Betawi Zoku No Kekkon Mae No Gishiki Ni Tsuite = Upacara Sebelum Pernikahan Adat Betawi
BETAWI ZOKU NO KEKKON MAE NO GISHIKI NI
TSUITE
KERTAS KARYA
Dikerjakan O
L E H
DONNA SIAGIAN
NIM : 062203089
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG
MEDAN 2009
(2)
BETAWI ZOKU NO KEKKON MAE NO GISHIKI NI
TSUITE
KERTAS KARYA
Dikerjakan O
L E H
DONNA SIAGIAN
NIM : 062203089
Dosen Pembimbing Dosen Pembaca
Alimansyar, S.S Rani Afryanti, S.S NIP. 132 313 750 NIP. 132 307 627 Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian
Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Dalam Bidang Studi Bahasa Jepang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG
MEDAN 2009
(3)
Disetujui Oleh :
Program Diploma Sastra dan Budaya
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara
Medan
Program Studi D3 Bahasa
Jepang
Ketua,
Adriana Hasibuan, S.S.,
M,Hum.
NIP. 131 662 152
(4)
PENGESAHAN
Diterima Oleh :
Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk
melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III Bidang Studi
Bahasa Jepang.
Pada
:
Tanggal
:
Hari
:
Program Diploma Sastra Budaya
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara
Dekan,
Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D.
NIP. 132 098 531
Panitia :
No Nama
Tanda Tangan
1.
Adriana Hasibuan,S.S., M.Hum.
(...)
2.
Alimansyar, S.S
(...)
3.
Rani Afryanti, S.S
(...)
(5)
KATA PENGANTAR
Tidak ada kata yang lebih tepat penulis ucapkan selain rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya kertas karya ini yang berjudul “5 cm”, untuk melengkapi syarat mencapai gelar Ahli Madya pada Universitas Sumatra Utara. Karena hanya dengan kasih karuniaNya lah segala sesuatu itu bisa terjadi. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada :
1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A, P.hd, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatra Utara.
2. Ibu Adriana selaku Ketua Jurusan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Alimansyar, S.S, selaku Dosen Pebimbing yang dengan ikhlas
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada penulis.
4. Bapak Rani Afryanti, S.S, selaku dosen pembaca, terimakasih buat segalnya. 5. Bapak M. Pujiono S.S, M.Hum selaku dosen wali yang banyak membantu dan
memberikan nasehat kepada penulis.
6. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Sastra Jurusan Bahasa Jepang, terimakasih buat segalanya. Semoga Tuhan senantiasa memberkati.
7. Keluargaku yang sangat kukasihi teristimewa buat kedua orang tuaku, terimakasih atas cinta kasihnya dan doa nya, dan juga buat kakak ku dan abang serta adik ku yang begitu kukasihi terimakasih buat motivasi nya kepadaku. Tuhan memberkati.
(6)
8. Teman-teman satu kampusku, terimakasih buat waktunya dan kebersamaannya, serta motivasinya. Semoga kita selalu dalam lindunganNya.
Akhir kata, sebagai manusia biasa penulis menyadari sepenuhnya bahwa kertas karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis membuka diri apbila ada kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan kertas karya ini.
Medan, 02 Juni 2009 Penulis
Donna Siagian
(7)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... .i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I IPENDAHULUAN ... 1
1.1. Alasan Pemilihan Judul ... 1
1.2. Tujuan Penulisan ... 2
1.3. Pembatsan Masalah ... 2
1.4. Metode Penulisan ... 2
BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT BETAWI ... 3
2.1. Geografi ... 3
2.2. Kepercayaan ... 4
2.3. Mata pencaharian ... 4
BAB III UPACARA SEBELUM PERNIKAHAN ADAT BETAWI ... 5
3.1. Ngedelengin ... 5
3.2. Ngelamar ... 7
3.3. Bawa tande putus(Tundangan) ... 9
3.4. Piara calon pengantin Wanita ... 10
3.5. Mandi kembang ... 11
3.6. Malem pacar ... 11
3.7. Malem mangkat/malem bumbu/malem ngeracik ... 13
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 14
4.1. Kesimpulan ... 14
4.2. Saran ... 14
DAFTAR PUSTAKA
(8)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Alasan Pemilihan Judul
Jakarta sebagai ibukota Negara Republik Indonesia merupakan kota terbesar dan paling padat penduduknya di seluruh Indonesia, dengan penduduknya yang terdiri dari berbagai bangsa dan suku-suku bangsa dari seluruh wilayah Indonesia.
