Refleksi Metodologis: Perjalanan Menghasilkan Etnografi

(1)

REFLEKSI M ETOD OLOGI S: PERJALAN AN PEN ELI TI AN M EN GH ASI LKAN ETN OGRAFI

Sr i Ale m Br .Se m bir in g1

Fa k u lt a s I lm u Sosia l da n I lm u Polit ik Un ive r sit a s Su m a t e r a Ut a r a

A. Pe n da h u lu a n

Tulisan berikut ini m erupakan hasil refleksi m et odologi dari perj alanan lat ihan penelit ian lapangan bidang ilm u Ant ropologi selam a sepuluh hari di Lingkungan Buher Kelurahan Karangpaw it an Kecam at an Karaw ang, Jaw a Barat .

Tulisan ini sangat berm anfaat unt uk dibaca oleh sem ua orang, t idak hanya bagi m ahasisw a at au m ereka- m ereka yang berm inat dalam bidang ilm u ant ropologi. Hasil refleksi m et odologi ini m enggam barkan bagaim ana suat u kegiat an penelit ian lapangan dilakukan dengan m engacu kepada landasan t eorit is dan t eknik- t eknik penelit ian yang lazim digunakan dalam ant ropologi.

Dalam t ulisan ini akan t erurai bagaim ana kisah perj alanan dan kiat - kiat m encari dan m engum pulkan dat a, m enent ukan t eknik w aw ancara yang t epat , dan m em ilih inform an yang represent at if dalam penelit ian. Penulis j uga m enyert akan bagaim ana kendala- kendala yang dij um pai di lapangan, dan j uga kekecew aan dan kecerian yang senant iasa akrab m enyert ai penulis dalam perj alanan penelit ian ini.

B. Pe r sia pa n Aw a l

Penelit ian ini m erupakan kegiat an penelit ian lapangan pert am a bagi penulis yang dilakukan di luar w ilayah Sum at era Ut ara. Rasa khaw at ir sudah t ent u ada, t erut am a soal kem am puan penulis unt uk beradapt asi agar dapat berbaur dengan m asyarakat set em pat , yait u orang- orang Sunda di Lingkungan Buher Kelurahan Karangpaw it an Kecam at an Karaw ang, Jaw a Barat . Rasa khaw at ir penulis m enj adi sedikit berkurang dengan m enget ahui bahw a lokasi penelit ian t erlet ak t idak t erlalu j auh dari Jakart a. Perj alanan m enuj u Lingkungan Buher dapat dit em puh sekit ar dua j am perj alanan dengan kendaraan roda em pat . Kekhaw at iran j uga sem akin sedikit karena orang Sunda di Lingkungan Buher t ernyat a dapat m engert i Bahasa I ndonesia, w alaupun m ereka t idak lancar m enggunakannya dalam percakapan sehari- hari.2 Hal ini m em buat kendala bahasa dapat dikesam pingkan unt uk sem ent ara w akt u, paling t idak pada hari- hari pert am a penelit ian. Kekhaw at iran ini t im bul karena penulis t idak dapat berbahasa sunda baik secara akt if m aupun pasif. Sem ent ara, penguasaan bahasa lokal bagi seorang penelit i m enurut Malinow ski ( 1950) adalah m asalah paling pent ing dalam m encari dan m engum pulkan dat a yang baik dalam suat u penelit ian ant ropologi.

I t ulah gam baran aw al di benak saya ( penulis) set elah pada akhir kuliah dit et apkan bahw a Karaw ang adalah lokasi penelit ian. I nform asi t ent ang Karaw ang m ulai saya kum pulkan. Dari beberapa t em an- t em an yang m enget ahui t ent ang daerah penelit ian it u, saya hanya m endapat kisah t ent ang ‘goya n g Ka r a w a n g’ yang

1

Tulisan ini m erupakan bagian dari t ugas penulis selam a m engikut i Program Pascasarj ana di Universit as I ndonesia pada Program St udi Ant ropologi dalam m at a kuliah Teknik- Teknik Penelit ian Ant ropologi.

2

Penduduk di Kelurahan Karangpaw it an ini cenderung m enggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa m ereka dalam kehidupan sehari- hari.


(2)

‘hangat ’ dari para gadisnya. Dari art ikel di sebuah surat kabar, saya m endapat inform asi bahw a banyak orang- orang dari Karaw ang yang bekerj a di Jakart a dan di pabrik di sekit ar Karaw ang. Seluruh inform asi yang saya kum pulkan t erfokus pada kegiat an non- pert anian dan j uga kegiat an pert anian, sert a perkem bangan kehidupan m asyarakat nya, karena m at eri ini yang m enj adi fokus penelit ian..

Perburuan’ inform asi ini m erupakan suat u persiapan m ent al aw al unt uk m enghadapai arena baru. Hal ini diperlukan m engingat saya adalah ‘orang asing’ bagi m asyarakat yang didat angi. Dengan m engut ip Cham bers ( 1983) saya adalah ‘orang luar’ yang bukan orang desa set em pat . Menurut Cham bers ( 1983) , kesadaran sebagai ‘orang luar’ dari si penelit i ini sangat diperlukan unt uk m engant isipasi ham bat an kult ural dan st rukt ural yang nant inya dapat m enghasilkan ‘bias’ dalam penelit ian. Saya berharap dengan pem aham an aw al t ent ang kehidupan orang yang akan saya kunj ungi, saya dapat m enghindari apa yang disebut Cham bers ( 1983) sebagai prasangaka ‘orang luar’. Prasangka yang salah akan dapat berpengaruh buruk t erhadap validit as hasil penelit ian. Unt uk it u, saya perlu m enghindari prasangka- prasangka, t erut am a penilaian t ent ang baik dan buruk, pint ar dan bodoh t ent ang apa yang m ereka ( orang di lingkungan Buher) lakukan.

Kesehat an fisik j uga perlu dij aga sebelum t erj un ke lokasi penelit ian, dan j uga persediaan beberapa j enis- obat - obat an ringan sebagai persiapan di lapangan. Hal ini perlu m endapat priorot as, sebab m enurut Geert z ( 1983) , penelit i adalah m erupakan alat yang sangat pent ing dalam m engum pulkan dan m encat at dat a, sehingga kesehat an penelit i di lapangan perlu dij aga, di sam ping perlunya alat - alat bant u sepert i alat t ulis, kam era dan lain- lain. Hal t erakhir yang sat a persiapkan adalah barang- barang keperluan pribadi dan alat bant u penelit ian lapangan, sepert i; cat at an lapangan, pena, pinsil, t ape- recorder, kert as folio, dan beberapa buku yang pent ing unt uk m endukung kegiat an penelit ian. Hal t erakhir ini dipersiapkan j uga bersam a dengan t em an- t em an sat u kelom pok. Sem ua keperluan pribadi dan perlengkapan lainnya saya cat at dengan rinci dalam cat at an pribadi agar t idak ket inggalan dan hilang, sepert i yang dikem ukakan oleh Geert z ( 1983) .

C. Ada pt a si de n ga n Lin gk u n ga n Ba r u

Kiranya t anggal 15 Juli sore it u bukan hari baik unt uk kelom pok I dan kelom pok saya ( I V) . Hari it u kam i ‘dit olak’ oleh kepala lingkungan desa dengan cara yang am at halus.Sehingga kam i harus m enginap di Hot el Om ega dekat Kelurahan Karangpaw it an. Perist iw a ini t erj adi karena kurangnya koordinasi ant ara pihak kam i ( t im penelit i) dengan pihak kelurahan. Salah sat u alasan penolakan oleh Bapak Kepala Lingkugungan Buher ( Pak Mardi) yang m enyam but kam i di lokasi sangat sederhana, yait u t idak t ersedianya t em pat m enginap yang m enurut beliau layak unt uk kam i. Kat egori layak yang dim aksud Pak Mardi adalah t idak adanya rum ah penduduk yang t elah m em iliki MCK, khususnya rum ah yang m asih dapat dit um pangi selam a kam i m elakukan penelit ian di lingkungan t ersebut . Alasan lainnya adalah karena kam arnya kecil, t idak m em iliki kam ar, rum ahnya sem pit dan dibum bui beberapa alasan lainnya. Bahkan beliau ( Pak Mardi) j uga m engat akan bahw a rum ahnya j uga t idak layak karena t idak m em iliki WC. Nam un kem udian dengan alasan hendak m encuci t angan ke kam ar m andi, saya m elihat bahw a kam ar m andi Pak Mardi layak sebagai sarana MCK, bahkan sangat layak unt uk ukuran penduduk set em pat .

Tanggal 16 Juli di keesokan harinya kam i t elah m endapat t em pat t inggal. Kelom pok kam i m enyew a sebuah rum ah yang baru selesai m ilik Pak Warsan dengan biaya RP. 150.000.- selam a sepuluh hari. Pada m alam pert am a it u pula kam i


(3)

m em int a kesediaan I bu Wakil ( ist eri Pak Mardi) unt uk m em bant u m enyediakan m akanan dan m inum an dan unt uk biaya m akan t ersebut , kam i m em berikan sej um lah uang kepada beliau set iap pagi.

Sebelum m elakukan t ugas selanj ut nya, kam i t erlebih dahulu m em perkenalkan diri dan m enj elaskan m aksud kedat angan kam i, yait u unt uk m elihat keanekaragam an m at a pencaharian m ereka. Hal ini kam i lakukan m engingat pert im bangan et ika dalam suat u penelit ian. Perkenalan secara t erbuka ini pent ing dilakukan. Menurut Bogdan ( 1993: 66) , dalam penelit ian yang t erang- t erangan, penelit i dapat bergerak secara leluasa dalam ‘m em buru’ inform asi yang dibut uhkan sert a m em peroleh kem udahan dari organisasi at au kelom pok- kelom pok di m asyarakat , dan dalam m enj elaskan t uj uan penelit ian cukup sekedar penj elasan um um , berkat alah yang sebenarnya pada saat perm ulaan penelit ian ( Bogdan 1993: 72- 73) .

Pak Mardi sebagai kepala lingkungan Buher adalah orang pert am a yang kam i m int a ket erangannya m engenai kondisi lingkungan set em pat , keragam an m at a pencaharian penduduk, pem anfaat an lahan- lahan kosong dan sebagainya. Pak Mardi adalah inform an pert am a kam i, dan dari beliau pula kam i banyak m endapat inform asi yang dibut uhkan. Orang sepert i Pak Mardi inilah yang disebut oleh Agar ( 1980: 85) sebagai ‘profesional st ranger handler’, yait u sebagai orang pert am a yang m em beri penj elasan pada ‘orang luar’ sepert i kam i. Disam ping it u Pak Mardi j uga adalah seorang kepala lingkungan yang m em punyai posisi ‘at as’ dalam bidang pem erint ahan di lingkungannya. Orang sepert i ini disebut j uga sebagai ‘nat ural

relat ion expert’ ( Agar 1950) . Orang- orang sepert i ini dapat m em berikan penj elasan

yang m em uaskan pada ‘orang luar’ ( penelit i) t anpa m erugikan m asyarakat nya.

