Perancangan Pintu Otomatis Menggunakan Barcode Berbasis Mikrokontroller AT89S51

(1)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar ahli madya

D.RENOL.P.SIAGIAN 052408062

DEPARTEMEN FISIKA INSTRUMENTASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

PERSETUJUAN

JuduI : PERANCANGAN PINTU OTOMATIS

MENGGUNAKAN BARCODE BERBASIS

MIKROKONTROLLER AT89S51

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : D. RENOL. P.SIAGIAN

Nomor Induk Mahasiswa : 052408062

Program Studi : D3 FISIKA INSTRUMENTASI

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA (USU)

Diluluskan di Medan, Juli 2008

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Fisika FMIPA USU

Ketua Pembimbing

(DR. Marhaposan Situmorang) (Drs. Tenang Ginting, MS.)


(3)

PERNYATAAN

PERANCANGAN PINTU OTOMATIS MENGGUNAKAN BARCODE BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri,kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2008

D.RENOL.PSIAGIAN 052408062


(4)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugera dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Drs. Tenang Ginting, MS. selaku pembimbing pada penyelesaian laporan tugas akhir ini yang telah memberikan panduan dan perhatian kepada penulis untuk menyempurnakan laporan ini. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada ketua jurusan Fisika Instrumentasi bapak DR. Marhaposan Situmorang dan dosen-dosen pengajar pada jurusan Fisika Instrumentasi, dan kawan-kawan mahasiswa Fisika Instrumentasi stambuk 2005 atas segala bantuan dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Dan juga saya tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua penulis yang begitu banyak memberikan materil maupun spiritual pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.


(5)

ABSTRAK

Pintu otomatis yang ada saat ini akan terbuka secara otomatis jika ada orang yang akan melewatinya, dan akan menutup sendiri secara otomatis beberapa saat kemudian ketika tidak ada orang yang akan melewatinya. Pintu otomatis ini dapat dikembangkan, sehingga hanya sebagian orang saja yang dapat masuk melalui pintu tersebut. Untuk itu dibutuhkan suatu alat pengenal, yang dengan alat pengenal tersebut seseorang dapat masuk melalui pintu itu. Alat pengenal tersebut berupa sebuah kartu identitas yang didalamnya terdapat kode bar.

Kode bar akan dirancang sendiri dengan ukuran yang cukup besar sekitar 1 cm per kode, sehingga memudahkan sensor untuk membacanya. Kode bar yang digunakan hanya terdiri dari 8 kode, dengan warna hitam sebagai kode 1 dan warna putih sebagai kode 0. Untuk pembacaan kode bar akan digunakan beberapa buah LED infra merah dan potodioda.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

BAB. I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar belakang Masalah 1

1.2. Rumusan Masalah 2

1.3. Tujuan Penulisan 3

1.4. Batasan Masalah 3

1.5. Sistematika Penulisan 4

BAB. II. TINJAUAN TEORITIS

2.1. Mikrokontroller AT89S51 6

2.1.1. Kontruksi AT89S51 8

2.1.2. Pin-Pin pada Mikrokontroller AT89S51 10

2.2. Motor Langkah (Stepper) 13

2.3. Komponen-komponen Pendukung 15

2.3.1. Resistor 15

2.3.1.1 Fixed Resistor 15

2.3.1.2 Variable Resistor 17

2.3.2. Kapasitor 19

2.3.2.1 Electrolytic Capacitor (ELCO) 19

2.3.2.2 Ceramic Capacitor 21

2.3.3. Fotodioda 22

2.3.4. Transistor 24

2.3.5. Bahasa Assembly MCS-51 28

2.3.6. Software 8051 Editor, Assembler, Simulator 32

2.3.7. Software Downloader 33

BAB. III. RANCANGAN SISTEM 35

3.1. Diagram Blok Rangkaian 35

3.2. Perancangan Program 36

3.3. Perancangan Power Supplay (PSA) 38

3.4. Rangkaian Mikrokontroller 39

3.5. Rangkaian Sensor Pembaca Kode Bar 41

3.6. Rangkaian Driver Motor Stepper 44


(7)

BAB. IV. PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM

4.1. Pengujian Rangkaian Power Supplay (PSA) 48 4.2. Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S51 48

4.3. Pengujian Rangkaian Pembaca Kode Bar 51

4.4. Pengujian Rangkaian Driver Motor Stepper 53

4.4. Pengujian Rangkaian Saklar Batas 55

BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN 56

5.1. Kesimpulan 56

5.2. Saran 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Nilai Gelang Resistor 16


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. IC Mikrokontroller AT89S51 10

Gambar 2.2. Diagram Motor Langkah (Stepper) 13

Gambar 2.3. Pemberian Data/Pulsa Pada Motor Stepper 14

Gambar 2.4. Resistor Karbon 16

Gambar 2.5. Potensiometer 18

Gambar 2.6. Grafik Perubahan Nilai Pada Potensiometer 18

Gambar 2.7. Skema Kapasitor 19

Gambar 2.8. Electrolytic Capacitor (ELCO) 20

Gambar 2.9. Ceramic Capacitor 21

Gambar 2.10. Fotodioda 24

Gambar 2.11. Simbol Tipe Transistor 25

Gambar 2.12. Transistor Sebagai Sakelar ON 26

Gambar 2.13. Karakteristik Daerah Saturasi Pada Transistor 27

Gambar 2.14. Transistor Sebagai Sakalar OFF 27

Gambar 2.15. 8051 Editor, Assembler, Simulator 32

Gambar 2.16. ISP-Flash Programmer 3.a 33

Gambar 3.1. Diagram Blok Rangkaian 35

Gambar 3.2. Rangkaian Power Supplay (PSA) 38

Gambar 3.3. Rangkaian Mikrokontroller AT89S51 39

Gambar 3.4. Rangkaian Pemancar Infra Merah 41

Gambar 3.5. Rangkaian Penerima Sinar Infra Merah 42

Gambar 3.6. Rangkaian Driver Motor Stepper 45


(10)

ABSTRAK

Pintu otomatis yang ada saat ini akan terbuka secara otomatis jika ada orang yang akan melewatinya, dan akan menutup sendiri secara otomatis beberapa saat kemudian ketika tidak ada orang yang akan melewatinya. Pintu otomatis ini dapat dikembangkan, sehingga hanya sebagian orang saja yang dapat masuk melalui pintu tersebut. Untuk itu dibutuhkan suatu alat pengenal, yang dengan alat pengenal tersebut seseorang dapat masuk melalui pintu itu. Alat pengenal tersebut berupa sebuah kartu identitas yang didalamnya terdapat kode bar.

Kode bar akan dirancang sendiri dengan ukuran yang cukup besar sekitar 1 cm per kode, sehingga memudahkan sensor untuk membacanya. Kode bar yang digunakan hanya terdiri dari 8 kode, dengan warna hitam sebagai kode 1 dan warna putih sebagai kode 0. Untuk pembacaan kode bar akan digunakan beberapa buah LED infra merah dan potodioda.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan manusia terhadap peralatan yang cerdas dan dapat bekerja secara otomatis semakin meningkat, sehingga peralatan-peralatan otomatis ini sedikit demi sedikit mulai mulai menggantikan peralatan manual. Selain sistem kerjanya yang sama, peralatan otomatis dapat melakukan pekerjaannya sendiri tanpa harus dikendalikan oleh pengguna.

Untuk merancang sebuah peralatan yang cerdas dan dapat bekerja secara otomasis tesebut, dibutuhkan sebuah alat/komponen yang dapat menghitung, mengingat, dan mengambil pilihan. Kemampuan ini dimiliki oleh sebuah komputer (PC), namun tidaklah efisien jika harus menggunakan komputer hanya untuk keperluan tersebut diatas. Untuk itu komputer dapat digantikan dengan sebuah mikrokontroler. Mikrokontroler merupakan sebuah chip atau IC yang di dalamnya terdapat sebuah prosessor dan flash memori yang dapat dibaca/tulis sampai 1000 kali, sehingga biaya pengembangan menjadi murah karena dapat dihapus kemudian diisi kembali dengan program lain sesuai dengan kebutuhan.


