Unsur kalsium pada sayuran atau tumbuhan banyak terdapat di bagian dinding sel,  terutama  “Middle  Lamella”  ,  yaitu  suatu  lapisan  di  antara  dinding-dinding  sel
parenkim  yang  berdekatan.  Pada  bagian  ini,  selain  banyak  terakumulasi  unsur
kalsium,  juga  terdapat  zat  pektik,  polisakarida  non  selulose  dan  magnesium Muchtadi  dan  Sugiono,  1992.  Unsur  kalsium  sebagian  besar  berasal  dari  dalam
tanah  yang  diserap  tumbuhan  melalui  akar  lalu  masuk  melalui  endodermis  dan diangkut  oleh  xilem  ke  bagian  yang  lain  Baker,  1983.  Sayur-sayuran  daun
mempunyai peran yang lebih besar dalam supplai kalsium bila dibandingkan sayuran jenis lain  Smith, 1982.
Pada sayuran besi Fe banyak terakumulasi dalam mitokondria sel tanaman. Pada  mitokondria  tanaman,  atom  besi  dan  sulfur  merupakan  inti  dari  enzim
feredoksin Lehninger, 1993. Millarr dan Heazlewood 2003 mengemukakan  bahwa jumlah terbesar dari
N  dibutuhkan  untuk  membentuk  protein  yang  digunakan  untuk  pembentukan protoplasma  sel-sel  baru,  disamping  untuk  pembentukan  klorofil,  sitokrom  dan
sebagai  enzim  dalam  kloroplas  dan  mitokondria  pada  daun.  Aktivitas  metabolisme dalam tanaman harus didukung oleh ketersediaan ATP sebagai sumber energi.
Fosfor  merupakan  kompenen  penyusun  ATP  dan  ADP  dengan  banyaknya mikoriza  dalam  tanah  maka  dapat  membantu  penyerapan  unsur  ini.  Menurut
Salisbury dan Ross 1995, aktivitas metabolisme dapat berlangsung dengan baik bila didukung oleh ketersediaan P  yang cukup sebagai sumber energi ATP untuk semua
proses metabolisme tanaman. Kapasitas fotosintesis meningkat dengan bertambahnya jumlah daun pada tanaman. Hal tersebut didukung pula oleh aktifnya mikoriza dalam
membantu  penyerapan  unsur  hara  terutama  fosfor  dan  dapat  menyebabkan  unsur fosfor menjadi tersedia.
2.2 Pencemaran Logam Berat pada Tanah
Mittinen dalam Saeni 1997 mendefinisikan logam berat sebagai unsur-unsur kimia  dengan  bobot  jenis  lebih  besar  dari  5  gcm
3
,  terletak  disudut  kanan  bawah
daftar  berkala,  mempunyai  afinitas  yang  tinggi  terhadap  unsur  S  dan  biasanya bernomor atom 22-92 dari periode 3-7 pada tabel periodik. Pada kenyataannya, dalam
pengertian logam berat ini dimasukkan pula unsur-unsur metaloid yang memiliki sifat berbahaya  seperti  logam  berat  sehingga  jumlahnya  mencapai  lebih  kurang  40  jenis.
Beberapa  logam  berat  beracun  tersebut  adalah  As,  Cd,  Cr,  Cu,  Pb,  Hg,  Ni  dan  Zn Wild, 1995. Apabila terpapar pada organisme, konsentrasi logam berat yang tinggi
dapat  bersifat  toksik  dan  cenderung  terakumulasi  di  organ  vital  Akoto,  2008. Akumulasi  tersebut  dapat  berdampak  pada  rantai  makanan  sehingga  mempengaruhi
kesehatan manusia El-Kammar, 2009. Menurut  Darmono  1995,  faktor  yang  menyebabkan  logam  berat  termasuk
dalam  kelompok  zat  pencemar  adalah  karena  adanya  sifat-sifat  logam  berat  yang tidak  dapat  terurai  non  degradable  dan  mudah  diabsorbsi.  Babich  dan  Stotzky
1978  mengemukakan  bahwa  berbagai  faktor  lingkungan  berpengaruh  terhadap logam berat  yaitu keasaman tanah, bahan organik, suhu, tekstur, mineral  liat, kadar
unsur  lain  dan  lain-lain.  pH  adalah  faktor  penting  yang  menentukan  transformasi logam. Penurunan pH secara umum meningkatkan ketersediaan logam berat kecuali
Mo dan Se Klein dan Trayer, 1995. Pada  tanah  semakin  halus  teksturnya  semakin  tinggi  kekuatannya  untuk
mengikat  logam  berat.  Oleh  karena  itu,  tanah  yang  bertekstur  liat  memiliki kemampuan mengikat logam berat lebih tinggi daripada tanah berpasir. Logam berat
mungkin diabsorbsi dan diakumulasikan dalam jaringan hidup. Kemampuan beberapa logam  dalam  berikatan  dengan  asam  amino  mengikuti  urutan  sebagai  berikut  Hg
Cu  Ni  Pb  Co  Cd Hutagalung, 1991. Kandungan logam berat di dalam tanah secara alamiah sangat rendah, kecuali
tanah  tersebut  sudah  tercemar  Tabel  2.1.  Kandungan  logam  dalam  tanah  sangat berpengaruh  terhadap  kandungan  logam  pada  tanaman  yang  tumbuh  diatasnya,
kecuali  terjadi  interaksi  diantara  logam  itu  sehingga  terjadi  hambatan  penyerapan logam  tersebut  oleh  tanaman.  Akumulasi  logam  dalam  tanaman  tidak  hanya
tergantung  pada  kandungan  logam  dalam  tanah,  tetapi  juga  tergantung  pada  unsur kimia tanah, jenis logam, pH tanah, dan spesies tanaman Darmono, 1995.
