Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI MANGGIS (Garcinia mangostana Linn)

(Studi Kasus di Kabupaten Bogor)

SKRIPSI ANDRI FAUZAN RACHMAN F34070075 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Decision Support System for Mangosteen Agroindustry Development (case study in Kabupaten Bogor, West Java)

Andri Fauzan Rachman and Eriyatno

Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO BOX 220 Bogor, West Java, Indonesia. email: andri.fauzan11@yahoo.com

ABSTRACT

Mangosteen has become the Queen of commodities to export fresh fruit to foreign countries. But the numbers are still about 20% of the total production in Indonesia is mostly caused by low quality of the fruit. For that, they need diversified commodities processed mangosteen products. The objectives of this research to develop a model of decision support system for mangosteen agroindustry development in bogor district and recommend a strategy for planning and development of the agroindustry to the government of Bogor district and mangosteen prospective employers. Decision support system for mangosteen agroindustry development implemented into a computer program package called mangosteen 1.0 by using Pascal programming language in Embarcadero Delphi XE which consists of six models, including model of prospective product, site analysis model, model of analysis production centers, model of the mangosteen cultivation financial feasibility, model of agro-industry financial feasibility, and model of mangosteen development strategy. Decision support system using the comparison ekponensial method ( MPE), and analitical Hierarchy Process method (AHP). This mangosteen agro-industrial is plan to be located in Dramaga based on site selection using MPE method with a capacity of 50.000 bottles of mangosteen xanthone per month. This research

programme shows that the mangosteen agro-industrial of xanthone is feasible with NPV Rp. 8.804.311.994, IRR 52%, Pay Back Period (PBP) 3 years and 3 months, and B/C Ratio 2.76.

Key words: decision support systems, mangosteen, xanthone, AHP method

Andri Fauzan Rachman. F34070075. Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis (Garcinia mangostana Linn). (Studi Kasus di Kabupaten Bogor) Di bawah bimbingan Eriyatno 2011.

RINGKASAN

Manggis merupakan komoditas holtikultura yang prospektif untuk dikembangkan di Indonesia. Selama beberapa tahun, manggis telah menjadi komoditas primadona untuk ekspor buah segar ke mancanaegara. Namun jumlahnya masih sekitar 20% dari total produksi di Indonesia yang banyak disebabkan oleh mutu buah yang rendah. Untuk itu, diperlukan adanya diversifikasi produk olahan komoditas manggis sebagai salah satu upaya menanggulangi masalah yang ada.

Kabupaten Bogor sebagai salah satu daerah penghasil manggis yang terletak Jawa Barat memiliki potensi pengembangan komoditas yang cukup baik. Selain didukung oleh agroekosistem Kabupaten Bogor yang cocok untuk budidaya komoditas manggis, Kabupaten Bogor juga menjadi daerah yang cukup strategis untuk mendirikan sebuah industri karena memiliki akses pemasaran yang dekat ke ibukota dan berbagai daerah lainnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran pengusahaan nilai tambah produk olahan dari komoditi manggis, memberikan gambaran mengenai peluang dan prospek industri pengolahan manggis, mempelajari faktor dan parameter yang mempengaruhi desain sistem penunjang keputusan perencanaan pengembangan agroindustri manggis, merancang dan mengembangkan model sistem penunjang keputusan perencanaan pengembangan agroindustri manggis.

Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis diimplementasikan ke dalam suatu paket program komputer yang diberi nama mangosteen 1.0 dengan menggunakan bahasa pemograman dalam Embarcadero Delphi XE. Sistem penunjang keputusan ini terdiri dari enam model diantaranya model penentuan produk prospektif, model penentuan lokasi unggulan, model analisis sentra produksi, model analisis kelayakan finansial budidaya manggis, model analisis kelayakan finansial agroindustri manggis dan model strategi pengembangan agroindustri manggis. Verifikasi program mangosteen 1.0 dilakukan di sentra produksi manggis di Kabupaten Bogor. Verifikasi untuk agroindustri pengolahan manggis dilakukan di PT. Sari Bunga Alam yang terletak di Sunter Muara, Jakarta Utara.

Sub Model Penentuan Produk Prospektif dirancang untuk menentukan produk olahan manggis yang memiliki potensi yang besar dan prospektif untuk dikembangkan. Model ini menggunakan teknik MPE (Metode Perbandingan Eksponensial). Kriteria yang digunakan dalam menentukan produk prospektif antara lain ketersediaan bahan baku, potensi pasar, teknologi proses, kebijakan pemerintah dan nilai tambah produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk olahan yang paling prosepektif untuk dikembangkan ialah xanthone dengan nilai 782.

Sub Model Penentuan Lokasi Unggulan dirancang untuk menentukan lokasi yang paling sesuai untuk dijadikan lokasi pendirian agroindustri manggis. Kriteria yang digunakan dalam menentukan lokasi unggulan adalah kemudahan akses dengan bahan baku, ketersediaan infrastruktur yang baik, ketersediaan sarana utilitas, kemudahan akses dengan bahan penunjang, kemudahan akses pemasaran, ketersediaan tenaga kerja, dan kondisi sosial budaya. Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi unggulan ialah metode perbandingan ekponensial (MPE). Hasil nilai perhitungan lokasi dengan metode MPE menunjukkan urutan prioritas produk prospektif Kecamatan Dramaga berada urutan pertama lokasi unggulan kemudian disusul oleh Kecamatan Ciampea diurutan kedua dan Kecamatan Ciomas pada urutan ketiga.

Sub Model Analisis Kelayakan Usaha Budidaya manggis untuk masa proyek 20 tahun menunjukkan hasil bahwa rata-rata keuntungan bersih per tahun sebesar Rp. 66.096.770, NPV sebesar Rp. 1.143.544.536, B/C Ratio sebesar 3,57, IRR sebesar 9,54% dengan PBP selama 12 tahun 5 bulan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal usaha budidaya manggis layak untuk dijalankan.

Sub Model Analisis Sentra Produksi dirancang untuk menganalisis sentra produksi manggis yang paling tepat untuk memberikan pasokan bahan baku manggis untuk diolah menjadi produk olahan. Daerah sentra terbaik yang dipilih ialah daerah dengan total biaya termurah sehingga dapat memperkecil biaya produksi. Model ini bersifat dinamis karena input dan ouputnya dapat berubah dari waktu ke waktu.