(12)

Salah satu alat otomatis yang sering digunakan adalah pintu otomatis, dimana pintu ini akan terbuka secara otomatis jika ada orang yang akan melewatinya, dan akan menutup sendiri secara otomatis beberapa saat kemudian ketika tidak ada orang yang akan melewatinya. Pintu otomatis ini dapat dikembangkan, sehingga hanya sebagian orang saja yang dapat masuk melalui pintu tersebut. Untuk itu dibutuhkan suatu alat pengenal, yang dengan alat pengenal tersebut seseorang dapat masuk melalui pintu itu. Alat pengenal tersebut berupa sebuah kartu identitas yang didalamnya terdapat kode bar.

Atas dasar pemikiran di atas, akan dirancang sebuah pintu otomatis yang dapat membaca/mengenali kode bar dari kartu identitas tersebut. Sehingga hanya orang-orang yang memiliki kartu identitas dengan kode bar yang sesuai yang dapat memasuki pintu tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut kedalam bentuk skripsi sebagai Tugas Akhir dengan judul “PERANCANGAN PINTU OTOMATIS MENGGUNAKAN BARCODE BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51”.

Pada alat ini akan digunakan sebuah mikrokontroler AT89S51, motor stepper dan beberapa buah infra merah dan photodioda sebagai sensor. Mikrokontroler AT89S51 sebagai otak dari system, yang berfungsi mengendalikan seluruh sistem.


(13)

Motor stepper untuk menggerakkan pintu (buka/tutup). Sensor untuk membaca kode bar pada kartu identitas.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dilakukan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi D III Fisika Instrumentasi FMIPA USU.

2. Memahami cara kerja dan pembacaan dari sebuah kode bar.

3. Memanfaatkan mikrokontroler sebagai pusat kendali dari sebuah sistem yang cerdas.

4. Membuat sebuah pintu otomatis yang dapat membaca kode bar yang terdapat pada kartu identitas pengguna.

1.4 Batasan Masalah

1. Kode bar akan dirancang sendiri dengan ukuran yang cukup besar sekitar 1 cm per kode, sehingga memudahkan sensor untuk membacanya.

2. Kode bar yang digunakan hanya terdiri dari 6 kode, dengan warna hitam sebagai kode 1 dan warna putih sebagai kode 0.

3. Untuk pembacaan kode bar akan digunakan beberapa buah LED infra merah dan potodioda.


(14)

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja pintu otomatis dengan menggunakan kode bar berbasis miktokontroler AT89S51, maka penulis menulis laporan ini sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian Teori pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler AT89S51 (hardware dan software), bahasa program yang digunakan. Serta karekteristik dari komponen-komponen pendukung.

BAB III. PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram blok dari rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian dan diagram alir dari program yang akan diisikan ke mikrokontroler AT89S51.


(15)

BAB IV. ANALISA RANGKAIAN DAN SISTEM KERJA ALAT

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja alat, penjelasan mengenai program-program yang digunakan untuk mengaktipkan rangkaian, penjelasan mengenai program yang diisikan ke mikrokontroler AT89S51.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai sistem kerja yang sama.


(16)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Mikrokontroller AT89S51

Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan microkomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru. Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semi konduktor dengan kandungan transistor yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat diproduksi secara massal (dalam jumlah banyak) sehingga harga menjadi lebih murah (dibandingkan microprocessor). Sebagai kebutuhan pasar, mikrokontroler hadir untuk memenuhi selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat bantu dan mainan yang lebih canggih serta dalam bidang pendidikan.

Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka, dan lain sebagainya), Microcontroller hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan lainnya terletak pada perbandingan RAM dan ROM-nya. Pada sistem komputer perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna disimpan dalam ruang RAM yang relatif besar, sedangkan rutin-rutin antar muka perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program control disimpan dalam ROM yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM


(17)

digunakan sebagai tempat penyimpanan sederhana sementara, termasuk register-register yang digunakan pada Microcontroller yang bersangkutan.

Microcontroller AT89S51 merupakan salah satu keluarga dari MCS-51 keluaran Atmel. Jenis Microcontroller ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk mengolah data per bit ataupun data 8 bit secara bersamaan.

Pada prinsipnya program pada Microcontroller dijalankan bertahap, jadi pada program itu sendiri terdapat beberapa set instruksi dan tiap instruksi itu dijalankan secara bertahap atau berurutan.

Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh microcontroller AT89S51 adalah sebagai berikut :

9 Sebuah Central Processing Unit 8 bit. 9 Osilator : internal dan rangkaian pewaktu. 9 RAM internal 128 byte.

9 Flash memori 4 Kbyte.

9 Lima buah jalur interupsi (dua buah interupsi eksternal dan tiga buah interupsi internal).

9 Empat buah programable port I/0 yang masing-masing terdiri dari delapan buah jalur I/0.

9 Sebuah port serial dengan kontrol serial full duplex UART.

9 Kemampuan untuk melaksanakan operasi aritmatika dan operasi logika.

9 Kecepatan dalam melaksanakan instruksi per siklus 1 mikrodetik pada frekuensi 12 MHz.


(18)

2.1.1 Kontruksi AT89S51

Microcontroller AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1 kristal serta catu daya 5 volt. Kapasitor 10 micro-fard dan resistor 10 kilo Ohm dipakai untuk membentuk rangkaian riset. Dengan adanya rangkaian riset ini AT89C4051 otomatis diriset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan frekuensi maksimum 24MHz dan kapasitor 30 mikro-farad dipakai untuk melengkapi rangkaian oscilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja Microcontroller.

Memori merupakan bagian yang sangat penting pada Microcontroller. Microcontroller memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda :

a. Read Only Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan catu daya. Sesuai dengan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori penyimpanan program ini dinamakan sebagai memori program.

b. Random Access Memory (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat program bekerja. RAM yang dipakai untuk menyimpan data ini disebut sebagai memori data.

Ada berbagai jenis ROM. Untuk Microcontroller dengan program yang sudah baku dan diproduksi secara massal, program diisikan kedalam ROM pada saat IC Microcontroller dicetak dipabrik IC. Untuk keperluan tertentu Microcontroller menggunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang disingkat menjadi PROM (PEROM). Dulu banyak UV-EPROM (Ultra Violet


(19)

Eraseable Programble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan setelah ada flash PEROM yang harganya jauh lebih murah.

Jenis memori yang dipakai untuk memori program AT89S51 adalah flash PEROM, program untuk mengendalikan Microcontroller diisikan ke memori itu lewat bantuan alat yang dinamakan sebagai AT89S51 flash PEROM Programmer.

Memori data yang disediakan dalam chip AT89S51 sebesar 128 kilo byte meskipun hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah cukup.

AT89S51 dilengkapi UART (Universal Asyncronous Receiver/Transmiter) yang biasa dipakai untuk komunikasi data secara seri. Jalur untuk komunikasi data seri (RXD dan TXD) diletakkan berhimpitan dengan P1.0 dan P1.1. pada kaki nomor 2 dan 3, sehingga kalau sarana input/output bekerja menurut fungsi waktu. Clock penggerak untaian pencacah ini bisa berasal dari oscillator kristal atau clock yang diumpan dari luar lewat T0 dan T1/T0 dan T1 berhimpitan dengan P3.4 dan P3.5, sehingga P3.4 dan P3.5 tidak bisa dipakai untuk jalur input/output paralel kalau T0 dan T1 dipakai.

AT89S51 mempunyai enam sumber pembangkit interupsi, dua diantaranya adalah sinyal interupsi yang diumpankan ke kaki INT0 dan INT1. Kedua kaki ini berhimpitan dangan P3.2 dan P3.3 sehingga tidak bisa dipakai sebagai jalur input/output paralel kalau INT0 dan INT1 dipakai untuk menerima sinyal interupsi.


(20)

Port1 dan 2, UART, Timer 0, Timer 1 dan sarana lainnya merupakan yang secara fisik merupakan RAM khusus, yang ditempatkan di Special Function Register (SFR).

2.1.2 Pin-Pin pada Mikrokontroller AT89S51

Deskripsi pin-pin pada Microcontroller AT89S51 :

Gambar 2.1. IC Mikrokontroler AT89S51 VCC (Pin 40)

VCC berfungsi sebagai suplai tegangan. GND (Pin 20)

GND berfungsi sebagai ground. Port 0 (Pin 39-Pin 32)

Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun penerima kode byte pada saat flash progamming Pada fungsi sebagai I/O


(21)

biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut.

Pada fungsi sebagai low order multiplex address/data, por ini akan mempunyai internal pull up. Pada saat flash progamming diperlukan eksternal pull up, terutamapada saat verifikasi program.

