: Debt to Total Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet

dengan situs

dari bulan April 2011 sampai dengan Juni 2011.

3.3 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional penelitian ini:

a. Variabel financial leverage yang terdiri dari Debt to Total Asset ratio, Debt to Total Equity Ratio, dan Long Term Debt to Equity Ratio sebagai variabel independen dan earning per share sebagai variabel dependen. b. Pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan memakai

laporan keuangan yang telah diterbitkan dari periode 2007-2010.

c. Perusahaan yang menggunakan hutang sebagai salah satu sumber pendanaan perusahaan.


(35)

3.4 Definisi Operasional

a. Debt to Total Asset Ratio ( )

DAR merupakan rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan hutang dalam struktur modalnya. Untuk menghitung DAR digunakan rumus sebagai berikut (Warsono, 2003:239):

DAR =

b. Debt to Equity Ratio ( )

DER merupakan rasio hutang yang mengukur seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur. Untuk menghitung DER digunakan rumus sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2001:58):

DER =

c. Long Term Debt to Equity Ratio ( )

LDER merupakan rasio yang mengukur tingkat penggunaan hutang jangka panjang perusahaan dengan ekuitas yang dimiliki. Untuk menghitung LDER digunakan rumus sebagai berikut (Brealey, et.al., 2008:76):

LDER =

d. Earning Per Share (Y)

EPS adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Untuk


(36)

menghitung EPS digunakan rumus sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2001:52):

EPS =

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:72). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar (listing) di BEI tahun 2007– 2010.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007 : 73) dimana sampel yang diambil harus benar – benar representatif (mewakili). Sampel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007 : 78).

Kriteria perusahaan yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Perusahaan terdaftar (listing) di BEI dan tidak pernah di-suspend selama periode tahun 2007 sampai 2010.

2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangannya yang telah diaudit menggunakan tahun buku berakhir pada 31 Desember.


(37)

Tabel 3.1

Jumlah Populasi Berdasarkan Karakteristik Sampel

No Karakteristik Sampel Jumlah

1

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun

2007-2010 145

2

Perusahaan manufaktur yang didelist pada periode

tahun 2007-2010 11

3

Perusahaan yang tidak memiliki laporan keuangan

lengkap pada tahun 2007-2010 28

4 Perusahaan tidak menggunakan hutang jangka panjang 42

Jumlah Sampel 37

Sumber :

Adapun perusahaan yang dijadikan populasi sasaran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Nama-nama Perusahaan yang Diteliti (Sampel)

No Nama Emiten Kode Tanggal Listing 1 PT AKR Corpindo Tbk AKRA 03-Okt-94 2 PT Asiaplast Industries Tbk APLI 01-Mei-00 3 PT Arwana Citramulia Tbk ARNA 15-Jul-01 4 PT Astra Otoparts Tbk AUTO 15-Jun-98 5 PT Astra Internasional Tbk ASII 04-Apr-90 6 PT Barito Pacific Tbk BRPT 01-Okt-93 7 PT Budi Acid Jaya Tbk BUDI 08-Mei-95 8 PT Citra Tubindo Tbk CTBN 28-Nop-89 9 PT Century Textile Industry Tbk CNTX 22-Mei-79 10 PT Dynaplast Tbk DYNA 15-Agust-91 11 PT Fajar Surya Wisesa Tbk FASW 19-Des-94 12 PT Panasia Indosyntec Tbk HDTX 06-Jun-90 13 PT Hexindo Adiperkasa Tbk HEXA 13-Feb-95 14 PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP 15-Agust-90 15 PT Indo Acidatama Tbk SRSN 11-Jan-93 16 PT Indospring Tbk INDS 10-Agust-90 17 PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP 05-Des-89 18 PT Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 14-Jul-94 19 PT Intraco Penta Tbk INTA 23-Agust-93 20 PT Itamaraya Gold Industri Tbk ITMA 03-Des-07


(38)

No Nama Emiten Kode Tanggal Listing 21 PT Resources Alam Indonesia Tbk KKGI 28-Jan-92 22 PT Kalbe Farma Tbk KLBF 30-Jul-91 23 PT Kmi Wire and Cable Tbk KBLI 06-Jul-92 24 PT Lautan Luas Tbk LTLS 21-Jul-97 25 PT Lion Mesh Prima Tbk LMSH 04-Jun-90 26 PT Multistrada Arah Sarana Tbk MASA 09-Jun-05 27 PT Multipolar Tbk MLPL 18-Apr-00 28 PT Pan Brothers Tex Tbk PBRX 23-Mar-92 29 PT Prasidha Aneka Niaga Tbk PSDN 18-Okt-94

30

PT Surabaya Agung Industry Pulp & Kertas

Tbk SAIP 03-Mei-93

31 PT Sekar Laut Tbk SKLT 08-Sep-93 32 PT Semen Gresik (Persero) Tbk SMGR 08-Jul-91 33 PT Suparma Tbk SPMA 16-Nop-94 34 PT Tifico Tbk TFCO 25-Jan 35 PT Tunas Ridean Tbk TURI 10-Mei-95 36 PT Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ 02-Jul-90 37 PT United Tractors Tbk UNTR 19-Sep-89

Sumber :

3.6 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003:127).

