Prinsip Medan Putar Pada keadaan 1 gambar 2.8

Eko Prasetyo : Analisis Pengaruh Jatuh Tegangan Jala-Jala Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar Tupai, 2010 Gambar 2.4. Skematik Rotor Belitan Motor Induksi Pada motor ini, cincin slip yang terhubung ke sebuah tahanan variabel eksternal yang berfungsi membatasi arus pengasutan dan yang bertanggung jawab terhadap pemanasan rotor. Selama pengasutan, penambahan tahanan eksternal pada rangkaian rotor belitan menghasilkan torsi pengasutan yang lebih besar dengan arus pengasutan yang lebih kecil dibanding dengan rotor sangkar. Konstruksi motor tiga fasa rotor belitan ditunjukkan pada gambar 2.5 di bawah ini. a b Gambar 2.5. a Rotor Belitan, b Konstruksi Motor Induksi Tiga Fasa dengan Rotor Belitan

II.3. Prinsip Medan Putar

Apabila belitan stator dihubungkan dengan catu daya tiga fasa maka akan dihasilkan medan magnet yang berputar. Medan magnet ini dibentuk oleh kutub – kutubnya yang berada pada posisi yang tidak tetap pada stator tetapi berubah – ubah mengelilingi stator. Adapun magnitud dari medan putar ini selalu tetap yaitu sebesar 1.5 Φ m dimana Φ m adalah fluks yang disebabkan suatu fasa. Untuk melihat bagaimana medan putar dibangkitkan, maka dapat diambil contoh pada motor induksi tiga fasa dengan jumlah kutub dua. Dimana ke-tiga fasanya R,S,T disuplai dengan sumber tegangan tiga fasa, dan arus pada fasa ini Eko Prasetyo : Analisis Pengaruh Jatuh Tegangan Jala-Jala Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar Tupai, 2010 ditunjukkan sebagai I R , I S , dan I T , maka fluks yang dihasilkan oleh arus – arus ini adalah : Φ R = Φ m sin ωt ............................. 2.1a Φ S = Φ m sin ωt – 120 o ...................... 2.1b Φ T = Φ m sin ωt – 240 o ...................... 2.1c Gambar 2.6. Gambar 2.7. Arus Tiga Fasa Setimbang Diagram Phasor Fluksi Tiga Fasa Setimbang a b c d Gambar 2.8 Medan Putar Pada Motor Induksi Tiga Fasa Eko Prasetyo : Analisis Pengaruh Jatuh Tegangan Jala-Jala Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar Tupai, 2010

a. Pada keadaan 1 gambar 2.8

, ωt = 0 ; arus dalam fasa R bernilai nol sedangkan besarnya arus pada fasa S dan fasa T memiliki nilai yang sama dan arahnya berlawanan. Dalam keadaan seperti ini arus sedang mengalir ke luar dari konduktor sebelah atas dan memasuki konduktor sebelah bawah. Sementara resultan fluks yang dihasilkan memiliki besar yang kons tan yaitu sebesar 1,5 Φ m dan dibuktikan sebagai berikut : Φ R = 0 ; Φ S = Φ m sin -120 o = 2 3 − Φ m ; Φ T = Φ m sin -240 o = 2 3 Φ m Oleh karena itu resultan fluks, Φ r adalah jumlah ph asor dari Φ T dan – Φ S Sehinngga resultan fluks, Φ r = 2 x 2 3 Φ m cos 30 o = 1,5 Φ m b. Pada keadaan 2, arus bernilai maksimum negatif pada fasa S, sedangkan pada R dan fasa T bernilai 0,5 maksimum pada fasa R dan fasa T, dan pada saat ini ωt = 30 o , oleh karena itu fluks yang diberikan oleh masing – masing fasa : Φ R = Φ m sin -120 o = 0,5 Φ m Φ S = Φ m sin -90 o = - Φ m Φ T = Φ m sin -210 o = 0,5 Φ m Maka jumlah phasor Φ R dan - Φ T adalah = Φ r ’ = 2 x 0,5 Φ m cos 60 = 0,5 Φ m. Sehingga resultan fluks Φ r = 0,5 Φ m + Φ m = 1,5 Φ m. Eko Prasetyo : Analisis Pengaruh Jatuh Tegangan Jala-Jala Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar Tupai, 2010 Dari gambar diagram phasor tersebut dapat dilihat bahwa resultan fluks berpindah sejauh 30 o dari posisi pertama. c. Pada keadaan ini ωt = 60 o , arus pada fasa R dan fasa T memiliki besar yang sama dan arahnya berlawanan 0,866 Φ m , oleh karena itu fluks yang diberikan oleh masing – masing fasa : Φ R = Φ m sin 60 o = 2 3 Φ m Φ S = Φ m sin -60 o = 2 3 − Φ m Φ T = Φ m sin -180 o = 0 Maka magnitud dari fluks resultan : Φ r = 2 x 2 3 Φ m cos 30 o = 1,5 Φ m Dari gambar diagram phasor tersebut dapat dilihat bahwa resultan fluks berpindah sejauh 60 o dari posisi pertama. d. Pada keadaan ini ωt = 90 o , arus pada fasa R maksimum positif, dan arus pada fasa S dan fasa T = 0,5 Φ m , oleh karena itu fluks yang diberikan oleh masing – masing fasa Φ R = Φ m sin 90 o = Φ m Φ S = Φ m sin -30 o = - 0,5 Φ m Φ T = Φ m sin -150 o = - 0,5 Φ m Maka jumlah phasor - Φ T dan – Φ S adalah = Φ r ’ = 2 x 0,5 Φ m cos 60 = 0,5 Φ m. Sehingga resultan fluks Φ r = 0,5 Φ m + Φ m = 1,5 Φ m. Eko Prasetyo : Analisis Pengaruh Jatuh Tegangan Jala-Jala Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar Tupai, 2010 Dari gambar diagram phasor tersebut dapat dilihat bahwa resultan fluks berpindah sejauh 90 o dari posisi pertama.

II.4. Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Fasa