Port 2 (Pin 21 – pin 28)

Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat mengaksememori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan mengeluarkan isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai internal pull

up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini

dapat memberikan output sink keempat buah input TTL. Port 3 (Pin 10 – pin 17)

Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pullup. Port 3 juga mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut :

Nama pin Fungsi

P3.0 (pin 10) RXD (Port input serial) P3.1 (pin 11) TXD (Port output serial) P3.2 (pin 12) INTO (interrupt 0 eksternal) P3.3 (pin 13) INT1 (interrupt 1 eksternal) P3.4 (pin 14) T0 (input eksternal timer 0) P3.5 (pin 15) T1 (input eksternal timer 1)

P3.6 (pin 16) WR (menulis untuk eksternal data memori) P3.7 (pin 17) RD (untuk membaca eksternal data memori)


(22)

RST (pin 9)

Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle. ALE/PROG (pin 30)

Address latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari alamat selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input progam (PROG) selama memprogam Flash.

PSEN (pin 29)

Progam Store Enable (PSE) digunakan untuk mengakses memori progam eksternal.

EA (pin 31)

Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada memori internal. Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12 Volt.

XTAL1 (pin 19)

XTA1 merupakan input untuk clock internal. XTAL2 (pin 18)


(23)

2.1. Motor Langkah (Stepper)

Motor langkah (stepper) banyak digunakan dalam berbagai aplikasi, dipergunakan apabila dikehendaki jumlah putaran yang tepat atau di perlukan sebagian dari putaran motor. Suatu contoh dapat di jumpai pada disk drive, untuk proses pembacaan dan/atau penulisan data ke/dari cakram(disk), head baca-tulis ditempatkan pada tempat yang tepat di atas jalur atau track pada cakram, untuk head tersebut di hubungkan dengan sebuah motor langkah.

Aplikasi penggunaan motor langkah dapat juga di jumpai dalam bidang industri atau untuk jenis motor langkah kecil dapat di gunakan dalam perancangan suatu alat mekatronik atau robot. Motor langkah berukuran besar digunakan, misalnya, dalam proses pengeboran logam yang menghendaki ketepatan posisi pengeboran, dalam hal ini di lakukan oleh sebuah robot yang memerlukan ketepatan posisi dalam gerakan lengannya dan lain-lain.

Pada gambar di bawah ditunjukkan dasar susunan sebuah motor langkah (stepper).

U

S

A D B

C A

B


(24)

Magnet permanen N-S berputar kearah medan magnet yang aktif. Apabila kumparan stator dialiri arus sedemikian rupa, maka akan timbul medan magnet dan rotor akan berputar mengikuti medan magnet tersebut.setiap pengalihan arus ke kumparan berikutnya menyebabkan medan magnet berputar berputar menurut suatu sudut tertentu, biasanya informasi besar sudut putar tertulis pada badan motor langkah yang bersangkutan. Jumlah keseluruhan pengalihan menentukan sudut perputaran motor.Jika pengalihan arus di tentukan, maka rotor akan berhenti pada posisi terakhir. Jika kecepatan pengalihan tidak terlalu tinggi, maka slip akan dapat dihindari. Sehingga tidak di perlukan umpan balik (feedback) pada pengendalian motor langkah.

Motor langkah yang akan di gunakan memiliki 4 fase (pole atau kutub), pengiriman pulsa dari mikrokontroler ke rangkaian motor langkah dilakukan secara bergantian, masing-masing 4 data (sesuai dengan jumlah phase-nya), sebagian di tunjukkan pada gambar di bawah ini.

C D A B

Gambar 2.3. Pemberian data/pulsa pada motor stepper

Pada saat yang sama ,untuk tiap motor langkah, tidak boleh ada 2 (dua) masukan atau lebih yang mengandung pulsa sama dengan 1 (high), atau dengan kata lain, pada suatu saat hanya sebuah masukan yang bernilai 1 (satu) sedangkan lainnya bernilai 0 (nol).


(25)

2.2. Komponen-Komponen Pendukung 2.2.1. Resistor

Resistor komponen pasif elektronika yang berfungsi untuk membatasi arus listrik yang mengalir. Berdasarkan kelasnya resistor dibagi menjadi 2 yaitu : Fixed Resistor dan Variable R esistor Dan umumnya terbuat dari carbon film atau metal film, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dibuat dari material yang lain.

Pada dasarnya semua bahan memiliki sifat resistif namun beberapa bahan tembaga perak emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil. Bahan–bahan tersebut menghantar arus listrik dengan baik, sehingga dinamakan konduktor. Kebalikan dari bahan yang konduktif, bahan material seperti karet, gelas, karbon memiliki resistansi yang lebih besar menahan aliran elektron dan disebut sebagai insulator.

2.2.1.1. Fixed Resistor

Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Tipe resistor yang umum berbentuk tabung porselen kecil dengan dua kaki tembaga dikiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna untuk memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan ohm meter. Kode warna tersebut adalah standar menufaktur yang dikeluarkan oleh ELA (Electronic Industries Association).


(26)

Gambar 2.4. Resistor Karbon

Tabel 2.2. Nilai Gelang Resistor

WARNA GELANG I GELANG II GELANG III GELANG

IV

Hitam 0 0 1 -

Coklat 1 1 10 -

Merah 2 2 100 -

Jingga 3 3 1000 -

Kuning 4 4 10000 -

Hijau 5 5 100000 -

Biru 6 6 1000000 -

Violet 7 7 10000000 -

Abu-abu 8 8 100000000 -

Putih 9 9 1000000000 -

Emas - - 0,1 5%

Perak - - 0,01 10%


(27)

Resitansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang toleransi berwarna coklat, emas, atau perak. Biasanya warna gelang toleransi ini berada pada bahan resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol, sedangkan warna gelang yang keempat agak sedikit ke dalam. Dengan demikian pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resitor tersebut. Kalau anda telah bisa menentukan mana gelang pertama selanjutnya adalah membaca nilai resistansinya.

Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2% (toleransi kecil) memiliki 4 gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Gelang pertama dan kedua berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, gelang ketiga adalah faktor penggalinya, dan gelang terakhir menyatakan toleransinya.

2.2.1.2. Variable Resistor

Untuk kelas resistor yang kedua ini terdapat 2 tipe. Untuk tipe pertama dinamakan variable resistor dan nilainya dapat diubah sesuai keinginan dengan mudah dan sering digunakan untuk pengaturan volume, bass, balance, dll. Sedangkan yang kedua adalah semi-fixed resistor. Nilai dari resistor ini biasanya hanya diubah pada kondisi tertentu saja. Contoh penggunaan dari semi-fixed resistor adalah tegangan referensi yang digunakan untuk ADC, fine tune circuit, dll. Ada beberapa model pengaturan nilai Variable resistor, yang sering digunakan adalah dengan cara nya terbatas sampai 300 derajat putaran. Ada beberapa model variable resistor yang harus


(28)

diputar berkali – kali untuk mendapatkan semua nilai resistor. Model ini dinamakan “Potentiometers” atau “Trimmer Potentiometers”.

Gambar 2.5. Potensiometer

Pada gambar 2.5. di atas untuk bentuk 3 biasanya digunakan untuk volume kontrol. Bentuk yang ke 2 merupakan semi fixed resistor dan biasanya di pasang pada PCB (Printed Circuit Board). Sedangkan bentuk 1 dpotentiometers. Ada 3 tipe didalam perubahan nilai dari resistor variabel, perubahan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.6. Grafik Perubahan nilai pada Potensiometer

Pada saat tipe A diputar searah jarum jam, awalnya perubahan nilai resistansi lambat tetapi ketika putarannya mencapai setengah atau lebih nilai perubahannya menjadi sangat cepat. Tipe ini sangat cocok dengan karakteristik telinga manusia.


(29)

Karena telinga sangat peka ketika membedakan suara dengan volume yang lemah, tetapi tidak terlalu sensitif untuk membedakan perubahan suara yang keras. Biasanya tipe A ini juga disebut sebagai “Audio Taper” potensiometer. Untuk tipe B perubahan resistansinya adalah linier dan cocok digunakan untuk Aplikasi Balance Control,

resistance value adjustment in circuit, dll. Sedangkan untuk tipe C perubahan

resistansinya kebalikan dati tipe A.