Sub Model Analisis Kelayakan Finansial Agroindustri Manggis menunjukkan kriteria kelayakan investasi. NPV-nya bernilai positif dengan nilai sebesar Rp 8.804.311.994. Nilai Internal Rate Ratio (IRR) sebesar 52 %, Kemudian Pay Back Period (PBP) adalah 3 tahun 3 bulan atau lebih cepat dari umur proyek. Nilai Net B/C Ratio sebesar 2,76 atau lebih besar dari 1. Dari kriteria-kriteria kelayakan investasi dapat dikatakan layak untuk dijalankan.

Sub Model Strategi Pengembangan dirancang untuk menghasilkan strategi terbaik dalam pengembangan agroindustri manggis dilakukan dengan analisis dengan teknik AHP. Hasil analisis dengan teknik AHP pada model penentuan strategi menunjukkan bahwa strategi menjalin kerjasama dengan instansi lain sebagai pemasok bahan baku terpilih menjadi alternatif strategi dengan prioritas utama untuk pendirian agroindustri manggis. Implementasinya yaitu dengan menjalin kerjasama dengan usaha atau mitra pemasok bahan baku agar pasokan bahan baku terjamin dengan kualitas yang terjaga.

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI MANGGIS (Garcinia mangostana Linn)

(Studi Kasus di Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh : ANDRI FAUZAN RACHMAN F34070075 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Judul skripsi : Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan

Agroindustri Manggis (Garcinia mangostana Linn) (Studi Kasus di Kabupaten Bogor)

Nama : Andri Fauzan Rachman NIM

: F34070075

Menyetujui,

Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE) NIP 19470306 197106 1 001

Mengetahui: Ketua Departemen,

(Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti) NIP : 19621009 198903 2 001

Tanggal Lulus: 5 Oktober 2011

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Sistem Penunjang

Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis (Garcinia mangostana Linn)

adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Oktober 2011 Yang membuat pernyataan

Andri Fauzan Rachman

F34070075

© Hak cipta milik Andri Fauzan Rachman, tahun 2011

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi,

mikrofilm, dan sebagainya

BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Kuningan pada tanggal 2 April 1989. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, putra dari pasangan Bapak Edi Ruhaedi dan Ibu Ida Farida. Pada tahun 2001, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri Taman Pagelaran. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah di SLTP Negeri 1 Bogor pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima pada program sarjana Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Semasa kuliah penulis aktif dalam sejumlah organisasi dan kepanitiaan. Penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknologi Pertanian periode 2008-2009 sebagai staf departemen PSDM, Badan Pengawas Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (HIMALOGIN) pada tahun 2008-2011. Pada tahun 2009-2010 penulis mendapatkan amanah sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (HIMALOGIN)

Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Teknik Penyimpanan dan Penggudangan serta asisten pada mata kuliah Analisis Sistem dan Pengambilan Keputusan. Penulis melaksanakan praktek lapang pada bulan Juli 2010 di PT. Sumber Pangan Jaya, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat dengan tema “Mempelajari Aspek Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan”. Untuk menyelesaikan studi pada departemen Teknologi Industri Pertanian penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi berjudul “ Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis (Garcinia mangostana L.)”.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT, karena atas limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Sistem

Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis (Garcinia

mangostana Linn). Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Industri Pertanian di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE. selaku dosen pembimbing pertama atas bimbingan dan arahannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Indah Yuliasih, S. TP, M.Si. selaku dosen penguji atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. M. Arif Darmawan, S. TP, MT. selaku dosen penguji yang telah memberi kritik dan saran bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Para pakar yang telah membantu penulis dalam penelitian guna menyusun skripsi ini dan telah memberi berbagai informasi dan saran yang berhubungan dengan skripsi penulis, Bapak Sugiyono, Ibu Dra.Endang Setyowati, Ibu Yolanda, dan Bapak Bakri.

5. Kedua orang tua penulis, Edi Ruhaedi dan Ida Farida yang selama ini tanpa henti memberikan motivasi, semangat,doa, dukungan dan perhatian penuh kepada penulis.

6. Mas Vrika Nurrahman, Mas Teguh Adi Setia, Agung Utomo, dan Dimas Gusti Randa atas bantuan bahasa pemrogramannya serta dalam pengerjaan program komputer dan ilmu sistem lainnya dalam penelitian.

7. Eva Arifah dan keluarga, yang telah memberikan bantuan, doa serta dukungan selama ini bagi penulis dalam melaksanakan penelitian dan menyusun skripsi ini.

8. Bena Kusuma teman satu bimbingan yang telah memberikan berbagai masukan bagi penulis.

9. Sahabat-sahabatku TIN 44 tercinta yang telah saling menyemangati dan membantu dalam menyelesaikan skripsi.

10. Serta semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung.

Semoga Allah membalas segala budi baik yang penuh ketulusan. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekhilafan dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Oktober 2011

Andri Fauzan Rachman

Halaman

Gambar 32. Struktur hierarki model penentuan strategi pengembangan agroindustri manggis .

64 Gambar 33. Tampilan sub model strategi pengembangan agroindustri manggis .......................

66 Gambar 34. Layout pabrik xanthone manggis...........................................................................

67

vii

I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Komoditas holtikultura selama ini dipandang sebagai salah satu komoditas yang memiliki potensi pasar yang cukup tinggi. Hal ini ditunjukan oleh rata-rata jumlah produksi dan tingkat ekspor yang semakin meningkat setiap tahunnya. Salah satu komoditas yang menunjukan kinerja ekspor yang terus membaik adalah manggis. Manggis merupakan salah satu komoditas buah-buah holtikultura yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan nilai gizi yang tidak kalah penting dibandingkan dengan buah yang lainnya. Manggis memiliki prospek pengembangan yang cukup menjanjikan. Selain banyaknya sentra penanaman komoditas manggis di Indonesia, komoditas ini juga mempunyai peluang pasar ekspor yang terbuka luas, di samping itu komoditas manggis juga memiliki prospek yang baik dari segi produk olahannya.

