Perubahan Struktur Ekonomi Lokal: Studi Dinamika Moda Produksi di Desa Pegunungan Jawa

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI LOKAL:
Studi Dinamika Moda Produksi Di Desa Pegunungan Jawa

MANGKU PURNOMO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Perubahan
Struktur Ekonomi Lokal : Studi Dinamika Moda Produksi di Desa Pegunungan
Jawa adalah karya saya sendiri dengan arahan dan bimbingan dari komisi
pembimbing. Karya ini belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dala m Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Oktober 2005


Mangku Purnomo
NRP. A152030031

ABSTRAK
MANGKU PURNOMO. Perubahan Struktur Ekonomi Lokal: Studi Dinamika Moda
Produksi Di Desa Pegunungan Jawa. Dibawah bimbingan M.T. FELIX SITORUS
dan ARYA H. DHARMAWAN.
Penelitian tentang transformasi pedesaan Jawa hingga saat ini terpusat
pada gejala diferensiasi pedesaan sehingga kurang menjelaskan gejala-gejala
perubahan moda produksi dan formasi sosial lokal dengan lebih mendalam.
Selain itu, studi-studi tersebut bias komunitas padi sawah, sementara komunitas
pegunungan belum diteliti secara spesifik. Oleh karena itu, penelitian ini
mengambil tema perubahan struktur ekonomi/formasi sosial lokal yang akan
dianalisis melalui dinamika perubahan moda produksi desa pegunungan di Jawa.
Tujuan penelitian adalah untuk (1) memetakan tipe-tipe moda produksi
yang ada dan masih bertahan dalam struktur ekonomi desa TR, (2) menganalisis
proses perubahan moda-moda produksi dari masa ke masa dan faktor-faktor
yang mendorong perubahan tersebut, dan (3) menganalisis formasi sosial desa
TR disetiap masa akibat perubahan moda-moda produksi yang membangunnya.

Metode yang dipakai adalah penelitian kualita tif dengan strategi studi kasus
karena kekhasan masalah dan kemampuannya dalam menjelaskan fenomena
sosial secara lebih mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pada masa kolonial moda produksi
yang muncul dalam struktur ekonomi lokal adalah pertanian tradisional dan
kapitalis kolonial. Pada awal kemerdekaan adalah pertanian tradisional (petani
biasa), semi-komersil (petani kaya), dan kapitalis pertanian (pengusaha Cina).
Sementara pada masa Orde Lama tetap, yakni pertanian tradisional (petani
biasa), pertanian semi-komersil (petani maju), dan kapitalis pertanian (petani
kaya dan pengusaha Cina). Memasuki Orde Baru adalah pertanian semikomersil (tani tanggung dan srabutan), kapitalis pertanian (pengusaha Cina dan
juragan), dan kapitalis (industri agro dan wisata). Memasuki reformasi, moda
produksi tetap, tetapi jumlah petani semi-komersill menurun, sementara juragan
dan industri agro berkembang.
Memudarnya moda produksi lokal pada masa kolonial didorong oleh
kegiatan-kegiatan perkebunan kina dan teh. Pada awal kemerdekaan hingga
tahun 1950 didorong oleh masuknya penjajah Jepang, kebijakan ekonomi
pemerintah, dan masuknya pengusaha Cina. Pada masa Orde Lama, oleh
perkemb angan pertanian pengusaha Cina dan gejolak politik nasional.
Memasuki Orde Baru oleh kebijakan pembangunan, investasi pemerintah, dan
masuknya industri agro pada struktur ekonomi lokal. Pada masa reformasi,

perubahan didorong oleh persaingan antar artikulasi moda produksi dan antar
artikulasi dalam satu moda produksi. Dengan demikian, formasi sosial yang
terbangun pada masa kolonial adalah kapitalis kolonial, berubah menjadi
kapitalis pertanian pada masa awal kemerdekaan hingga Orde Lama, kapitalis
Negara pada masa orde Baru dan Kapitalis Industri pada masa reformasi.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa moda-moda produksi yang
hadir pada formasi sosial lokal sejak masa kolonial hingga reformasi terdiri dari
moda produksi asli dan moda produksi kapitalis yang berasal dari luar sistem
sosial. Moda produksi asli secara perlahan terpengaruh oleh moda produksi
kapitalis sehingga menjadi moda produksi yang mengadaptasi moda produksi
kapitalis. Perubahan moda produksi lokal dari masa ke masa banyak disebabkan
oleh faktor-faktor eksternal daripada internal sistem sosial. dengan demikian,
formasi sosial lokal dari masa-ke masa didominasi oleh moda produksi kapitalis
yang berasal dari sistem sosial desa sehingga moda produksi lokal berangsurangsur me mudar pengaruhnya hingga akhirnya hilang sama sekali.

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI LOKAL:
Studi Dinamika Moda Produksi Di Desa Pegunungan Jawa

M. PURNOMO


Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
magister sains pada
Program Studi Sosiologi Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005

Judul Tesis

: Perubahan Struktur Ekonomi Lokal: Studi Dinamika Moda
Produksi di Desa Pegunungan Jawa

Nama

: M. Purnomo

NRP


: A. 152030031

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. M.T. Felix Sitorus, MS
Ketua

Dr. Ir. Arya H. Dharmawan, M.Sc
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Sosiologi
Pedesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. M.T. Felix Sitorus, MS


Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M. Sc.

Tanggal Ujian : 29 Agustus 2005

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Magetan pada tanggal 20 April 1977 dari ayah Soeradi
(Alm.) dan ibu Hartutik Sayuti. Penulis adalah anak keempat dari enam
bersaudara. Lulus dari SMA PGRI I Maospati pada tahun 1996 dan masuk pada
Fakultas Pertanian Unibraw pada tahun 1997. Gelar Sarjana Pertanian diperoleh
pada tahun 2002 dan pada tahun 2003 diterima pada Sekolah Pascasarjana IPB.
Sejak mahasiswa penulis telah aktif di Enlighment Malang pada tahun
1998-2001 dan LAPERA Indonesia sebagai Resoure Center (RC) pada tahun
2000 hingga saat ini. Pada tahun 2002 penulis menjadi staff pengajar di Fakultas
Pertanian Universitas Widya Gama Malang dan pada tahun 2004 penulis kembali
mengabdi ke almamater sebagai staff pengajar di Jurusan Sosial Ekonomi
Universitas Brawijaya.


