Aspek Genetik Sifat Pertumbuhan Kambing Kacang
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakanq
Kambing Kacang telah dianggap kambing asli
Indo-
nesia, bertubuh kecil dan konpak, dengan telinga tegak
dan pendek serta bentuk tanduk yang
agak
melengkung,
Warnanya beragam (coklat, hitan, putih atau
konbinasi
dari dua atau tiga warna tersebut).
Secara visual, kambing Kacang
yang
terdapat
scbagian Sunatera terutana Aceh, masih nurni
pengaruh darah Etawah.
Hal ini
dapat
yang
te.lah nlengandung
darah
terhadap
dibuktikan de-
ngan rnemperhatikan telinga dan profilnya.
cang
di
Kanbing Ka-
Etawah
nyai telinga yang agak menggantung serta
mengan-;
profil
yang
agak melengkung.
\
Pada masa lalu dan kini, kambing kacang telah ikut
berperan dalam penyediaan protein hewani
digemari masyarakat.
diparkirakan
Walaupun
demikian
tidak tinggi karena mutu
pro8uksinya
genetik
rendah serta mutu makanan serta tatalaksana
yang kurang nemadai.
sangat
yang
yang
beternak
Pada masa-rnasa nendatang peranan
kambing Kacang pasti akan ncningkat sesuai dengan
pe-
ningkatan jumlah penduduk dan kesadarannya tentang betapa pentingnya
protein hewani dalam. pertumbuhan ter-
utama anak balita.
Untuk mendukung peranan
ini perlu
peningkatan
produktivitasnya.
tuk meningkatkan
Ada beberapa cara un-
produktivitas
perbaikan mutu makanan ternak,
kambing Kacang yaitu
perbaikan
na dan peningkatan mutu genetiknya.
tatalaksa-
Dalam penelitian
ini perhatian ditujukan pada peningkatan
mutu
gene-
tik, sedang faktor lainnya dipertahankan tetap seperti kondisi tradisional.
Dalam pemuliaan dikenal
beberapa
meningkatkan mutu genetik ternak
yaitu
biak-tatar, dan mengganti semua
ternak
metode
untuk
biak-silang
asLi
dengan
ternak import, suatu cara yang akan menghadapi
lah daya adaptasi
terhadap
masa-
1-ingkungan tradisional.
Dapat pula dengan cara mengadakan program seleksi
dalam kelompok ternak as11 sendiri.
Dalam ha1
di
ter-
akhir ini, tidak dijumpai masalah adaptasi karene ternak telah sesuai dengan keadaan lingkungan.
kan bahwa program seleksi,
buhan kambing
Diharap-
akan .mempercepat pertum-
Kacang atau paling tidak dapat
oleh bobot badan yang lebih tinggi pada
diper-
umur terten-
tu, sehingga peternak dapat meraih nilai tambah
yang
lebih baik.
8.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian
1.
ini
adalah untuk mengetahui:
Pola dan kecepatan pertumbuhan anak
kambing
Ka-
cang yang berasal dari tetua yang dikawinkan seca-
<
ra acak tanpa rnernperlihatkan umur serta bobot
te-
tua.
2.
Pola dan kecepatan pertumbuhan anak kambing Kacang
yang berasal dari tetua yang telah terseleksi
dan
dikawinkan tidak secara acak (terpilih).
3.
Nilai korelasi genetik dan fenotipik dari pasangan
bobot tertentu.
4.
Nilai heritabilitas bobot pada umur tertentu.
TINJAUAN PUSTAKA
Asal-Usul Kanbing Kacanq
Ellernan dan
Kambing tergolong genus Capra.
Morison-
Scott (1951) yang dikutip oleh Devendra dan Burn (1983) membagi genus ini atas lima spesies yaitu : Capra hircus (termasuk Bezoar), Capra ibex, Capra caucasica, Capra
pyrenica
(ibex Spanyol) dan Capra falconeri.
Menurut Herre dan Rohrs (1973) yang dikutip
oleh
De-
vendra dan Nozawa (1976), kambing liar (Capra aegagrus)yang
hidup dan menyesuaikan diri terutama di
nungan dan lingkungan
yang
agak
lingkungan
pegu-
kering (semiiarid) dapat
dibagi atas tiga spesiGs yaitu : Bezoar
atau
Pasang (C,a.
aeagrus) yang hidup di Asia Barat, Afrika Tinur dan Eropah,
Markhol (C.a. falconeri) hidup liar di Afganistan dan Kashnir-Karakorun.
Tiap spesies terdiri dari beberapa sub-spe-
sies.
Penjinakan kambing yang
pada
nulanya bertujuan hanya
untuk produksi daging, sekarang ini ada beberapa bangsa kambing yang tclah ~~iemberikan
manfaat yang lebih luas yaitu berupa susu, kulit, bulu dan rabuk (Horst, 1976).
Pada umumnya kambing piara berasal
dari Bezoar dengan
ciri warna bulu coklat dan menpunyai garis
punggung
(Amschler, 1933: Schwarz, 1935 dan Nozawa, 1974).
hitam
Hilzheimer (1933) menduga bahwa
telah terjadi infil-
trasi darah Markhol pada kambing piara di Iran, Afganistan,
India Utara, Asia Tengah dan Mongolia berdasarkan kenyataan bahwa
kambing
piara dan Markhol dapat saling membuahi.
Dugaan ini diperkuat
Markhol pada
karena
terdapat karakteristik tanduk
kambing piara di Asia Tengah sampai Mongolia.
Devendra dan Nozawa (1976)
piara dari Asia Barat
utama.
mengemukakan bahwa kambing
menyebar ke Timur
melalui dua jalan
Pertana, dari Persia dan Afganistan melalui Turkes-
tan ke Mongolia atau Cina
Utara
yang
sutera" terjadi pada sekitar 2000 sM.
benua India melalui Khyber-Pass.
dinamakan "lintasan
Kedua, ke arah anal:
Jalan
ini telah
sangat
tua, yaitu sejak orang-orang Indo-Aryan mengetahui pada sekitar 2000 sM.
Dengan demikian Mongolia,
Cina
dan India
menerima kambing piara dari Barat
dengan perantaraan
para
pengembara atau semi-pengernbara.
Gambar 1 menunjukkan
ja-
lan migrasi kambing asli Asia dari wilayah penjinakan.
Ja-
lan ini diduya atas konfirmasi dari peninggalan-peninggalan lama dan hasil penelitian
dan Nozawa, 1976).
1
Tanda panah menunjukkan arah penyebarannya.
~ a r ianak benua India, kambing piara
(Devendra
ini
menyebar
ke pulau Sumatera,
Jawa, Kalimantam, Sulawesi, Philipina, dan seterusnya
Jepang.
Thailand menerima kambing piara dari Utara.
ke
Kelak
kambing pendatang ini akan menjadi kambing asli di wilayahwilayah tersebut di atas.
Kambing asli Indonesia yang di-
kenal dengan
sebutan kambing Kacang tersebar di pulau-pu-
lau Indonesia terutama Jawa dan Sumatera.
Sumber :
Devendra dan Nozawa (1976)
Gambar 1.
Penyebaran Kambing Piara ke Asia Timur dan Tenggara.