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan studi dokumentasi, yaitu dengan mempelajari, mengklasifikasikan, dan menganalisis data sekunder yang terkait dengan lingkup penelitian. Data tersebut diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 – 2010. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari media internet dengan


(39)

cara mengunduh melalui situs keuangan yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.8 Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan analisis statistik. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut :

a. Teknik Analisis Deskriptif

Metode deskriptif dilakukan dengan mengumpulkan data yang kemudian digunakan untuk menganalisis dan mengolah data-data yang tersedia sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai fakta-fakta yang diteliti.

b. Teknik Analisis Statistik

Sebuah model persamaan regresi linear berganda dinyatakan dengan rumus :

Y = a + b1X1 +b2X2 + b3X3 + e

Dimana:

Y = Earning Per Share a = Konstanta

= Debt to Total Asset Ratio = Debt to Total Equity Ratio = Long term Debt to Equity Ratio

b1 = Koefisien regresi variabel Debt to Total Asset Ratio

b2 = Koefisien regresi variabel Debt to Total Equity Ratio


(40)

e = Term of error

Sebuah model persamaan regresi linear berganda harus memenuhi pengujian hipotesis dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik baik multikolinieritas, autokorelasi, dan heterokedastisitas, yaitu:

1. Pengujian Hipotesis Secara Serempak (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen memiliki pengaruh secara serempak terhadap variabel dependen dan dapat diterima sebagai model penelitian.

Bentuk pengujiannya adalah:

H0 : = 0, artinya Financial Leverage yang terdiri dari: Debt to Total

Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Long Term Debt to Equity Ratio secara serempak tidak berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Ha : minimal satu ≠ 0 artinya Financial Leverage yang terdiri dari: Debt to Total Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio secara serempak terdapat berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Kriteria Pengambilan Keputusan:

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%.


(41)

2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji-t)

Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara terpisah (parsial). Adapun bentuk pengujian adalah :

Ho : = 0, artinya Financial Leverage yang terdiri dari: Debt to Total Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Ha : ≠ 0, artinya Financial Leverage yang terdiri dari: Debt to Total Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio secara parsial berpengaruh signifikan variabel Earning Per Share industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Pada penelitian ini t hitung dan t tabel akan dibandingkan dengan α = 5 % Kriteria Pengambilan Keputusan:

Ho diterima jika ≤ pada α = 5 % Ha diterima jika > pada α = 5 %

3. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual tidak mengikuti distribusi normal. Untuk menguji normalitas data peneliti menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Apabila probabilitas > 0,05, maka distribusi data normal dan dapat digunakan regresi berganda. Apabila probabilitas < 0.05, maka distribusi data dikatakan tidak


(42)

normal, untuk itu perlu dilakukan transformasi data atau menambah maupun mengurangi data.

b. Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Deteksi multikolienaritas pasa suatu model dapat dilihat yaitu jika nilai variance inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolienaritas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan utuk mengetahui apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2006: 105). Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas.

Dasar analisis yang dapat digunakan untuk menentukan heteroskedastisitas, antara lain:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homokedastisitas.


(43)

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

tahun berkaitan satu dengan lainnya. Hal ini sering ditemukan pada penelitian time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai Durbin-Watson (Ghozali, 2006: 96).

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

a. Bila nilai Durbin-Watson (DW) terletak antara batas atas atau Upper Bound (DU) dan 4-DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol berarti tidak ada autokorelasi.

b. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau Lower Bound (DL), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol, berarti ada autokorelasi positif.

c. Bila nilai DW lebih besar dari pada (4-DL), maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari pada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

d. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (DU) dan batas bawah (DL) atau DW terletak antara (4-DU) dan (4-DL), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

Uji Autokorelasi juga dapat dilakukan melalui Run Test. Uji ini merupakan bagian dari statistik non-parametric yang dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai Asymp. Sig (2-tailed) uji Run Test. Apabila nilai Asymp. Sig


(44)

(2-tailed) lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi (Ghozali, 2006:103).


(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan Manufakur 1. PT Akr Corporindo Tbk

Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya pada bulan Juni 1978. PT AKR Corpindo Tbk didirikan di Surabaya. Perusahaan mengganti namanya dari PT Aneka Kimia Raya Tbk menjadi PT AKR Corporindo. Perusahaan ini bergerak dalam bidang distribusi dan perdagangan bahan kimia, seperti caustic soda, sodium sulfat, PVC resin, dan soda ash yang digunakan dalam berbagai industri di Indonesia sesuai dengan perjanjian distribusi dengan produsen asing dan lokal, distribusi produk bahan bakar minyak (BBM) ke pasar industri, penyewaan gudang, kenderaan angkutan, tangki dan jasa logistik lainnya.

Perusahaan PT AKR Corporindo alamat di wisma AKR lantai 7-8, Jalan Panjang No.5 Kebon Jeruk, Jakarta. Kantor cabang utama perusahaan berlokasi di Jalan Sumatra 51 -53, Surabaya. Kantor penjualan lainnya berlokasi di Semarang, Bandung, Medan, Palembang, Lampung, Makasar, Pulau Laut, Pontianak, Banjarmasin, dan Bali.

Perusahaan PT AKR Corporindo menandatangani perjanjian pengikatan jual beli bersayarat dengan Chargil International Luxembourg untuk menjual seluruh kepemilikan perusahaan di Sorini sebesar 68,82% lembar saham dengan harga Rp 3.500.


(46)

2. PT Asiaplast Industries Tbk

PT Asiaplast Industi Tbk semula bernama PT Adi Karya Perkasa yang selanjutnya berubah menjadi PT Akasa pandukarya. Kegiatan operasi komersial ini dimulai pada tahun 1994. Sejak November 1999, perusahaan memulai kegiatan produksi untuk bidang industri dan perdangan plastik PVC dan kulit imitasi.

Pada tanggal 31 Maret 2000, perusahaan memperpleh pernyataan efektif dari BAPEPAM untuk melakukan penawaran sebanyak 60.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 500 per saham kepada masyarakat, dengan harga penawaran Rp 600 per saham dan mencatat pada BEI seluruh saham perusahaan sebanyak 260.000.000. Perusahaan berkedudukan di Menara Imperium lantai 10, Jalan H.R. Rasuna Said Kav.1, Jakarta dengan lokasi pabrik di Jalan Sentosa, Desa Gembor, Kecamatan Jatiuwung, Tangerang, Provinsi Banten.

