Performa Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) pada Perbandingan Jantan dan Betina yang Berbeda

PERFORMA PRODUKSI BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix
japonica) PADA PERBANDINGAN JANTAN DAN
BETINA YANG BERBEDA

SKRIPSI
DUTA SETIAWAN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RINGKASAN
DUTA SETIAWAN. D14101065. 2006. Performa Produksi Burung Puyuh
(Coturnix coturnix japonica) pada Perbandingan Jantan dan Betina yang
Berbeda. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Sri Darwati, MSi.
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. M. M. Siti Sundari K.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang A Bagian Pemuliaan dan
Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari akhir Januari
sampai dengan awal April 2005.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan perbandingan jantan dan
betina yang tepat terhadap performa produksi serta persaingan antar pejantan dalam
mengawini betina akan berpengaruh terhadap performa produksi burung puyuh.
Diharapkan hasil penelitian berguna bagi masyarakat pada umumnya, khususnya
bagi peternak dan sekaligus memberikan informasi untuk penelitian lebih lanjut.
Penelitian ini menggunakan 180 ekor burung puyuh Coturnix coturnix
japonica berumur empat minggu. Burung puyuh betina berjumlah 144 ekor dan
burung puyuh jantan berjumlah 36 ekor.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Kelompok dengan enam taraf perlakuan dan empat ulangan sebagai kelompok,
dengan taraf perlakuannya adalah perbandingan jantan dan betina yaitu: 1:2, 1:4, 1:6,
2:4, 2:8 dan 2:12. Data yang diperoleh diuji sebaran normalnya terlebih dahulu
dengan uji Lilliefors (Nasoetion dan Barizi, 1975) yaitu salah satu tipe dari uji
Kolmogorov-Smirnov (Mattjik dan Sumertajaya, 2002), selanjutnya dianalisis
ragam.
Berdasarkan hasil analisis ragam, pengaruh perlakuan dan kelompok pada
penelitian terhadap berat telur, berat badan, produksi telur, indeks telur, konsumsi
pakan dan konversi pakan tidak nyata. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan

jantan dan betina dengan kisaran 1:2, 1:4, 1:6, 2:4, 2:8 dan 2:12 tidak mempengaruhi
performa produksi burung puyuh.
Penggunaan jantan lebih dari satu dalam satu kandang koloni tidak
menimbulkan persaingan, perkelahian dan kegaduhan. Pada penelitian ini, diperoleh
informasi bahwa penggunaan imbangan 1:6 dalam satu kandang koloni dengan
jantan lebih dari satu ekor akan lebih efisisen dibandingkan perbandingan jantan dan
betina yang lebih sedikit.

Kata-kata kunci : Coturnix coturnix japonica, perbandingan jantan dan betina dan
performa produksi.

ABSTRACT
Production Performance of Japanese Quail ( Coturnix coturnix japonica) at
Different Male and Female Comparison
Setiawan, D., S. Darwati, and M. M. Siti Sundari K
This research was conducted in Laboratory of Field A of Laboratory of Animal
Breeding and Genetics , Poultry Production, Faculty of Animal Husbandary Bogor
Agricultural University from the end of January until the beginning of April 2005.
This research was conducted to examine the ratio of male and female Japanese Quail
(Coturnix coturnix japonica) to production performance egg’s weight, body’s

weight, egg’s production, egg’s indexs, feed consumption and feed convertion from
competition between a male and another male in one colony cage. Findings of the
research show that the effect of ratio of male and female to egg’s weight, body’s
weight, egg’s production, egg’s indeks, feed consumption and feed convertion is not
significant.The use of two and one male in the colony cage have the percentage of
fertility is not significant, because the competition between a male and another male
is very small. The use of two male with many female in one colony cage will be
more efficient compared to a few female and male comparison.
Keywords: Coturnix coturnix japonica, sex ratio, production performance

PERFORMA PRODUKSI BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix
japonica) PADA PERBANDINGAN JANTAN DAN
BETINA YANG BERBEDA

DUTA SETIAWAN
DI4101065

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor
2006

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

PERFORMA PRODUKSI BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix
japonica) PADA PERBANDINGAN JANTAN DAN
BETINA YANG BERBEDA

Oleh:
DUTA SETIAWAN
D14101065

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 1 Pebruari 2006

Pembimbing I


(Ir. Sri Darwati, MSi)
NIP. 131 849 383

Pembimbing II

(Dr. Ir. M. M. Siti Sundari K)
NIP. 130 256 390

Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

(Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc)
NIP. 131 624 188

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Maret 1983 di Bogor. Penulis adalah anak
pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Biono dan Ibu Supatmi.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDN Bogem I, pendidikan
lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SMPN 1 Kawedanan

dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN 1
Magetan.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu Produksi Ternak,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk Perguruan
Tinggi Negeri pada tahun 2001.
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di berbagai organisasi intra
maupun ekstra kampus. Di DKM Al-Hurriyyah sebagai anggota aktif tahun
2001/2002, Ketua Departemen Dana dan Usaha KAMMI Komisariat IPB 2002/2003,
staff Poultry Club HIMAPROTER Fapet IPB 2002/2003, staff Usaha KOPMA IPB
tahun 2002-2004, staff ahli BEM Fapet IPB tahun 2004/2005, Ketua Umum
ISMAPETI PW 2 tahun 2004-2006.
Selain itu penulis pernah menjadi ketua Kontes Ayam Pelung Tingkat
Nasional dalam rangka Hari Kebangkitan Peternakan Bulan Bakti Peternakan
Direktorat Bina Produksi Peternakan Departemen Pertanian tahun 2003 dan menjadi
asisten Pendidikan Agama Islam (PAI) di IPB pada tahun 2002-2004.

