Rancang bangun sistem penunjang keputusan pengembangan agroindustri kelapa sawit untuk perekonomian daerah

RANCANG BANGUN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN
PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KELAPA SAWlT
UNTUK PEREKONOMIAN DAERAH

Oleh :

MUHAMMAD SAID DIDU

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

RANCANG BANGUN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN
PENGEMBANGAN AGROlNDUSTRl KELAPA SAWlT
UNTUK PEREKONOMIAN DAERAH

Oleh :
MUHAMMAD SAID DlDU

Disertasi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Doktor
pada

Program Pasca Sarjana lnstitut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANlAN BOGOR

Judul Disertasi

: Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan
Pengembangan Agroindustri
Kelapa
Sawit
untuk Perekonomian Daerah.

Nama Mahasiswa :

Muhammad Said Didu

Nomor Pokok

: 965098


Program Studi

: Teknologi lndustri Pertanian
Menyetujui :

1. Komisi Pembimbing,

Prof. DR. Ir. Erivatno. MSAE
Ketua

-

DRI
I
\

. .

r

Anggota

ysoet~on

Anggota

2.

/

DR. Ir. Mohammad Nabll. MSc
Anggota

Ketua Program Studi
Teknologi lndustri Pertania

DR. Ir. lrawadi Jamaran

Tanggal Lulus : 4 Agustus 20


da Manuwoto, M.Sc.
.

.

Design of Decision Support System
on Oil-Palm Agroindustrial Development

For Regional ~conomics.'
M.S. ~ i d u ' ,Eriyatno, M. Nasoetion, 6.Sanim, S. Majarif; and M. ~ a b i l ~

ABSTRACT
Main objective of fhis policy research was to design the Decision Support
System (DSS) for regional base oil-palm agroindustrial development strategy. By
using system approach and methodology, the DSS AGROSA WIT was produced
to achieve optimal solutions regarding to various stakeholders needs.
Analytical tools to solve conflicting facfors was programmed in GOAGRO Model through application of Fibonacci optimization technique and
heuristic simultaneous equations. Strategic planning process was supported by
series of system methods such as the Intetpmtative Structural Modeling (ISM),
Exponential Comparative Method (ECM), and Analytical Hierarchy Process

(AHP). Data was gathered by expert survey in complementer with simulation.
Case study at North-Sumatra plantations was conducted to verify GOAGRO Model. It was found that the model was useful to support decisions on
TBS pricing, technological selection, labour wages negotiation, tax determination
and industrial waste utilization. The model has flexibility to adjust any changes
on system inputs such as CPO price on worid market and cost of fertilizers.
Application of DSS AGROSAWIT on current oil-palm business
suggested that system outcomes should prioritize on local community welfare
and increasing farmers income. Major factors to achieve most desirable system
outputs are business financing and market infrastructures.
While government involvement still on request, the farmers institution
This study
such as common marketing unit must take stronger role.
recommended policy actions on optimizing TBS price, better regional labour
wages (UMR) and equal distribution of tax in favour of local government, and reengineering of institution.

'' Disertasi Progmm Doktor, Program Pascasaqana, lnstituf Pertanisn Bogor
3J

Mahasiswe Program DoMor, Progmm Sludi Teknologi lndustri Pertanian.
Masingmasing sebegai Ketua den Anggota Komisi Pembimbing.


RINGKASAN
MUHAMMAD SAID DIDU. Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan
Pengembangan Agroindustri Kelapa Sawit untuk Perekonomian Daerah. Dibawah
bimbingan Eriyatno sebagai ketua, Mustimin Nasoetion, Bunasor Sanim. Syamsul
Ma'arif dan Mohammad Nabil sebagai anggota.
Produk pertanian dan agroindustri meningkat peranannya dalam
pembangunan nasional, terutama sejak terjadinya krisis ekonomi tahun 1997.
Kondisi tersebut mendorong pengembangan ekonorni berbasis bahan baku dalam
negeri (resources based industry) sebagai kornoditi andalan ekspor penghssil
devisa. Selain itu pertanian dan agroindustri juga berperan dalarn menyerap
tenaga kerja, rnendorong pemerataan pembangunan, pernacu pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan rakyat, dan pendorong pengembangan wilayah.
Globaiisasi perdagangan dengan tingkat petwingan yang tinggi rnenuntut
agroindustri
kelapa
sawit
dikembangkannya
keunggulan
komparatif

(AGROSAWIT) ke arah keunggulan kompetitif. Untuk itu diperlukan peningkatan
mutu kebijakan dan pengelolaan yang profesional pada seluruh msta rantai sistem
mulai dari pembibitan, budidaya, pasca panen, pengolahan, transportasi,
distribusi dan pemasaran.
Proses desentralisasi kewenangan melalui UU Nomor 22 Tahun 1999 dan
Peratumn Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 meningkatkan peran pemerintah
daerah dalarn pernbangunan pertanian.
Dengan demikian, maka kebijakan
pengembangan AGROSAWIT perlu semakin memperhatikan kondisi dan
keinginan daerah setempat termasuk faktor sosial dan budaya untuk mewujudkan
pemberdayaan ekonomi daerah yang berkelanjutan.
Kebijakan demikian
hendaknya bersifat '/ocal specific", partisipatif, transparan, serta lebih
mengutamakan akurnulasi kernampuan masyarakat dan perkayaan dimensi sosial.
Dinarnika perubahan dalarn dan luar negeri tersebut di atas menyebabkan
peluang dan tantangan AGROSAWIT menjadi kompleks, dinamis, dan bersifat
probabilistik, sehingga
diperlukan
adanya
pendekatan sistem

untuk
rnenyelesaikannya. Untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi maka setiap
kebijakan yang diambil hams berorientasi pada tercapainya tujuan (cybernetic)
dengan visi yang utuh dalam suatu sistem (holistic) agar keputusan yang
dihasilkan efektif (efective). Pendekatan tersebut menghasilkan kebijakan terpadu
yang dapat mengharmonisasikan kepentingan pihak-pihak terkait menuju
Permasalahan demikian hanya dapat
terwujudnya kondisi pareto optimum.
dianalisis dengan menggunakan ilmu sistem, yaitu pendekatan ilmiah yang
mengkaji secara mendalam dan menyeluruh hubungan antara komponen atau
faktor secara terstruktur atau terorganisasi dalam satu kesatuan untuk mencapai
satu atau sekelompok tujuan.
Penelitian ini bertujuan untuk merekayasa Sistem Penunjang Keputusan
pengembangan AGROSAWlT untuk perekonomian daerah.
Tujuan spesifik
i

penelitian ini adalah : (1) melakukan identifikasi faktor-faktor yang mernpengaruhi
upaya pengembangan kelapa sawit, (2) melakukan analisis kebijakan untuk
penyusunan prioritas upaya penyelesaian konflik kepentingan pelaku usaha

