Pertumbuhan Tanaman Cengkih (Syzygium aromaticum (L.) Merr Perr) Belum Menghasilkan pada Berbagai Dosis Pupuk Organik dan Intensitas Naungan

PERTUMBUHAN TANAMAN CENGKIH (Syzygium
aromaticum (L.) Merr Perr) BELUM MENGHASILKAN PADA
BERBAGAI DOSIS PUPUK ORGANIK DAN INTENSITAS
NAUNGAN

RATIH SULISTIANINGRUM
A24090097

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Tanaman
Cengkih (Syzygium aromaticum (L.) Merr Perr) Belum Menghasilkan pada
Berbagai Dosis Pupuk Organik dan Intensitas Naungan adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Ratih Sulistianingrum
NIM A24090097

ABSTRAK
RATIH SULISTIANINGRUM. Pertumbuhan Tanaman Cengkih
(Syzygium aromaticum (L.) Merr Perr) Belum Menghasilkan pada Berbagai Dosis
Pupuk Organik dan Intensitas Naungan. Dibimbing oleh ADE WACHJAR.
Penelitian ini bertujuan memperoleh dosis pupuk organik dan intensitas
naungan yang optimum untuk pertumbuhan tanaman cengkih belum
menghasilkan yang maksimum. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB
Cikabayan, Dramaga, Bogor, mulai bulan September 2013 sampai dengan
Februari 2014. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Petak
Terbagi (Split Plot) dengan dua faktor dan empat ulangan. Petak utama adalah
perlakuan naungan dengan empat taraf intensitas yaitu 0% (I1), 25% (I2), 50% (I3)

dan 75% (I4), sebagai anak petak adalah pupuk organik dengan lima taraf dosis
yaitu 0 kg (P1), 2.5 kg (P2), 5 kg (P3), 7.5 kg (P4) dan 10 kg (P5) per tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dosis pupuk organik 10 kg per tanaman
dapat meningkatkan diameter tajuk tanaman cengkih 30.0% dibandingkan dengan
kontrol pada 4 minggu setelah perlakuan (MSP). Intensitas naungan secara
tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman cengkih.
Pemberian pupuk organik 2.5 kg per tanaman dengan intensitas naungan 50%
dapat meningkatkan tinggi tanaman cengkih sebanyak 20.9% dibandingkan
dengan kontrol pada 16 MSP, dan pemberian pupuk organik 5 kg per tanaman
dengan intensitas naungan 75% dapat meningkatkan diameter batang tanaman
cengkih sebesar 26.9% dibandingkan dengan kontrol pada 12 MSP.
Kata kunci: naungan, pupuk organik, tanaman belum menghasilkan, tanaman
cengkih

ABSTRACT
RATIH SULISTIANINGRUM. The Growth of Young Clove Plant
(Syzygium aromaticum (L.) Merr Perr) on Several Dosage of Organic Fertilizer
and Shading Intensity. Supervised by ADE WACHJAR.
The experiment was aimed to determine the optimum effect of combination
of shading intensity and dosage of organic fertilizer on growth of young clove

plant. The research was conducted at Bogor Agricultural University’s Research
Station,Cikabayan, Dramaga, Bogor, from September 2013 until February 2014.
The experiment was arranged in Split Plot design with two factors and four
replications. The main plot was shading intensity consisted of four degrees, that is
0% (I1), 25% (I2), 50% (I3) and 75% (I4) shade, the sub plot was organic fertilizer
consisted of five dosages, that is 0 kg (P1), 2.5 kg (P2), 5 kg (P3), 7.5 kg (P4) and
10 kg (P5) per plants. The result indicated that 10 kg dosage of fertilizer per plant
showed 30.0% higher increase on diameter of shoot at the fourth weeks after the
treatment. Shading intensity didn’t give any significant effect on growth of young
clove. Plant with 2.5 kg dosage of fertilizer and 50% shading intensity showed
20.9% higher increase on height of plant at sixteenth weeks after the treatment.
Plant with 5 kg dosage of fertilizer and 75% shading intensity showed 26.9%
higher increase on diameter of stem at twelve weeks after the treatment.
Keywords: clove plant, organic fertilizer, shading, young plant

PERTUMBUHAN TANAMAN CENGKIH (Syzygium
aromaticum (L.) Merr Perr) BELUM MENGHASILKAN PADA
BERBAGAI DOSIS PUPUK ORGANIK DAN INTENSITAS
NAUNGAN


RATIH SULISTIANINGRUM

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pertumbuhan Tanaman Cengkih (Syzygium aromaticum (L.) Merr
Perr) Belum Menghasilkan pada Berbagai Dosis Pupuk Organik
dan Intensitas Naungan
Nama
: Ratih Sulistianingrum
NIM

: A24090097

Disetujui oleh

Dr Ir Ade Wachjar, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah Pertumbuhan
Tanaman Cengkih (Syzygium aromaticum (L.) Merr Perr) Belum Menghasilkan
pada Berbagai Dosis Pupuk Organik dan Intensitas Naungan.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku pembimbing skripsi atas segala bantuan,
bimbingan, kritikan dan saran serta nasehatnya yang sangat berguna bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ayah, Ibu, dan adik tersayang serta seluruh keluarga atas segala doa dan
kasih sayangnya.
2. Ibu Dr Ani Kurniawati SP, MSi dan Ibu Dr Desta Wirnas SP, MSi
selaku dosen penguji.
3. Bapak Prof Dr Ir Memen Surahman, MSc.Agr. selaku pembimbing
akademik atas saran, bimbingan dan nasihatnya selama menjadi
mahasiswa Agronomi dan Hortikultura.
4. Tenaga kependidikan unit pelaksana Kebun Percobaan IPB Cikabayan,
Dramaga, Bogor, yang telah membantu selama penelitian berlangsung.
5. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, Juli 2014
Ratih Sulistianingrum


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Tujuan Penelitian......................................................................................... 2
Hipotesis ...................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 2
Syarat Tumbuh Tanaman Cengkih .............................................................. 2
Pupuk Organik............................................................................................. 3
Naungan ...................................................................................................... 3
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 4
Tempat dan Waktu ...................................................................................... 4
Bahan dan Alat ............................................................................................ 5
Metode Percobaan ....................................................................................... 5
Prosedur Percobaan ..................................................................................... 6
Pengamatan dan Pengumpulan Data ........................................................... 7
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 7

Hasil ............................................................................................................ 7
Pembahasan ............................................................................................... 14
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 19
Kesimpulan................................................................................................ 19
Saran .......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
LAMPIRAN .......................................................................................................... 23

DAFTAR TABEL
1. Pengaruh interaksi dosis pupuk organik dengan intensitas naungan
terhadap tinggi tanaman cengkih belum menghasilkan pada umur
4 - 16 MSP
2. Rata-rata tinggi tanaman cengkih belum menghasilkan pada berbagai
dosis pupuk organik dan intensitas naungan pada umur 4 - 16 MSP
3. Pengaruh interaksi dosis pupuk organik dengan intensitas naungan
terhadap diameter batang tanaman cengkih belum menghasilkan pada
umur 4 - 12 MSP
4. Rata-rata diameter batang tanaman cengkih belum menghasilkan
pada berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan pada umur
4 - 16 MSP