KATA PENGANTAR
Ternak burung puyuh akhir-akhir ini semakin marak sebagai unggas alternatif
untuk dibudidayakan. Pemeliharaannya mudah dan tidak harus mengeluarkan modal
yang tidak terlalu besar, sehingga banyak orang yang mulai melirik untuk

diternakkan secara intensif.
Peternakan burung puyuh pada umumnya menggunakan sistem kandang
koloni dengan perbandingan satu ekor burung puyuh jantan dengan 4-5 ekor burung
puyuh betina. Penelitian tentang perbandingan jantan dan betina sebelumnya pernah
diteliti, akan tetapi hasil penelitian tidak sesuai dengan yang diterapkan di
peternakan, karena perbandingan antara jantan dan betina hasil penelitian belum
efisien, yaitu digunakannya perbandingan satu ekor burung puyuh jantan dengan 12 ekor burung puyuh betina.
Perbandingan jantan dan betina yang digunakan di peternakan dalam jumlah
besar atau lebih dari satu ekor pejantan dalam satu kandang koloni. Penggunaan
pejantan lebih dari satu ekor dalam satu kandang koloni diduga akan menimbulkan
persaingan dalam mengawini burung puyuh betina, karenanya perlu diteliti untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh persaingan terhadap performa produksi.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang A Bagian Pemuliaan dan
Genetika Ternak dan Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan dari akhir Januari sampai dengan awal April 2005.
Berkat dukungan dan motivasi dari Ir. Sri Darwati, MSi dan Dr. Ir. M. M. Siti
Sundari K sebagai dosen pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan peternak
burung puyuh pada khususnya. Penulis merasa skripsi ini belum sempurna, saran dan

kritik yang membangun sangat penulis harapkan.

Bogor, Februari 2006

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ...................................................................................................

i

ABSTRACT .....................................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................

iii

KATA PENGANTAR ......................................................................................


iv

DAFTAR ISI.....................................................................................................

v

DAFTAR TABEL ............................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................

viii

PENDAHULUAN ............................................................................................


1

Latar Belakang ......................................................................................
Tujuan ...................................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................

3

Burung puyuh Coturnix coturnix japonica ..........................................
Perbandingan Jantan dan Betina ...........................................................
Kandang ................................................................................................
Pakan .....................................................................................................
Berat Badan...........................................................................................
Produksi Telur.......................................................................................
Indeks Telur ..........................................................................................
Konsumsi Pakan ...................................................................................

Konversi Pakan .....................................................................................
Mortalitas ..............................................................................................

3
4
5
5
6
6
7
7
7
8

MATERI DAN METODE PENELITIAN .......................................................

9

Waktu dan Tempat ................................................................................
Materi dan Alat .....................................................................................
Materi ........................................................................................
Alat............................................................................................
Rancangan Percobaan ...........................................................................
Peubah yang Diamati ............................................................................
Prosedur ................................................................................................
Persiapan Kandang ...................................................................
Pemberian Pakan dan Air Minum .............................................
Pengambilan Telur dan Penyimpanan ......................................
Penimbangan dan Pengukuran ..................................................

9
9
9
10
10
11
12
12
12
12
12

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................

14

Umur Induk Pertama Bertelur...............................................................
Berat Telur ............................................................................................

14
15

Berat Badan...........................................................................................
Produksi Telur.......................................................................................
Indeks Telur ..........................................................................................
Konsumsi Pakan ...................................................................................
Konversi Pakan .....................................................................................
Mortalitas ..............................................................................................
Pembahasan Umum ..............................................................................

17
20
23
26
27
29
31

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................

32

Kesimpulan ...........................................................................................
Saran .....................................................................................................

32
32

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................

33

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

34

LAMPIRAN......................................................................................................

37

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian ........................................

8

2.

Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman (KK) Berat
Telur ........................................................................................................

15

3. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman (KK) Berat
Badan Burung Puyuh Jantan ...................................................................

17

4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman (KK) Berat
Badan Burung Puyuh Betina...................................................................

19

5. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman (KK)
Produksi Telur .........................................................................................

21

6. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman (KK)
Persentase Indeks Telur ..........................................................................

24

7. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman (KK)
Konsumsi Pakan......................................................................................

26

8. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman (KK)
Konversi Pakan .......................................................................................

28

9. Berbagai Peubah yang Diamati...............................................................

30

10. Koefisien Keragaman Berbagai Peubah yang Diamati...........................

31

PERFORMA PRODUKSI BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix
japonica) PADA PERBANDINGAN JANTAN DAN
BETINA YANG BERBEDA

