Performa Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Periode Produksi Umur 6-13 Minggu Pada Lama Pencahayaan yang Berbeda

PERFORMA PRODUKSI BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix
japonica) PERIODE PRODUKSI UMUR 6-13 MINGGU PADA
LAMA PENCAHAYAAN YANG BERBEDA

SKRIPSI
TRIYANTO

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

RINGKASAN
TRIYANTO. D14103049. 2007. Performa Produksi Burung Puyuh (Coturnix
coturnix japonica) Periode Produksi Umur 6-13 Minggu pada
Lama
Pencahayaan yang Berbeda. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota


: Ir. Niken Ulupi, MS
: Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr.

Unggas merupakan ternak yang peka terhadap rangsangan cahaya. Cahaya
memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan, dewasa kelamin dan
produksi telur pada ternak unggas. Tatalaksana penyinaran merupakan faktor yang
tidak dapat dipisahkan dari manajemen usaha peternakan unggas, bahkan merupakan
salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh peternak. Penambahan cahaya
pada malam hari dapat meningkatkan produksi, tetapi penggunaan cahaya yang
berlebihan belum tentu menghasilkan keadaan yang menguntungkan, bahkan
mungkin dapat merugikan karena akan terjadi pemborosan energi listrik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama pencahayaan
terhadap performa produksi burung puyuh serta lama pencahayaan yang tepat untuk
menghasilkan produksi telur yang optimum. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan
Juli sampai dengan bulan September 2006. Penelitian ini dilakukan di peternakan
Bapak Senen Harto Prayitno, Desa Kajar, Kelurahan Tegalgiri, Kecamatan Nogosari,
Kabupaten Boyolali. Burung puyuh sebanyak 250 ekor umur 42 hari dikelompokkan
secara acak ke dalam 5 taraf perlakuan lama pencahayaan yaitu 16; 18; 20; 22 dan 24
jam/hari. Pencahayaan dilakukan dengan 12 jam cahaya matahari di siang hari dan
ditambah penerangan lampu di malam hari. Penambahan dilakukan di awal sebelum

matahari terbit. Setiap perlakuan di ulang lima kali dan setiap ulangan terdiri dari 10
ekor burung puyuh. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam
(ANOVA). Hasil analisis ragam yang berbeda nyata, dilanjutkan dengan Uji Kontras
Polynomial Ortogonal. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa lama pencahayaan
berpengaruh nyata terhadap produksi telur, tetapi tidak berpengaruh terhadap
konsumsi pakan, konversi pakan dan bobot telur. Hasil Uji Kontras Polynomial
Ortogonal menunjukkan berbeda nyata bahwa kurva respon pengaruh lama
pencahayaan terhadap produksi telur berbentuk kubik, dengan lama pencahayaan
optimum pada pemberian cahaya 22 jam/hari.
Kata-kata kunci : Burung puyuh, produksi telur, lama pencahayaan

ABSTRACT
Production Performance of The Layer Quail (Coturnix coturnic japonica) 6 – 13
Weeks on The Diferent Lightening Period
Triyanto, N. Ulupi dan B. P. Purwanto
Quail (Coturnix coturnic japonica) is a small poultry, but it can produce egg
very well. Lightening is one of the important factors in quails egg production
management. Egg production can be increased by additional lightening in the night.
However, the results was still unclear. This research was carried out to observe the

effect of lightening period on the quails production performance. The treatments
were lighthed for 16, 18, 20, 22 and 24 hours per day. Measured parameters were
feed consumption, egg production, egg weight and feed conversion. The results
showed that periods of lightening were influencing egg production (P> 0.05), but did
not on feed consumption, egg weight and feed conversion. Lightening period for 22
hours per day gives the best performance of egg production.
Keywords : Coturnix coturnix japonica, egg production, lightening, feed conversion

PERFORMA PRODUKSI BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix
japonica) PERIODE PRODUKSI UMUR 6-13 MINGGU PADA
LAMA PENCAHAYAAN YANG BERBEDA

TRIYANTO
D14103049

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

PERFORMA PRODUKSI BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix
japonica) PERIODE PRODUKSI UMUR 6-13 MINGGU PADA
LAMA PENCAHAYAAN YANG BERBEDA

Oleh
TRIYANTO
D14103049

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 9 Maret 2007

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota


Ir. Niken Ulupi, MS
NIP. 131 284 604

Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr.
NIP. 131 471 379

Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny R. Noor, M.Rur. Sc
NIP. 131 624 188

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Boyolali, Jawa Tengah pada tanggal 27 November
1985. Penulis adalah anak ke tiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Senen
Harto Prayitno dan Ibu Sumiyem.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Tegalgiri 3 pada
tahun 1997, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SLTPN1 Ngemplak dan lulus pada tahun 2000. Setelah menyelesaikan pendidikan di
SLTP penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 2

Sukoharjo dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai
mahasiswa di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI).
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Koperasi Mahasiswa Institut
Pertanian Bogor (KOPMA IPB) pada tahun 2003-2006. Penulis mendapatkan
penghargaan sebagai Anggota terbaik KOPMA IPB tahun 2004, kemudian tahun
berikutnya penulis masuk dalam kepengurusan KOPMA IPB periode 2005-2006
sebagai Kepala Departemen Pengembangan Sumber Daya Anggota. Pada
kepengurusan tersebut penulis mendapatkan penghargaan sebagai Pengurus terbaik.
Pada tahun 2006 penulis menjadi salahsatu kandidat Ketua KOPMA IPB dalam
Rapat Anggota Tahunan KOPMA IPB ke-17. Selain itu penulis juga pernah
mengikuti berbagai kegiatan, antara lain dalam bentuk Jambore Koperasi Pemuda
Nusantara di UNISBA, Pendidikan Lanjut Perkoperasian Nasional di UGM, seminar
nasional, pelatihan dan kepanitiaan CAMPUS FAIR KOPMA IPB 2006.