Kambing-kanbing asli yang sekarang terdapat di negaranegara di kawasan Asia Tenggara berasal dari turunan bangsa
kambing yang sama dapat dilihat terutama dari kesamaan morfologinya, terutama warna bulu,
Warna bulu
coklat
dengan
garis punggung berwarna
hitam (ciri dari Bezoar) dan warna
bulu hitam merupakan jumlah terbanyak
dari kambing asli di
Malaysia Barat dan Tinur (Shotake et al,! 1976).
Hal yang
-
et al,, 1978),
sama juga terdapat di Philipina (Nozawa Thailand (Nozawa, 1974)
1969).
Penelitian
dan
yang dilakukan
(1981) di Sumatera Barat!
menunjukkan bahwa
Taiwan
di
(Nozawa dan Wanatabe,
oleh Katsumate
Jawa Barat
et al.
dan Sulawesi Selatan
kambing yang berwarna
coklat dan
hitam
bahwa kambing tipe
kecil
merupakan jumlah terbanyak,
Devendra (1966)
yang disebut
menyatakan
kambing
Kacang
merupakan
kambing pendatang
pertama di Malaysia dari India dan akhirnya menjadi kambing
asli Malaysia.
Selanjutnya dinyatakan bahwa kambing yang ti>
penya sama telah menyebar di bagian lain dari Asia
~engga-
ra sampai Taiwan dan kepulauan Jepang bagian Sel.atar~. Imigrasi orang-orang Pakistan k e Thailand menyertakan
tipe dwiguna sehingga menyebabkan
tinggi pada kambing
keragaman
asli Thailand, namun tak
sampingkan kemungkinan
telah
terjadi
bangsa-bangsa kambing Eropah seperti
kambing
genetik
dapat
persilangan
Saanen
atau
yang
dikedengan
bangsa
kambing lainnya.
Klasifikasi Bangsa
De Haas dan Horst (1979) mengelompokkan
kambing
atas
tiga tipe berdasarkan tinggi pundak dan bobot hidup (Tabel 11,
Fungsi utama kambing tipe kecil adalah penghasil daging, tipe sedang untuk daging dan susu, sedangkan tipe besar
jukan
untuk penghasil susu,
ditu-
Tipe kerdil (dwarf) sama seka-
li tidak ideal sebagai penghasil daging karena
pertumbuhan-
nya sangat lanbat.
Tabel 1.
Klasifikasi Bangsa Kambing (dewasa) Berdasarkan Tinggi Pundak Ban Bobot Hidup
.
Tipe
Tinggi Pundak (cm)
Besar
Bobot Pundak (kg)
65
Sedang-Besar
50
Kecil (dan ~ e r d i l )
50
Sumber :
-
65
De Haas dan Horst (1979).
Berdasarkan tinggi pundak dan bobot badant Devendra dan
Burns (1983) menyirnpulkan bahwa karnbing yang tergolong tipe
besar diantaranya adalah Jamnapari, Beeta11 Barbari,
Mala-
bar, Philipina, Mzabite, Damascus. Syrian Mountaint Sardinian, Benadir, Angora, Sahel, ~ a r a d i ,Mudugh, Sudanese Nubian,
Sadanese Shukria, Soviet Mohair dan Moxoto': yang
tergolong
tipe kecil diantranya adalah Ma T'ou, Kambing Kacang,
Kige-
zi, Arabt Angora, Maltese dan Moxoto': yang tergolong
tipe
kerdil (dwarf) diantaranya adalah South Chinal eng gal,
East
African, South Sudan, Congo dwarf, West
Kosi
.
African
dwarf
dan
Devendra dan Burn (1983) menyatakan bahwa faktor lingkungan sangat
berpengaruh terhadap ukuran-ukuran serta bo-
bot badan kambing,
Dengan demikian suatu bangsa kambing
yang tergolong tipe besar pada suatu
lokasi
akan tergeser
ke tipe kerdil (dwarf) pada lokasi lainnya.
Klasifikasi
dapat
pula
dilakukan dengan
cara lain.
Williamson dan Payne (1965) nengklasifikasikan kambing atas
tiga tipe
dan wol.
berdasarkan
fungsinya yaitu
tipe daging, perah
Dua tipe pertama sangat menyebar di seluruh dunia
dan mempunyai konformasi tubuh
berbeda-beda sesuai
dengan
keadaan lingkungan dan bangsanya.
Beberapa Ciri Kambing Kacang
Rumich (1967) mengernukakan bahwa kambing Kacang berbadan relatif kecil dengan tinggi pundak dewasa rata-rata 50
cm dan bobot badan 30 kg.
Bila dibandingkan dengan bagian-
bagian badan lainnya maka kepala mempunyai proporai yang sangat baik dan seimbang; ukuran telinga sedang, selalu bergerak, tidak tergantung tetapi tegak.
Tanduk terdapat baik
pada yang jantan maupun pada yang betina dan
latif pendek.
ukurannya re-
Janggut tumbuh dengan baik pada kambing jan-
tan, namun juga terdapat pada yang betina dettasa
tidak begitu lebat.
dan tegap.
Leher pendek dan
walaupun
menberi'kesan
tebal
Punggung lurus dan pada beberapa kasus terlihat
agak melengkung dan memberi kesan makin ke belakang
makin
tinggi sampai pinggul,
Pinghul berkembang baik dan memben-
tuk semacam lengkungan.
Ekor kelihatan kecil dan tegang,
Ambing kecil der~gan konformasi baik dengan puting yang besar.
Bulu pendek serta kasar pada yang betina, tetapi pada
yang jantan lebih panjang.
Warna bulu tidak seragam yaitu
coklat, hitam, putih atau kombinasi dari dua atau tiga warna tersebut,
~ a m b i n gKacang tahan hidup pada keadaan kon-
disi lingkungan yang sangat beragam dan sanggup beradaptasi
pada metode manajemen yang berubah-ubah dan sangat beragam.
Umur ketika mencapai pubertas sekitar enam bulan pada
jantan.
bulan.
Umur beranak pertama dicapai
Biasanya
yang
ketika umur 12-13
kambing Kacang beranak kembar dua dimana
kembar tiga jarang terjadi serta kembar empat pernah terjadi.
Penggunaan kambing Kacang ditujukan terutama untuk pro-
duksi $aging dan kulitnya.
Karnbing Kacang sangat menyebar
di Indonesia dan terdapat hampir di semua pulau.
Devendra dan Burn (1983) menyatakan bahwa profil kambing Kacang berbentuk lurus.
Metode Seleksi
Seleksi dalam pemuliaan ternak adalah memilih ternak
yang baik untuk digunakan sebagai bibit yang
menghasilkan
generasi yang akan datang. Dalam dunia peternakan, yang diseleksi adalah sifat-sifat terukur
seperti kecepatan
per-
tumbuhan,
bobot lahir, produksi susu dan bobot sapih (Fal-
coner, 1972).
Sifat-sifat itu merupakan sifat yang memberi
manfaat secara ekonomi
disaniping harus.mempunyai daya
waris yang tinggi yang dapat ditentukan dari nilai
me-
herita-
bilitasnya.
Falconer (1972) mengemukakan bahwa ada tiga metode seleksi yang sederhana, yaitu :
1.
Seleksi individu (individual
selection) adalah seleksi
ekor per ternak sesuai dengan nilai fenotip yang dimilikinya.