Keanekaragaman ditambah dengan pengaruh bangsa asing melahirkan keanekaragaman corak seni dan budaya. Beberapa lamanya daerah ini menjadi tempat berkumpulnya berbagai bangsa dan suku-suku bangsa dan bermacam-macam adat istiadat, bahasa dan budaya. Berbaurnya suku-suku bangsa dari seluruh tanah air dengan bangsa lain mengakibatkan terjadinya perkawinan di antara mereka, sehingga terjadilah perpaduan adat istiadat, budaya dan falsafah hidup hingga melahirkan corak budaya dan tata cara yang baru.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk membahas masalah ini sebagai tema kertas karya yang diajukan.
1.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah : 1. Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan upacara sebelum
pernikahan adat Betawi.
2. Untuk memperkenalkan bagaimana upacara sebelum pernikahan adat Betawi kepada pembaca.
(9)
3. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di program Diploma III Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
1.3. Pembatasan Masalah
Dalam kertas karya ini penulis hanya membahas upacara sebelum pernikahan adat betawi, yaitu Ngedelengin, Ngintip, Mak comblang, Ngelamar, Bawa tande putus (tundangan), Piara calon pengantin wanita, Mandi kembang, Malem pacar, Malam mangkat/malem bumbu/malem ngeracik, serta hal-hal yang menyangkut jalannya upacara sebelum pernikahan adat Betawi.
1.4. Metode Penulisan
Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan metode kepustakaan yaitu suatu metode untuk mengumpulkan data atau informasi dengan membaca buku atau referensi yang berhubungan dengan upacara sebelum pernikahan adat Betawi. Selanjutnya data-data tersebut diidentifikasi, dirangkum dan diuraikan pada setiap bab.
(10)
BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT BETAWI
2.1. Geografi
Komposisi penduduk Jakarta sangat beragam terdiri dari beberapa entitas etnis yang mendiami wilayah di DKI Jakarta (masyarakat lokal) diantaranya Sunda, Jawa, China dan penduduk asli Jakarta yang disebut ”Betawi”. Selain entitas etnis dominan tersebut terdapat kelompok etnis besar masyarakat lainnya yang datang dari luar Jakarta, diantaranya etnis Minangkabau, Batak, Manado, Maluku.
Secara geografis Betawi terletak di pulau Jawa, namun secara sosiokultural lebih dekat pada budaya Melayu Islam. Menurut garis besarnya wilayah Betawi dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Betawi tengah atau Betawi kota dan Betawi pinggiran. Yang termasuk wilayah Betawi tengah merupakan kawasan yang pada zaman akhir pemerintah kolonial Belanda termasuk wilayah Gemeente Batavia, kecuali beberapa tempat seperti Tanjung Priuk dan sekitarnya. Sedangkan daerah-daerah lain di luar daerah tersebut terutama daerah-daerah di wilayah DKI Jakarta merupakan wilayah Betawi pinggiran.
2.2. Kepercayaan
Orang Betawi sebagian besar menganut agama Islam. Tetapi yang menganut agama Kristen Protestan dan Katolik juga ada namun hanya sedikit sekali. Diantara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang
(11)
menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda mengadakan perjanjian dengan Portugis yang memperbolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa.
2.3. Mata Pencaharian
Masyarakat Betawi pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani, pedagang, peternak dan jasa wisata. Misalnya petani kembang, sayur, dan buah banyak dijumpai di Kemanggisan dan sekitaran Rawbelong. Peternak banyak di jumpai di Kuningan . Pedagang banyak dijumpai di Pasar Minggu di bagian Selatan Jakarta. Sementara Jasa Wisata dapat dilihat dari penyewaan pemondokan bagi pendatang baru atau wisatawan dan pemondokan untuk mahasiswa.
(12)
BAB III
UPACARA SEBELUM PERNIKAHAN ADAT BETAWI
3.1. Ngedelengin
Ngedelengin adalah upaya mencari atau membangun misi dan visi antara seorang lelaki dengan seorang perempuan dalam rangka rumah tangga. Ada dua cara Ngedelengin, yaitu pertama adalah ngintip dan kedua adalah mak comblang.
