Renja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
xxi
18. Koordinasi Bidang Penanaman Modal , menghasilkan output terlaksananya koordinasi dan konsultasi di bidang penanaman
modal ke BKPMRI dan kementerian terkait dengan realisasi anggaran sebesar 88 . Kegiatan ini untuk menunjang
pelaksanaan bidang penanaman di daerah.
19. Operasional Tim Tsk Force Investasi Penanaman Modal, menghasilkan output pelaksanaan survey lapangan atas
permohonan izin, dalam bentuk berita acara lapangan oleh tim perizinan untuk diterbitkan atau ditolaknya izin di bidang
penanaman modal dengan realisasi anggaran sebesar 84, . Kegiatan ini untuk menunjang terlaksanya penerbitan izin di
bidang penanaman modal.
6 Program Peningkatan Pelayanan Publik Bidang Perizinan
20. Pelaksanaan Operasional
Penyelenggaraan Perizinan
, menghasilkan output penerbitan izin sebanyak SITU: 476 bh, HO:
290 bh, SIUP: 562 bh, TDP: 570 bh, TDI: 27 bh, IMB: 173 bh dan TDG: 4 bh dengan realisasi anggaran sebesar 99,32 . Kegiatan
ini untuk penerbitan izin sesuai dengan standar operasional prosedur SOP.
21. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Perizinan, menghasilkan autput terlaksananya monitoring dan evaluasi
perizinan yang telah diterbitkan sesuai dengan permohonan izin dengan realisasi anggaran sebesar 100 . Kegiatan ini
sekaligus mengevaluasi masa berlakunya izin, dari hasil lapangan ditemui sebanyak 519 izin yang telah habis masa
berlakunya.
2.3 Isu –Isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD
Renja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
xxii
Secara umum permasalahan atau isu dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelayanan perizinan dan penanaman
modal pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebagai berikut :
1. Perlunya peningkatan kerjasama dan koordinasi antar staf dinas
instansi teknis, terutama dalam hal pengawasan dan pembinaan, baik terhadap masyarakat yang telah kita keluarkan izinnya
maupun bagi masyarakat yang sampai saat ini belum memiliki izin. 2.
Masih terbatasnya sarana dan prasarana untuk menunjang kelancaran operasional pelayanan perizinan, khususnya
kendaraan roda 4, dimana saat ini Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu hanya memiliki 1 unit kendaraan
roda 4, kendaraan ini selain merupakan kendaraan pimpinan juga digunakan untuk operasional lapangan baik untuk pengecekan
izin yang akan diterbitkan, penagihan, penanganankeberatan masyarakat dan lain sebagainya.
3. Masih kurangnya jumlah dan SDM personil yang ada pada Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pesisir Selatan saat ini, dimana jumlah personil Badan Penanaman
Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pesisir Selatan saat ini berjumlah 16 orang, dengan jumlah perizinan yang dikelola
42 perizinan maka jumlah staf saat ini jelas tidak mencukupi.
Periode 2011-2015 adalah periode kedua dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang daerah RPJPD Kabupaten Pesisir
Selatan 2006-2025. Pada periode pertama yaitu periode 2005-2010 telah diletakkan
dasar-dasar pembangunan
untuk menuju
cita-cita
Renja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
xxiii
pembangunan jangka panjang sebagaimana tertuang dalam RPJPD dimaksud.
Berangkat dari hasil pembangunan pada periode 2006-2010, maka
untuk terciptanya
kesinambungan pembangunan
dan pembangunan berkelanjutan, maka visi Kabupaten Pesisir Selatan
pada periode kedua atau pada RPJM Kabupaten Pesisir Selatan 2011- 2015 adalah
“ Terwujudnya Masyarakat Pesisir Selatan Yang Sejahtera ”.
Untuk mewujudkan visi sebagaimana dimaksud diatas, maka ditetapkan misi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
Terpadu sebagai berikut :
1. Menciptakan tata
kelola pemerintahan
yang baik
berdasar kan prinsip “good governance dan clean
government”. 2. Mewujudkan sistem pengelolaan perizinan yang handal,
yaitu dengan mengembangkan pola pelayanan perizinan yang efektif dan efisien yaitu tepat waktu, tepat biaya dan
tepat sasaran. Sehingga tercipta sistem pelayanan yang mudah, murah, cepat dan pasti.
3. Menumbuh kembangkan sinergitas pengelolaan perizinan dengan stakeholders dengan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi dan kepastian. Hal ini harus terus menerus dibangun karena keterkaitan fungsional antara KPMP2T
dengan SKPD teknis. Adapun faktor-faktor penghambat yang dapat mempengaruhi
pencapaian visi dan misi Kepala Daerah adalah sebagai berikut :
Renja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
xxiv
1. Masih banyaknya jenis perizinan yang belum mempunyai peraturan daerah, kalau ada sudah tidak sesuai lagi
dengan situasi saat ini. 2. Belum sempurnanya SOP Pelayanan yang tersedia saat ini.
3. Sumber daya aparatur tenaga teknis perizinan belum memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
4. Sarana dan prasarana yang belum mencukupi. Adapun tantangan dan peluang yang dihadapi adalah sebagai
berikut :
a. Peluang Eksternal - Teknologi infromasi berkembang pesat.
- Dokumen perizinan merupakan keharusan bagi masyarakat yang terkait dengan Peraturan Tentang Perizinan
- Adanya peraturan daerah Nomor 7 tahun 2011 tentang RTRW. - Dokumen perizinan dijadikan persyaratan bagi kreditor untuk
mendapatkan pinjaman di bank b. Tantangan Internal
- Belum
maksimalnya pemahaman
masyarakat tentang
pengurusan izin -
Tata ruang yang belum maksimal sesuai kebutuhan masyarakat. -
Koordinasi antar instansi dalam penyelenggaraan perizinan dan pengawasan belum optimal.
- Kurangnya pelaksanaan masalah pengawasan oleh SKPD teknis
dalam penerbitan izin yang diterbitkan oleh KPMP2T.
2.4 Target dan Realisasi Pendapatan