Metode ini adalah yang paling sederhana daripa-
da umumnya dan nenghasilkan respon seleksi yang capat,
Seleksi keluarga (family selection) adalah seleksi
2.
ke-
luarga per keiuarga sebagai kesatuan unit sesuai dengan
nilai fenotip yang diniliki oleh keluarga bersangkutan.
Individu tidak berperanan dalam metode seleksi ini,
3.
Seleksi dalam keluarga (within-family selection) adalah
seleksi tiap individu di dalam keluarga berdasarkan nilai rata-rata fenotip dari
keluarga asal individu ber-
sangkutan.
Dari seleksi tersebut
di atas diharapkan respon
merupakan peningkatan mutu genetik ternak.
yang
Respon yang di-
harapkan dari metode seleksi individu, seleksi keluarga dan
2
seleksi dalam-keluarga masing-masing adalah R = i 6 h , RE P
i bih; dan R w = i 6wh:
qp adalah
dimana i adalah intensitas
simpangan
baku
dari
rata-rata
seleksi,
individu,
fFf adalah
simpangan baku dari rata-rata
keluarga, h f2 ada-
keluarga, 6" adalah simpangan
2 adalah heritabilitas dabaku dari rata-rata keluarga, hw
lah
heritabilitas rata-rata
lam keluarga.
Menurut Turner dan Young (1969) respon seleksi atau peningkatan mutu genetik dapat dinyatakan dalam rumus sebagai
berikut :
AG =
- - -x
y
0
dimana, A G = respon seleksi
h 2 i 6 = 6*hi
=
atau
peningkatan
mutu
gene-
tertentu
dari
tik,
=
-x
rata-rata nilai
suatu
sifat
anak yang berasal dari tetua yang terseleksi.
0
= rata-rata nilai
suatu
sifat
tertentu
popu-
lasi yang belum terseleksi.
sedangkan
= ji
0
+
h2
(xl - -x0)
=
X0
2
+ h i6
Selanjutnya dinyatakan bahwa apabila AG telah diketahui dari
suatu percobaan seleksi,
maka
heritabilitas dapat ditaksir
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Heritabilitas yang ditaksir dengan cara ini
tabilitas yang sesungguhnya.
dinamakan heri-
Heritabilitas
Heritabilitas dari suatu sifat yang didefinisikan sebagai rasio ragam genetik aditif (additive 'genetic varianae)
terhadap ragam fenotip (phenotype variance),(Falconer, 1972).
Secara singkat dapat ditulis sebagai berikut :
dimana h2
=
heritabilitas, Va = ragam genetik aditif,
dan
V p = ragam fenotip.
Heritabilitas
dapat
didefinisikan dalam arti sernpit
dan luas (Lush, 1940 yang dikutip
oleh
Turner
et al,, 1983)
(1969): Firchner, 1981: Warwick -
dan Young
Dalam arti
luas, heritabilitas adalah rasio seluruh ragam aspek genetik terhadap ragam fenotip.
genetik
terdiri
epistatik,
dari
Komponen ragam seluruh aspek
genetik aditif, dominan
dan
sedangkan kornponen ragam seluruh aspek fenotip
dari ragarn genetik, keadaan lingkungan dan interaksi antara genetik dan lingkungan,
Dalam arti sempit, heritabili-
tas adalah rasio ragam genetik aditi-f terhadap ragam fenotip seperti yang dikenukakan oleh Falconer (1972).
Lasley (1978) menyatakan bahwa heritabilitas auatu sifat tertentu adalah bagian ragam fenotip dalarn suatu populasi oleh karena adanya perbedaan genotip individu.
Dalam teori, nilai heritabilitas terletak antara 0 dan
+1
(Lush, 1940
yang dikutip oleh Turner dan Young, 1969:
Warwick et al., 1983).
Angka ekstrem jarang diperoleh un-
tuk sifat-sifat kuantitatif ternak,
ritabilitas
Suatu sifat dengan he-
no1 adalah sifat dimana semua keragaman dise-
babkan oleh pengaruh lingkungan.
Sebaliknya heritabilitas
satu akan menunjukkan suatu sifat kuantitatif dimana semua
keragaman disebabkan oleh keturunan.
Turner dan Young
(1969) menyatakan bahwa metode untuk
menaksir nilai heritabilitas tergantung kepada tipe organisma dan data yang tersedia.
Beberapa metode yang sering
digunakan dapat diringkas sebagai berikut :
a.
Metode hubungan tetua-anak (parent-offsprinq),
i. Regresi anak terhadap satu tetua dengan
satu
anak
per tetua (regression of offspring on one parent).
1. Regresi anak terhadap
induk
(regression of off-
-
sprinq on dam) dengan rnengindahkan pejantan.
2. Regresi anak terhadap
pe jantan
.
induk
tanpa
mengindahkan
ii. Korelasi antara anak dan satu tetua dengan satu anak
.
per t'etua
iii. Regresi anak terhadap satu tetua dengan lebih
dari
satu anak per tetua.
1. Regresi dari rata-rata nilai anak terhadap tetua.
2. Regresi anak secara individual terhadap tetua, dengan pengulangan nilai tetua sesuai dengan jumlah
anaknya.
3. Regresi dengan
pembobotan berdasarkan pada
lasi fenotip antara anak dalam 'tetua dan
korejumlah
anak per tetua.
b.
Metode sidik ragam
i. Saudara kandung (full-sib)
1. Jumlah sub-class sama
2. Jumlah sub-class tidak sama
ii. Saudara tiri (half-sib)
Warwick et al. (1983) menyatakan
bahwa
card
yang
paling teliti untuk menentukan heritabilitas suatu sifat
dari suatu spesies adalah
melakukan
percobaan
seleksi
untuk beberapa generasi dan menentukan kemajuan yang diperolehnya, yang dibandingkan dengan jumlah
keunggulan
dari tetua terpilih dalam semua generasi dari percobaan
itu.
Pendekatan ini sangat
berguna
utuk
hewan-hewan
laboratorium dan juga telah digunakan dalambeberapa percobaan dengan ternak.
Percobaan
seleksi
ternak
besar
sangat mahal dan membutuhkan waktu beberapa generasi untuk mendapat hasil yang pasti.
Lebih lanjut
hasil yang
diperoleh hanya berlaku khusus bagi populasi yang
nakan dalam penelitian ini.
digu-
16
Tabel 2
pada umur
menunjukkan
nilai
heritabilitas
bobot badan
0 , 1, 2 dan 3 bulan yang dikemukakan oleh bebe-
rapa peneliti.
Korelasi Genetik dan Fenotipik
Korelasi bertujuan untuk mengukur tingkat
bungan antara dua peubah atau dua sifat.
keerdtan hu-
Untuk
menentukan
derajat hubungan itu digunakan koefisien korelasi (r),
Harga koefisien korelasi terletak antara -1 dan +1. Jika r lebih besar dari nol, dikatakan hubungan
sifat
tersebut merupakan
hubungan
antara
linier positif,
kedua
Artinya
kalau nilai peubah atau sifat yang satu makin tinggi maka
nilai peubah atau sifat yang
kian juga sebaliknya.
an tersebut
linier
lain juga makin tinggi.