kelapa sawit dan pihak yang terkait, (3) rancang bangun permodelan untuk
optimasi surnber daya dan solusi pernerataan manfaat atau keadilan, (4)
melakukan penataan kewenangan kefembagaan pernerintah dan perkebunan
rakyat yang rnengintegrasikan aspek ekonomi, teknologi, sosial budaya, dan
ekonomi global, (5) merekornendasi strategi pengembangan AGROSAWIT yang
rnenyerasikan kepentingan daerah. pelaku usaha, dan pernerintah pusat untuk
rnengantisapasi persaingan global.
Data yang digunakan dalarn penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data tentang kebutuhan pelaku dan pihak berkepentingan diperoleh
rnelalui observasi lapang dan wawancara rnendalarn.
Data primer tentang
prioritas instrurnen kebijakan, kriteria keputusan, dan penataan kelernbagaan
diperoleh rnelalui wawancara pakar yang dilakukan dengan teknik pengambifan
contoh secara sengaja (purposive sampling). Data investasi, biaya produksi, dan
data sekunder lainnya diperoleh dari berbagai sumber.
Sistern Penunjang Keputusan (SPK) AGROSAWIT dengan model GOAGRO diwujudkan dalam bentuk program berbasis kornputer dengan teknik
optimasi Fibonacci (Fibonacci optimization technique) dan persamaan heuristik
secara simultan. Rancangan kebijakan dan strategi dianalsis dengan teknik ISM
(Interpretative Structural Modeling). Metode Perbandingan Eksponensial
(Exponential Comparative Method), dan Analisis Jenjang Keputusan (Analytical

Hierarchy Process).
Hasit
analisis
kebutuhan dari
pihak
berkepentingan terhadap
AGROSAWIT, yaitu rakyat pekebun (RP), pelaku usaha perkebunan besar
(USABUN), pelaku usaha agroindustri (UAGRO), tenaga kerja, pernerintah pusat.
pernerintah daerah, dan rnasyarakat luas, menunjukkan bahwa konflik
kepentingan yang mernpunyai nilai strategis adalah dalarn penentuan harga TBS
pada transaksi jual beli antara para produsen TBS yaitu rakyat pekebun dengan
para konsurnen TBS yaitu agroindustri yang mernanfaatkan TBS sebagai bahan
baku. Selain itu harga pupuk, besaran pajak, pendapatan tenaga kerja, dampak
lingkungan juga menjadi surnber konflik.
Berdasarkan hat tersebut maka
diierlukan kebijakan yang saling menguntungkan (win-win solution/wws) terhadap
harga TBS, teknologi, pajak dan penanganan lingkungan sehingga dapat terwujud
kedalian dalarn pengembangan AGROSAWIT.
Untuk mendapatkan solusi penyelesaian konflik kepentingan antara rakyat
pekebun dengan para usahawan agroindustri, maka penelitian ini telah

menghasilkan SPK AGROSAWIT yang berintikan program komputer dalam
permodelan GO-AGRO. Pada model GO-AGRO terdapat submodel USABUN
yang rnengestirnasi biaya produksi kebun rakyat dan submodel USAGRO yang
rnenghitung biaya produksi pengolahan CPO dan PK. Hasil kedua submodel ini
kernudian dijadikan rnasukan submodel OPTIMA untuk mensimulasi harga TBS

wws dengan teknik optirnasi Fibonacci. Sebagian basis pengetahuan hasil
pendapat pakar diintegrasikan dalam SPK AGROSAWIT.

Adapun harga TBS wws yang telah diperhitungkan, akan rnenjadi nilai
masukan subrnodel RASlO yang menilai kelayakan usaha dari usaha rakyat
pekebun maupun usaha agroindustri.
Apabila indeks kelayakan usaha
menunjukkan hasil yang memuaskan maka lebih lanjut ditelusuri tentang teknologi
(submodel TEKOI), perpajakan (submodel TAXOI) dan pengolahan lirnbah
(submodel ENVOI).
Oleh karena dinamika harga CPO dunia bersifat fluktuatif, rnaka subrnodel
RASIO dirancang mempunyai fasilitas untuk melakukan prakiraan (forecasting).
Dengan demikian diharapkan analisa kelayakan usaha ke depan dapat diprediksi
untuk rnenunjang kebijakan pemerintah. khususnya dalam rnenetapkan harga TBS
serta distribusi perpajakan. Sedangkan nitai tukar rupiah terhadap US Dollar
dijadikan input situasional yang berubah menurut waktu.
Faktor utama yang berpengaruh dalam pengernbangan AGROSAWIT
adalah keamanan berusaha, penyediaan sumber pendanaaan yang layak, serta
Tujuan pengembangan AGROSAWlT
tataniaga dan harga TBS dan CPO.
hendaknya mengutamakan peningkatan kesejahteraan masyarakat, pendapatan
perkebunan rakyat, perluasan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan tenaga
kerja, dan pemerataan pendapatan. Terdapat 5 (lirna) instrumen kebijakan
terpenting yang rnenentukan keberhasilan pencapaian tersebut, yaitu kebijakan
gaji dan upah, harga produk olahan (CPO), ekspor, pola usaha dan kebijakan
harga TBS.
Dari aspek sosial budaya, terdapat 5 (lima) faktor yang rnenjadi
pertirnbangan pertimbangan utama dalam mengatasi konflik sosial. yaitu tingkat
penerimaan (acceptability) masyarakat terhadap usaha agroindustri kelapa sawit.
keadilan dalarn pembagian keuntungan, peningkatan pendapatan pekebun, tingkat
keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dan pemerataan pendapatan dalam
masyarakat.
Pengembangan
AGROSAWIT
sernakin
menghendaki
terjadinya
transparansi dalam pengambilan kebijakan dan desentralisasi kewenangan
pemerintah.
Dari 26 instrumen kebijakan yang dianalisis, terdapat 13 jenis
instrumen kebijakan yang seharusnya tidak dilaksanakan secara langsung oleh
pemerintah. utamanya adalah penetapan harga TBS. Dari 14 instrumen kebijakan
yang masih memerlukan pengaturan langsung dari pemerintah, 10 instrumen
kebijakan selayaknya rnenjadi kewenangan pemrintah daerah, diantaranya sistim
tataniaga TBS, tingkat upah, dan pola usaha AGROSAWIT.
Model GO-AGRO yang didesain guna menciptakan kondisi harrnonis yang
dapat rnengakomodir berbagai konflik kepentingan para pelaku yang tercakup
dengan pengembangan sistem agroindustri sehingga berkemampuan untuk
rnenganaiisa dinamika pengembangan agroindustri secara cepat dan effektif guna
menciptakan kondisi keseimbangan yang berkelanjutan ditinjau dari aspek bisnis,
teknologi, ekologi dan sosjal budaya. Dalarn penerapannya untuk agroindustri
kelapa sawit, model GO-AGRO berkemampuan untuk rnerekayasa kebijakan