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
karena ridho dan rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul Performa Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Periode

Produksi Umur 6-13 Minggu pada Lama Pencahayaan yang Berbeda. Skripsi ini
ditulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Program Sarjana
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada Nasi Besar Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan kepada
umatnya sampai akhir zaman.
Unggas merupakan ternak yang peka terhadap rangsangan cahaya. Cahaya
memegang peranan penting dalam proses pendewasaan kelamin pada ternak, yang
pada gilirannya akan berpengaruh terhadap produksi telur. Tatalaksana penyinaran
merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dari manajemen usaha peternakan
unggas, bahkan merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh
peternak. Penggunaan cahaya yang berlebihan belum tentu menghasilkan keadaan
yang menguntungkan, bahkan mungkin dapat merugikan karena akan terjadi
pemborosan energi.
Skripsi ini disusun dengan harapan agar hasilnya dapat digunakan sebagai
bahan informasi pada peternak, dinas terkait maupun lembaga penelitian sebagai
pedoman dalam menentukan lama penambahan cahaya pada pemeliharaan burung
puyuh.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam kelancaran penelitian. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih ada kekurangan sehingga masih jauh dari kesempurnaan, tetapi penulis

berharap semoga tulisan ini bermamfa’at bagi pembaca.

Bogor, 9 Maret 2007

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................

ii

ABSTRACT...................................................................................................

iii

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................

vi


KATA PENGANTAR ..................................................................................

vii

DAFTAR ISI.................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL..........................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................

xi

PENDAHULUAN .........................................................................................

1


Latar Belakang ......................................................................................
Tujuan ...................................................................................................

1
1

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................

2

Burung Puyuh .......................................................................................
Pencahayaan..........................................................................................
Fungsi Cahaya ...............................................................................
Lama Pencahayaan ........................................................................
Intensitas Cahaya ...........................................................................
Performa Produksi ................................................................................
Produksi Telur ...............................................................................
Bobot Telur ....................................................................................
Konsumsi Pakan ............................................................................

Konversi Pakan ..............................................................................

2
4
4
6
7
7
7
8
9
10

METODE .......................................................................................................

11

Lokasi dan Waktu .................................................................................
Materi ....................................................................................................
Rancangan Percobaan ...........................................................................
Prosedur ................................................................................................

11
11
12
12

HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................

14

Produksi Telur.......................................................................................
Bobot Telur ...........................................................................................
Konsumsi Pakan ...................................................................................
Konversi Pakan .....................................................................................

14
16
18
20

KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................

22

Kesimpulan ...........................................................................................
Saran .....................................................................................................

22
22

UCAPAN TERIMAKASIH ..........................................................................

23

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

24

LAMPIRAN...................................................................................................

26

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Produksi Telur Burung Puyuh pada Level Protein yang Berbeda .....

8

2. Rataan Produksi Telur selama Penelitian ..........................................

14

3. Rataan Bobot Telur selama Penelitian ...............................................

17

4. Rataan Konsumsi Pakan selama Penelitian .......................................

18

5. Rataan Konversi Pakan selama Penelitian .........................................

20

PERFORMA PRODUKSI BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix
japonica) PERIODE PRODUKSI UMUR 6-13 MINGGU PADA
LAMA PENCAHAYAAN YANG BERBEDA

SKRIPSI
TRIYANTO

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

RINGKASAN
TRIYANTO. D14103049. 2007. Performa Produksi Burung Puyuh (Coturnix
coturnix japonica) Periode Produksi Umur 6-13 Minggu pada
Lama
Pencahayaan yang Berbeda. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota

: Ir. Niken Ulupi, MS
: Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr.

Unggas merupakan ternak yang peka terhadap rangsangan cahaya. Cahaya
memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan, dewasa kelamin dan
produksi telur pada ternak unggas. Tatalaksana penyinaran merupakan faktor yang
tidak dapat dipisahkan dari manajemen usaha peternakan unggas, bahkan merupakan
salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh peternak. Penambahan cahaya
pada malam hari dapat meningkatkan produksi, tetapi penggunaan cahaya yang
berlebihan belum tentu menghasilkan keadaan yang menguntungkan, bahkan
mungkin dapat merugikan karena akan terjadi pemborosan energi listrik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama pencahayaan
terhadap performa produksi burung puyuh serta lama pencahayaan yang tepat untuk
menghasilkan produksi telur yang optimum. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan
Juli sampai dengan bulan September 2006. Penelitian ini dilakukan di peternakan
Bapak Senen Harto Prayitno, Desa Kajar, Kelurahan Tegalgiri, Kecamatan Nogosari,
Kabupaten Boyolali. Burung puyuh sebanyak 250 ekor umur 42 hari dikelompokkan
secara acak ke dalam 5 taraf perlakuan lama pencahayaan yaitu 16; 18; 20; 22 dan 24
jam/hari. Pencahayaan dilakukan dengan 12 jam cahaya matahari di siang hari dan
ditambah penerangan lampu di malam hari. Penambahan dilakukan di awal sebelum
matahari terbit. Setiap perlakuan di ulang lima kali dan setiap ulangan terdiri dari 10
ekor burung puyuh. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam
(ANOVA). Hasil analisis ragam yang berbeda nyata, dilanjutkan dengan Uji Kontras
Polynomial Ortogonal. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa lama pencahayaan
berpengaruh nyata terhadap produksi telur, tetapi tidak berpengaruh terhadap
konsumsi pakan, konversi pakan dan bobot telur. Hasil Uji Kontras Polynomial
Ortogonal menunjukkan berbeda nyata bahwa kurva respon pengaruh lama
pencahayaan terhadap produksi telur berbentuk kubik, dengan lama pencahayaan
optimum pada pemberian cahaya 22 jam/hari.
Kata-kata kunci : Burung puyuh, produksi telur, lama pencahayaan