SKRIPSI
DUTA SETIAWAN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RINGKASAN
DUTA SETIAWAN. D14101065. 2006. Performa Produksi Burung Puyuh
(Coturnix coturnix japonica) pada Perbandingan Jantan dan Betina yang
Berbeda. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Sri Darwati, MSi.
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. M. M. Siti Sundari K.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang A Bagian Pemuliaan dan
Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari akhir Januari
sampai dengan awal April 2005.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan perbandingan jantan dan
betina yang tepat terhadap performa produksi serta persaingan antar pejantan dalam
mengawini betina akan berpengaruh terhadap performa produksi burung puyuh.
Diharapkan hasil penelitian berguna bagi masyarakat pada umumnya, khususnya
bagi peternak dan sekaligus memberikan informasi untuk penelitian lebih lanjut.
Penelitian ini menggunakan 180 ekor burung puyuh Coturnix coturnix
japonica berumur empat minggu. Burung puyuh betina berjumlah 144 ekor dan
burung puyuh jantan berjumlah 36 ekor.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Kelompok dengan enam taraf perlakuan dan empat ulangan sebagai kelompok,
dengan taraf perlakuannya adalah perbandingan jantan dan betina yaitu: 1:2, 1:4, 1:6,
2:4, 2:8 dan 2:12. Data yang diperoleh diuji sebaran normalnya terlebih dahulu
dengan uji Lilliefors (Nasoetion dan Barizi, 1975) yaitu salah satu tipe dari uji
Kolmogorov-Smirnov (Mattjik dan Sumertajaya, 2002), selanjutnya dianalisis
ragam.
Berdasarkan hasil analisis ragam, pengaruh perlakuan dan kelompok pada
penelitian terhadap berat telur, berat badan, produksi telur, indeks telur, konsumsi
pakan dan konversi pakan tidak nyata. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan
jantan dan betina dengan kisaran 1:2, 1:4, 1:6, 2:4, 2:8 dan 2:12 tidak mempengaruhi
performa produksi burung puyuh.
Penggunaan jantan lebih dari satu dalam satu kandang koloni tidak
menimbulkan persaingan, perkelahian dan kegaduhan. Pada penelitian ini, diperoleh
informasi bahwa penggunaan imbangan 1:6 dalam satu kandang koloni dengan
jantan lebih dari satu ekor akan lebih efisisen dibandingkan perbandingan jantan dan
betina yang lebih sedikit.

Kata-kata kunci : Coturnix coturnix japonica, perbandingan jantan dan betina dan
performa produksi.

ABSTRACT
Production Performance of Japanese Quail ( Coturnix coturnix japonica) at
Different Male and Female Comparison
Setiawan, D., S. Darwati, and M. M. Siti Sundari K
This research was conducted in Laboratory of Field A of Laboratory of Animal
Breeding and Genetics , Poultry Production, Faculty of Animal Husbandary Bogor
Agricultural University from the end of January until the beginning of April 2005.
This research was conducted to examine the ratio of male and female Japanese Quail
(Coturnix coturnix japonica) to production performance egg’s weight, body’s
weight, egg’s production, egg’s indexs, feed consumption and feed convertion from
competition between a male and another male in one colony cage. Findings of the
research show that the effect of ratio of male and female to egg’s weight, body’s
weight, egg’s production, egg’s indeks, feed consumption and feed convertion is not
significant.The use of two and one male in the colony cage have the percentage of
fertility is not significant, because the competition between a male and another male
is very small. The use of two male with many female in one colony cage will be
more efficient compared to a few female and male comparison.
Keywords: Coturnix coturnix japonica, sex ratio, production performance

PERFORMA PRODUKSI BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix
japonica) PADA PERBANDINGAN JANTAN DAN
BETINA YANG BERBEDA

DUTA SETIAWAN
DI4101065

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
2006

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

PERFORMA PRODUKSI BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix
japonica) PADA PERBANDINGAN JANTAN DAN
BETINA YANG BERBEDA

Oleh:
DUTA SETIAWAN
D14101065

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 1 Pebruari 2006

Pembimbing I

(Ir. Sri Darwati, MSi)
NIP. 131 849 383

Pembimbing II

(Dr. Ir. M. M. Siti Sundari K)
NIP. 130 256 390

Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

(Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc)
NIP. 131 624 188

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Maret 1983 di Bogor. Penulis adalah anak
pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Biono dan Ibu Supatmi.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDN Bogem I, pendidikan
lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SMPN 1 Kawedanan
dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN 1
Magetan.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu Produksi Ternak,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk Perguruan
Tinggi Negeri pada tahun 2001.
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di berbagai organisasi intra
maupun ekstra kampus. Di DKM Al-Hurriyyah sebagai anggota aktif tahun
2001/2002, Ketua Departemen Dana dan Usaha KAMMI Komisariat IPB 2002/2003,
staff Poultry Club HIMAPROTER Fapet IPB 2002/2003, staff Usaha KOPMA IPB
tahun 2002-2004, staff ahli BEM Fapet IPB tahun 2004/2005, Ketua Umum
ISMAPETI PW 2 tahun 2004-2006.
Selain itu penulis pernah menjadi ketua Kontes Ayam Pelung Tingkat
Nasional dalam rangka Hari Kebangkitan Peternakan Bulan Bakti Peternakan
Direktorat Bina Produksi Peternakan Departemen Pertanian tahun 2003 dan menjadi
asisten Pendidikan Agama Islam (PAI) di IPB pada tahun 2002-2004.

KATA PENGANTAR
Ternak burung puyuh akhir-akhir ini semakin marak sebagai unggas alternatif
untuk dibudidayakan. Pemeliharaannya mudah dan tidak harus mengeluarkan modal
yang tidak terlalu besar, sehingga banyak orang yang mulai melirik untuk
diternakkan secara intensif.
Peternakan burung puyuh pada umumnya menggunakan sistem kandang
koloni dengan perbandingan satu ekor burung puyuh jantan dengan 4-5 ekor burung
puyuh betina. Penelitian tentang perbandingan jantan dan betina sebelumnya pernah
diteliti, akan tetapi hasil penelitian tidak sesuai dengan yang diterapkan di
peternakan, karena perbandingan antara jantan dan betina hasil penelitian belum
efisien, yaitu digunakannya perbandingan satu ekor burung puyuh jantan dengan 12 ekor burung puyuh betina.
Perbandingan jantan dan betina yang digunakan di peternakan dalam jumlah
besar atau lebih dari satu ekor pejantan dalam satu kandang koloni. Penggunaan
pejantan lebih dari satu ekor dalam satu kandang koloni diduga akan menimbulkan
persaingan dalam mengawini burung puyuh betina, karenanya perlu diteliti untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh persaingan terhadap performa produksi.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang A Bagian Pemuliaan dan
Genetika Ternak dan Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan dari akhir Januari sampai dengan awal April 2005.
Berkat dukungan dan motivasi dari Ir. Sri Darwati, MSi dan Dr. Ir. M. M. Siti
Sundari K sebagai dosen pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan peternak
burung puyuh pada khususnya. Penulis merasa skripsi ini belum sempurna, saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan.