harga patokan optimum tandan buah segar (TBS) yang mernasukkan unsur
pemanfaatan teknologi, ketenagakerjaan, perpajakan bagi pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dan pemanfaatan hasil samping.
Selain itu, model GO-AGRO dapat pula digunakan oleh Pernerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah untuk menetapkan kebijakan strategis yang dapat
memberikan kondisi win-win solution bagi pihak-pihak yang terkait dengan
pengembangan agroindustri hasil perkebunan. Selain itu Model GO-AGRO dapat
dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk menentukan kebijakan strategis dan
operasional dalam mengelola usahanya, serta oleh kelompok masyarakat
perkebunan untuk menentukan posisi tawar rnereka sewaktu bernegosiasi dengan
pelaku usaha tentang kebijakan operasional usaha agroindustri agar tercipta
sistern sgroindustri secara terpadu.
Verifikasi Model GO-AGRO dilakukan di Sumatera Utara sebagai studi
kasus menggunakan sub Model OPTIMA menghasilkan harga TBS wws pada
kondisi sekarang untuk lahan kelas I sebesar Rp. 420/kg, berada di atas harga
yang berlaku saat ini sebesar Rp 405lkg. Pada harga TBS wws perkebunan
mernperoleh tingkat keuntungan 18,7 persen dan pabrik PKS sebesar 15.6
persen. Pada harga TBS wws, rakyat pekebun dengan lahan 2 (dua) hektar
mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp 3,18juta per tahun. Harga TBS wws
yang dihasilkan oleh SPK AGROSAWiT relatif lebih tinggi dari harga TBS aktual
disebabkan oleh prinsip formula penentuan harga TBS wws pada Model OPTlMA
adalah pembagian keuntungan dan kerugian sesuai dengan besarnya resiko
usaha sehingga tercapai transaksi yang berkeadilan.
SPK AGROSAWIT juga dapat mengunakan dasar Harga TBS wws untuk
menentukan teknologi yang tayak diterapkan untuk peningkatan efisiensi dan
produktivitas usaha perkebunan dan pabrik PKS. teknologi penanganan limbah
yang dapat memberikan keuntungan bagi perkebunan dan Pabrik PKS namun
tetap ramah terhadap lingkungan, gajilupah yang layak diterima oleh tenaga kerja
untuk memenuhi Kebutuhan Hidup Minimum, dan besaran pajak yang layak
dipungut oleh pemerintah.
Penataan kewenangan kelembagaan pemerintah pusat dan daerah
diperlukan karena berdasarkan hasil analisis AJK, peme~intahpusat dan daerah
masih merupakan aktor yang paling berperan. Hasil analisis dengan teknik ISM
rnenyatakan penataan kewenangan di tingkat pusat yang memerlukan perhatian
besar adalah kewenangan di bidang politik dalam negeri dan administrasi publik,
pengembangan otonomi daerah, pertahanan dan keamanan, seita perimbangan
keuangan pusat dan daerah.
Pada tingkat Propinsi adalah pengembangan
otonomi daerah, perimbangan keuangan pusat dan daerah, perkoperasian, dan
bidang penanaman modal. Bidang-bidang tersebut terrnasuk peubah pengkait
(linkage), artinya merniliki driver power dan tingkat dependence yang tinggi dari
s~stemsehingga setiap tindakan dalarn bidang tersebut akan menghasilkan
kesuksesan besar pengembangan AGROSAWIT.

Pengernbangan AGROSAWIT dengan pola perkebunan rakyat
sebagai pelaku produksi TBS mernbutuhkan kesetaraan antar aktor. Rakyat
pekebun rnerupakan aktor yang posisi tawarnya rnasih relatif rendah sehingga
mernbutuhkan pernberdayaan agar aplikasi SPK AGROSAWIT rnakin efektif
diterapkan. Untuk itu dipertukan adanya organisasi petani yang dirancang untuk
rnarnpu rnernperjuangkan kepentingan seluruh anggota, rnengoptirnumkan
surnberdaya kebun yang dimiliki, mensinergiskan kepentingan anggota menjadi
kepentingan kelompok, dan menjadi perwakilan anggota untuk bernegosiasi
dengan aktor lainnya. Misi organisasi tersebut adalah
rnernperjuangkan
kepentingan ekonomi anggotanya. Dalam suatu wilayahl regional dapat dibentuk
menjadi Kelornpok Usaha Bersama Ekonorni Sawit (KUBES). Fungsi utarnanya
adalah rnengorganisasikan dan mengelola pernbelian saprotan, menghitung dan
menentukan harga jawar jual TBS, serta rnencari dana dan rnenegosiasikan
persyaratan kredit.
Untuk mengantisipasi pengernbangan sistern agroindustri yang sernakin
menghendaki terjadinya transparansi dalam pengarnbilan kebijakan, desentralisasi
kewenangan pernerintah, dan mengantisipasi persaingan global strategi yang
dapat djternpuh adalah : (1) rnenerapkan kebijakan yang dapat rnemberikan solusi
optimum bagi semua pihak (kondisi wws), (2) rnelakukan penataan kewenangan
kelernbagaan pemerintah (pusat dan daerah) dan fungsi kelernbagaan rakyat
pekebun. (3) melakukan debirokratisasi dan desentralisasi kewenangan
penetapan kebijakan. dan (4) meningkatkan posisi tawar rakyat pekebun rnelalui
pembentukan Kelompok Usaha Bersarna Ekonorni Sawit (KUBES) yang dalarn
memperjuangkan kepenthgan ekonorn~ anggota diwujudkan dalam bentuk
koperasi.
Aplikasi SPK AGROSAWIT hendaknya dapat mengemban misi yaitu : (1)
pemberdayaan rakyat pekebun, (2) industrialisasi pertanian. dan
(3)
pengernbangan usaha bersarna. Dalam perencanaan strategis, aplikasi SPK
AGROSAWIT hendaknya diarahkan untuk mewujudkan kondisi wws agar terjadi
proses transformasi posisi petani dari yang tingkat ketergantungannya
(dependence) tinggi rnenjadi pihak yang lebih rnandiri (independence) yang
seianjutnya akan terjadi saling ketergantungan (inferdependence) antara petani
dengan pabrik dan pada akhirnya dapat diwujudkan pertanian berkebudayaan
industri.
Dengan dernikian penerapan ilmu sistem terbukti dapat mensintesakan
pemikiran lintas disiplin seraya meningkatkan rnutu pengambilan keputusan yang
integratif dan iintas disiplin. Apalikasi metode kesisternan telah rnenghasilkan
SPK AGROSAWIT yang hoiistik dan marnpu mernbangun kondisi optimal rnelalui
proses pernenuhan kebutuhan para pelaku AGROSAWIT.
Pernrograman
komputer pada Model GO-AGRO juga telah membantu peningkatan efisiensi
mekanisrne pengambilan keputusan yang dapat rnengantisipasi dinamika
perubahan data dan informasi.

