Windy pratiwi, 2015 Nilai didaktis dalam kumpulan cerita anak pelangi untuk jingga
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dilihat dari usia pembacanya, sastra dapat dibagi menjadi sastra anak-anak, sastra remaja, dan sastra dewasa. Sastra anak adalah sastra yang diperuntukan untuk
anak-anak dan menceritakan kehidupan anak pada umumnya, sastra remaja adalah sastra yang diperuntukan untuk kalangan remaja. Sastra dewasa pun adalah sastra
yang diperuntukan untuk kalangan dewasa, sastra ini biasanya lebih umum dan banyak
diperbincangkan. Sastra
dewasa cenderung
lebih diperhatikan
keberadaannya, karena dalam sastra dewasa terdapat sastra populer yang selalu mengikuti selera masyarakat agar diperhatikan dengan tujuan komersial. Adanya
tingkatan usia untuk sastra tersebut bertujuan agar setiap jenjang usia dapat menikmati sastra sesuai dengan kebutuhannya, tidak terkecuali anak-anak.
Anak-anak adalah cikal bakal terlahirnya generasi baru. Untuk melahirkan generasi yang berkualitas, maka harus dipupuk dengan hal-hal yang berkulitas juga.
Sastra dapat dijadikan salah satu sarananya. Beberapa rmanfaat sastra untuk anak antara lain: pertama, untuk kesenangan. Menutut Steiweg alasan mengapa anak
diberi buku bacaan sastra adalah agar mereka memperoleh kesenangan Stewig, 1980: 18-20 dalam Nurgiantoro, 2010, hlm. 4. Kedua, untuk sarana pendidikan.
Stewig juga mengungkapkan peran sastra bagi anak adalah bahwa disamping memberikan kesenangan juga memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap
kehidupan ini. Oleh karena itu, sastra anak muncul dengan tujuan untuk memberikan hiburan yang bermanfaat bagi anak. selain menghibur, sastra juga dapat menjadi
pembelajaran. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa pun terkadang membutuhkan sastra yang
memiliki nilai pendidikan. Oleh karena itu, para akademisi pun banyak yang meneliti sastra yang memiliki nilai-nilai pendidikan. Hingga akhirnya muncul istilah
sastra didaktis. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia
luar jaringan, didaktis
adalah bersifat mendidik. Seperti halnya yang banyak terjadi pada sastra yang ditujukan untuk anak-anak. nilai didaktis dalam sebuah karya sastra bisa
disampaikan secara implisit ataupun eksplisit, sesuai dengan kebutuhan dan peruntukan karya sastra tersebut. Namun dalam sastra anak lebih sering
pengungkapannya secara eksplisit, karena pemahaman anak-anak masih sederhana dan akan sulit dipahami jika disampaikan secara implisit.
Belum bisa dipastikan kapan pertama kalinya sastra anak muncul di Indonesia. Namun jika merujuk pada salah satu sastra anak tertua sebagaimana dijelaskan
dalam skripsi Herlina, lahirnya buku bacaan anak di Indonesia antara lain
Indische Kinderboeken
Buku anak-anak Hindia terbit tahun 1896. Nittel de Wolf van Westerrode menulis
Indisch Kindervelen, Pemandangan dalam Doenia Kanak- Kanak
karya dari Mohammad Kasim merupakan pemenang dari sayembara mengarang bacaan anak oleh Balai Pustaka tahun 1920 yang kemudian pada masa
kedudukan Jepang berganti judul menjadi
Si Samin
Herlina, 2013, hlm. 9. Selain dalam bentuk buku berupa novel dan kumpulan cerpen, sastra anak di
Indonesia juga hadir dalam bentuk majalah dan surat kabar. Adapun majalah anak pertama yang muncul di Indonesia adalah majalah
Kunang-kunang
yang terbit pertama kali pada tahun 1949. Majalahnya berukuran besar, kurang lebih seukuran
majalah
Tempo
dan
Femina
. Majalah anak tertua kedua di Indonesia adalah majalah
Si Kuncung
yang terbit perdana pada tahun 1956, dan
Bobo
terbit perdana pada tahun 1973 yang sampai saat ini kita masih bisa menikmatinya karena masih aktif
terbit. Selain ketiga majalah tua tersebut, ada juga majalah yang sering memuat karya anak seperti
Mentari
dan
Ananda.