Pak Wakil ( it u adalah sebut an penduduk sekit ar unt uk Pak Mardi sebagai kepala lingkungan) m enyat akan bahw a m asyarakat nya cukup ram ah, w alaupun cara berbicara m ereka sepert inya sedikit kasar, ‘it u m ah sudah dari sononya’, begit u kat a beliau. Beliau m engat akan j uga bahw a sebahagian besar w arganya kurang dapat berbahasa I ndonesia dengan lancar. Sebagai penelit i yang baru t iba, saya berpikir bahw a w alaupun m asyarakat set em pat kelihat annya sangat ram ah, seorang penelit i j uga perlu berhat i- hat i. Pelt o dan Pelt o ( 1989: 259) m engem ukakan bahw a w alaupun dalam keadaan m asyarakat yang lem ah lem but , seorang penelit i perlu peka kepada cara m em perkenalkan diri dan m elakukan int eraksi sosial. Sikap hat i-hat i ini perlu dibina agar m ereka t et ap t erbuka m enerim a kehadiran si penelit i.

Hari berikut nya kam i sudah berj alan sendiri- sendiri dengan pem bagian t ugas m asing- m asing. Sebelum bergerak lebih j auh, kelom pok kam i yang t erdiri dari saya, I bu Dew i, Pak Jabat in, Pak Edi, dan Pak Taufan berj alan m engelilingi desa ( Kam pung Buher) dan j uga Kam pung Bam bu Duri ( pondokan kelom pok I ) sekit ar pukul sepuluh pagi. Ke dua kam pung ini m erupakan bagian dari Lingkungan Buher. Dalam perj alanan pagi it u, kam i m ulai dengan m enyusuri j alan kecil di arah kiri pondokan. Perj alan kam i lakukan dengan m elew at i ham paran saw ah yang t elah dipanen m enuj u Kam pung Bam bu Duri. Secara serem pak, pandangan kam i t ert uj u ke t engah saw ah. Kam i m elihat sekelom pok ‘pasukan bebek’ sedang sibuk m encari m akan di bekas lahan saw ah. Bebek- bebek it u dipim pin seorang penggem bala yang gaya hidupnya bert ualang dari sat u lokasi saw ah yang t elah dipanen ke lokasi saw ah lain, dari sat u kam pung ke kam pung lain unt uk m encari bahan m akanan bagi bebek peliharaannya. Bebek dan penggem balanya diangkut dengan m enggunakan kendaraan t ruk kecil.Apabila bert em u dengan beberapa w arga kam pung, kam i hanya ‘m elem par’ senyum dan m engucap ‘m angga bapak/ ibu/ m bak’. Apabila m ereka bert anya ‘kam ana?’, m aka kam ipun m enj aw ab ‘kadiek’ at au ‘j alan- j alan’.


(4)

D . Ke ga ga la n Pe r t a m a Sa ya

Dalam sebuah bukunya Bernard ( 1994: 211) m engat akan bahw a j ika kam u m enunj ukkan rasa ket ert arikan dan perhat ian kam u, m aka banyak inform an dan orang- orang akan m enolong kam u. Kalim at inilah yang m enj adi pegangan bagi saya ket ika akan t urun ke lapangan. Saya m endapat banyak m anfaat dari saran Bernard ( 1994) it u. Nam un, sepert i yang j uga dit ulis oleh Turnbell ( dalam Bernard 1994: 211) berdasarkan pengalam annya, bahw a hal it u t idaklah selalu benar sepenuhnya t erj adi dalam kenyat aan di lapangan. Ada beberapa inform an yang m enunj ukkan sikap acuh t ak acuh w alaupun m ereka bersedia m enj aw ab beberapa pert anyaan. Jaw aban-j aw aban yang diberikan inform an sangat singkat dan t idak m engandung penaban-j elasan yang rinci. Hal ini saya alam i ket ika berbicara dengan Pak Mian ( 60 t ahun) . Pak Mian ini m enurut penduduk set em pat t ergolong oarang yang m em iliki lahan saw ah luas dan sat u buah pabrik penggilingan padi.

Wakt u it u siang hari berkisar pukul 14.00 Wib. Saya pergi bersam a I bu Dew i. Pada hari it u saya m endapat t ugas dari kelom pok unt uk m engum pulkan dat a m engernai kepem ilikan lahan dan perubahan t eknik- t eknik pengolahan lahan pert anian. Sebelum w aw ancara berlangsung, I bu Dew i kem bali ke pondokan unt uk m engam bil kam era fot o yang t ert inggal. Pada aw al w aw ancara saya t erlebih dahulu m em perkenalkan diri dan m engat akan bahw a saya but uh beberapa inform asi dari Pak Mian m engenai kegiat an penggilingan di pabrik padi m iliknya. Saya m elihat Pak Mian m enat ap saya dengan pandangan yang m enyelidik. Beliau t erdiam unt uk w akt u yang sedikit lam a sebelum m enj aw ab pert anyaan yang saya aj ukan “ siapa saj a yang Bapak t erim a unt uk bekerj a di pabrik penggilingan padi ini” ?. Saya harus m engulang sekali lagi pert anyaan it u karena beliau t idak m em berikan respon apa- apa, saya pikir beliau t idak m endengarnya. Kem udian beliau m enj aw ab “ it u bukan saya yang m engurus.” Jaw aban it u diberikan Pak Mian t anpa ekspresi dan beliau langsung m em alingkan w aj ahnya ke arah j alan um um , seolah ingin m enghindari pert anyaan berikut nya.

Perist iw a ini m em buat saya berpikir apakah Pak Mian t akut dipungut paj ak at au t akut dit at a seluruh hart a kekayaannya, ent ahlah..., at aukah ada persaingan usaha ant ara sesam a penduduk di Kam pung Buher. Kem udian saya m engingat bahw a kam i t inggal di rum ah Pak Warsan yang j uga m enurut penduduk kam pung diberi label ‘orang kaya’ dan m em iliki sebuah t rakt or dan j uga penggilingan padi.

Saya j uga bert anya dalam hat i apakah ada prilaku saya yang salah at au kurang sopan. Nam un ket ika saya m elihat beliau lebih banyak m em buang m uka dan duduk t idak t enang sam bil t erus m em alingakan w aj ah ke pabrik penggilingan padi yang sedang beroperasi, m aka t idak lam a kem udian saya m ohon pam it . Saya m enyalam Pak Mian sam bil m em bungkukkan badan dan m engucap ‘m at urnuhun Bapak’, sert a sedikit m enyunggingkan senyum , lalu berpam it an dan m enunggu rekan saya I bu Dew i. Unt uk perist iw a ini, saya m enghibur diri dengan m enganggap bahw a inform an saya sudah t erlalu t ua, m em punyai m asalah dengan pendengaran dan m ungkin Pak Mian m erasa risih berdekat an dengan w anit a m uda, at aukah ini sepert i yang dikat akan Bgdan ( 1993: 84) bahw a m asyarakat um um nya m enghindari int eraksi dengan orang asing pada hari- hari perm ulaan karena dipandang t idak perlu. Tet api hari it u saya t idak kecew a sepenuhnya. Hari it u m erupakan hari yang


(5)

sangat baik sebagai persiapan unt uk m elew at i hari berikut nya. Saya m endapat pelaj aran yang sangat berharga dalam m enghadapi seorang inform an.

Malam harinya, saya m em eriksa kem bali cat at an- cat at an lapangan saya hari it u. Saya m em perbaiki beberapa pert anyaan- pert anyaan t ent ang hal- hal apa saj a yang akan dit anyakan sehubungan dengan t ugas saya. Saya j uga harus lebih hat i-hat i lagi dalam m em ilih inform an, w akt u w aw ancara dan m engem bangkan t eknik-t eknik bereknik-t anya yang lebih baik. Kej adian dengan Pak Mian ieknik-t u m ungkin eknik-t erj adi karena kesalahan saya, sebagaim ana yang dikem ukakan oleh Spradley ( 1979: 46) bahw a banyak kesalahan- kesalahan dalam w aw ancara disebabkan dari perbedaan-perbedaan ident it as, rint angan budaya, kepribadian yan t idak sesuai dan t idak dipunyainya keahlian orang per orang ( dari sudut si pew aw ancara) .

Spradley ( 1979: 46) j uga m enam bahkan bahw a m ew aw ancari inform an t ergant ung kepada kem am puan ( keahlian) pew aw ancara yang m eliput i; kem em puan bert anya, bert indak sebagai pendengar dan bukannya pem bicara, m engam bil peran yang pasif, m enunj ukkan ket ert arikan m elalui kont ak m at a dan bahasa nonverbal lainnya. Beberapa keahlian di at as perlu dikem bangkan unt uk m encipt akan suat u sit uasi w aw ancara yang m enyenangkan, sebab dari inform anlah kit a m em peroleh inform asi at au dat a. Spradley ( 1979: 25) m enyebut kan bahw a inform an adalah sum ber inform asi, m ereka adalah guru bagi seorang et nografer.

E. Ke sa ba r a n da n Ke n da la Ba h a sa ya n g M e le la h k a n

Bahasa adalah sat u kendala yang sedikit m enganggu kelancaran w aw ancara saya. Saya t idak dapat m engert i bahasa Sunda dengan baik. Sem ent ara it u, sebahagian besar penduduk kurang dapat berbahasa I ndonesia dengan lancar. Sebahagian besar w aw ancara cenderung t erganggu oleh kendala bahasa ini, t erut am a dengan m unculnya t erm inologi- t erm inologi at au ist ilah- ist ilah khusus dari inform an. I st ilah ini sendiri t idak dapat dij elaskan oleh inform an dengan baik dalam bahasa I ndonesia. Hanya dengan inform an kunci kendala ini dapat t erat asi, selebihnya dibut uhkan kerj a keras dari saya dengan cara m enggant i beberapa pert anyaan at au m enanyakan beberapa hal lain yang berhubungan dengan t opik ut am a dat a yang dibut uhkan.

Pengalam an ini saya dapat kan pada w akt u berbicara dengan Pak Am in ( 30 t ahun) yang seorang ‘pem aro’ ( buruh t ani) . Wakt u it u t anggal 17 Juli 1996 berkisar pukul 15.30 Wib. Waw ancara dilakukan dekat dengan lokasi pabrik Pak Mian.Siang it u Pak Am in sedang ist irahat set elah selesai m engant arkan padinya ke penggilingan padi. Saya m engham pirinya t anpa t erlebih dahulu m em buat j anj i unt uk w aw ancara, m em beri salam dan Pak Am in m em persilahkan saya duduk di sam pingnya. Dengan sedikit perkenalan dan m enj elaskan m aksud saya, kam i t erlibat percakapan yang m enurut saya sangat ’berat ’. Saya harus m engulang dua kali unt uk pert anyaan yang sam a, karena Pak Am in t idak m engert i apa yang dit anyakan. Hal ini saya sadari ket ika saya bert anya apakah Pak Am in sebagai ‘pem aro’ dan Pak Mian sebagai pem ilik lahan yang digarapnya m asih m em iliki hubungan kerabat . Nam un, j aw aban yang saya t erim a adalah j um lah anak Pak Mian dan lokasi t em pat t inggalnya saat ini. Unt uk ini saya harus m engulang sekali lagi pert anyaan dengan m aksud yang sam a t et api dengan kalim at yang berbeda, “ apakah Pak Mian it u pam an at au m ert ua Bapak?” . Kali ini beliau dapat m enj aw ab dengan baik dan m em beri penj elasan yang panj ang lebar.