Penulis dilahirkan di Pinrang (Sul-Sel) tanggal 2 Mei 1962, putera dari Bapak
Haji Didu Haba (perintis kemerdekaan RI, alm) dan Ibu P. Sadde ( a h ) . Lulus
Sekolah Menengah Atas Negeri Pinrang tahun 1981. Pada tahun yang sama
teidaftar sebagai mahasiswa lnstitut Pertanian Bogor dan lulus tahun 1985 jurusan
Teknologi lndustri Pertanian. Tahun 1993 melanjutkan pendidikan Program Pasca
Sarjana pada perguruan tinggi yang sama dan lulus 52 tahun 1996. Tahun yang
sama diterirna pada program Doktor untuk program studi Teknologi lndustri
Pertanian.
Sejak tahun 1986 bekerja di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Tahun 1989 - 1995 menjabat sebagai Pimpro Pusat Pengkajian dan Penerapan
Bioteknologi BPPT, tahun 1990 - 1994 sebagai Pimpinan Pusat Pengkajian dan
Penerapan Bioteknologi lndustri dan Pertanian. Pada tahun 1990 - 1998 diangkat
sebagai Kepala Sub Direktorat Teknologi Alat, Mesin, dan Konstruksi pada instansi
yang sarna.
Tahun 1998 - sekarang menjabat sebagai Direktur Teknologi
Agroindustri BPPT.
Sejak 1986 aktif dalam berbagai kegiatan dalam lingkup nasionai dan
internasional, meiiputi bidang agroindustri, bioteknologi, kebijakan pembangunan
IPTEK, dan konsepsi pembangunan nasional, diantaranya, sejak 1988 dipercaya
sebagai sekretaris Tim Pengembangan Pusat Pengkajian dan Penrapan
Bioteknologi Industri, serta dipercayakan sebagai sekretaris Panitia Nasional
Pengembangan Bioteknofogi lndustri (1993-1995). Sejak tahun 1998 diangkat
sebagai anggota Tim Ahli Badan Pengendali BlMAS Nasional. Sejak 1990 sebagai
pakar di Wanhankamnas untuk perumusan materi GBHN 1993, 1998, dan GBHN
2000. Sejak 1999 dipercaya sebagai wakil Sekjen Himpunan Alumni IPB. Sampai
saat ini aktif pada berbagai organisasi diantaranya pengurus pada Yayasan
Hortikultura Indonesia (Ketua IV), Maayarakat Kebun Indonesia (wakil sekjen).
Penulis diangkat sebagai anggota MPR periode 1993 - 1997. Penulis telah
dianugerahi tanda jasa dari negara, berupa : (1) Satyalancana Pembangunan
(1998), (2) Satyalancana Satyakarya 10 Tahun (1999).
Sarnpai dengan bulan Juli 2000, 3999 telah rnenghasilkan karya tulis
sebanyak 148 judul, yang dipublikasikan pada berbagai jurnal dan media cetak.
Penulis menikah dengan Ir. Nia Wardini tahun 1990 dan dikarunia seorang
anak yaitu Muhammad lqbal Said (almarhum).

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S W karena atas
berkat dan rahrnat-Nya sehingga disertasi ini dapat diselesaikan.
Pertarna-tarna penulis ucapkan terima kasih Prof. DR. Ir. Eriyatno, MSAE
sebagai Ketua Kornisi Pernbirnbing atas birnbingan, nasehat dan dorongan yang
penuh ketelitian kepada penulis dalam mendalami ilrnu pengetahuan kesisteman
dan filosofi keilrnuwan sejak persiapan dan pefaksanaan penelitian sarnpai
penyelesaian disertasi ini. Akurnulasi birnbingan tersebut menjadi modal bag1
penulis dalarn rnengernbangkan dan rnengabdikan pengetahuan yang diperoleh
selarna rnenernpuh pendidikan.

Terima kasih yang sama penulis sarnpaikan

kepada DR. Ir. Muslimin Nasoetion, Prof. DR. lr. Bunasor San~m.MSc., DR. Ir
Syarnsul Ma'arif. MSc, dan DR. Ir. Moharnrnad Nabil, MSc,

masing-masing

sebagai anggota Kornisi Pernbimbing atas bimbingan, nasehat, dan dorongan
moril yang

penuh

kesabaran dan

pengabdian

mulai dari

perencanaan,

pelaksanaan, dan penyeisaian tulisan sampai selesainya disertasi ini
Penulis menyampaikan terima kasih kepada DR. Ir. lrawadi sebagai
Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi atas
kesernpatan yang diberikan untuk melanjutkan pendidikan pada Program Pasca
Sarjan IPB.
Terirna kasih yang sama penulis sampaikan kepada DR. Ir. Agus
Pakpahan (Direktur Jenderal Perkebunan), DR. ir. Kabul Pamin (Ketua AP21),
DR. Ir. Zoetkarnaen Poeloengan (Kepala Pusat Penelitian Perkebunan Kelapa
Sawit Medan) atas dukungan dan bantuan selarna pelaksanaan penelitian ini.
Kepada penguji Luar Komisi,

Prof. DR. Ir. Ginanjar Kartasamita (Guru

Besar UNIBRAW) dan DR. Ir. Soedarsono H. (Dirjen Pernerintahan Umum,
Depdagri) penul~sucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Ucapan terima kasih penulis sarnpaikan kepada :
1. Rektor lstitut Pertanian Bogor dan pembantu Rektor I, 11, I11 dan tV atas
dorongan semangat dan kesempatan yang diberikan pada penulis selam
rnenempuh pendidikan di IPB.

2. Direktur

Program Pasca Sarjana. Ketua Program Studi Teknologi lndustri

Pertanian dan seluruh staf pengajar Program Pasca Sarjana, Program Studi
Teknologi lndustri Pertanian yang telah membekali modal ilmu pengetahuan
kepada penulis.
3. Kepala Kanwil Departemen Kehutanan dan Perkebunan dan Kepala Dinas

Kehutanan dan Perkebunan Sumatera Utara.
4. Rekan-rekan rnahasiswa Program Pasca Sarjana angkatan 96 dan grup

GKM-10 yaitu Sdr. Larianda, Hasbi, Agus Cani, Dedi Mulyadi, Dida, Supri,
Machfud.

dan

Agustedi

atas

segala

bantuan,

persaudaraan

dan

kebersamaan.
Ucapan terirna kasih penulis sampaikan kepada peneliti PPKS Medan :
DR. Ir. Poerboyo, DR. Ir. Lalang Buana, Prof. DR. Ir. Ponten Naibaho, DR. Ir.
Teguh Wahyono, Drs. Galle Ginting, OR. Ir. Darnoko, Ir. Adelina Manurung, MS,
dan Ir. Angga Djatmika, MS atas segala bantuannya selama pelaksanaan
penelitian ini.
Penghargaan yang tak terhingga penulis sampaikan kepada istri tercinta
Ir. Nia Wardini Said atas segala kesabaran, ketabahan, bantuan, pengorbanan,
kesetiaan, dan kasih sayang mendampingi penulis menempuh pendidikan,
terutama saat penyelesaian disertasi ini.
Terirna kasih penulis sarnpaikan kepada Ir. Masri Hamdi, MMA atas
segala bantuannya dalam penyelesaian penulisan disertasi ini.