Selama bertahun-tahun manggis menjadi salah satu komoditas yang diekspor ke berbagai negara di dunia. Volume ekspor buah manggis sepanjang Januari dan Februari 2010 meningkat signifikan dan nyaris menyamai volume ekspor sepanjang tahun 2009. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS 2010) , ekspor manggis periode Januari dan Februari 2010 mencapai 8.225 ton meningkat 91% dibandingkan volume ekspor Januari- Februari 2009 yang hanya 4.285 ton. Sementara nilainya meningkat 120% dari US$ 2.781.712 di Januari-Februari 2010 menjadi US$ 6.310.272. kinerja ekspor manggis tersebut mendekati realisasi ekspor sepanjang 2009 yang volumenya 9.987 ton dengan nilai US$ 6.451.923. Data ini menunjukan komoditas manggis merupakan salah komoditas yang prospektif serta berdaya saing dilihat dari segi bahan baku serta tingkat produksi dan ekspornya di dunia.

Selain dipasarkan dalam bentuk segar, manggis juga telah banyak dikonsumsi dalam bentuk produk olahan. Produk olahan yang manggis dapat berupa dodol manggis, sirup manggis, puree manggis, xanthone manggis, jus manggis dan sebagainya. Permintaan akan manggis dalam bentuk olahan maupun produk olahan terus meningkat. Jumlah ekspor manggis yang besar hingga saat ini belum juga memenuhi permintaan pasar. Masih banyak manggis yang belum memenuhi standar untuk dapat diekspor, sehingga perlu penanganan lebih lanjut untuk menangani masalah tersebut. Salah satu alternatif yang dapat dipilih untuk memanfaatkan potensi manggis ialah dengan mengembangkan agroindustri pengolahan komoditas manggis. Dengan demikian manggis akan lebih memiliki nilai tambah serta memiliki daya saing untuk masuk ke pasar.

Manggis serta komoditi hasil pertanian lain pada umumnya, dalam kaitannya sebagai bahan baku industri, bersifat voluminous (bulky), bergantung pada alam yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kontinuitas produksi, bersifat musiman, harga yang tidak stabil dan sentra produksi yang tersebar secara tidak teratur sehingga terkadang menyulitkan dalam hal pendistribusian komoditas. Selain itu, karakteristik petani yang pada umumnya mempunyai keterbatasan dalam hal informasi, teknologi dan manajemen menyebabkan sulitnya mereka mencari akses ke berbagai hal terkait dengan bisnis yang dillakukannya. Sementara itu, di sisi lain sektor industri memiliki karakteristik yang mengharuskan adanya jaminan kontinuitas bahan baku dengan kualitas yang baik, harga produk yang relatif stabil, fleksibilitas terhadap pengembangan diversifikasi jenis produk serta berlokasi tidak jauh dari pusat pemasaran namun dekat dengan penghasil bahan baku.

Melihat kondisi tersebut maka diperlukan suatu sistem yang terencana dan terintegrasi untuk merencanakan pengembangan agroindustri pengolahan manggis secara cepat dan tepat yang dapat menciptakan kesinergisan antar pihak-pihak yang terlibat sehingga akan tercipta pembangunan agroindustri yang berkelanjutan yang dapat menguntungkan berbagai pihak.

Kabupaten Bogor sebagai salah satu daerah penghasil manggis yang terletak Jawa Barat memiliki potensi pengembangan komoditas yang cukup baik. Selain didukung oleh agroekosistem Kabupaten Bogor yang cocok untuk budidaya komoditas manggis, Kabupaten Bogor juga menjadi daerah yang cukup stategis untuk mendirikan sebuah industri karena memiliki akses pemasaran yang dekat ke ibukota dan berbagai daerah lainnya. Pada tahun 2003, departemen pertanian juga telah menetapkan manggis sebagai salah satu komoditas unggulan nasional Kabupaten Bogor sehingga meningkatkan potensi Kabupaten Bogor untuk menjadi lokasi pendirian industri pengolahan manggis.

Dalam kegiatan perencanaan, penggunaan perangkat lunak seringkali dapat memberikan kemudahan dalam pengambilan keputusan secara tepat, cepat dan efisien sehingga dapat menghemat waktu dan biaya. Oleh karena itu, pengembangan suatu rekayasa pengembangan model sistem penunjang keputusan akan dapat membantu para pengambil keputusan (decision maker) dalam proses pengambilan keputusan dalam merencanakan pengembangan agroindustri pengolahan manggis.

Menurut Eriyatno (1999) sistem penunjang keputusan adalah konsep spesifik yang menghubungkan sistem komputerisasi informasi dengan para pengambil keputusan sebagai pemakainya. Sistem penunjang keputusan dimaksudkan untuk memaparkan secara rinci elemen- elemen sistem sehingga dapat menunjang dalam proses pengambilan keputusan.

Sistem penunjang keputusan perencanaan pengembangan agorindustri komoditas manggis ini akan membantu penggunanya yakni para pengambil keputusan khususnya Pemerintah Kabupaten Bogor untuk mengetahui strategi dan langkah tepat yang dapat dilakukan untuk merencanakan serta mengembangkan agroindustri maupun agribisnis manggis. Selain itu, model ini diharapkan mampu menganalisa dan mengintegrasikan faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam membuat suatu perencanaan untuk pengembangan agroindustri serta mampu mengakomodasi semua informasi yang berkaitan dengan komoditi manggis dan produk olahannya yang dibutuhkan oleh pengguna.

1.2 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk :

1) Mempelajari faktor-faktor dan parameter yang mempengaruhi desain sistem penunjang keputusan perencanaan pengembangan agroindustri pengolahan manggis.

2) Merancang dan mengembangkan model sistem penunjang keputusan perencanaan pengembangan agroindustri pengolahan manggis dengan mengaplikasikan dalam bentuk program.

3) Merekomendasikan strategi perencanaan dan pengembangan agroindustri pengolahan manggis, khususnya kepada calon pengusaha agroindustri manggis dan Pemerintah Kabupaten Bogor sebagai upaya konstruktif mendukung pembangunan wilayah.

4) Memberikan gambaran mengenai peluang dan prospek pengembangan agroindustri pengolahan manggis.