5. Rata-rata jumlah cabang tanaman cengkih belum menghasilkan pada
berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan pada umur
4 - 16 MSP
6. Rata-rata jumlah daun tanaman cengkih belum menghasilkan pada
berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan pada umur
4 - 16 MSP
7. Rata-rata diameter tajuk tanaman cengkih belum menghasilkan pada
berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan pada umur
4 - 16 MSP

8
9

10

11

12

13


14

DAFTAR GAMBAR
1. Kondisi lokasi penelitian: (a) peta sketsa lokasi, (b) lokasi penelitian
2. Susunan bilah bambu pada berbagai intensitas naungan: (a) intensitas
naungan 25%, (b) intensitas naungan 50%, (c) intensitas naungan
75%, dan (d) tanpa naungan
3. Hubungan antara dosis pupuk organik dengan intensitas naungan
terhadap tinggi tanaman cengkih belum menghasilkan pada umur
16 MSP
4. Hubungan antara dosis pupuk organik dengan intensitas naungan
terhadap diameter batang tanaman cengkih belum menghasilkan pada
12 MSP
5. Tanaman cengkih yang terserang rayap: (a) tanaman cengkih mati,
(b) sarang rayap dalam tanah
6. Serangan kutu daun pada tanaman cengkih
7. Penyebab kematian tanaman cengkih: (a) sunburn, (b) tanah terlepas
dari akar tunggang


4

6

9

11
14
15
15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data iklim lokasi penelitian
2 Bagan acak percobaan
3 Sidik ragam tinggi tanaman cengkih belum menghasilkan pada umur
4-16 MSP
4 Sidik ragam diameter batang tanaman cengkih belum menghasilkan
pada umur 4-16 MSP
5 Sidik ragam jumlah cabang tanaman cengkih belum menghasilkan
pada umur 4-16 MSP
6 Sidik ragam jumah daun tanaman cengkih belum menghasilkan pada
umur 4-16 MSP
7 Sidik ragam diameter tajuk tanaman cengkih belum menghasilkan
pada umur 4-16 MSP
8 RIWAYAT HIDUP

24
25
26
27
28
29
30
31

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman cengkih (Syzygium aromaticum (L.) Merr Perr) merupakan salah
satu tanaman perkebunan yang penting dalam perekonomian Indonesia
(Balitbangtan 1979). Komoditas cengkih banyak digunakan di bidang industri
rokok kretek. Bermawie (1992) mengemukakan bahwa cengkih dapat pula
dimanfaatkan untuk industri kosmetik, bahan baku pembuatan vanilin, farmasi
serta pemanfaatannya pada teknologi pangan sebagai agen anti mikroba alami.
Hasil penelitian Bhowmik et al. (2012) juga menunjukkan bahwa cengkih
memiliki banyak manfaat di bidang kesehatan, diantaranya adalah sebagai anti
nyeri, anti septik, anti bakteri, anti oksidan, anti virus dan anti fungi yang
terkandung dalam salah satu komponen utamanya yaitu eugenol.
Pada kurun waktu 2008 – 2012, produksi cengkih selalu berfluktuasi setiap
tahunnya. Pada saat panen besar, produksi cengkih di dalam negeri mencapai
98 586 ton seperti yang terjadi pada tahun 2010. Sebaliknya pada saat panen kecil,
produksi cengkih hanya berkisar 70 538 ton yang menyebabkan impor cengkih
meningkat seperti yang terjadi pada tahun 2008 (BPS 2012). Hasil kajian
Balitbangtan (2012) menunjukkan permintaan cengkih selama kurun waktu
2005 – 2010 terus meningkat sejalan dengan berkembangnya perindustrian yang
berbahan baku cengkih. Kebutuhan cengkih untuk pabrik rokok kretek sejak tahun
2005 sebanyak 91 350 ton dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 120 000 ton.
Sementara itu, produksi pada tahun 2010 hanya mencapai 98 586 ton.
Luas areal perkebunan cengkih pada tahun 2012 adalah 476 800 ha dengan
produksi 71 400 ton (BPS 2012). Kebutuhan cengkih yang berkisar 100 000 ton
tiap tahunnya ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan industri berbahan baku
cengkih, sehingga harus dilakukan impor untuk menutupi kekurangannya. Negara
potensial penghasil cengkih lainnya adalah Madagaskar, Tanzania, India dan
Brazil (Balitbangtan 2012).
Langkah yang ditempuh untuk mengurangi jumlah impor cengkih adalah
melalui perluasan areal tanam dan intensifikasi. Salah satu tindakan untuk
mendukung perluasan areal tanam cengkih adalah penyediaan bahan tanam atau
bibit (Balitbangtan 1979). Bibit yang digunakan untuk mencapai swasembada
cengkih harus bermutu dan memiliki pertumbuhan yang baik. Penanaman di
lapangan dilakukan saat bibit sudah berumur dua tahun. Pemeliharaan tanaman
cengkih di lapangan setelah ditanam hingga berumur empat tahun harus intensif,
karena pada umur 1 – 4 tahun inilah masa krisis pertama dari tanaman cengkih
(Hadiwidjaja 1983).
Pemupukan yang intensif, baik menggunakan pupuk organik maupun
anorganik, merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman muda di
lapangan yang sangat penting. Pemanfaatan pupuk organik atau kompos
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan produksi tanaman.
Hal ini sekaligus untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik, karena selain
harganya yang relatif lebih mahal, penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan
dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (Herman dan Goenadi
1999).

2

Selain unsur hara, naungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman cengkih muda di lapangan. Tanaman cengkih yang baru ditanam hingga
fase belum menghasilkan (TBM) umur tiga tahun membutuhkan naungan. Bila
menggunakan bibit umur dua tahun, maka diperlukan naungan di lapangan selama
satu tahun. Tanaman muda yang baru ditanam di lapangan perlu diberi naungan
untuk mencegah sinar matahari secara langsung dan terik yang dapat membakar
daun (Hadiwidjaja 1983). Hal tersebut dapat mempengaruhi jumlah intensitas
cahaya matahari yang mengenai tanaman. Oleh karena itu, pemberian naungan
pada persentase tertentu dapat memberikan intensitas cahaya matahari yang sesuai
untuk fotosintesis sehingga tanaman cengkih dapat tumbuh secara optimum.

Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan memperoleh dosis pupuk organik dan intensitas
naungan yang optimum untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman cengkih
belum menghasilkan.

Hipotesis

(1)
(2)
(3)

Hipotesis yang diajukan dari penelitian ini adalah:
Terdapat dosis pupuk organik yang optimum untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman cengkih belum menghasilkan.
Terdapat intensitas naungan yang optimum untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman cengkih belum menghasilkan.
Tanggap pertumbuhan tanaman cengkih belum menghasilkan terhadap dosis
pupuk organik dipengaruhi oleh taraf intensitas naungan yang digunakan.