Bogor, Februari 2006

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ...................................................................................................

i

ABSTRACT .....................................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................

iii

KATA PENGANTAR ......................................................................................

iv

DAFTAR ISI.....................................................................................................

v

DAFTAR TABEL ............................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................

viii

PENDAHULUAN ............................................................................................

1

Latar Belakang ......................................................................................
Tujuan ...................................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................

3

Burung puyuh Coturnix coturnix japonica ..........................................
Perbandingan Jantan dan Betina ...........................................................
Kandang ................................................................................................
Pakan .....................................................................................................
Berat Badan...........................................................................................
Produksi Telur.......................................................................................
Indeks Telur ..........................................................................................
Konsumsi Pakan ...................................................................................
Konversi Pakan .....................................................................................
Mortalitas ..............................................................................................

3
4
5
5
6
6
7
7
7
8

MATERI DAN METODE PENELITIAN .......................................................

9

Waktu dan Tempat ................................................................................
Materi dan Alat .....................................................................................
Materi ........................................................................................
Alat............................................................................................
Rancangan Percobaan ...........................................................................
Peubah yang Diamati ............................................................................
Prosedur ................................................................................................
Persiapan Kandang ...................................................................
Pemberian Pakan dan Air Minum .............................................
Pengambilan Telur dan Penyimpanan ......................................
Penimbangan dan Pengukuran ..................................................

9
9
9
10
10
11
12
12
12
12
12

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................

14

Umur Induk Pertama Bertelur...............................................................
Berat Telur ............................................................................................

14
15

Berat Badan...........................................................................................
Produksi Telur.......................................................................................
Indeks Telur ..........................................................................................
Konsumsi Pakan ...................................................................................
Konversi Pakan .....................................................................................
Mortalitas ..............................................................................................
Pembahasan Umum ..............................................................................

17
20
23
26
27
29
31

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................

32

Kesimpulan ...........................................................................................
Saran .....................................................................................................

32
32

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................

33

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

34

LAMPIRAN......................................................................................................

37

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian ........................................

8

2.

Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman (KK) Berat
Telur ........................................................................................................

15

3. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman (KK) Berat
Badan Burung Puyuh Jantan ...................................................................

17

4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman (KK) Berat
Badan Burung Puyuh Betina...................................................................

19

5. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman (KK)
Produksi Telur .........................................................................................

21

6. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman (KK)
Persentase Indeks Telur ..........................................................................

24

7. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman (KK)
Konsumsi Pakan......................................................................................

26

8. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman (KK)
Konversi Pakan .......................................................................................

28

9. Berbagai Peubah yang Diamati...............................................................

30

10. Koefisien Keragaman Berbagai Peubah yang Diamati...........................

31

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Coturnix coturnix japonica ......................................................................

3

2. Kandang Sistem Baterai...........................................................................

10

3. Rataan Berat Telur Burung Puyuh Umur 5- 15 Minggu ........................

16

4. Rataan Berat Badan Burung Puyuh Jantan Umur 5- 15 Minggu .............

18

5. Rataan Berat Badan Burung Puyuh Betina Umur 5- 15 Minggu ............

20

6. Rataan Produksi Telur Burung Burung puyuh Umur 5- 15 Minggu .......

22

7. Rataan Indeks Telur Burung Burung puyuh Umur 5-15 Minggu ............

25

8. Rataan Konsumsi Pakan Burung puyuh Umur 5-15 Minggu ..................

27

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Analisis Ragam Berat Telur .....................................................................

