REVOLUSI GURU INDONESIA DI MASA DEPAN

REVOLUSI GURU INDONESIA DI MASA DEPAN

DITULIS OLEH:
SONI AFRIANSYAH
(RSA1C115003)

UNIVERSITAS JAMBI
2015

Revolusi Guru Indonesia Di Masa Depan

Indonesia memiliki kekayaan alam di ambang batas yang seharusnya patut
disyukuri. Dengan kekayaan alam tersebut akan memudahkan kita dalam
memperoleh kebutuhan. Namun, realitas yang terjadi di indonesia ialah susahnya
dalam memperoleh kebutuhan khususnya bagi masyarakat yang kurang mampu.
Hal itu dikarenakan ketidakmampuan kita dalam mengelola sumber kekayaan
alam sehingga tidak terciptanya kesejahteraan masyarakat. Adapun kesejahteraan
itu sendiri digambarkan dengan kondisi yang baik, aman, makmur, dan sentosa,
dan semua itu dapat dicapai dengan cara meningkatkan Sumber Daya
Manusia(SDM). Salah satu cara untuk dapat meningkatkan SDM tersebut adalah
melalui Pendidikan.

Pendidikan menjadi pilar utama dalam pengembangan SDM sekaligus
menjadi agent of change in life suatu Negara. Di dalam pendidikan tersebut tidak
terlepas dari kegiatan belajar mengajar, dimana guru memiliki peranan yang besar
dalam kegiatan ini. Sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, guru dihadapkan dengan
tantangan besar di masa depan. Salah satu tantangan itu ialah dalam menghadapi
anak-anak yang telah melek terhadap ICT (Information Comunication and
Technology) atau lebih dikenal dengan Digital Native.

Belum lagi, perubahan zaman yang menuntut seorang guru untuk
melakukan tindakan seperti kata Makagiansar (1996) berikut;
‘’memasuki abad 21 pendidikan akan mengalami perubahan
paradigma yaitu dari belajar terminal ke belajar sepanjang hayat, dari
berlajar berfokus penguasaan pengetahuan ke belajar holistik, dari citra
hubungan guru-murid yang bersifat konfrontif ke citra hubungan
kemitraan, dari pengajar yang menekankan pengetahuan akademik ke
penekanan keseimbangan fokus pendidikan nilai, dari kampanye melawan
buta aksara ke kampanye melawan buta tekhnologi, budaya dan komputer

serta dari konsentrasi ekslusif pada kompetisi ke orientasi kerja sama’’.
Dari pendapat tersebut nampak bahwa tenaga pendidik dihadapkan pada tantangan

untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dalam menghadapi berbagai tantangan
dan tuntutan yang bersifat kompetitif. Akan tetapi, realitas di lapangan belum

mendukung ketercapaian semua itu, yang ada kemerosotan pendidikan kita sudah
semakin parah dan terasa sangat lama. Untuk kesekian kalinya kurikulum dituding
sebagai penyebabnya. Hal ini tercermin dengan adanya upaya mengubah
kurikulum seperti perubahan kurikulum KTSP 2006 menjadi kurikulum 2013.
Namun, menurut Nasanius (1998) mengungkapkan bahwa kemerosotan
pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuan
profesionalisme guru. Untuk itu, dalam menghadapi tantangan pendidikan,
khususnya tantangan terhadap guru-guru seperti dalam menghadapi anak-anak
Digital Native serta kurangnya profesionalisme guru

dipelukan perubahan

(Revolusi) menjadi guru yang profesional di masa depan.
Guru Profesional digambarkan sebagai sosok manusia yang berakhlak
mulia, disiplin, jujur, berwibawa, dan patut diteladani. Selain itu, ia juga memiliki
sifat informatif, berfikir ke depan(futuristic), berkomitmen tinggi serta mampu
menguasai ICT walaupun hanya mampu mengoperasionalkan. Dalam perspektif