3.1.1. Ngintip
Ngintip adalah proses Ngedelengin yang dilakukan sendiri oleh sang jejaka. Dahulu di daerah tertentu ada kebiasaan menggantungkan sepasang ikan bandeng di depan rumah seorang gadis, bila si gadis ada yang naksir. Pekerjaan menggantung ikan bandeng ini dilakukan seorang pemuda, tentu ini awal dari Ngedelengin.
3.1.2. Mak Comblang
Mak comblang yaitu seorang perempuan yang berumur dan memiliki kelihaian cukup apik dalam menangkap sasaran yang benar-benar cocok dengan pesanan. Mak comblang adalah orang pintar dalam arti yang sebenarnya pandai menjual dagangan. Seorang mak comblang biasanya punya akses yang luas. Sedemikian luasnya sehingga apa-apa yang dikemukakannya cukup absah, bahkan 95% akurat tentang orang-orang di luar kampungnya sendiri. Ia sudah punya daftar keluarga mana saja yang memiliki anak perawan dan siapa saja yang punya pengaruh di dalam
(13)
keluarga tersebut. Seorang mak comblang yang bertugas biasanya memang mendapat syarat utama dan tidak bisa diabaikan adalah ketaatan beribadah dan kemampuan mengurus rumah. Sejak mak comblang menyatakan kesediaan melaksanakan tugas, maka saat itulah sebenarnya dimulai apa yang disebut acara Ngedelengin yang sesungguhnya. Mak comblang mulai berkunjung ke rumah keluarga yang menjadi sasaran. “Ngomong-ngomong mana anak kita?”. Begitu biasanya mak comblang mengarahkan obrolan. Sesuai adat betawi, dengan pertanyaan mak comblang itu, ibu si gadis wajib memanggil putrinya untuk menemui mak comblang. Gadis ini bisa dicalonkan sebagai menantu dari orang yang memberinya tugas. Ia wajib memberikan uang sembe langsung kepada gadis yang di hadapannya. Uang sembe memang sudah disiapkan oleh orang yang menugasinya.
Uang sembe adalah uang salaman mak comblang kepada si gadis (di dalam amplop atau angpau). Uang sembe sifatnya tidak mengikat, hanya tanda sebagai perkenalan saja. Uang sembe akan terus diberikan mak comblang kepada si gadis setiap datang. Ini berlangsung sampai tercapainya kesepakatan untuk meningkatkannya dari Ngedelengin ke acara melamar. Jika karena sesuatu dan lain hal pihak keluarga lelaki tidak sependapat dengan mak comblang, Pada kedatangan kedua mak comblang wajib menyatakan pembatalan dengan segala kemampuannya sehingga tidak mengecewakan pihak si gadis. Dalam Ngedelengin bukan tidak mungkin terjadi dua atau tiga mak comblang yang datang untuk seorang gadis yang sama. Jika hal ini terjadi, tiap mak comblang punya kesempatan sama untuk mencoba merebut hati si gadis dan orangtuanya. Jadi,seorang gadis akan
(14)
banyak sekali menerima uang sembe Ngedelengin karena uang itu tidak mengikat. Jika penentuan ngelamar tiba, mak comblang akan jadi juru bicara perihal kapan dan apa saja yang akan jadi bawaan ngelamar. Sesungguhnya mak comblang orang yang dihormati dalam masyarakat Betawi.
3.2. Ngelamar
Bagi orang betawi ngelamar adalah pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga laki-laki (calon tuan mantu) kepada pihak keluarga wanita (calon none mantu). Bawaan pokok pada waktu ngelamar adalah :
1. Sirih lamaran ini adalah bawaan pertama dan utama yang wajib. Bawaan ini sebagai lambang kegembiraan dari pihak keluarga dan orangtua laki-laki karena tahap Ngedelengin telah sampai pada tahap ngelamar. Perlengkapan sirih lamaran terdiri atas :
1) Nampan kuningan.
2) Kertas minyak berwarna cerah untuk alas napan dibentuk berenda- renda.
3) Daun sirih dilipat bulat dan diikat potongan kertas minyak warna-warni.
4) Sirih tampi, yaitu sirih yang telah diisi dengan rempah-rempah untuk nyirih (kapur,gambir,pinang).
5) Bunga rempah tujuh rupa.