TINJAUAN PUSTAKA
Syarat Tumbuh Tanaman Cengkih
Tanaman cengkih merupakan tanaman tropis dan dapat tumbuh dengan baik
pada 200 Lintang Utara dan Lintang Selatan. Unsur-unsur iklim yang cukup besar
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman cengkih adalah curah hujan,
intensitas penyinaran matahari, suhu udara dan kelembaban nisbi (Ruhnayat dan
Wahid 1997). Curah hujan yang sedikit akan menyebabkan tanaman cengkih, baik
yang masih muda (belum menghasilkan) maupun tanaman tua (sudah
menghasilkan) dapat merana hingga mati kekeringan. Curah hujan yang terlalu
lebat juga dapat menyebabkan tanaman mati, baik tanaman muda maupun tua. Hal
ini berkaitan erat dengan aerasi dan drainase tanah yang jelek yang akan
menyebabkan perakaran menjadi tergenang dan akhirnya membusuk (Milind dan
Khanna 2011). Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman cengkih adalah
22 - 32 0C. Meskipun demikian, tanaman cengkih dapat dibudidayakan di dataran
rendah sampai dengan dataran tinggi, tetapi akan lebih produktif apabila ditanam

3
di dataran rendah. Tanaman cengkih yang ditanam di dataran tinggi dengan suhu
udara yang rendah memiliki pertumbuhan vegetatif yang baik, tetapi produksinya
rendah (Hadiwidjaja 1983). Kelembaban nisbi akan berpengaruh terhadap laju
transpirasi tanaman dan secara tidak langsung mempengaruhi penyerapan air dan
unsur hara. Kelembaban nisbi yang optimal untuk pertumbuhan tanaman cengkih
berkisar antara 60-80% (Ruhnayat dan Wahid 1997).

Pupuk Organik
Keanekaragaman jenis tanah dan kondisi iklim wilayah tempat tanaman
cengkih diusahakan menyebabkan macam pupuk dan jumlahnya yang dibutuhkan
tanaman berbeda. Secara umum kebutuhan tanaman akan hara tambahan atau
pupuk untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara normal
ditentukan oleh faktor umur/stadia tanaman, jumlah hasil panen dan kesuburan
tanah. Bahan organik yang biasa digunakan dalam budidaya tanaman adalah
pupuk kandang berupa limbah dari kotoran ternak (sapi, kerbau, kambing, kuda
dan ayam); pupuk hijau yang berasal dari tanaman-tanaman penaung, seperti
dadap (Erythrina sp.), gamal atau kihujan (Gliricidia sepium), lamtoro (Leucaena
leucocephala), dan lain-lain. Pada tahap pemeliharaan fase pembibitan,
penggunaan pupuk organik berupa pupuk kandang biasa digunakan dan sangat
dianjurkan dengan dosis yang relatif tinggi yaitu 10 – 20 kg/m3 (Trisilawati dan
Tarigan 1997).
Peranan pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman, kesuburan tanah
dengan penghematan penggunaan pupuk anorganik sudah banyak diteliti. Hasil
penelitian Wachjar et al. (2002) menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik
pada bibit kopi dapat menurunkan penggunaan pupuk anorganik sebanyak 50%
dan menghasilkan pertumbuhan yang sama baiknya dengan bibit kopi yang diberi
dosis pupuk anorganik sesuai anjuran. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
pupuk organik dapat menurunkan dosis penggunaan pupuk anorganik. Selain itu
hasil penelitian Wachjar et al. (2006) menunjukkan bahwa aplikasi pupuk hayati
mampu mengefisienkan penggunaan pupuk anorganik pada tanaman teh belum
menghasilkan (TBM). Pada bibit cengkih, aplikasi kombinasi dosis pupuk organik
dan top soil (1:3) + NPK 2.5 g/tanaman memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, bobot kering
tanaman, bobot kering akar dan panjang akar serta dapat mengefisiensikan
penggunaan pupuk anorganik (NPK), dibandingkan perlakuan lainnya (Sutarjo
2006).

Naungan
Pada awal pertumbuhannya, tanaman cengkih memerlukan naungan yang
cukup. Naungan tersebut sangat diperlukan karena selain tanaman masih muda
yang tidak tahan penyinaran matahari berlebih, sistem perakaran juga belum
berkembang baik sehingga tidak mampu menyerap air dalam jumlah memadai
untuk mengimbangi evapotranspirasi (Hadiwidjaja 1983).

4

Naungan memiliki fungsi yang cukup kompleks, yaitu: 1) mematahkan
jatuhnya butiran air hujan, 2) menahan terik matahari yang berlebihan, 3) menjaga
kelembaban, 4) menekan pertumbuhan pengganggu (gulma), serta 5) menahan
tiupan angin yang terlalu kencang (Hadiwidjaja 1983). Beberapa tanaman tumbuh
lebih baik di bawah naungan seperti duku yang memperlihatkan pertumbuhan
tinggi tanaman, luas daun dan klorofil terbaik pada taraf naungan 75%
dibandingkan dengan tanaman duku yang tidak diberi naungan (Indriyani et al.
1999). Selain tanaman duku, tanaman kopi idealnya memerlukan naungan sekitar
23 - 28% untuk mengurangi tingginya laju fotosintesis yang akan menyebabkan
kondisi tanaman menjadi lemah, naungan juga dapat mengurangi serangan hama
khususnya penggerek ranting atau Xylosandrus compactus (Rahayu et al. 2006).
Untuk pertumbuhan generatif tanaman cengkih, cahaya sangat diperlukan,
sedangkan untuk pertumbuhan vegetatif memerlukan naungan yang cukup
(Sudjasaputra et al. 1970).

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Dramaga,
Bogor (Gambar 1). Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai
dengan Februari 2014. Lokasi penelitian yang berada di Kecamatan Dramaga,
Bogor, termasuk tanah dengan jenis Latosol. Kondisi iklim di Kecamatan
Dramaga, Bogor, yaitu tropis basah (Af) dengan pola curah hujan monsoon dan
curah hujan berkisar 2 500-5 000 mm/tahun. Berdasarkan informasi data BMKG
(2013), suhu udara rata-rata harian minimum dan maksimum yang terdapat di
wilayah tersebut sebesar 26.1 0C dan 33.6 0C, dengan kelembaban rata-rata per
bulan 84% dan intensitas radiasi surya rata-rata 13 000 KJ/m2/bulan (Lampiran 1).

(a)

(b)

Gambar 1. Kondisi lokasi penelitian: (a) peta sketsa lokasi, (b) lokasi
penelitian

5
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bibit tanaman cengkih tipe Zanzibar yang
telah berumur tiga tahun. Selain itu, digunakan juga pupuk organik yang berasal
dari kotoran sapi, Urea, SP-36, KCl, dan bambu untuk tiang dan atap naungan.
Alat-alat yang digunakan adalah label, meteran, cangkul, kored, knapsack
sprayer, ember, jangka sorong, lux meter dan timbangan.