1.3 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah melakukan pembuatan sistem penunjang keputusan dalam proses pengambilan keputusan mengenai perencanaan pengembangan agroindustri manggis. Analisis yang dilakukan mencakup analisis penentuan produk prospektif, analisis penentuan lokasi unggulan, analisis pendekatan sentra produksi manggis serta analisis kelayakan finansial budidaya dan analisis kelayakan finansial agroindustri manggis serta perumusan strategi pengembangan agroindustri manggis.

Verifikasi model ini akan dilakukan terhadap data wilayah Kabupaten Bogor. Sistem penunjang keputusan ini dapat digunakan oleh para pengambil keputusan seperti pemerintah ataupun pihak swasta. Masukan data berasal dari Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian dan Kehutanan, Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT), IPB serta instasi lain yang dapat membantu untuk ketersediaan data .

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang terlibat, baik langsung maupun tak langsung dalam pengembangan agroindustri komoditas manggis yang mencakup beberapa aspek. Manfaat penelitian ini diantaranya:

1) Memberikan data dan informasi pengolahan komoditas manggis dalan rangka meningkatkan nilai tambah komoditas manggis yang bermanfaat untuk pengembangan agroindustri manggis

2) Dapat digunakan sebagai sumber acuan untuk mengkaji dan meneliti kelayakan finansial budidaya maupun agroindutri pengolahan komoditas manggis.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MANGGIS

2.1.1 Karakteristik dan Morfologi Tanaman Manggis

Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Tumbuh hingga mencapai

7 sampai 25 meter dengan buah berwarna merah keunguan ketika matang meskipun ada pula varian yang kulitnya berwarna merah. Tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi

: Garcinia mangostana L (Anonim 2000)

Manggis (Garcinia mangostana Linn) termasuk tanaman tahunan yang masa hidupnya mencapai puluhan tahun. Susunan tubuh tanaman manggis terdiri atas organ vegetatif yang meliputi akar, batang dan daun yang berfungsi sebagai alat pengambi, pengangkut, pengolah, pengedar dan penyimpan makanan, serta organ generatif yang meliputi bunga, buah dan dan biji (Rukmana 1995). Pohon manggis dapat mencapai ketinggian 25 m. Tanaman ini mempuyai akar tunggang dengan beberapa rambut akar, dengan lebar tajuk mencapai 12 m. Permukaan batang tidak rata dan berwarna kecoklatan. Semua bagian tanaman akan mengeluarkan getah kuning bila dilukai (Reza dan Wijaya 2000).

(a)

(b)

Gambar 1. (a) pohon manggis; (b) buah manggis

Manggis (Garcinia mangostana Linn) merupakan salah satu komoditas eksotik tropika yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Di luar negeri manggis dikenal sebagai “Queen of Tropical Fruits”. Pohon manggis berukuran sedang, tingginya mencapai 6-25 meter dengan batang pohon lurus, dahan simetris, bentuk mahkota ada dua, piramid atau kerucut dan bentuk oval. Daun berhadapan dengan tangkai yang pendek, elips, panjang 15-25 cm dan lebar 7-13 cm, kulit tebal seluruhnya, ujung tirus tajam, halus dan warna hijau muda pada bagian atas dan kuning kehijauan di bawah. Bunga pendek, tangkai tebal, tunggal atau banyak diujung brangket, diameter sekitar 5,5 cm dengan 4 sepal dan 4 daun bunga hijau kekuningan dengan bagian merah dipinggirnya (Susanto 2005).

Buah manggis berbentuk bulat, sewaktu muda warnanya hijau muda dan setelah tua berwarna ungu merah kehitaman. Buah berwarna hijau muda dan bercak ungu sudah dapat dipanen. Buah masak beratnya berkisar antara 30-140 gr, tebal kulit sekitar 5 mm, getah berwarna kuning, warna petal merah dan stigma halus dengan diameter 8-12 mm. Daging buah manggis bersegmen- segmen yang jumlahnya berkisar antara 5-8 segmen. Daging buah manggis berwarna putih dan bertekstur halus setiap segmen daging mengandung biji yang berukuran besar.

Buah manggis mengandung kalori dan kadar air yang cukup tinggi. Secara tradisional buah manggis dapat dimanfaatkan sebagai obat sariawan, wasir dan luka. Buah manggis dapat tetap segar bila disimpan dalam ruangan atau tempat yang dingin. Pada kondisi ruangan bersuhu 4-6 o

C dapat tetap segar sampai 49 hari, sedangkan pada suhu 9-12 o

C hanya tahan sampai 33 hari (Satuhu 1997).

2.1.2 Syarat Tumbuh

Tanaman manggis merupakan tanaman yang cocok hidup di daerah tropik basah, sering ditemukan tumbuh bersama dengan tanaman durian. Tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 800 m di atas permukaan laut (dpl), suhu optimal berkisar antara 22-23 o

C dengan curah hujan 1.500-2.500 mm/tahun dan kelembaban 80 persen. Jenis tanah ideal adalah latosol dan andosol, berdrainase baik, memilki pH 5,0-7,0 dengan kedalaman lapisan oleh tanah 50-200 cm. Daun dan buah manggis tahan terhadap sinar matahari, namun tanaman ini memerlukan naungan pada saat masih kecil. Naungan dikurangi seiring dengan semakin besarnya tanaman. Tanaman manggis cocok untuk ditumpangsarikan dengan tanaman buah- buahan lainnya (Rukmana 1995).

2.1.3 Kandungan Kimia Manggis

Komponen terbesar dari buah manggis adalah air, yaitu 83%. Kalori yang dihasilkan oleh 100 gram buah manggis dapat dimakan adalah 63%, yang sebagian besar berasal dari karbohidrat yang dikandungnya. Komponen protein dan lemak yang dikandung sangat kecil, demikian pula kandungan vitaminnya. Buah manggis tidak mengandung vitamin A, tetapi mengandung vitamin B1 dan vitamin C. Oleh karena itu, buah ini tidak dapat dijadikan sumber vitamin yang potensial (Qanytah 2004). Komposisi kimia manggis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia buah manggis dalam 100 gram buah yang dapat dikonsumsi.