Kata Pengantar
Segala puji pada Tuhan yang maha kuasa atas segala karunia-Nya
sehingga tesis yang berjudul Perubahan Struktur Ekonomi Lokal : Studi Dinamika
Moda Produksi di Desa Pegunungan Jawa dapat terselesaikan. Ungkapan
terimakasih penulis sampaikan yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir.
M.T. Felix Sitorus, MS sebagai ketua dan Dr. Ir. Arya H. Dharmawan, M.Sc,
selaku anggota komisi pembimbing yang telah mengarahkan penulis dalam
pelaksanaan penelitian. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak Prof.
H.A. Mukthie Fadjar, SH. MS selaku Rektor Universitas Widya Gama Malang
yang telah menugaskan penulis untuk mengambil studi pascasarjana di Institut
Pertanian Bogor .
Terima kasih juga kami sampaikan kepada seluruh penduduk dan
Pamong desa Tulungrejo atas bantuannya khususnya kepada Bapak Suwaji
kepala dusun Wonorejo yang telah berkenan menjadi tempat kos penulis selama
penelitian lapangan dan Mas Ferry sekeluarga yang selalu menerima penulis
untuk berdiskusi di kebun percobaan Unibraw. Kepada seluruh rekan-rekan
penulis di SPD, Mbak Rita, Mbak Inya`, Mbak Anik, Mbak Heru, Pak Jetter, Mbak
Jean, Pak Witranto, Mas Damae, Mas Taya Toru, serta Sofyan dan Pak Kalbi,
terima kasih atas kebersamaannya selama studi. Terima kasih juga kami
sampaikan kepada Mas Dadang Juliantara dan Mas Riawan Chandra dari Pokja

Pembaruan Jogjakarta serta Mas Himawan dan Samsudin serta seluruh staff
LAPERA atas suportnya. Kepada Teman-teman di RK, Doni, Wahyu, Syahid,
Eko, Dodik, Ama, Budi, Hasan dan Mas Teguh serta Mas A`an terima kasih dan
semoga kita semakin dewasa.
Pengharg aan sebesar -besarnya penulis sampaikan kepada Bapak
(Soeradi) yang telah meninggalkan penulis saat menyelesaikan tesis ini, Ibu
(Hartutik Sayuti) serta seluruh keluarga besar atas do`a dan dukungannya
sela ma ini. Kepada Fiska Nurillah Salathin, Jihan, dan keluarga di Banjarnegara
terima kasih atas dukungannya. Dan semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat serta dapat diperbaiki dimasa yang akan datang.

Bogor, Oktober, 2005
Mangku Purnomo

DAFTAR ISI
Ringkasan ........................................................................................................ i
Glosari .............................................................................................................. iv
Daftar Singkatan .............................................................................................. v
Daftar Isi ........................................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN ...........................................................................................

1.1. Latar Belakang ......................................................................................
1.2. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian.................................
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................

1
1
4
8

II. PENDEKATAN TEORITIS ............................................................................
2.1. Tinjauan Pustaka ..................................................................................
2.1.1 Ciri-ciri Struktur Ekonomi Lokal ...................................................
2.1.2 Perkembangan Kapitalis dan Transformasi Ekonomi Lokal .......
2.1.3 Konsep Moda Produksi dan Formasi Sosial ................................
2.1.4 Perubahan Moda Produksi dan Struktur Ekonomi.......................
2.2. Alur Pemikiran.......................................................................................
2.3. Hipotesis Pengarah ..............................................................................

9
9

9
11
13
20
24
27

III. METODE PENELITIAN ...............................................................................
3.1. Jenis Penelitian .....................................................................................
3.2. Lokasi Penelitian dan waktu .................................................................
3.3. Penentuan Subyek Kasus ...................................................................
3.4. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................
3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data..................................................
3.6. Hambatan dalam proses penelitian ......................................................

28
28
28
28
29

29
30

IV. DESA TULUNG REJO : SOSIAL EKONOMI DAN SEJARAH DESA ......
4.1. Sejarah Desa ..............................................................................................
4.2. Gambaran Sosial- ekonomi Desa ...............................................................
4.2.1. Basis Ekologi .................................................................................
4.2.2. Dinamika Sosial Ekonomi...............................................................

34
34
38
38
40

V. DINAMIKA MODA PRODUKSI DAN FORMASI SOSIAL :
PERPEKTIF HISTORIS .................................................................................
5.1. Moda Produksi dan Formasi Sosial Masa Kolonial (1870-1945).............
5.1.1. Cara Produksi Pertanian Tradisional .............................................
5.1.2. Cara Produksi Kapitalis Kolonial ....................................................
5.1.3. Perubahan Moda Produksi Lokal: Perombakan Moda Produksi
Pertanian Tradisional......................................................................
5.1.4. Formasi Sosial Kapitalis Kolonial dan Keberlangsungan
Moda produksi Lokal ....................................................................
5.2. Moda Produksi dan Formasi Sosial Awal
Kemerdekaan (1945-1950).......................................................................
5.2.1. Kedatangan Penjajah Jepang........................................................
5.2.2. Revolusi Nasional dan Rencana Ekonominya ...............................
5.2.3. Peran Pengusaha Pertanian Pengusaha Cina ..............................
5.2.4. Tipe-tipe Moda Produksi yang Hadir pada
Formasi Sosial Lokal .....................................................................
5.2.4. Perubahan Moda Produksi Lokal: Dari Pertanian Tradisional