Metode Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
Rancangan Petak Terbagi (Split Plot) dengan dua faktor. Petak utama adalah
perlakuan intensitas naungan sebanyak empat taraf, yaitu: intensitas naungan 0%
(I1), intensitas naungan 25% (I2), intensitas naungan 50% (I3), dan intensitas
naungan 75% (I4), sebagai anak petak adalah dosis pupuk organik yang terdiri atas
lima taraf, yaitu: tanpa pupuk kandang (P1), pupuk kandang 2.5 kg (P2), pupuk
kandang 5 kg (P3), pupuk kandang 7.5 kg (P4), dan pupuk kandang 10 kg (P5) per
tanaman. Dengan demikian, terdapat 20 kombinasi perlakuan dan setiap
kombinasi perlakuan diulang empat kali, sehingga terdapat 80 satuan percobaan.
Masing-masing satuan percobaan digunakan satu tanaman, sehingga dibutuhkan
80 tanaman cengkih. Bagan acak perlakuan dicantumkan pada Lampiran 2.
Analisis statistik yang digunakan adalah sidik ragam dengan model rancangan
petak terbagi sebagai berikut:
Yijk = µ + αi + Ij + ɛij + Pk + (IjPk) + ∑ijk
Keterangan:
Yijk = nilai pengamatan pada ulangan ke-i faktor intensitas naungan taraf ke-j,
dan faktor dosis pupuk organik taraf ke-k.
µ
= nilai tengah umum.
αi
= pengaruh ulangan ke-i (i = 1, 2, 3, 4).
Ij
= pengaruh perlakuan intensitas naungan taraf ke-j (j = 1, 2, 3, 4).
ɛij
= pengaruh galat a.
Pk
= pengaruh perlakuan pupuk organik taraf ke-k (k = 1, 2, 3, 4, 5).
IjPk
= pengaruh interaksi antara perlakuan intensitas naungan taraf ke-j dan
faktor dosis pupuk organik ke-k.
∑ijk
= pengaruh galat percobaan dari ulangan ke-i, intensitas naungan ke-j dan
pupuk organik ke-k.
Apabila hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata pada uji F taraf α
5%, dilanjutkan dengan Uji Selang Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range
Test / DMRT) dan Uji Kontras Polinomial.

6

Prosedur Percobaan
Sebelum penanaman bibit cengkih di lahan percobaan, terlebih dulu
dilakukan pengajiran dengan tata tanam bujur sangkar 8 m x 8 m. Setelah
pengajiran dilakukan pembuatan lubang tanam dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60
cm. Pemberian pupuk organik dilakukan pada saat lubang tanam sudah siap
dengan dosis sesuai perlakuan dan diberikan seluruhnya sebelum tanam. Dua
minggu setelah pemberian pupuk kandang, bibit cengkih yang telah berumur tiga
tahun tersebut dipindahtanamkan ke lapangan. Pupuk dasar berupa pupuk
anorganik diberikan langsung satu kali saat penanaman. Dosis pupuk dasar yang
digunakan untuk masing-masing tanaman adalah Urea 0.25 kg, SP-36 0.15 kg dan
KCl 0.12 kg per tanaman.
Naungan dibuat dari bilah-bilah bambu dengan lebar 2 cm dan disusun
sedemikian rupa dari utara-selatan sehingga menghasilkan persentase naungan
yang sesuai dengan perlakuan (Gambar 2). Tinggi naungan 1.5 m, panjang dan
lebar masing-masing 1 m. Intensitas cahaya dari perlakuan tanpa naungan adalah
11 718 KJ/m2 sedangkan untuk intensitas naungan 25%, 50% dan 75% berturutturut adalah 8 778 KJ/m2, 5 880 KJ/m2, dan 2 940 KJ/m2.

U

Gambar 2. Susunan bilah bambu pada berbagai intensitas naungan: (a)
intensitas naungan 25%, (b) intensitas naungan 50%, (c)
intensitas naungan 75% dan (d) tanpa naungan

7
Pemeliharaan cengkih di lapangan meliputi penyiraman, penyiangan
gulma, dan pemberian Furadan 3G kurang lebih 5 gram per tanaman serta
penyemprotan dengan termitisida untuk mencegah serangan rayap (Coptotermes
sp.) dengan konsentrasi 2 ml/liter yaitu larutan sebanyak 0.125 liter per tanaman.
Penyiangan gulma dilakukan setiap dua minggu, pemberian Furadan 3G
dilakukan satu kali pada umur 2 minggu setelah perlakuan (MSP) dan
penyemprotan termitisida diberikan satu kali setiap bulan pada tiga bulan pertama.

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengamatan mulai dilakukan pada saat sebelum perlakuan terhadap
peubah-peubah meliputi: tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, jumlah
daun dan diameter tajuk. Pengamatan selanjutnya dilakukan pada saat 2 MSP
dengan selang waktu pengamatan setiap empat minggu selama lima bulan.
Tanaman contoh yang digunakan adalah satu tanaman per satuan percobaan
sehingga total keseluruhan tanaman yang digunakan adalah 80 tanaman. Tinggi
tanaman diukur tiga cm dari permukaan tanah sampai batas titik tumbuh, diameter
batang diukur tiga cm dari permukaan tanah menggunakan jangka sorong, jumlah
daun dihitung dari daun-daun yang helaiannya sudah membuka sempurna, jumlah
cabang dihitung dengan menghitung seluruh cabang di tanaman yang minimal
memiliki satu pasang daun sempurna, diameter tajuk dihitung dari rata-rata
pengukuran diameter terpanjang dan terpendek di bagian tengah tajuk.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa dosis pupuk organik dan intensitas
naungan masing-masing secara tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman, sedangkan interaksi antara intensitas naungan dan dosis pupuk organik
cenderung berpengaruh nyata (uji F taraf α 10%) terhadap tinggi tanaman pada 4
sampai 16 MSP (Lampiran 3).
Tinggi tanaman cengkih yang dipupuk dengan pupuk organik 2.5 kg per
tanaman pada intensitas naungan 50% cenderung lebih tinggi dibandingkan
dengan tanaman yang diberi pupuk organik 5 kg dengan intensitas naungan 25%,
tanpa pupuk organik dengan intensitas naungan 50%, pupuk organik 2.5 kg
dengan intensitas naungan 75% dan pupuk organik 10 kg dengan intensitas
naungan 75%, tetapi tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Hal tersebut terjadi baik pada umur 4 MSP, 8 MSP,12 MSP maupun 16 MSP
(Tabel 1).