ABSTRACT
Production Performance of The Layer Quail (Coturnix coturnic japonica) 6 – 13
Weeks on The Diferent Lightening Period
Triyanto, N. Ulupi dan B. P. Purwanto
Quail (Coturnix coturnic japonica) is a small poultry, but it can produce egg
very well. Lightening is one of the important factors in quails egg production
management. Egg production can be increased by additional lightening in the night.
However, the results was still unclear. This research was carried out to observe the
effect of lightening period on the quails production performance. The treatments
were lighthed for 16, 18, 20, 22 and 24 hours per day. Measured parameters were
feed consumption, egg production, egg weight and feed conversion. The results
showed that periods of lightening were influencing egg production (P> 0.05), but did
not on feed consumption, egg weight and feed conversion. Lightening period for 22
hours per day gives the best performance of egg production.
Keywords : Coturnix coturnix japonica, egg production, lightening, feed conversion

PERFORMA PRODUKSI BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix
japonica) PERIODE PRODUKSI UMUR 6-13 MINGGU PADA
LAMA PENCAHAYAAN YANG BERBEDA

TRIYANTO
D14103049

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

PERFORMA PRODUKSI BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix
japonica) PERIODE PRODUKSI UMUR 6-13 MINGGU PADA
LAMA PENCAHAYAAN YANG BERBEDA

Oleh
TRIYANTO
D14103049

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 9 Maret 2007

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Ir. Niken Ulupi, MS
NIP. 131 284 604

Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr.
NIP. 131 471 379

Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny R. Noor, M.Rur. Sc
NIP. 131 624 188

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Boyolali, Jawa Tengah pada tanggal 27 November
1985. Penulis adalah anak ke tiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Senen
Harto Prayitno dan Ibu Sumiyem.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Tegalgiri 3 pada
tahun 1997, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SLTPN1 Ngemplak dan lulus pada tahun 2000. Setelah menyelesaikan pendidikan di
SLTP penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 2
Sukoharjo dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai
mahasiswa di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI).
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Koperasi Mahasiswa Institut
Pertanian Bogor (KOPMA IPB) pada tahun 2003-2006. Penulis mendapatkan
penghargaan sebagai Anggota terbaik KOPMA IPB tahun 2004, kemudian tahun
berikutnya penulis masuk dalam kepengurusan KOPMA IPB periode 2005-2006
sebagai Kepala Departemen Pengembangan Sumber Daya Anggota. Pada
kepengurusan tersebut penulis mendapatkan penghargaan sebagai Pengurus terbaik.
Pada tahun 2006 penulis menjadi salahsatu kandidat Ketua KOPMA IPB dalam
Rapat Anggota Tahunan KOPMA IPB ke-17. Selain itu penulis juga pernah
mengikuti berbagai kegiatan, antara lain dalam bentuk Jambore Koperasi Pemuda
Nusantara di UNISBA, Pendidikan Lanjut Perkoperasian Nasional di UGM, seminar
nasional, pelatihan dan kepanitiaan CAMPUS FAIR KOPMA IPB 2006.

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
karena ridho dan rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul Performa Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Periode
Produksi Umur 6-13 Minggu pada Lama Pencahayaan yang Berbeda. Skripsi ini
ditulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Program Sarjana
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada Nasi Besar Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan kepada
umatnya sampai akhir zaman.
Unggas merupakan ternak yang peka terhadap rangsangan cahaya. Cahaya
memegang peranan penting dalam proses pendewasaan kelamin pada ternak, yang
pada gilirannya akan berpengaruh terhadap produksi telur. Tatalaksana penyinaran
merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dari manajemen usaha peternakan
unggas, bahkan merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh
peternak. Penggunaan cahaya yang berlebihan belum tentu menghasilkan keadaan
yang menguntungkan, bahkan mungkin dapat merugikan karena akan terjadi
pemborosan energi.
Skripsi ini disusun dengan harapan agar hasilnya dapat digunakan sebagai
bahan informasi pada peternak, dinas terkait maupun lembaga penelitian sebagai
pedoman dalam menentukan lama penambahan cahaya pada pemeliharaan burung
puyuh.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam kelancaran penelitian. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih ada kekurangan sehingga masih jauh dari kesempurnaan, tetapi penulis
berharap semoga tulisan ini bermamfa’at bagi pembaca.

Bogor, 9 Maret 2007

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................

ii

ABSTRACT...................................................................................................

iii

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................

vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................

vii

DAFTAR ISI.................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL..........................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................

xi

PENDAHULUAN .........................................................................................

1

Latar Belakang ......................................................................................
Tujuan ...................................................................................................

1
1

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................

2

Burung Puyuh .......................................................................................
Pencahayaan..........................................................................................
Fungsi Cahaya ...............................................................................
Lama Pencahayaan ........................................................................
Intensitas Cahaya ...........................................................................
Performa Produksi ................................................................................
Produksi Telur ...............................................................................
Bobot Telur ....................................................................................
Konsumsi Pakan ............................................................................
Konversi Pakan ..............................................................................

2
4
4
6
7
7
7
8
9
10

METODE .......................................................................................................

11

Lokasi dan Waktu .................................................................................
Materi ....................................................................................................
Rancangan Percobaan ...........................................................................
Prosedur ................................................................................................

11
11
12
12

HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................

14

Produksi Telur.......................................................................................
Bobot Telur ...........................................................................................
Konsumsi Pakan ...................................................................................
Konversi Pakan .....................................................................................

14
16
18
20

KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................

22

Kesimpulan ...........................................................................................
Saran .....................................................................................................

22
22

UCAPAN TERIMAKASIH ..........................................................................

23

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

24

LAMPIRAN...................................................................................................

26

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Produksi Telur Burung Puyuh pada Level Protein yang Berbeda .....

8

2. Rataan Produksi Telur selama Penelitian ..........................................

14

3. Rataan Bobot Telur selama Penelitian ...............................................

17

4. Rataan Konsumsi Pakan selama Penelitian .......................................

18

5. Rataan Konversi Pakan selama Penelitian .........................................

20

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) .....................................