Ucapan terima

penulis sampaikan kepada Ir. Abd. Latif Asrah, Yesy. Hening dan seluruh staf

Direktorat Teknologi Agroindustri, BPPT

atas segala bantuannya selarna

penyelasaian disertasi ini.
Penghargaan yang sama penulis sampaikan kepada keluarga besar Haji
Didu dan keluarga besar Encep Sumarli atas segala pengertian dan dorongan
sehingga penutis dapat menyelesaikan pendidikan.
Kepada semua pihak yang telah rnernbantu dan memberikan dorongan
kepada penulis, penulis sarnpaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga
Allah SVVT memberikan pahala yang setimpal atas segala bantuannya.
Penulis rnenyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan, saran
untuk perbaikan sangat penulis harapkan

Bogor,

Penulis.

Agustus 2000

DAFTAR IS1
Halaman
RINGKASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR IS1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR LAMPIRAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

i

vii
X

xii
xiti
xv

I. PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1

1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.2. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.3. Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitianl . . . . . . . . .
1.5. Metodologi Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
II. DASAR PEMlKtRAN SISTEM AGROSAWIT . . . . . . . . . . . . . .

1
6
6
7
8
14

2.1. Analisa Situasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

14

2.2. Perkebunan Kelapa Sawit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

15

2.3. Agroindustri Kelapa Sawit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

21

2.4. Aspek Teknologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25

2.5. Aspek Kebjjakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
2.6. Aspek Kelernbagaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31

Ill. TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Teori Sistem

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34

..................................

34

3.2. Sistern Penunjang Keputusan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37
3.3. Rekayasa Sistern . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

39

3.4. Analisis Kebijakan Publik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

41

3.5. Pengembangan Kelembegaan

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53

3.6. Tinjauan Studi Terdahulu yang Relevan . . . . . . . . . . . . . . 56

IV. LANDASAN TEORl . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 60
. . . . . . .
4.1. Teknik Optjmasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.2. Teknik ISM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.---

61

64
4.3. Teknik Analisis Jenjang Keputusan . . . . . . . . . . . . . . . . . 65
4.4. Metode Perbandingan Eksponensial . . . . . . . . . . . . . . . . 66
4.5. Metode Penilaian Kelayakan Usaha . . . . . . . . . . . . . . . . 67

V . ANALISIS SISTEM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

70

5.1. Analisis Kebutuhan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

75

5.2. Forrnulasi Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 78
5.3. ldentifikasi Sistem . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 81
84
VI . RANCANG BANGUN SISTEM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.1. Permodelan Sistem AGROSAWIT . . . . . . . . . . . . . . . . .

85

6.2. Sistem Manajemen Basis Model . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

90

....................

97

6.3. Sistem Manjemen Basis Data

6.4. Sistem Manajemen Basis Pengetahuan
VII . PEMBAHASAN

............

98

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

100

7.q. Verifikasi Model . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

100

7.2. Aplikasi SPK AGROSAWiT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

106

7.3. Dampak Regional . . : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

119

7.4. Strategi Pengembangan AGROSAWIT . . . . . . . . . . . . .

125

7.5. Perencanaan lmplementasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

159

Vlfl . KESIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 166
8.1.Kesirnpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

166

8.2.Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

171

8.3.Rekomendasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 172
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

173

LAMPIRAN

178

.........................................

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

Produktivitas Potensi TBS pada Berbagai Keias Lahan dan
Rendemen Potensi CPO dan PK berdasarkan Umur Tanaman . . . .

18

Luas Areal, Produksi CPO dan Jumlah KK untuk PR
berdasarkan Status Pengembangan dan Pola Pengusahaan . . . 20
Kapasitas Pabrik Pengolahan Kelapa sawit di Indonesia . . . . . .
Peningkatan Efisiensi Biaya Produksi CPO di Malaysia

.. .

21

. . . 27

Potensi Limbah AGROSAWIT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

27

lnventarisasi Kebutuhan Aktor dalam Sistem AGROSAWIT . . .

77

Distribusi Perkiraan Potensi Pendapatan Pemerintah dari
AGROSAWIT Tahun 1999 dalam Juta Rupiar
(Kasus Sumatera Utara) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

120

Perkiraan Penyerapan Tenaga Kerja AGROSAWIT . . . . . . . .

123

Perkiraan Potensi Penerimaan Pajak dari AGROSAWIT . . . .

125

Bobot Peringkat Dampak Pengembangan AGROSAWlT . . . . .

132

Distribusi Kewenangan Penetapan Kebijakan Pengembangan
AGROSAWIT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

142

Peringkat Bobot Pengaruh Sosial Budaya dalam
Pengembangan AGROSAWIT . . . . . . . . . . . . . . .

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian . . . . . . . . . . . . . .

11

2.

Laju Peningkatan Produksi Minyak Sawit Dunia . . . . . . . . . . .

22

3.

Bagan Alir Proses dan Keseimbangan Massa PKS . . . . . . . .

24

4.

Model Konsepsj DSS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

38

5.

Siklus Perurnusan Kebijakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

44

6.

Kerangka Kerja (framework) Analisis Kebijakan . . . . . . . . . . . .

46

7.

Lingkungan Eksternal yang Mempengaruhi Sistern
AGROSAWIT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

71

8.

Bagan Analisis Sistern AGROSAWIT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

72

9.

Diagram Lingkar Sebab Akibat Sistem AGROSAWIT . . . . . . .

82

10.

Diagram Input-Output Sistem AGROSAWIT . . . . . . . . . . . . . . .

83

11.

Skema Rancang Bangun Sistem Penunjangan Keputusan
AGROSAWIT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

86

12.

Konfigurasi Struktur Permodelan GO-AGRO . . . . . . . . . . . . . .

87

13.

Diagram Alir Optimasi Harga TBS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

88

14.

Diagram Alir Estimasi Kelayakan Usaha

89

15.

Variabel yang Menentukan Harga TBS wws . . . . . . . . . . . . . . .

16.

Perbandingan Harga TBS Aktual dengan Harga TBS wws . . . . 102

17.

Grafik Analisis Kelayakan Usaha Perkebunan . . . . . . . . . . . . .

1 8.

Grafik Analisis Kelayakan Usaha Pabrik Kelapa Sawit . . . . . . . 105

19.

Harga TBS wws Pada Setlap Kelas Lahan . . . . . . . . . . . . . . . .

20 .

Perbandingan Tingkat Keuntungan Terhadap Rendemen . . . . 111

21 .

Hasil SPK AGROSAWIT terhadap Berbagai Perubahan
Faktor Pada Kondisi wws . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

22 .

Harga TBS wws Setiap Aplikasi Teknologi . . . . . . . . . . . . . . . . 116

23 .

Hasil Analisis AHP AGROSAWIT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 129

24 .

D~agrarnPeringkat Instrumen Kebijakan AGROSAWIT
berdasarkan Analisis Teknik MPE . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 132

.................

92
105
110

114

25 .

Diagram Driver Power .
Dependence Kewenangan
Pemerintah Pusat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 137

26 .

