Kajian penyelenggaraan haji Masa Depan di Indonesia

KAJIAN TENTANG PENYELENGGARAAN
IBADAH HAJI MASA DEPAN DI INDONESIA
Oleh : Pudj i Mulj ono

Adanya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008
t ent ang penyelenggaraan Ibadah Haj i yang t elah dit et apkan oleh
Presiden RI pada t anggal 28 April 2008 yang lalu t elah disambut gembira
oleh banyak pihak.

Meskipun belum dapat sepenuhnya memuaskan

harapan dari semua pihak yang berkepent ingan dengan penyelenggaraan
ibadah haj i di Indonesia, t et api paling t idak dengan dit et apkannya
Undang-undang t ersebut sebagai penggant i at au revisi Undang-Undang
sebelumnya yakni

Undang-undang Nomor

17 Tahun 1999 t ent ang

Penyelenggaraan lbadah Haj i; dipandang hal it u dapat


memenuhi

kebut uhan masyarakat dan lebih menj amin kepast ian dan ket ert iban
hukum sert a memberikan perlindungan bagi masyarakat yang akan
menunaikan ibadah haj i dan umrah.

Beberapa hal yang merupakan

perubahan baru dibanding Undang-undang penyelenggaraan Ibadah Haj i
sebelumnya, ant ara lain adanya Komisi Pengawas Haj i Indonesia (KPHI),
Badan Pengelola Dana Abadi Umat (DAU), penet apan menunaikan haj i
cukup sekali seumur hidup, dan pembat asan kewenangan Depart emen
Agama dalam pengelolaan haj i.
Ibadah

haj i

merupakan


rukun

Islam

kelima

yang

waj ib

dilaksanakan oleh set iap orang Islam yang memenuhi syarat ist it aah,
baik secara f inansial, f isik, maupun ment al, sekali seumur hidup. Di
samping it u, kesempat an unt uk menunaikan ibadah haj i yang semakin
t erbat as j uga menj adi syarat dalam menunaikan kewaj iban ibadah haj i.
Sehubungan dengan hal t ersebut , penyelenggaraan Ibadah Haj i harus
didasarkan pada prinsip keadilan unt uk memperoleh kesempat an yang
sama bagi set iap warga negara Indonesia yang beragama Islam.
Penyelenggaraan Ibadah Haj i merupakan t ugas nasional karena
j umlah j emaah haj i Indonesia yang sangat besar, melibat kan berbagai
inst ansi dan lembaga, baik dalam negeri maupun luar negeri, dan


1

berkait an dengan berbagai aspek, ant ara lain bimbingan, t ransport asi,
kesehat an, akomodasi, dan keamanan.

Di samping it u, penyelenggaraan

Ibadah Haj i dilaksanakan di negara lain dalam wakt u yang sangat
t erbat as yang menyangkut nama baik dan mart abat bangsa Indonesia di
luar negeri, khususnya di Arab Saudi.

Di sisi lain adanya upaya unt uk

melakukan peningkat an kualit as penyelenggaraan Ibadah Haj i merupakan
t unt ut an ref ormasi dalam penyelenggaraan pemerint ahan yang bersih
dan t at a kelola pemerint ahan yang baik. Sehubungan dengan hal
t ersebut , penyelenggaraan Ibadah Haj i perlu dikelola secara prof esional
dan akunt abel dengan mengedepankan kepent ingan j emaah haj i dengan
prinsip nirlaba.

Sesuai dengan Pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor
13 Tahun 2008 t ent ang penyelenggaraan Ibadah Haj i, dinyat akan bahwa
penyelenggaraan ibadah haj i berasas keadilan, prof esionalit as dan
akunt abilit as dengan prinsip nirlaba. Maksud dari “ asas keadilan” adalah
bahwa penyelenggaraan Ibadah Haj i berpegang pada kebenaran, t idak
berat sebelah, t idak memihak, dan t idak sewenang-wenang dalam
penyelenggaraan Ibadah Haj i.
prof esionalit as”

Adapun yang dimaksud dengan “ asas

adalah bahwa penyelenggaraan Ibadah Haj i harus

dilaksanakan dengan mempert imbangkan keahlian para penyelenggaranya. Sement ara it u, yang dimaksud dengan “ asas akunt abilit as dengan
prinsip nirlaba” adalah bahwa penyelenggaraan Ibadah Haj i dilakukan
secara t erbuka dan dapat dipert anggungj awabkan secara et ik dan hukum
dengan prinsip t idak unt uk mencari keunt ungan.
Unt uk

menj amin


penyelenggaraan

Ibadah

Haj i

yang

adil,

prof esional, dan akunt abel dengan mengedepankan kepent ingan j emaah,
diperlukan adanya lembaga pengawas mandiri yang bert ugas melakukan
pengawasan dan pemant auan t erhadap penyelenggaraan Ibadah Haj i
sert a memberikan pert imbangan unt uk penyempurnaan penyelenggaraan
Ibadah Haj i Indonesia. Upaya penyempurnaan t ersebut dimaksudkan
unt uk meningkat kan kualit as penyelenggaraan Ibadah Haj i secara t erusmenerus dan berkesinambungan yang meliput i pembinaan, pelayanan,