3

2. Mekanisme Pengaruh Cahaya terhadap Dewasa Kelamin ................

5

3. Hubungan antara Lama Pencahayaan dengan Produksi Telur...........

15

4. Grafik Produksi Telur Mingguan .......................................................

16

5. Grafik Bobot Telur Mingguan ...........................................................

17

6. Grafik Konsumsi Pakan Mingguan....................................................

19

7. Grafik Konversi Pakan Mingguan .....................................................

21

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Hasil Analisis Ragam Produksi Telur ................................................

27

2. Hasil Analisis Ragam Konsumsi Pakan.............................................

27

3. Hasil Analisis Ragam Konversi Pakan Hasil .....................................

27

4. Hasil Analisis Ragam Bobot Telur ....................................................

27

5. Keadaan lingkungan selama penelitian..............................................

27

6. Komposisi Pakan selama Penelitian ..................................................

28

7. Data Produksi Telur selama Penelitian ..............................................

28

8. Data Bobot Telur selama Penelitian ..................................................

28

9. Data Konsumsi Pakan selama Penelitian ...........................................

29

10. Data Konversi Pakan Hasil selama Penelitian ...................................

29

11. Uji Kontras Polynomial Ortogonal ....................................................

29

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Unggas merupakan ternak yang peka terhadap rangsangan cahaya. Cahaya
memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan, pendewasaan kelamin dan
produksi telur pada ternak unggas. Pada periode starter cahaya berperan penting
dalam proses pertumbuhan melalui pengaturan sekresi hormon somatotropik (Card
dan Nesheim, 1972). Pada periode grower cahaya berperan dalam proses
pendewasaan kelamin melalui pengaturan sekresi hormon melatonin (Wikipedia,
2006). Pada periode layer, cahaya berperan dalam proses produksi melalui
pengaturan sekresi hormon LH (Luteinizing Hormone) dan FSH (Follicle Stimulating
Hormone) yang berperan dalam produksi ovum yang pada akhirnya menentukan
produksi telur (North dan Bell, 1990).
Tatalaksana penyinaran merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dari
manajemen usaha peternakan unggas, bahkan merupakan salah satu faktor penting
yang harus diperhatikan oleh peternak. Penambahan cahaya dalam kandang dapat
meningkatkan produksi telur tetapi penggunaan cahaya yang berlebihan belum tentu
menghasilkan keadaan yang menguntungkan, bahkan mungkin dapat merugikan
karena akan terjadi pemborosan energi listrik sehingga meningkatkan biaya
operasional. Berdasarkan uraian tersebut maka ingin diteliti pengaruh lama
pencahayaan terhadap burung puyuh periode produksi.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pencahayaan
terhadap performa produksi burung puyuh periode produksi. Performa produksi
burung puyuh meliputi produksi telur, konsumsi pakan, konversi pakan dan bobot
telur.

TINJAUAN PUSTAKA
Burung Puyuh
Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi,
ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Burung puyuh merupakan burung
liar yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870. Burung
puyuh yang dipelihara di Amerika disebut dengan Bob White Quail, Colinus
Virgianus sedangkan di China disebut dengan Blue Breasted Quail, Coturnix
Chinensis (Tetty, 2002). Masyarakat Jepang, China, Amerika dan beberapa negara
Eropa telah mengkonsumsi telur dan dagingnya karena burung puyuh bersifat
dwiguna. Burung puyuh terus dikembangkan keseluruh penjuru dunia, sedangkan di
Indonesia burung puyuh mulai dikenal dan diternakkan sejak tahun 1979 (Progressio,
2000).
Menurut Pappas (2002), klasifikasi zoologi burung puyuh adalah sebagai
berikut :
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Sub phylum: Vertebrata
Class: Aves
Ordo: Galliformes
Famili: Phasianidae
Sub Famili: Phasianidae
Genus: Coturnix
Species: Coturnix coturnix japonica
Burung puyuh merupakan kekayaan plasma nutfah Indonesia disebut juga
Gemak. Jenis burung puyuh yang dipelihara di Indonesia diantaranya Coturnix
coturnix japonica, Coturnix chinensis atau Bluebreasted quail, Turnic susciator,
Arborophila javanica dan Rollus roulroul yang dipelihara sebagai burung hias
karena memiliki jambul yang indah (Helinna dan Mulyantono, 2002). Burung puyuh
sekarang banyak diternakkan adalah Coturnix coturnix japonica. Coturnix coturnix
japonica adalah burung puyuh yang telah lama didomestikasi sehingga kehilangan
naluri untuk mengerami telurnya (Nugroho dan Manyun, 1986).

Burung puyuh mempunyai ciri-ciri badannya kecil, bulat dan ekornya sangat
pendek (Helinna dan Mulyantono, 2002). Burung puyuh memiliki warna bulu
bercak-bercak coklat. Kebutuhan pakannya sangat sedikit, sesuai dengan ukuran
tubuhnya yang kecil yaitu 14-24 gram/ekor/hari (Sunarno, 2004). Burung puyuh
memiliki kesuburan yang tinggi, mencapai dewasa kelamin dalam waktu singkat,
sekitar 6 minggu, lama menetas singkat yaitu 16-17 hari (Tetty, 2002), untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)
Burung puyuh merupakan salah satu jenis unggas yang cukup produktif
(Sunarno, 2004), dapat bertelur sebanyak 300 butir/tahun (Helinna dan Mulyantono,
2002). Produksi telur yang optimum dapat ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu
breeding, feeding dan management.
Menurut Permana (2005), bibit burung puyuh petelur komersial didapatkan
dari telur tetas yang fertil. Telur tetas yang fertil didapatkan dari perkawinan antara
pejantan dan betina dengan rasio satu jantan dan tiga betina. Proses penetasan telur
puyuh biasanya dilakukan pada suhu 37-40°C dan kelembaban 55% selama 17 hari.
Proses penetasan dimulai dari fumigasi telur, grading telur, penyimpanaan telur
dalam setter, pemindahan ke hetcher, setelah menetas dilakukan grading DOQ dan
sexing jantan/betina. North dan Bell (1990) menyatakan bahwa pada ayam, jantan
digunakan untuk bibit ayam pedaging dan betina untuk bibit ayam petelur komersial.
Burung puyuh membutuhkan pakan dengan kandungan protein yang berbeda
pada tiap periode. Pada periode starter minimal kandungan protein kasar 24 % dan
energi termetabolis 2900 Kkal/kg. Pada periode grower minimal kandungan protein
kasar 20 % dan energi termetabolis 2700 Kkal/kg. Pada periode layer minimal