Diagram Driver Power - Dependence Kewenangan
Pemerintah Daerah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

137

27 .

Diagram Struktur Bidang Kewenangan Pusat . . . . . . . . . . . . . . . 140

28 .

Diagram Struktur Bidang Kewenangan Daerah . . . . . . . . . . . .

141

29 .

Diagram Driver Power - Dependence Fungsi KUBES . . . . . . .

151

30 .

Diagram Struktur Fungsi KUBES . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

152

31 .

Bobot Pengaruh Politik Ekonomi terhadap lnstrumen
Kebijakan AGROSAWIT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

158

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Larnpiran 1.

Larnpiran 2.
Lampiran 3.
Larnpiran 4.

Perturnbuhan Areal (ha) Kelapa Sawit dan Produksi
CPO serta Perturnbuhan Areal dan Produksi Menurut
Pengusahaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

178

Sifat Fisik dan Kimia Tanah serta lklirn untuk Tanarnan
KelapaSawit untuk Masing-Masing Kelas Lahan . . . . . . . .

179

.

Produktivitas Potensi Berdasarkan Urnur Tanaman
danKelasLahan

180

Rincjan Luas Tanaman Menghasilkan (TM) dan
Produktivitas CPO masing-masing Propinsi dan Pola
Pengusahaan

181

Larnpiran 5.

Deskripsi Varietas Kelapa Sawit Unggul . . . . . . . . . . . . . . . . . 182

Larnpiran 6.

Potensi Produk AGROSAWIT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 183

Larnpiran 7.

Perkernbangan Harga CPO, PK. dan TBS di Sumatera
Utaratahun 1999-2000 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

184

Larnpiran 8.

Garnbaran Fluktuasi Harga CPO Dunia . . . . . . . . . . . . . .

185

Larnpiran 9.

Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Arnerika tahun
1995-2000 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

.

.

.

186

Larnpiran 10. Perbedaan harga CPO (FOB) Medan (diterima pabrik)
Dengan Harga CPO CIF Roteterdan 1997 - 2000 . . . . . . . . .

187

Larnpiran 11. Kamus Data SPK AGROSAWIT. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

..

188

Lampiran 12. Tampilan Program Aplikasi SPK AGROSAWIT . . . . . . . . . . .

195

Larnpiran 13. Peringkat Faktor yang Mernpengaruhi Masing-masing
Aktivitas dalam Pengembangan AGROSAWIT . . . . . . . . . . .

200

Larnpiran 14. Peringkat Faktor yang Mempengaruhi Pengernbangan
AGROSAWIT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

201

Lampiran 15. Perbedaan VariabeJ antara Model GO-AGRO dengan
ModellndeksK

202

.

Larnpiran 16. Hasil Anatisis MPE terhadap Seluruh Kriteria Keputusan . . . . 204

Lampiran 17. Hasil Analisis MPE untuk Masing-Masing Kriteria Output . . .

205

Lampiran 18. Bobot Wewenang Pemerintah Pusat. Propinsi dan Kotal
Kabupaten terhadap Kebijakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 206
Lampiran 19. Glassory . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

207

Larnpiran 20. Jenis Model dan Kegunaannya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

209

bAB I
PENDAHULUAN
----

19%--2

-*
_..-.

t'.

':.

.-

BAB I. PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Semenjak tahun 1970, talah berkembang dalam khasanah ilmiah

rnternasional suatu ilmu yang mampu merangkai dan mensintesa berbagai
pemikiran lintas disiplin secara komprehensif, yaitu llmu Sistem.

Dengan

metodologi sistem yang bersifat holistik maka dapat diuji kemampuannya untuk
menyelesaikan

berbagai persoalan

terrnasuk sistem agmindustri.

pembangunan

perekonomian daerah

lndustrialisasi pertanian yang tidak lepas dari

upaya peningkatan partisipasi rakyat memerlukan kebijakan publik yang
sistimatis dan berkeadilan.
Salah satu komoditi agroindustri yang temyata telah bertahan untuk
tetap tumbuh semenjak krisis ekonomi tahun 1997, adalah kelapa sawit yang
diolah menjadi CPO dan minyak goreng.

Untuk membangun daya saing

agroindustri kelapa sawit tersebut diperlukan kajian yang mendalam tentang
kebijakan publik maupun kebijakan industrial.

Memperhatikan kompleksitas

masalah yang dihadapi, rnaka pendekatan sistem ditengarai berkemampuan
untuk rnenganalisis dan merancang perbaikan sistem pengembangannya secara
berkeadilan dan berkelanjutan.
Produk pertanian dan agrohdustri semakin diharapkan perannya dalam
pembangunan nasional.

Terdapat

lima peran yang diharapkan dalam

pengembangan pertanian dan agroindustri di Indonesia, yaitu : sebagai
penghasil devisa, penyerap tenaga kerja, pendorong pemeraiaan pembangunan,
pemacu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, dan pendorong
pengembangan wilayah.

Untuk

dapat

mengoptimalkan peran tersebut

diperlukan adanya transformasi pelinbangunan pertanian ke arah agribisnis dan
agroindustri sehingga

sektor

pertanian

menjadi sektor

unggulan dalam

pembangunan ekonorni nasional.
Pengembangan produk unggulan agroindustri memerlukan upaya
peningkatan nilai tambah dan daya saing. Untuk itu diperlukan manajemen

pengelolaan profesional pada seluruh kornponen sistern rnulai dail pernbibitan,
budidaya, pasca panen, pengolahan, transportasil distribusi dan pernasaran.
Karena keterbatasan surnberdaya yang dirniliki diperiukan adanya skala prioritas
dalam pengembangan agroindustri sehingga diperoleh hasil yang optimum dari
setiap penggunaan surnber daya.

Kriteria yang dapat digunakan dalarn

penentuan prioritas antara lain adalah prospek pasar, memiliki keunggulan
komparatif yang dapat dikembangkan rnenjadi keunggulan kompetitif, serta
perannya untuk perekonomian cukup berarti.
Kelapa sawit merupakan salah satu kornoditas pertanian yang memiliki
keunggulan kornparatif yang berpeluang dikembangkan menjadi keunggutan
kornpetitif. Bagi masyarakat Indonesia, kelapa sawit merupakan tanaman yang
sudah cukup dikenal sehingga dari aspek sosial budaya pengembangannya tidak
rnenghadapi permasalahan yang berarti.

Kelapa sawit mulai dibud~dayakandi

lndonesia sejak tahun 1848 dan secara komersial dikernbangkan sejak tahun
1911 di Pulau Raja Asahan dan Sungei Liput Aceh.