8

Berdasarkan data pada Tabel 1, pemberian pupuk organik 2.5 kg per
tanaman dengan intensitas naungan 50% cenderung meningkatkan tinggi tanaman
cengkih sebanyak 20.9% dibandingkan dengan kontrol pada 16 MSP
Tabel 1. Pengaruh interaksi dosis pupuk organik dan intensitas naungan
terhadap tinggi tanaman cengkih belum menghasilkan pada umur
4 - 16 MSP
Waktu
pengamatan
(MSP)

Dosis pupuk
organik (kg/tan)

Intensitas naungan (%)

4

0
2.5
5.0
7.5
10.0

.........................(cm/tanaman).......................
65.8abcd
79.5abcd
62.5bcd
66.8abcd
abcd
abc
a
77.0
80.3
86.5
56.0d
67.3abcd
59.0cd
76.3abcd
81.0abc
abcd
abcd
abcd
75.5
73.5
68.8
78.0abcd
77.3abcd
73.3abcd
83.3ab
59.5cd

8

0
2.5
5.0
7.5
10.0

69.5abc
78.0abc
68.8abc
77.5abc
78.5abc

81.5abc
81.8abc
61.5bc
75.8abc
74.0abc

64.5abc
87.8a
76.8abc
69.5abc
85.0ab

68.5abc
58.0c
82.3ab
80.3abc
62.0bc

12

0
2.5
5.0
7.5
10.0

73.0abc
78.5abc
70.3abc
78.0abc
79.0abc

83.5ab
83.8ab
63.0bc
77.5abc
74.5abc

66.5bc
90.5a
77.5abc
69.5abc
85.8ab

69.8abc
59.8c
85.0ab
82.8abc
64.0bc

0

25

50

75

0
76.3abc
84.8abc
69.0abc
72.0abc
abc
abc
a
2.5
80.3
84.3
92.3
61.8c
16
5.0
73.8abc
65.8bc
78.3abc
86.5ab
abc
abc
abc
7.5
79.0
79.3
70.5
84.5abc
10.0
80.8abc
75.8abc
86.3ab
66.0bc
Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama pada waktu pengamatan yang
sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf α = 10%;
Dosis pupuk organik dan intensitas naungan secara tunggal tidak
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman cengkih pada umur 4-16 MSP. Ratarata tinggi tanaman cengkih pada berbagai dosis pupuk organik dan intensitas
naungan pada umur 4 sampai 16 MSP tercantum pada Tabel 2.

9
Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman cengkih belum menghasilkan pada
berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan pada
4 - 16 MSP
Waktu pengamatan (MSP)
4
8
12
16
.................(cm/tanaman)...................

Perlakuan
Intensitas naungan (%)
0
25
50
75
Dosis pupuk organik
(kg/tan)
0
2.5
5.0
7.5
10.0

72.6
73.1
75.5
68.3

74.5
74.9
76.7
70.2

75.9
76.5
78.0
72.3

78.0
78.0
79.3
74.2

68.6
74.9
70.9
73.9
73.3

71.0
76.3
72.3
75.8
74.9

73.2
78.1
73.9
76.9
78.3

75.5
79.6
76.1
78.3
77.2

Berdasarkan nilai R untuk masing-masing perlakuan, dapat diketahui
bahwa interaksi dosis pupuk organik dan intensitas naungan terhadap tinggi
tanaman cengkih cenderung menunjukkan hubungan linear meskipun nilai R-nya
tidak signifikan (Gambar 3).
80.0
0
25
50
75

60.0
40.0

50%
75%
25%
0%
y = 0,308x + 76,5 y = -0,92x + 82,6 y = 0,512x + 76,72 y = 0,428x + 72,02
R² = 0,0407
R² = 0,0237
R² = 0,2192
R² = 0,1711
R = 0,202
R = 0,154
R = 0,468
R = 0,414

20.0

Intensitas Naungan

Tinggi Tanaman (cm)

100.0

0

2.5

5

7.5

10

12.5

Dosis Pupuk Organik (kg/tanaman)

Gambar 3. Hubungan antara dosis pupuk organik dengan intensitas
naungan terhadap tinggi tanaman cengkih belum menghasilkan
pada umur 16 MSP

Diameter Batang
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa dosis pupuk organik dan intensitas
naungan secara tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang
tanaman cengkih hingga 16 MSP, sedangkan interaksi antara intensitas naungan
dan dosis pupuk organik berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman
pada 4, 8 dan 12 MSP (Lampiran 4).

10

Tanaman cengkih yang diberi pupuk organik 2.5 kg per tanaman pada
intensitas naungan 25% memiliki diameter batang yang nyata lebih besar
dibandingkan dengan tanaman yang diberi pupuk organik 7.5 kg per tanaman
ataupun tanpa pupuk organik pada intensitas naungan 0%; tanaman yang diberi
pupuk organik 5 kg dan 10 kg per tanaman pada intensitas naungan 25%; tanaman
yang diberi pupuk organik 5 kg per tanaman pada intensitas naungan 50%;
tanaman yang diberi pupuk organik 2.5 kg dan 10 kg per tanaman ataupun tanpa
pupuk organik pada intensitas naungan 75%, tetapi tidak berbeda nyata
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada 8 dan 12 MSP, pengaruh dosis
pupuk organik dan intensitas naungan mempunyai pola yang sama yaitu dosis
pupuk 5 kg per tanaman pada intensitas naungan 75% nyata lebih besar
dibandingkan dengan tanpa pupuk organik, 2.5 kg dan 7.5 kg per tanaman pada
intensitas naungan 0%; dosis pupuk organik 5 kg per tanaman pada intensitas
naungan 25%; dosis pupuk organik 7.5 kg per tanaman pada intensitas naungan
50%; dosis pupuk organik 2.5 kg dan 7.5 kg per tanaman ataupun tanpa pupuk
organik pada intensitas naungan 75%, tetapi tidak berbeda nyata dibandingkan
dengan perlakuan lainnya (Tabel 3).
Tabel 3. Pengaruh interaksi dosis pupuk organik dan intensitas naungan
terhadap diameter batang tanaman cengkih belum menghasilkan
pada umur
4 - 12 MSP
Waktu
pengamatan
(MSP)

Dosis pupuk
organik
(kg/tan)

Intensitas naungan (%)

4

0
2.5
5.0
7.5
10.0

...............................(cm/tanaman).............................
0.6cde
0.7bcd
0.7abcd
0.5e
abcde
a
ab
0.6
0.8
0.7
0.6bcde
0.6abcd
0.6bcde
0.6bcde
0.7abc
de
abc
abcde
0.5
0.7
0.6
0.7abc
0.6abcde
0.6bcde
0.7abcd
0.6cde

8

0
2.5
5.0
7.5
10.0

0.6bc
0.6bc
0.7abc
0.6bc
0.7abc

0

25

0.7abc
0.8ab
0.6bc
0.7abc
0.7abc

50

0.7abc
0.7abc
0.7abc
0.6c
0.7abc

75

0.6bc
0.6bc
0.8a
0.8abc
0.7abc

0
0.7b
0.7ab
0.7ab
0.7b
2.5
0.6b
0.8ab
0.8ab
0.6b
ab
b
ab
12
5.0
0.7
0.6
0.7
0.8a
7.5
0.7b
0.7ab
0.6b
0.8ab
ab
ab
ab
10.0
0.7
0.7
0.7
0.7b
Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama pada waktu pengamatan yang
sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf α = 5%
Berdasarkan data pada Tabel 3, pemberian pupuk organik 5 kg per tanaman
dengan intensitas naungan 75% dapat meningkatkan diameter batang tanaman