Set elah sit uasi akrab sepert i it u, t ibalah giliran saya yang t idak m engert i sepenuhnya penj elasan Pak Am in. Sebab, dalam m enerangkan hubungan kerabat at as dasar genealogis it u, Pak Am in m enggunakan ist ilah- ist ilah lokal yang t idak


(6)

saya m engert i. Dengan dem ikian, w alaupun t elah m em buat cat at an bagan hubungan kekerabat an, t et ap saj a sulit unt uk m enem pat kan ist ilah t ersebut dalam bagan secara t epat . Ket ika saya t anyakan kem bali, j aw abannya t et ap sam a. Unt uk kali ini, saya t idak m enyert akan seorang pent erj em ah karena w aw ancara yang berlangsung m erupakan w aw ancara yang t idak direncanakan sebelum nya. Dalam kasus ini, saya m encat at ist ilah it u dan m enanyakan art inya pada inform an kunci.

Hal yang sam a j uga t erj adi pada saaat w aw ancara dengan Pak Roj i ( 45 t ahun) . Beliau seorang kepala t andur. Mat eri yang dit anyakan berkisar m engenai perkem bangan kelom pok anggot a penandur. Juga ket ika w aw ancara dengan Pak Tayu ( 50 t ahun) m engenai kegiat an pert anian. Begit u pula w aw ancara dengan Pak Encip ( 30 t ahun) ket ika bercerit a t ent ang perubahan sist em pem anenan.

Unt uk hal ini,saya harus bekerj a dua kali dengan cara m enanyakan kem bali ungkapan at au ist ilah it u kepada inform an kunci at au penduduk lain yang dapat berbahasa I ndonesia sekaligus sebagai ‘re- check’ at as inform asi yang t elah diperoleh. Sehubungan dengan hal ini, saya m engingat apa yang dikat akan Bogdan ( 1993: 101) , t elit ilah ungkapan- ungkapan orang secara hat i- hat i; apa m aksudnya it u, siapa yang m em akainya, apa it u berupa asum si um um , dalam kont eks apa ist ilah it u dipakai, di baw ah sit uasi bagaim ana dipakai, apa ist ilah it u dit uj ukan kepada orang at au kepada barang ?. Dalam hal ini dapat saj a kat a it u m erupakan ‘kat a kunci’ yang dapat m em bant u m enj elaskan suat u fenom ena.

Rasa kurang puas at as hasil w aw ancara selalu saj a t im bul w alaupun dalam w aw ancara berikut nya saya m enggunakan seorang pent erj em ah, nam un selalu saj a ada beberapa hal yang sulit bagi saya unt uk dipaham i. Nam un, saya berusaha unt uk t idak t erlalu m enghuj ani m ereka dengan berbagai pert anyaan selanj ut nya, karena saya khaw at ir m ereka m enj adi bosan. Sebagaim ana yang dikem ukakan Bogdan ( 1993: 104) bahw a dibut uhkan kesabaran dalam m encari inform asi, banyak penelit i kurang sabar, m ereka m em beri pert anyaan- pert anyaan dan m em buru inform asi dari sat u t opik ke t opik lain at au m em aksa para subj ek agar berbicara berbagai m asalah. Hal ini perlu dipert im bangkan unt uk m elihat bagaim ana penerim aan subj ek at as penelit i.

Sikap kurang sabar ini t anpa saya sadari pernah saya lakukan ket ika m ew aw ancarai Pak Ralim ( 35 t ahun) unt uk yang ke dua kalinya. Pada perbincangan pert am a, beliau sangat ram ah karena saya lebih bersifat m endengarkan. Jika bert anya, saya m enunggu penj elasannya selesai t erlebih dahulu. Sikap sepert i ini seyogyanya t et ap saya pert ahankan. Sepert i kat a Spradley ( 1979: 46; 1980: 3) bahw a sikap yang dilakukan penelit i adalah m endengarkan dan belaj ar dari m asyarakat set em pat . Nam un pada perbincangan ke dua, t anpa sadar dan dengan bersem angat saya langsung m em ot ong pem bicaraan Pak Ralim begit u beliau m engucapkan ist ilah dalam bahasa Sunda yang kurang saya m engert i. Unt uk kali pert am a dan yang ke dua dengan t ersenyum dan suara yang t et ap bersem angat beliau t et ap m em beri penj elasan. Unt uk kesekian kalinya Pak Ralim m asih t et ap m enj aw ab dengan baik, t et api set elah it u beliau m em ilih diam dan t idak m elanj ut kan lagi ket erangannya. Akhirnya saya harus m em beri pert anyaan lagi dan j aw aban berikut nya diberikan dengan suara yang lebih rendah. Pak Ralim j uga sudah m ulai m enarik- narik sarungnya dan m em anggil kerabat nya lalu berbicara dalam bahasa Sunda yang t idak saya m engert i. Kem udian beliau bert anya sam bil m engernyit kan alis “ m asih ada lagi yang m au dit anyakan?” . Dengan sangat sopan sayapun m enj aw ab “ cukup unt uk hari ini Pak, saya m ohon m aaf j ika ada kat a- kat a yang kurang sopan” , lalu m engucapkan t erim akasih dan berpam it an pulang.


(7)

Dari pengalam an ini, saya belaj ar bagaim ana sebaiknya m em ot ong pem bicaraan. Sebagaim ana yang dikat akan oleh Whyt e ( 1960: 335 dalam Bernard 1994: 219) ‘learn t o int erupt gracefully’; perlu dipelaj ari cara m em ot ong penj elasan t anpa m enim bulkan kebencian dan j angan m em ot ong secara t iba- t iba.

Disam ping it u saya j uga m enem ukan perbedaan m akna yang m ereka gunakan dari sat u kat a dengan m akna yang saya paham i. Sepert i kat a paceklik. Menurut yang saya paham i, paceklik diart ikan sebagai kegagalan panen. Pak Mardi ( kepala Lingkungan Buher) m enj elaskan bahw a yang dim aksud dengan paceklik adalah m asa dim ana t idak ada pem ot ongan padi, yait u m asa sesudah dan sebelum panen. Sedangkan m asa kegagalan panen disebut dengan bapuk at au puso.

Pengalam an ini m engingat kan saya akan apa yang diungkapkan oleh Bogdan ( 1993: 98) bahw a aspek yang paling pent ing adalah bahasa, penelit i harus berangkat dari pokok pikiran bahw a bahasa at au sim bol- sim bol yang dipakai dalam dunia m ereka dapat m em punyai m akna yang berbeda dengan yang dikenal penelit i. Hal ini senada dengan yang dij elaskan oleh Spradley ( 1979: 17) bahw a bahasa adalah alat unt uk m em bangun realit as, bahasa yang berbeda- beda m enim bulkan dan m em perlihat kan realit as yang berbeda pula.

Kendala bahasa ini m enyebabkan kekurangm am puan saya unt uk m engert i nuansa- nuansa m akna dari ist ilah yang m ereka gunakan. Ket erbat asan ini j uga yang m em buat saya kurang m em aham i em osi- em osi m ereka sew akt u m enj elaskan bagaim ana susahnya at au gem biranya m ereka dalam m enghadapi suat u persoalan at au sit uasi.

F. Ke pu r a - pu r a a n ya n g M e n ye n a n gk a n da la m M e m bin a H u bu n ga n Ba ik

Ternyat a t idak m udah unt uk m em bina hubungan yang ‘dekat ’ ( rapport ) ant ara penelit i dan m asyarakat . Hubungan yang ‘dekat ’ ini m erupakan suat u hal yang m ut lak dan perlu dalam suat u penelit ian. Sepert i yang dikem ukakan oleh Spradley ( 1979: 25) bahw a seorang et nografer selayaknya bekerj a sam a dengan para inform annya sebab kelulusan penelit ian t ergant ung dari sifat hubungan ini. Dengan hubungan yang baik, m aka dapat dicipt akan apa yang disebut ‘friendly conversat ion’ ( Spradley 1979: 55) , yait u perbincangan yang lebih bersahabat sehinggga dapat m enghindari j arak ant ara penelit i dan penduduk.

Bagi saya, apa yang disebut dengan ‘cult ural approach’ ( pendekat an budaya) sudah sangat t ipis kem ungkinannya m engingat kendala ut am a saya adalah bidang bahasa. Dari segi penguasaan bahasa lokal j elas poin saya sangat rendah. Saya hanya m am pu m engucapkan beberapa kalim at yang sederhana, sepert i sapaan kalau berpapasan di j alan, ucapan t erim akasih, salam pert em uan dan sej enisnya. Cara lain yang saya handalkan hanyalah dengan m enunj ukkan sikap yang bersahabat . Dalam rangka cara inilah yang saya m aksudkan m enunj ukkan m inat dan perhat ian, yait u perhat ian dalam hal apa saj a yang m eliput i kehidupan m asyarakat set em pat .

Dalam rangka perhat ian ini pula saya harus m engem bangkan suat u sikap kepura- puraan. Salah sat u cont ohnya adalah pada saat saya m encoba m enarik perhat ian seorang I bu penj ual kue ( I bu Ac) yang m enj aj akan dagangannya keliling kam pung. Pada w akt u lew at di depan pondokan kelom pok kam i ( kelom pok I V) , beliau sepert inya bert eriak lebih keras sam bil m em alingkan w aj ahnya ke pondokan kam i. Saya dan rekan saya I bu Dew i m em anggil I bu Ac. Kam i m em beli beberapa pot ong kue dan langsung m encicipinya di depan I bu t ersebut sam bil bergum an dengan m engangkat alis seolah sangat m enikm at i “ hm m ... enak” . Saya m enam bah dua pot ong kue lagi w alaupun kem udian saya t idak m em akannya. Secara bersam aan


(8)

senyum I bu Ac t idak hanya sekedar t ersungging t et api m elebar sam bil; berucap m at urnuhun neng, lalu m em beri kam i uang kem balian pem bayaran kue. Kam i t idak m enyia- nyiakan kesem pat an ini unt uk m em buat j adw al w aw ancara dengan beliau.

Dem ikian j uga suat u siang selesai berj alan- j alan ( 19 Juli 1996) . Ket ika hendak m enuj u podokan, saya m am pir di w arung Pak Kant a unt uk m em beli air sosro dingin. Karena bercam pur lapar, saya m em int a I bu Kant a unt uk m engam bilkan sebuah pisang goreng. Tet api ket ika saya m elihat pisang goreng yang berada dalam w adah it u t elah dihinggapi beberapa ekor lalat , saya berkelit agar diberi beberapa pot ong pisang goreng yang m asih panas. Saya m em int a yang t elah dingin agar dibungkus unt uk dibaw a pulang. Syukurlah secara kebet ulan m asih ada di penggorengan yang belum m at ang.

Sikap sepert i ini diperlukan unt uk m enj aga dan m em bina hubungan baik dengan inform an. Sebagaim ana yang diungkapkan Spradley ( 1979: 78) bahw a ‘rapport’ diart ikan sebagai hubungan yang harm onis ant ara penelit i dan et nografer. Tet api perlu j uga diingat apa yang dikem ukakan Vredenbregt ( 1984: 90) bahw a pada hakekat nya pew aw ancara selalu akan m enj aga unt uk m em epert ahankan rapport yang baik, t et api sekali lagi perlu diingat bahw a rapport yang baik bukanlah t uj uan dari w aw ancara, t uj uan dari w aw ancara adalah unt uk m em peroleh dat a.