Demi-
Jika r = 1, dikatakan bahwa hubungsempurna.
dikatakan hubungan antara kedua
merupakan hubungan linier
Jika r lebih
peubah
negatif.
kecil dari 0,
atau sifat tersebut
Artinya
makin
tinggi
nilai peubah atau sifat yang satu maka akan makin rendah nilai sifat yang lein atau sebaliknya.
Pada hewan,
korelasi di antara sifat-sifat dapat dise-
babkan oleh akibat dari pengaruh lingkungan
atau dapat
di-
akibatkan oleh pengaruh genetik (Warwick et al., 1983).
Ko-
relas
total atau keseluruhan dikenal sebagai korelasi feno-
Tabel 2.
Heritabilitas Bobot Prasapih Beberapa Bangsa Kambing
Heritabilitas
Bangsa Kambing
Peneliti
0 bulan
1 bulan
2 bulan
3 bulan
Angora
9.21f0.07
-
-
0.17t0.04
Black Bengal
0.4 t0.24
-
-
-
Ali (1983)
Dainascus
-
-
-
0.35t0.19
Mavrogenis
(1986)
Malabari
-
0.19f0.25
1.54t0.78
1.08t0.75
Mukundan et
al. ( 1 9 8 3 7
-
Saanen halfsib
-
0.12t0.24
0.09f0.22
0.03f0.18
Mukundan et
al.
- (19865
Beetal
Bengal
- tak tersedia.
Yalcin (1982)
Malik et al,
(1986)-
-
0,21+0,05
0,26+0.07
0.43+0,09
0.20t0.08
Malik et al.
(1986)- -
tipik.
Korelasi fenotipik dapat dibagi menjadi bagian-bagi-
an yang biasanya disebut korelasi bingkungan dan genetik,
Korelasi genetik adalah korelasi dari pengaruh genetik aditiĀ£ atau nilai pemuliaan
antara kedua sifat itu.
Korelasi
lingkungan termasuk pengaruh lingkungan dan pengaruh genetik
yang bukan aditif.
Selanjutnya dinjratakan bahwh dalam popu-
lasi yang kawin acak dan dalam keadaan keseimbangan, korelasi genetik terjadi bila gen yang sama mempengaruhi ekspresi
dari dua sifat atau lebih. Gen-gen dengan pengaruh ganda ini
dikatakan pleiotropik.
Dalam pemuliaan ternak, korelasi genetik dapat menguntungkan atau merugikan.
Laju kenaikan bobot badan dan efi-
siensi penggunaan makanan
biasanya
merupakan sifat yang di-
inginkan dan hampir selalu berkorelasi genetik positif.
di
seleksi
untuk
satu
langsung sifat yang lain.
Ja-
sifat akan meningkatkan secara tak
Sebaliknya, korelasi. genetik ne-
gatif seperti korelasi antara panjang wol dan kehalusan akan
membatasi kemarnpuan yang dapat dicapai untuk kedua sifat itu
secara bersamaan,
Pada sapi potong, bobot lahir berkorelasi
genetik positif berderajat sedang dengan bobot
sapih, bobot
umur satu tahun dan bobot umur dewasa.
--
Warwick et al. (1983) menyatakan bahwa penaksiran nilai
korelasi genetik dapatdilakukan dengan percobaan seleksi dan
dengan menggunakan metode statistik,
sederhana adalah melakukan percobaan
Prosedur yang paling
dalam
suatu
populasi,
untuk satu sifat tunggal dan mengukur perubahan-perubahan
yang terjadi sebagai respon korelasi pada sifat yang lain.
Korelasi genetik yang dihitung dari percobaan seleksi
me-
nunjukkan apa yang sebenarnya dihasilkan dari seleksi
dan
dapat lcbih menunjukkan keadaan biologis
yang
sebenarnya
daripada korelasi genetik yang diduga dengan prosedur statistik.
Semua metode statistik untuk menaksir korelasi ge-
netik adalah berdasarkan atas kemiripan di antara
keluar-
ga *
Becker (1969) menyatakan bahwa korelasi genetik, lingkungan dan fenotipik antara dua sifat dapat didekati dengan
metode yang sama seperti untuk menaksir ragam genetik. Ada
dua rancangan yang dapat digunakan untuk menaksir
korela-.
si, yaitu rancangan tersarang dan rancangan berfaktor. Pada rancangan tersarang, tiap pejantan dikawinkan dengan beberapa induk yang menghasilkan beberapa anak.
Untuk me-
naksir korelasi genetik, dapat dengan menggunakan rancangan berfaktor, namun penggunaannya
lebih
ditekankan
pada
tanaman.
Korelasi fenotipik antar bobot badan dan
sifat
per-
tumbuhan kambing Beetal dan Black Bengal terdapat pada Tabe1 3.
Korelasi genetik dan fenotipik bobot lahir
bobot-bobot lainnya pada kambing Malabari
nya tercantum pada Tabel 4.
dan
dengan
peranakan-
Tabel 3.
Korelasi Fenotipik antar Bobot Badan
dan Sifat Pertumbuhan Kambing Beetal
dan Black Bengal
Korelasi Fenotipe
Beetal
Bobot lahir
(kg
X1
1 bulan X2
2 bulan X3
3 bulan X4
0.33 + 0.07 0.23 2 0.08 0.17 r 0.02 -0.03 f
0.86 0.04 0.75 r 0.06 0,69 f
0.88 f 0.04 0.84 f
0.98 f
*
0.09
0.06
0.05
0.02
Pertumbuhan
Prasapih X5
Black Bengal
Bobot lahir
(kg)
1 bulan
2 bulan
3 bulan
X2
X3
X4
0.43 f 0.05 0.41 f 0.05 0,25 f 0.06
0.74 r 0.04 0.63 f 0.05
0.86 r 0.08
0.04 f
0.55 f
0.80 f
0.97 f
0.06
0.05
0.04
0.04
Pertumbuhan
Prasapih X5
Penelitian yang dilakukan oleh Guha et al.
(1968) yang
berkenaan dengan pertumbuhan 234 kambing Black Bengal,
men-
dapatkan koefisien korelasi antar bobot-bobot badan 0 dan 16
minggu (rI2), 0 dan 36 minggu (r ) , 0 dan 52 minggu
13
(rl,,),
Tabel 4.
Umur ( b u l a n )
Sumber :
Korelasi Genetik dan Fenotipik Bobot
Lahir dengan Bobot-Bobot Badan Lainnya pada Kambing Malabari dan Peranakannya
Korelasi
Malabar i
Mukundan et al. (1981).
Saanen x Malabari
16 dan 36 minggu (r23), 1 6 dan 5 2 ninggu
minggu (r )I dirinci menurut jenis kelamin dan
3Y
hiran seperti tertera pada Tabel 5.
Tabel 5.
Kelompok
r1 2
=13
Tunggal
Kembar Dua
Kembar Tiga
Kembar EmPat
Gabungan
r
r 23
1Y
0.715*
0.288*
0.163
0,968+
0,528+
0.790+
Jantan
Tunggal
Kembar Dua
Kembar Tiga
Kembar EmPat
Gabungan
+
tipe kela-
Koefisien Korelasi Bobot Badan pada
Berbagai Umur -yang Berbeda
Betina
*
36 dan 5 2
(r2y)l
P
A.