3. PT Arwana Citramulia Tbk

PT

Arwana Citramulia Tbk didirikan dengan nama Arwana Citra Mulia Tbk. Perusahaan dengan kegiatan utama bergerak dalam bidang industri keramik dan menjual hasil produksinya di dalam negeri. Kantor pusat ini di Jalan Sentra Niaga Puri Indah Blok T2 No.24, Kembangan, Jakarta Barat dan pabriknya berlokasi di Jatiuwung, Tangerang, Banten. Kegiatan operasi komersial ini dimulai pada 1 Juli 1995. Ketua BAPEPAM untuk melakukan Penawaran Umum Perdana sejumlah 125.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 100 setiap saham dengan harga penawaran Rp 120 setiap saham.


(47)

4. PT Astra Otoparts Tbk

PT Astra Otoparts Tbk didirikan pada tanggal 20 September 1991 dengan nama PT Federal diwiraserasi. Ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama bergerak dalam perdagangan suku cadang kendaraan bermotor baik lokal maupun ekspor dan menjalankan usaha dalam bidang industri logam, suku cadang kendaraan bermotor dan industri plastik.

Perusahaan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1991. Saat ini kegiatan pemasaran perusahaan meliputi: dalam dan luar negeri termasuk Asia, Timur Tengah dan Afrika, dan memiliki divisi perdagangan yang beroperasi di Singapura dan anak perusahaan di Australia.

Perusahaan tergabung dalam kelompok usaha Astra Grup. Pabrik Perusahaan berlokasi di Jakarta dan Bogor dan kantor pusatnya beralamat di Jalan Raya Pegangsaan Dua Km. 2,2, Kelapa Gading, Jakarta. Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal untuk melakukan penawaran umum perdana atas 75 juta saham perusahaan kepada masyarakat dengan nilai nominal Rp 500 per saham dan harga perdana sebesar Rp 575 per saham.

5. PT Astra Internasional Tbk

PT Astra Internasional Tbk didirikan pada tahun 1957 dengan nama PT Astra Internasional Incorporated. Pada tahun 1990, perseroan mengubah namanya menjadi dengan PT Astra Internasional Tbk. Perusahaan berdomisili di Jakarta, Indonesia, dengan kantor pusat di Jalan Gaya Motor Raya No.8 Sunter II, Jakarta.


(48)

Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi: perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor berikut suku cadangnya, penjualan dan penyewaan alat-alat berat, pertambangan dan jasa terkait, pengembangan perkebunan, jasa keuangan, infrastruktur, dan teknologi informasi.

Penawaran umum perdana 30 juta saham nominal Rp 1000 harga saham, harga penawaran Rp 14.850 per saham. Penawaran umum terbatas dengan hak memesan terlebih dahulu atas Rp 48.439.600 saham dengan harga Rp 13.850 per saham.

6. PT Barito Pacific Tbk

PT Barito Pacific Tbk didirikan pada tanggal 4 April 1979. Dahulu dengan nama PT Bumi Raya Pura Mas Kalimantan melakukan perubahan nama menjadi PT Barito Pacific Tbk. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1983. Perusahaan berdomisili di Banjarmasin dengan pabrik berlokasi di Jelapat, Banjarmasin. Kantor di Jakarta beralamat di Wisma Barito Pacific, Jl. Letjen S. Parman Kav. 62-63 Jakarta. Perusahaan bergerak dalam bidang kehutanan, perkebunan, pertambangan, industri, properti dan perdagangan.

Perusahaan telah mendapatkan pernyataan efektif dari Ketua Bapepam pada tanggal 11 Agustus 1993 untuk melakukan penawaran umum atas 85.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham kepada masyarakat dengan harga penawaran sebesar Rp 7.200 per saham. Pada tanggal 14 Nopember 2007, perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Bapepam untuk melakukan penawaran umum terbatas I dengan hak memesan efek terlebih dahulu sebesar 4.362.432.990 saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek


(49)

Indonesia. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, seluruh saham Perusahaan atau sejumlah 6.979.892.784 lembar saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.

7. PT Budi Acid Jaya Tbk

PT Budi Acid Jaya Tbk didirikan di Jakarta. Perusahaan berkegiatan meliputi bidang manufaktur bahan kimia dan produk makanan, termasuk produk turunan yang dihasilkan dari ubi kayu, ubi jalar, kelapa sawit, kopra dan produk pertanian lainnya dan industri lainnya khususnya industri plastik. Saat ini, Perusahaan bergerak dalam pembuatan dan penjualan tepung tapioka, glukosa dan fruktosa, asam sitrat, karung plastik, asam sulfat dan bahan-bahan kimia lainnya.

Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Wisma Budi lantai 8-9, Jalan HR. Rasuna Said Kav C-6, Jakarta. Lokasi Pabrik Perusahaan di Subang, Lampung, Jambi dan Surabaya. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Januari 1981. Produk-produk Perusahaan dijual ke pasar lokal dengan persentase 92% dan diekspor ke beberapa negara di Eropa dan Asia dengan persentase 8%.

Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan untuk menawarkan 30.000.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 500 per saham kepada masyarakat melalui Bursa Efek Indonesia dengan harga penawaran sebesar Rp 3.000 per saham.

8. PT Citra Tubindo Tbk

Citra Tubindo Tbk didirikan pada tanggal 23 Agustus 1983. Perusahaan memulai kegiatan komersialnya untuk penyediaan fasilitas industri minyak yang


(50)

mencakup jasa penguliran pipa dan pembuatan aksesoris, serta mulai menyediaan jasa pemrosesan pemanasan pipa baja tanpa kampuh (seamless).