Banyak kepura- puraan lain yang harus dit am pilkan, m isalnya kem urahan senyum , keram ahan bert egur sapa dan sej enisnya. Dalam m em bina rapport yang baik, pada saat - saat t ert ent u saya ikut bergabung bersam a beberapa kelom pok ibu-ibu di w arung Pak Kant a dekat j em bat an. Warung it u cenderung dit unggui oleh ist eri beliau dan seorang anak perem puannya yang t elah m enikah. Sam bil duduk- duduk, saya m enanyakan beberapa kat a bahasa I ndonesia dalam bahasa Sunda dan m encobanya. Mendengar pengucapan saya, m ereka t ert aw a karena bagi m ereka pengucapan it u sangat kaku . Tet api saya m elihat m ereka cukup m em beri respon yang baik karena sikap ingin t ahu saya, ingin belaj ar dari m ereka. Hal yang t erpent ing adalah m enunj ukkan m inat dan perhat ian dalam set iap perbincangan m ereka. Kadangkala t erselip j uga kisah sedih dan gosip- gosip di ant ara m ereka sesam a w anit a. Saya m erasa perlu m enim pali sesekali dan m enunj ukkan sikap yang bersem angat . Perbincangan it u sangat m enarik bagi saya. Saya m enem ukan beberapa isyu kecem buruan dan persaingan yang sifat nya spont an t anpa direkayasa yang secara t idak sengaj a t erselib di ant ara obrolan m ereka. I su it u cenderung m engenai hart a, kesuksesan, kecant ikan dan beberapa hal lain.

Bogdan j uga m em berikan m asukan dalam rangka m em bina hubungan baik dengan m asyarakat ini. Menurut Bogdan ( 1993: 84) agaknya berguna bagi penelit i unt uk m enem pat kan dirinya dalam posisi set engah- set engah ( t idak m enonj olkan diri) , sepert i ikut berkum pul dalam akt ivit as yang t idak resm i, m isalnya di w arung-w arung at au acara m inum kopi. Part isipasi ini dapat m engurangi perasaan canggung dan m enam bah keakraban.

Malinow ski ( 1961) j uga m engem ukakan pengalam annya di Trobriand. Dia m engat akan bahw a m enunj ukkan m inat dalam set iap perbincangan dan perkem bangan yang berlaku di kam pung, ikut akt if dalam akt ivit as m ereka, sepert i upacara- upacara at au kegiat an lain. Part isipasi ini perlu dikem bangkan unt uk m enj alin hubungan dengan m ereka, dim ana hubungan baik ini m erupakan suat u kondisi pent ing unt uk suat u penelit ian ( Malinow ski 1961: 7- 8) .


(9)

Saya t idak m enyangkal bahw a bagaim anapun kecilnya, unsur subj ekt ifit as dapat m uncul dalam suat u laporan penelit ian. Walaupun penulis dapat m enghindari analisa yang m enyesat kan hasil penelit ian t ersebut . Dalam set iap w aw ancara selam a sepuluh ( 10) hari ( 15 Ju; i - 24 Juli 1996) dalam lat ihan penelit ian ini, kadangkala ada beberapa hal yang bergej olak dalam diri saya. Saya sangat t idak set uj u dengan beberapa sikap m asyarakat set em pat . Terut am a kaum w anit a yang bersikap biasa saj a dan m erasa suat u hal yang lum rah j ika m ereka dim adu ( unt uk ist eri pert am a) . Begit u j uga bagi w anit a lain yang dij adikan ist eri ke dua. Mereka m enganggap it u hal yang biasa dan t idak m erasa m alu m enj elaskan kisahnya kepada saya. Malahan t erdapat dua orang ist eri t inggal dalam sat u rum ah bersam a sat u orang suam i m ereka, sepert i keluarga Pak Dudung.

Kagum ..., saya sangat t erpesona dengan sikap sepert i it u. Nam un, saya t idak bisa m em bohongi diri saya. Saya m em berikan penilaian, “ ah sayang sekali, segam pang it u m ereka m au m elakukannya, j ika si suam i m enginginkannya unt uk bercint a, m aka m ereka m engunj unginya, j ika bosan dit inggal, kasihan nasib m ereka.” Hal sepert i ini j uga dialam i oleh seorang inform an w anit a bernam a Sn, seorang sinden ( penari/ penyanyi) yang t elah m enikah sebanyak dua kali. Begit u perasaan it u m uncul, pert anyaan dalam w aw ancara saya sudah sedikit m enyim pang dan lebih banyak t erarah kepada perasaan inform an sebagai w anit a.

Salah sat u w aw ancara saya yang berlangsung dem ikian adalah dengan Ny.Km ( 45 t ahun) . Beliau t elah dim adu oleh suam inya sebanyak dua kali. Sesudah kem bali ke pondokan, saya m erasa lucu dengan sikap saya. Apakah layak saya m em pert ahankan sikap sepert i ini dengan pandangan dem ikian. Saya m enyadari bahw a perasaan it u harus dibuang j auh- j auh. Saya m enyadari bahw a saya dat ang ke Lingkungan Buher unt uk lat ihan penelit ian dan yang saya alam i ini hanyalah salah suat u akibat yang dapat m em baw a konsekuensi buruk t erhadap hasil penelt ian. Haluan saya put ar, dan w aw ancara berikut nya dapat dilakukan lebih t erarah. Saya j uga m endapat beberapa m asukan dan saran dari t em an- t em an kelom pok unt uk m engant isipasi hal yang saya alam i.

Para w anit a di Lingkungan Buher m enilai bahw a perkaw inan dengan dua ist eri m erupakan hal yang biasa t erj adi. Kelum rahan ini lebih dapat dit oleransi t erut am a j ika hal it u t erj adi kepada m ereka yang berprofesi sebagai sinden ( penari/ penyanyi) .

Sinden- sinden m uda cenderung ident ik dengan kehidupan perkaw inan candung,

yait u sebagai ist eri sim panan at au ist eri ke dua. Pernikahan para sinden ini sebahagian besar berlangsung at as dasar pernikahan di baw ah t angan dengan disaksikan oleh Am il at au pet ugas dari KUA ( Kant or Urusan Agam a) . Perkaw inan j enis ini t idak m em punyai akt e nikah di cat at an sipil dan t idak m em punyai kekuat an hukum . Jika t erj adi perceraian si ist eri dan anaknya t idak berhak dan t idak dapat m enunt ut hak w aris dari suam i.

Unt uk kasus sepert i ini kiranya sikap yang baik adalah sepert i apa yang dikat akan Bogdan ( 1993: 38) bahw a kit a m endengarkan m ereka dari suara hat i m ereka sendiri dan dari pengalam an m ereka sendiri m eskipun kit a t idak m enerim a w aw asan m ereka sebagai suat u kebenaran, nam un pengem bangan sikap em pat i m em ungkinkaan kit a m em aham i dunia m ereka dari pandangan m ereka sendiri. Dalam hal ini, Boas ( dalam Pelt o &Pelt o 1989: 77- 78) j uga m enyebut kan; “ ...sekiranya kit a benar- benar bert uj uan unt uk m em aham i pem ikiran m anusia, m aka seluruh analisa pengalam an m est ilah diasaskan pada konsep m ereka dan bukannya konsep kit a.”

Unt uk m asalah sepert i ini, dalam pendekat an ant ropologi disarankan hendaknya penelit i m enggunakan pendekat an ‘em ik’; m enj elaskan sesuat u hal


(10)

m enurut pandangan m asyarakat set em pat . Pelt o dan Pelt o ( 1989: 76) m enyebut kan bahw a m asalah kit a ( para ant ropolog) lahir karena lem ahnya st rat egi pengkonsepan yang digunakan dalam kebanyakan uraian- uraian et nografi. Tingkah laku kebudayaan sebaiknya dikaj i dan dikat egorikan m engikut pandangan orang yang dikaj i it u sendiri, defenisi yang diberikan oleh si pelaku yang m engalam i perist iw a it u. Disebut kan bahw a pengkonsepan perlu dilakukan dan dit em ukan dengan cara m enganalisis proses kognit if m asyarakat yang dikaj i dan bukan dipaksakan secara et nosent rik. Pandangan ini disebut sebagai ‘et nografi baru.’

Unsur subj ekt ifit as yang saya bicarakan sebenarnya sedikit berbeda dengan pendekat an et ik dan em ik. Tet api dengan m enekankan pada pendekat an em ik ( ‘nat ive point of view ’) seorang et nografer dapat m enghindari at au set idaknya dapat m engurangi m asuknya hal- hal subj ekt ifit as dalam analisa dat a. Koent j araningarat ( 1982) m encoba m enj elaskan perm asalahan ini sebagai aspek m anusia dalam penelit ian m asyarakat . Koent j araningrat ( 1982: viii- ix) m enj elaskan bahw a m asalah yang dihadapi seorang ant ropog adalah m enyangkut m asalah penyesuaian pandangan em ik dari para inform an, responden dan w arga m asyarakat dengan pandangan et ik dari penelit i t erhadap t opik sert a soal- soal yang sedang dit elit inya.

H . Se or a n g Et n ogr a fe r ya n g Ba ik

Ternyat a unt uk m em aham i salah sat u bahagian saj a dari suat u kebudayaan, m aka seorang penelit i harus m elihat secara keseluruhan dalam kont eks sosio kult ural suat u m asyarakat yang hendak dit elit i. Hal ini begit u j elas saya rasakan ket ika harus m em aham i sej ak kapan kegiat an- kegiat an non- pert anian di Lingkungan Buher m ulai banyak dilakukan oleh penduduk set em pat .

Dalam rangka m em aham i m unculnya kegiat an- kegiat an non- pert anian, saya harus m elihat sej arah perkem bangan kot a- kot a di sekit ar Buher at au sekit ar kelurahan Karangpaw it an. Fakt or ekst ernal j uga harus diperhit ungkan, yait u sej ak kapan m araknya at au akrabnya penduduk dengan produk- produk elekt ronika, sepert i radio dan t elevisi yang m em berikan banyak inform asi.

Dari segi fakt or int ernal, saya harus m em perhat ikan perkem bangan t ingkat pendidikan dan hubungan Lingkungan Buher dengan lingkungan lain dan di luar kelurahan m ereka. Misalnya, t erj adi perubahan st at us kepem ilikan t anah. Banyak orang- orang dari luar Lingkungan Buher bahkan dari kecam at an lain at aupun dari Bekasi dan Jakart a yang m em beli t anah di Buher sebagai akibat dari banyaknya penggusuran di Bekasi. Dengan uang gant i rugi yang dit erim a, orang dari luar Buher dapat m em beli t anah yang cukup luas di Buher. Seiring dengan it u t ert j adi pula perubahan orient asi bagi kaum m uda. Kaum m uda cenderung enggan bekerj a di saw ah dan m em ilih bekerj a di pabrik- pabrik yang berkem bang pesat di w ilayah Kecam at an Karaw ang, t erut am a sej ak aw al t ahun 1990- an. Beberapa kaum m uda ini cenderung m em beri alasan dengan m engat akan, “ kerj a di saw ah m ah capek, hit am kulit .” Beberapa ibu- ibu m uda yang enggan bekerj a di saw ah j uga m engem ukakan alasan dengan nada yang t idak j auh berbeda, “ kalau nyaw ah ya capek, hit am , hasilnya lam a, j uga t idak punya saw ah sendiri, harus m aro.”