Latar Belakanq
Kambing Kacang telah dianggap kambing asli
Indo-
nesia, bertubuh kecil dan konpak, dengan telinga tegak
dan pendek serta bentuk tanduk yang
agak
melengkung,
Warnanya beragam (coklat, hitan, putih atau
konbinasi
dari dua atau tiga warna tersebut).
Secara visual, kambing Kacang
yang
terdapat
scbagian Sunatera terutana Aceh, masih nurni
pengaruh darah Etawah.
Hal ini
dapat
yang
te.lah nlengandung
darah
terhadap
dibuktikan de-
ngan rnemperhatikan telinga dan profilnya.
cang
di
Kanbing Ka-
Etawah
nyai telinga yang agak menggantung serta
mengan-;
profil
yang
agak melengkung.
\
Pada masa lalu dan kini, kambing kacang telah ikut
berperan dalam penyediaan protein hewani
digemari masyarakat.
diparkirakan
Walaupun
demikian
tidak tinggi karena mutu
pro8uksinya
genetik
rendah serta mutu makanan serta tatalaksana
yang kurang nemadai.
sangat
yang
yang
beternak
Pada masa-rnasa nendatang peranan
kambing Kacang pasti akan ncningkat sesuai dengan
pe-
ningkatan jumlah penduduk dan kesadarannya tentang betapa pentingnya
protein hewani dalam. pertumbuhan ter-
utama anak balita.
Untuk mendukung peranan
ini perlu
peningkatan
produktivitasnya.
tuk meningkatkan
Ada beberapa cara un-
produktivitas
perbaikan mutu makanan ternak,
kambing Kacang yaitu
perbaikan
na dan peningkatan mutu genetiknya.
tatalaksa-
Dalam penelitian
ini perhatian ditujukan pada peningkatan
mutu
gene-
tik, sedang faktor lainnya dipertahankan tetap seperti kondisi tradisional.
Dalam pemuliaan dikenal
beberapa
meningkatkan mutu genetik ternak
yaitu
biak-tatar, dan mengganti semua
ternak
metode
untuk
biak-silang
asLi
dengan
ternak import, suatu cara yang akan menghadapi
lah daya adaptasi
terhadap
masa-
1-ingkungan tradisional.
Dapat pula dengan cara mengadakan program seleksi
dalam kelompok ternak as11 sendiri.
Dalam ha1
di
ter-
akhir ini, tidak dijumpai masalah adaptasi karene ternak telah sesuai dengan keadaan lingkungan.
kan bahwa program seleksi,
buhan kambing
Diharap-
akan .mempercepat pertum-
Kacang atau paling tidak dapat
oleh bobot badan yang lebih tinggi pada
diper-
umur terten-
tu, sehingga peternak dapat meraih nilai tambah
yang
lebih baik.
8.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian
1.
ini
adalah untuk mengetahui:
Pola dan kecepatan pertumbuhan anak
kambing
Ka-
cang yang berasal dari tetua yang dikawinkan seca-
<
ra acak tanpa rnernperlihatkan umur serta bobot
te-
tua.
2.
Pola dan kecepatan pertumbuhan anak kambing Kacang
yang berasal dari tetua yang telah terseleksi
dan
dikawinkan tidak secara acak (terpilih).
3.
Nilai korelasi genetik dan fenotipik dari pasangan
bobot tertentu.
4.
Nilai heritabilitas bobot pada umur tertentu.
TINJAUAN PUSTAKA
Asal-Usul Kanbing Kacanq
Ellernan dan
Kambing tergolong genus Capra.
Morison-
Scott (1951) yang dikutip oleh Devendra dan Burn (1983) membagi genus ini atas lima spesies yaitu : Capra hircus (termasuk Bezoar), Capra ibex, Capra caucasica, Capra
pyrenica
(ibex Spanyol) dan Capra falconeri.
Menurut Herre dan Rohrs (1973) yang dikutip
oleh
De-
vendra dan Nozawa (1976), kambing liar (Capra aegagrus)yang
hidup dan menyesuaikan diri terutama di
nungan dan lingkungan
yang
agak
lingkungan
pegu-
kering (semiiarid) dapat
dibagi atas tiga spesiGs yaitu : Bezoar
atau
Pasang (C,a.
aeagrus) yang hidup di Asia Barat, Afrika Tinur dan Eropah,
Markhol (C.a. falconeri) hidup liar di Afganistan dan Kashnir-Karakorun.
Tiap spesies terdiri dari beberapa sub-spe-
sies.
Penjinakan kambing yang
pada
nulanya bertujuan hanya
untuk produksi daging, sekarang ini ada beberapa bangsa kambing yang tclah ~~iemberikan
manfaat yang lebih luas yaitu berupa susu, kulit, bulu dan rabuk (Horst, 1976).
Pada umumnya kambing piara berasal
dari Bezoar dengan
ciri warna bulu coklat dan menpunyai garis
punggung
(Amschler, 1933: Schwarz, 1935 dan Nozawa, 1974).
hitam
Hilzheimer (1933) menduga bahwa
telah terjadi infil-
trasi darah Markhol pada kambing piara di Iran, Afganistan,
India Utara, Asia Tengah dan Mongolia berdasarkan kenyataan bahwa
kambing
piara dan Markhol dapat saling membuahi.
Dugaan ini diperkuat
Markhol pada
karena
terdapat karakteristik tanduk
kambing piara di Asia Tengah sampai Mongolia.
Devendra dan Nozawa (1976)
piara dari Asia Barat
utama.
mengemukakan bahwa kambing
menyebar ke Timur
melalui dua jalan
Pertana, dari Persia dan Afganistan melalui Turkes-
tan ke Mongolia atau Cina
Utara
yang
sutera" terjadi pada sekitar 2000 sM.
benua India melalui Khyber-Pass.
dinamakan "lintasan
Kedua, ke arah anal:
Jalan
ini telah
sangat
tua, yaitu sejak orang-orang Indo-Aryan mengetahui pada sekitar 2000 sM.
Dengan demikian Mongolia,
Cina
dan India
menerima kambing piara dari Barat
dengan perantaraan
para
pengembara atau semi-pengernbara.
Gambar 1 menunjukkan
ja-
lan migrasi kambing asli Asia dari wilayah penjinakan.
Ja-
lan ini diduya atas konfirmasi dari peninggalan-peninggalan lama dan hasil penelitian
dan Nozawa, 1976).
1
Tanda panah menunjukkan arah penyebarannya.
~ a r ianak benua India, kambing piara
(Devendra
ini
menyebar
ke pulau Sumatera,
Jawa, Kalimantam, Sulawesi, Philipina, dan seterusnya
Jepang.
Thailand menerima kambing piara dari Utara.
ke
Kelak
kambing pendatang ini akan menjadi kambing asli di wilayahwilayah tersebut di atas.
Kambing asli Indonesia yang di-
kenal dengan
sebutan kambing Kacang tersebar di pulau-pu-
lau Indonesia terutama Jawa dan Sumatera.
Sumber :
Devendra dan Nozawa (1976)
Gambar 1.
Penyebaran Kambing Piara ke Asia Timur dan Tenggara.