2


dan perlindungan t erhadap j emaah haj i sej ak mendaf t ar sampai kembali
ke t anah air. Pembinaan haj i diwuj udkan dalam bent uk pembimbingan,
penyuluhan, dan penerangan kepada masyarakat dan j emaah haj i.
Pelayanan diwuj udkan dalam bent uk pemberian layanan administ rasi dan
dokumen, t ransport asi, kesehat an, sert a akomodasi dan konsumsi.
Perlindungan diwuj udkan dalam bent uk j aminan keselamat an dan
keamananj emaah haj i selama menunaikan ibadah haj i.
Mengingat penyelenggaraan ibadah haj i merupakan t ugas nasional
dan menyangkut mart abat sert a nama baik bangsa, maka kegiat an
penyelenggaraan ibadah haj i menj adi t anggung j awab Pemerint ah.
Meskipun demikian, part isipasi masyarakat merupakan bagian yang t idak
t erpisahkan dari sist em dan manaj emen penyelenggaraan ibadah haj i.
Part isipasi masyarakat t ersebut direpresent asikan dalam penyelenggaran
ibadah haj i khusus dan Bimbingan ibadah haj i yang t umbuh dan
berkembang

dalam

masyarakat .


Unt uk

t erlaksananya

part isipasi

masyarakat dengan baik, diperlukan pengat uran, pengawasan, dan
pengendalian dalam rangka memberikan perlindungan kepada j emaah
haj i.
Di

samping menunaikan

ibadah

haj i,

set iap

warga negara


Indonesia yang beragama Islam dianj urkan menunaikan ibadah umrah
bagi yang mampu dalam rangka meningkat kan kualit as keimanannya.
Ibadah Umrah j uga dianj urkan bagi mereka yang t elah menunaikan
kewaj iban ibadah haj i. Memperhat ikan bahwa minat masyarakat unt uk
menunaikan ibadah umrah sangat t inggi, maka perlu pengat uran agar
masyarakat dapat menunaikan ibadah umrah dengan aman dan baik sert a
t erlindungi kepent ingannya. Pengat uran t ersebut meliput i pembinaan,
pelayanan administ rasi, pengawasan kepada penyelenggara perj alanan
ibadah umrah, dan perlindungan t erhadap j emaah umrah.
Dalam rangka mewuj udkan akunt abilit as publik, pengelolaan biaya
penyelenggaraan ibadah haj i (BPIH) dan hasil ef isiensi BPIH dalam bent uk
dana abadi umat (DAU) perlu dilaksanakan dengan prinsip berdaya guna
dan

berhasil

guna

dengan


mengedepankan

asas

manf aat

dan

3

kemaslahat an umat . Agar DAU dapat dimanf aat kan secara opt imal bagi
kemaslahat an umat , pengelolaan DAU j uga dilakukan secara bersama
oleh Pemerint ah dan masyarakat yang direpresent asikan oleh Maj elis
Ulama Indonesia, organisasi masyarakat Islam, dan t okoh masyarakat
Islam.
Sej alan dengan asas keadilan, prof esionalit as dan akunt abilit as
dengan prinsip nirlaba dalam penyelenggaraan ibadah haj i, maka dalam
rangka


meningkat kan

peran

at au

part isipasi

masyarakat

dalam

penyelenggaraan ibadah haj i di masa mendat ang diperlukan suat u
lembaga

yang

dibent uk

oleh


masyarakat

penyelenggaraan haj i secara independen.

unt uk

memant au

Oleh karena it u, perlu

disambut baik adanya rencana pembent ukan Tim Independen Pemant au

Haj i Indonesia (TIPHI) yang diinisiasi oleh Forum Ref ormasi Haj i
bersama Tim Pengacara Muslim sert a didukung oleh Asosiasi Muslim
Penyelenggara Haj i dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) mulai
t ahun

2008.

Keberadaan

lembaga

t ersebut

diharapkan

dapat

mengimbangi peran pengawasan yang dilaksanakan oleh Komisi Pengawas
Haj i Indonesia (KPHI) bent ukan pemerint ah yang bert anggung j awab
langsung kepada presiden.
Semangat unt uk menyelenggarakan ibadah haj i secara lebih baik
yang dinyat akan dalam Undang-undang haj i yang baru mudah-mudahan
dapat t ercapai di masa mendat ang, sehingga j amaah haj i diberikan
kesempat an lebih t erbuka dan mandiri menggapai deraj at haj i mabrur.
Bagi j amaah haj i it u sendiri, j ika kesempat an berhaj i it u hanya
dimungkinkan bisa dilaksanakan sekali selama hidup, maka kesempat an
it u akan dij adikan sebagai yang pert ama dan t erakhir.

Ist ilahnya t he

f irst and t he last of pilgrim t o haj j (yang pert ama dan yang t erakhir
menunaikan ibadah haj i).

Semoga hal ini dapat

t erwuj ud dalam

penyelenggaraan ibadah haj i di Indonesia pada masa mendat ang. Amin.

~oOo~

4