Komponen gizi

Vitamin B1

mg

Vitamin C

mg

Sumber : Qanytah 2004

2.1.4 Syarat Mutu Manggis

Tingkat mutu dan kualitas buah manggis selama ini belum optimal. Keseragaman ukuran dan tingkat kematangan buah masih sulit dicapai. Masih diperlukan adanya peningkatan produktivitas serta teknologi budidaya untuk menghasilkan buah manggis yang memiliki mutu yang optimal. Salah satu kebijakan yang dilakukan saat itu untuk melindungi kepentingan konsumen dan meningkatkan daya saing dalam hal mutu yaitu menerapkan standar buah manggis. Standar mutu buah manggis tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01 – 3211 – 1992. Berdasarkan SNI 01 – 3211 – 1992 mutu manggis segar dikelompokkan atas 3 jenis mutu, yaitu mutu super, mutu I, mutu II. Adapun klasifikasi dan standar mutu manggis disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Persyaratan mutu buah manggis Persyaratan

Jenis Uji

Satuan

Mutu II Keseragaman

Mutu Super

Mutu I

Seragam Diameter

Seragam

Seragam

<55 Tingkat keseagaran

Hijau kemerahan Warna Kulit

Hijau kemerahan

s/d merah muda

s/d merah muda Hijau kemerahan

mengkilat

mengkilat

Buah cacat atau busuk

0 0 0 (jumlah/jumlah)

Tangkai atau kelopak

Utuh Kadar kotoran (b/b)

Tidak ada Warna daging buah

Tidak ada

Tidak ada

Putih bersih khas

Putih bersih khas Putih bersih khas

manggis Sumber : Standar Nasional Indonesia (1992)

manggis

manggis

2.1.5 Penyebaran Tanaman Manggis

Tanaman manggis tersebar hampir di seluruh daerah di Indonesia mulai dari utara hingga selatan Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, hingga Lampung) dan terus bergerak di sepanjang pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara Barat serta di daerah Kalimantan. Produksi manggis Indonesia menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2007 yaitu 112.722 ton. Menurut Paramawati (2010) Indonesia memiliki keuntungan sebagai negara kepulauan, diantaranya musim panen manggis yang bergatian dari bulan Agustus hingga April. Pada bulan Agustus panen manggis dimulai dari Sumatera kemudian Jawa. Pada bulan Desember dilanjutkan di daerah bagian timur. Sentra produksi manggis terbesar dihasilkan dari provinsi Jawa Barat. Sebagian besar produksi manggis berasal dari Kabupaten Tasikmalaya, Purwakarta, Subang, Bogor, dan Sukabumi. Tabel 3 menunjukkan produksi manggis di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2004 -2008.

Tabel 3. Produksi manggis di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2004-2008 (ton) Tahun

Provinsi

2007 2008 Sumatera Utara

8.613 9.387 Sumatera Barat

1.912 1.443 Sumatera Selatan

919 2.335 Bangka Belitung

3.237 2.637 Jawa Barat

60.678 23.738 Jawa Tengah

1.022 1.033 Jawa Timur

D.I Yogya

1.139 627 Kalimantan Barat

278 389 Kalimantan Tengah

433 729 Kalimantan Selatan

205 432 Sumber: Statistik Pertanian 2009

2.2 AGROINDUTRI MANGGIS

Manggis atau mangosteen (Garcinia mangostana L) merupakan tanaman yang hampir seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan, mulai dari daging buah, kulit luar, daun, batang hingga akar. Selama ini manggis kebanyakan hanya dikonsumsi dalam bentuk segar tanpa adanya pengolahan terhadap buah manggis, padahal manggis memiliki banyak memliki manfaat dari segi ekonomi maupun dari segi kesehatan bila diolah dengan baik.

Manggis sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh karena diketahui mengandung xanthone sebagai antioksidan, antiproliferativ, antiinflamasi dan antimikrobial. Sifat antioksidannya melebihi vitamin E dan vitamin C. Sebuah penelitian di Singapura menunjukan bahwa sifat antioksidan pada buah manggis jauh lebih efektif bila dibandingkan dengan antioksidan pada rambutan dan durian. Xanthone tidak ditemui pada buah-buahan lainnya kecuali pada buah manggis, karena itu manggis di dunia diberikan julukan ”Queen of Fruit” atau si ratu buah (Iswari dan Sudaryono 2007)

Manggis dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan. Menurut Kastaman (2007) berdasarkan karakteristik buahnya, manggis dapat diolah menjadi berbagai produk olahan seperti jus atau sari buah, juice xanthone dari buah manggis, sirup buah, cocktail, kapsul atau tablet xanthone yang bermanfaat untuk kesehatan, obat anti kanker, suplemen untuk diet, bahan pewarna. Pohon industri manggis dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pohon Industri Manggis (Utami 2008)

Hampir seluruh bagian tanaman manggis dapat dimanfaatkan untuk dijadikan menjadi berbagai macam produk seperti produk pangan, bahan kosmetik, bahan bangunan dan bahan kompos. Tanaman manggis yang sudah tidak produktif dapat menghasilkan kayu yang dapat digunakan untuk bahan bangunan. Namun hal ini bukan menjadi alternatif utama mengingat masa produksinya yang sangat lama. Bagian utama dari tanaman manggis yang memiliki potensi yang besar untuk dijadikan produk olahan yaitu berasal dari buah manggis yang terdiri dari daging buah,dan kulit buah. Bahan- bahan tersebut dapat diolah menjadi berbagai produk pangan seperti xanthone, puree, sirup, jeli, selai dan sebagainya. Produk olahan diharapkan mampu memberikan nilai tambah yang besar bagi komoditas manggis (Utami 2008). Berikut ini merupakan proses pengolahan dari beberapa produk olahan manggis.

2.2.1 Sirup Manggis

Sirup manggis merupakan salah satu produk olahan manggis yang diproses dengan menambahkan gula ke dalam bubur buah. Untuk mengkonsumsinya perlu pengenceran dengan air. Warna sirup yang dihasilkan yaitu warna merah marun yang berasal dari ekstrak kulit buah manggis. Sirup ini dapat dijadikan sebagai minuman sehat dan bergizi, karena mengandung xanthone yang tinggi (Iswari et.al 2007). Diagram alir proses pembuatan sirup manggis dapat dilihat pada Gambar 3.

