Lorensius Sagala : Barimu Zoku No Dentoutekina Shidou Seidou, 2008. USU Repository © 2009
Masyarakat Balim berada di daerah berbukit, berlembah, rawa serta gunung. Luas wilayah kabupaten Jayawijaya adalah 15.440 km². Letak geografis daerah
Jayawijaya yaitu 137°-141´ Bujur Timur dan 30°-12´-5°-12´ Lintang Selatan. Jayawijaya berbatasan dengan beberapa daerah antara lain:
Bagian Barat : berbatasan dengan kabupaten Puncak Jaya dan Tolikora Bagian timur : berbatasan dengan kabupaten Pegunungan Bintang dan Merauke
Bagian selatan : berbatasan dengan kabupaten Yahukimo dan Boven Digul Bagian utara : Berbatasan dengan kabupaten Jayapura
2.2 Struktur Masyarakat Balim
Yang dimaksud dengan “Orang Balim” adalah seluruh masyarakat yang ditinggali di lembah balim.
Ini merupakan suatu yang etnik yang membedakan diri dari etnik lainnya. Sebagai anggota masyarakat, manusia Balim hidup dalam suatu kesatuan yang paling
berhubungan. Orang Balim hidup dalam suatu ikatan adat dan system perang suku tradisional.
2.3 Mata Pencaharian
Lorensius Sagala : Barimu Zoku No Dentoutekina Shidou Seidou, 2008. USU Repository © 2009
Mata pencaharian masyarakat Balim adalah bertani. Orang Balim selalu berpindah. Tempat berpindah adalah bidang tanah yang luas serta dangkal dan bagian
bukit-bukit gunung. Pola pertanian yang demikian menuntut suatu keberanian, kekuatan, keamanan
keras, keterampilan, tempat dan waktumusim yang tepat, sabar, saling membantu dan gotong royong, sering memaksa Orang Balim tinggal menetap.
2.4 Agama
Religi Orang Balim dalam kehidupa n kelompok etnik meliput i sifat rohani beriman, yang menyatu dengan alam lingkungan.
Selain itu memiliki simbolis berdasarkan keyakinan dan pendirian kelompok etniknya. Masyarakat Balim mempercayai adanya suken, haraken, dan kaneke yaitu roh
orang abadi dan para leluhur melalui tugikayu, tungganpiramid, langit, bumi dan matahari.
BAB III SISTEM KEPEMIMPINAN TRADISIONAL SUKU BALIM
Lorensius Sagala : Barimu Zoku No Dentoutekina Shidou Seidou, 2008. USU Repository © 2009
Masyarakat Balim di Jayawijaya memiliki variasi sosial budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman tersebut adalah bahasa, kesenian, adapt-istiadat,
kebiasaan, pola pemukiman, sistem ekonomi, organisasi sosial, dan sistem kepemimpinan tradisional.
Sistem Kepemimpinan Tradisional Suku Balim
Kepemimpinan tradisional suku Balim merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses sosialisasi dan proses perkembangan budaya, yang telah mengalami proses
panjang. Kepemimpinan tradisional dan sosial budaya masyarakat Balim merupakan suatu
gabungan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, bahasa, religi, peraturan-peraturan, pandangan hidup dan lain-lain.
Oleh karena itu nilai kepemimpinan tradisional suku Balim melekat dalam hati masyarakat secara mendalam dan tetap dipertahankannya.
a. Proses terjadinaya sistem kepemimpinan tradisional suku Balim
Manusia pertama terdiri dari dua orang dari dua belahan yaitu waya dan wita, kemudian menjadi suami-istri. Mereka beranak cucu, kemudian berkembang dan tersebar
keseluruh pelosok lembah balim. Awalnya mereka hidup rukun, damai dan bahagia. Semua ini berkat adanya
hubungan yang harmonis antar individu, antar kelompok, serta hubungan serasi dengan alam sekiyarnya. Setelah manusia bertambahbanyak, muncul berbagai masalah.
Lorensius Sagala : Barimu Zoku No Dentoutekina Shidou Seidou, 2008. USU Repository © 2009
Kekacauan ini ditandai dengan adanya perselisihan yang meningkat menjadi pertengkaran antar kelompok, bahkan pembunuhan kemudian meluas menjadi
peperangan. Peperangan sudah dimulai sejak berkembangnya manusia pertama di lembah balim.
Karena situasi yang kacau dan peperangan tersebut, munculllah tokoh-tokoh yang kuat, berani,diakui, dan dipercayai untuk melindungi serta mengatur kehidupan mereka.
Untuk memenuhi kebutuhan sosial, kebutuhan spiritual dan kebutuhan jiwa mereka, para warga memerlukan beberapa pemimpin yang memiliki ketrampilan masing-
masing. Para pemimpin ini biasa disebut kain atau kepala kampung.semua kepala kampong dipilih berdasarkan peraturan adat secara lisan, mitos dan kaneke. Hai ini
dipedomani dari generasi ke generasi, sehingga terciptalah sistem kepemimpinan tradisional suku Balim.
b.Inisiasi sebagai media pendidikan