Kambing-kanbing asli yang sekarang terdapat di negaranegara di kawasan Asia Tenggara berasal dari turunan bangsa
kambing yang sama dapat dilihat terutama dari kesamaan morfologinya, terutama warna bulu,
Warna bulu
coklat
dengan
garis punggung berwarna
hitam (ciri dari Bezoar) dan warna
bulu hitam merupakan jumlah terbanyak
dari kambing asli di
Malaysia Barat dan Tinur (Shotake et al,! 1976).
Hal yang
-
et al,, 1978),
sama juga terdapat di Philipina (Nozawa Thailand (Nozawa, 1974)
1969).
Penelitian
dan
yang dilakukan
(1981) di Sumatera Barat!
menunjukkan bahwa
Taiwan
di
(Nozawa dan Wanatabe,
oleh Katsumate
Jawa Barat
et al.
dan Sulawesi Selatan
kambing yang berwarna
coklat dan
hitam
bahwa kambing tipe
kecil
merupakan jumlah terbanyak,
Devendra (1966)
yang disebut
menyatakan
kambing
Kacang
merupakan
kambing pendatang
pertama di Malaysia dari India dan akhirnya menjadi kambing
asli Malaysia.
Selanjutnya dinyatakan bahwa kambing yang ti>
penya sama telah menyebar di bagian lain dari Asia
~engga-
ra sampai Taiwan dan kepulauan Jepang bagian Sel.atar~. Imigrasi orang-orang Pakistan k e Thailand menyertakan
tipe dwiguna sehingga menyebabkan
tinggi pada kambing
keragaman
asli Thailand, namun tak
sampingkan kemungkinan
telah
terjadi
bangsa-bangsa kambing Eropah seperti
kambing
genetik
dapat
persilangan
Saanen
atau
yang
dikedengan
bangsa
kambing lainnya.
Klasifikasi Bangsa
De Haas dan Horst (1979) mengelompokkan
kambing
atas
tiga tipe berdasarkan tinggi pundak dan bobot hidup (Tabel 11,
Fungsi utama kambing tipe kecil adalah penghasil daging, tipe sedang untuk daging dan susu, sedangkan tipe besar
jukan
untuk penghasil susu,
ditu-
Tipe kerdil (dwarf) sama seka-
li tidak ideal sebagai penghasil daging karena
pertumbuhan-
nya sangat lanbat.
Tabel 1.
Klasifikasi Bangsa Kambing (dewasa) Berdasarkan Tinggi Pundak Ban Bobot Hidup
.
Tipe
Tinggi Pundak (cm)
Besar
Bobot Pundak (kg)
65
Sedang-Besar
50
Kecil (dan ~ e r d i l )
50
Sumber :
-
65
De Haas dan Horst (1979).
Berdasarkan tinggi pundak dan bobot badant Devendra dan
Burns (1983) menyirnpulkan bahwa karnbing yang tergolong tipe
besar diantaranya adalah Jamnapari, Beeta11 Barbari,
Mala-
bar, Philipina, Mzabite, Damascus. Syrian Mountaint Sardinian, Benadir, Angora, Sahel, ~ a r a d i ,Mudugh, Sudanese Nubian,
Sadanese Shukria, Soviet Mohair dan Moxoto': yang
tergolong
tipe kecil diantranya adalah Ma T'ou, Kambing Kacang,
Kige-
zi, Arabt Angora, Maltese dan Moxoto': yang tergolong
tipe
kerdil (dwarf) diantaranya adalah South Chinal eng gal,
East
African, South Sudan, Congo dwarf, West
Kosi
.
African
dwarf
dan
Devendra dan Burn (1983) menyatakan bahwa faktor lingkungan sangat
berpengaruh terhadap ukuran-ukuran serta bo-
bot badan kambing,
Dengan demikian suatu bangsa kambing
yang tergolong tipe besar pada suatu
lokasi
akan tergeser
ke tipe kerdil (dwarf) pada lokasi lainnya.
Klasifikasi
dapat
pula
dilakukan dengan
cara lain.
Williamson dan Payne (1965) nengklasifikasikan kambing atas
tiga tipe
dan wol.
berdasarkan
fungsinya yaitu
tipe daging, perah
Dua tipe pertama sangat menyebar di seluruh dunia
dan mempunyai konformasi tubuh
berbeda-beda sesuai
dengan
keadaan lingkungan dan bangsanya.
Beberapa Ciri Kambing Kacang
Rumich (1967) mengernukakan bahwa kambing Kacang berbadan relatif kecil dengan tinggi pundak dewasa rata-rata 50
cm dan bobot badan 30 kg.
Bila dibandingkan dengan bagian-
bagian badan lainnya maka kepala mempunyai proporai yang sangat baik dan seimbang; ukuran telinga sedang, selalu bergerak, tidak tergantung tetapi tegak.
Tanduk terdapat baik
pada yang jantan maupun pada yang betina dan
latif pendek.
ukurannya re-
Janggut tumbuh dengan baik pada kambing jan-
tan, namun juga terdapat pada yang betina dettasa
tidak begitu lebat.
dan tegap.
Leher pendek dan
walaupun
menberi'kesan
tebal
Punggung lurus dan pada beberapa kasus terlihat
agak melengkung dan memberi kesan makin ke belakang
makin
tinggi sampai pinggul,
Pinghul berkembang baik dan memben-
tuk semacam lengkungan.
Ekor kelihatan kecil dan tegang,
Ambing kecil der~gan konformasi baik dengan puting yang besar.
Bulu pendek serta kasar pada yang betina, tetapi pada
yang jantan lebih panjang.
Warna bulu tidak seragam yaitu
coklat, hitam, putih atau kombinasi dari dua atau tiga warna tersebut,
~ a m b i n gKacang tahan hidup pada keadaan kon-
disi lingkungan yang sangat beragam dan sanggup beradaptasi
pada metode manajemen yang berubah-ubah dan sangat beragam.
Umur ketika mencapai pubertas sekitar enam bulan pada
jantan.
bulan.
Umur beranak pertama dicapai
Biasanya
yang
ketika umur 12-13
kambing Kacang beranak kembar dua dimana
kembar tiga jarang terjadi serta kembar empat pernah terjadi.
Penggunaan kambing Kacang ditujukan terutama untuk pro-
duksi $aging dan kulitnya.
Karnbing Kacang sangat menyebar
di Indonesia dan terdapat hampir di semua pulau.
Devendra dan Burn (1983) menyatakan bahwa profil kambing Kacang berbentuk lurus.
Metode Seleksi
Seleksi dalam pemuliaan ternak adalah memilih ternak
yang baik untuk digunakan sebagai bibit yang
menghasilkan
generasi yang akan datang. Dalam dunia peternakan, yang diseleksi adalah sifat-sifat terukur
seperti kecepatan
per-
tumbuhan,
bobot lahir, produksi susu dan bobot sapih (Fal-
coner, 1972).
Sifat-sifat itu merupakan sifat yang memberi
manfaat secara ekonomi
disaniping harus.mempunyai daya
waris yang tinggi yang dapat ditentukan dari nilai
me-
herita-
bilitasnya.
Falconer (1972) mengemukakan bahwa ada tiga metode seleksi yang sederhana, yaitu :
1.
Seleksi individu (individual
selection) adalah seleksi
ekor per ternak sesuai dengan nilai fenotip yang dimilikinya.