47
48
48
50
53
56
60
60
60
60
63

Menuju Semi-Komersil ................................................................... 65
5.2.5. Formasi Sosial Kapitalis Pertanian dan keberlangsungan Moda
Produksi Lokal................................................................................. 68
5.3. Moda Produksi dan Formasi Sosial Selama Orde Lama (1950-1965) .... 71
5.3.1. Bekerja dan Belajar Bersama Pengusaha Cina ............................ 61
5.3.2. Ketegangan Politik dan Stagnasi Ekonomi .................................... 72
5.3.3. Moda Produksi yang Terbangun .................................................... 75
5.3.4. Perubahan Moda Produksi Lokal : Dari Semi-komersil menuju
Kapitalis Pertanian.......................................................................... 77
5.3.5. Formasi Sosial Kapitalis Pertanian dan Keberlangsungan
Cara Produksi Lokal.................................................................... 80
5.4. Moda Produksi dan Formasi Sosial Orde Baru (1965-1997)................... 82
5.4.1. Repelita dan Pembangunan Ekonomi ........................................... 82
5.4.2. Gelombang Masuknya Industri Agro.............................................. 86
5.4.4. Moda Produksi Yang Terbangun ................................................... 91
5.4.5. Perubahan Moda Produksi Lokal : Kemapanan
Kapitalis Pertanian.......................................................................... 92
5.4.6. Formasi Sosial Kapitalis Negara dan Keberlangsungan
Moda Produksi Lokal....................................................................... 96
5.5. Ikhtisar......................................................................................................... 100
VI. DINAMIKA MODA PRODUKSI DAN FORMASI SOSIAL
KONTEMPORER (1997-2005) .....................................................................
6.1. Kecenderungan Perkembangan Juragan dan Pengusaha Cina ..............
6.2. Kecenderungan Perkembangan Tani Tanggung .......................................
6.3. Kecenderungan Perkembangan Tani Srabutan ........................................
6.4. Kecenderungan Perkembangan Industri Agro ...........................................
6.5. Kecenderungan Perkembangan Industri Pariwisata ..................................
6.6. Moda Produksi yang Terbangun.................................................................
6.7. Perubahan Moda Produksi Lokal : Dominasi Kapitalis Industri .................
6.8. Formasi Sosial Kapitalis Industri dan keberlangsungan
Moda Produksi Lokal ..................................................................................
6.9. Ihktisar.........................................................................................................
VII. Kesimpulan dan Saran .............................................................................
7.1. Kesimpulan ................................................................................................
7.2. Saran ..........................................................................................................

108
108
116
120
123
127
133
134
148
150
154
154
157

Daftar Tabel
Table 4.1

: Sejarah desa Tulung Rejo............................................................. 37

Tabel 5.1

: Aspek moda produksi kapitalis kolonial dan pertanian tradisonal
masa kolonial................................................................................. 53

Tabel 5.2

: Perubahan aspek cara produksi subsistensi di TR setelah masuknya
cara produksi kapitalis pada masa kolonial .................................. 54

Tabel 5.4

: Artikulasi cara produksi pertanian tradisonal, semi-komersil, dan
kapitalis pada masa awal kemerdekaan ....................................... 65

Tabel 5.5

: Perubahan aspek cara produksi pertanian tradisional di TR awal
kemerdekaan ................................................................................ 67

Tabel 5.6

: Kecenderungan perubahan ciri-ciri cara produksi yang berkembang
pada sistem sosial lokal pada masa awal kemerdekaan ............. 68

Tabel 5.7

: Artikulasi cara produksi pertanian tradisonal, semi-komersil, dan
kapitalis pertanian pada masa Orde Lama ................................... 76

Tabel 5.8

: Perubahan aspek cara produksi lokal pada ma sa Orde Lama .... 78

Tabel 5.9

: Kecenderungan perubahan cara produksi yang berkembang pada
sistem sosial lokal pada masa Orde Lama .................................. 79

Tabel 5.10 : Artikulasi cara produksi semi -komersil, kapitalis pertanian dan
kapitalis industri pada masa Orde Baru ........................................ 92
Tabel 5.8

: Perubahan aspek cara produksi semi-komersil dan kapitalis di TR
pada masa Orde Baru .................................................................. 94

Tabel 5.11 : Kecenderungan perubahan moda produksi yang berkembang pada
sistem sosial lokal pada masa Orde Baru .................................... 95
Tabel 5.12 : Perubahan aspek-aspek cara produksi pertanian tradisonal dari
jaman kolonial hingga saat ini ....................................................... 102
Tabel 5.13 : Evolusi ciri-ciri cara produksi pertanian tradisional dari masa kolonial
hingga saat ini ................................................................................ 104
Tabel 5.14 : Formasi sosial TR dari jaman kolonial hingga reformasi .............. 106
Tabel 6.1

: Artikulasi cara produksi semi -komersil, kapitalis pertanian dan
kapitalis pada masa reformasi ..................................................... 134

Tabel 6.2

: Perubahan aspek cara produksi semi-komersil, kapitalis pertanian
dan kapitalis pada masa reformasi .............................................. 139

Tabel 6.3

: Kecenderungan perubahan cara produksi yang berkembang pada
sistem sosial lokal pada masa Reformasi ................................... 144

Tabel 6.4 : Perubahan aspek-aspek cara produksi lokal selama reformasi .. 151
Tabel 6.5

: Perubahan ciri-ciri cara produksi pertanian tradisional pada masa
reformasi ........................................................................................ 152

Tabel 6.6

: Formasi sosial TR dari jaman kolonial hingga reformasi .............. 153

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI LOKAL:
Studi Dinamika Moda Produksi Di Desa Pegunungan Jawa

MANGKU PURNOMO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Perubahan
Struktur Ekonomi Lokal : Studi Dinamika Moda Produksi di Desa Pegunungan
Jawa adalah karya saya sendiri dengan arahan dan bimbingan dari komisi
pembimbing. Karya ini belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dala m Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Oktober 2005