Kantor pusat perusahaan dan pabriknya terletak di Kabil Indonusa Estate, Jalan Hang Kesturi Km 4, Kabil, Bantam. Hasil produksi perusahaan dipasarkan di pasar lokal dan di ekspor ke Jepang, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Timur Tengah, dan Asia.

Pada tanggal 24 April 2007, PT Citra Tubindo Engineering (CTE) di Batam dengan modal saham dasar sebesar Rp 22.700.000.000 dan setoran saham sebesar Rp 9.080.000.000. CTE bergerak dalam bidang produksi, jasa perbaikan, dan perawatan peralatan industri minyak dan gas.

9.

PT Century Textile Industry Tbk

Century Textile Industry didirikan dengan nama PT Century Textile Industry disingkat PT Centex beroperasi dalam industri tekstil terpadu. Kegiatan komersial dimulai pada tahun 1972. Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan untuk menawarkan 116.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 5000 per saham. Pada tanggal 22 desember 2000 dan 5 februari 2001 seluruh saham perseroan yang beredar sebanyak 10.000.000 saham.

10. PT Dynaplast Tbk

PT Dynaplast Tbk didirikan di Indonesia. Ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama bergerak dalam bidang usaha pembuatan komponen, kemasan dan lembaran plastik. Perusahaan berdomisili di Tangerang dengan kantor pusat beralamat di Menara Dynaplast lantai 9, Jalan M.H. Thamrin, Lippo


(51)

Karawaci, Tangerang, sedangkan pabriknya berlokasi di Tangerang, Bekasi dan Bogor.

Perusahaan beroperasi secara komersial pada tahun 1960. Sesuai dengan Surat Pernyataan Efektif yang diterbitkan oleh Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan lembaga Keuangan tanggal 10 Juni 1991, Perusahaan melakukan penawaran umum perdana kepada masyarakat sebanyak 2.500.000 saham dengan nilai nominal sebesar Rp1.000 per saham melalui Bursa Efek Indonesia dengan harga penawaran sebesar Rp5.600 per saham.

11.

PT Fajar Surya Wisesa Tbk

PT Fajar Surya Wisesa Tbk berkegiatan meliputi usaha manufaktur kertas. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1989 dan menghasilkan kertas industri seperti sack kraft, containerboard (liner dan corrugating medium) dan boxboard yang digunakan untuk kemasan produk-produk konsumen dan barang-barang industri. Hasil produksi Perusahaan dijual kepada pelanggan dalam negeri dan diekspor ke negara-negara di Asia, Eropa dan Timur Tengah. Perusahaan memiliki kapasitas produksi sebesar 700.000 ton per tahun.

Kantor pusat Perusahaan terletak di Kantor pusat Perusahaan terletak di Jalan Abdul Muis No. 30, Jakarta, dan pabrik terletak di Jalan Gardu Sawah Rt. 001/1-1, Kalijaya, Cikarang Barat, Bekasi. Pada tanggal 29 Nopember 1994.

Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) untuk melakukan penawaran umum perdana saham kepada masyarakat sebanyak 47.000.000 saham dengan nilai nominal sebesar Rp 1.000 per saham dengan harga penawaran sebesar Rp 3.200 per saham.


(52)

12. PT Panasia Indosyntec Tbk

PT Panasia Indosyntec Tbk berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Kantor pusat perusahaan beralamat di Jl. Garuda 153/74 bandung, Jawa Barat. Kegiatan perusahaan terutama meliputi usaha dalam bidang proses bahan baku serat (polimerisasi), twisting, permintalan, pertenunan, industri tekstil, pertambangan, energi dan perdagangan umum. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial dalam industri tekstil pada tahun 1974 dan kegiatan pemrosesan bahan baku serat (polimerisasi) dimulai tahun 1990. Sedangkan proses industri tekstil untuk kain khusus polyester mulai september 2007. Hasil produksi perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri termasuk ke benua Eropa, Asia, Amerika, Australia, dan Afrika.

Pada tanggal 10 Desember 1992, perusahaan memperoleh pernyataan efektid dari Ketua BAPEPAM untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas sebesar 95.000.000 saham kepada para pemegang saham.

13. PT Hexindo Adiperkasa Tbk

PT Hexindo Adiperkasa memulai operasi komersialnya pada Januari 1989. Kegiatan usaha perusahaan adalah perdagangan dan persewaan alat berat serta pelayanan purna jual. Perusahaan bertindak selaku distributor alat-alat berat jenis tertentu dan suku cadang dari merek Hitachi, John Deere dan Kurpp.

Perusahaan berkedudukan di Jakarta yang berlokasi di kawasan Pulo Gadung, Jl. Pulo Kambing II Kav.I-II No.33 Jakarta. Perusahaan dalam rangka penawaran umum perdana kepada masyarakat sejumlah 10.000.000 saham dengan


(53)

nilai nominal Rp 1.000 per saham dengan harga penawaran saham Rp 2.800 per saham.

14. PT HM Sampoerna Tbk

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk didirikan di Indonesia pada tanggal 19 Oktober 1963. Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi industri dan perdagangan rokok serta investasi saham pada perusahaan-perusahaan lain. Kegiatan produksi rokok secara komersial telah dimulai pada tahun 1913 di Surabaya sebagai industri rumah tangga. Pada tahun 1930, industri rumah tangga ini diresmikan dengan dibentuknya NVBM Handel Maatschapij Sampoerna.

Pada tahun 1990, Perusahaan melakukan penawaran umum saham sebanyak 27.000.000 lembar dengan nilai nominal sebesar Rp1.000 (Rupiah penuh) per saham melalui Bursa Efek Indonesia. Sekarang ini perusahaan memiliki 4.383.000.000 lembar saham yang beredar.