Buah Manggis Segar

Kulit Buah

Daging buah dan Biji

Blanching pada suhu80 o

C (t= 3 menit)

Pulper

Penyaringan

Bubur Buah

Air 50%, Ekstrak Kulit Buah 20%,

Gula dan

Sirup Manggis

Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan sirup manggis (Iswari et al. 2007)

2.2.2 Xanthone Manggis

Xanthone adalah senyawa organik dengan rumus molekul dasar C 13 H 8 O 2 . Turunan senyawa xanthone banyak terdapat di alam dan berdasarkan penelitian telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan. Xanthone terbuat dari ekstra kulit buah manggis yang bermanfaat sebagai obat karena mengandung xanthone yang sangat tinggi. Xanthone adalah kelompok senyawa bioaktif yang mempunyai struktur cincin 6 karbon dengan kerangka karbon rangkap. Struktur ini membuat xanhtone sangat stabil dan serbaguna. Xanthone tergolong derivat dari difenil- γ-pyron, yang memiliki nama IUPAC 9H-xanthin-9-on (Sluis 1985). Menurut Iswari dan Sudaryono (2007) xanthone berfungsi sebagai antioksidan, antiproliferativ, antiinflamasi dan antimikrobial. Sifat antioksidannya dalam kulit manggis melebihi vitamin E dan vitamin C. Produk olahan ini banyak diminati oleh masyarakat karena khasiatnya yang baik untuk kesehatan. Gambar 4 menunjukkan diagram alir ekstraksi xanthone dari kulit buah manggis.

Buah manggis segar

Pencucian

Pemisahan

Daging Buah

Kulit Buah

Pemisahan

Kulit Luar

Kulit Dalam

Penghancuran

Ekstraksi dengan pelarut ethanol 70% dan air (1:2 b/v)

Maserasi pada suhu kamar (20-25 o C)

Ekstrak xanthone

Gambar 4. Diagram alir ektraksi xanthone dari kulit buah manggis (Pebriyanthi 2010)

2.2.3 Puree Manggis

Puree adalah bahan setengah jadi dalam bentuk bubur buah, terbuat dari daging buah yang sudah diolah menjadi bubur buah. Puree dapat diolah kembali menjadiproduk olahan yang diinginkan. Banyak negara diluar negeri mengirimkan puree manggis yang berasal dari Asia Tenggara khususnya Indonesia, karena manggis dari Indonesia mempunyai rasa yang khas dengan kesegaran yang khas juga. Oleh karena itu hal ini merupakan peluang bisnis bagi petani ataupun kelompok usaha pengolahan ataupun investor dalam membangun industri puree manggis (Iswari dan Sudaryono 2007).

2.2.4 Dodol Manggis

Dodol adalah makanan berupa gel yang terbuat dari campuran bahan beras pati, gula dan bahan pengisi lainnya yang biasanya berupa buah. Kebanyakan dodol masih diolah secara tradisional dan masih menggunakan teknologi yang sederhana. Pada proses pembuatan dodol manggis, bahan yang digunakan ialah daging buah beserta bijinya. Biji memiliki tekstur keras sehingga biji harus direbus selama 10 menit agar lunak dan mudah dihancurkan saat akan dicampurkan dengan adonan dodol (Paramawati 2010). Diagram alir proses pembuatan dodol manggis dapat dilihat pada Gambar

Buah manggis

Gula Pasir, Vanili Tepung Ketan

Kelapa

Pengeluaran daging buah Kulit buah

Pengupasan

Perebusan (t= 10 menit)

Pemarutan

Daging buah beserta biji

Santan Penghancuran

Bubur buah

Dodol Manggis

Gambar 5. Diagram alir proses pembuatan dodol manggis (Paramawati 2010)

2.3 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

Menurut Eriyatno (1999) sistem penunjang keputusan adalah konsep spesifik yang menghubungkan sistem komputerisasi informasi dengan para pengambil keputusan sebagai pemakainya. Sistem penunjang keputusan dimaksudkan untuk memaparkan secara rinci elemen- elemen sistem sehingga dapat menunjang dalam proses pengambilan keputusan. Karakteristik pokok yang melandasi teknik sistem penunjang keputusan yaitu:

1) Interaksi langsung antara komputer dengan pengambil keputusan

2) Adanya dukungan menyeluruh (holistic) dari keputusan bertahap ganda

3) Suatu sintesa dari konsep yang diambil dari berbagai bidang antara lain ilmu komputer, ilmu sistem, psikologi, ilmu manajemen dan intelegensia buatan

4) Mempunyai kemampuan aditif terhadap perubahan kondisi dan kemampuan berevolusi menuju suatu sistem yang lebih bermanfaat Eriyatno (1999) melanjutkan bahwa aplikasi sistem penunjang keputusan selanjutnya mampu mengintegrasi berbagai disiplin ilmu melalui pendekatan sistem. Penggunaan sisitem penunjang keputusan seyogyanya ditunjang oleh berbagai studi lapangan dan penelitian kasus, guna menelusuri validitas input dan parameter-parameternya. Menurut Keen dan Morton (1978), sistem penunjang keputusan adalah suatu sistem berbasis komputer-interaktif yang memudahkan pemecahan masalah dari permasalahan-permasalahan keputusan yang semi terstruktur dan tidak terstruktur.

Suryadi dan Ramdhani (1998) mengemukakan bahwa pada umumnya setiap organisasi yang bergerak dibidang produksi maupun jasa, tidak terlepas dari segala problematika manajemen yang terdapat dalam lingkungan pembuatan keputusan. Perubahan struktur pasar, produk, teknologi produksi, organisasi dan yang lainnya terus terjadi sehingga berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada setiap kebijakan manajemen yang dihasilkan. Pembuatan keputusan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari totalitas sistem organisasi secara keseluruhan. Pada dasarnya sebuah sistem organisasi mencakup sistem fisik (sistem operasional), sistem manajemen (sistem keputusan) dan sistem informasi. Sistem penunjang keputusan merupakan bagian dari sistem informasi manajemen dan digunakan sebagai bagian dari sebuah proses dimana didalamnya manusia melakukan kegiatan pengambilan keputusan yang dilakukan secara berulang.