Mangku Purnomo
NRP. A152030031

ABSTRAK
MANGKU PURNOMO. Perubahan Struktur Ekonomi Lokal: Studi Dinamika Moda
Produksi Di Desa Pegunungan Jawa. Dibawah bimbingan M.T. FELIX SITORUS
dan ARYA H. DHARMAWAN.
Penelitian tentang transformasi pedesaan Jawa hingga saat ini terpusat
pada gejala diferensiasi pedesaan sehingga kurang menjelaskan gejala-gejala
perubahan moda produksi dan formasi sosial lokal dengan lebih mendalam.
Selain itu, studi-studi tersebut bias komunitas padi sawah, sementara komunitas
pegunungan belum diteliti secara spesifik. Oleh karena itu, penelitian ini
mengambil tema perubahan struktur ekonomi/formasi sosial lokal yang akan
dianalisis melalui dinamika perubahan moda produksi desa pegunungan di Jawa.
Tujuan penelitian adalah untuk (1) memetakan tipe-tipe moda produksi
yang ada dan masih bertahan dalam struktur ekonomi desa TR, (2) menganalisis
proses perubahan moda-moda produksi dari masa ke masa dan faktor-faktor
yang mendorong perubahan tersebut, dan (3) menganalisis formasi sosial desa
TR disetiap masa akibat perubahan moda-moda produksi yang membangunnya.
Metode yang dipakai adalah penelitian kualita tif dengan strategi studi kasus
karena kekhasan masalah dan kemampuannya dalam menjelaskan fenomena
sosial secara lebih mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pada masa kolonial moda produksi
yang muncul dalam struktur ekonomi lokal adalah pertanian tradisional dan
kapitalis kolonial. Pada awal kemerdekaan adalah pertanian tradisional (petani
biasa), semi-komersil (petani kaya), dan kapitalis pertanian (pengusaha Cina).
Sementara pada masa Orde Lama tetap, yakni pertanian tradisional (petani
biasa), pertanian semi-komersil (petani maju), dan kapitalis pertanian (petani
kaya dan pengusaha Cina). Memasuki Orde Baru adalah pertanian semikomersil (tani tanggung dan srabutan), kapitalis pertanian (pengusaha Cina dan
juragan), dan kapitalis (industri agro dan wisata). Memasuki reformasi, moda
produksi tetap, tetapi jumlah petani semi-komersill menurun, sementara juragan
dan industri agro berkembang.
Memudarnya moda produksi lokal pada masa kolonial didorong oleh
kegiatan-kegiatan perkebunan kina dan teh. Pada awal kemerdekaan hingga
tahun 1950 didorong oleh masuknya penjajah Jepang, kebijakan ekonomi
pemerintah, dan masuknya pengusaha Cina. Pada masa Orde Lama, oleh
perkemb angan pertanian pengusaha Cina dan gejolak politik nasional.
Memasuki Orde Baru oleh kebijakan pembangunan, investasi pemerintah, dan
masuknya industri agro pada struktur ekonomi lokal. Pada masa reformasi,
perubahan didorong oleh persaingan antar artikulasi moda produksi dan antar
artikulasi dalam satu moda produksi. Dengan demikian, formasi sosial yang
terbangun pada masa kolonial adalah kapitalis kolonial, berubah menjadi
kapitalis pertanian pada masa awal kemerdekaan hingga Orde Lama, kapitalis
Negara pada masa orde Baru dan Kapitalis Industri pada masa reformasi.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa moda-moda produksi yang
hadir pada formasi sosial lokal sejak masa kolonial hingga reformasi terdiri dari
moda produksi asli dan moda produksi kapitalis yang berasal dari luar sistem
sosial. Moda produksi asli secara perlahan terpengaruh oleh moda produksi
kapitalis sehingga menjadi moda produksi yang mengadaptasi moda produksi
kapitalis. Perubahan moda produksi lokal dari masa ke masa banyak disebabkan
oleh faktor-faktor eksternal daripada internal sistem sosial. dengan demikian,
formasi sosial lokal dari masa-ke masa didominasi oleh moda produksi kapitalis
yang berasal dari sistem sosial desa sehingga moda produksi lokal berangsurangsur me mudar pengaruhnya hingga akhirnya hilang sama sekali.

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI LOKAL:
Studi Dinamika Moda Produksi Di Desa Pegunungan Jawa

M. PURNOMO

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
magister sains pada
Program Studi Sosiologi Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005

Judul Tesis

: Perubahan Struktur Ekonomi Lokal: Studi Dinamika Moda
Produksi di Desa Pegunungan Jawa

Nama

: M. Purnomo

NRP

: A. 152030031

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. M.T. Felix Sitorus, MS
Ketua

Dr. Ir. Arya H. Dharmawan, M.Sc
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Sosiologi
Pedesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. M.T. Felix Sitorus, MS

Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M. Sc.

Tanggal Ujian : 29 Agustus 2005

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Magetan pada tanggal 20 April 1977 dari ayah Soeradi
(Alm.) dan ibu Hartutik Sayuti. Penulis adalah anak keempat dari enam
bersaudara. Lulus dari SMA PGRI I Maospati pada tahun 1996 dan masuk pada
Fakultas Pertanian Unibraw pada tahun 1997. Gelar Sarjana Pertanian diperoleh
pada tahun 2002 dan pada tahun 2003 diterima pada Sekolah Pascasarjana IPB.
Sejak mahasiswa penulis telah aktif di Enlighment Malang pada tahun
1998-2001 dan LAPERA Indonesia sebagai Resoure Center (RC) pada tahun
2000 hingga saat ini. Pada tahun 2002 penulis menjadi staff pengajar di Fakultas
Pertanian Universitas Widya Gama Malang dan pada tahun 2004 penulis kembali
mengabdi ke almamater sebagai staff pengajar di Jurusan Sosial Ekonomi
Universitas Brawijaya.

Kata Pengantar
Segala puji pada Tuhan yang maha kuasa atas segala karunia-Nya
sehingga tesis yang berjudul Perubahan Struktur Ekonomi Lokal : Studi Dinamika
Moda Produksi di Desa Pegunungan Jawa dapat terselesaikan. Ungkapan
terimakasih penulis sampaikan yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir.
M.T. Felix Sitorus, MS sebagai ketua dan Dr. Ir. Arya H. Dharmawan, M.Sc,
selaku anggota komisi pembimbing yang telah mengarahkan penulis dalam
pelaksanaan penelitian. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak Prof.
H.A. Mukthie Fadjar, SH. MS selaku Rektor Universitas Widya Gama Malang
yang telah menugaskan penulis untuk mengambil studi pascasarjana di Institut
Pertanian Bogor .
Terima kasih juga kami sampaikan kepada seluruh penduduk dan
Pamong desa Tulungrejo atas bantuannya khususnya kepada Bapak Suwaji
kepala dusun Wonorejo yang telah berkenan menjadi tempat kos penulis selama
penelitian lapangan dan Mas Ferry sekeluarga yang selalu menerima penulis
untuk berdiskusi di kebun percobaan Unibraw. Kepada seluruh rekan-rekan
penulis di SPD, Mbak Rita, Mbak Inya`, Mbak Anik, Mbak Heru, Pak Jetter, Mbak
Jean, Pak Witranto, Mas Damae, Mas Taya Toru, serta Sofyan dan Pak Kalbi,
terima kasih atas kebersamaannya selama studi. Terima kasih juga kami
sampaikan kepada Mas Dadang Juliantara dan Mas Riawan Chandra dari Pokja
Pembaruan Jogjakarta serta Mas Himawan dan Samsudin serta seluruh staff
LAPERA atas suportnya. Kepada Teman-teman di RK, Doni, Wahyu, Syahid,
Eko, Dodik, Ama, Budi, Hasan dan Mas Teguh serta Mas A`an terima kasih dan
semoga kita semakin dewasa.
Pengharg aan sebesar -besarnya penulis sampaikan kepada Bapak
(Soeradi) yang telah meninggalkan penulis saat menyelesaikan tesis ini, Ibu
(Hartutik Sayuti) serta seluruh keluarga besar atas do`a dan dukungannya
sela ma ini. Kepada Fiska Nurillah Salathin, Jihan, dan keluarga di Banjarnegara
terima kasih atas dukungannya. Dan semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat serta dapat diperbaiki dimasa yang akan datang.