11
cengkih sebesar 26.9% dibandingkan dengan kontrol pada 12 MSP. Dosis pupuk
organik dan intensitas naungan secara tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap
diameter batang tanaman cengkih pada umur 4-16 MSP. Rata-rata diameter
batang tanaman cengkih pada berbagai dosis pupuk organik dengan intensitas
naungan pada umur 4-16 MSP tercantum pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata diameter batang tanaman cengkih belum menghasilkan
pada berbagai intensitas naungan dan dosis pupuk organik pada
umur 4 - 16 MSP
Perlakuan

4

Intensitas naungan (%)
0
25
50
75
Dosis pupuk organik
(kg/tan)
0
2.5
5.0
7.5
10.0

Waktu pengamatan (MSP)
8
12
.............(cm/tanaman)..............

16

0.6
0.6
0.6
0.6

0.6
0.7
0.7
0.7

0.7
0.7
0.7
0.7

0.7
0.8
0.7
0.8

0.6
0.7
0.6
0.6
0.6

0.7
0.7
0.7
0.7
0.7

0.7
0.7
0.7
0.7
0.7

0.7
0.7
0.8
0.8
0.8

Berdasarkan nilai R untuk masing-masing perlakuan, dapat diketahui bahwa
interaksi dosis pupuk organik dan intensitas naungan terhadap diameter batang
tanaman cengkih masih menunjukkan hubungan linear meskipun nilai R-nya tidak
signifikan (Gambar 4).
0.9
0.7
0.6
0.5

0

0.4
0.3
0.2
0.1

25
25%
50%
0%
75%
y = 0,005x + 0,645 y = -0,004x + 0,72 y = -0,005x + 0,715 y = 0,005x + 0,675
R² = 0,08
R² = 0,1894
R² = 0,2315
R² = 0,0543
R = 0,283
R = 0,435
R = 0,481
R = 0,233

50
75

Intensitas Naungan (%)

Diameter Batang (cm)

0.8

0
0

2.5

5

7.5

10

12.5

Dosis Pupuk Organik (kg/tanaman)

Gambar 4.

Hubungan antara dosis pupuk organik dengan intensitas
naungan terhadap diameter batang tanaman cengkih belum
menghasilkan pada umur 12 MSP

12

Jumlah Cabang
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa dosis pupuk organik dan intensitas
naungan secara tunggal serta interaksi antara dosis pupuk organik dengan
intensitas naungan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang (Lampiran 5).
Rata-rata jumlah cabang tanaman cengkih pada berbagai dosis pupuk organik dan
intensitas naungan tercantum pada Tabel 5.
Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa intensitas naungan dan dosis pupuk
organik secara tunggal mampu meningkatkan pertumbuhan jumlah cabang
tanaman cengkih meskipun tidak signifikan. Intensitas naungan 25%
menghasilkan nilai rata-rata jumlah cabang yang lebih tinggi dibandingkan
dengan intensitas naungan lainnya pada 4 sampai 16 MSP. Dosis pupuk organik
2.5 kg per tanaman menghasilkan nilai rata-rata jumlah cabang yang lebih tinggi
dibandingkan dengan dosis pupuk organik lainnya pada 4 sampai 16 MSP.
Tabel 5. Rata-rata jumlah cabang tanaman cengkih belum menghasilkan
pada berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan pada
umur 4 - 16 MSP
Perlakuan

Intensitas naungan (%)
0
25
50
75
Dosis pupuk organik
(kg/tan)
0
2.5
5.0
7.5
10.0

Waktu pengamatan (MSP)
4
8
12
16
.............................(cabang/tanaman)..............................
.
12
14
12
13

14
16
14
15

16
19
16
18

17
20
18
19

11
14
14
13
13

13
16
15
15
14

15
19
18
18
16

16
20
19
19
18

Jumlah Daun
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa dosis pupuk organik dan intensitas
naungan secara tunggal serta interaksi antara dosis pupuk organik dengan
intensitas naungan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman
cengkih (Lampiran 6). Rata-rata jumlah daun tanaman cengkih pada berbagai
dosis pupuk organik dan intensitas naungan tercantum pada Tabel 6.
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa dosis pupuk organik dan intensitas
naungan secara tunggal mampu meningkatkan pertumbuhan jumlah daun tanaman
cengkih meskipun tidak signifikan. Intensitas naungan 50% menghasilkan nilai
rata-rata jumlah daun lebih banyak pada umur 4, 8 dan 12 MSP dibandingkan

13
dengan perlakuan lainnya, tetapi pada umur 16 MSP, intensitas naungan 25%
menunjukkan nilai rata-rata jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. Dosis pupuk organik 5 kg per tanaman menghasilkan nilai ratarata jumlah daun tanaman cengkih yang lebih banyak pada umur 4 dan 8 MSP
dibandingkan dengan perlakuan lainnya, tetapi pada umur 12 dan 16 MSP, dosis
pupuk organik 2.5 kg per tanaman menunjukkan nilai rata-rata jumlah daun
tanaman cengkih yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Tabel 6. Rata-rata jumlah daun tanaman cengkih belum menghasilkan pada
berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan pada umur
4 - 16 MSP
Perlakuan
Intensitas naungan (%)
0
25
50
75
Dosis pupuk organik
(kg/tan)
0
2.5
5.0
7.5
10.0

Waktu pengamatan (MSP)
4
8
12
16
..............................(helai/tanaman)............................
118
129
133
127

109
121
126
121

142
140
148
145

191
205
195
199

110
130
137
133
122

108
123
127
125
113

125
158
152
150
132

170
225
200
211
181

Diameter Tajuk
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa dosis pupuk organik cenderung
berpengaruh nyata (uji F taraf α 10%) terhadap diameter tajuk tanaman cengkih
hanya pada umur 4 MSP, sedangkan intensitas naungan secara tunggal serta
interaksi antara dosis pupuk organik dengan intensitas naungan tidak berpengaruh
nyata terhadap diameter tajuk tanaman cengkih (Lampiran 7). Pada tanaman
dengan dosis pupuk organik 10 kg per tanaman cenderung lebih baik
dibandingkan dengan tanaman tanpa pupuk organik dan tidak berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya. Rata-rata diameter tajuk tanaman cengkih pada
berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan tercantum pada Tabel 7.
Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa intensitas naungan secara tunggal
mampu meningkatkan pertumbuhan diameter tajuk tanaman cengkih meskipun
tidak signifikan. Intensitas naungan 0% menghasilkan nilai rata-rata diameter
tajuk yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada 4, 8 dan 16
MSP, tetapi pada 12 MSP, intensitas naungan 75% menunjukkan nilai rata-rata
diameter tajuk yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Dosis
pupuk organik 10 kg per tanaman dapat meningkatkan diameter tajuk tanaman
cengkih sebesar 30% dibandingkan dengan kontrol pada 4 MSP

14

Tabel 7. Rata-rata diameter tajuk tanaman cengkih belum menghasilkan
pada berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan pada
umur 4 - 16 MSP
Perlakuan

Waktu pengamatan (MSP)
4
8
12
16
..........................(cm/tanaman).........................