Landasan utama dalam pengembangan sistem penunjang keputusan untuk modal manajemen adalah konsepsi model. Menurut Eriyatno (1999) model adalah abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual dunia. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat. Oleh karena itu model adalah suatu abtraksi dari realitas, maka dalam perwujudannya kurang kompleks daripada realitas itu sendiri. Model dapat dikatakan lengkap apabila dapat mewakili berbagai aspek dari realitas yang sedang dikaji. Secara umum model dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu model ikonik, model analog dan model simbolik atau model matematik. Konsepsi model ini diperlukan untuk menggambarkan secara abstrak tiga komponen utama penunjang keputusan, yaitu: (1) pengembilan keputusan atau pengguna, (2) model dan (3) data. Hubungan antara komponen-komponen tersebut dapat dilihat di Gambar 6.

Data Model

Sistem Manajemen Basis Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)

Model (MBMS)

Sistem Pengolahan Problematik

Sistem Manajemen Dialog

Pengguna

Gambar 6. Struktur dasar sistem penunjang keputusan (Eriyatno 1999)

Menurut Marimin (2004) sistem penunjang keputusan terdiri dari tiga komponen, yaitu :

1) Manajemen Data, termasuk di dalamnya adalah database yang berisi data yang berhubungan dengan sistem yang diolah menggunakan perangkat lunak yang disebut sistem manajemen basis data.

2) Manajemen Model, yaitu paket perangkat lunak yang terdiri dari model finansial, statistika, ilmu manajemen, atau model kuantitatif lain yang menyediakan kemampuan sistem analisis.

3) Subsistem Dialog, yaitu subsistem yang menghubungkan pengguna dengan perintah-perintah dalam Sistem Penunjang Keputusan. Menurut Eriyatno (1999) sistem manajemen dialog adalah sub sistem dari sistem penunjang keputusan yang berkomunikasi langsung dengan pengguna, yakni menerima masukan dan member keluaran. Sistem manajemen basis data harus bersifat interaktif dan luwes dalam arti mudah dilakukan perubahan terhadap ukuran, isi, dan struktur elemen-elemen data.

Sistem manajemen basis model memberikan fasilitas pengelolaan model untuk mengkomputasikan pengambilan keputusan dan meliputi semua aktivitas yang tergabung dalam permodelan sistem penunjang keputusan. Sistem pengolahan problematik adalah koordinator dan pengendali dari operasi sistem penunjang keputusan secara menyeluruh. Sistem ini menerima masukan dari ketiga subsistem lainnya dalam bentuk baku serta menyerahkan keluaran ke sub sistem Sistem manajemen basis model memberikan fasilitas pengelolaan model untuk mengkomputasikan pengambilan keputusan dan meliputi semua aktivitas yang tergabung dalam permodelan sistem penunjang keputusan. Sistem pengolahan problematik adalah koordinator dan pengendali dari operasi sistem penunjang keputusan secara menyeluruh. Sistem ini menerima masukan dari ketiga subsistem lainnya dalam bentuk baku serta menyerahkan keluaran ke sub sistem

Keen dan morton (1978) menyatakan bahwa aplikasi sistem penunjang keputusan akan bermanfaat bila terdapat kondisi sebagai berikut:

1) Data sangat banyak sehingga sulit untuk memanfaatkannya.

2) Waktu untuk menentukan hasil akhir atau mencapai keputusan terbatas.

3) Diperlukan manipulasi dan komputasi dalam proses pencapaian tujuan.

4) Perlunya penentuan masalah, pengembangan alternatif dan pemilihan solusi berdasarkan akal sehat.

2.4 PENELITIAN TERDAHULU

Hartono (2002) merancang model sistem manajemen pengembangan agroindustri holtikultura di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. SPK tersebut dirancang dalam suatu paket perangkat lunak komputer bernama SiMPATi 2002, yang tersusun atas pusat pengolahan sistem, Sistem Manajemen Basis Data Statis, Sistem Manajemen Basis Data Dinamis, Sistem Manajemen Basis Model, dan Sistem Manajemen Dialog. Sistem Manajemen Basis Model yang merupakan inti dari SiMPATi 2002 terdiri dari 6 sub model, yaitu sub model pemilihan komoditas unggulan, sub model pemilihan produk unggulan, sub model sistem pakar lokasi unggulan, sub model prakiraan ketersediaan bahan baku, sub model kelayakan finansial agorindustri, dan sub model strategi pengembangan agroindustri holtikultura.

Setiadi (2004) merancang model sistem penunjang keputusan investasi Agroindustri Berbasis Daging Sapi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. SPK tersebut dirancang dalam suatu paket perangkat lunak komputer bernama BEDSS 1.01. Paket program BEDSS 1.01 dirancang dengan menggunakan bahasa pemograman Visual Basic 6.0. sistem ini memiliki model yang dapat memberikan alternatif keputusan investasi agroindustri berbasis daging sapi yang potensial dan tepat serta memberikan rekomendasi strategi dan alternatif pengembangan agroindustri berbasis daging sapi kepada pemerintah daerah Kabupaten Boyolali.

Susanto (2007) melakukan penelitian mengenai kajian strategi pengembangan agribisnis buah manggis di wilayah agropolitan Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengembangan agribisnis buah manggis serta menyusun alternatif strategi pengembangan agribisnis buah manggis berdasarkan kondisi wilayah. Kajian tersebut diolah dengan menggunakan metode AHP (Analitical Hierachy Process) Penelitian tersebut menghasilkan urutan prioritas stategi pengembangan yaitu 1) Pengembangan Lembaga Penunjang Agribisnis; 2) Pengembangan Usaha Tani Manggis; 3) Pengembangan Agroindustri/Produk Olahan.

Utami (2008) melakukan penelitian tesis untuk menentukan Strategi Pengembangan Manggis (Garcinia Mangostana L) di Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan menganalisis potensi biofisik wilayah melalui evaluasi kesesuaian lahan, menganalisis prospek ekonomi pengembangan manggis, menganalisis sistem kelembagaan dan pemasaran manggis dan menyusun strategi pengembangan manggis di Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat.