Dari kej adian it u, saya m erasa sulit unt uk m em form ulasikan dat a yang saya m iliki pada aw alnya. Berkat kerj a sam a t im kelom pok I V yang cukup baik, kam i dapat m em ecahkan m asalah- m asalah it u sat u per sat u. Set elah berdiskusi bersam a, kam i m enem ukan bahw a t erdapat beberapa dat a yang t adinya kam i rasa kurang perlu pada aw alnya t ernyat a dibut uhkan unt uk m enj elaskan beberapa hal.


(11)

Dengan pengalam an ini, saya m enyadari bahw a sulit unt uk m em aham i suat u fenom ena. Walaupun kit a sudah berada dekat bahkan di dalam fenom ena it u dan hadir di t engah- t engah orang- orang yang m engalam inya. Dari kej adian it u, saya m enem ukan bahw a banyak rangkaian- rangkaian perist iw a lain yang harus saya ket ahui unt uk m enj elaskan suat u fenom ena. Kem udian saya berkat a dalam diri saya sendiri, kiranya benar yang selam a ini saya dengar dan baca bahw a seseorang yang hendak m enj adi et nografer yang baik dan t ert arik pada lingkungan kebudayaan t ersebut perlu m elibat kan rangkaian dari sekum pulan aspek budaya seluas m ungkin. Sepert i apa yang dikem ukakan Spradley ( 1980: 3) bahw a et nografi adalah pekerj aan m enggam barkan kebudayaan. Tuj uan ut am a dari et nografi adalah unt uk m em aham i cara- cara kehidupan lain dari sudut pandang m asyarakat . Mem buat suat u et nografi t idak saj a berart i kit a m em pelaj ari suat u m asyarakat , et nografi berart i belaj ar dari m asyarakat .

Menj adi seorang et nografer yang baik t ernyat a t idak cukup hanya dengan persiapan sepert i yang saya lakukan unt uk penelit ian singkat ini. Hendaknya saya lebih banyak lagi m em persiapkan penget ahuan m engenai lat ar belakang budaya orang- orang Karaw ang, sehingga t idak t erlalu sulit bagi saya unt uk m enem ukan m akna dari perilaku m ereka. Sepert i yang diungkapkan oleh Spradley ( 1975: 69) bahw a t uj uan pendekat an et nografi adalah m enem ukan m akna yang t ersem bunyi yang t erlet ak dibelakang perilaku dan penget ahuan yang digunakan unt uk m enghasilkan dan m engint erpret asikan perilaku.

Penelit ian t idak hanya sekedar m elakukan observasi, m enerangkan perilaku yang t erlihat dan lingkungan fisik t anpa m em perhat ikan m akna dari hal- hal t ersebut bagi anggot a m asyarakat it u. Dalam hal ini Agar ( 1980: 77- 81) m engat akan bahw a t uj uan et nografi adalah belaj ar unt uk m em peroleh penget ahuahn yang belum diket ahui dan t uj uan sepert i ini bergant ng kepada gagasan m engenai urusan yang m enekankan pent ingnya proses m engint erpret asi m engenai segala sesuat u yang m enj adi perhat ian; m engenai alam , gerak dan lain- lain. Dit egaskan bahw a, seorang et nografer pada hakekat nya m elakukan pekerj aan m ent ransform asikan observasi-observasi yang dilakukan ke dalam bent uk t ulisan ( laporan) yang dikat egorikan sebagai suat u proses. Sem ent ara it u Spradley ( 1979: 22) m enyebut kan bahw a set iap hasil et nografi adalah m erupakan sebuah t erj em ahan, penulisan kem bali dari dat a-dat a yang diperoleh dengan bahasa si penelit i.

Pada proses pent ransform asian ini, saya j uga m engalam i apa yang dikem ukakan oleh Agar ( 1980: 74- 76) bahw a dalam penulisan et nografi dapat t erj adi perubahan art i dari dat a yang sesungguhnya di hasil laporan, yait u pada proses m ent ransform asikan dat a lapangan yang diperoleh ke dalam bent uk laporan. Saya m enyadari kebenaran dari apa yang dikem ukakan oleh Agar ( 1980) . Saya alam i ket ika saya m ulai m enulis laporan perdana di lapangan pada t anggal 17 Juli 1996 ( pukul 21.00 Wib) m engenai perkem bangan sist em m aro dan dinam ika kepem ilikan t anah. Unt uk hasil t ulisan perdana ini, saya sendiri sangat kurang puas, t erut am a set elah saya baca ulang. Keesokan harinya saya sesuaikan lagi dengan beberapa hasil w aw ancara lain dan t erdapat beberapa kekeliruan yang saya lakukan. Hal ini dapat t erj adi karena kurangnya pem aham an saya m engenai siklus kegiat an pert ania m ereka. Dari sini saya banyak belaj ar t ent ang cara- cara m enj adi seorang et nografer yang baik sebagaim ana yang diungkapkan Spradley ( 1972) . Sparadley m engat akan bahw a cara t erbaik unt uk belaj ar m elakukan et nografi adalah dengan m elakukannya. Mudah- m udahan ini m enj adi pengalam an berharga bagi saya di kem udian hari.


(12)

Dalam suat u w aw ancara adakalanya beberapa hal yang sifat nya rahasia sulit unt uk dit anyakan dan inform an enggan m enj aw ab. Hal ini kam i alam i pada w akt u m ew aw ancarai seorang sinden ( penari dan penyanyi kesenian Sunda) dengan sat u anak bernam a Sanah ( 26 t ahun) . Pada saat akan m em buat perj anj ian unt uk w aw ancara, kam i m em buka pert em uan dengan sat u pert anyaan yang berhubungan dengan hal yang akrab dengan kehidupan Sanah, “ apakah m asih m enj adi sinden?” . Sanah m enj aw ab’ “ t idak,suam i saya m elarang, it u dulu.” Ket ika kam i ( saya dan I bu Dew i) m em int a kesediaannya unt uk berbincang- bincang dan m engat akan bahw a yang kam i but uhkan hanya apa yang Sanah lihat t ent ang penam pilan para sinden, beliau t idak m enolak, “ t et api t idak hari ini” , begit u kat anya. Cara sepert i ini perlu unt uk m endapat kan kesediaan seseorang sebagai inform an. Sebagaim ana yang dikem ukakan Bernard ( 1984: 210) bahw a langkah t erpent ing unt uk diam bil ket ika m em ulai w aw ancara dengan inform an unt uk pert am a kali adalah m enj elaskan bahw a yang kit a ingin ket ahui adalah sangat sederhana yait u m engenai apa yang m ereka pikir dan apa yang m ereka am at i.

Melihat sikap Sanah yang sangat t ert ut up w alaupun beliau bersedia diw aw ancarai, saya m encoba m enj um pai ibunya di w arung unt uk m endapat kan inform asi t ent ang Sanah. Selam a ini hubungan kam i dengan I bu Sanah sudah sangat baik sekali. Sat u saj a pert anyaan saya, “ saya dengar Sanah it u dulu seorang sinden, apakah suam inya m engij inkan dia t et ap nyinden set elah m enikah?” . Jaw aban yang saya t erim a dari sang I bu sangat panj ang. Sam bil m enggoreng pisang dan t em pe, si I bu m enj elaskan kisah perkaw inan anaknya. Dari I bunya ini kam i m enget ahui bahw a suam i Sanah sudah t idak kelihat an lagi. Suam i Sanah t idak pernah lagi dat ang m engunj unginya, dan dalam w akt u dekat Sanah akan nyinden lagi unt uk m em ancing kem balinya sang suam i kepadanya dan anaknya.

Cara ini m enurut Bogdan ( 1993: 105) m erupakan suat u t akt ik khas yang dapat dipakai penelit i unt uk m em peroleh inform asi yang sulit dij angkau. Dari j enis perbincangan sepert i ini, inform asi yang diperoleh dapat dipergunakan sebagai langkah aw al unt uk m em peroleh iform asi selanj ut nya dari Sanah sendiri.

Waw ancara it u akhirnya dilakukan j uga di rum ah Sanah. Sanah didam pingi oleh Bapaknya ( Pak Kam t a) . Sebelum perbincangan dim ulai, saya m enanyakan kepada Sanah apakah dia t idak keberat an apabila kam i m em buat cat at an. Perm ohonan izin dari inform an sepert i ini perlu dilakukan sebagaim ana yang dikem ukakan Bernard ( 1984: 210) , kat akan kepada inform an unt uk perm isi m em buat cat at an, dan ini sangat vit al karena t anpa cat at an dalam kebanyakan kasus, nilai dari w aw ancara t idak akan dapat m aksim al. Bernard ( 1984: 181) j uga m elanj ut kan bahw a m em ori at au ingat an m anusia adalah sangat m iskin unt uk m erekam t anda-t anda, khususnya benanda-t uk- benanda-t uk deanda-t ail dari daanda-t a.

Perbincangan dilakukan sem bari Sanah m enyuapi anak laki- laki t unggalnya m akan siang, nam un suasanya sedikit agak kaku. Sanah hanya m enj aw ab singkat dan lebih banyak m enj aw ab “ enggak t ahu ya, m em ang sudah begit u dari dulu.” Pada kesem pat an ini, rekan kam i yait u Pak Edi m enaw arkan Sanah unt uk m em pert unj ukkan kebolehannya dengan berj anj i m em beri im balan. Kesepakat an ini diset uj ui Sanah.

Keesokan harinya, set elah Sanah m em pert unj ukkan kebolehannya ( 21 Juli 1996) , sikapnya t elah berubah. Sanah m ulai sering m enyapa kam i. Jika berbicara, Sanah j uga m ulai m em egang pundak saya at au I bu Dew i dan t idak m alu unt uk t ert aw a t erbahak- t erbahak. Sepert inya Sanah m erasa lebih ‘dekat ’ dengan kam i dari sebelum nya.


(13)

Ket ika kam i m elakukan w aw ancara ke dua, Sanah lebih bersem angat m em beri inform asi t ent ang profesi seorang sinden. Tet api ket ika pert anyaan m engarah kepada kualifikasi dan t eknik- t eknik keberhasilan seorang sinden, kem bali suasana m enj adi sedikit kaku. Sanah hanya t ersenyum dan m enj aw ab “ enggak t ahu ya, m em ang biasa begit u.” Saya j uga t ersenyum dan m em andang w aj ahnya lalu m ulai lagi dengan kalim at baru bernada m em uj i penam pilan Sanah yang dipert unj ukkannya bersam a rekannya ( Mbak Acih) dalam pert unj ukan kem arin. Saya m engat akan bahw a gerakan pinggul dan t angannya yang bagus. Sanah segera bereaksi sam bil t ersenyum , “ ...ah t idak, kalau saya m ah t idak pakai apa- apa, t api Acih pakai susuk di pipi.” Ket ika dit anya t ent ang dirinya, dengan m enundukkan kepala sam bil m enunj ukkan lengannya Sanah m engat akan bahw a dia m em akai susuk em as di lengan kanannya. Akhirnya Sanah m encerit erakan bagaim ana cara seorang dukun m em asang susuk t ersebut dan pant angan yang t idak boleh dilakukan dan dim akan oleh si pem akai susuk, sert a m engapa seorang sinden cenderung m em akai susuk pada salah sat u bagian t ubuhnya.