38

2. Analisis Ragam Berat Telur .....................................................................

38

3. Analisis Ragam Berat Telur .....................................................................

38

4. Analisis Ragam Produksi Telur hen day..................................................

38

5. Analisis Ragam Indeks Telur ...................................................................

39

6. Analisis Ragam Konsumsi Pakan ............................................................

39

7. Analisis Ragam Konversi Pakan..............................................................

39

8. Koefisien Keragaman Berat Telur Taraf Perlakuan 1:2 (A) ...................

39

9. Koefisien Keragaman Berat Telur Taraf Perlakuan 1:4 (B) ...................

40

10. Koefisien Keragaman Berat Telur Taraf Perlakuan 1:6 (C) ...................

40

11. Koefisien Keragaman Berat Telur Taraf Perlakuan 2:4 (D) ...................

40

12. Koefisien Keragaman Berat Telur Taraf Perlakuan 2:8 (E) ...................

40

13. Koefisien Keragaman Berat Telur Taraf Perlakuan 2:12 (F) .................

40

14. Koefisien Keragaman Produksi Telur Taraf Perlakuan 1:2 (A) .............

41

15. Koefisien Keragaman Produksi Telur Taraf Perlakuan 1:4 (B) .............

41

16. Koefisien Keragaman Produksi Telur Taraf Perlakuan 1:6 (C) .............

41

17. Koefisien Keragaman Produksi Telur Taraf Perlakuan 2:4 (D) .............

41

18. Koefisien Keragaman Produksi Telur Taraf Perlakuan 2:8 (E) ..............

41

19. Koefisien Keragaman Produksi Telur Taraf Perlakuan 2:12 (F) ............

42

20. Koefisien Keragaman Indeks Telur Taraf Perlakuan 1:2 (A) .................

42

21. Koefisien Keragaman Indeks Telur Taraf Perlakuan 1:4 (B) .................

42

22. Koefisien Keragaman Indeks Telur Taraf Perlakuan 1:6 (C) .................

42

23. Koefisien Keragaman Indeks Telur Taraf Perlakuan 2:4 (D) .................

42

24. Koefisien Keragaman Indeks Telur Taraf Perlakuan 2:8 (E).................

43

25. Koefisien Keragaman Indeks Telur Taraf Perlakuan 2:12 (F) ...............

43

26. Koefisien Keragaman Konsumsi Telur Taraf Perlakuan 1:2 (A) ..........

43

27. Koefisien Keragaman Konsumsi Telur Taraf Perlakuan 1:4 (B) ..........

43

28. Koefisien Keragaman Konsumsi Telur Taraf Perlakuan 1:6 (C) ..........

43

29. Koefisien Keragaman Konsumsi Telur Taraf Perlakuan 2:4 (D) ...........

44

30. Koefisien Keragaman Konsumsi Telur Taraf Perlakuan 2:8 (E) ...........

44

31. Koefisien Keragaman Konsumsi Telur Taraf Perlakuan 2:12 (F) ..........

44

32. Koefisien Keragaman Konversi Pakan Taraf Perlakuan 1:2 (A) ...........

44

33. Koefisien Keragaman Konversi Pakan Taraf Perlakuan 1:4 (B) ...........

44

34. Koefisien Keragaman Konversi Pakan Taraf Perlakuan 1:6 (C) .............

45

35. Koefisien Keragaman Konversi Pakan Taraf Perlakuan 2:4 (D) .............

45

36. Koefisien Keragaman Konversi Pakan Taraf Perlakuan 2:8 (E) ............

45

37. Koefisien Keragaman Konversi Pakan Taraf Perlakuan 2:12 (F) ..........

45

38. Koefisien Keragaman Berat Badan Jantan Taraf Perlakuan 1:2 (A) ......

46

39. Koefisien Keragaman Berat Badan Jantan Taraf Perlakuan 1:4 (B) ......

46

40. Koefisien Keragaman Berat Badan Jantan Taraf Perlakuan 1:6 (C) .......

46

41. Koefisien Keragaman Berat Badan Jantan Taraf Perlakuan 2:4 (D) ......

46

42. Koefisien Keragaman Berat Badan Jantan Taraf Perlakuan 2:8 (E) ......

47

43. Koefisien Keragaman Berat Badan Jantan Taraf Perlakuan 2:12 (F) .....

47

44. Koefisien Keragaman Berat Badan Betina Taraf Perlakuan 1:2 (A) ......

47

45. Koefisien Keragaman Berat Badan Betina Taraf Perlakuan 1:4 (B) ......

47

46. Koefisien Keragaman Berat Badan Betina Taraf Perlakuan 1:6 (C) ......

48

47. Koefisien Keragaman Berat Badan Betina Taraf Perlakuan 2:4 (D) ......

48

48. Koefisien Keragaman Berat Badan Betina Taraf Perlakuan 2:8 (E) ......

48

49. Koefisien Keragaman Berat Badan Betina Taraf Perlakuan 2:12 (F) ....

48

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Burung puyuh adalah jenis unggas yang dimasukkan dalam aneka ternak. Burung
puyuh sudah sejak lama dikenal masyarakat dan sepuluh tahun terakhir ini telah
diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Burung puyuh
mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur. Beberapa diantaranya
dapat bertelur lebih dari 300 butir dalam satu tahun produksi pertamanya (Progressio,
2003). Berat telur burung puyuh sekitar 8% dari berat badan induk, berbeda dengan
ayam berat telurnya hanya 3% dari berat badan induknya. Ternak burung puyuh
ternyata berkembang pesat di tengah-tengah dominasi ayam ras, walaupun tidak
sebesar ayam petelur, namun ternak burung puyuh menjadi sumber penghidupan
masyarakat. Burung puyuh telah menjadi alternatif bisnis yang menguntungkan,
setidaknya sebagai usaha sambilan sekaligus memberi tambahan pendapatan bagi
yang mengusahakannya.
Usaha peternakan burung puyuh sangat tergantung pada pemeliharaan,
kebersihan lingkungan dan pengendalian penyakit. Dalam pemeliharaan peternakan
burung puyuh, selain makanan dan tata laksana, faktor bibit merupakan hal yang
penting untuk mendapatkan performa produksi yang maksimal (Helinna dan
Mulyantono, 2002). Puncak produksi dapat mencapai 80% namun peternak mulai
gelisah dengan terjadinya inbreeding yang terus-menerus, apabila tidak ada rotasi
pejantan atau memasukkan pejantan baru pada suatu peternakan. Pada peternakan
yang tidak terjadi regenerasi dengan bibit yang baru dapat menyebabkan penurunan
produksi. Selain itu menurut Indartono et al. (2002) perbandingan jantan dan betina
yang optimal diperlukan untuk memperoleh produksi yang maksimal dan ekonomis.
Perbandingan jantan dan betina, kemampuan jantan mengawini betina serta
persaingan antar pejantan dalam mengawini betina akan berpengaruh terhadap
performa produksi burung puyuh. Peternakan burung puyuh biasanya menggunakan
sistem kandang koloni. Jantan dan betina per koloni dengan perbandingan besar atau
lebih dari satu pejantan yang digunakan dengan tujuan untuk efisiensi tempat dan
tenaga kerja. Perbandingan burung puyuh jantan dan burung puyuh betina perlu
diteliti untuk menghasilkan produksi telur, berat telur, panjang dan lebar telur yang

optimum untuk menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi dalam usaha peternakan
burung puyuh.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan jantan dan betina
yang tepat terhadap performa produksi pada burung puyuh serta ada atau tidaknya
persaingan antar pejantan dalam satu kandang koloni. Diharapkan hasil penelitian
berguna bagi masyarakat pada umumnya, khususnya bagi peternak dan sekaligus
memberikan informasi untuk penelitian lebih lanjut.