Perusahaan berkedudukan di Surabaya dengan kantor pusat berlokasi di Jl. Rungkut Industri Raya No. 18, Surabaya, serta memiliki pabrik yang berlokasi di Surabaya, Pandaan, Malang dan Karawang. Perusahaan juga memiliki kantor perwakilan korporasi di Jakarta. Pemegang saham perusahaan ini antara lain PT Philip Morris Indonesia sebesar 98,18% dan masyarakat sebesar 1,82%.

15. PT Indo Acidatama Tbk

PT Indo Acidatama Tbk (Perusahaan) kegiatan meliputi industri pakaian jadi, kimia dasar, kemasan dari plastik dan perdagangan ekspor dan impor. Perusahaan berdomisili di Gedung Graha Kencana Suite 9A, Jl. Raya Perjuangan 88, Jakarta. Perusahaan memiliki tiga pabrik yang berlokasi di Cibodas, Balaraja,


(54)

Surakarta dengan alamat masing-masing Jl. Dipati Unus No. 48, Kabupaten Tangerang, Jawa Barat, Jl. Raya Serang Km, 24,5 Kabupaten Tangerang, Jawa Barat dan Jl. Raya Solo, Sragen Km 11 Desa Kemiri, Jawa Tengah. Pabrik Cibodas dan Balaraja telah dihentikan operasinya. Perusahaan memulai kegiatan komersil garmen sejak 1 Pebruari 1984 dan kimia sejak tahun 1989.

Pada tanggal 2 Desember 1992 Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal untuk melakukan penawaran umum atas 5.000.000 saham Perusahaan kepada masyarakat. Pada tanggal 11 Oktober 2000 dan 30 Oktober 2000 Perusahaan melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek Terlebih Dahulu sebesar 81.100.000 saham biasa dan 110.000.000 saham biasa melalui konversi hutang. Pada tanggal 25 Agustus 2005 perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam sehubungan dengan penggabungan usaha dan penambahan jumlah saham yang beredar sebesar 3.820.000.000 lembar saham. Pada tanggal 31 Desember 2009 seluruh saham Perusahaan atau sejumlah 6.020.000.000 saham telah tercatat pada Bursa Efek Indonesia.

16. Indospring Tbk

PT Indospring Tbk berkedudukan di Gresik Pada tanggal 26 Juni 1990. Aktivitas Perusahaan bergerak dalam bidang industri spare parts kendaraan bermotor khususnya pegas, yang berupa leaf spring (pegas daun) dan coil spring (pegas spiral)

Perusahaan beralamat di Jalan Mayjend Sungkono nomor 10, Segoromadu, Gresik 61123, Jawa Timur. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1979.


(55)

Perusahaan memperoleh pernyataan efektif untuk melakukan penawaran saham kepada masyarakat sebanyak 3.000.000 lembar saham. Saham Perusahaan telah dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya sejak tanggal 10 Agustus 1990.

17. PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk

Indocement Tunggal Prakasa Tbk memulai operasi komersialnya pada tahun 1985. Aktivitas perusahaan meliputi: parbrikasi semen, bahan-bahan bangunan, pertambangan, konstruksi, dan perdagangan. Kantor ini berlokasi di Wisma Indocement Lantai 8, Jl Jend. Sudirman Kav 70-7, Jakarta. Pabriknya berlokasi d Citeureup - JawaBarat, Palimanan – Jawa Barat dan Tarjun – Kalimantan Selatan.

Perusahaan menerbitkan dan mencatatkan Obligasi Konversi Euro senilai US$75 juta dengan tingkat bunga 6,75% per tahun di Bursa Efek Luxembourg dengan harga perdana 100%, yang jatuh tempo pada tahun 2001. Obligasi euro dapat dikonversikan ke saham biasa mulai 1 Agustus 1991 sampai dengan 20 Mei 2001 sesuai dengan opsi pemegang obligasi dengan harga konversi perdana sebesar Rp 14.450 per saham berdasarkan nilai tukar tetap untuk konversi sebesar Rp 1.946 untuk US$1.

18. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan dengan nama asli PT. Panganjaya Intikusuma pada tanggal 14 Agustus 1990 atas akta notaris Benny Kristianto, SH. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 14 Juli 1994 dengan kode emiten INDF. Fokus operasi perusahaan adalah makanan dan minuman terutama dalam bentuk mie instant. Kantor pusat perusahaan berada di


(56)

Sudirman Plaza Indofood Tower Lt.27 Jl. Jend. Sudirman Kav. 76-78 Jakarta. Perusahaan ini menjadi perusahaan terkemuka di Indonesia dalam produksi mie instant, tepung, dan margarine. Pemegang saham utama perusahaan adalah Cab Holdings Limited sebesar 50,05%.

19. Intraco Penta Tbk

PT Intraco Penta Tbk didirikan dengan ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi: bidang perdagangan dan penyewaan alat-alat berat dan suku cadang, serta memberikan jasa pelayanan yang berkenaan dengan perakitan dan perbengkelan. Perusahaan memulai usahanya secara komersial pada tahun 1975. Kantor pusat Perusahaan terletak di Jl. Pangeran Jayakarta No. 115, Blok C1-2-3, Jakarta 10730, sedangkan cabang-cabang Perusahaan terletak di beberapa kota di Indonesia. Pada tanggal 31 Desember 2010, seluruh saham Perusahaan sebanyak 432.005.844 saham telah tercatat di Bursa Efek Indonesia.

20. Itamaraya Gold Industri Tbk

PT Itamaraya Gold Industri Tbk didirikan dengan kegiatan perusahaan meliputi industri barang-barang perhiasan dan barang-barang lainnya yang terbuat dari logam mulia, terutama emas.