Selain dalam majalah, karya anak juga sering dimuat di berbagai surat kabar minggu pada halaman anak seperti di
Kompas, Pikiran Rakyat, Republika, Surabaya Post,
dan sebagainya. Dalam beberapa surat kabar yang terdapat di atas, kebanyakan cerpen atau
cerita bergambar yang ada di kolom tersebut adalah tulisan anak-anak sendiri, walaupun tidak semua. Anak-anak yang dibiasakan membaca buku dari kecil,
mereka pasti memiliki keinginan dan dorongan untuk menuliskan cerita yang mereka imajinasikan dari cerita yang mereka baca. Oleh karena itu mereka butuh tempat
untuk menampung kreatifitasnya. Hingga pada tahun 2003 muncul fenomena baru sastra anak yang datang dari penerbit DAR Mizan. Penerbit tersebut menerbitkan
buku dengan lini
Kecil-kecil Punya karya
atau lebih dikenal dengan KKPK. Penulis dari KKPK tersebut adalah anak-anak sendiri, ada yang berupa novel, kumpulan
cerpen, dan komik. banyaknya lini yang serupa bermunculan seperti lini Pinkberry, Cilik-Cilik Punya Karya CCPK, dan Kakak Cilik Punya Karya KCPK. Dalam
setiap lini tersebut, terdapat perbedaan usia pada masing-masing lininya. Dengan dibukanya lini tersebut, kesemptan anak-anak untuk berkreatifitas pun semakin
terbuka lebar dalam menyalurkan imajinasinya. Kebanyakan karya sastra yang peneliti telitipun kebanyakan penulisnya pernah menulis di lini KKPK.
Dalam penelitian ini, peneliti meneliti karya sastra anak yang ditulis oleh anak- anak yang terdapat dalam buku kumpulan cerita anak
Pelangi Untuk Jingga
. Buku tersebut adalah terbitan dari Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar. Kumpulan cerita tersebut dihasilkan dari hasil Lomba Menulis Cerita Anak LMCA 2012 yang diadakan oleh KEMENDIKBUD. Lomba
ini diadakan setiap tahun dari tahun 2011. Menurut Dr. Thamrin Kasman selaku Direktur Jenderal Pendidikan Dasar mengatakan bahwa lomba tersebut diadakan
dengan harapan dapat menjadi sebuah daya dorong untuk memacu dan mengarahkan para siswa untuk berkompetisi menampilkan pengalaman hasil membaca untuk
kemudian mengekpresikannya dalam karya tulis khususnya cerita anak. Dalam buku tersebut terdapat 13 karya pilihan dari beribu karya. Ke-13 cerita tersebut terdapat
nilai- nilai didaktis yang beragam. Salah satu contohnya adalah dalam cerita
Pelangi Untuk Jingga
, karya Sherina Salsabila,
Cerita Bringbun dan Chikuita
, karya Nafisa Nurul Izza,
Biar Kuno Tapi Keren
, karya Kefira Arviadita Sutantio. Pertama, dalam cerita
Pelangi Untuk Jingga
karya Sherina Salsabila, terdapat nilai kepedulian tentang peduli terhadap anak berkebutuhan khusus. Dalam cerita tersebut, tokoh utama Pelangi tidak segan-
segan berteman dengan Jingga yang merupakan anak berkebutuhan khusus. Pelangi mengajak para pembaca untuk tidak menjauhi mereka tapi merangkul erat dan
mengajarkan mereka segala hal yang kita bisa.
Kedua, cerpen
Cerita Bringbun dan Chikuita
karya Nafisa Nurul Izza. Dalam cerita tersebut, penulis mengajak kita untuk menjaga dan memelihara lingkungan
dengan baik. Dan saling menyayangi antar sesame makhluk hidup baik hewan atau tumbuhan. Dalam cerita itu diceritakan tentang penderitaan sebuah pohon beringin
dan seekor burung kutilang terhapap tingkah laku manusia yang seenaknya terhadap mereka. ada harapan dengan membaca cerita tersebut manusia menjadi sadar dengan
perilakunya dan lebih menghargai lingkungan. Ketiga, cerpen
Biar Kuno tapi Keren
karya Kefira A. Susantio. Dalam cerita tersebut diceritakan tentang Adrian yang sangat tidak suka dengan budaya Indonesia,
ia lebih menyukai budaya Barat yang lebih keren menurutnya. Budaya Indonesia itu terlihat kuno dan kampungan. Tapi setelah ia pergi ke Amerika, ia sadar bahwa
kebudayaan Indonesia memiliki nilai estetika tersendiri di mata dunia. Sepulangnya dari Amerika Adrian lebih tertarik dengan budaya Indonesia dan mau belajar tentang
budaya Indonesia. Dalam cerita tersebut mengajak pembaca untuk lebih mencintai budaya Indonesia. Nilai didaktis yang disampaikan merupakan hasil pengalaman
hidup penulisnya yang merupakan anak-anak. Pengalaman tersebut adalah hasil pengamatan penulis dari pengalaman membaca atau pengalaman hidupnya.
Sastra didaktis
sebagaimana yang
telah disinggung
di atas,
bahwa kemunculannya adalah karena ada fungsi sastra yang berfungsi sebagai sarana
pendidikan. Dalam pemahaman umum, karya sastra didaktis adalah karya sastra yang mendidik. Dalam
Glossary Literary Term,
Abram dalam Sumiyadi, menjelaskan bahwa sastra didaktis adalah karya sastra yang didesain untuk
menjelaskan suatu cabang ilmu atau mungkin juga untuk mengukuhkan suatu tema, doktrin moral, religi, atau filsafat dalam bentuk fiksional. Sumiyadi juga
mengungkapkan bahwa
dalam fungsi
sastra, sastra
didaktis tentu
saja mengedepankan aspek “didikan” daripada “hiburan”, meskipun sangat mungkin
yang mendidik itu sekaligus juga menghibur. Sastra didaktis yang diungkapkan oleh anak-anak biasanya adalah sebuah pengetahuan dan pembelajaran yang mereka
dapat dalam kehidupan nyata, baik dari orang tua atau buku, lalu mereka ingin menyampaikannya kepada anak-anak yang lain.