Saat ini lndonesia telah

berhasrl menjadi penghasil CPO terbesar kedua setelah Malaysia. Produksi CPO
lndonesia tahun 1997 sebesar 5,38 juta ton, tahun 1999 diperkirakan rneningkat
menjadi 5.70 juta ton (Ditjen Perkebunan. 1998). Pada tahun 2010.

lndonesia

diperkirakan rnenjadi negara pengekspor CPO terbesar di dunia dengan volume
ekspor sebesar 12.293 juta ton, dan Malaysia akan menempati urutan kedua
dengan produksi 11,052 juta ton CPO (Oil World. 1998).
Menurut Ditjen Perkebunan (1998), luas kebun kelapa sawit lndonesia
tahun

1997 sebesar

2.516,079

ha dan

diperkirakan

meningkat rnenjadi

2.957.079 ha pada tahun 1999 dengan peningkatan rata-rata 11.73 persen per
tahun. Komposisi kepemilikan lahan kelapa sawit terbesar adalah Perkebunan
Besar Swasta (PBS) yang menguasai 50 persen lahan, disusul oleh Perkebunan
Rakyat (PR) sebesar 32 persen dan Perkebunan Besar Negara (PBN) 18
persen.

Data Deperindag (1998) menunjukkan bahwa ekspor produk sawit

rnasih didominasi oleh produk hulu.

Pada

tahun 1997 ekspor CPO sebesar

51,66 persen, rninyak goreng 40,22 persen, dan ekspor produk hilir (Stearin,

Olein, Gliserol. Margarin, dan Sabun) baru mencapai

8,12 persen dari total

ekspor produk sawit sebesar 3.777.640 ton.
Pengembangan agroindustri kelapa sawit (AGROSAWIT) untuk dijadikan
agroindustri unggulan merniliki prospek cerah. Hal ini diindikasikan oleh masih
tersedianya potensi lahan sekitar 24,96 juta ha lahan hutan konversi yang dapat
digunakan untuk perkebunan (Pamin, 1999). tersedianya tenaga kerja, dan telah
terkuasainya sebagian besar teknologi.

Dari aspek pasar masih terbuka

prospek yang cukup baik. Selain potensi pasar domestik yang cukup besar,
permintaan pasar dunia juga masih terbuka. Perkembangan konsurnsi minyak
nabati dunia, terrnasuk rninyak kelapa sawit rneningkat sangat pesat, yaitu pada
kurun waktu 1993 - 1997 konsurnsi rata-rata 90.5 juta tonltahun dirnana pangsa
minyak sawit 77 persen dan akan meningkat rnenjadi 104,3 juta tonttahun pada
kurun waktu 1998 - 2001 dengan pangsa minyak sawit meningkat rnenjadi t9,2
persen

(Pamin dan Buana, 1999).

Pada tahun 2008

-

2012 diperkirakan

pangsa pasar minyak sawit di pasar dunia sebesar 22,5 persen dari total
kebutuhan minyak nabati yang mencapai 132,234 juta ton (Tondok, 1998).
Selain itu terjadi peningkatan perrnintaan produk hilir oleokimia berupa Gliserol,
Fatty Amine, Fatty Alcohol, Fatty Methylester, dan Fatty Acid yang pada tahun
2000 diperkirakan rnencapai 6 juta ton (Miyawaki, 1998).
sebagian besar

Namun saat ini

(86 persen) CPO (Crude Palm Oil) yang dipasarkan di dalarn

negeri digunakan sebagai bahan baku pada pabrik minyak goreng dan hanya 14
persen yang digunakan sebagai bahan baku margarine, sabun cuci dan sabun
rnandi
Dibalik prospek tersebut, terdapat berbagai tantangan dan kelernahan
yang harus diantisipasi, yaitu perkembangan teknologi yang sernakin pesat di
negara pesaing, keterbatasan modal, keamanan berusaha, kepastian hukum.
berkembangnya produk substitusi, serta rnasih terdapatnya kebijakan
belurn

dapat

AGROSAWIT.

menciptakan iklirn

usaha

yang

rnendorong

yang

pengernbangan

Dari segi kebijakan, AGROSAWIT rnasih rnenghadapi kendala seperti
belurn terakornodirnya secara optimum kepentingan pihak-pihak terkait (peiaku
usaha, pernerintah dan masyarakat) serta
persaingan global.

masih kurang antisipatif terhadap

Persoalan tersebut terjadi karena fungsi dan peran lembaga

penentu kebijakan belurn tertata secara baik, pendekatan sektoral rnasih
dominan dalam penentuan kebijakan, dan

penyeragarnan kebijakan untuk

seluruh wilayah tanpa rnemperhatikan karakteristik wilayah maupun keragaan
situasi lokal.

Kesernuanya berdampak pada rnasih adanya kendala kebijakan

untuk rnewujudkan AGROSAWIT sebagai agroindustri unggutan. Permasalahan
tersebut menjadi salah satu faktor penghambat pengembangan AGROSAWIT
dalam rnengemban peran sebagai pendorong perturnbuhan perekonomian
daerah dan kesejahteraan rakyat.

Sebagai perbandingan, Malaysia rnemiliki

satu lernbaga yang mengkoordinasikan pengembangan agroindustri unggulan.
terutarna kelapa sawit, yaitu Kantor Menteri lndustri Primer (Ministry of Pr~mary
Industry) yang secara kontinyu melakukan kajian pada seluruh aspek yang
terkait dengan produk pertanian, termasuk kelapa sawit.

Lernbaga tersebut

didukung oleh 9 (sembilan) lernbaga fungsional, diantaranya Palm Oil Research
Institute of Malaysia (PORIM), seh~nggakebijakan pengembangan sawit dapat
dilakukan dengan konsisten, terintegrasi, dan adaptif terhadap perubahan.
Untuk memasuki pasar global, perdagangan produk kelapa saw~takan
dipengaruhi oleh aturan-aturan perdagangan regional dan global (AFTA, APEC,
EC. dan WTO), nilai tukar mata uang. serta perkembangan produk negara
pesaing, termasuk negara penghasil produk substitusi.

Untuk meningkatkan

daya saing dan nilai tambah produk sawit sangat dipengaruhi oleh kemajuan dan
penguasaan teknologi. Sedangkan untuk mernacu pengembangan produk hilir,
selain ditentukan oleh tingkat penguasaan teknologi juga sangat dipengaruhi
oleh kebijakan industri dan perdagangan.

Untuk mendorong pengembangan

wilayah dan pernerataan pembangunan, sangat ditentukan oleh pola usaha dan
sistern perdagangan.
berlaku.

Kedua aspek tersebut dipengaruhi oleh kebijakan yang

Perubahan politik dalam negeri yang cenderung semakin desentralistik
akan menjadi tantangan baru dalam penetapan kebijakan AGROSAWIT. UU
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah serta Peraturan Pernerintah
Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi sebagai Daerah Otonom rnaka kewajiban pemerintah daerah dalam
perencanaan dan

pelaksanaan pernbangunan semakin

tinggi

dan

rurn~t.

Dengan demikian, rnaka kebijakan pengembangan AGROSAWIT hendaknya
semakin memperhatikan kondisi dan keinginan daerah setempat termasuk faktor
sosial dan budaya.