Intensitas naungan (%)
0
25.6
27.0
27.4
28.4
25
23.4
25.1
25.9
26.4
50
24.8
26.3
27.2
28.2
75
25.1
26.9
27.5
28.1
Dosis pupuk organik
(kg/tan)
0
22.3b
24.0
24.6
25.7
ab
2.5
24.1
26.0
26.9
27.5
5.0
23.9ab
25.2
25.8
26.8
ab
7.5
24.2
26.1
26.8
27.6
10.0
29.0a
30.3
30.7
31.4
Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama pada waktu pengamatan yang
sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf α = 10%
Pembahasan
Kondisi Umum
Setelah minggu pertama dan kedua pemindahan tanaman ke lapangan,
terdapat beberapa tanaman yang mati sehingga harus disulam. Salah satu
penyebab kematian tanaman adalah serangan rayap (Coptotermes sp.) yang
menyebabkan 8.75% tanaman yang dipindahtanam mati di lapangan. Tanaman
yang terserang rayap menunjukkan gejala layu, daun mengering tapi tidak rontok
dan bila digali sampai 10 cm di bawah permukaan tanah, tampak perakaran rusak
bekas serangan rayap (Gambar 5). Pengendalian serangan rayap dilakukan dengan
pemberian Furadan 3G kurang lebih 5 gram per tanaman dan penyiraman dengan
termitisida konsentrasi 2 ml/liter diaplikasikan setiap bulan selama tiga bulan
pertama.

(a)
(b)
Gambar 5. Tanaman cengkih yang terserang rayap: (a) tanaman cengkih
mati, (b) sarang rayap dalam tanah

15
Serangan hama lainnya yaitu kutu-kutu daun yang menghisap makanan dari
pucuk-pucuk daun muda. Kutu-kutu tersebut mengeluarkan zat gula yang
disenangi semut, dan sisa-sisa zat gula tersebut menempel pada daun yang dapat
menimbulkan jelaga pada daun, tetapi hama tersebut tidak sampai menyebabkan
kematian pada tanaman cengkih (Gambar 6).

Gambar 6. Serangan kutu daun pada tanaman cengkih
Penyebab lainnya dari kematian tanaman cengkih yaitu sunburn yang
dialami oleh tanaman tanpa naungan sebanyak 3.75% dari tanaman yang
dipindahtanam ke lapangan (Gambar 7 a). Intensitas cahaya yang terlalu tinggi
menyebabkan peningkatan suhu daun sehingga laju transpirasi meningkat. Hal
tersebut mengakibatkan luas daun mengecil atau daun gugur kemudian tanaman
mati seperti yang dilaporkan oleh Suarsana (1986). Selain rayap dan sunburn,
kesalahan teknik penanaman yaitu tanah dalam polybag pecah (tanah terlepas dari
akar tunggang) ketika akan dipindahtanam dapat mengakibatkan tanaman menjadi
layu dan mati (Hadiwidjaja 1983). Pada percobaan ini, sebanyak 5% tanaman
yang dipindahtanamkan ke lapangan mati karena kesalahan teknik penanaman
tersebut (Gambar 7 b).

(a)
(b)
Gambar 7. Penyebab kematian tanaman cengkih: (a) sunburn, (b) tanah
terlepas dari akar tunggang

16

Pengaruh Naungan
Pertumbuhan tanaman merupakan interaksi antara faktor-faktor genetik dan
lingkungan. Tanaman cengkih belum menghasilkan di bawah naungan dengan
intensitas tertentu memiliki pertumbuhan tanaman yang lebih baik dibandingkan
dengan tanaman tanpa naungan. Ada beberapa masa kritis dalam perkembangan
tanaman cengkih. Salah satu dari masa kritis tersebut adalah fase yang dimulai
sejak tanaman dipindahtanamkan ke lapangan hingga berumur kurang lebih empat
tahun, yaitu dua tahun atau tiga tahun setelah dipindahtanamkan ke lapangan
(Hadiwidjaja 1983).
Dalam percobaan ini, pemberian naungan tidak menunjukkan peningkatan
pertumbuhan tanaman yang signifikan untuk semua perlakuan hingga akhir
percobaan. Hal tersebut diduga disebabkan oleh naungan yang dipasang terlalu
tinggi dan kurang lebar, sehingga tidak berfungsi dengan baik. Sesuai dengan
pernyataan Hadiwidjaja (1983), bahwa naungan yang dipasang terlalu tinggi (>30
cm di atas pucuk tanaman) tidak berfungsi dengan baik. Pada percobaan ini, tinggi
tanaman berkisar 68 – 79 cm dengan ketinggian naungan mencapai 1.5 m
menyebabkan selisih yang cukup jauh antara pucuk tanaman dan naungan
sehingga mengakibatkan fungsi naungan kurang optimal. Selain itu, banyaknya
pohon kelapa yang berada di sekitar lokasi penelitian juga menyebabkan fungsi
naungan kurang optimal. Tabel 1 menunjukkan tanaman dengan intensitas
naungan 50% disertai dosis pupuk organik 2.5 kg menghasilkan rataan tinggi
tanaman tertinggi pada 4 dan 12 MSP. Hal tersebut sesuai dengan sifat tanaman
cengkih yang memerlukan naungan pada saat fase belum menghasilkan. Hasil
penelitian Hasan (1985) menunjukkan bahwa pemberian naungan 50%
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit cengkih. Menurut Suarsana
(1986), naungan merangsang aktivitas auksin yang tinggi sehingga tanaman
mengalami pemanjangan sel. Hasil penelitian Ademilua et al. (2009)
menunjukkan, tinggi tanaman Allium sativum di bawah naungan lebih tinggi
dibandingkan tanaman tanpa naungan.
Selama fase pertumbuhan, hasil fotosintesis berupa cadangan karbohidrat
biasanya akan disimpan di bagian batang atau cabang, daun dan akar (Wachjar et
al. 2002). Hasil penelitian Bote dan Paul (2011) menunjukkan bahwa tanaman
kopi di bawah naungan memiliki laju fotosintesis yang lebih baik dibandingkan
dengan tanaman tanpa naungan. Selain itu, tanaman kopi di bawah naungan
memiliki nilai LAI (leaf area index) yang lebih tinggi, warna daun yang lebih
gelap dan menghasilkan biji kopi lebih besar dan berat dibandingkan dengan
tanaman tanpa naungan. Selaras dengan data yang disebutkan pada Tabel 3,
tanaman dengan dosis pupuk organik 5 kg per tanaman dengan intensitas naungan
75% memiliki diameter batang yang nyata lebih besar dibandingkan dengan
perlakuan lainnya.
Pada Tabel 5 tampak bahwa intensitas naungan tidak berpengaruh terhadap
jumlah cabang tanaman cengkih. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Suarsana (1986) yang menunjukkan bahwa jumlah cabang tidak
berbeda untuk semua intensitas naungan karena untuk tumbuh cabang tanaman
hanya membutuhkan naungan, tidak bergantung pada intensitas naungan yang
dipakai, tetapi penggunaan naungan 25% memiliki rata-rata pertambahan jumlah
cabang lebih baik dibandingkan dengan naungan 75%, 50% dan 0%.