(15)
2. Pisang raja, jumlahnya dua sisir. Ujung pisang dibungkus atau dibuatkan topi dengan warna kuning atau merah atau warna emas dan metalik. Pisang inipun diletakkan di atas nampan seperti meletakkan sirih lamaran.
3. Roti tawar. Roti ini pada zaman dahulu termasuk makanan istimewa yang sukar didapat dan hanya dimakan oleh orang-orang tertentu. Roti atau ruti ini pun diletakkan di atas nampan dihiasi kertas warna-warni. Keberadaan roti sama halnya dengan pisang raja, artinya mutlak harus dibawa. Pasangan pisang raja dan roti tawar disebut ruti-pisang.
4. Sirop (umumnya berwarna merah dan berjumlah tiga botol). Sirop yang rasanya manis diharapkan menjadi lambang terbentuknya hubungan antarkeluarga yang manis dan rukun. Ada kebiasaan bagi orang Betawi memakan roti tawar ditaburi atau ditutul dengan sirop. Sirop dimasukkan dalam bongsang, diikat rapi, dan diberi dekorasi dengan kertas krep warna-warni.
5. Hadiah pelengkap. Hadiah ini pada dasarnya merupakan pemberiaan dari saudara kandung kedua orang tua calon pengantin laki-laki atau dari saudara kandung si calon yang telah berkeluarga. Hadiah dapat berupa bahan baju kebaya, kain batik tige negeri, kain panjang, perlengkapan kosmetik, sandal, dan sebagainya. Hadiah ini terutama sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.
(16)
6. Para utusan. Utusan untuk menyampaikan antaran lamaran terdiri atas :
1) Mak comblang memiliki tugas dan tanggung jawab. Saat ngelamar ia bertugas membuka pembicaraan awal sehingga dialog antara pihak calon pengantin laki-laki dan pihak calon pengantin wanita berjalan penuh kekeluargaan dan kegembiraan. 2) Dua pasang wakil orang tua calon tuan mantu, terdiri atas sepasang wakil keluarga ibu dan sepasang wakil keluarga bapak. Kehadiran pihak keluarga ibu dan pihak keluarga bapak dari calon pengantin laki-laki dalam rombongan utusan ngelamar merupakan pertanda bahwa pihak yang diwakili telah menyetujui rencana pelaksanaan lamaran.
Dari pihak calon pengantin wanita diharapkan hadir pula orang-orang yang memiliki hubungan serupa dengan pihak dengan calon pengantin laki-laki. Hal ini sebagai lambang bahwa kedatangan utusan orang tua calon pengantin laki-laki diterima dengan tangan terbuka oleh calon pengantin wanita.
3.3. Bawa Tande Putus
Tande Putus artinya bahwa calon pengantin wanita telah terikat dan tidak lagi dapat diganggu oleh pihak lain, walaupun pelaksanaan tande putus dilakukan jauh sebelum pelaksanaan acara akad nikah. Menikah atau akad nikah dalam Islam memang harus diselengarakan. Masyarakat Betawi biasanya melaksanakan acara ngelamar pada hari Rabu dan acara bawa
(17)
tande putus dilakukan di hari yang sama seminggu sesudahnya. Tande putus berupa sebuah cincin. Pada acara bawa tande putus itu dibicarakan :
1. Apa mahar atau mas kawin yang diminta.
2. Berapa nilai uang belanja untuk resepsi pernikahan.
3. Apa makanan atau barang yang sangat disukai atau yang diminta. 4. Pelangke atau pelangkah kalau ada abang yang dilangkahi. 5. Kapan pernikahan diselenggarakan.
6. Berapa perangkat pakaian upacara perkawinan yang digunakan calon pengantin wanita pada acara rame-rame resep.
3.4. Piara Calon Pengantin Wanita
Masa dipiara yaitu masa calon pengantin wanita dipelihara oleh
tukang piara atau tukang rias. Masa piara ini dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan dan memelihara kecantikan calon pengantin wanita untuk menghadapi hari akad nikah nanti.
Selama dipiara ini, calon pengantin wanita diharuskan memakai baju terbalik (kain sarung dan kebaya longgar ukuran ¾ lengan) sebagai lambang tolak bala, bahkan dilarang mengganti baju. Kalau calon pengantin wanita gemuk, makan dan minumnya diatur, tidak boleh makan makanan yang digoreng. Makanan yang dianjurkan adalah makanan yang dibakar/dipanggang dan diharuskan minum jamu godok dan jamu air secang. Seluruh tubuhnya diurut dan dilulur sekali sehari. Dilarang mandi dan bercermin, diharuskan banyak berzikir ,membaca selawat dan membaca
(18)
surah yusuf. Dulu,calon pengantin wanita giginya digosok/dipapat agar rata tetapi sekarang tidak lagi.