Pada kumpulan cerita
Pelangi Untuk Jingga
kebanyakan cerita yang disampaikannya adalah pengalaman pribadi yang dimodifikasi dalam bentuk fiksi.
Nilai didaktis yang disampaikannya sangat menarik, karena disampaikan lewat peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh dalam cerita. dalam peristiwa yang
mereka ceritakan, mereka menyampaikan nilai-nilai kebaikan dalam cerita tersebut. Adapaun cerita yang menyampaikan akibat dari melakukan sesuatu yang dilarang
atau kebaikan dari sesuatu yang tidak mereka sukai. Penelitian didaktis kali ini akan meneliti dari struktur narasi karya sastra nya yang meliputi alur, tema, tokoh, latar,
sudut pandang, dan amanat nya. Penelitian
ini bukanlah
penelitian satu-satunya yang pernah dilakukan,
sebelumnya ada beberapa penelitian yang mengkaji tentang sastra anak dan sastra didaktis. Peneliti mengambil enam penelitian sebagai penelitian terdahulu yang
relevan. Pertama, skripsi dari Heni Herlina yang berjudul
Moral Dalam Cerita Pendek Anak Pada Buku KKPK Luks edisi-8 Tahun 2012
. Heni merupakan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan
indonesia. Dalam
skripsi tersebut
membahas tentang moral, namun yang membedakan dengan penelitian yang akan dilakukan ini adalah terletak pada objek
yang dipilih, dalam skripsi tersebut juga menjelaskan tentang sastra dan cerminannya dalam masyarakan yang menggunkan teori sosiologi sastra.
Kedua, penelitian skripsi dari Feri Fauzi Hermawan yang berjudul
Kritik Sosial dalam Cerita Pendek Anak Pada Harian Kompas Edisi Minggu Tahun 2008
. Feri merupakan mahasiswa dari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian tersebut mengambil objek dari media massa, yaitu harian umum kompas. Sedangkan kajian yang digunakan adalah kritik
sosial, dalam penelitian feri, dijelaskan bagaimana anak-anak melakukan sebuah kritik sosial dalam karya sastra.
Penelitan ketiga yaitu penelitian berupa skripsi dari Sopan Sopian yang berjudul
Penceritaan Cerita Pendek Anak dalan HU Kompas dan HU Pikiran Rakyat Edisi Minggu Tahun 2010.
Penelitian tersebut masih dari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia. Jika dalam skripsi Feri memilih
objek dari
HU Kompas
, maka dalam skripsi Sopan ini memilih objek dari dua harian umum terkemuka yaitu
Kompas
dan
Pikiran Rakyat
. Dalam penelitian Sopan, membahas penceritaan antara penulis anak dan penulis dewasa dalam kedua HU
tersebut. Keempat berupa jurnal dari Elsy Suriani seorang guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 8 Palangka Raya, Jalan Temanggung Tilung 58 Palangka Raya,
Kalimantan Tengah, denngan judul
Nilai-Nilai Karakter Dalam Antologi Puisi Indonesia Anak-Anak Terbitan Pusat Bahasa DEPDIKNAS
. Penelitian itu berisi tentang nilai-nilai karakter yang terdapat dalam puisi anak-anak terbitan pusat
bahasa depdiknas. Penelitian kelima adalah penelitian dari Sumiyadi, dkk yang berjudul
Pemetaan Novel Indonesia Modern yang berkarakteristik Sastra Didaktis dan Bentuk
Pengungkapannya
. Peneliti tersebut adalah dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian tersebut menjelaskan
tentang unsur didaktis yang terdapat pada novel modern Indoneia. Selain itu, penelitian tersebut juga merunut sastra didaktis dari tahun 80an sampai 2000an.
Penelitian yang terakhir adalah artikel dari Rahmat Petuguran yang berjudul
Sastra Didaktis dalam Sayembara Penulisan Buku Pusbuk
. Rahmat adalah pengajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia di Universitas Negeri Semarang. Dalam tulisannya,
Rahmat menjelaskan tentang fenomena tentang sastra didaktis. Dari keenam penelitian terdahulu yang tercantum di atas, memiliki perbedaan
dan persamaan terhadap penelitian yang dilakukan, yaitu, penelitian yang dilakukan Heni, Sopan, Fery, dan Elsy sama-sama menggunakan objek sastra anak, namun
berbeda kajian yang dilakukan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sumiyadi dan Rahmat memiliki kesaaman kajian dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu
tentang unsur didaktis yang dikaitkan dengan karya sastra. Sedangkan objek kajiannya berbeda.
Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan dan penelitian terdahu yang peneliti paparkan, maka penelitian yang berjudul
Nilai Didaktis Dalam Kumpulan Cerita Anak Pelangi Untuk Jingga
ini belum pernah dilakukan sebelumnya.
B. Rumusan Masalah Penelitian