Bogor, Oktober, 2005
Mangku Purnomo

DAFTAR ISI
Ringkasan ........................................................................................................ i
Glosari .............................................................................................................. iv
Daftar Singkatan .............................................................................................. v
Daftar Isi ........................................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN ...........................................................................................
1.1. Latar Belakang ......................................................................................
1.2. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian.................................
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................

1
1
4
8

II. PENDEKATAN TEORITIS ............................................................................
2.1. Tinjauan Pustaka ..................................................................................
2.1.1 Ciri-ciri Struktur Ekonomi Lokal ...................................................
2.1.2 Perkembangan Kapitalis dan Transformasi Ekonomi Lokal .......
2.1.3 Konsep Moda Produksi dan Formasi Sosial ................................
2.1.4 Perubahan Moda Produksi dan Struktur Ekonomi.......................
2.2. Alur Pemikiran.......................................................................................
2.3. Hipotesis Pengarah ..............................................................................

9
9
9
11
13
20
24
27

III. METODE PENELITIAN ...............................................................................
3.1. Jenis Penelitian .....................................................................................
3.2. Lokasi Penelitian dan waktu .................................................................
3.3. Penentuan Subyek Kasus ...................................................................
3.4. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................
3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data..................................................
3.6. Hambatan dalam proses penelitian ......................................................

28
28
28
28
29
29
30

IV. DESA TULUNG REJO : SOSIAL EKONOMI DAN SEJARAH DESA ......
4.1. Sejarah Desa ..............................................................................................
4.2. Gambaran Sosial- ekonomi Desa ...............................................................
4.2.1. Basis Ekologi .................................................................................
4.2.2. Dinamika Sosial Ekonomi...............................................................

34
34
38
38
40

V. DINAMIKA MODA PRODUKSI DAN FORMASI SOSIAL :
PERPEKTIF HISTORIS .................................................................................
5.1. Moda Produksi dan Formasi Sosial Masa Kolonial (1870-1945).............
5.1.1. Cara Produksi Pertanian Tradisional .............................................
5.1.2. Cara Produksi Kapitalis Kolonial ....................................................
5.1.3. Perubahan Moda Produksi Lokal: Perombakan Moda Produksi
Pertanian Tradisional......................................................................
5.1.4. Formasi Sosial Kapitalis Kolonial dan Keberlangsungan
Moda produksi Lokal ....................................................................
5.2. Moda Produksi dan Formasi Sosial Awal
Kemerdekaan (1945-1950).......................................................................
5.2.1. Kedatangan Penjajah Jepang........................................................
5.2.2. Revolusi Nasional dan Rencana Ekonominya ...............................
5.2.3. Peran Pengusaha Pertanian Pengusaha Cina ..............................
5.2.4. Tipe-tipe Moda Produksi yang Hadir pada
Formasi Sosial Lokal .....................................................................
5.2.4. Perubahan Moda Produksi Lokal: Dari Pertanian Tradisional

47
48
48
50
53
56
60
60
60
60
63

Menuju Semi-Komersil ................................................................... 65
5.2.5. Formasi Sosial Kapitalis Pertanian dan keberlangsungan Moda
Produksi Lokal................................................................................. 68
5.3. Moda Produksi dan Formasi Sosial Selama Orde Lama (1950-1965) .... 71
5.3.1. Bekerja dan Belajar Bersama Pengusaha Cina ............................ 61
5.3.2. Ketegangan Politik dan Stagnasi Ekonomi .................................... 72
5.3.3. Moda Produksi yang Terbangun .................................................... 75
5.3.4. Perubahan Moda Produksi Lokal : Dari Semi-komersil menuju
Kapitalis Pertanian.......................................................................... 77
5.3.5. Formasi Sosial Kapitalis Pertanian dan Keberlangsungan
Cara Produksi Lokal.................................................................... 80
5.4. Moda Produksi dan Formasi Sosial Orde Baru (1965-1997)................... 82
5.4.1. Repelita dan Pembangunan Ekonomi ........................................... 82
5.4.2. Gelombang Masuknya Industri Agro.............................................. 86
5.4.4. Moda Produksi Yang Terbangun ................................................... 91
5.4.5. Perubahan Moda Produksi Lokal : Kemapanan
Kapitalis Pertanian.......................................................................... 92
5.4.6. Formasi Sosial Kapitalis Negara dan Keberlangsungan
Moda Produksi Lokal....................................................................... 96
5.5. Ikhtisar......................................................................................................... 100
VI. DINAMIKA MODA PRODUKSI DAN FORMASI SOSIAL
KONTEMPORER (1997-2005) .....................................................................
6.1. Kecenderungan Perkembangan Juragan dan Pengusaha Cina ..............
6.2. Kecenderungan Perkembangan Tani Tanggung .......................................
6.3. Kecenderungan Perkembangan Tani Srabutan ........................................
6.4. Kecenderungan Perkembangan Industri Agro ...........................................
6.5. Kecenderungan Perkembangan Industri Pariwisata ..................................
6.6. Moda Produksi yang Terbangun.................................................................
6.7. Perubahan Moda Produksi Lokal : Dominasi Kapitalis Industri .................
6.8. Formasi Sosial Kapitalis Industri dan keberlangsungan
Moda Produksi Lokal ..................................................................................
6.9. Ihktisar.........................................................................................................
VII. Kesimpulan dan Saran .............................................................................
7.1. Kesimpulan ................................................................................................
7.2. Saran ..........................................................................................................