2.2.2. Kapasitor

Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki elektroda metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup positif karena terpisah oleh bahan elektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini “tersimpan” selama tidak ada konduktif pada ujung- ujung kakinya. Di alam bebas phenomena kapasitor terjadi pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif diawan.

dielektrik

Elektroda Elektroda


(30)

Kapasitor merupakan komponen pasif elektronika yang sering dipakai didalam merancang suatu sistem yang berfungsi untuk mengeblok arus DC, Filter, dan penyimpan energi listrik. Didalamnya 2 buah pelat elektroda yang saling berhadapan dan dipisahkan oleh sebuah insulator. Sedangkan bahan yang digunakan sebagai

insulator dinamakan dielektrik. Ketika kapasitor diberikan tegangan DC maka energi

listrik disimpan pada tiap elektrodanya. Selama kapasitor melakukan pengisian, arus mengalir. Aliran arus tersebut akan berhenti bila kapasitor telah penuh. Yang membedakan tiap - tiap kapasitor adalah dielektriknya. Berikut ini adalah jenis– jenis kapasitor yang dipergunakan dalam perancangan ini.

2.3.2.1. Electrolytic Capacitor (ELCO)

Gambar 2.8. Electrolytic Capacitor (ELCO)

Elektroda dari kapasitor ini terbuat dari alumunium yang menggunakan membrane oksidasi yang tipis. Karakteristik utama dari Electrolytic Capacitor adalah perbedaan polaritas pada kedua kakinya. Dari karakteristik tersebut kita harus berhati- hati di dalam pemasangannya pada rangkaian, jangan sampai terbalik. Bila polaritasnya terbalik maka akan menjadi rusak bahkan “meledak”. Biasanya jenis kapasitor ini digunakan pada rangkaian power supply. Kapasitor ini tidak bisa


(31)

digunakan pada rangkaian frekuensi tinggi. Biasanya tegangan kerja dari kapasitor dihitung dengan cara mengalikan tegangan catu daya dengan 2. Misalnya kapasitor akan diberikan catu daya dengan tegangan 5 Volt, berarti kapasitor yang dipilih harus memiliki tegangan kerja minimum 2 x 5 = 10 Volt.

2.3.2.2. Ceramic Capacitor

Kapasitor menggunakan bahan titanium acid barium untuk dielektriknya. Karena tidak dikonstruksi seperti koil maka komponen ini dapat digunakan pada rangkaian frekuensi tinggi. Biasanya digunakan untuk melewatkan sinyal frekuensi tinggi menuju ke ground. Kapasitor ini tidak baik digunakan untuk rangkaian analog, karena dapat mengubah bentuk sinyal. Jenis ini tidak mempunyai polaritas dan hanya tersedia dengan nilai kapasitor yang sangat kecil dibandingkan dengan kedua kapasitor diatas.

Gambar 2.9. Ceramic Capacitor

Untuk mencari nilai dari kapasitor biasanya dilakukan dengan melihat angka/kode yang tertera pada badan kapasitor tersebut. Untuk kapasitor jenis elektrolit memang mudah, karena nilai kapasitansinya telah tertera dengan jelas pada tubuhnya. Sedangkan untuk kapasitor keramik dan beberapa jenis yang lain nilainya dikodekan. Biasanya kode tersebut terdiri dari 4 digit, dimana 3 digit pertama merupakan angka


(32)

dan digit terakhir berupa huruf yang menyatakan toleransinya. Untuk 3 digit pertama angka yang terakhir berfungsi untuk menentukan 10n, nilai n dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 2.3. Nilai Kapasitor

3rd Digit Multiplier Letter Tolerance

0 1 D 0.5 pF

1 10 F 1 %

2 100 G 2 %

3 1,000 H 3 %

4 10,000 J 5 %

5 100,000 K 10 %

6,7 Not Used M 20 %

8 .01 P +100, -0 %

9 1 Z +80, -20 %

Misalnya suatu kapasitor pada badannya tertulis kode 474J, berarti nilai kapasitansinya adalah 47 + 104 = 470.000 pF = 0.47µF sedangkan toleransinya 5%. Yang harus diingat didalam mencari nilai kapasitor adalah satuannya dalam pF (Pico

Farad).

2.2.3.

Fotodioda

Pengertian merupakan piranti semikonduktor dengan struktur p-n atau p-i-n untuk mendeteksi cahaya. Fotodioda biasanya digunakan untuk mendeteksi cahaya.


(33)

Fotodioda adalah piranti semikonduktor yang mengandung sambungan p-n, dan biasanya terdapat lapisan intrinsik antara lapisan n dan p. Piranti yang memiliki lapisan intrinsik disebut p-i-n atau PIN fotodioda. Cahaya diserap di daerah penggambungan atau daerah intrinsik menimbulkan pasangan elektron-hole, kebanyakan pasangan tersebut menghasilkan arus yang berasal dari cahaya.

Fotodioda dapat dioperasikan dalam 2 mode yang berbeda:

1. Mode fotovoltaik: seperti solar sel, penyerapan pada fotodioda menghasilkan tegangan yang dapat diukur. Bagaimanapun, tegangan yang dihasilkan dari tenaga cahaya ini sedikit tidak linier, dan range perubahannya sangat kecil. 2. mode fotokonduktivitas : disini, fotodioda diaplikasikan sebagai tegangan

revers (tegangan balik) dari sebuah dioda (yaitu tegangan pada arah tersebut pada dioda tidak akan menhantarkan tanpa terkena cahaya) dan pengukuran menghasilkan arus foto. ( hal ini juga bagus untuk mengaplikasikan tegangan mendekati nol). Ketergantungan arus foto pada kekuatan cahaya dapat sangat linier .

Karakteristik bahan fotodioda:

1. silikon (Si) : arus lemah saat gelap, kecepatan tinggi, sensitivitas yang bagus antara 400 nm sampai 1000 nm ( terbaik antara 800 sampai 900 nm).

2. Germanium (Ge): arus tinggi saat gelap, kecepatan lambat, sensitivitas baik antara 600 nm sampai 1800 nm (terbaik 1400 sampai 1500 nm).


(34)

3. Indium Gallium Arsenida (InGaAs): mahal, arus kecil saat gelap, kecepatan tinggi sensitivitas baik pada jarak 800 sampai 1700nm (terbaik antara 1300 sampai 1600nm).

Gambar 2.10. Fotodioda

2.2.4. Transistor

Transistor adalah komponen elektronika yang mempunyai tiga buah terminal. Terminal itu disebut emitor, basis, dan kolektor. Transistor seakan-akan dibentuk dari penggabungan dua buah dioda. Dioda satu dengan yang lain saling digabungkan dengan cara menyambungkan salah satu sisi dioda yang senama. Dengan cara penggabungan seperti dapat diperoleh dua buah dioda sehingga menghasilkan transistor NPN.

Bahan mentah yang digunakan untuk menghasilkan bahan N dan bahan P adalah silikon dan germanium. Oleh karena itu, dikatakan :

1. Transistor germanium PNP. 2. Transistor silikon NPN.


(35)

3. Transistor silikon PNP. 4. Transistor germanium NPN.

Semua komponen di dalam rangkaian transistor dengan simbol. Anak panah yang terdapat di dalam simbol menunjukkan arah yang melalui transistor.

PNP E B

C

NPN E B

C

Gambar 2.11. Simbol tipe transistor Keterangan :

C = kolektor E = emiter B = basis

Didalam pemakaiannya transistor dipakai sebagai komponen saklar (switching) dengan memanfaatkan daerah penjenuhan (saturasi) dan daerah penyumbatan (cut off) yang ada pada karakteristik transistor.

Pada daerah penjenuhan nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara ideal sama dengan nol atau kolektor dan emiter terhubung langsung (short). Keadaan ini menyebabkan tegangan kolektor emiter (VCE) = 0 Volt pada keadaan ideal, tetapi

pada kenyataannya VCE bernilai 0 sampai 0,7 Volt. Dengan menganalogikan transistor


(36)

Vcc Vcc VCE VBE IB VB RB R IC Saklar On

Gambar 2.12. Transistor sebagai Saklar ON

Saturasi pada transistor terjadi apabila arus pada kolektor menjadi maksimum dan untuk mencari besar arus basis agar transistor saturi adalah :

Rc Vcc

Imax= ………..……….(2.1)

Rc Vcc I

.

hfe B = ……….……….(2.2)

Rc . hfe

Vcc

IB= ……….(2.3)

Hubungan antara tegangan basis (VB) dan arus basis (IB) adalah :

B BE B B R V V

I = − ……….(2.4)

VB = IB . RB + VBE………..(2.5)

BE B B V Rc . hfe R . Vcc

V = + ………(2.5)

Jika tegangan VB telah mencapai BE B B V Rc . hfe R . Vcc

V = + , maka transistor akan saturasi, dengan Ic mencapai maksimum.