pengembangan Sumber Daya Manusia, menjadi guru profesional adalah satu
kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadukan dengan skil atau
keahlian dalam profesi sebagai guru. Berbagai cara untuk menjadi Guru
Profesional antara lain menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan( maked of
study harmony), inovatif dalam proses pembelajaran dan menjadi motivator bagi

peserta didik.
Menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan (maked of sudy
harmony) menjadi ciri khas guru profesional. Hal itu dikarenakan seorang guru

profesional mampu melihat kondisi psikologis yang dialami peserta didik dan
mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar selama dalam bimbingannya. Berbagai
metode yang dapat digunakan dalam menciptakan kondisi yang menyenangkan

salah satunya sering melakukan interaksi terhadap siswa, keterbukaan terhadap
siswa dan menyelipkan unsur humoris dalam proses pembelajaran. Akan tetapi,
hal yang lebih penting adalah menyatukan hati antara guru dan peserta didik
sehingga terwujudnya keharmonisasian dalam proses pembelajaran.
Dalam pengembangan metode pengajaran terkadang menjadi kendala bagi
sebagian guru, akan tetapi guru profesional mampu mengatasi hal tersebut dengan

sifat inovatif yang dimilikinya. Ia mampu menyulap berbagai metode pengajaran

berdasarkan kondisi dan situasi yang ada. Guru inovatif juga memiliki segudang
metode belajar dan tidak fanatik terhadap satu metode saja. Ia juga memiliki

pengetahuan dan kompetensi yang baik serta mampu menguasai ICT (Information
Comunication and Technology) yang kemudian dikolaborasikan dengan metode

pengajaran yang efektif. Guru yang inovatif ini juga di nilai menjadi solusi yang
efektif dalam menghadapi anak-anak Digital Native.
Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar. Proses pembelajaran akan berhasil manakala peserta didik mempunyai
motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu memotivasi anak peserta didik,
dikarenakan guru bukan hanya sebagai fasilitator tetapi juga sebagai motivator.
Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil belajar yang optimal serta guru dituntut
kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Berbagai cara dapat dilakukan
dalam memotivasi peserta didik seperti memberikan pengalaman bervariasi
tentang kesuksesan, mengajarkan arti kompetisi yang positif serta membantu
siswa menemukan motivasi intrinsiknya. Akan tetapi, untuk menjadi guru

motivator bagi siswanya tentu seorang guru harus memotivasi dirinya terlebih
dahulu agar dapat dijadikan panduan motivasi bagi peserta didiknya.
Dengan berevolusi menjadi guru profesional di masa depan maka akan
terbentuk peserta didik yang kreatif, intelektual, dan berkarakter yang berujung
pada peningkatan Sumber Daya Manusia. Sedangkan bagi guru tersebut akan
terbentuk guru yang inovatif, empatik, berakhlak mulia, berkomitmen, inisiatif,
gigih dan patut diteladani. Oleh karena itu, guru profesional-lah yang menjadi
agent of revolution penting dalam mengembangkan pendidikan indonesia di masa

depan.

DaftarPustaka
Makagiansar, M. 1996. Shift in Global paradigma and The Teacher of Tomorrow,
17th. Convention of the Asean Council of Teachers (ACT); 5-8
Desember, 1996, Republic of Singapore.
Nasanius, Y. 1998. Kemerosotan Pendidikan Kita: Guru dan Siswa Yang
BerperanBesar, Bukan Kurikulum. Suara Pembaharuan. (Online)
(http://www.suarapembaharuan.com/News/1998/08/230898)

di


akses Tanggal 15 November 2015, Hlm 1-2
Navis, Ali Akbar.2013. Rahasia Menjadi Pendidik yang Jempolan.Jogjakarta:ArRuzi Media.
Priatna, Nanang dan Sukamto, Tito.2010.Pengembangan Profesi Guru.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Nurfuadi.2012.Profesionalisme Guru.Jakarta:Stain Press
Usman, Uzer.2013.Menjadi Guru Professional.Bandung:PT Remaja Rosdakarya