108
108
116
120
123
127
133
134
148
150
154
154
157

Daftar Tabel
Table 4.1

: Sejarah desa Tulung Rejo............................................................. 37

Tabel 5.1

: Aspek moda produksi kapitalis kolonial dan pertanian tradisonal
masa kolonial................................................................................. 53

Tabel 5.2

: Perubahan aspek cara produksi subsistensi di TR setelah masuknya
cara produksi kapitalis pada masa kolonial .................................. 54

Tabel 5.4

: Artikulasi cara produksi pertanian tradisonal, semi-komersil, dan
kapitalis pada masa awal kemerdekaan ....................................... 65

Tabel 5.5

: Perubahan aspek cara produksi pertanian tradisional di TR awal
kemerdekaan ................................................................................ 67

Tabel 5.6

: Kecenderungan perubahan ciri-ciri cara produksi yang berkembang
pada sistem sosial lokal pada masa awal kemerdekaan ............. 68

Tabel 5.7

: Artikulasi cara produksi pertanian tradisonal, semi-komersil, dan
kapitalis pertanian pada masa Orde Lama ................................... 76

Tabel 5.8

: Perubahan aspek cara produksi lokal pada ma sa Orde Lama .... 78

Tabel 5.9

: Kecenderungan perubahan cara produksi yang berkembang pada
sistem sosial lokal pada masa Orde Lama .................................. 79

Tabel 5.10 : Artikulasi cara produksi semi -komersil, kapitalis pertanian dan
kapitalis industri pada masa Orde Baru ........................................ 92
Tabel 5.8

: Perubahan aspek cara produksi semi-komersil dan kapitalis di TR
pada masa Orde Baru .................................................................. 94

Tabel 5.11 : Kecenderungan perubahan moda produksi yang berkembang pada
sistem sosial lokal pada masa Orde Baru .................................... 95
Tabel 5.12 : Perubahan aspek-aspek cara produksi pertanian tradisonal dari
jaman kolonial hingga saat ini ....................................................... 102
Tabel 5.13 : Evolusi ciri-ciri cara produksi pertanian tradisional dari masa kolonial
hingga saat ini ................................................................................ 104
Tabel 5.14 : Formasi sosial TR dari jaman kolonial hingga reformasi .............. 106
Tabel 6.1

: Artikulasi cara produksi semi -komersil, kapitalis pertanian dan
kapitalis pada masa reformasi ..................................................... 134

Tabel 6.2

: Perubahan aspek cara produksi semi-komersil, kapitalis pertanian
dan kapitalis pada masa reformasi .............................................. 139

Tabel 6.3

: Kecenderungan perubahan cara produksi yang berkembang pada
sistem sosial lokal pada masa Reformasi ................................... 144

Tabel 6.4 : Perubahan aspek-aspek cara produksi lokal selama reformasi .. 151
Tabel 6.5

: Perubahan ciri-ciri cara produksi pertanian tradisional pada masa
reformasi ........................................................................................ 152

Tabel 6.6

: Formasi sosial TR dari jaman kolonial hingga reformasi .............. 153

iv

DAFTAR SINGKATAN
BPR

:

Bank Perkreditan Rakyat

BTI

:

Barisan Tani Indonesia (Organisasi underbow PKI yang
mengorganisir petani di pedesaan)

CV

:

Commanditer Vennotschip

DPL

:

Di Bawah Permukaan Laut

Ha

:

Hektar (10.000, M2)

HDI

:

Human Development Indeks

Kg

:

Kilogram

Km

:

Kilometer

KPH

:

Kawasan Pemangku Hutan

PKI

:

Partai Komunis Indonesia

PPN

:

Perusahaan Perkebunan Nasional

PT

:

Perseroan Terbatas

PTPN

:

Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara

RAC

:

Remaja Anti Cina

TAHURA

:

Taman Hutan Rakyat

THR

:

Tunjangan hari raya

TMII

:

Taman Mini Indonesia Indah

TNI-AU

:

Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara

UMR

:

Upah Minimum Regional

iv

GLOSARI
Angpao

:

Semacam uang sogokan untuk memperlancar proses konsesi
tanah untuk para pejabat yang berwenang

Aspal godok

:

Pengerasan jalan dengan aspal kasar yang direbus dalam tong
kemudian disiram ke jalan dan ditaburi pasir.

Bagor

:

Semacam karung pembungkus pupuk terbuat dari plastik yang
digunakan oleh penduduk untuk celana

Bero

:

Kondisi lahan yang tidak ditanami tanaman produktif dalam
jangka waktu lama

Bongkor

:

Kondisi lahan yang tidak dipelihara hingga ditumbuhi tanaman
tidak berguna. Jika bero lahan masih akan dimanfaatkan
kemudian jika bongkor lahan benar-benar tidak terurus.

Boro kerjo

:

Istilah bagi buruh dari luar daerah yang mencari kerja di
Tulungrejo dan menginap di sana hingga berbulan-bulan
bahkan tahunan. Mereka biasanya berasal dari daerah marjinal
seperti selatan Malang, Blitar, juga dari Pujon dan daerahdaerah lainnya. Mereka menginap di rumah rumah
penampungan khusus untuk mereka, dan ada juga yang
menginap dirumah penduduk atau di rumah saudaranya yang
telah dulu masuk dan menjadi warga desa

Burgur

:

Ampas jagung yang sarinya telah diambil untuk minyak goreng,
biasanya untuk makanan sapi dan kuda atau ternak lainnya

Buruh bebas

:

Buruh yang tidak terikat oleh juragan manapun dan bebas
bekerja dimanapun, biasanya mereka penduduk asli desa
Tulungrejo

Buruh lepas

:

Buruh yang hanya diupah tanpa diberi makan sehingga imbalan
gaji saja

Cabut

:

Istilah untuk kerja borongan memetik wortel yang dilakukan
sekelompok pekerja.

Divisi

:

Jabatan di bawah manejer pada pabrik jamur dan bunga yang
membawahi beberapa supervisor.

Gestok

:

Gerakan Satu Oktober (Istilah lain untuk peristiwa PKI 1965
yang digunakan oleh Bung Karno)

Juragan

:

Seorang yang memiliki tanah lebih luas dari lima herktar, kaya
dan mempekerjakan banyak buruh hingga 50-an orang di lahan
pertaniannya.

Manajer

:

Pemimpin dalam perusahaan bunga dan jamur yang memimpin
perusahaan yang dipekerjakan oleh pemilik perusahaan.