TINJAUAN PUSTAKA
Burung Puyuh Coturnix coturnix japonica
Burung puyuh liar banyak terdapat di dunia, nampaknya hanya baru Coturnix
coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut Nugroho dan
Mayun (1986) beberapa ratus tahun yang lalu yaitu pada tahun 1890-an di Jepang
telah diadakan penjinakan terhadap burung puyuh tersebut. Burung puyuh Coturnix
coturnix japonica memiliki klasifikasi menurut Pappas ( 2002 ) sebagai berikut:
kingdom

: Animalia

filum

: Chordata

class

: Aves

ordo

: Gallivormes

subordo

: Phasianoidea

famili

: Phasianidae

sub-famili

: Phasianinae

genus

: Coturnix

spesies

: Coturnix coturnix japonica

Gambar 1. Coturnix coturnix japonica (kiri : jantan, kanan : betina)

Burung puyuh ini menjadi makin populer dan digemari karena telur dan
dagingnya sebagai bahan makanan yang bergizi dan lezat, juga sebagai hewan
percobaan pada berbagai penelitian. Menurut Nugroho dan Mayun (1986) ciri-ciri
karakteristik dari burung puyuh Coturnix coturnix japonica (Gambar 1):
-

bentuk tubuhnya lebih besar dari burung puyuh yang lain, badannya bulat,
ekornya pendek, paruhnya pendek dan kuat, tiga jari kaki menghadap ke
muka dan satu jari kaki ke arah belakang;

-

pertumbuhan bulunya lengkap setelah berumur dua sampai tiga minggu;

-

jenis kelamin dapat dibedakan berdasarkan warna bulu, suara dan berat
badannya;

-

burung puyuh jantan dewasa bulu dadanya berwarna merah sawo matang
tanpa adanya belang serta bercak-bercak hitam;

-

burung puyuh betina dewasa bulu dadanya berwarna merah sawo matang
dengan garis-garis atau belang-belang hitam;

-

suara burung puyuh jantan lebih keras;

-

burung betina dapat berproduksi sampai 200-300 butir setiap tahun. Berat
telurnya sekitar 10 g/butir atau 7%-8% dari berat badan.
Perbandingan Jantan dan Betina
Woodard et al. (1973) bahwa perbandingan jantan dan betina pada burung

puyuh mempengaruhi fertilitas telur. Perbandingan burung puyuh jantan dengan
betina yang makin kecil akan menurunkan ferlititas. Fertilitas yang tinggi dicapai
jika dalam satu kandang terdapat burung puyuh jantan dan burung puyuh betina
dengan perbandingan satu banding dua. Kemudian Panda et al. (1980) menyatakan
bahwa daya tunas telur 73,78% pada perbandingan jenis kelamin jantan dan betina
satu banding dua. Junurmawan (1983) mengemukakan fertilitas tertinggi dihasilkan
dari perbandingan burung puyuh jantan dengan betina satu banding satu. Di lapangan
penggunaan pejantan dalam satu kandang koloni adalah lebih dari satu dan
perbandingan jantan yang biasa digunakan satu banding empat.

Kandang
Siregar dan Samosir (1981) menyarankan luas lantai 100 cm2/ekor untuk
burung puyuh umur 0-7 hari, 150 cm2/ekor untuk burung puyuh umur 7-42 hari, dan
250 cm2/ekor untuk burung puyuh umur 42 hari atau lebih. USDA dan Clemson
University (1974) menyarankan luas lantai satu m2 untuk 27 ekor burung puyuh
umur 1-10 hari, 18 ekor untuk burung puyuh 10-42 hari dan 6 ekor untuk burung
puyuh umur 42-98 hari. Luas kandang tergantung pada kebutuhan sesuai dengan
jumlah anak burung puyuh.
Untuk 1 m2 dapat diisi 90 ekor anak burung puyuh umur 1-10 hari, kemudian
60 ekor/m2 untuk 10 hari hingga lepas sapih (USDA, 1974). Menurut Nugroho dan
Mayun (1986) bahwa tinggi kotak dalam kandang kira-kira 25 cm, jangan lebih 30
cm, sebab kalau atap terlalu tinggi burung puyuh akan terbang keatas sehingga
kepalanya dapat terluka.
Pakan
Semua kebutuhan makan burung puyuh harus dipenuhi dari luar tubuhnya
yaitu kebutuhan protein, energi, vitamin, mineral dan air (Rasyaf., 1991). Tingkat
protein yang dianjurkan untuk burung puyuh pada periode pertumbuhan (umur 0-6
minggu) 24%-25% (Woodard et al., 1973 dan N.R.C., 1994). Setelah dewasa
kelamin burung puyuh akan bertelur dengan tingkat kebutuhan proteinnya adalah
20%.
Burung puyuh yang diberi pakan mengandung protein bervariasi dari 18%28% selama periode pertumbuhan berpengaruh baik terhadap produksi telurnya. Bila
burung puyuh diberikan pakan dengan protein 24% selama periode pertumbuhan dan
periode bertelur diberikan pakan dengan protein 20% maka hasil produksi terbaik
adalah 80,2% (Nugroho dan Mayun, 1986). Ransum burung puyuh pada periode 0-5
minggu akan menghasilkan konversi pakan dan pertumbuhan terbaik bila kadar
proteinnya 24% sedang energinya 2.800 M.E. Kkal/kg. Burung puyuh yang
mendapat ransum dengan protein 20% memberikan produksi telur yang tinggi.
Burung puyuh yang mendapat pakan dengan protein tinggi akan mencapai dewasa
kelamin yang lebih cepat.