kandungan protein kasar 22 % dan energi termetabolis 2900 Kkal/kg (SNI, 1995).
Pada masa pertumbuhan, protein digunakan untuk menyusun jaringan tubuh yaitu
membentuk otot, kuku, sel darah dan tulang tetapi pada masa bertelur protein tidak
lagi digunakan untuk menyusun jaringan tubuh tetapi lebih digunakan untuk materi
penyusun telur dan sperma (NRC, 1994).
Manajemen lingkungan sangat penting untuk menjaga ternak merasa
nyaman. Suhu lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan puyuh adalah 20-25ºC
(Tetty, 2002). Suhu yang terlalu tinggi akan akan menurunkan kesuburan sperma
pada puyuh pejantan dan pada puyuh betina, suhu yang terlalu tinggi akan
menyebabkan kerabang telur yang dihasilkan lebih tipis dan mudah retak (North dan
Bell, 1990). Kelembaban dalam kandang sangat penting untuk diperhatikan karena
akan mempengaruhi kesehatan ternak. Kelembaban dalam kandang idealnya 3080%. Kelembaban kandang yang terlalu tinggi akan menyebabkan puyuh mudah
terserang penyakit karena kelembaban yang tinggi akan mendukung perkembangan
mikroorganisme dan bakteri (Tetty, 2002).
Penyakit pada puyuh secara umum digolongkan menurut penyebabnya yaitu
disebabkan oleh bakteri, virus, cendawan dan kekurangan gizi. Penyakit yang
disebabkan oleh bakteri antaralain radang usus, pullorum dan coccidiosis.
Pencegahan penyakit yang disebabkan bakteri bisa dilakukan dengan pembersihan
kandang dan disinfeksi kandang karena kandang dan peralatan merupakan media
penularan yang efektif. Penyakit yang disebabkan virus antaralain Newcastle
Desease, quail bronchitis dan cacar unggas. Pencegahan penyakit tetelo atau ND bisa
dilakukan dengan vaksinasi ND. Cendawan yang menyebabkan penyakit pada puyuh
adalah Aspergillosis fumigatus. Cendawan Aspergillosis akan muncul apabila kondisi
kandang terlalu lmbab, kurang sinar matahari, kotor dan ventilasi udara kurang baik.
Pencegahan penyakit yang disebabkan Cendawan Aspergillosis adalah dengan cara,
jangan memberikan pakan yang sudah bercendawan dan kelembabaan kandang tidak
boleh terlalu tinggi (Tetty, 2002).
Pencahayaan
Fungsi Cahaya
Pada unggas, ada tiga fungsi utama cahaya yaitu untuk memudahkan
penglihatan, untuk merangsang siklus internal dalam kaitannya dengan perubahan

panjang hari serta untuk merangsang pelepasan hormon (Ncsu, 2006). Unggas adalah
ternak yang peka terhadap cahaya. Cahaya akan mempengaruhi proses biologis
melalui aktifitas hormonal. Efek cahaya terhadap aktivitas reproduksi pada unggas
dapat melalui tiga cara yaitu mata, kelenjar pineal dan hypotalamus (Card dan
Nesheim, 1972).
Pada periode starter cahaya berperan dalam proses pertumbuhan melalui
pengaturan sekresi hormon somatotropik dan hormon tyroid. Cahaya yang mengenai
mata ayam akan diterima oleh reseptor pada mata ayam, merangsang syaraf mata dan
kemudian rangsangan ini diteruskan ke hypotalamus. Hasil kerja selanjutnya
menyebabkan pengeluaran hormon pengendali dari anterior pituitary.

Hormon

pengendali tersebut terdiri dari hormon stimulasi tyroid yang meningkatkan aktivitas
tyroid dan hormon somatotropik yang berfungsi mengatur pertumbuhan. Hormon ini
secara langsung mempengaruhi pertumbuhan anak ayam, yaitu mengendalikan
metabolisme asam amino dalam pembentukan protein (Card dan Nesheim, 1972).
Pada periode grower cahaya berperan penting dalam proses pendewasaan
kelamin dan pengaturan aktivitas harian. Cahaya berperan dalam proses
pendewasaan kelamin melalui pengaturan sekresi hormon melatonin (Wikipedia,
2006). Cahaya mempengaruhi badan pineal dalam mensintesa dan mensekresikan
hormon melatonin. Konsentrasi melatonin tinggi ditemukan pada keadaan gelap dan
rendah pada keadaan terang (Frendson,1992). Pada puyuh jepang (Coturnix coturnix
japonica), sekresi hormon melatonin ke dalam plasma darah tertahan pada saat
perubahan gelap menjadi terang. Tertahannya hormon melatonin tersebut merupakan
kondisi yang kritis terhadap perkembangan gonade (Ohta, et al., 1989). Gelap atau
terhambatnya cahaya akan merangsang kelenjar pineal untuk memproduksi hormon
melatonin, akibatnya produksi melatonin yang berlebih akan menyebabkan
terhambatnya perkembangan seksual (Wikipedia, 2006; Cockrem, 1985). Mekanisme
pengaruh cahaya terhadap dewasa kelamin dapat dilihat pada Gambar 2.
Cahaya