Metode ini adalah yang paling sederhana daripa-
da umumnya dan nenghasilkan respon seleksi yang capat,
Seleksi keluarga (family selection) adalah seleksi
2.
ke-
luarga per keiuarga sebagai kesatuan unit sesuai dengan
nilai fenotip yang diniliki oleh keluarga bersangkutan.
Individu tidak berperanan dalam metode seleksi ini,
3.
Seleksi dalam keluarga (within-family selection) adalah
seleksi tiap individu di dalam keluarga berdasarkan nilai rata-rata fenotip dari
keluarga asal individu ber-
sangkutan.
Dari seleksi tersebut
di atas diharapkan respon
merupakan peningkatan mutu genetik ternak.
yang
Respon yang di-
harapkan dari metode seleksi individu, seleksi keluarga dan
2
seleksi dalam-keluarga masing-masing adalah R = i 6 h , RE P
i bih; dan R w = i 6wh:
qp adalah
dimana i adalah intensitas
simpangan
baku
dari
rata-rata
seleksi,
individu,
fFf adalah
simpangan baku dari rata-rata
keluarga, h f2 ada-
keluarga, 6" adalah simpangan
2 adalah heritabilitas dabaku dari rata-rata keluarga, hw
lah
heritabilitas rata-rata
lam keluarga.
Menurut Turner dan Young (1969) respon seleksi atau peningkatan mutu genetik dapat dinyatakan dalam rumus sebagai
berikut :
AG =
- - -x
y
0
dimana, A G = respon seleksi
h 2 i 6 = 6*hi
=
atau
peningkatan
mutu
gene-
tertentu
dari
tik,
=
-x
rata-rata nilai
suatu
sifat
anak yang berasal dari tetua yang terseleksi.
0
= rata-rata nilai
suatu
sifat
tertentu
popu-
lasi yang belum terseleksi.
sedangkan
= ji
0
+
h2
(xl - -x0)
=
X0
2
+ h i6
Selanjutnya dinyatakan bahwa apabila AG telah diketahui dari
suatu percobaan seleksi,
maka
heritabilitas dapat ditaksir
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Heritabilitas yang ditaksir dengan cara ini
tabilitas yang sesungguhnya.
dinamakan heri-
Heritabilitas
Heritabilitas dari suatu sifat yang didefinisikan sebagai rasio ragam genetik aditif (additive 'genetic varianae)
terhadap ragam fenotip (phenotype variance),(Falconer, 1972).
Secara singkat dapat ditulis sebagai berikut :
dimana h2
=
heritabilitas, Va = ragam genetik aditif,
dan
V p = ragam fenotip.
Heritabilitas
dapat
didefinisikan dalam arti sernpit
dan luas (Lush, 1940 yang dikutip
oleh
Turner
et al,, 1983)
(1969): Firchner, 1981: Warwick -
dan Young
Dalam arti
luas, heritabilitas adalah rasio seluruh ragam aspek genetik terhadap ragam fenotip.
genetik
terdiri
epistatik,
dari
Komponen ragam seluruh aspek
genetik aditif, dominan
dan
sedangkan kornponen ragam seluruh aspek fenotip
dari ragarn genetik, keadaan lingkungan dan interaksi antara genetik dan lingkungan,
Dalam arti sempit, heritabili-
tas adalah rasio ragam genetik aditi-f terhadap ragam fenotip seperti yang dikenukakan oleh Falconer (1972).
Lasley (1978) menyatakan bahwa heritabilitas auatu sifat tertentu adalah bagian ragam fenotip dalarn suatu populasi oleh karena adanya perbedaan genotip individu.
Dalam teori, nilai heritabilitas terletak antara 0 dan
+1
(Lush, 1940
yang dikutip oleh Turner dan Young, 1969:
Warwick et al., 1983).
Angka ekstrem jarang diperoleh un-
tuk sifat-sifat kuantitatif ternak,
ritabilitas
Suatu sifat dengan he-
no1 adalah sifat dimana semua keragaman dise-
babkan oleh pengaruh lingkungan.
Sebaliknya heritabilitas
satu akan menunjukkan suatu sifat kuantitatif dimana semua
keragaman disebabkan oleh keturunan.
Turner dan Young
(1969) menyatakan bahwa metode untuk
menaksir nilai heritabilitas tergantung kepada tipe organisma dan data yang tersedia.
Beberapa metode yang sering
digunakan dapat diringkas sebagai berikut :
a.
Metode hubungan tetua-anak (parent-offsprinq),
i. Regresi anak terhadap satu tetua dengan
satu
anak
per tetua (regression of offspring on one parent).
1. Regresi anak terhadap
induk
(regression of off-
-
sprinq on dam) dengan rnengindahkan pejantan.
2. Regresi anak terhadap
pe jantan
.
induk
tanpa
mengindahkan
ii. Korelasi antara anak dan satu tetua dengan satu anak
.
per t'etua
iii. Regresi anak terhadap satu tetua dengan lebih
dari
satu anak per tetua.
1. Regresi dari rata-rata nilai anak terhadap tetua.
2. Regresi anak secara individual terhadap tetua, dengan pengulangan nilai tetua sesuai dengan jumlah
anaknya.
3. Regresi dengan
pembobotan berdasarkan pada
lasi fenotip antara anak dalam 'tetua dan
korejumlah
anak per tetua.
b.
Metode sidik ragam
i. Saudara kandung (full-sib)
1. Jumlah sub-class sama
2. Jumlah sub-class tidak sama
ii. Saudara tiri (half-sib)
Warwick et al. (1983) menyatakan
bahwa
card
yang
paling teliti untuk menentukan heritabilitas suatu sifat
dari suatu spesies adalah
melakukan
percobaan
seleksi
untuk beberapa generasi dan menentukan kemajuan yang diperolehnya, yang dibandingkan dengan jumlah
keunggulan
dari tetua terpilih dalam semua generasi dari percobaan
itu.
Pendekatan ini sangat
berguna
utuk
hewan-hewan
laboratorium dan juga telah digunakan dalambeberapa percobaan dengan ternak.
Percobaan
seleksi
ternak
besar
sangat mahal dan membutuhkan waktu beberapa generasi untuk mendapat hasil yang pasti.
Lebih lanjut
hasil yang
diperoleh hanya berlaku khusus bagi populasi yang
nakan dalam penelitian ini.
digu-
16
Tabel 2
pada umur
menunjukkan
nilai
heritabilitas
bobot badan
0 , 1, 2 dan 3 bulan yang dikemukakan oleh bebe-
rapa peneliti.
Korelasi Genetik dan Fenotipik
Korelasi bertujuan untuk mengukur tingkat
bungan antara dua peubah atau dua sifat.
keerdtan hu-
Untuk
menentukan
derajat hubungan itu digunakan koefisien korelasi (r),
Harga koefisien korelasi terletak antara -1 dan +1. Jika r lebih besar dari nol, dikatakan hubungan
sifat
tersebut merupakan
hubungan
antara
linier positif,
kedua
Artinya
kalau nilai peubah atau sifat yang satu makin tinggi maka
nilai peubah atau sifat yang
kian juga sebaliknya.
an tersebut
linier
lain juga makin tinggi.
