Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
5. Melaporkan dan mempersentasikan hasil penelitian yang telah didapat.
Setelah data selesai dianalisis secara deskriptif, langkah terakhir adalah melaporkan dan mempersentasikan hasil penelitian tersebut kepada pihak
sekolah untuk dijadikan sebagai
lesson learned
. Selain melaporkan dan mempersentasikan hasil penelitian tersebut kepada pihak sekolah dalam
hal ini peneliti juga harus melaporkan dan mempersentasikan hasil penelitian kepada pihak
lecture expert
pengajar ahli yaitu dosen pembimbing dan dosen penguji sebagai pertanggung jawaban hasil karya
tulis ilmiah yang telah dilakukan oleh peneliti.
C. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam metode penelitian studi kasus adalah
purposive sampling.
Teknik ini dilakukan dengan cara
pengambilan sampel berdasarkan konsep-konsep yang terbukti berhubungan langsung dengan fenomena yang akan diteliti. Tujuan dari
purposive sampling
adalah untuk mengambil sampel sesuai dengan fenomena yang menunjukan kategori, sifat, dan karakteristik sehingga nantinya akan menjawab masalah
penelitian.
Seperti yang dijelaskan oleh Sukmadinata 2005 bahwa teknik
purposive sampling
memfokuskan pada informan-informan terpilih yang kaya dengan kasus atau fenomena yang akan diteliti secara mendalam. Pada
penelitian ini yang dipilih menjadi sampel penelitian untuk memberikan informasi yang mendalam tentang penyelenggaraan pendidikan karakter
disiplin pada anak usia dini di kelompok bermain Cikal Gemilang 2 terdiri dari siswa, guru, kepala sekolah,
manager operasional
dan orang tua siswa.
Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Alasan peneliti memilih sampel penelitian yang terdiri dari siswa, guru, kepala sekolah,
manager operasional
dan orang tua siswa adalah karena pembentukan karakter anak merupakan upaya yang perlu melibatkan semua
pihak baik peran dari keluarga maupun sekolah seluruh pihak harus berjalan secara integrasi. Proses pendidikan karakter dipandang sebagai usaha sadar
dan terencana. Atas dasar ini, pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh- sungguh untuk memahami, memupuk nilai-nilai etika baik untuk diri sendiri
maupun untuk semua warga masyarakat. Dengan demikian pendidikan karakter adalah segala upaya yang
dilakukan guru yang mempengaruhi karakter siswa. guru membantu membentuk watak siswa. hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku
guru, cara guru menyampaikan materi, bagaiman guru bertoleransi, dan berbagai hal yang terkait begitupun dengan peran pihak keluarga dalam
pembentukan karakter anak. Keluarga khususnya orang tua berperan sebagai basis pendidikan karakter, keluarga adalah komunitas pertama di mana
manusia sejak usia dini belajar konsep baik buruk pantas tidak pantas benar dan salah. Dengan kata lain dikeluargalah seseorang sejak dia sadar
lingkungan belajar tata nilai atau moral. Tata nilai yang diyakini sesorang tercermin dalam karakternya, maka dikeluargalah proses pendidikan karakter
berawal. Maka dari itu pihak keluarga dan sekolah memiliki tanggung jawab yang sama besarnya dalam melaksanakan pendidikan karakter karena anak-
anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula.
D. Fokus Penelitian