Cara lain yang saya lakukan apabila perbincangan m enj adi kaku adalah dengan m engulang kem bali ide t erakhir dari si inform an dan m engat akan “ saya set uj u, di kam pung saya j uga sam a.” Saya berusaha m erangsang kegairahan inform an dan m em beri beberapa inform asi serupa dengan m em bandingkannya dengan daerah saya di Sum at era Ut ara. Misalnya dalam hal pem anfaat an lahan set elah panen m enunggu m asa t anam berikut nya at au t eknik penyiram an t anam an di m usim kering.

Hal ini saya lakukan beberapa kali sew akt u berbicara dengan Pak Wakil Mardi besert a ist erinya, Pak Warsan at aupun Pak Roj i m engenai kegiat an pert anian yang berhubungan dengan kegiat an non- pert anian. I nform an cenderung kem bali bersem angat m em beri penj elasan lanj ut an dan t ernyat a banyak penj elasan baru lainnya yang sifat nya sangat inform at if. Dalam hal ini t erbukt i apa yang dikat akan Bogdan ( 1993: 89) bahw a t ukar- m enukar inform asi sering m enj adi sarana yang berguna bagi penelit i unt uk m em ecah kebekuan dan sekali kebekuan it u pecah, m ereka akan m em beri kit a inform asi lainnya.

J. D a t a Ce pa t

Jalur cepat perolehan dat a kam i t em puh dengan FGD ( ‘Focus Group Discusion’) . Pelaksanaan FGD it u dilakukan pada hari Kam is 18 Juli 1996. Pada pagi hari, kam i m enj um pai Pak Wakil Mardi. Pak Wakil t idak dit em pat . Kelom pok kam i m em int a I bu Wakil unt uk m engant ar kam i ke rum ah Pak Ralim . Pak Ralim adalah seorang Ket ua RT 02/ 02. Kam i m em int a bant uan beliau unt uk m enghubungi beberapa orang lagi yang dianggap m enget ahui hal yang m enj adi fokus diskusi.

Fokus diskusi yang akan dilaksanakan dalam FGD adalah m engenai pem buat an pet a lingkungan Buher, kepem ilikan lahan persaw ahan, dan perkem bangan t eknik pengolahan lahan. Dat a ini diharapkan dapat m enj elaskan rasio ant ara kebut uhan t enaga kerj a pert anian, j am kerj a yang dibut uhkan, dan kondisi dem ografi yang ada. Dat a lain yang kam i harapkan adalah m engenai persent ase kepem ilikan lahan pert anian saw ah, unt uk m elihat j um lah perbandingan pet ani pem ilik t anah dan pet ani yang t idak m em iliki t anah. Dat a ini dibut uhkan unt uk m endapat gam baran m engenai dinam ika int ern yang m endorong t im bulnya kegiat an lain di luar bidang pert anian. Bagian dat a- dat a ini adalah t ugas saya.


(14)

Sebahagian dari pert anyaan dalam FGD difokuskan unt uk m em ancing pendapat , int erpret asi at au perasaan inform an m engenai t ransform asi penget ahuan bidang pert anian. Dalam hal ini, t ipe pert anyaan adalah t erbuka, sepert i yang disebut oleh Daw son ( 1993: 28) sebagai j enis pert anyaan yang ‘open- ended quest ion.’

FGD dilakukan pada pukul 19.00 Wib di rum ah Pak Wakil Mardi ( Kepala Lingkungan) . Penduduk lain yang hadir adalah; I bu w akil, Pak Ralim ( Kepala RT02/ 02) , Pak Warsan ( m ant an Kepala Lingkungan) , sem ent ara beberapa orang lainnya berhalangan hadir. Dari pihak kelom pok kam i, saya dan I bu Dew i yang hadir. Beberapa anggot a kelom pok lainnya m engerj akan t ugas m ereka m asing- m asing pada hari it u. Dalam pelaksanaan FGD it u, I bu Dew i akhirnya asyik berbincang berdua bersam a I bu Wakil t ent ang sist em kekerabat an. Tinggallah saya sendiri besert a part isipan FGD kam i.

Dit engah diskusi kam i kedat angan t am u, Pak Encip. Beliau t idak diundang. Secara kebet ulan beliau m am pir ke lokasi pert em uan. Pak Encip m erupakan w arga m asyarakat biasa t anpa m em punyai peranan khusus di Lingkungan Buher. Kiranya Pak Encip dapat m em beri inform asi yang lebih past i soal j um lah luas t anah yang dim iliki penduduk dan j uga m engenai perkem bangan t eknik pengolahan lahan. Unt uk keadaan sepert i ini t erbukt i apa yang dikat akan Daw son ( 1993) . Daw son m engat akan bahw a kadang- kadang orang- orang yang kelihat annya kurang m am pu unt uk m em beri inform asi t ernyat a dapat m enj adi sangat berguna. Unt uk it u perlu disadari bahw a sem ua anggot a m asyarakat dapat m em punyai penget ahuan at au pengaruh t erhadap persoalan yang kit a t elit i ( Daw son 1993: 24) . FGD ini selesai sekit ar pukul 21.15 Wib. Sebagai penut up I bu Wakil m enaw arkan kopi dan t eh m anis besert a kacang goreng unt uk kam i nikm at i bersam a.

K. D ia r y- k u Sa ya n g D ia r y- k u M a la n g

Hubungan yang paling dekat secara pribadi dengan Saya di lapangan adalah sesosok benda m at i berukuran 8 x 15 cm dengan t ebal sekit ar 1/ 2 cm . Dialah diary-ku. Term uat di dalm nya cat at an- cat at an pribadi t ent ang perasaan dan gej olak em osi yang saya alam i selam a di lapangan. Saya selalu ‘m engunj unginya’ t erut am a di m alam hari set elah sem ua t ugas saya selesai. Kadangkala saya ‘berbicara’ dengannya di sore hari, t epat nya pada saat w akt u ist irahat sem bari m enunggu saat w aw ancara dengan inform an.

Diary- ku sangat m em bant u dalam banyak hal, sepert i yang diungkapkan oleh Bernard ( 1994: 183) , diary sifat nya pribadi, akan m enolong kam u dalam keadaan kesepian, ket akut an dan em osi- em osi lain yang m em buat penelit ian lapangan j adi sulit . Nam un apa hendak dikat a, sebahagian lem baran dari sahabat baikku it u t elah t erlepas. Beberapa lem bar t elah hilang karena kekurang hat i- hat ian dalam penyim panan, dan yang t ersisa berupa penggalan- penggalan ungkapan kegem biraan dan kekesalan. Tersisa j uga sat u bagian m engenai kebim bangan saya ket ika m em asuki lokasi penelit ian. Saya m erasakan adanya sedikit ket egangan, walaupun Bogdan m enghibur dalam penj elasannya dengan m engat akan bahw a pelaku observasi yang m asih baru selalu m erasa canggung t ent ang bagaim ana bisa m asuk ke berbagai sit uasi penelit ian, seyogyanya dia ( penelit i) berkeyakinan bahw a m ereka senang m enerim a penelit iannya ( Bogdan 1993: 68) .

“ Apakah saya rakus” , it u m erupakan salah sat u t opik kecil dari lem baran sahabat baikku yang m asih t ersisa. Kalim at it u saya t uliskan ket ika saya m erasa bahw a beberapa inform an kunci t elah t erlalu sering saya w aw ancarai, dan t elah


(15)

banyak inform asi yang saya dapat kan darinya. Sem ent ara it u, Spradley ( 1979: 38) m em peringat kan penellit i agar j angan m engeksploit asi inform an.

I . Pe n u t u p

Saya m endapat kan suat u pengalam an m enarik selam a penelit ian singkat ini, yait u dengan m em biarkan inform an bercerit a t anpa m em ot ongnya.Ternyat a banyak inform asi yang dapat diperoleh dan dapat dit anyakan kem bali dari hal yang dicerit erakan oleh inform an. Dalam hal ini t ent u saj a saya bersikap sebagai pendengar budim an. Nam un, unt uk beberapa inform an diperlukan kiat t ert ent u unt uk m em ot ong pem bicaraannya.

Pengalam an singkat ini t ernyat a m em buahkan sebuah kisah panj ang. Pengalam an berharga ini t idak hanya dapat saya nikm at i. Orang lain j uga dapat m em et ik buah pengalam an it u m elalui karya t ulis ini. Ternyat a unt uk m enj adi penelit i yang handal bukanlah suat u profesi yang gam pang dan t idak dapat diperoleh dalam w akt u yang singkat . Terlebih lagi j ika si penelit i berkeinginan unt uk m em peroleh hasil yang valid dan t erbebas dari nilai- nilai bias.

Kebersam aan, kerj asam a, keceriaan, kegagalan, kekesalan, dan j uga kesuksesan berbaur m enj adi sat u selam a sepuluh hari yang begit u berart i. Sepuluh hari it u j uga sekaligus m enj adi hari- hari yang m enegangkan. Sepuluh hari it u j uga dapat m enj adi kebahagiaan apabila kit a m enikm at i apa yang kit a kerj akan dan apa yang kit a peroleh selam a perj alanan sang w akt u, dari det ik ke det ik hingga m em asuki t ahap akhir.

- - -

D a ft a r Pu st a k a Aga r , M ich a e l H

1980 The Professional St ranger : An I nform al I nt roduct ion t o Et hnography. Orlando: Academ ic Press I nc.

Be r n a r d, H . Ru sse l

1984 Research Met hods Ant hropology, Qualit at ive and Quant it at ive Approach. second edit ion. Thousands Oaks, Londond, New Delhi: SAGE Publicat ion.

Bogda n , R & Ta ylor St e ve n , J.

1983 Kualit at if : Dasar - Dasar Penelit ian ( t erj em ahan ) . Judul Asli : I nt roduct ion t o Qualit at ive Research Met hods. Surabaya: Usaha Nasional.

Ch a m be r s, Robe r t

1983 ( 1932 ) Pem bangunan Desa: Mulai Dari Belakang ( t erj em ahan ) . Judul Asli,“ Rural Developm ent Put t ing t he Last First .“ Jakart a: LP3ES.

D a w son , Su sa n a n d M a n de r son , Le n or e a n d Ta llo, Ve r on ica , L,. 1983 A Manual for The Use of Focus Groups. Bost on: I NFDC.

Ge e r t z , H ildr e d

1983 Ke lu a r ga Ja w a ( t erj em ahan ) . Jakart a: Grafit i Pers.


(16)

1982 Aspek Manusia dalam Penelit ian Masyarakat. Jakart a: Gram edia..

M a lin ow sk i, B

1950 Agronaut s of t he w est ern pacific. New York: E.P. Dut t on & co.

Pe lt o, P,.J,. & Pe lt o G,.H ,.

1989 Penyelidikan Ant ropologi; St rukt ur Penelit ian ( t erj em ahan ) . Kuala Lum pur: Dew an Bahasa dan Pust aka Kem ent rian Pendidikan Malaysia.

Spr a dle y, J.P a n d D .W . M c Cu r dy

1975 Ant hropology The Cult ural Perspect ive. New York: John Wiley & Sons. I nc.

Spr a dle y, Ja m e s, P.