Demi-
Jika r = 1, dikatakan bahwa hubungsempurna.
dikatakan hubungan antara kedua
merupakan hubungan linier
Jika r lebih
peubah
negatif.
kecil dari 0,
atau sifat tersebut
Artinya
makin
tinggi
nilai peubah atau sifat yang satu maka akan makin rendah nilai sifat yang lein atau sebaliknya.
Pada hewan,
korelasi di antara sifat-sifat dapat dise-
babkan oleh akibat dari pengaruh lingkungan
atau dapat
di-
akibatkan oleh pengaruh genetik (Warwick et al., 1983).
Ko-
relas
total atau keseluruhan dikenal sebagai korelasi feno-
Tabel 2.
Heritabilitas Bobot Prasapih Beberapa Bangsa Kambing
Heritabilitas
Bangsa Kambing
Peneliti
0 bulan
1 bulan
2 bulan
3 bulan
Angora
9.21f0.07
-
-
0.17t0.04
Black Bengal
0.4 t0.24
-
-
-
Ali (1983)
Dainascus
-
-
-
0.35t0.19
Mavrogenis
(1986)
Malabari
-
0.19f0.25
1.54t0.78
1.08t0.75
Mukundan et
al. ( 1 9 8 3 7
-
Saanen halfsib
-
0.12t0.24
0.09f0.22
0.03f0.18
Mukundan et
al.
- (19865
Beetal
Bengal
- tak tersedia.
Yalcin (1982)
Malik et al,
(1986)-
-
0,21+0,05
0,26+0.07
0.43+0,09
0.20t0.08
Malik et al.
(1986)- -
tipik.
Korelasi fenotipik dapat dibagi menjadi bagian-bagi-
an yang biasanya disebut korelasi bingkungan dan genetik,
Korelasi genetik adalah korelasi dari pengaruh genetik aditiĀ£ atau nilai pemuliaan
antara kedua sifat itu.
Korelasi
lingkungan termasuk pengaruh lingkungan dan pengaruh genetik
yang bukan aditif.
Selanjutnya dinjratakan bahwh dalam popu-
lasi yang kawin acak dan dalam keadaan keseimbangan, korelasi genetik terjadi bila gen yang sama mempengaruhi ekspresi
dari dua sifat atau lebih. Gen-gen dengan pengaruh ganda ini
dikatakan pleiotropik.
Dalam pemuliaan ternak, korelasi genetik dapat menguntungkan atau merugikan.
Laju kenaikan bobot badan dan efi-
siensi penggunaan makanan
biasanya
merupakan sifat yang di-
inginkan dan hampir selalu berkorelasi genetik positif.
di
seleksi
untuk
satu
langsung sifat yang lain.
Ja-
sifat akan meningkatkan secara tak
Sebaliknya, korelasi. genetik ne-
gatif seperti korelasi antara panjang wol dan kehalusan akan
membatasi kemarnpuan yang dapat dicapai untuk kedua sifat itu
secara bersamaan,
Pada sapi potong, bobot lahir berkorelasi
genetik positif berderajat sedang dengan bobot
sapih, bobot
umur satu tahun dan bobot umur dewasa.
--
Warwick et al. (1983) menyatakan bahwa penaksiran nilai
korelasi genetik dapatdilakukan dengan percobaan seleksi dan
dengan menggunakan metode statistik,
sederhana adalah melakukan percobaan
Prosedur yang paling
dalam
suatu
populasi,
untuk satu sifat tunggal dan mengukur perubahan-perubahan
yang terjadi sebagai respon korelasi pada sifat yang lain.
Korelasi genetik yang dihitung dari percobaan seleksi
me-
nunjukkan apa yang sebenarnya dihasilkan dari seleksi
dan
dapat lcbih menunjukkan keadaan biologis
yang
sebenarnya
daripada korelasi genetik yang diduga dengan prosedur statistik.
Semua metode statistik untuk menaksir korelasi ge-
netik adalah berdasarkan atas kemiripan di antara
keluar-
ga *
Becker (1969) menyatakan bahwa korelasi genetik, lingkungan dan fenotipik antara dua sifat dapat didekati dengan
metode yang sama seperti untuk menaksir ragam genetik. Ada
dua rancangan yang dapat digunakan untuk menaksir
korela-.
si, yaitu rancangan tersarang dan rancangan berfaktor. Pada rancangan tersarang, tiap pejantan dikawinkan dengan beberapa induk yang menghasilkan beberapa anak.
Untuk me-
naksir korelasi genetik, dapat dengan menggunakan rancangan berfaktor, namun penggunaannya
lebih
ditekankan
pada
tanaman.
Korelasi fenotipik antar bobot badan dan
sifat
per-
tumbuhan kambing Beetal dan Black Bengal terdapat pada Tabe1 3.
Korelasi genetik dan fenotipik bobot lahir
bobot-bobot lainnya pada kambing Malabari
nya tercantum pada Tabel 4.
dan
dengan
peranakan-
Tabel 3.
Korelasi Fenotipik antar Bobot Badan
dan Sifat Pertumbuhan Kambing Beetal
dan Black Bengal
Korelasi Fenotipe
Beetal
Bobot lahir
(kg
X1
1 bulan X2
2 bulan X3
3 bulan X4
0.33 + 0.07 0.23 2 0.08 0.17 r 0.02 -0.03 f
0.86 0.04 0.75 r 0.06 0,69 f
0.88 f 0.04 0.84 f
0.98 f
*
0.09
0.06
0.05
0.02
Pertumbuhan
Prasapih X5
Black Bengal
Bobot lahir
(kg)
1 bulan
2 bulan
3 bulan
X2
X3
X4
0.43 f 0.05 0.41 f 0.05 0,25 f 0.06
0.74 r 0.04 0.63 f 0.05
0.86 r 0.08
0.04 f
0.55 f
0.80 f
0.97 f
0.06
0.05
0.04
0.04
Pertumbuhan
Prasapih X5
Penelitian yang dilakukan oleh Guha et al.
(1968) yang
berkenaan dengan pertumbuhan 234 kambing Black Bengal,
men-
dapatkan koefisien korelasi antar bobot-bobot badan 0 dan 16
minggu (rI2), 0 dan 36 minggu (r ) , 0 dan 52 minggu
13
(rl,,),
Tabel 4.
Umur ( b u l a n )
Sumber :
Korelasi Genetik dan Fenotipik Bobot
Lahir dengan Bobot-Bobot Badan Lainnya pada Kambing Malabari dan Peranakannya
Korelasi
Malabar i
Mukundan et al. (1981).
Saanen x Malabari
16 dan 36 minggu (r23), 1 6 dan 5 2 ninggu
minggu (r )I dirinci menurut jenis kelamin dan
3Y
hiran seperti tertera pada Tabel 5.
Tabel 5.
Kelompok
r1 2
=13
Tunggal
Kembar Dua
Kembar Tiga
Kembar EmPat
Gabungan
r
r 23
1Y
0.715*
0.288*
0.163
0,968+
0,528+
0.790+
Jantan
Tunggal
Kembar Dua
Kembar Tiga
Kembar EmPat
Gabungan
+
tipe kela-
Koefisien Korelasi Bobot Badan pada
Berbagai Umur -yang Berbeda
Betina
*
36 dan 5 2
(r2y)l
P