Retina

produksi melathonin

SCN

PVN

asam amino triptopan

SCG

Kelenjar pineal
Sistem saraf pusat

Dewasa kelamin
Gambar 2. Mekanisme Pengaruh Cahaya Terhadap Dewasa Kelamin
(Wikipedia, 2006)

Pada periode layer cahaya berperan dalam pematangan dan pelontaran ovum
yang pada akhirnya mempengaruhi produksi telur (Setyawan, 2006). Cahaya yang
diterima oleh mata unggas akan dilanjutkan ke bagian otak yang disebut
hypotalamus. Hypotalamus ini berperan sebagai pengatur fungsi organ-organ tubuh
yang menggerakkan aktivitas-aktivitas hidup seperti makan, minum, tingkah laku
seksual serta sekresi kelenjar anterior pituitary. Setelah cahaya diterima oleh
hypothalamus maka akan merangsang anterior pituitary untuk mensekresikan
hormon LH (Luteinizing Hormone) dan FSH (Follicle Stimulating Hormone) serta
gonadotropin. Setelah mencapai dewasa kelamin, LH (Luteinizing Hormone)
merangsang pelontaran ovum (North dan Bell, 1990). Hormon FSH merangsang
folikel dalam ovarium sehingga tumbuh dan berkembang dengan cepat serta
menghasilkan hormon estrogen, progesteron dan androgen. Hormon estrogen
berfungsi untuk merangsang perkembangan oviduct, sedangkan progesteron dan
androgen penting untuk merangsang oviduct dalam pembentukan albumen telur
(Card dan Nesheim, 1972).
Lama Pencahayaan
North dan Bell (1990) menyatakan bahwa, intensitas cahaya, panjang periode
hari terang dan pola pergantian hari menghasilkan respon biologi yang berhubungan
dengan produksi telur. Gordon (1994) menyatakan bahwa pemberian cahaya pada
unggas ditujukan agar unggas mendapatkan kesempatan untuk makan, minum serta
aktivitas lainnya, selain itu cahaya juga penting dalam proses reproduksi. Pemberian
cahaya secara terus-menerus selama 24 jam perhari dapat mengganggu kenyamanan,
mengurangi kesempatan untuk istirahat, mengkibatkan stres daserta mengganggu
kesehatan.
Mufti (1997), melaporkan bahwa pemberian cahaya 16 jam per hari dan
tingkat protein pakan 22,8% selama periode pertumbuhan telah menghasilkan kinerja
yang optimal selama periode pertumbuhan maupun periode bertelur. Peningkatan
jumlah cahaya sampai 20 jam perhari dapat menigkatkan produksi telur dan konversi
ransum. Purwantoro (2005) dalam panduan beternak puyuh dari Malaysia,
menyatakan bahwa untuk produksi telur yang optimum, puyuh petelur membutuhkan
17 jam cahaya setiap hari, dua belas jam adalah dari cahaya matahari dan lima jam
dari cahaya lampu. Sudjarwo (2000), menyarankan bila memelihara burung puyuh

agar memberikan hasil performan yang baik, sebaiknya diberikan jenis lampu dengan
lama pencahayaan setiap harinya 24 jam.
Intensitas Cahaya
North dan Bell (1990), melaporkan bahwa setelah beberapa kali percobaan,
burung akan menemukan jalannya ke tempat pakan dan kemudian makan, ketika
intensitas cahaya minimal seperempat footcandle (≥2,69 lux). Morris (1994)
menyatakan bahwa ada hubungan kurviliniar antara intensitas cahaya dengan
produksi telur. Produksi telur yang optimal dicapai pada intensitas 5 lux yang diukur
didepan cage. Tucker dan Charles (1993), menyatakan bahwa intensitas cahaya
antara 1,74 lux sampai 34 lux tidak mepengaruhi bobot telur yang diproduksi.
Performa Produksi
Produksi Telur
North dan Bell (1990) menyatakan bahwa produksi telur sangat ditentukan
oleh strain burung, umur pertama bertelur, kematian sebelum masa bertelur,
konsumsi pakan dan kandungan protein pakan. Menurut Setyawan (2006), produksi
telur ditentukan oleh produksi ovum dan produksi ovum ditentukan oleh jumlah
pakan yang dikonsumsi dan proses hormonal.
Eishu, et al. (2005), dari hasil penelitiannya melaporkan bahwa pemberian
pakan dengan kandungan protein yang berbeda, lama pencahayaan 16 jam/hari dan
suhu 22,5°C menghasilkan produksi telur seperti dalam Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Produksi Telur Burung Puyuh Pada Level Protein yang Berbeda
Level Protein

Umur (minggu)
6-10

--- % ---

10-20

20-32

6-32

----------------------- % --------------------

18

46,7

61,6

42,8

53

20

67,9

63

62,5

63,7

22

51,3

71,7

62,3

64,6

24

66,5

81,7

81,1

78,7

Sumber: Eishu, et al. 2005

Makund (2006) melaporkan bahwa pemberian pakan dengan kandungan
energi 2700 Kkal/kg cukup untuk produksi telur optimum yaitu 79,09% pada umur