3.5. Mandi Kembang
Acara memandikan calon pengantin wanita sehari sebelum akad nikah. Pertama, calon pengantin wanita memohon izin dan doa restu kepada kedua orangtua untuk melaksanakan acara mandi sebagai salah satu persiapan menuju pernikahan esok hari, dengan harapan semoga selama mengarungi hidup berumah tangga tetap berada dalam lindungan dan petunjuk Allah. Kedua, calon pengantin wanita mengganti dengan mengenakan kemben dan kebaya tipis serta kerudung tipis. Rambutnya digelung dengan sanggul biasa seluruh tubuhnya masih berlulur.
Ketiga, calon pengantin wanita didudukkan di kursi yang berlubang dan dibawah kursi diletakkan pedupaan yang mengepulkan asap setinggi kayu gaharu. Tujuannya agar setelah mandi nanti, tubuh calon pengantin mengeluarkan bau harum kayu gaharu yang alami. Keempat, calon pengantin wanita dimandikan oleh tukang piara dengan air kembang setaman.
Peralatan yang harus disediakan oleh tukang piara adalah: 1. Kembang setaman.
2. Ramuan tambahan berupa daun jeruk purut, irisan daun pandan wangi, akar wangi daun mangkokan dan sebagainya.
3. Paso dari tanah.
(19)
5. Tikar pandan atau kain untuk penutup.
3.6. Malam Pacar
Malem pacar adalah acara memakaikan pacar pada kuku tangan dan
kuku kaki calon pengantin wanita. Alat-alat yang digunakan, antara lain : 1. Kain putih ukuran 2 meter.
2. Kembang setaman .
3. Air putih dalam cawan dicampur dengan satu atau dua kuntum bunga melati.
4. Pedupaan dan setinggi gaharu. 5. Alat cukur.
6. Dua keping uang logam.
7. Tempat sirih lengkap dengan isinya. 8. Pacar secukupnya.
Urutan kegiatannya adalah :
a. Calon pengantin wanita memakai pakaian Betawi. b. Calon pengantin wanita didudukkan diatas kain putih.
c. Calon pengantin wanita dikerik dan dibuatkan centung oleh tukang piara.
d. Calon pengantin wanita dipakaikan pacar oleh tukang piara, ibu, keluarga/famili, dan teman-teman wanita si calon pengantin wanita. Kemudian acara tangas atau acara kum. Acara ini identik dengan mandi uap yang tujuannya untuk membersihkan bekas-bekas atau sisa -sisa lulur yang masih tertinggal di pori-pori kulit di tubuh calon pengantin wanita. Hasil akhir dari tangas ini adalah :
(20)
1. Tubuh calon pengantin wanita akan harum, sebab aroma mangir dan jamu yang dilulur dan diminumnya selama dipiara sudah berbaur dengan wangi gaharu yang akan keluar dari tubuh calon pengantin. 2. Calon pengantin wanita tidak akan berkeringat ketika dirias atau saat
duduk di pelaminan.
Kembang setaman dan segenap ramuan dimasak dengan air sampai mendidih lalu dibuang ke dalam Paso. Calon pengantin wanita duduk dikursi rotan bolong-bolong dan dibawah kursi itu diletakkan paso yang mengepulkan asap/uap. Calon pengantin dikerudungi atau ditutupi dengan kain/tikar pandan dengan lebar 1x1 meter dan di atasnya ditutup dengan kain agar uap ramuan tidak keluar ditiup angin. Ini dikerjakan maksimal, artinya sampai tukang piara yakin bahwa aroma ramuan telah meresap ke tubuh calon pengantin.