1979 The Et hnographic I nt erview. New York: Rinehard and Winst on.. 1980 Part icipant Observat ion. New York: Rinehart and Winst on.

Vr e de n br e gt , J,.


(1)

Dengan pengalam an ini, saya m enyadari bahw a sulit unt uk m em aham i suat u fenom ena. Walaupun kit a sudah berada dekat bahkan di dalam fenom ena it u dan hadir di t engah- t engah orang- orang yang m engalam inya. Dari kej adian it u, saya m enem ukan bahw a banyak rangkaian- rangkaian perist iw a lain yang harus saya ket ahui unt uk m enj elaskan suat u fenom ena. Kem udian saya berkat a dalam diri saya sendiri, kiranya benar yang selam a ini saya dengar dan baca bahw a seseorang yang hendak m enj adi et nografer yang baik dan t ert arik pada lingkungan kebudayaan t ersebut perlu m elibat kan rangkaian dari sekum pulan aspek budaya seluas m ungkin. Sepert i apa yang dikem ukakan Spradley ( 1980: 3) bahw a et nografi adalah pekerj aan m enggam barkan kebudayaan. Tuj uan ut am a dari et nografi adalah unt uk m em aham i cara- cara kehidupan lain dari sudut pandang m asyarakat . Mem buat suat u et nografi t idak saj a berart i kit a m em pelaj ari suat u m asyarakat , et nografi berart i belaj ar dari m asyarakat .

Menj adi seorang et nografer yang baik t ernyat a t idak cukup hanya dengan persiapan sepert i yang saya lakukan unt uk penelit ian singkat ini. Hendaknya saya lebih banyak lagi m em persiapkan penget ahuan m engenai lat ar belakang budaya orang- orang Karaw ang, sehingga t idak t erlalu sulit bagi saya unt uk m enem ukan m akna dari perilaku m ereka. Sepert i yang diungkapkan oleh Spradley ( 1975: 69) bahw a t uj uan pendekat an et nografi adalah m enem ukan m akna yang t ersem bunyi yang t erlet ak dibelakang perilaku dan penget ahuan yang digunakan unt uk m enghasilkan dan m engint erpret asikan perilaku.

Penelit ian t idak hanya sekedar m elakukan observasi, m enerangkan perilaku yang t erlihat dan lingkungan fisik t anpa m em perhat ikan m akna dari hal- hal t ersebut bagi anggot a m asyarakat it u. Dalam hal ini Agar ( 1980: 77- 81) m engat akan bahw a t uj uan et nografi adalah belaj ar unt uk m em peroleh penget ahuahn yang belum diket ahui dan t uj uan sepert i ini bergant ng kepada gagasan m engenai urusan yang m enekankan pent ingnya proses m engint erpret asi m engenai segala sesuat u yang m enj adi perhat ian; m engenai alam , gerak dan lain- lain. Dit egaskan bahw a, seorang et nografer pada hakekat nya m elakukan pekerj aan m ent ransform asikan observasi-observasi yang dilakukan ke dalam bent uk t ulisan ( laporan) yang dikat egorikan sebagai suat u proses. Sem ent ara it u Spradley ( 1979: 22) m enyebut kan bahw a set iap hasil et nografi adalah m erupakan sebuah t erj em ahan, penulisan kem bali dari dat a-dat a yang diperoleh dengan bahasa si penelit i.

Pada proses pent ransform asian ini, saya j uga m engalam i apa yang dikem ukakan oleh Agar ( 1980: 74- 76) bahw a dalam penulisan et nografi dapat t erj adi perubahan art i dari dat a yang sesungguhnya di hasil laporan, yait u pada proses m ent ransform asikan dat a lapangan yang diperoleh ke dalam bent uk laporan. Saya m enyadari kebenaran dari apa yang dikem ukakan oleh Agar ( 1980) . Saya alam i ket ika saya m ulai m enulis laporan perdana di lapangan pada t anggal 17 Juli 1996 ( pukul 21.00 Wib) m engenai perkem bangan sist em m aro dan dinam ika kepem ilikan t anah. Unt uk hasil t ulisan perdana ini, saya sendiri sangat kurang puas, t erut am a set elah saya baca ulang. Keesokan harinya saya sesuaikan lagi dengan beberapa hasil w aw ancara lain dan t erdapat beberapa kekeliruan yang saya lakukan. Hal ini dapat t erj adi karena kurangnya pem aham an saya m engenai siklus kegiat an pert ania m ereka. Dari sini saya banyak belaj ar t ent ang cara- cara m enj adi seorang et nografer yang baik sebagaim ana yang diungkapkan Spradley ( 1972) . Sparadley m engat akan bahw a cara t erbaik unt uk belaj ar m elakukan et nografi adalah dengan m elakukannya. Mudah- m udahan ini m enj adi pengalam an berharga bagi saya di kem udian hari. I . Kia t m e m pe r ole h I n for m a si Te r t u t u p da n M e m e ca h Ke be k u a n


(2)

Dalam suat u w aw ancara adakalanya beberapa hal yang sifat nya rahasia sulit unt uk dit anyakan dan inform an enggan m enj aw ab. Hal ini kam i alam i pada w akt u m ew aw ancarai seorang sinden ( penari dan penyanyi kesenian Sunda) dengan sat u anak bernam a Sanah ( 26 t ahun) . Pada saat akan m em buat perj anj ian unt uk w aw ancara, kam i m em buka pert em uan dengan sat u pert anyaan yang berhubungan dengan hal yang akrab dengan kehidupan Sanah, “ apakah m asih m enj adi sinden?” . Sanah m enj aw ab’ “ t idak,suam i saya m elarang, it u dulu.” Ket ika kam i ( saya dan I bu Dew i) m em int a kesediaannya unt uk berbincang- bincang dan m engat akan bahw a yang kam i but uhkan hanya apa yang Sanah lihat t ent ang penam pilan para sinden, beliau t idak m enolak, “ t et api t idak hari ini” , begit u kat anya. Cara sepert i ini perlu unt uk m endapat kan kesediaan seseorang sebagai inform an. Sebagaim ana yang dikem ukakan Bernard ( 1984: 210) bahw a langkah t erpent ing unt uk diam bil ket ika m em ulai w aw ancara dengan inform an unt uk pert am a kali adalah m enj elaskan bahw a yang kit a ingin ket ahui adalah sangat sederhana yait u m engenai apa yang m ereka pikir dan apa yang m ereka am at i.

Melihat sikap Sanah yang sangat t ert ut up w alaupun beliau bersedia diw aw ancarai, saya m encoba m enj um pai ibunya di w arung unt uk m endapat kan inform asi t ent ang Sanah. Selam a ini hubungan kam i dengan I bu Sanah sudah sangat baik sekali. Sat u saj a pert anyaan saya, “ saya dengar Sanah it u dulu seorang sinden, apakah suam inya m engij inkan dia t et ap nyinden set elah m enikah?” . Jaw aban yang saya t erim a dari sang I bu sangat panj ang. Sam bil m enggoreng pisang dan t em pe, si I bu m enj elaskan kisah perkaw inan anaknya. Dari I bunya ini kam i m enget ahui bahw a suam i Sanah sudah t idak kelihat an lagi. Suam i Sanah t idak pernah lagi dat ang m engunj unginya, dan dalam w akt u dekat Sanah akan nyinden lagi unt uk m em ancing kem balinya sang suam i kepadanya dan anaknya.

Cara ini m enurut Bogdan ( 1993: 105) m erupakan suat u t akt ik khas yang dapat dipakai penelit i unt uk m em peroleh inform asi yang sulit dij angkau. Dari j enis perbincangan sepert i ini, inform asi yang diperoleh dapat dipergunakan sebagai langkah aw al unt uk m em peroleh iform asi selanj ut nya dari Sanah sendiri.

Waw ancara it u akhirnya dilakukan j uga di rum ah Sanah. Sanah didam pingi oleh Bapaknya ( Pak Kam t a) . Sebelum perbincangan dim ulai, saya m enanyakan kepada Sanah apakah dia t idak keberat an apabila kam i m em buat cat at an. Perm ohonan izin dari inform an sepert i ini perlu dilakukan sebagaim ana yang dikem ukakan Bernard ( 1984: 210) , kat akan kepada inform an unt uk perm isi m em buat cat at an, dan ini sangat vit al karena t anpa cat at an dalam kebanyakan kasus, nilai dari w aw ancara t idak akan dapat m aksim al. Bernard ( 1984: 181) j uga m elanj ut kan bahw a m em ori at au ingat an m anusia adalah sangat m iskin unt uk m erekam t anda-t anda, khususnya benanda-t uk- benanda-t uk deanda-t ail dari daanda-t a.

Perbincangan dilakukan sem bari Sanah m enyuapi anak laki- laki t unggalnya m akan siang, nam un suasanya sedikit agak kaku. Sanah hanya m enj aw ab singkat dan lebih banyak m enj aw ab “ enggak t ahu ya, m em ang sudah begit u dari dulu.” Pada kesem pat an ini, rekan kam i yait u Pak Edi m enaw arkan Sanah unt uk m em pert unj ukkan kebolehannya dengan berj anj i m em beri im balan. Kesepakat an ini diset uj ui Sanah.

Keesokan harinya, set elah Sanah m em pert unj ukkan kebolehannya ( 21 Juli 1996) , sikapnya t elah berubah. Sanah m ulai sering m enyapa kam i. Jika berbicara, Sanah j uga m ulai m em egang pundak saya at au I bu Dew i dan t idak m alu unt uk t ert aw a t erbahak- t erbahak. Sepert inya Sanah m erasa lebih ‘dekat ’ dengan kam i dari sebelum nya.


(3)

Ket ika kam i m elakukan w aw ancara ke dua, Sanah lebih bersem angat m em beri inform asi t ent ang profesi seorang sinden. Tet api ket ika pert anyaan m engarah kepada kualifikasi dan t eknik- t eknik keberhasilan seorang sinden, kem bali suasana m enj adi sedikit kaku. Sanah hanya t ersenyum dan m enj aw ab “ enggak t ahu ya, m em ang biasa begit u.” Saya j uga t ersenyum dan m em andang w aj ahnya lalu m ulai lagi dengan kalim at baru bernada m em uj i penam pilan Sanah yang dipert unj ukkannya bersam a rekannya ( Mbak Acih) dalam pert unj ukan kem arin. Saya m engat akan bahw a gerakan pinggul dan t angannya yang bagus. Sanah segera bereaksi sam bil t ersenyum , “ ...ah t idak, kalau saya m ah t idak pakai apa- apa, t api Acih pakai susuk di pipi.” Ket ika dit anya t ent ang dirinya, dengan m enundukkan kepala sam bil m enunj ukkan lengannya Sanah m engat akan bahw a dia m em akai susuk em as di lengan kanannya. Akhirnya Sanah m encerit erakan bagaim ana cara seorang dukun m em asang susuk t ersebut dan pant angan yang t idak boleh dilakukan dan dim akan oleh si pem akai susuk, sert a m engapa seorang sinden cenderung m em akai susuk pada salah sat u bagian t ubuhnya.