Berat Badan
Pertumbuhan pada burung puyuh dapat diukur dengan menimbang berat
badan setiap periode waktu tertentu. Kecepatan pertumbuhan burung puyuh jantan
dan betina dari umur satu hari sampai lima minggu, tidak berbeda. Kecepatan
pertumbuhan dari 5-6 minggu, menunjukkan perbedaan yang nyata antara burung
puyuh jantan dan betina (Hakim, 1983). Pada umur empat minggu, rataan berat
badan burung puyuh betina relatif lebih besar dari jantan dan perbedaan yang nyata
pada umur enam minggu (Woodard et al., 1973).
Berat badan burung puyuh jantan pada umur empat minggu berkisar 86,9589,66 g dan berat badan pada populasi hasil seleksi burung puyuh jantan berkisar
109,68-122,41 g (Kuswahyuni, 1983). Pada umur empat minggu, berat badan burung
puyuh betina pada populasi yang diseleksi berselang dari 86,97-103,33 g dan berat
badan burung puyuh betina pada umur enam minggu berkisar 121,89-138,24 g.
Burung puyuh betina yang sudah mengalami dewasa kelamin memiliki berat badan
72,00-159,67 g.
Produksi Telur
Produksi telur dipengaruhi oleh konsumsi dan faktor individu. Pakan yang
dikonsumsi akan digunakan untuk hidup dan produksi telur. Produksi telur hen day
(%) dari hasil penelitian Yuliesynoor (1985) yaitu 63,26%-76,88% dan penelitian
Sumbawati (1992) yaitu 45,77%- 60,58% yang memakai perlakuan kadar zeolit yang
berbeda dalam pakan burung puyuh. Kusumowati (1992) melaporkan hasil penelitian
produksi telur hen day berkisar dari 54,75%-78,31%.
Burung puyuh betina mulai bertelur pada umur 35 hari, rata-rata 40 hari dan
produksi telur sudah normal pada umur 50 hari (Woodard et al.,1973). Produksi telur
pertama yang dihasilkan oleh induk muda yang baru mulai bertelur biasanya kecil
dan memerlukan waktu yang lama untuk mencapai ukuran standar. Burung puyuh
betina dapat bertelur antara 200-300 butir/tahun (Schaible, 1970). Berat telurnya
antara 8,25-10,1 g. Puncak produksi egg production peak pada burung puyuh lebih
lama daripada ayam.

Indeks Telur
Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa indeks telur merupakan
perbandingan lebar dan panjang telur. Telur yang relatif panjang dan sempit
(lonjong) pada berbagai ukuran memiliki indeks telur yang rendah dan telur yang
relatif pendek dan lebar (hampir bulat) memiliki indeks telur yang tinggi. Setiap
burung puyuh menghasilkan bentuk telur yang khas karena bentuk telur merupakan
sifat yang diwariskan. Rahayu (2001) menyatakan, bahwa bentuk telur ellipsoidal
(lonjong) memiliki indeks telur yang rendah, sedangkan telur yang bentuknya lebih
spherical (hampir bulat) memiliki indeks telur yang besar pada telur ayam
Merawang.
Korelasi antara indeks telur dan daya tetas ditemukan pada telur ayam
(Yuwanta, 1983). Telur dianggap memiliki bentuk yang baik apabila indeks telur
berukuran 70%-79% (Sastroamidjojo, 1979). Indeks telur yang ideal adalah 74%
(Yuwanta, 1983).
Konsumsi Pakan
Menurut North dan Bell (1992), konsumsi pakan dipengaruhi oleh ukuran
tubuh, berat badan, tahapan produksi, suhu lingkungan dan keadaan energi pakan.
Konsumsi pakan burung puyuh 17,5 g/ekor/hari pada umur 31-51 hari, kemudian
meningkat menjadi 22,1 g/ekor/hari pada umur 51-100 hari dan tidak meningkat lagi
setelah umur 100 hari (Tiwari dan Panda, 1978).
Tingkat konsumsi pakan burung puyuh dipengaruhi oleh tingkat energi dan
palabilitas pakan pada burung puyuh. Menurut penelitian Sumbawati (1992) tingkat
konsumsi pakan burung puyuh sebesar 109,69-135,59 g/ekor/minggu. Rata-rata
konsumsi pakan burung puyuh pada penelitian Kusumoastuti (1992) berkisar antara
127,12-165,15 g/ekor/minggu.
Mengingat burung puyuh memiliki sifat kanibalisme yang tinggi maka bentuk
fisik ransum dianjurkan tepung atau all mash. Apabila digunakan ransum berbentuk
crumble atau pellet, dikhawatirkan akan meningkatkan kanibal pada burung burung
puyuh (Rasyaf, 1991).