Tabel 2.1 Kandungan logam berat dalam tanah secara alamiah μgg
Logam Kandungan Rata-rata
Kisaran Non Populasi As
100 4-10
Co 8
1-40 Cu
20 2-300
Pb 10
2-200 Zn
50 10-300
Cd 0,06
0,05-0,7 Hg
0,03 0,01-0,3
Sumber: Peterson  Alloway 1979 dalam Darmono 1995
Pemasok  logam  berat  dalam  tanah  pertanian  antara  lain  bahan  agrokimia pupuk dan pestisida, asap kendaraan bemotor, bahan bakar minyak, pupuk organik,
buangan limbah rumah tangga, industri, dan pertambangan. Selain itu sumber logam berat dalam tanah berasal dari bahan induk pembentuk tanah itu sendiri, seperti Cd
banyak terdapat pada batuan sedimen schales 0,22 ppm berat, Cr pada batuan beku ultrafanik  2,980  ppm  berat,  Hg  pada  batuan  sedimen  pasir  0,29  ppm  berat,  Pb
pada batuan granit 24 ppm berat Alloway, 1990. Pestisida  juga  memberikan  masukan  logam  berat  ke  dalam  tanah.  Serapan
pestisida oleh tanaman tergantung pada dosis pemberian pestisida, jenis tanah, dan kemampuan tanaman menyerap pestisida.
Penggunaan pestisida dalam menopang peningkatan produk pertanian maupun perkebunan telah banyak membantu untuk meningkatkan produksi pertanian, namun
penggunaan  pestisida  ini  juga  memberikan  dampak  negatif  baik  terhadap  manusia, biota  maupun  lingkungan.  Erin,  et  al.  2001  mendapatkan  bahwa  terjadi  resiko
kematian  janin  dua  kali  lebih  besar  bagi  ibu  yang  saat  kehamilannya  berusia  3-8
minggu  tinggal  dekat  areal  pertanian  dibandingkan  dengan  yang  tinggal  jauh  dari daerah pertanian. Penggunaan herbisida klorofenoksi yang mengandung 2,4-D telah
terbukti mengakibatkan resiko cacat bawaan pada bayi  yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang bermukim di dekat daerah pertanian Schreinemachers, 2003.
Pupuk yang digunakan dalam kegiatan pertanian juga merupakan pemasok logam berat dalam tanah. Tabel 2.2 menunjukkan kisaran logam berat yang terdapat
di dalam pupuk.
Tabel    2.2    Kisaran  umum  konsentrasi  logam  berat  pada  pupuk,  pupuk  kandang, kapur, dan kompos mgkg
Unsur Pupuk
Fosfat Pupuk
Nitrat Pupuk
Kandang Kapur
Kompos B
5-115 -
0,3-0,6 10
- Cd
0,1-170 0,05-8,5
0,1-0,8  0,04-0,1  0,01-100 Co
1-12 5,4-12
0,3-24 0,4-3
- Cr
66-245 3,2-19
1,1-55 10-15
1,8-410 Cu
1-300 -
2-172 2-125
13-3580 Hg
0,01-1,2 0,3-2,9
0,01-0,36 0,05
0,09-21 Mn
40-2000 -
30-969  40-1200 -
Mo 0,1-60
01-7 0,05-3
0,1-15 -
Ni 7-38
7-34 2,1-30
10-20 0,9-279
Pb 7-225
2-27 1,1-27  20-1250  1,3-2240
Sb 100
- -
- -
Se 0,5
- 2,4  0,08-0,1
- U
30-300 -
- -
- V
2-1600 -
- 20
- Zn
50-1450 1-42
15-566 10-450
82-5894
Sumber: Alloway 1999
2.3 Tembaga Cu