9-19 minggu dengan konversi pakan 3,43. Pemberian pakan dengan kandungan
energi 2900 Kkal/kg produksi tidak berbeda yaitu 78,59% dengan konversi pakan
3,34.
Burung puyuh akan mulai bertelur pada umur 42 hari. Pada permulaan masa
bertelur, produksi telurnya sedikit dan akan cepat meningkat sesuai bertambahnya
umur. Puyuh mencapai puncak produksi lebih dari 80% pada minggu ke-13 (Tetty,
2002). Telur saat permulaan bertelur berukuran kecil ukuran telur membesar sesuai
pertambahan umur dan akan mencapai besar yang stabil. Burung puyuh yang awal
bertelur terlalu muda akan menghasilkan telur yang lebih kecil apabila dibandingkan
dengan telur yang dihasilkan oleh burung puyuh yang lambat mulai bertelurnya
Nugroho dan Manyun (1986).
Bobot Telur
North dan Bell (1990) menyatakan bahwa bobot telur adalah hasil dari sifat
genetika kuantitatif atau sifat dengan heritabilitas tinggi, sehingga kurang
dipengaruhi oleh lingkungan dan lebih mudah untuk meningkatkan bobot telur
melalui manipulasi bobot telur pada strain burung oleh ahli genetika. Noor (2000),
menyatakan bahwa sifat bobot telur mempunyai nilai heritabilitas (h2) yang tinggi
yaitu sebesar 60%.
North dan Bell (1990) menyatakan bahwa variasi bobot telur biasanya
seragam hanya pada telur double yolk dan telur abnormal lainnya. Ada beberapa
faktor yang menyebabkan variasi bobot telur antara lain pola alami produksi telur,
akibat pakan dan menajemen serta faktor lain yang berhubungan dengan genetik.
Pola alami produksi telur yaitu ketika ayam baru mulai bertelur, telur berukuran kecil
secara berangsur-angsur bobot telur meningkat seiring pertambahan umur ayam dan
mencapai bobot maksimum ketika mendekati akhir masa bertelur. Nugroho dan
Manyun (1986) juga menyatakan bahwa telur puyuh saat permulaan bertelur
berukuran kecil, ukuran telur membesar sesuai pertambahan umur dan akan
mencapai besar yang stabil.
North dan Bell (1990) menyatakan bahwa temperatur lingkungan dan
konsumsi pakan merupakan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi bobot
telur. Kenaikan suhu lingkungan dapat menurunkan menurunkan ukuran telur dan
kualitas kerabang telur. Ukuran dan bobot telur sangat berhubungan dengan ukuran

kuning telur dibandingkan faktor yang lain. Kuning telur dan albumen berhubungan
erat dengan perubahan periode produksi. Kuning telur bobotnya 22-25% dari bobot
telur keseluruhan. Kenaikan bobot telur akan mengakibatkan kenaikan bobot kuning
telur lebih banyak dari albumen.
Hasil penelitian Eishu, et al. (2005) pada burung puyuh yang berumur 8-9
minggu pada suhu 22,5-32oC, pemberian pakan dengan kandungan protein 22%
bobot telurnya 9,2 gram. Pada umur 20-21 dan 31-32 minggu pemberian pakan
dengan kandungan protein 22% bobot telurnya 10,1 gram dan 11,0 gram.
Konsumsi Pakan
Menurut North dan Bell (1990), pakan pada unggas akan diperlukan untuk
empat alasan yaitu untuk body maintenence, pertumbuhan, pertumbuhan bulu dan
produksi telur. Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan harian pada unggas
dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok faktor yang berpengaruh dominan adalah
kandungan energi pakan dan suhu lingkungan. Kelompok faktor yang berpengaruh
minor adalah strain burung, berat tubuh, Bobot telur harian, pertumbuhan bulu,
derajat stress dan aktivitas burung. Gordon (1994) menyatakan bahwa pemberian
cahaya pada unggas ditujukan agar unggas mendapatkan kesempatan untuk makan,
minum serta aktivitas lainnya, selain itu cahaya juga penting dalam proses
reproduksi.
North dan Bell (1990), menyatakan bahwa kenaikan suhu lingkungan akan
menurunkan konsumsi pakan, menurunkan produksi telur, menurunkan ukuran telur,
menurunkan kualitas kerabang telur dan sebaliknya meningkatkan konversi pakan
serta konsumsi air. Islam (2003) melaporkan bahwa pengaturan siklus temperatur
lingkungan siang dan malam yang dilakukan pada ayam petelur white leghorn dapat
mempengaruhi tingkahlaku makan pada ternak. Pengaturan temperatur pada siang
dan malam 25-33oC, 33-25oC dan temperatur tetap 29-29oC berpengaruh nyata
terhadap konsumsi pakan. Pakan yang dikonsumsi pada temperatur 25-33oC adalah
78 g/hari berbeda dengan temperatur tetap 29-29oC yaitu 94 g/hari.
Makund (2006) menyatakan bahwa pada puyuh petelur umur 9-19 minggu
dengan kandungan energi 2900 Kkal/kg adalah 30,02 gram per ekor per hari
sedangakan pada pemberian pakan dengan kandungan energi 2700 Kkal/kg adalah
31,27 gram per ekor per hari. Semakin tinggi kandungan energi pakan, semakin

sedikit pakan yang di konsumsi. Kusumoastuti (1992) melaporkan bahwa, pada
puyuh petelur umur 13-19 minggu dapat mengkonsumsi pakan sebanyak 127,12165,15 g/ekor/minggu. Sumbawati (1992) mendapatkan hasil yang berbeda yaitu
pada puyuh petelur umur 10-20 minggu dapat mengkonsumsi pakan sebanyak
109,69-135,59 g/ekor/minggu.
Burung puyuh membutuhkan pakan dengan kandungan protein yang berbeda
pada tiap periode. Pada periode starter minimal kandungan protein kasar 24 % dan
energi termetabolis 2900 Kkal/kg. Pada periode grower minimal kandungan protein
kasar 20 % dan energi termetabolis 2700 Kkal/kg. Pada periode layer minimal
kandungan protein kasar 22 % dan energi termetabolis 2900 Kkal/kg (SNI, 1995).
Tetty (2002), menyatakan bahwa untuk mencapai produksi yang optimum, sebaiknya
puyuh pada periode bertelur diberi ransum dengan tingkat protein 20% sedangkan
energi metabolis sebesar 2800 Kkal/kg ransum.
Konversi Pakan
Konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang
dikonsumsi (gram) dengan produksi telur (gram) yang dihasilkan. Konversi ransum
dapat digunakan untuk mengukur keefisienan ransum, semakin rendah angka
konversi ransum berarti efisiensi penggunaan ransum semakin tinggi dan sebaliknya
semakin tinggi angka konversi ransum berarti tingkat efisiensi ransum semakin
rendah. Konversi pakan dipengaruhi oleh bangsa burung, manajemen, penyakit serta
pakan yang digunakan (Ensminger, 1992).
Makund (2006) menyatakan bahwa, pemberian pakan pada umur 9-19
minggu dengan kandungan energi 2700 Kkal/kg konversi pakannya adalah 3,43,
sedangkan pada kandungan energi 2900 Kkal/kg konversi pakan tidak berbeda yaitu
3,34. Sumbawati (1992) melaporkan bahwa, pada puyuh petelur umur 10-20 minggu
pada penggunaan beberapa tingkat zeolit dengan tingkat protein dalam ransum
burung puyuh dapat mengkonsumsi pakan sebanyak 109,69-135,59 g/ekor/minggu
dengan konversi pakan 3,00-3,61.