(37)

Gambar 2.13. dibawah ini menunjukkan apa yang dimaksud dengan VCE (sat)

adalah harga VCE pada beberapa titik dibawah knee dengan posisi tepatnya ditentukan

pada lembar data. Biasanya VCE (sat) hanya beberapa perpuluhan volt, walaupun pada

arus kolektor sangat besar bisa melebihi 1 volt. Bagian dibawah knee pada gambar 2.13. dikenal sebagai daerah saturasi.

IC

Rc Vcc

IB = 0

Penjenuhan (saturation)

IB

I )

I )

B > IB(sat B = IB(sat

Titik Sumbat (Cut off)

VCE

Gambar 2.13. Karakteristik daerah saturasi pada transistor

Pada daerah penyumbatan,nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara ideal sama dengan tak terhitung atau terminal kolektor dan emiter terbuka (open).

Keadaan ini menyebabkan tegangan (VCB) sama dengan tegangan sumber

(Vcc). Tetapi pada kenyataannya Vcc pada saat ini kurang dari Vcc karena terdapat arus bocor dari kolektor ke emiter. Dengan menganalogikan transistor sebagai saklar, transistor tersebut dalam keadaan off seperti gambar dibawah ini.

Vcc Vcc

VCE VBE IB RB R IC Saklar Off VB


(38)

Keadaan penyumbatan terjadi apabila besar tegangan habis (VB) sama dengan

tegangan kerja transistor (VBE) sehingga arus basis (IB) = 0 maka :

hfe I

IB = C ………(2.6)

IC = IB . hfe ….………(2.7)

IC = 0 . hfe ………..………(2.8)

IC = 0 ………..(2.9)

Hal ini menyebabkan VCE sama dengan Vcc dapat dibuktikan dengan rumus :

Vcc = Vc + VCE …………..………(2.10)

VCE = Vcc – (Ic . Rc) …..………(2.11)

VCE = Vcc …..………(2.12)

2.2.5. Bahasa Assembly MCS-51

Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89C4051 adalah bahasa assembly untuk MCS-51. angka 51 merupakan jumlah instruksi pada bahasa ini hanya ada 51 instruksi, antara lain yaitu :

A. Instruksi MOV

Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.

Contoh pengisian nilai secara langsung :

MOV R0,#20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0). Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai. Contoh pengisian nilai secara tidak langsung :


(39)

MOV 20h,#80h ...

... MOV R0,20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20 Heksadesimal ke register 0 (R0). Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah alamat.

B. Instruksi DJNZ

Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil pengurangannya belum nol. Contoh :

MOV R0,#80h Loop: ... ...

DJNZ R0,Loop ...

R0 -1, jika belum 0 lompat ke loop, jika R0 = 0 maka program akan meneruskan ke perintah pada baris berikutnya.

C. Instruksi ACALL

Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu. Contoh :

...

ACALL TUNDA ...


(40)

TUNDA:

...

D. Instruksi RET

Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan. Contoh :

ACALL TUNDA ... TUNDA:

... RET

E. Instruksi JMP (Jump)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu. Contoh :

Loop:

... ... JMP Loop

F. Instruksi JB (Jump if bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang dimaksud berlogika high (1). Contoh :

Loop:

JB P1.0,Loop ...


(41)

G. Instruksi JNB (Jump if Not bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang dimaksud berlogika Low (0). Contoh :

Loop:

JNB P1.0,Loop ...

H. Instruksi CJNZ (Compare Jump If Not Equal)

Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register dengan suatu nilai tertentu. Contoh :

Loop:

...

CJNE R0,#20h,Loop

...

Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin Loop. Jika nilai R0 sama dengan 20h,maka program akan melanjutkan instruksi selanjutnya..

I. Instruksi DEC (Decreament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang dimaksud dengan 1. Contoh :

MOV R0,#20h R0 = 20h

...

DEC R0 R0 = R0 – 1


(42)

J. Instruksi INC (Increament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang dimaksud dengan 1. Contoh :

MOV R0,#20h R0 = 20h

...

INC R0 R0 = R0 + 1

...

K. Dan lain sebagainya

2.3.6. Software 8051 Editor, Assembler, Simulator

Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada sebuah editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator. Tampilannya seperti di bawah ini.


(43)

Setelah program selesai ditulis, kemudian di-save dan kemudian di-Assemble (di-compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan kesalahan. Jika masih ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam penulisan perintah atau ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu sampai tidak ada pesan kesalahan lagi.

Software 8051IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke dalam bilangan heksadesimal, proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an. Bilangan heksadesimal inilah yang akan dikirimkan ke mikrokontroller.

2.3.7. Software Downloader

Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroller digunakan software ISP- Flash Programmer 3.0a yang dapat didownload dari internet. Tampilannya seperti gambar di bawah ini


(44)

Cara menggunakannya adalah dengan meng-klik Open File untuk mengambil file heksadesimal dari hasil kompilasi 8051IDE, kemudian klik Write untuk mengisikan hasil kompilasi tersebut ke mikrokontroller.


(45)

BAB III

RANCANGAN SISTEM

4. Diagram Blok Rangkaian

Diagram blok merupakan gambaran dasar dari rangkaian sistem yang akan dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram blok dari sistem yang dirancang adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.1. berikut ini:

Driver Motor Stepper

Motor Stepper

Mikrokontroler AT89S51

Rangkaian Pembaca Kode Bar

Saklar batas Buka pintu

keypad

Saklar batas tutup Pintu


(46)

1. Rangkaian pembaca kode bar berfungsi untuk membaca kode bar dari kartu. 2. Saklar batas buka pintu berfungsi untuk memberikan sinyal kepada

mikrokontroler jika pintu telah terbuka lebar.

3. Saklar batas tutup pintu berfungsi untuk memberitahukan kepada mikrokontroler ketika pintu sudah tertutup rapat.

4. Mikrokontroler AT89S51 berfungsi untuk mengendalikan semua sistem yang ada.

5. Motor stepper berfungsi untuk menggerakkan pintu (membuka/menutup pintu).

6. Keypad berfungsi untuk input password.

3.2. Perancangan Program Batas_Buka Bit P3.0 Batas_Tutup Bit P3.1 Nilai_ID1 Equ 11010101b Nilai_ID2 Equ 11110100b

Mov P1,#0h

Utama:

Mov P0,#0h Mov a,P2

Cjne a,#Nilai_ID1,Utama Sjmp Benar

Utama1:

Mov P0,#0h Mov a,P2


(47)

Cjne a,#Nilai_ID2,Utama2 Sjmp Benar

Benar:

Mov a,#11h

Buka:

Mov P0,a Acall tunda rl a

Jb Batas_Buka,Buka Mov P0,#0h

Acall Stop Mov a,#11h

Tutup:

Mov p0,a Acall tunda rr a

Jb Batas_Tutup,Tutup Mov P0,#0h

Sjmp Utama

tunda:

Mov r7,#75 tnd:

Mov r6,#255 Djnz r6,$ Djnz r7,tnd ret

Stop:


(48)

Stp:

Mov r6,#255 St:

Mov r5,#255 Djnz r5,$ Djnz r6,St Djnz r7,Stp ret

Vreg LM7805CT

IN OUT

TIP32C

100ohm

100uF

330ohm 220V 50Hz 0Deg

TS_PQ4_12

2200uF 1uF 1N5392GP

1N5392GP

12 Vol

5 Vo

3.3. Perancangan Power Supplay (PSA)

Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang ada. Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt, keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian, sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensuplay tegangan ke motor stepper. Rangkaian power supplay ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut ini :


(49)

Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan diratakan oleh kapasitor 2200 µF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari keluaran 2 buah dioda penyearah.