Mandor

:

Orang yang dipercaya juragan atau pengusaha Cina untuk
mengawasi kerja para buruh

Mbangkat

:

Kerja memikul hasil bumi dari lahan dengan menggunakan
keranjang, biasanya dilakukan jika lahan jauh dari jalan raya.
Mbangkat ini biasanya dilakukan berkelompok hingga 10 orang.

Ngasak

:

Mencari sisa kentang pada kebun yang diusahakan pengusaha

v

Cina sehabis di panen
Nglaju

:

Kegiatan pulang pergi yang dilakukan pekerja tiap hari, atau
pagi berangkat kerja sore pulang kembali kerumah dan
dilakukan secara rutin.

Pandek

:

Orang yang bekerja pada seorang juragan sepanjang hidupnya
dan tidak berpindah juragan.

Pasangan

:

Orang yang dianggap sangat cocok oleh tani tanggung untuk
bermitra dengannya dalam bekerja. Pasangan ini biasanya
teman akrabnya atau mitra kerja disaat keduannya menjadi
buruh pada juragan atau tani tanggung lain.

Pelita

:

Pembangunan lima tahun-sebuah rencara pembangunan yang
disusun secara nasional dengan jangka lima tahun oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Pemilu

:

Pemilihan Umum (proses politik berupa pemilihan wakil rakyat
yang akan menduduki dewan perwakilan rakyat yang
seharusnya dilakukan lima tahun sekali untuk suksesi
kepemimpinan nasional)

SARFAAT

:

Wilayah di sekitar gedung yang bernama Sarfaat di daerah
perbatasan antara Dusun Gerdu dan Junggo

Srabutan

:

Petani yang memiliki tanah dibawah 0,25 hektar yang sebagian
besar waktunya untuk bekerja di luar pertanian dan pertanian
tergantung pekerjaan apa yang tersedia di desa.

Supervisor

:

Jabatan di bawa divisi dalam perusahaan bunga dan jamur
yang membawahi beberapa kelompok kerja

Tani
Tanggung

:

Petani yang memiliki lahan tidak lebih dari dua hektar, kondisi
ekonomi biasa saja dan hanya mempekerjakan buruh upahan
jika lahanya memerlukan banyak tenaga.

Tetel

:

Pembatan lahan hutan untuk lahan pertanian, tanah tetelan
adalah tanah yang diperoleh dari membuka lahan hutan

Translok

:

Tasmigrasi lokal bagi para purnawirawan TNI-AU yang
ditempatkan di Tulungrejo secara bertahap yakni tahun 1973,
1975, dan 1979

Willis

:

Merk jip yang digunakan untuk mengangkut sayur dari atas
gunung. Jip ini memiliki kekuatan bagus sehingga mampu
menembus daerah-daerah pegunungan dengan medan berat
dan masih digunakan hingga saat ini

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diskursus tentang transformasi ekonomi pedesaan Jawa tidak dapat dilepaskan
dari sejarah dinamika sosial ekonomi di kawasan ini. Kajian historis sangat berguna
untuk menjelaskan lebih mendalam gejala-gejala perubahan struktur sistem pertanian
dan kultur yang berkembang pada komunitas lokal. Diawali dari masa penjajahan,
kolonialisme telah memperkenalkan cara produksi “modern” yang datang seiring
dengan implementasi sistem produksi pertanian ala perkebunan yang kapitalistik oleh
pemerintah penjajah Belanda. Penetrasi kapital dilakukan oleh penjajah melalui
perkebunan pada sistem ekonomi lokal yang telah mapan sebelumnya.
Bentuk paling nyata dari penetrasi kapital terhadap sistem pertanian di
Indonesia oleh Belanda adalah keberhasilannya melakukan perombakan berbagai
rejim (cara pengaturan) penguasaan/kepemi likan sumberdaya agraria lokal digantikan
dengan rejim kepemilikan pribadi. Penghapusan hak-hak feodal atas tanah dilakukan
untuk mendukung perluasan perkebunan besar, dimana tanah dan tenaga kerja
menjadi kekuatan produksi (forces of production) utama. Kebijakan politik agraria
tersebut pada dasarnya bertujuan untuk memperkuat struktur keuangan pemerintah
Belanda yang porak poranda akibat keterlibatannya dalam perang di Jawa. Untuk
tujuan itu ketersediaan tanah murah dan mudah diperlukan guna memperluas usahausaha perkebunan 1.
Kota Malang, pada masa awal perluasan perkebunan Belanda belum banyak
berkontribusi bagi penciptaan surplus kapital pada pemerintah penjajah Belanda
karena pemusatan kegiatan ekonomi perkebunan masih di Pasuruan (Malang masih
menjadi bagian dari Kabupaten Pasuruan pada masa itu). Namun demikian, dengan
berkembangnya komoditas Kopi di daerah Dampit (salah satu Kawedanan di Malang),
pengaruh ekonomi perkebunan semakin besar2. Baru pada tahun 1870-an perkebunan

1

Kebijakan Belanda ini kemudian dikenal sebagai tanam paksa (culture stel- sel) yang dilakukan oleh Van
den Bosch, Lihat Soehartono (1991: 75-77), Apanage Dan Bekel: Perubahan Sosial Di Pedesaan
Surakarta 1830-1920., Tiara Wacara, Jogjakarta. Daerah Malang termasuk Manca Negara (di luar Jogja
dan Solo) sehingga kekuasaan pemerintah Belanda penuh dan tanam paksa langsung tanpa persetujuan
Raja Jawa. Dari sinilah kemudian eksploitasi berlanjut ketika kaum swasta Belanda ikut memperluas
perkebunan dengan terbitnya Agrarische Wet 1870, lihat, Gunawan Wiradi (2001:8-9), Tonggak -tonggak
perjalanan kebijakan agraria di Indonesia, dalam Tim Lappera, Prinsip-Prinsip Reforma Agraria : Jalan
Penghidupan Dan Kemakmuran Rakyat, Lappera, Jogjakarta.
2
Kopi Merupakan tanaman cukup berpengaruh pada abad ke 19 di Malang sebelum tebu, ditanam di
distrik Turen dimana Dampit merupakan daerah penting di sana, lihat Hiroyosi Kano, Pagelaran ;
Anatomi Sosial Ekonomi Pelapisan Masyarakat Tani Sebuah Desa Di Jawa Timur (1990:12-13).

