PUSTAKA 15 Teknik Rehabilitasi hutan bekas terbakar 8

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i PENDAHULUAN 1 DEGRADASI DAN REHABILITASI HUTAN 3 Pengertian degradasi 3 Pengertian rehabilitasi 3 Fakta dan permasalahan 3 Beberapa Upaya Pemulihan Areal Bekas Terbakar 4 LANGKAH-LANGKAH REHABILITASI AREAL BEKAS KEBAKARAN 7

A. Penyusunan Rencana Umum 7

B. Penyusunan Rencana Wilayah 8

C. Teknik Rehabilitasi hutan bekas terbakar 8

IV. PUSTAKA 15

ii Budi Utomo : Rehabilitasi Hutan Bekas Terbakar, 2007 USU e-Repository © 2008 PENDAHULUAN Sumber daya hutan adalah sebuah ekosistem yang mempunyai fungsi perlindungan dan konservasi terhadap tanah, tata air, kestabilan iklim, keanekaragaman hayati dan sebagai sumber produk-produk kehutanan baik kayu maupun hasil hutan bukan kayu. Oleh karena itu pemanfaatan dan pengelolaannya mempunyai posisi yang strategis dalam menunjang pembangunan nasional dan daerah. Peranan ini akan semakin menonjol dengan adanya upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar hutan serta peningkatan ekspor non migas. Selain peranan tersebut diatas, disisi lain peranan sektor kehutanan mempunyai dampak ganda multiplier effect yang cukup luas terutama bagi perkembangan pembangunan daerah diantaranya berupa : • Pembukaan wilayah hutan pembangunan jaringan jalan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah pedalaman melalui pembukaan isolasi. • Peningkatan mobilitas masyarakat disekitar hutan • Mendorong pertumbuhan ekonomi sektor Iainnya, misalnya transportasi, perdagangan dan jasa lainnya serta tumbuhnya industri hilir. • Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar hutan • Meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat sekitar hutan Sehubungan dengan fungsi dan peranan sumberdaya hutan tersebut di atas, maka pembangunan kehutanan senantiasa diarahkan kepada pengelolaan secara bijaksana untuk menunjang pembangunan nasional dan demi kemakmuran masyarakat secara umum saat ini dan yang akan datang. Namun demikian dalam perjalanan pembangunan kehutanan terutama di luar Jawa pada dua dekade terakhir dujumpai banyak masalah yang mengakibatkan terjadinya penurunan potensi hutan terus menerus. Salah satu masalah yang dihadapi selama ini adalah kebakaran hutan. Kebakaran hutan yang terjadi di provinsi Kalimantan Timur pada tahun 19821983 sekitar 3,2 juta hektar. Luasan tersebut terdiri dari 640.000 hektar terbakar berat, 827.000 hektar terbakar sedang, 630.000 hektar terbakar ringan. 1.067.000 hektar terdiri dari hutan kerangas, gunung kapur, perladangan dan areal lainnya. Sedangkan kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 1997 di Kalimantan dan Sumatera belum diketahui secara pasti Budi Utomo : Rehabilitasi Hutan Bekas Terbakar, 2007 USU e-Repository © 2008 Iuasannya, namun dampaknya yang sangat besar dirasakan bukan saja di wilayah tersebut tetapi telah dirasakan juga oleh negara-negara tetangga. Akibat dari kebakaran yang terjadi diyakini dampaknya bukan saja dirasakan saat ini tetapi juga akan dirasakan dalam waktu yang akan datang. Sehubungan dengan permasalahan tersebut diatas maka perlu Iangkahlangkah yang konkrit untuk merehabilitasi kawasan hutan bekas terbakar. Tulisan ini menyampaikan beberapa hasil penelitian dan pengalaman lapangan untuk menunjang kegiatan dalam rangka rehablitasi hutan bekas terbakar tersebut. Diharapkan tulisan ini dapat menjadi masukan dalam usaha pemulihan kawasan hutan bekas terbakar. Budi Utomo : Rehabilitasi Hutan Bekas Terbakar, 2007 USU e-Repository © 2008 DEGRADASI DAN REHABILITASI HUTAN Pengertian Degradasi Hutan Definisi degradasi agak bersifat subjektif Lamb, 1994, memiliki arti yang berbeda tergantung pada suatu kelompok masyarakat. Rimbawan memiliki persepsi yang bervariasi terhadap arti degradasi. Sebagian mengatakan