5V VCC 10uF 5V VCC 2 1 30pF 30pF

XTAL 12 MHz

AT89S51 P0.3 (AD3) P0.0 (AD0) P0.1 (AD1) P0.2 (AD2) Vcc P1.0 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7 P0.4 (AD4) P0.5 (AD5) P0.6 (AD6) P0.7 (AD7) RST EA/VPP P3.0 (RXD) P3.1 (TXD) P3.2 (INT0) P3.3 (INT1) P3.4 (T0) ALE/PROG PSEN P2.7 (A15) P2.6 (A14) P2.5 (A13) P2.4 (A12) P2.3 (A11) P2.2 (A10) P2.1 (A9) P3.6 (WR) P3.5 (T1) P3.7 (RD) XTAL2 XTAL1

GND P2.0 (A8) 1 4 5 6 7 8 40 39 38 37 36 35 34 33 9 10 11 12 13 14 15 32 31 30 29 28 27 26 16 17 18 19 20 25 24 23 22 21 2 3 4.7k2SA733 5V VCC LED1

3.4. Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Rangkaian mikrokontroler ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh rangkaian yang ada pada alat ini. Gambar rangkaian mikrokontroler AT89S51 ditunjukkan pada gambar 3.3. berikut ini :


(50)

Mikrokontroler ini memiliki 32 port I/O, yaitu port 0, port 1, port 2 dan port 3. Pin 40 dihubungkan ke sumber tegangan 5 volt. Dan pin 20 dihubungkan ke ground. Rangkaian mikrokontroler ini menggunakan komponen kristal 12 MHz sebagai sumber clocknya. Nilai kristal ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroler dalam mengeksekusi suatu perintah tertentu.

Pada pin 9 dihubungkan dengan sebuah kapasitor 10 uF yang dihubungkan ke positip dan sebuah resistor 10 Kohm yang dihubungkan ke ground. Kedua komponen ini berfungsi agar programpada mikrokontroler dijalankan beberapa saat setelah power aktip. Lamanya waktu antara aktipnya power pada IC mikrokontroler dan aktipnya program adalah sebesar perkalian antara kapasitor dan resistor tersebut. Jika dihitung maka lama waktunya adalah :

10 10 1 det

t=R x C= Kx µF = m ik

Jadi 1 mili detik setelah power aktip pada IC kemudian program aktip.

Pin 17 yang merupakan P3.7 dihubungkan dengan transistor dan sebuah LED. Ini dilakukan hanya untuk menguji apakan rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51 sudah bekerja atau belum. Dengan memberikan program sederhana pada mikrokontroller tersebut, dapat diketahui apakah rangkaian minimum tersebut sudah bekerja dengan baik atau tidak. Jika LED yang terhubug ke Pin 17 sudah bekerja sesuai dengan perintah yang diberikan, maka rangkaian minimum tersebut telah siap digunakan. Namun setelah seluruh rangkaian disatukan, LED yang terhubung ke in 17 ini tidak digunakan lagi.


(51)

3.5. Rangkaian Sensor Pembaca Kode Bar

Kode bar yang digunakan terdiri dari 8 bit data, dimana masing – masing bit akan dibaca oleh sebuah potodioda. Untuk pemancarnya digunakan sebuah LED infra merah. Sensor ini memanfaatkan pantulan dari pemancar infra merah yang diterima oleh potodioda. Rangkaian pemancar infra merah ditunjukkan pada gambar 3.4. berikut ini:

100 ohm VCC

5V

Infra Merah

Gambar 3.4. Rangkaian Pemancar infra merah

Pada rangkaian di atas digunakan sebuah LED infra merah yang diserikan dengan sebuah resistor 100 ohm. Resistor yang digunakan adalah 100 ohm sehingga arus yang mengalir pada masing-masing LED infra merah adalah sebesar:

5

0, 05 50

100

V

i A atau mA

R

= = =

Dengan besarnya arus yang mengalir ke LED infra merah, maka intensitas pancaran infra merah akan semakin kuat, yang menyebabkan jarak pantulannya akan semakin jauh.


(52)

Pantulan dari sinar infra merah akan diterima oleh potodioda, kemudian akan diolah oleh rangkaian penerima agar menghasilkan data biner, dimana jika potodioda menerima pantulan sinar infra merah maka output dari rangkaian penerima ini akan mengeluarkan logika low (0), namun jika potodioda tidak menerima pantulan sinar infra merah, maka output dari rangkaian penerima akan mengeluarkan logika high (1). Rangkaian penerima infra merah seperti gambar di bawah ini:

VCC 5V 330kΩ Poto dioda 4.7kΩ C828 10kΩ 1.0kΩ Q2 2SA733 10kΩ 2SC945 4.7kΩ 1.0kΩ 1.0kΩ Q4 2SA733 10kΩ 330Ω LED1

AT8 9 S5 1

Gambar 3.5. Rangkaian Penerima sinar infra merah

Potodioda memiliki hambatan sekitar 15 s/d 20 Mohm jika tidak terkena sinar infra merah, dan hambatannya akan berubah menjadi sekitar 80 s/d 300 Kohm jika terkena sinar infra merah tergantung dari besarnya intensitas yang mengenainya. Semakin besar intensitasnya, maka hambatannya semakin kecil.

Pada rangkaian di atas, output dari potodioda diumpankan ke basis dari transistor tipa NPN C828, ini berarti untuk membuat transistor tersebut aktip maka tegangan yang keluar dari potodioda harus lebih besar dari 0,7 volt. Syarat ini akan terpenuhi jika potodioda mendapatkan sinar infra merah. Analisanya sebagai berikut:


(53)

a. Jika tidak ada sinar infra merah yang mengenai potodioda, maka hambatan pada potodioda 15 Mohm, sehingga:

2 330.000

5 0,107

1 2 15.000.000 330.000

R

Vo xVcc x Volt

R R

= = =

+ +

Vout akan diumpankan be basis dari transistor C828, karena tegangannya hanya 0,107 Volt maka transistor tidak aktip.

b. Jika ada sinar infra merah yang mengenai potodioda, maka hambatan pada potodioda 300 Kohm, sehingga:

2 330.000

5 2, 619

1 2 300.000 330.000

R

Vo xVcc x Volt

R R

= = =

+ +

Vout akan diumpankan ke basis dari transistor C828, karena tegangannya lebih besar dari 0,7 volt yaitu 2,619 Volt maka transistor akan aktip.

Aktipnya transistor C828 akan menyebabkan colektornya terhubung ke emitor, sehingga colektor mandapat tegangan 0 volt dari ground, tegangan ini diumpankan ke basis dari transistor ke-2 tipe PNP A733, sehingga transistor ini juga aktip. Seterusnya aktipnya transistor A733 akan menyebabkan colektornya terhubung ke emitor, sehingga colektor mandapat tegangan 5 volt dari Vcc, tegangan ini diumpankan ke basis dari transistor ke-3 tipe NPN C945, sehingga transistor ini juga aktip.

Kolektor dari transistor C945 dihubungkan mikrokontroler AT89S51 sehingga jika transistor ini aktip, maka kolektor akan mendapatkan tegangan 0 volt dari ground. Tegangan 0 volt inilah yang merupakan sinyal low (0) yang diumpankan ke mikrokontroler AT89S51, sehingga mikrokontroler dapat mengetahui bahwa sensor


(54)

ini mengirimkan sinyal, yang berarti bahwa sensor ini telah berada dekan dengan penghalang atau dinding.

Transistor ke-4 tipe PNP A733 berfungsi untuk menyalakan LED sebagai indikator bahwa sensor ini menerima pantulan sinar infra merah dari pemancar. LED ini akan menyala jika sensor menerima sinar infra merah, dan akan mati jika sensor tidak menerima sinar infra merah.

Pada alat ini terdapat 8 buah rangkaian pemancar dan penerima infra merah, dimana masing – masing rangkaian akan membaca 1 bit kode bar. Jika kode bar berwarna hitam, maka sinyal yang dihasilkan adalah 1 dan jika kode bar berwarna putih, maka sinyal yang dihasilkan adalah 0. Sinyal ini kemudian dikirimkan ke mikrokontroler untuk kemudian diolah dan dibandingkan datanya dengan nilai kode bar yang benar.