3.7. Malam Mangkat/Malam Bumbu/Malam Ngeracik
Malam Mangkat/ Malam Bumbu/ Malam Ngeracik adalah malam membungkus serah-serahan yang ada dan esok hari akan dibawa kerumah calon pengantin wanita. Pada malam itu pihak calon pengantin laki-laki mempersiapkan semua kebutuhan serah-serahan. Pihak calon pengantin laki-laki membuat pesalin, menghias nampan kue, menghias peti dan menghias miniatur Mesjid dan sebagainya. Buah-buahnya pun dihias sedemikian rupa sehingga terlihat cantik
(21)
DAFTAR PUSTAKA
Saputra, Yahya Andi. 2008. Upacara Daur Hidup Adat Betawi. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Shahab, Yasmine. 1997. Betawi dalam Perspektif Kontemporer:
Perkembangan, Potensi, dan Tantangannya. Jakarta: LKB.
Goro Taniguchi, kamus standar Bahasa Indonesia-Jepang.,Dian Rakyat, 1998. Jakarta.
T. Chandra. Mengenal Kanji. Edisi pertama Kursus Bahasa Jepang Evegreen. 2000. Jakarta.
(1)
6. Para utusan. Utusan untuk menyampaikan antaran lamaran terdiri atas :
1) Mak comblang memiliki tugas dan tanggung jawab. Saat ngelamar ia bertugas membuka pembicaraan awal sehingga dialog antara pihak calon pengantin laki-laki dan pihak calon pengantin wanita berjalan penuh kekeluargaan dan kegembiraan. 2) Dua pasang wakil orang tua calon tuan mantu, terdiri atas sepasang wakil keluarga ibu dan sepasang wakil keluarga bapak. Kehadiran pihak keluarga ibu dan pihak keluarga bapak dari calon pengantin laki-laki dalam rombongan utusan ngelamar merupakan pertanda bahwa pihak yang diwakili telah menyetujui rencana pelaksanaan lamaran.
Dari pihak calon pengantin wanita diharapkan hadir pula orang-orang yang memiliki hubungan serupa dengan pihak dengan calon pengantin laki-laki. Hal ini sebagai lambang bahwa kedatangan utusan orang tua calon pengantin laki-laki diterima dengan tangan terbuka oleh calon pengantin wanita.
3.3. Bawa Tande Putus
Tande Putus artinya bahwa calon pengantin wanita telah terikat dan tidak lagi dapat diganggu oleh pihak lain, walaupun pelaksanaan tande putus dilakukan jauh sebelum pelaksanaan acara akad nikah. Menikah atau akad nikah dalam Islam memang harus diselengarakan. Masyarakat Betawi biasanya melaksanakan acara ngelamar pada hari Rabu dan acara bawa
(2)
tande putus dilakukan di hari yang sama seminggu sesudahnya. Tande putus berupa sebuah cincin. Pada acara bawa tande putus itu dibicarakan :
1. Apa mahar atau mas kawin yang diminta.
2. Berapa nilai uang belanja untuk resepsi pernikahan.
3. Apa makanan atau barang yang sangat disukai atau yang diminta. 4. Pelangke atau pelangkah kalau ada abang yang dilangkahi. 5. Kapan pernikahan diselenggarakan.
6. Berapa perangkat pakaian upacara perkawinan yang digunakan calon pengantin wanita pada acara rame-rame resep.
3.4. Piara Calon Pengantin Wanita
Masa dipiara yaitu masa calon pengantin wanita dipelihara oleh
tukang piara atau tukang rias. Masa piara ini dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan dan memelihara kecantikan calon pengantin wanita untuk menghadapi hari akad nikah nanti.
Selama dipiara ini, calon pengantin wanita diharuskan memakai baju terbalik (kain sarung dan kebaya longgar ukuran ¾ lengan) sebagai lambang tolak bala, bahkan dilarang mengganti baju. Kalau calon pengantin wanita gemuk, makan dan minumnya diatur, tidak boleh makan makanan yang digoreng. Makanan yang dianjurkan adalah makanan yang dibakar/dipanggang dan diharuskan minum jamu godok dan jamu air secang. Seluruh tubuhnya diurut dan dilulur sekali sehari. Dilarang mandi dan bercermin, diharuskan banyak berzikir ,membaca selawat dan membaca
(3)
surah yusuf. Dulu,calon pengantin wanita giginya digosok/dipapat agar rata tetapi sekarang tidak lagi.
3.5. Mandi Kembang
Acara memandikan calon pengantin wanita sehari sebelum akad nikah. Pertama, calon pengantin wanita memohon izin dan doa restu kepada kedua orangtua untuk melaksanakan acara mandi sebagai salah satu persiapan menuju pernikahan esok hari, dengan harapan semoga selama mengarungi hidup berumah tangga tetap berada dalam lindungan dan petunjuk Allah. Kedua, calon pengantin wanita mengganti dengan mengenakan kemben dan kebaya tipis serta kerudung tipis. Rambutnya digelung dengan sanggul biasa seluruh tubuhnya masih berlulur.