bahwa hutan yang terdegradasi adalah hutan yang telah mengalami kerusakan sampai pada suatu pointtitik dimana penebangan kayu maupun non kayu pada periode yang akan datang menjadi tertunda atau terhambat semuanya. Sedangkan sebagian lainnya mendefinisikan hutan yang terdegradasi sebagai suatu keadaan dimana fungsi ekologis, ekonomis dan sosial hutan tidak terpenuhi. Sedangkan menurut Oldeman 1992 mengatakan bahwa degradasi adalah suatu proses dimana terjadi penurunan kapasitas baik saat ini maupun masa mendatang dalam memberikan hasil product. Pengertian Rehabilitasi Hutan Terdapat beberapa pendekatan untuk mengatasi degradasi dan mempercepat proses pemulihan ekosistem recovery. a. Pendekatan pertama adalah restorasi restoration yang didefinisikan sebagai upaya untuk memulihkan kembali recreate ekosistem hutan aslinya melalui penanaman dengan jenis tanaman asli yang ada pada kawasan atau lahan tersebut sebelumnya. b. Pendekatan kedua melalui rehabilitasi yang diartikan sebagai penanaman hutan dengan jenis asli dan jenis eksotik. Dalam hal ini tidak ada upaya untuk merecreate ekosistem asli. Tujuannya hanya untuk mengembalikan hutan pada kondisi stabil dan produktif. Oleh karena itu ekosistem hutan yang terbentuk adalah campuran termasuk jenis asli. c. Alternatif terakhir adalah reklamasi yang berarti penggunaan jenis-jenis eksotik untuk menstabilkan dan meningkatkan produktivitas ekosistem hutan. Dalam hal ini tidak ada sama sekali upaya perbaikan biodiversitas asli dari suatu areal yang terdegradasi. Budi Utomo : Rehabilitasi Hutan Bekas Terbakar, 2007 USU e-Repository © 2008 Fakta dan Permasalahan Seperti telah diuraikan sebagian pada pendahuluan bahwa saat ini dan pada masa-masa mendatang hutan tropis banyak memperoleh perhatian dari kalangan ahli lingkungan atau kehutanan dunia. Alasan utamanya adalah bahwa, 1. Hutan tropis merupakan komunitas yang paling banyak mengabsorpsi energi matahari yang sangat berpengaruh terhadap iklim bumi melalui evapotranspirasinya. 2. Hutan tropis memainkan peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan karbon global. 3. Sebagai daerahkawasan dengan laju pertambahan populasi penduduk tinggi maka hutan tropis akan semakin terancam keberadaannya dimasa mendatang Uchijima, 1991. Berubahnya lingkungan diawali oleh adanya penebangan hutan. Dampaknya dapat berakibat pada degradasi lahan, menurunnya suplai air, erosi, pemadatan tanah dan pencucian hara, kerusakan vegetasi dan emisi gas rumah kaca. Diperkirakan bahwa pertumbuhan dan laju regenerasi menurun pada areal yang terkena kerusakan yang diantaranya disebabkan oleh rusaknya hutan dan menurunnya produktivitas lahan yang terjadi setelah penebangan. Analisis ilmiah yang didasarkan pada materi pengetahuan dibutuhkan dalam mendukung tindakan rehabilitasi hutan sehingga sasaran yang ingin dicapai yaitu sustainable development of forest resources sesuai dengan rencana yang diharapkan. Pada tahap ini maka peranan ilmuwan sangat esensial dalam memberikan informasi ilmiah pada proporsi yang sebenarnya dan memprediksi apa yang akan terjadi. Beberapa Upaya Pemulihan Areal Bekas Terbakar Sebagaimana diketahui bahwa kebakaran hutan yang besar sebelumnya terjadi pada tahun 19821983 terutama di wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Sejak saat itu kegiatan penelitian yang menunjang pemulihan areal bekas terbakar melalui kegiatan rehabilitasi telah dilakukan. Kegiatan tersebut dilakukan dengan percobaan penanaman jenis-jenis perdagangan lokal seperti famili Dipterocarpaceae beberapa bulan setelah kebakaran. Percobaan pertama dilaksanakan di areal Wanariset Samboja dengan menanam 13 jenis 7 jenis Shorea, 2 jenis Dryobalanops, 2 jenis Hopea, 1 jenis Parashorea, dan 1 jenis Agathis pada areal seluas satu hektar dengan jarak tanam 5 x 5 