3.6. Rangkaian Driver Motor Stepper

Untuk mengendalikan perputaran motor stepper dibutuhkan sebuah driver. Driver ini berfungsi untuk memutar motor stepper searah/berlawanan arah dengan arah jarum jam. Mikrokontroler tidak dapat langsung mengendalikan putaran dari motor stepper, karena itu dibutuhkan driver sebagai perantara antara mikrokontroler dan motor stepper, sehingga perputaran dari motor stepper dapat dikendalikan oleh mikrokontroler. Rangkaian driver motor stepper ditunjukkan pada gambar 3.6. berikut:


(55)

VCC 12V 183303302SC945 2SC945 1.0k1.0k18Tip 127 VCC 12V Tip 122 VCC 12V VCC 12V 183303302SC945 2SC945 1.0k1.0k18Tip 127 Tip 122 Kum paran1 Kum paran2 Tip 127 18Tip 122 1.0kVCC 12V VCC 12V 2SC945 1.0k182SC945 330330Tip 127 18Tip 122 1.0kVCC 12V VCC 12V 2SC945 1.0k182SC945 330330Kum paran4 Kum paran3 Motor AT89S51 AT89S51 AT89S51 AT89S51

I III

II IV

Gambar 3.6. Rangkaian driver motor stepper

Untuk mempermudah penjelasan, maka rangkaian di atas dikelompokkan menjadi 4 rangkaian. Pada rangkaian di atas, jika salah input rangkaian I yang dihubungkan ke mikrokontroler diberi logika high dan input pada rangkaian lainnya diberi logika low, maka kedua transistor tipe NPN C945 pada rangkaian I akan aktip. Hal ini akan membuat kolektor dari kedua transistor C945 pada rangkaian I akan mendapat tegangan 0 volt dari ground. Kolektor dari transistor C945 yang berada di sebelah kiri atas diumpankan ke basis dari transistor tipe PNP TIP 127 sehingga basis dari transistor TIP 127 mendapatkan tegangan 0 volt yang menyebabkan transistor ini aktip (transistor tipe PNP akan aktip jika tegangan pada basis lebih kecil dari 4,34 volt). Aktipnya transistor PNP TIP 127 ini akan mengakibatkan kolektornya terhubung ke emitor sehingga kolektor mendapatkan tegangan 15 volt dari Vcc.

Kolektor dari transistor TIP 127 dihubungkan ke kumparan, sehingga kumparan akan mendapatkan tegangan 6 volt. Hal ini akan mengakibatkan kumparan


(56)

menimbulkan medan magnet. Medan magnet inilah yang akan menarik motor untuk mengarah ke arah kumparan yang menimbulkan medan magnet tersebut.

Sedangkan rangkaian II, III dan IV karena pada inputnya diberi logika low, maka kumparannya tidak menimbulkan medan magnet, sehingga motor tidak tertarik oleh kumparan-kumparan tersebut.

Demikian seterusnya untuk menggerakkan motor agar berputar maka harus diberikan logika high secara bergantian ke masing-masing input dari masing-masing rangkaian.

3.7. Perancangan Rangkaian Saklar Batas

Ketika mikrokontroler memerintahkan motor untuk membuka pintu gerbang, mikrokontroler tidak mengetahui apakah pintu gerbang sudah terbuka lebar atau belum. Hal yang sama juga terjadi ketika mikrokontroler memerintahkan motor untuk menutup pintu gerbang, mikrokontroler tidak mengetahui apakah pintu gerbang sudah tertutup rapat atau belum. Karena itu dibutuhkan sebuah saklar batas yang dapat mengetahui kedua keadaan tersebut.

Dalam hal ini digunakan sebuah saklar batas untuk buka pintu gerbang, yang berfungsi untuk mengetahui apakah pintu gerbang sudah terbuka lebar atau belum, dan sebuah saklar batas untuk tutup pintu gerbang yang berfungsi untuk mengetahui apakah pintu gerbang sudah tertutup rapat atau belum. Rangkaian ssaklar batas untuk buka pintu gerbang hanya terdiri dari sebuah saklar yang dihubungkan ke ground dan ke mikrokontroler AT89S51, rangkaiannya seperti gambar dibawah ini.


(57)

Gambar 3.7. Rangkaian Saklar batas untuk Buka Pintu

Ketika saklar batas dalam keadaan terbuka, kondisi outputnya adalah high. Namun jika pintu gerbang menyentuh saklar, maka outputnya akan terhubung ke ground, yang menyebabkan kondisi outputnya akan berubah dari high (1), menjadi low (0). Perubahan kondisi pada outputnya inilah yang dikenali oleh mikrokontroler sebagai tanda bahwa pintu gerbang telah terbuka lebar, maka mikrokontroler akan memerintahkan motor stepper untuk berhenti berputar, sehingga pintu gerbang tidak terbuka lebih lebar lagi.

Saklar batas untuk tutup pintu gerbang juga mempunyai rangkaian dan cara kerja yang sama dengan rangkaian saklar batas untuk buka pintu, perbedaannya hanya terletak pada hubungannya dengan mikrokontroler AT89S51.


(58)

BAB IV

PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM

4.1 Pengujian Rangkaian Power Supplay (PSA)

Pengujian pada bagian rangkaian power supplay ini dapat dilakukan dengan mengukur tegangan keluaran dari rangkaian ini dengan menggunakan volt meter digital. Dari hasil pengujian diperoleh tegangan keluaran sebesar + 5,1 volt. Tegangan ini dipergunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian. Mikrokontroler AT89S51 dapat bekerja pada tegangan 4,0 sampai dengan 5,5 volt, sehingga tegangan 5,1 volt ini cukup untuk mensupplay tegangan ke mikrokontroler AT89S51. Tegangan keluaran kedua sebesar 13,7 volt. Tegangan ini digunakan untuk mensupplay tegangan ke motor stepper.

4.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroller AT89S51 telah bekerja dengan baik, maka dilakukan pengujian.Pengujian bagian ini dilakukan dengan memberikan program sederhana pada mikrokontroller AT89S51. Programnya adalah sebagai berikut:


(59)

Loop:

Setb P3.7

Acall tunda

Clr P3.7

Acall tunda

Sjmp Loop

Tunda:

Mov r7,#255

Tnd: Mov r6,#255

Djnz r6,$

Djnz r7,tnd

Ret

Program di atas bertujuan untuk menghidupkan LED yang terhubung ke P3.7 selama ± 0,13 detik kemudian mematikannya selama ± 0,13 detik secara terus menerus. Perintah Setb P3.7 akan menjadikan P3.7 berlogika high yang menyebabkan transistor aktif, sehingga LED menyala. Acall tunda akan menyebabkan LED ini hidup selama beberapa saat. Perintah Clr P3.7 akan menjadikan P3.7 berlogika low yang menyebabkan transistor tidak aktif sehingga LED akan mati. Perintah Acall tunda akan menyebabkan LED ini mati selama beberapa saat. Perintah Sjmp Loop akan menjadikan program tersebut berulang, sehingga akan tampak LED tersebut tampak berkedip.


(60)

Lamanya waktu tunda dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut : Kristal yang digunakan adalah kristal 12 MHz, sehingga 1 siklus mesin

membutuhkan waktu =

MHz

12 1

= 0,833 mikrodetik.

Mnemonic Siklus Waktu Eksekusi

MOV Rn,#data 2 2 x 0,833 µd = 1,666 µd

DJNZ 2 2 x 0,833 µd = 1,666 µd

RET 1 1 x 0,833 µd = 0,833 µd

Tunda:

mov r7,#255 Tnd: mov r6,#255

djnz r6,$

djnz r7,Tnd

ret

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan program di atas adalah 130.058 µdetik atau 0,130058 detik dan dapat dibulatkan menjadi 0,13 detik.

Jika program tersebut diisikan ke mikrokontroller AT89S51, kemudian mikrokontroller dapat berjalan sesuai dengan program yang diisikan, maka rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51 telah bekerja dengan baik.


(61)

4.3 Pengujian Rangkaian Pembaca Kode Bar

Pengujian pada rangkaian pembaca kode bar ini dapat dilakukan dengan cara menghubungkan rangkaian ini dengan sumber tegangan 5 volt, kemudian meletakkan potodioda dan infra merah secara bersebelahan. Ketika diletakkan benda berwarna putih dihadapannya, maka pantulan sinar infra merah akan mengenai potodioda, sehingga menyebabkan LED indikator pada rangkaian penerima akan menyala, dan tegangan output rangkaian sebesar 0,09 volt. Namun ketika diletakkan benda berwarna hitam di depan infra merah dan potodioda, maka pantulan infra merah tidak mengenai potodioda, hal ini menyebabkan LED indikator pada rangkaian penerima tidak menyala dan tegangan output dari rangkaian ini sebesar 4,9 volt.

Pengujian selanjutnya dilakukan dengan cara menghubungkan rangkaian ini dengan rangkaian mikrokontroler AT89S51, dan memberikan program tertentu pada mikrokontroler AT89S51.Untuk mendeteksi adanya sinyal yang dikirimkan oleh rangkaian pembaca kode bar, maka mikrokontroler harus diprogram untuk untuk dapat mengecek sinyal apa yang dikirimkan oleh sensor. Jika sinyal yang dikirimkan adalah sinyal high (1), berarti benda dihadapannay berwarna hitam, namun jika sinyal yang dikirimkan adalah sinyal low, maka ini berarti benda di hadapannay berwarna putih. Program untuk mendeteksi pengiriman sinyal dari rangkaian pembaca kode warna ini adalah ini adalah :

Sinyal1 Bit P1.3 Sinyal Bit P1.2


(62)

Cek_Sinyal1:

Jb sinyal1,Cek_Sinyal2 Clr P3.7

. . .

