Komponen dalam Proses Komunikasi Massa
Sejak tahun 1949, media komunikasi massa televisi ini mengalami perkembangan yang pesat dibanding media lain. Di mana televisi menyajikan
suara dan gambar bergerak. Hal tersebut merupakan kelebihan utama TV dibanding dengan media yang lain. Kelebihan media televisi juga terletak pada
kekuatannya menguasai jarak dan ruang, sasaran yang dicapai untuk mencapai massa relatif cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan
juga sangat cepat. Beberapa kelebihan televisi Menurut Kuswandi 1996: 23: 1
Menguasai jarak dan ruang karena teknologi televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan transmisi melalui satelit.
2 Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa, cukup besar.
3 Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan, sangat cepat.
4 Daya rangsang seseorang terhadap media televisi, cukup tinggi. Hal ini
disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak ekspresif. 5
Informasi atau berita-berita yang disampaikan lebih singkat, jelas dan sistematis, sehingga pemirsa tidak perlu lagi mempelajari isi pesan dalam
menangkap siaran televisi. Meskipun memiliki banyak kelebihan yang dapat mengalahkan media
lainnya, tetapi televisi juga memeiliki beberapa kekurangan. Kekurangan televisi menurut Kuswandi 1996:23 dibandingkan media massa lain adalah:
1 Karena bersifat ‟transitory‟ maka isi pesannya tidak dapat di memori oleh
pemirsa lain halnya dengan media cetak, informasi dapat disimpan dalam bentuk klipingan koran.
2 Media televisi terikat oleh waktu tontonan, sedangkan media cetak dapat
dibaca kapan saja dan dimana saja.
3 Televisi tidak bisa melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara
langsung dan vulgar seperti halnya media cetak. Hal ini terjadi karena faktor penyebaran siaran televisi yang begitu luas kepada massa yang heterogen
status sosial ekonominya, juga karena kepentingan politik dan stabilitas keamanan negara.
Pengaruh televisi lebih cenderung menyentuh aspek psikologis massa,
sedangkan media cetak lebih mengandalkan efek rasionalitas. a.
Audience Televisi
Secara sederhana istilah audiens media dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa berbagai media atau komponen
isinya McQuail, 1987: 203. Beberapa karakteristik audiens menurut Hiebert dan kawan-kawan Nurudin, 2004: 96
—97 sebagai berikut. 1
Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial di antara mereka.
Individu-individu tersebut memilih produk media yang mereka gunakan berdasarkan seleksi kesadaran.
2 Audience cenderung besar. Luas disini berarti tersebar ke berbagai wilayah
jangkauan sasaran komunikasi massa. Meskipun begitu ukuran luas ini sifatnya bisa jadi relatif. Sebab, ada media tertentu yang khalayaknya
mencapai ribuan, ada yang mencapai jutaan. Baik ribuan atau jutaan itu tetap bisa disebut audience meskipun jumlahnya berbeda. Akan tetapi, perbedaan
ini bukan sesuatu yang prinsip. Jadi tak ada ukuran pasti tentang luasnya audience itu.
3 Audience cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan
kategori sosial.
Beberapa media
tertentu punya
sasaran, tetapi
heterogenitasnya juga tetap ada. 4
Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain. 5
Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator. Sedangkan untuk beberapa tipe Audiens McQuail, 1987: 206 sebagai berikut.
1 Kelompok atau Publik
Sejalan dengan suatu pengelompokan sosial yang ada misalnya, komunitas, keanggotaan minoritas politik, religius atau etnis dan dengan
karakteristik sosial bersama dari tempat, kelas sosial, politik, budaya dan sebagainya.
2 Kelompok kepuasan
Terbentuk atas dasar tujuan atau kebutuhan individu tertentu yang ada terlepas dari media, tetapi berkaitan misalnya isu politik atau sosial, jadi
suatu kebutuhan umum akan informasi atau akan kepuasan emosional dan afeksi tertentu.
3 Kelompok penggemar atau budaya cita rasa
Terbentuk atas dasar minat pada jenis isi gaya atau daya tarik tertentu akan kepribadian tertentu atau cita rasa budaya atau intelektual tertentu.
4 Audiens medium
Berasal dari dan dipertahankan oleh kebiasaan atau loyalitas pada sumber
media tertentu, misalnya surat kabar, majalah, saluran radio atau televisi. b.
Macam-macam program Televisi
Dalam dunia broadcasting dikenal istilah, “Easy Listening Formula” yang mengandung makna bahwa susunan kalimat yang dibuat, harus mudah untuk
didengar dan dicerna. Formula ini diterangkan oleh para „broadcaster‟ televisi, Karena gaya bahasa yang di gunakan adalah bahasa tuturan atau penyampain.
Sehubungan dengan massa sasaran, maka para pengelola stasiun televisi harus berorientasi kepada pemirsa. Pendekatan khalayak ini, oleh David K. Berto
dinamakan „emphati‟ yang berarti keahlian seseorang dalam menempatkan diri pada pihak lain Kuswandi, 1996 : 18.