Pada tanggal 30 oktober 1990, perusahaan memperoleh persetujuan untuk menawarkan saham kepada masyarakat sebanyak 4.000.000 saham. Perusahaan telah mencatakan seluruh saham ditempatkan dan disetor penuh 34.000.000 saham pada Bursa Efek Indonesia.


(57)

21. PT Resources Alam Indonesia Tbk

PT Resources Alam Indonesia Tbk berdasarkan yang semula PT Kurnia Kapuas Utama. Perusahaan berkegiatan meliputi: pertambangan batubara dan industri thermosetting adhesive (industri lem, perekat kayu lapis dan particle board).

Perusahaan berdomisili di Pontianak – Kalimantan Barat dengan lokasi pabrik di Pontianak, Kalimantan Barat dan Palembang, Sumatera Selatan. Kantor pusat perusahaan beralamat di Gedung Bumi Raya Utama, Jl. Pembangunan I No.3, Jakarta. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1983. Hasul produksi perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri. Jumlah aset PT Resources Alam Indonesia Tbk masing-masing sebesar Rp 428.997.005.344 dan Rp 177.419.981.229 per 31 Desember 2010.

22. PT Kalbe Farma Tbk

PT Kalbe Farma Tbk didirikan pada tanggal 10 September 1966. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 30 Juli 1991 dengan kode emiten KLBF dan termasuk dalam subsektor industri farmasi. Fokus operasi perusahaan adalah pengolahan dan distribusi produk farmasi (untuk manusia dan hewan). Kantor pusat perusahaan berada di Gedung KALBE Let. Jend. Soeprapto Kav.4 Jakarta. Pemegang saham utama perusahaan antara lain UBS AG Singapore Non-Treatury Omnibus Account, PT Santa Seha Sanadi, PT Gira Sole Prima, PT Diptanala Bahana, PT Ladang Ira Panen, dan PT Bina Arta Charisma. PT Kaleb Farma Tbk menerbitkan tambahan saham masing-masing sejumlah US$250.000, US$465.750 dan US$425.000


(58)

23.Kmi Wire and Cable Tbk

PT KMI Wire and Cable Tbk didirikan pada tanggal 19 Januari 1972 Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan pabrik berlokasi di Jalan Raya Bekasi Km 23,1, Cakung – Jakarta Timur. Kantor pusat perusahaan di Jl. Wisma Sudirman Lt. 5, Jl. Jendral Sudirman Kav. 34, Jakarta 10220 – Indonesia. ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama meliputi bidang pembuatan kabel dan kawat aluminium dan tembaga serta bahan baku lainnya untuk listrik, elektronika, telekomunikasi, baik yang terbungkus maupun tidak terbungkus, beserta seluruh komponen, suku cadang, assesori yang terkait dan perlengkapan perlengkapannya, termasuk teknik rekayasa kawat dan kabel Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1974.

24. Lautan Luas Tbk

PT Lautan Luas Tbk didirikan dengan nama perusahaan Andil Maskapai Dagang dan Industri Lim Teck Lee (Indonesia) pada tanggal 18 Januari 1981. Perusahaan bergerak dalam bidang perdagangan, perindustrian, agrobisnis dan penyediaan jasa, pertambangan, pembangunan/kontraktor, dan perbengkelan. Kegiatan utama perusahaan adalah distribusi bahan kimia serta melakukan penyertaan saham pada perusahaan-perusahaan manufaktur bahan kimia. Kantor perusahaan bertempat di gedung graha indramas, Jl. AIP II K.S Tubu Raya No.77, Jakarta.

25. Lion Mesh Prima Tbk

PT Lionmesh Prima Tbk didirikan di Indonesia mengubah nama PT Lion Weldmesh Prima. Ruang lingkup kegiatan perusahaan antara lain meliputi industri


(59)

besi kawat seperti weldmesh dan sejenisnya dan steel fabrication. Saat ini, perusahaan hanya bergerak dalam usaha manufaktur weldmesh. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1984. Perusahaan dan salah satu dari dua pabriknya berkedudukan di Jalan Raya Bekasi, Km. 24,5, Cakung, Jakarta Timur sedangkan pabrik yang lain berkedudukan di Jalan Flamboyan Desa Siring, Sidoarjo, Jawa Timur. Pada tahun 1990, Perusahaan mencatatkan 1.600.000 saham di bursa efek di Indonesia. Setelah pembagian saham bonus sebanyak 3.200.000 saham pada tahun 1994 kepada para pemegang saham dan pencatatan tambahan saham sebanyak 4.800.000 saham pada tahun 1995 dari hasil Penawaran Umum Terbatas Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu I, jumlah saham yang dicatatkan di bursa efek meningkat menjadi 9.600.000 saham.

26. PT Multistrada Arah Sarana Tbk.

PT Multi Arah Sarana Tbk didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 20 Juni 1988 dengan nama PT Oroban Perkasa. Kegiatan perusahaan adalah menjalankan usaha dibidang industri ban yang mencakup pembuatan ban untuk semua jenis kendaraan bermotor. Saat ini perusahaan bergerak dalam bidang industri pembuatan ban luar kenderaan bermotor. Perusahaan berdomisili di Jl. Raya Lemahabang km 58,3, Cikarang Timur, propinsi Jawa Barat. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada Agusturs 1995. Hasil produksi perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri termasuk, Timur Tengah, Eropa, Australia, Afrika, Asia, dan Amerika.


(60)

27. PT Multipolar Tbk

PT Multipolar didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 4 Desember 1975. Kegiatan perusahaan adalah distribusi dan jasa perawatan komputer dan produk terkait lainnya, jasa penyewaan peralatan komputer, jasa konsultasi di bidang manajemen dan teknologi informatika serta bertindak sebagai mitra dagang IBM (system integration, system remarketer dan PS 2 advance function). Perusahaan berkedudukan di Jakarta Selatan. Kantor pusat operasional Perusahaan terletak di Menara Matahari, Palem Raya Bulevar No. 7, Lippo Karawaci - Tangerang, Banten. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 4 Desember 1975.