Cara lain yang saya lakukan apabila perbincangan m enj adi kaku adalah dengan m engulang kem bali ide t erakhir dari si inform an dan m engat akan “ saya set uj u, di kam pung saya j uga sam a.” Saya berusaha m erangsang kegairahan inform an dan m em beri beberapa inform asi serupa dengan m em bandingkannya dengan daerah saya di Sum at era Ut ara. Misalnya dalam hal pem anfaat an lahan set elah panen m enunggu m asa t anam berikut nya at au t eknik penyiram an t anam an di m usim kering.

Hal ini saya lakukan beberapa kali sew akt u berbicara dengan Pak Wakil Mardi besert a ist erinya, Pak Warsan at aupun Pak Roj i m engenai kegiat an pert anian yang berhubungan dengan kegiat an non- pert anian. I nform an cenderung kem bali bersem angat m em beri penj elasan lanj ut an dan t ernyat a banyak penj elasan baru lainnya yang sifat nya sangat inform at if. Dalam hal ini t erbukt i apa yang dikat akan Bogdan ( 1993: 89) bahw a t ukar- m enukar inform asi sering m enj adi sarana yang berguna bagi penelit i unt uk m em ecah kebekuan dan sekali kebekuan it u pecah, m ereka akan m em beri kit a inform asi lainnya.

J. D a t a Ce pa t

Jalur cepat perolehan dat a kam i t em puh dengan FGD ( ‘Focus Group Discusion’) . Pelaksanaan FGD it u dilakukan pada hari Kam is 18 Juli 1996. Pada pagi hari, kam i m enj um pai Pak Wakil Mardi. Pak Wakil t idak dit em pat . Kelom pok kam i m em int a I bu Wakil unt uk m engant ar kam i ke rum ah Pak Ralim . Pak Ralim adalah seorang Ket ua RT 02/ 02. Kam i m em int a bant uan beliau unt uk m enghubungi beberapa orang lagi yang dianggap m enget ahui hal yang m enj adi fokus diskusi.

Fokus diskusi yang akan dilaksanakan dalam FGD adalah m engenai pem buat an pet a lingkungan Buher, kepem ilikan lahan persaw ahan, dan perkem bangan t eknik pengolahan lahan. Dat a ini diharapkan dapat m enj elaskan rasio ant ara kebut uhan t enaga kerj a pert anian, j am kerj a yang dibut uhkan, dan kondisi dem ografi yang ada. Dat a lain yang kam i harapkan adalah m engenai persent ase kepem ilikan lahan pert anian saw ah, unt uk m elihat j um lah perbandingan pet ani pem ilik t anah dan pet ani yang t idak m em iliki t anah. Dat a ini dibut uhkan unt uk m endapat gam baran m engenai dinam ika int ern yang m endorong t im bulnya kegiat an lain di luar bidang pert anian. Bagian dat a- dat a ini adalah t ugas saya.


(4)

Sebahagian dari pert anyaan dalam FGD difokuskan unt uk m em ancing pendapat , int erpret asi at au perasaan inform an m engenai t ransform asi penget ahuan bidang pert anian. Dalam hal ini, t ipe pert anyaan adalah t erbuka, sepert i yang disebut oleh Daw son ( 1993: 28) sebagai j enis pert anyaan yang ‘open- ended quest ion.’

FGD dilakukan pada pukul 19.00 Wib di rum ah Pak Wakil Mardi ( Kepala Lingkungan) . Penduduk lain yang hadir adalah; I bu w akil, Pak Ralim ( Kepala RT02/ 02) , Pak Warsan ( m ant an Kepala Lingkungan) , sem ent ara beberapa orang lainnya berhalangan hadir. Dari pihak kelom pok kam i, saya dan I bu Dew i yang hadir. Beberapa anggot a kelom pok lainnya m engerj akan t ugas m ereka m asing- m asing pada hari it u. Dalam pelaksanaan FGD it u, I bu Dew i akhirnya asyik berbincang berdua bersam a I bu Wakil t ent ang sist em kekerabat an. Tinggallah saya sendiri besert a part isipan FGD kam i.

Dit engah diskusi kam i kedat angan t am u, Pak Encip. Beliau t idak diundang. Secara kebet ulan beliau m am pir ke lokasi pert em uan. Pak Encip m erupakan w arga m asyarakat biasa t anpa m em punyai peranan khusus di Lingkungan Buher. Kiranya Pak Encip dapat m em beri inform asi yang lebih past i soal j um lah luas t anah yang dim iliki penduduk dan j uga m engenai perkem bangan t eknik pengolahan lahan. Unt uk keadaan sepert i ini t erbukt i apa yang dikat akan Daw son ( 1993) . Daw son m engat akan bahw a kadang- kadang orang- orang yang kelihat annya kurang m am pu unt uk m em beri inform asi t ernyat a dapat m enj adi sangat berguna. Unt uk it u perlu disadari bahw a sem ua anggot a m asyarakat dapat m em punyai penget ahuan at au pengaruh t erhadap persoalan yang kit a t elit i ( Daw son 1993: 24) . FGD ini selesai sekit ar pukul 21.15 Wib. Sebagai penut up I bu Wakil m enaw arkan kopi dan t eh m anis besert a kacang goreng unt uk kam i nikm at i bersam a.

K. D ia r y- k u Sa ya n g D ia r y- k u M a la n g

Hubungan yang paling dekat secara pribadi dengan Saya di lapangan adalah sesosok benda m at i berukuran 8 x 15 cm dengan t ebal sekit ar 1/ 2 cm . Dialah diary-ku. Term uat di dalm nya cat at an- cat at an pribadi t ent ang perasaan dan gej olak em osi yang saya alam i selam a di lapangan. Saya selalu ‘m engunj unginya’ t erut am a di m alam hari set elah sem ua t ugas saya selesai. Kadangkala saya ‘berbicara’ dengannya di sore hari, t epat nya pada saat w akt u ist irahat sem bari m enunggu saat w aw ancara dengan inform an.

Diary- ku sangat m em bant u dalam banyak hal, sepert i yang diungkapkan oleh Bernard ( 1994: 183) , diary sifat nya pribadi, akan m enolong kam u dalam keadaan kesepian, ket akut an dan em osi- em osi lain yang m em buat penelit ian lapangan j adi sulit . Nam un apa hendak dikat a, sebahagian lem baran dari sahabat baikku it u t elah t erlepas. Beberapa lem bar t elah hilang karena kekurang hat i- hat ian dalam penyim panan, dan yang t ersisa berupa penggalan- penggalan ungkapan kegem biraan dan kekesalan. Tersisa j uga sat u bagian m engenai kebim bangan saya ket ika m em asuki lokasi penelit ian. Saya m erasakan adanya sedikit ket egangan, walaupun Bogdan m enghibur dalam penj elasannya dengan m engat akan bahw a pelaku observasi yang m asih baru selalu m erasa canggung t ent ang bagaim ana bisa m asuk ke berbagai sit uasi penelit ian, seyogyanya dia ( penelit i) berkeyakinan bahw a m ereka senang m enerim a penelit iannya ( Bogdan 1993: 68) .

“ Apakah saya rakus” , it u m erupakan salah sat u t opik kecil dari lem baran sahabat baikku yang m asih t ersisa. Kalim at it u saya t uliskan ket ika saya m erasa bahw a beberapa inform an kunci t elah t erlalu sering saya w aw ancarai, dan t elah


(5)

banyak inform asi yang saya dapat kan darinya. Sem ent ara it u, Spradley ( 1979: 38) m em peringat kan penellit i agar j angan m engeksploit asi inform an.

I . Pe n u t u p

Saya m endapat kan suat u pengalam an m enarik selam a penelit ian singkat ini, yait u dengan m em biarkan inform an bercerit a t anpa m em ot ongnya.Ternyat a banyak inform asi yang dapat diperoleh dan dapat dit anyakan kem bali dari hal yang dicerit erakan oleh inform an. Dalam hal ini t ent u saj a saya bersikap sebagai pendengar budim an. Nam un, unt uk beberapa inform an diperlukan kiat t ert ent u unt uk m em ot ong pem bicaraannya.

Pengalam an singkat ini t ernyat a m em buahkan sebuah kisah panj ang. Pengalam an berharga ini t idak hanya dapat saya nikm at i. Orang lain j uga dapat m em et ik buah pengalam an it u m elalui karya t ulis ini. Ternyat a unt uk m enj adi penelit i yang handal bukanlah suat u profesi yang gam pang dan t idak dapat diperoleh dalam w akt u yang singkat . Terlebih lagi j ika si penelit i berkeinginan unt uk m em peroleh hasil yang valid dan t erbebas dari nilai- nilai bias.

Kebersam aan, kerj asam a, keceriaan, kegagalan, kekesalan, dan j uga kesuksesan berbaur m enj adi sat u selam a sepuluh hari yang begit u berart i. Sepuluh hari it u j uga sekaligus m enj adi hari- hari yang m enegangkan. Sepuluh hari it u j uga dapat m enj adi kebahagiaan apabila kit a m enikm at i apa yang kit a kerj akan dan apa yang kit a peroleh selam a perj alanan sang w akt u, dari det ik ke det ik hingga m em asuki t ahap akhir.

- - - D a ft a r Pu st a k a Aga r , M ich a e l H

1980 The Professional St ranger : An I nform al I nt roduct ion t o Et hnography. Orlando: Academ ic Press I nc.

Be r n a r d, H . Ru sse l

1984 Research Met hods Ant hropology, Qualit at ive and Quant it at ive Approach. second edit ion. Thousands Oaks, Londond, New Delhi: SAGE Publicat ion. Bogda n , R & Ta ylor St e ve n , J.

1983 Kualit at if : Dasar - Dasar Penelit ian ( t erj em ahan ) . Judul Asli : I nt roduct ion t o Qualit at ive Research Met hods. Surabaya: Usaha Nasional.

Ch a m be r s, Robe r t

1983 ( 1932 ) Pem bangunan Desa: Mulai Dari Belakang ( t erj em ahan ) . Judul Asli,“ Rural Developm ent Put t ing t he Last First .“ Jakart a: LP3ES.

D a w son , Su sa n a n d M a n de r son , Le n or e a n d Ta llo, Ve r on ica , L,. 1983 A Manual for The Use of Focus Groups. Bost on: I NFDC.

Ge e r t z , H ildr e d

1983 Ke lu a r ga Ja w a ( t erj em ahan ) . Jakart a: Grafit i Pers. Koe n t j a r a n in gr a t da n Em m e r son , D on a ld, K, ( e d )


(6)

1982 Aspek Manusia dalam Penelit ian Masyarakat. Jakart a: Gram edia.. M a lin ow sk i, B

1950 Agronaut s of t he w est ern pacific. New York: E.P. Dut t on & co. Pe lt o, P,.J,. & Pe lt o G,.H ,.

1989 Penyelidikan Ant ropologi; St rukt ur Penelit ian ( t erj em ahan ) . Kuala Lum pur: Dew an Bahasa dan Pust aka Kem ent rian Pendidikan Malaysia.

Spr a dle y, J.P a n d D .W . M c Cu r dy

1975 Ant hropology The Cult ural Perspect ive. New York: John Wiley & Sons. I nc. Spr a dle y, Ja m e s, P.

1979 The Et hnographic I nt erview. New York: Rinehard and Winst on.. 1980 Part icipant Observat ion. New York: Rinehart and Winst on. Vr e de n br e gt , J,.