Ketiga, calon pengantin wanita didudukkan di kursi yang berlubang dan dibawah kursi diletakkan pedupaan yang mengepulkan asap setinggi kayu gaharu. Tujuannya agar setelah mandi nanti, tubuh calon pengantin mengeluarkan bau harum kayu gaharu yang alami. Keempat, calon pengantin wanita dimandikan oleh tukang piara dengan air kembang setaman.
Peralatan yang harus disediakan oleh tukang piara adalah: 1. Kembang setaman.
2. Ramuan tambahan berupa daun jeruk purut, irisan daun pandan wangi, akar wangi daun mangkokan dan sebagainya.
3. Paso dari tanah.
(4)
5. Tikar pandan atau kain untuk penutup.
3.6. Malam Pacar
Malem pacar adalah acara memakaikan pacar pada kuku tangan dan
kuku kaki calon pengantin wanita. Alat-alat yang digunakan, antara lain : 1. Kain putih ukuran 2 meter.
2. Kembang setaman .
3. Air putih dalam cawan dicampur dengan satu atau dua kuntum bunga melati.
4. Pedupaan dan setinggi gaharu. 5. Alat cukur.
6. Dua keping uang logam.
7. Tempat sirih lengkap dengan isinya. 8. Pacar secukupnya.
Urutan kegiatannya adalah :
a. Calon pengantin wanita memakai pakaian Betawi. b. Calon pengantin wanita didudukkan diatas kain putih.
c. Calon pengantin wanita dikerik dan dibuatkan centung oleh tukang piara.
d. Calon pengantin wanita dipakaikan pacar oleh tukang piara, ibu, keluarga/famili, dan teman-teman wanita si calon pengantin wanita. Kemudian acara tangas atau acara kum. Acara ini identik dengan mandi uap yang tujuannya untuk membersihkan bekas-bekas atau sisa -sisa lulur yang masih tertinggal di pori-pori kulit di tubuh calon pengantin wanita. Hasil akhir dari tangas ini adalah :
(5)
1. Tubuh calon pengantin wanita akan harum, sebab aroma mangir dan jamu yang dilulur dan diminumnya selama dipiara sudah berbaur dengan wangi gaharu yang akan keluar dari tubuh calon pengantin. 2. Calon pengantin wanita tidak akan berkeringat ketika dirias atau saat
duduk di pelaminan.
Kembang setaman dan segenap ramuan dimasak dengan air sampai mendidih lalu dibuang ke dalam Paso. Calon pengantin wanita duduk dikursi rotan bolong-bolong dan dibawah kursi itu diletakkan paso yang mengepulkan asap/uap. Calon pengantin dikerudungi atau ditutupi dengan kain/tikar pandan dengan lebar 1x1 meter dan di atasnya ditutup dengan kain agar uap ramuan tidak keluar ditiup angin. Ini dikerjakan maksimal, artinya sampai tukang piara yakin bahwa aroma ramuan telah meresap ke tubuh calon pengantin.
3.7. Malam Mangkat/Malam Bumbu/Malam Ngeracik
Malam Mangkat/ Malam Bumbu/ Malam Ngeracik adalah malam membungkus serah-serahan yang ada dan esok hari akan dibawa kerumah calon pengantin wanita. Pada malam itu pihak calon pengantin laki-laki mempersiapkan semua kebutuhan serah-serahan. Pihak calon pengantin laki-laki membuat pesalin, menghias nampan kue, menghias peti dan menghias miniatur Mesjid dan sebagainya. Buah-buahnya pun dihias sedemikian rupa sehingga terlihat cantik
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Saputra, Yahya Andi. 2008. Upacara Daur Hidup Adat Betawi. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Shahab, Yasmine. 1997. Betawi dalam Perspektif Kontemporer:
Perkembangan, Potensi, dan Tantangannya. Jakarta: LKB.
Goro Taniguchi, kamus standar Bahasa Indonesia-Jepang.,Dian Rakyat, 1998. Jakarta.
T. Chandra. Mengenal Kanji. Edisi pertama Kursus Bahasa Jepang Evegreen. 2000. Jakarta.