28. PT Pan Brothers Tex Tbk.

PT Pan Brothers Tex Tbk didirikan pada tanggal 21 Agustus 1980. Perusahaan berlokasi di Jl. Siliwangi No. 178 Alam Jaya, Jatiuwung, Tangerang. Kegiatan perusahaan melingkupi perindustrian, perdagangan hasil usaha tersebut, mengimpor alat-alat, pengangkutan dan perwakilan atau keagenan, jasa pengelolaan dan penyewaan gedung perkantoran, taman hiburan atau kawasan berikat. Perusahaan juga berusaha dalam bidang garmen.

29. PT Prasidha Aneka Niaga Tbk

PT. Prasidha Aneka Niaga didirikan dengan nama PT. Aneka Bumi Asih pada 16 April 1974. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 18 Oktober 1994 dengan kode emiten PSDN. Perusahaan ini merupakan bagian dari subsektor industri makanan dan minuman. Perusahaan berfokus pada pengolahan dan perdagangan produksi pertanian. Kantor pusat perusahaan berada di Gedung


(61)

Plaza Central Lt. 20 Jl. Jend. Sudirman No.47 Jakarta. Perusahaan ini secara langsung dan tak langsung memiliki kepemilikan atas PT. Anek Bumi Kencana, PT. Aneka Sumber Kencana, PT Lampung Sumber Kencana Pelleting Factory, PT.Surabaya Pelleting Company.

30. PT Surabaya Agung Industry Pulp & Kertas Tbk.

PT Surabaya Agung Industry Pulp & Kertas Tbk didirikan pada tanggal 31 Agustus 1973 Perusahaan memulai aktivitas operasinya secara komersial pada tahun 1976. Ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah dalam bidang industri kertas serta industri yang terkait dengan bidang tersebut. Perusahaan berkedudukan di Jalan Kedungdoro No. 60, Surabaya dengan lokasi pabrik di Driyorejo, Gresik, Jawa Timur. Pada tanggal 23 Maret 1993, Perusahaan telah melakukan penawaran umum perdana saham Perusahan kepada masyarakat sejumlah 20.000.000 saham melalui bursa efek di Indonesia dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham dan pada harga penawaran Rp 3.500 per saham.

31. PT Sekar Laut Tbk

PT. Sekar Laut Tbk didirikan pada tanggal 19 Juli 1976. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 8 September 1993 dengan kode emiten SKLT. Fokus operasi perusahaan adalah industri makanan ringan, saus, bumbu siap pakai dan memperdagangkan produk di dalam dan luar negeri. Kantor pusat perusahaan berada di Wisma Nugra Santana Lantai 7, Suite 707 Jl. Jend. Sudirman Kav. 7-8 Jakarta. Perusahaan ini memiliki kepemilikan 99,99% atas PT. Pangan Lestari. Pemegang saham utama perusahaan adalah Omnistar Investment


(62)

Holdings Limited, Alamiah Sari, Malvina Investment Limited, Shadforth Investment Limited, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

32. PT Semen Gresik (Persero) Tbk

PT Semen Gresik didirikan dengan nama NV Pabrik Semen Gresik pada tanggal 25 Maret 1953. Kegiatan perusahaan adalah industri semen. Lokasi pabrik di Jl. Veteran,Gresik – Jawa Timur. Perusahaan ini memulai kegiatan komersialnya pada tanggal 7 Agustus 1957.

33. PT Suparma Tbk

PT Supar Inpama telah diubah menjadi PT Suparma dengan akta Notaris yang sama No. 5 tanggal 7 Desember 1978. Ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah industri kertas dan produk-produk lain yang terkait. Kantor dan pabrik Perusahaan terletak di Desa Warugunung, Karangpilang, Surabaya, Jawa Timur.

Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya pada bulan April 1978. Badan Pengawas Pasar Modal untuk menawarkan saham di Bursa Efek di Indonesia. Perusahaan telah mencatatkan seluruh sahamnya sejumlah 86.500.000 saham pada Bursa Efek Jakarta dan Surabaya tanggal 15 Nopember 1994.

34. PT Tifico Tbk

PT Teijin Indonesia Fiber Corporation Tbk mengubah nama menjadi PT Tifico Tbk berdasarkan akta notaris Aulia Tofani, SH pada tanggal 7 April 2010. Kantor perusahaan berlokasi di Jalan MH Thamrin Tangerang, Kelurahan Panunggangan, Kecamatan Pinang, Tangerang, Propinsi Banten. Perusahaan memulai beroperasi secara komersial sejak 1 Juli 1976


(63)

Kegiatan perusahaan utama memproduksi polyester chips, staple chips, dan filament yarn serta melakukan ekspor/impor bermacam-macam serat dan barang lainnya. Para pemegang saham menyetujui peningkatan modal dasar dan modal disetor. Perusahaan dengan cara mengkonversi pinjaman dari Teijin Limited, Jepang. Pemegang saham sebesar AS$56.000.000 menjadi AS$1.209.600.000 saham baru.

35. PT Tunas Ridean Tbk

PT Tunas Ridean Tbk didirikan berdasarkan akta notaris Winanto Wiryomartani, S.H. pada tanggal 24 juli 1980. Kegiatan perusahaan adalah keagenan, penyaluran, industri, perdagangan, pengangkutan dan kontraktor. Kegiatan komersial dimulai tahun 1981.