17
Perlakuan intensitas naungan yang tidak menunjukkan pengaruh signifikan
bagi penambahan jumlah daun dan diameter tajuk mungkin disebabkan oleh tidak
ternaunginya bagian sisi-sisi tanaman. Selaras dengan hasil penelitian yang
dilakukan Wachjar et al. (2002), perlakuan naungan tidak berbeda nyata pada
semua peubah diduga karena tidak ternaunginya bagian sisi-sisi petak tanaman
kopi. Pengamatan terhadap jumlah daun tanaman cengkih dengan intensitas
naungan 25% menunjukkan rataan jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan
dengan perlakuan lainnya (Tabel 6). Selaras dengan hasil penelitian Suarsana
(1986) yang menunjukkan bahwa naungan 25% menghasilkan jumlah daun
terbanyak. Hal itu disebabkan kondisi tanaman cengkih yang memerlukan
intensitas cahaya yang lebih tinggi untuk pertumbuhan daun.
Pada diameter tajuk, terlihat bahwa tanaman dengan intensitas naungan 75%
memiliki rataan diameter tajuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
lainnya (Tabel 7). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang pernah
dilakukan oleh Hasan (1985) bahwa pertambahan panjang tajuk hingga akhir
percobaan di bawah naungan 25%, 50% dan 75% berturut-turut adalah 0.55, 0.67
dan 0.83 cm, jauh lebih panjang dibandingkan dengan keadaan terbuka yang
hanya bertambah sepanjang 0.08 cm.

Pengaruh Pupuk Organik
Hingga akhir percobaan, pemberian pupuk organik tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan tanaman cengkih. Salah satu kelemahan dari pupuk organik
adalah unsur hara sangat lambat tersedia (slow release), sehingga respon tanaman
terhadap pemberian pupuk organik berlangsung sangat lambat. Selaras dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Uka et al. (2013), tanaman yang diberi pupuk
anorganik memiliki laju pertumbuhan yang tinggi pada 1 sampai 3 MSP,
sedangkan tanaman Okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) yang diberi
pupuk organik memiliki laju pertumbuhan yang tinggi pada 6 sampai 10 MSP.
Pupuk anorganik menyebabkan degradasi tanah akibat kehilangan bahan-bahan
kimia tertentu sehingga tanah menjadi masam, ketidakseimbangan hara dalam
tanah serta penurunan daya hasil tanaman. Sementara itu, pupuk organik
meningkatkan aktivitas mikroba dalam tanah untuk melepaskan hara sedikit demi
sediit dan dalam waktu yang lama.
Pangaribuan et al. (2012) menyatakan bahwa pemberian pupuk organik
perlu dikombinasikan dengan pemberian pupuk anorganik yang menyediakan
unsur hara dengan cepat. Selain itu, keefektifan pemberian pupuk organik kurang
dari empat bulan, sehingga setelah empat bulan harus dilakukan pemberian ulang
(Santosa 2003).
Dosis pupuk organik sebanyak 2.5 kg per tanaman dengan intensitas
naungan 50% mampu menghasilkan tinggi tanaman yang nyata lebih baik
dibandingkan dosis lainnya (Tabel 1). Wachjar et al. (2002) menyebutkan pada
dasarnya unsur hara tersedia dalam tanah dimanfaatkan oleh tanaman sesuai
dengan kebutuhannya untuk pertumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
pemberian dosis 2.5 kg per tanaman sudah dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Berdasarkan hasil penelitian Karanatsidis dan Berova (2009), terdapat
pengaruh positif dari pemberian pupuk organik terhadap aktivitas fotosintesis

18

tanaman yaitu meningkatnya jumlah klorofil dan memudahkan pertukaran gas
pada daun sehingga laju fotosintesis meningkat dan pertumbuhan menjadi baik.
Pemberian pupuk organik 5 kg per tanaman dengan intensitas naungan 75%
memiliki diameter batang yang nyata lebih baik dibandingkan dengan perlakuan
lainnya (Tabel 3). Pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
tanah. Adanya pupuk organik mampu memperbaiki sifat kimia tanah karena dapat
membantu akar menembus tanah lebih dalam sehingga lebih mampu menyerap
unsur hara dan air dalam jumlah yang banyak. Ketersediaan air dan hara yang
tinggi menyebabkan absorbsi dan transportasi unsur hara/air menjadi lebih baik
sehingga laju fotosintesis meningkat dan cadangan makanan tinggi (Pangaribuan
et al. 2012)
Pada peubah jumlah cabang, tanaman dengan perlakuan dosis pupuk
organik 2.5 kg memiliki jumlah cabang terbanyak pada 4-16 MSP. Hingga akhir
penelitian, tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari pemberian dosis pupuk
organik terhadap jumlah cabang dan jumlah daun. Selaras dengan hasil penelitian
Prado (2013), aplikasi pupuk organik pada tanaman Brassica rapa tidak
berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, luas daun dan jumlah daun
per tanaman. Wachjar et al. (2002) menyebutkan bahwa tanaman akan
memanfaatkan unsur hara yang tersedia dalam tanah sesuai dengan kebutuhannya.
Oleh karena itu, dosis pemberian pupuk yang lebih banyak tidak memberikan
perbedaan yang nyata bagi pertumbuhan tanaman. Tidak adanya bulan kering
selama penelitian mengakibatkan unsur hara di dalam tanah dapat diserap dengan
baik sehingga translokasi unsur hara ke daun dan proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman menjadi baik (Wachjar dan Kadarisman 2007).
Berdasarkan data BMKG (2014), selama percobaan ini berlangsung, curah hujan
rata-rata adalah 411 mm/bulan (Lampiran 1). Oleh karena itu, pemberian dosis
pupuk organik 2.5 kg per tanaman sudah dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman.
Dosis pupuk organik cenderung berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
diameter tajuk hanya pada umur 4 MSP. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan
penyerapan unsur hara dalam tanah dan proses pertumbuhan serta perkembangan
termasuk diameter tajuk menjadi baik. Hal tersebut disebabkan perlakuan pupuk
organik pada dosis yang tepat mampu merangsang aktivitas auksin dalam tanaman
untuk mendorong pertambahan volume dinding sel (Wachjar et al. 2002). Oleh
karena itu, perlu dilakukan pemberian dosis pupuk organik yang tepat agar dapat
dihasilkan pertambahan diameter tajuk yang optima