Kebijakan demikian bertujuan agar setiap program lebih

bersifat "local specific", partisipatif, transparan. serta lebih rnengutamakan
akumulasi

dan

perkayaan

dirnensi

sosial

sebagai

basts

agar

terwujud

pemberdayaan ekonomi rakyat yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi
(Nasoetion, 1999). Proses

transformasi kewenangan tersebut merupakan

persoaran manajemen publik yang hendaknya diselesaikan secara baik.
Uraian di

atas

menunjukkan bahwa pengembangan AGROSAWIT

Indonesia dihadapkan pada permasalahan yang kompleks, dinamis, dan bersifat
probabilistik. Hipotesa ilrniah yang diajukan adalah bahwa pendekatan sistern
untuk menyelesaikannya sehingga melalui sintesa kebijakan yang diambil
berorientasi

pada

tercapainya

tujuan

(cybernetic)

dengan

rnemandang

perrnasalahan secara utuh dalam suatu sistem (holistic) untuk menghasilkan
keputusan yang efektif (effectiveness). Karena itu dalarn mengkaji AGROSAWIT
seluruh

faktor-faktor

eksernal

yang

mempengaruhi

pengembangan

AGROSAWIT. pihak-pihak berkepentingan, dampak ekonorni, sosial budaya dan
lingkungan di daerah harus dikaji secara mendalam agar benar-benar dapat
dihasilkan kebijakan yang efektif guna mendukung upaya pemuiihan ekonorni
nasional yang bertumpu pada sistem ekonomi rakyat.

Pendekatan demikian

diharapkan akan menghasilkan kebijakan integratif yang mampu rnewujudkan
AGROSAWIT yang dapat mengharrnonisasikan kepentingan pihak-pihak terkait
menuju terwujudnya kondisi pareto optimum.

Dalam

mengantisipasi

perubahan,

diperlukan

adanya

strategi

pengembangan AGROSAWIT yang dikelola dalarn sistern ekonomi kerakyatan
yang berkelanjutan dan berdaya saing. berprinsip pada kesetaraan pelaku serta
dikelola

secara

transparan

(transparancy), demokratis

(democracy), dan

bertanggungjawab (accountability), serta dapat diprediksi (predictable).

7.2.

Tujuan Penelitian
Secara umurn penelitian ini bertujuan untuk rnengernbangkan Sistern

Penunjang

Keputusan

Pengembangan

agroindustri

AGROSAWIT) untuk perekonornian daerah.

kelapa

sawit

(SPK

Untuk rnencapai tujuan umum

tersebut, tujuan spesifik penelitian ini adalah :
1. Melakukan

identifikasi

faktor-faktor

yang

rnernpengaruhi

upaya

pengernbangan kelapa sawit.
2. Melakukan analisis kebijakan untuk penyusunan prioritas upaya penyelesaian
konflik kepentingan aktor dan pihak yang terkait.
3. Rancang bangun

permodelan untuk optirnasi surnber daya dan solisi

pernertaan rnanfaat.
4. Melakukan penataan kewenangan kelernbagaan pernerintah dan fungsi

lembaga

perkebunan

rakyat

yang

rnengintegrasikan

aspek

ekonorn~,

teknoiogi, sosial budaya, dan ekonomi global.
5. Merekornendasi strategi pengernbangan AGROSAWlT yang menyerasikan
kepentingan

daerah.

pelaku

usaha,

dan

pernerintah

pusat

untuk

rnengantisipasi persaingan global.

1.3.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat berupa :

1. Merupakan kontribusi pernikiran untuk pengernbangan ilrnu sistern, dan
apl~kasipendekatan sistern untuk perumusan kebijakan publik.
2. Sebagai bahan akademis bagi ilmuwan untuk penelitian rancang bangun
sistern dan teknik perumusan kebijakan dengan pendekatan sistem.

3. Merupakan alat penunjang keputusan bagi pemerintah pusat dan daerah
untuk menetapkan kebijakan kewilayahan dalam pengembangan agroindustri
yang berdaya saing global.

4. Merupakan alat penunjang keputusan kebijakan taktis operasional bagi pelaku
usaha dalam pengembangan usaha agroindustri.
5. Merupakan alat bantu bagi pekebun dalam mernantapkan posisi tawar pada
transaksi/kemitraan dengan agroindustri.

1.4.

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Analisis

agroindustri

difokuskan

pada

perkebunan

dan

industri

pengotahan TBS (PKS). Teknis budidaya, termas.uk pembibitan dijadikan input
untuk analisis perkebunan. sementara industri pengguna minyak sawit kasar
(crude palm oil, CPO) dan ~ n t isawit (palm kernel, PK) sebagai input untuk
analisis PKS.

Seluruh faktor yang mempengaruhi biaya dan pendapatan

perkebunan dan PKS dinalisis. namun faktor yang dijadikan variabel dalam
rancangan kebijakan dibatasi pada faktor yang berpengaruh langsung terhadap
penyelesaian konflik kepentingan.
Jenis keb~jakan yang terkait dengan sistem dinalisis secara utuh,
sedangkan

untuk

rancang

bangun

sistem

penunjang

keputusan

dalam

pencapaian solusi optimum dibatasi pada instrurnen kebijakan yang berpengaruh
langsung terhadap kinerja pada elemen finansial. sosial, dan lingkungan.
Analisis kelembagaan dibatasi pada analisis kewenangan lembaga pemerintah
pusat dan daerah sesuai yang tercantum pada PP Nomor 25 Tahun 2000.

Faktor-faktor penyelesaian konflik kepentingan dan instrumen kebijakan
untuk pencapaian solusi optimum dirancang hingga menghasilkan program
aplikasi yang siap digunakan oleh pengguna.
Penelitian

ini

masih

dihadapkan

pada

berbagai

keterbatasan,

diantaranya :
(1) Data harga CPO dan PK dalam negeri yang sangat tergantung pada harga di
pasaran dunia dan nilai tukar Rupiah menyebabkan penelitian ini menjadikan

kedua jenis data tersebut sebagai masukan situasional yang tidak diproyeksi
dan dijustifikasi oleh model.

(2) Faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO dan nilai tukar, seperti:
penawaran CPO, penawaran rninyak nabati substitusi, permintaan CPO dan
minyak nabati substitusi, serta situasi politik dan ekonomi nasional dan
dunia, dipandang sebagai lingkungan dari Sistem AGROSAWIT yang
pengaruhnya tergambarkan dari dinamika harga CPO dan nilai tukar
sehinga data tentang ha1 tersebut tidak dijadikan masukan langsung ke
dalam Model.
(3) ldustri hilir minyak goreng dan oleokimia, industri penyedia input perkebunan

dan

PKS,

dan

industri minyak

nabati substitusi dipandang sebagai

lingkungan Sistem AGROSAWIT sehingga tidak dianalisis secara mendalam
dan pengaruhnya dianggap terwakiti oleh harga harga input dan harga CPO
dan PK yang menjadi input di dalam Model.
(4) Pendapat pakar hasil survei tidak terkait di dalam Model tetapi hanya

dijadikan input dalarn penyusunan strategi AGROSAWIT lainnya yang tidak
berbasis model.

(5) Data input di dalam Aplikasi dan Verifikasi Model unt