Membuat program televisi yang dapat menyentuh berbagai lapisan masyarakat memang tidak mudah, untuk itu para pengelola atau perancang acara
televisi harus mampu memepertemukan daya selera pemirsa yang majemuk. Konsep ideal membuat program acara yang baik bukan bukanlah meniru
televisi asing atau gaya penggarapan film atau drama dari negara lain. Akan tetapi, tidak salah apabila para kreator program acara mencoba mencari kombinasi
serta variasi dari program acara asing disesuaikan dengan kebutuhan pemirsa Kuswandi, 1996 : 95.
Format acara televisi sebagai sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang
akan terbagi dalam barbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa tersebut.
Menurut Naratama 2004:65 menyebutkan ada tiga format acara televisi, diantaranya adalah:
1 Fiksi drama adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan
diciptakan melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau
fiksi yang direkayasa dan kreasi ulang, format yang digunakan merupakan interpetasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu
tuntutan cerita dalam sejumlah adegan. Adegan-adegan tersebut akan menggambarkan realitas kenyataan hidup dengan fiksi atau imajinasi
para kreatornya. Contoh: drama percintaan love story, tragedi, horor, komedi, legenda, aksi action, dan lain sebagainya.
2 Non fiksi adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta
melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dan realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterprestasi ulang dan tanpa harus menjadi
dunia khalayan. Untuk itu format-format acara non drama merupakan sebuah tuntutan pertunjukkan kreatif yang menggunakan unsur hiburan
yang dipenuhi dengan aksi. Contoh: talk show, konser musik, dan variety show.
3 Berita Olah Raga adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi
berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari faktual dan aktual
yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang independent. Contoh: laporan olahraga,
berita ekonomi. Masing-masing kategori tidak hanya bisa berdiri sendiri, tetapi juga bisa
digabungkan yang akan menghasilkan jenis program tayangan yang unik dan kreatif, contohnya drama dengan non drama jika di gabungkan dapat
menghasilkan jenis program tayangan reality show Naratama, 2004 : 63 —64.
E.2 Penggunaan Media
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia motif diartikan sebagai alasan sebab seseorang melakukan sesuatu. Motif adalah suatu keadaan, kebutuhan atau
dorongan dalam diri seseorang yang di sadari atau tidak disadari yang membawa pada terjadinya perilaku.
Motif merupakan salah satu aspek psikis yang paling berpengaruh dalam tingkah laku individu. Motif diartikan sebagai perilaku sangat kompleks dalam
organisme individu yang mengarahkan perilakunya kepada suatu tujuan, baik disadari atau tidak. Perilaku tersebut dilaksanakan oleh individu untuk
mendapatkan insentif, jadi bisa disimpulkan adanya keinginan need dan dorongan drives untuk memperoleh suatu hal. Dari definisi di atas dapat kita
ambil kesimpulan bahwa motif seseorang untuk menggunakan media adalah suatu segala alasan dalam diri manusia yang mendorong mereka untuk
menggunakan suatu media. Pengukuran motif penggunaan media yang sedang diteliti oleh peneliti
relevan dengan teori Uses and Gratification. Teori ini pertama diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz. Blumer berpendapat bahwa pengguna media
memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut, dengan kata lain pengguna media itu adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi.
Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, dalam teori Uses and Gratifications ini
diasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi
khalayak untuk menggunakan media dan sebaliknya mereka percaya bahwa ada banyak alasan khlayak untuk menggunakan media Effendy, 2005:289
—290. Riset teori Uses and Gratifications bermula dari pandangan bahwa
komunikasi khususnya media massa tidak mempunyai kekuatan mempengaruhi khalayak. Inti dari teori Uses and Gratifications adalah khalayak pada dasarnya
menggunakan media massa berdasarkan moti-motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan
khalayak akan terpenuhi. Pada akhirnya media yang mampu memenuhi kebutuhan khalayak akan disebut sebagai media yang efektif. Kriyantono, 2008: 205
—206. Asumsi-asumsi dasar teori uses and gratification menurut Jay Blumer, Elihu
Katz dan Michael Gurevitch Winarni, 2003 : 92 —93 yaitu :
1 Khalayak dianggap aktif, maksudnya sebagian penting dari penggunaan
media massa diasumsikan mempunyai tujuan. 2
Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemenuhan kebutuhan media terletak pada anggota
khalayak. 3
Media harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari
rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. 4
Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan
kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.
5 Penilaian tentang arti kultural dari media massa disimpulkan dari media
massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu oleh orientasi khalayak.
Adapun model Uses And Gratification Rakhmat, 2009:66 adalah sebagai berikut.
Gambar 1 Model uses and gratification Jalaludin Rahmat, 2009 : 66
Dalam penelitian ini hanya terdapat 3 motif sebagai variabel penelitian sesuai yang dioperasionalkan Blumler dalam Rakhmat 2009:66. Ketiga motif tersebut
adalah orientasi kognitif kebutuhan bukan informasi, surveillance, atau eksplorasi realitas, diversi kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan
kebutuhan akan hiburan, serta identitas personal menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi
khalayak sendiri.