36. PT Ultra Jaya Milk Tbk

PT. Ultra Jaya Milk & Trading Company Tbk didirikan dengan akta notaris Andasasmita Komar, SH pada tanggal 29 Desember 1971 di Bandung. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 2 juli 1990 dengan kode emiten ULTJ. Perusahaan ini begerak dalam subsektor industri makanan dan minuman, secara khusus minuman dalam kemasan yang diproses dengan teknologi UHT (Ultra High Temperature) seperti susu, susu buah, minuman tradisional dan minuman kesehatan lainnya. Di samping itu juga memproduksi makanan, the kotak, buah tropis, susu bubuk dan susu aneka rasa. Kantor pusat perusahaan berada di Jl. Raya Cimareme Padalarang, Bandung Barat. Perusahaan secara langsung dan tidak langsung memiliki hak kepemilikan atas PT Nikkos Intertrade, PT. Nikkos Distribution Indonesia dan PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan.


(64)

37.

PT United Tractors Tbk

PT United Tractors Tbk didirikan pada tanggal 13 Oktober 1972 dengan dahulu nama PT Inter Astra Motor Works. Ruang lingkup kegiatan utama perusahaan meliputi: penjualan dan penyewaan alat berat beserta pelayanan purna jual, penambangan dan kontraktor penambangan.

Perusahaan memulai kegiatan operasinya pada tahun 1973. Perusahaan melalui pemegang saham utama, PT Astra International Tbk adalah bagian dari Jardine Matheson Holdings Ltd. Perusahaan berkedudukan di Jakarta dan mempunyai 18 cabang, 17 kantor lokasi dan 12 kantor perwakilan yang tersebar di seluruh Indonesia. Kantor pusat berlokasi di Jalan Raya Bekasi Km. 22, Cakung, Jakarta.

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2005:142). Deskripsi suatu data dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum. Berikut ini akan dijelaskan hasil statistik deskriptif data keuangan dan variabel penelitian tahun dari tahun 2007 - 2010.

Statistik deskriptif variabel penelitian dari sampel perusahaan selama periode pengamatan 2007 sampai dengan tahun 2010 disajikan pada Tabel 4.1 berikut ini :


(1)

Lampiran 3

SETELAH TRANSFORMASI

Hasil uji normalitas setelah transformasi

One – Sample Kolmogorov – Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual


(2)

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.55300875

Most Extreme Differences Absolute .095

Positive .095

Negative -.082

Kolmogorov-Smirnov Z .739

Asymp. Sig. (2-tailed) .645

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -.27492

Cases < Test Value 30

Cases >= Test Value 31

Total Cases 61

Number of Runs 33

Z .390

Asymp. Sig. (2-tailed) .697


(3)

Deskriptive Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

LNDAR 61 7.29 9.67 8.4720 .41010

LNDER 61 7.45 11.22 9.2405 .75779

LNLDER 61 1.79 9.86 7.5311 1.49711

LNEPS 61 2.89 11.38 7.3150 1.69326


(4)

Uji multikolonieritas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 20.476 5.423 3.776 .000

LNDAR -3.026 1.101 -.733 -2.748 .008 .207 4.820

LNDER 1.528 .622 .684 2.454 .017 .190 5.258

LNLDER -.218 .205 -.193 -1.060 .294 .447 2.237

a. Dependent Variable: LNEPS

Coefficient Correlationsa

Model LNLDER LNDAR LNDER

1 Correlations LNLDER 1.000 -.172 -.333

LNDAR -.172 1.000 -.766

LNDER -.333 -.766 1.000

Covariances LNLDER .042 -.039 -.043

LNDAR -.039 1.213 -.525

LNDER -.043 -.525 .387

a. Dependent Variable: LNEPS

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .398a .159 .115 1.59335 1.841

a. Predictors: (Constant), LNLDER, LNDAR, LNDER b. Dependent Variable: LNEPS


(5)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 20.476 5.423 3.776 .000

LNDAR -3.026 1.101 -.733 -2.748 .008 .207 4.820

LNDER 1.528 .622 .684 2.454 .017 .190 5.258

LNLDER -.218 .205 -.193 -1.060 .294 .447 2.237

a. Dependent Variable: LNEPS

Uji Heterokedastisitas

Hasil Pengujian Hipotesis Secara Serempak ( Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 27.317 3 9.106 3.587 .019a

Residual 144.710 57 2.539

Total 172.027 60

a. Predictors: (Constant), LNLDER, LNDAR, LNDER b. Dependent Variable: LNEPS


(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 20.476 5.423 3.776 .000

LNDAR -3.026 1.101 -.733 -2.748 .008

LNDER 1.528 .622 .684 2.454 .017

LNLDER -.218 .205 -.193 -1.060 .294


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Financial Leverage Terhadap Return on Equity dan Earning per Share Pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 49 98

Pengaruh Earning Per Share, Dividend Per Share, dan Financial Leverage Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food &amp; Beverage Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

9 67 115

Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

8 122 98

Pengaruh Perubahan Financial Leverage Terhadap Tingkat Earning Per Share Pada Perusahaan Perkebunan Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 5 91

Pengaruh Financial Leverage dan Profitabilitas terhadap Earning Per Share (EPS) pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009.

0 1 2

Pengaruh Perubahan Financial Leverage Terhadap Tingkat Earning Per Share Pada Perusahaan Perkebunan Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Perubahan Financial Leverage Terhadap Tingkat Earning Per Share Pada Perusahaan Perkebunan Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Perubahan Financial Leverage Terhadap Tingkat Earning Per Share Pada Perusahaan Perkebunan Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Pengaruh Perubahan Financial Leverage Terhadap Tingkat Earning Per Share Pada Perusahaan Perkebunan Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 18

Pengaruh Perubahan Financial Leverage Terhadap Tingkat Earning Per Share Pada Perusahaan Perkebunan Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2