Konversi Pakan
Konversi pakan burung puyuh petelur merupakan perbandingan antara berat
pakan yang dikonsumsi dengan berat telur yang dihasilkan pada waktu tertentu.
Konversi ransum dipengaruhi bangsa burung puyuh, manajemen, penyakit serta
pakan yang digunakan (Ensminger, 1992). Konversi pakan yang baik dicapai pada
umur 151-200 hari saat produksi telur mencapai puncak (Tiwari dan Panda, 1978).
Menurut Wilson et al. (1961) bahwa konversi ransum burung puyuh sebesar 3,0
dicapai pada umur 175-224 hari.
Konversi pakan digunakan untuk mengukur keefisienan penggunaan pakan
dalam memproduksi telur. Angka konversi pakan semakin kecil, berarti penggunaan
pakan semakin baik. Konversi pakan burung puyuh pada penelitian Yuliesynoor
(1985) berkisar antara 3,4184-5,1918 cenderung lebih tinggi daripada penelitian
Sumbawati (1992) yaitu 3,00-3,61. Mufti (1997) melaporkan rataan konversi ransum
pada burung puyuh sebesar 4,30 dengan kisaran 4,03-4,73.
Mortalitas
Persentase kematian burung puyuh secara kumulatif meningkat terus secara
linier sampai umur 100 minggu, kemudian bergerak horizontal. Woodard et al.
(1973) menyatakan bahwa burung puyuh betina lebih banyak mati pada umur muda
daripada jantan khususnya pada peternakan pembibitan. Burung puyuh jantan hidup
lebih lama daripada betina. Kematian burung puyuh dipengaruhi oleh cara
memelihara, makanan, pemberian makanan, sanitasi, temperatur, kelembaban, dan
bibitnya (Rasyaf, 1981).
Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa mortalitas kelompok
antar ayam petelur akan berhubungan dengan produksi telur. Penurunan produksi
telur karena rendahnya vitalitas. Mortalitas banyak terjadi setelah melewati puncak
produksi.

MATERI DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang A Bagian Pemuliaan dan
Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari akhir Januari
sampai dengan awal April 2005.
Materi dan Alat
Materi
Penelitian ini menggunakan 180 ekor burung puyuh Coturnix coturnix
japonica berumur 4 minggu yang dibeli dari peternakan burung puyuh di daerah
Cianjur Jawa Barat. Burung puyuh berjumlah 144 ekor untuk burung puyuh betina
dan 36 ekor burung puyuh jantan.
Ransum yang digunakan adalah ransum komersial produksi PT Citra INA
Feedmill untuk konsumsi burung puyuh periode pertumbuhan (umur 4-5 minggu)
dan PT Wonokoyo Jayakusuma untuk konsumsi burung puyuh untuk periode
bertelur (umur 5-12 minggu). Komposisi zat makanan ransum penelitian disajikan
dalam Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian
Zat makanan
Umur 4-5 minggu*)
Umur 5-12 minggu **)
Kadar Air (%)
12
12
Protein Kasar (%)

22-23

22

Lemak Kasar (%)

5

4

Serat Kasar (%)

7

4

Abu (%)

7

13,5

Kalsium (%)

1

3,0-3,5

0,7

0,6-0,8

Fosfor(%)

Energi Metabolisme
2.900-3.100
(Kkal/Kg)
Keterangan : *) Label PT Citra INA Feedmill
**) Label PT Wonokoyo Jayakusuma

-

Vitamin produksi Medion dengan dosis 10 g dilarutkan dalam 8 l air minum.
Kapur dan bahan fumigasi terdiri dari formalin 40% dan KMnO4.
Alat
Kandang yang digunakan adalah kandang sistem baterai bertingkat empat
sebanyak dua buah (Gambar 2). Ukuran setiap tingkat adalah 100 x 60 x 30 cm dan
setiap tingkat disekat menjadi tiga bagian. Luas lantai per ekor burung puyuh adalah
200 cm2.

Gambar 2. Kandang Sistem Baterai
Peralatan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah tempat pakan,
tempat minum, egg tray, kawat, kardus dan timbangan merk O-Hause berkapasitas
2,61 kg dengan skala 0,1 g untuk menimbang berat telur, berat badan dan pakan.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Kelompok dengan enam taraf perlakuan dan empat ulangan sebagai kelompok.

Taraf perlakuan adalah perbandingan jantan dan betina yaitu: 1:2, 1:4, 1:6, 2:4, 2:8
dan 2:12.
Model matematik yang digunakan menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002)
adalah sebagai berikut :
Yij = µ + τi + βj + εij
Keterangan :
i

= 1,2,....,6 dan j = 1,2,...,r

Yij

= Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

µ

= Rataan umum

τi

= Pengaruh perlakuan ke-i

βj

= Pengaruh kelompok ke-j

εij

= Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Data yang diperoleh diuji sebaran normalnya terlebih dahulu dengan uji

Lilliefors (Nasoetion dan Barizi, 1975) yaitu salah satu tipe dari uji KolmogorovSmirnov (Mattjik dan Sumertajaya, 2002), selanjutnya dianalisis ragam. Analisis
ragam berdasarkan data per minggu untuk peubah yang diamati. Keragaman peubah
yang diamati pada setiap perlakuan juga dianalisis secara deskriptif. Perangkat lunak
yang digunakan untuk mengolah data adalah Minitab release 13.30.
Peubah yang diamati
Umur induk pertama bertelur yaitu umur induk bertelur pertama saat mulai diberikan
perlakuan.
Berat telur. Telur ditimbang satu persatu dalam satuan gram dengan menggunakan
timbangan O-hause.
Produksi telur hen day. Perbandingan antara jumlah telur yang telah diproduksi
dengan jumlah burung puyuh selama penelitian.
Indeks telur. Telur diukur panjang dan lebarnya/buti