meter di areal bekar terbakar berat, 4 bulan setelah kebakaran Agustus 1983. Hasil Budi Utomo : Rehabilitasi Hutan Bekas Terbakar, 2007 USU e-Repository © 2008 pengamatan ke 13 jenis tersebut menunjukan bahwa jenis-jenis yang mempunyai persentase hidup diatas 60 adalah Agathis bornensis, Hopea drybalanoides, Shorea leprosula, Shorea ovalis, Dryobalanops aromatica dan Dryobalanops lanceolate. Demikian juga penanaman 7 jenis Dipterocarpaceae di bawah tegakan hutan tanaman di areal PT. ITCI menunjukan jenis Shorea johorensis, Shorea oleosa dan Diyobalanops aromatica memberikan pertumbuhan yang baik dari jenis lainnya. Kegiatan penanaman menghadapi kendala dalam hal tehnik pengadaan bibit baik kuantitas maupun kualitasnya. Untuk itu Balai penelitian Kehutanan Samarinda melalui kegiatan kerjasama di Wanariset Samboja telah berhasil mengembangkan tehnik pengadaan bibit jenis-jenis lokal terutama dari famili Dipterocarpaceae melalui sistem cabutan anakan alam dan stek pucuk yang didukung oleh pembangunan kebun pangkas. Teknik tersebut dapat menjamin ketersediaan bibit yang berkualitas baik dalam jumlah dan waktu yang sesuai dengan yang direncanakan, sehingga kegiatan penanaman dapat terjamin. Berdasarkan hasil-hasil tersebut diatas maka sejak tahun 1989 penanaman dalam skala luas telah dilakukan antara lain oleh PT. INHUTANI I Unit I Balikpapan di Longnah, PT. ITCI Kenangan, Balikpapan, PT. Kiani Lestari di batu Ampar dan perusahaan HPH lainnya. Kegiatan penanaman tersebut dilakukan di areal bekas terbakar, dan areal terbuka lainnya. Berdasarkan pengalaman penanaman tersebut, maka pada tahun 19911992 dibangun satu plot demonstrasi khusus untuk merehabilitasi hutan bekas terbakar tahun 19821983 seluas kurang Iebih 1.000 hektar melalui proyek kerjasama dengan ITTO. Proyek tersebut adalah The Establishment of a Demonstration Plot for Rehabilitation of Forest Affected by Fire in East Kalimantan, ITTO PD 8490. Berdasarkan laporan akhir proyek kegiatan tersebut memberikan suatu masukan yang sangat berharga bagi pengelolaan hutan sekunder secara umum dan terutama tekhnik merehabilitasi areal hutan bekas terbakar. Secara umum teknik tersebut didasarkan pada pemilihan teknik silvikultur yang tepat dan jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi areal yang akan direhabilitasi. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya data inventarisasi secara komprehensif dari areal tersebut. Demikian juga percobaan teknik penanaman 27 jenis dari jenis-jenis Dipterocarpaceae yang dilakukan melalui penelitian antara LITBANG Kehutanan dengan PT. KTI-Sumitomo Forestry co. Ltd. Budi Utomo : Rehabilitasi Hutan Bekas Terbakar, 2007 USU e-Repository © 2008 Di hutan Penelitian Sebulu dapat memberikan informasi dalam menentukan teknik penanaman jenis-jenis lokal pada beberapa tipe vegetasi. Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan percobaan tersebut diatas, maka usaha untuk merehabilitasi hutan bekas terbakar dan pengelolaan lebih lanjut dapat dilakukan. Budi Utomo : Rehabilitasi Hutan Bekas Terbakar, 2007 USU e-Repository © 2008 LANGKAH-LANGKAH REHABILITASI AREAL BEKAS KEBAKARAN Berdasarkan hasil-hasil dari pembangunan Demonstrasi plot rehabilitasi hutan bekas terbakar dan didukung oleh percobaan penanaman jenis-jenis lokal seperti Dipterocarpaceae, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan rehabilitasi hutan bekas terbakar pada dasarnya adalah menyusun rencana umum, rencana wilayah dan kegiatan rehabilitasi areal bekas terbakar. Perencanaan tingkat nasional dan wilayah tersebut diperlukan mengingat luasnya wilayah yang terbakar dan terbatasnya dana yang tersedia. Dengan perencanaan tersebut diharapkan efektifitas dan efisiensi kegiatan rehabilitasi areal bekas terbakar dapat lebih terjamin.

A. Penyusunan Rencana Umum