2

kina dan Selecta (industri pariwisata) dibuka oleh Belanda di desa Tulung Rejo (TR),
dimana per kebunan teh dibuka kemudian pada tahun 1938. Sejak saat itu industri
perkebunan besar dan pariwisata terus berkembang hingga masa penjajahan Jepang.
Pada masa penjajahan Jepang ini sebagian perkebunan teh dikonversi menjadi
kawasan tanaman pangan (Gordon, et al 1985:160).
Perkebunan dan industri pariwisata di TR pada masa kolonial adalah dua
bentuk kegiatan ekonomi yang diperkenalkan kepada sistem masyarakat lokal oleh
kekuatan ekonomi exstra-lokal (penjajah Belanda). Sementara itu tanaman pangan
adalah kegiatan ekonomi tradisional (lokal) yang merupakan sistem ekonomi asli desa
TR sebelum penetrasi kapitalisme per kebunan merasuk ke dalam sistem sosialekonomi kemasyarakatan di kawasan tersebut. Kedua struktur sistem produksi
tersebut memiliki ciri yang saling bertolak belakang. Pertemuan kedua sistem tersebut
tentunya akan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan terbentuk struktur
ekonomi baru.
Setelah penjajahan berakhir, struktur ekonomi desa memasuki masa transisi
karena matinya kegiatan ekonomi perkebunan dan wisata. Masa-masa ini diwarnai
dengan kekacauan politik dan ketidak pastian ekonomi di desa. Sepenuhnya corak
struktur ekonomi dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan ekonomi exstra-lokal yang
dibawa oleh aktor-aktor lain. Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam masa perang
sangat berpengaruh terhadap formasi penguasaa kekuatan produksi di desa dan
tentunya juga berpengaruh terhadap kultur yang berkembang pada masyarakat lokal.
Perubahan drastis terjadi setelah program revolusi hijau diperkenalkan pada
tahun 1970-an dimana petani kaya mulai mengaplikasikan obat-obatan, pupuk, juga
bibit unggul yang diperkenalkan oleh otoritas pertanian pemerintah. Tahun 1970-an
adalah awal keterlibatan petani pegunungan pada sistem ekonomi pasar yang
kemudian menyeret mereka ke dalam arus ekonomi komersial. Proses komersialisasi
komoditas pertanian tradisional tersebut pada akhirnya mengantarkan masyarakat
petani pegunungan Jawa kepada sistem sosial “berkelas” yang tidak dikenal
sebelumnya. Hal ini selaras dengan temuan Hefner (1999) di Tengger sebelum
masuknya kebijakan pemerintah (exstra-lokal) dalam menata kegiatan ekonomi,
penduduk pegunungan lebih banyak mengusahakan tanaman pangan dan berorientasi
pada pemenuhi kebutuhan sendiri.
Gejala

perubahan

struktur

sosial

ekonomi

pedesaan

Jawa

tersebut

berlangsung dramatis termasuk di desa TR. Tanah alluvial gunung Arjuno yang subur,

3

sumber air yang melimpah, merupakan faktor yang mempercepat proses transformasi
pertanian tersebut. Apel dan tanaman dataran tinggi seperti kubis, kentang, wortel, dan
bunga tumbuh dengan baik dan menjadi penggerak utama perekonomian lokal. Pada
tahun 2000-an pertanian tidak lagi menanam tanaman pangan, tapi telah berkembang
tanaman komersial seperti kentang, sayur, apel, dan tanaman komersial lainnya. Hasil
produksi tanaman ini dipasarkan ke kota-kota besar di di Jawa bahkan luar Jawa.
Komoditas pertanian komersial diusahakan secara intensif dengan penggunaan
teknologi budidaya yang modern sehingga ciri-ciri pertanian “tradisional” sebagaimana
kebanyakan di desa-desa tidak terlihat.
Intensifikasi pertanian telah mencapai puncaknya pada akhir abad 21. Hampir
seluruh waktu dalam setahun, tanah pertanian di TR tidak mengenal bero. Tanaman
utama adalah sayur, bunga potong maupun hidup, apel, serta sedikit jagung. Seluruh
lahan ditanami secara monokultur dengan rotasi tanam yang sangat cepat. Begitu
intensifnya, lahan pertanian yang belum dipanen kadang telah ditanami tanaman baru.
Wilayah yang dulunya kosong karena terletak pada kawasan miring, juga telah
diusahakan dengan tanaman komersial. Pertanian dikelola secara modern baik
teknologi budidaya maupun alat-alat yang digunakan. Obat-obatan, pupuk, dan bibit
demikian juga telah diaplikasikan secara meluas hampir oleh seluruh petani.
Tidak hanya di kawasan yang miring, petani juga membuka lahan hingga ke
lereng-lereng pegunungan. Lahan milik perhutani berupa hutan lindung dibuka dan
ditanami kentang, kol, sawi, juga bawang. Lahan baru ini memiliki kemampuan yang
lebih baik daripada lahan umum, karena hama belum banyak juga lapisan humusnya
masih tebal. Tidak tanggung-tanggung, pembukaan lahan ini luasannya mencapai
ratusan hektar di tiga lereng pegunungan yakni Arjuno, Welirang, dan Anjasmoro.
Transformasi sistem pertanian tradisional menjadi modern tersebut memperlihatkan
adanya perubahan-perubahan struktural sistem pertanian.
Selain perubahan struktural, sistem pertanian tradisional di TR juga mengalami
perubahan kultural. Orientasi produksi petani TR kini berubah sepenuhnya dari
subsistensi kepada tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar guna mendapatkan
keuntungan. Oleh karena itu petani selalu membuat perencanaan produksi sesuai
dengan permintaan pasar. Petani di TR juga sudah sangat terbiasa dengan sistem
pendanaan bank untuk memenuhi kebutuhan modal kerja. Mereka juga memiliki
perhitungan layaknya perusahaan dalam melakukan pinjaman meski pengelolaan

4

usaha tani masih dalam keluarga. Nilai-nilai usaha modern sepenuhnya telah
diterapkan pada sistem pertanian di TR.
Perubahan struktur sistem pertanian dan kultur petani juga didorong oleh
perkembangan sistem ekonomi modern lain yakni industri agro jamur dan bunga yang
menyerap tenaga kerja hingga ribuan orang. Industri ini dikelola secara modern dan
mengusahakan tanaman khusus untuk eksport. Industri ini didirikan di atas lahan-lahan
pertanian produktif dengan membeli lahan-lahan petani. Terdapat tujuh industri agro di
TR yang berkem