Erfanto (2008) melakukan penelitian untuk merancang model sistem penunjang keputusan untuk merencanakan pendirian agroindustri pepaya gunung dengan pembiayaan syariah. Paket Program Cap’S dirancang dengan menggunakan bahasa pemograman Borland Deplhi 7.0 dan terdiri dari tiga bagian utama yaitu Sistem Manajemen Dialog, Sistem Manajemen Basis Data, dan Sistem Manajemen Basis Model. Sistem ini memiliki model untuk mengevaluasi tingkat resiko pembiayaan Erfanto (2008) melakukan penelitian untuk merancang model sistem penunjang keputusan untuk merencanakan pendirian agroindustri pepaya gunung dengan pembiayaan syariah. Paket Program Cap’S dirancang dengan menggunakan bahasa pemograman Borland Deplhi 7.0 dan terdiri dari tiga bagian utama yaitu Sistem Manajemen Dialog, Sistem Manajemen Basis Data, dan Sistem Manajemen Basis Model. Sistem ini memiliki model untuk mengevaluasi tingkat resiko pembiayaan

Susila (2009) merancang model sistem penunjang keputusan perencanaan pembangunan agroindustri berbasis lidah buaya di Kabupaten Bogor. SPK tersebut dirancang dalam suatu paket perangkat lunak komputer bernama AloeDist 1.0. Sistem ini terdiri dari 9 model yang dirancang untuk merencanakan pendirian usaha tani dan agroindustri lidah buaya. Model-model tersebut merencanakan pendirian usaha tani dan agroindustri lidah buaya. Model-model tersebut antara lain sub model lokasi usahatani, sub model prakiraan penjualan usahatani, sub model kelayakan finansial usahatani, sub model rencana kebutuhan produksi usahatani, sub model teknologi pengolahan, sub model lokasi agroindustri, sub model prakiraan penjualan agroindustri, sub model kelayakan finansial agroindustri, dan sub model rencana kebutuhan produksi agroindustri.

Tabel 4. Resume penelitian terdahulu

Nama Sitasi yang Terkait No.

Pengarang dan Tahun Terbit

AHP Strategi

Agroindustri

Pengembangan

1. Hartono, 2002

2. Setiadi, 2004

3. Susanto, 2007

4. Utami, 2008

5. Erfanto, 2008

6. Susila, 2009

III. LANDASAN TEORI

3.1 TEKNIK HEURISTIK

Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati suatu permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan dalam permasalahan yang dikaji atau dengan kata lain yaitu berupa bentuk pemecahan masalah dengan menggunakan kecerdasan manusia dan ditulis dengan program komputer.

Eriyatno (1999) berpendapat bahwa teknik heuristik merupakan pengembangan dari operasi aritmatika dan matematika logika. Ciri-ciri teknik heuristik secara umum yaitu:

1) Adanya operasi aljabar, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian

2) Adanya suatu perhitungan bertahap

3) Mempunyai tahapan yang terbatas sehingga dapat dibuat algoritma komputernya. Lebih lanjut lagi Eriyatno (1999) menyebutkan bahwa karakteristik teknik heuristik adalah:

1) Meringkas ruang lingkup keputusan sehingga proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat.

2) Banyak masalah yang kompleks, walaupun esensi permasalahan dapat diformulasikan secara sistematis.

3) Perencanaan kebijakan strategis manajemen demikian sulit dihitung dan sangat rumit sehingga tidak dapat ditangkap dengan model matematik. Pada teknik heuristik, tidak ada suatu model yang baku sehingga setiap pemasalahan menggunakan teknik heuristik yang spesifik. Teknik heuristik tidak menjamin penyelesaian permasalahan yang optimal, tapi dapat memberikan pemecahan yang memuaskan bagi pengambil keputusan (Eriyatno 1999).

3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL

Metode perbandingan eksponensial merupakan salah satu metode yang digunakan untuk pengambilan keputusan dari beberapa alternatif keputusan dengan kriteria majemuk. Metode ini dikembangkan dengan cara merubah penilaian kualitatif yang berasal dari subyektifitas dari pengambil keputusan menjadi nilai kuantitatif (Manning 1984).

Eriyatno (1999) menambahkan bahwa Metode Perbandingan Eksponesial (MPE) digunakan sebagai pembantu bagi individu mengambil keputusan untuk menggunakan rancang bangun yang telah terdefinisi dengan baik tiap tahap proses. MPE digunakan untuk membandingkan beberapa alternatif dengan menggunakan sejumlah kriteria yang ditentukan berdasarkan hasil survei dengan pakar terkait. MPE adalah salah satu metode pengambilan keputusan yang mengkuantitaskan pendapat seseorang atau lebih dalam skala tertentu. Metode ini mempunyai keuntungan dalam mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisis. Nilai skor menggambarkan urutan prioritas menjadi besar (fungsi eksponensial) ini mengakibatkan urutan prioritas alternatif keputusan menjadi lebih nyata.

Manning (1984) melanjutkan bahwa tahapan dalam menggunakan metode perbandingan eksponensial adalah:

1) Menyusun alternatif keputusan yang akan dipilih.

2) Menentukan kriteria atau pertimbangan kriteria keputusan yang penting untuk dievaluasi

3) Menentukan tingkat kepentingan dari setiap kriteria keputusan atau pertimbangan kriteria

4) Melakukan penilaian terhadap semua alternatif pada setiap kriteria

5) Menghitung nilai atau skor alternatif

6) Menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan kepada skor atau nilai total masing-masing alternatif. Formulasi pehitungan skor untuk setiap alternatif dalam metode perbandingan eksponensial adalah sebagai berikut:

krit

Skor =

∑(Nilai ij ) j

Skor i = nilai skor dari alternatif ke-i Nilai ij

= nilai dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j Krit j

= tingkat kepentingan kriteria ke-j i

= 1,2,3,….,n : jumlah alternatif j

= 1,2,3,….,n : jumlah kriteria

Penentuan urutan prioritas keputusan dilakukan dengan cara mengurutkan nilai skor dari alternatif yang terbesar sampai dengan alternatif yang terkecil .

3.3 METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah suatu pendekatan analisis yang bertujuan untuk membuat suatu model permasalahan yang tidak mempunyai struktur. Analisis ini biasanya diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang terukur (kuantitatif), maupun masalah-masalah yang memerlukan pendapat (judgement), AHP banyak digunakan pada pengambilan keputusan untuk banyak kriteria. Perencanaan, alokasi, sumberdaya, dan penentuan prioritas dari strategi yang dimiliki pihak yang terlibat (aktor) dalam situasi konflik (Saaty 1993).

AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk (atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria) secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Semua elemen dikelompokan secara logika dan diperingatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis (Marimin 2004).