Cek_Sinyal2:

Jb sinyal2,Cek_Sinyal1 Setb P3.7

. . .

Di awal program dibuat inisialisasi port, dimana rutin ini menunjukkan bahwa sinyal1 dihubungkan ke P1.3 dan sinyal2 dihubungkan ke P1.2. Kemudian program akan dilanjutkan dengan rutin cek sinyal1. Pada rutin ini program akan melihat kondisi P1.3 yang dihubungkan ke sinyal1, dengan menggunakan perintah JB (jump if bit), jika kondisi P1.3 bit (high), yang berarti benda di hadapan rangkaian pembaca adalah berwarna hitam., maka program akan lompat ke rutin cek sinyal2. Namun jika kondisi P1.3 notbit (low), maka program akan melanjutkan ke rutin Clr P3.7. Perintah ini akan menyebabkan LED yang terhubung ke P3.7 mati. Jika rangkaian telah berjalan sesuai dengan program yang diberikan, maka rangkaian telah bekerja dengan baik.


(63)

4.4. Pengujian Rangkaian Driver Motor Stepper

Pengujian pada rangkaian driver motor stepper ini dilakukan dengan menghubungkan input rangkaian driver motor stepper ini dengan rangakaian mikrokontroler AT89S51 dan menghubungkan output dari rangkaian driver motor stepper ini dengan motor stepper, kemudian memberikan program sebagai berikut: Loop:

Clr P0.3

Setb P0.0

Acall Tunda

Clr P0.0

Setb P0.1

Acall Tunda

Clr P0.1

Setb P0.2

Acall Tunda

Clr P0.2

Setb P0.3

Acall Tunda

Sjmp Loop

Tunda:


(64)

Tnd:

Mov R6,#255

Djnz r6,$

Djnz r7,Tnd

Ret

Program di atas akan memberikan logika high secara bergantian pada input dari driver motor stepper, dimana input dari jembatan masing-masing dihubungkan ke P0.0,P0.1, P0.2 dan P0.3. Dengan program di atas maka motor akan bergerak searah dengan arah putaran jarum jam (menutup pintu). Untuk memutar dengan arah sebaliknya, maka diberikan program sebagai berikut :

Loop:

Clr P0.0

Setb P0.3

Acall Tunda

Clr P0.0

Setb P0.3

Acall Tunda

Clr P0.2

Setb P0.1

Acall Tunda

Clr P0.1

Setb P0.0

Acall Tunda


(65)

Tunda:

Mov R7,#50

Tnd:

Mov R6,#255

Djnz r6,$

Djnz r7,Tnd

Ret

Dengan program di atas, maka motor akan berputar berlawanan arah dengan arah putaran jarum jam (membuka pintu). Tunda digunakan untuk mengatur kecepatan putar dari motor. Semakin besar nilai yang diberikan pada tunda, maka perputaran motor akan semakin lambat, dan sebaliknya.

4.5. Pengujian Rangkaian Saklar Batas

Pengujian pada rangkaian ini dilakukan dengan cara menekan saklar batas. Pada saat saklar batas tidak ditekan, maka tegangan output dari rangkaian ini sebesar 5 volt. Namun saat saklar batas ditekan, maka tegangan output dari rangkaian ini sebesar 0 volt. Dengan demikian maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik.


(66)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pelaksanaan perancangan alat hingga pengujian dan pembahasan sistem maka penulis dapat menarik kesimpulan, antara lain:

a. Sensor (photodioda) yang digunakan dalam penelitian ini peka terhadap sinar matahari, sehingga tidak dapat terkena sinar matahari secara langsung.

b. Jarak pancar infra merah disetting seminimal mungkin agar photodioda yang berada di sampingnya tidak menangkap sinyal dari infra merah yang disampingnya.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian ini diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan saran untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut, yaitu:

a. Untuk di masa yang akan datang, agar alat ini dapat lebih ditingkatkan dan dikembangkan, yang dilengkapi dengan sensor pembaca barcode yang lebih canggih.

b. Agar sistem atau rangkaian yang digunakan tidak terganggu, sebaiknya alat ini dikemas dalam bentuk yang lebih aman dan terlindungi, sehingga penggunaannya lebih efektif.


(67)

c. Alangkah baiknya jika alat ini dimanfaatkan dan disosialisasikan kegunaannya dikalangan mahasiswa, guna mengembangkan inovasi dan teknologi di kalangan mahasiswa.


(68)

Agfianto, Teknik Antarmuka Komputer: Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama, Penerbit: Graha Ilmu, Yogyakarta, 2002.

Agfianto, Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi, Edisi Kedua, Penerbit: Gava Media, Yogyakarta, 2004

Andi, Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemrograman Mikrokontroler

AT89C51, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta 2003

Malvino, Albert paul, Prinsip-prinsip Elektronika, Jilid 1 & 2, Edisi Pertama, Penerbit: Salemba Teknika, Jakarta, 2003.

Suhata, Aplikasi Mikrokontroler Sebagai Pengendali Peralatan Elektronik via Line Telepon, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta 2004.


(69)

(1)

Tnd:

Mov R6,#255

Djnz r6,$

Djnz r7,Tnd

Ret

Program di atas akan memberikan logika high secara bergantian pada input dari driver motor stepper, dimana input dari jembatan masing-masing dihubungkan ke P0.0,P0.1, P0.2 dan P0.3. Dengan program di atas maka motor akan bergerak searah dengan arah putaran jarum jam (menutup pintu). Untuk memutar dengan arah sebaliknya, maka diberikan program sebagai berikut :

Loop:

Clr P0.0

Setb P0.3

Acall Tunda

Clr P0.0

Setb P0.3

Acall Tunda

Clr P0.2

Setb P0.1


(2)

55

Tunda:

Mov R7,#50

Tnd:

Mov R6,#255

Djnz r6,$

Djnz r7,Tnd

Ret

Dengan program di atas, maka motor akan berputar berlawanan arah dengan arah putaran jarum jam (membuka pintu). Tunda digunakan untuk mengatur kecepatan putar dari motor. Semakin besar nilai yang diberikan pada tunda, maka perputaran motor akan semakin lambat, dan sebaliknya.

4.5. Pengujian Rangkaian Saklar Batas

Pengujian pada rangkaian ini dilakukan dengan cara menekan saklar batas. Pada saat saklar batas tidak ditekan, maka tegangan output dari rangkaian ini sebesar 5 volt. Namun saat saklar batas ditekan, maka tegangan output dari rangkaian ini sebesar 0 volt. Dengan demikian maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pelaksanaan perancangan alat hingga pengujian dan pembahasan sistem maka penulis dapat menarik kesimpulan, antara lain:

a. Sensor (photodioda) yang digunakan dalam penelitian ini peka terhadap sinar matahari, sehingga tidak dapat terkena sinar matahari secara langsung.

b. Jarak pancar infra merah disetting seminimal mungkin agar photodioda yang berada di sampingnya tidak menangkap sinyal dari infra merah yang disampingnya.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian ini diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan saran untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut, yaitu:

a. Untuk di masa yang akan datang, agar alat ini dapat lebih ditingkatkan dan dikembangkan, yang dilengkapi dengan sensor pembaca barcode yang lebih


(4)

57

c. Alangkah baiknya jika alat ini dimanfaatkan dan disosialisasikan kegunaannya dikalangan mahasiswa, guna mengembangkan inovasi dan teknologi di kalangan mahasiswa.


(5)

Agfianto, Teknik Antarmuka Komputer: Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama, Penerbit: Graha Ilmu, Yogyakarta, 2002.

Agfianto, Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi, Edisi Kedua, Penerbit: Gava Media, Yogyakarta, 2004

Andi, Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemrograman Mikrokontroler AT89C51, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta 2003

Malvino, Albert paul, Prinsip-prinsip Elektronika, Jilid 1 & 2, Edisi Pertama, Penerbit: Salemba Teknika, Jakarta, 2003.

Suhata, Aplikasi Mikrokontroler Sebagai Pengendali Peralatan Elektronik via Line Telepon, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta 2004.


(6)