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di peternakan Bapak Senen Harto Prayitno, Desa
Kajar, Kelurahan Tegalgiri, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. Penelitian
dilaksanakan mulai dari bulan 20 Juli sampai dengan 2 September 2006.
Materi
Ternak
Ternak yang digunakan adalah puyuh petelur Coturnix coturnix japonica
berumur enam minggu sebanyak 250 ekor, yang berasal dari Pembibit lokal milik
Bapak Sunaryo di Desa Kajar, Kelurahan Tegalgiri, Kecamatan Nogosari, Kabupaten
Boyolali.
Pakan
Pakan yang digunakan adalah pakan puyuh komersial Formula Q-504 yang
diproduksi oleh PT Sierad Produce dengan kode produksi No.572247 spesifikasi
puyuh petelur untuk periode bertelur (6-12 minggu), bentuk pelet dengan kandungan
protein 22% dan energi metabolis 2.900 Kkal/kg.
Vitamin
Vitamin yang digunakan Vita Stress dan Medi Egg produk dari PT. Medion.
Kandang
Kandang yang digunakan adalah kandang cage sebanyak 25. Cage
mempenyai panjang 80 cm, lebar 50 cm dan tinggi 25 cm kapasitas 10 ekor.
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tempat pakan, tempat
air minum, ember, alat tulis, lampu merek Osram yang berkekuatan masing-masing 5
watt berjumlah 25 buah, kabel, fitting dan tirai untuk pemisah antar kandang (kardus
berwarna cokelat), timbangan telur dan pakan merek JPT-2 kapasitas 200 g dengan
skala terkecil 0,1 g.

Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Sebagai perlakuan
ialah lama pencahayaan. Terdiri dari 5 taraf perlakuan: P1, P2, P3, P4 dan P5
masing-masing dengan lama pencahayaan puyuh periode produksi selama 16, 18,
20, 22 dan 24 jam/hari. Setiap perlakuan diulang 5 kali. Setiap ulangan terdiri dari 10
ekor, dengan model matematika sebagai berikut :
Yij = μ + αi + εij
Yij : Nilai pengamatan pada pemberian cahaya ke-i dan ulangan ke-j
μ

: Rataan umum

αi : Pengaruh perlakuan pemberian cahaya ke-i
εij : Pengaruh galat percobaan pemberian cahaya ke-i pada ulangan ke-j
Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis ragam (Anova). Apabila
terdapat hasil yang berbeda maka dilanjutkan dengan Uji Tukey dan Uji Kontras
Polynomial Ortogonal (Mattjik dan Sumertajaya, 2002).
Peubah yang diamati meliputi konsumsi pakan, produksi telur, bobot telur
dan konversi pakan.
Prosedur
Persiapan Kandang
Sebelum penelitian dimulai, kandang dibersihkan dengan air untuk
menghilangkan sisa kotoran, setelah kering kemudian disucihamakan dengan
disinfektan. Ruangan disekat menjadi 25 petak dengan menggunakan kardus.
Kandang 25 buah masing-masing ditempatkan di petak yang berbeda kemudian
diberi nomor 1-25. Burung puyuh 250 ekor dibagi menjadi 25 kelompok masingmasing 10 ekor. Penempatan ke dalam kandang dengan sistem acak.
Pemeliharaan
Pemberian pakan dan minum dilakukan ad libitum. Pemberian pakan dan
minum dilakukan sehari sekali pada pagi hari pukul 07.30 WIB. Pencatatan
dilakukan pada pemberian pakan harian dan sisa pakan untuk mengetahui konsumsi
pakan.
Pengambilan telur dilakukan satu kali sehari yaitu pada malam hari pukul
19.00 WIB karena kandang yang berkapasitas 25 ekor hanya diisi 10 ekor.

Pencatatan dilakukan pada jumlah telur tiap kandang dan dilakukan penimbangan
telur tiap kandang setiap hari untuk mengetahui jumlah telur dan bobot telur
Pemasangan lampu dilakukan dengan jarak 50 cm dari kandang, setelah
dilakukan pengukuran didapatkan intensitas cahaya lampu 5 watt dengan jarak 50 cm
adalah 11,2 lux. Pemberian cahaya dilakukan dengan 12 jam cahaya matahari
kemudian sisanya ditambahkan cahaya lampu. Penambahan cahaya diberikan di
awal. Penambahan cahaya dilakuan sebelum cahaya matahari muncul, sehingga
lampu dinyalakan untuk P1, P2, P3, P4 dan P5 masing-masing pukul 02.00, 24.00,
22.00, 20.00 dan 18.00 WIB.
Pemberian vitamin Vitastres dilakukan setelah pindah kandang tiga hari
berturut-turut. Pemberian vitamin dilakukan untuk menghilangkan stres setelah
pindah kandang. Pemberian Medi Egg dilakukan untuk merangsang produksi telur.
Pemberian Medi Egg dilakukan satu kali dalam seminggu.
Pengaruh Peubah
Produksi telu