commit to user
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Bunyi
Pengertian bunyi atau suara adalah setiap perubahan tekanan di dalam air, udara atau medium lainnya yang dapat dideteksi oleh telinga
manusia. Bunyi terdengar jika perubahan tekanan atmosfir paling sedikit 20 kali per detik. Rangsangan bunyi diterima manusia karena getaran
melalui media elastis Zaini Budiono, 2009. Jumlah getaran per detik Hz dinamakan frekuensi dan frekuensi ini
dapat mempengaruhi nada kebisingan. Frekuensi suara yg dapat didengar telinga manusia adalah :
a 20
– 20.000 Hz anak-anak – orang muda b
20 – 12.000 Hz orang berusia lanjut
Adapun Frekuensi yg penting untuk percakapan adalah 250 – 3000 Hz.
Frekuensi 4000 Hz adalah frekuensi paling peka ditangkap telinga. Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf
pendengar dalam telinga. Oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat
melalui penghantar dan manakala suara tersebut tidak dikehendaki maka bunyi-bunyian atau suara demikian dinyatakan sebagai kebisingan
Suma’mur, 2009 : 116. 6
commit to user 2.
Pengertian Kebisingan Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya
yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup
Anonim, 2011. Kebisingan adalah suara yang tidak disukai atau tidak diharapkan
yang sifat getarannya berubah-ubah dan dapat mengganggu seseorang. Secara obyektif bising terdiri dari getaran suara yang komplek yang sifat
getarannya tidak periodik. Bising pada umumnya mempunyai kualitas dan kuantitas tertentu, sehingga dapat dikatakan bahwa irama gelombang
suara yang ditimbulkan sifatnya tetap dan bahkan terkadang periodik. Oleh karena itu batasan bising di pabrik atau lingkungan kerja adalah
kumpulan suara yang terdiri atas gelombang-gelombang akustik dengan macam-macam frekuensi dan intensitasnya Niosh, 1998.
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada
tingkat tertentu
dapat menimbulkan
gangguan pendengaran
KepMenNaker No. 51 Tahun 1999. Kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan bahwa kebisingan
adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan membahayakan
kesehatan. Peraturan
Menteri Kesehatan
R.I No.718MENKESPERXI1987.
commit to user Gangguan terhadap kebisingan sangat bervariasi tergantung dari
tingkat intensitas dan karakteristik kebisingan. Dari sudut pandang ergonomi, pengaruh kebisingan pada intensitas yang rendah umumnya
berupa gangguan komunikasi ketidaknyamanan, dan gangguan perfomansi kerja. Tetapi, pada kebisingan dengan intensitas yang lebih tinggi
khususnya yang melebihi Nilai Ambang Batas NAB 85 dBA dan dalam waktu yang lama dapat menurunkan fungsi indera pendengaran
yang bersifat sementara kemudian berlanjut permanen. Dan tanpa disadari penurunan daya dengar tersebut akan memberikan pengaruh psikologis
terutama terhadap pergaulan sehari-hari dengan keluarga maupun kontak sosial dalam masyarakat Anonim, 2011.
Daya dengar seseorang di dalam menangkap suara dipengaruhi oleh faktor internal maupaun eksternal. Faktor internal meliputi umur, kondisi
kesehatan maupun riwayat penyakit yang pernah diderita. Sedangkan faktor eksternal dapat meliputi tingkat intensitas suara disekitarnya,
lamanya terpajan dengan kebisingan, karakteristik kebisingan serta frekuensi suara yang ditimbulkan. Dari berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi ambang dengar tersebut, yang paling menonjol adalah faktor umur dan lamanya pemajanan terhadap kebisingan. Dari dua faktor
tersebut kemudian muncul asumsi bahwa semakin tua seseorang dan semakin lama terpajan kebisingan, maka tingkat ambang dengar seseorang
akan semakin tinggi Anonim, 2011. 3.
Jenis Kebisingan
commit to user Menurut beberapa ahli, kebisingan dapat dibagi menjadi beberapa
jenis, antara lain : a.
Menurut Suma’mur 2009 : 118, kebisingan dapat dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :
1 Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas.
Misal : mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar 2
Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit. Misal : gergaji sirkulet, katup gas
3 Kebisingan terputus-putus intermitten.
Misal : lalu lintas, suara kapal terbang 4
Kebisingan impulsive. Misal : tembakan bedil, meriam
5 Kebisingan impulsive berulang.
Misal : mesin tempa, pandai besi b.
Menurut Soemanegara 2011, kebisingan dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1 Bising impulsive
Adalah bising yang berasal dari pukulan-pukulan palu, pemancangan tiang beton dari dalam tanah yang terdiri atas
letusan-letusan yang cukup keras dimana tiap letusan mulai hilang sebelum letusan yang lain dihasilkan dan dianggap sebagai
peningkatan yang cepat kearah intensitas dan diikuti penurunan yang melambat.
commit to user 2
Bising tetap Adalah bising yang berasal dari kompresor udara, mesin
diesel, mesin bubut, dimana tiap intensitasnya dapat berselang tidak rata dan sering hanya mencakup suatu jarak dan frekuensi
yang sempit. c.
Menurut Siswanto 2011, kebisingan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : 1
Kebisingan kontinyu steady state noise. 2
Kebisingan impulsive impulsive noise. 3
Kebisingan intermitten intermitten noise. 4.
Sumber Bising Terdapat dua karakteristika utama yang menentukan kualitas suatu
bunyi atau suara, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik dengan satuan Herz Hz, yaitu jumlah
gelombang bunyi yang sampai di telinga setiap detiknya. Suatu benda jika bergetar menghasilkan bunyi atau suara dengan frekuensi tertentu yang
merupakan ciri khas dari benda tersebut. Biasanya suatu kebisingan terdiri atas campuran sejumlah gelombang sederhana dari aneka frekuensi. Nada
suatu kebisingan ditentukan oleh frekuensi getaran sumber bunyi. Kebisingan dapat berasal dari mesinperalatan serta dapat pula berasal
dari berbagai kegiatan yang sedang dilakukan seseorang. Sumber kebisingan yang utama dapat dibagi menjadi 7 jenis, antara lain sebagai
berikut : a.
Jalan Raya
commit to user Sumber utama : motor, sistem exhaust mobil, smaller trucks dan bus.
Kebisingan ini dapat diperbesar oleh jalanan yang sempit dan gedung yang tinggi dimana dapat menghasilkan suara bergema.
b. Pesawat terbang
c. Rel kereta api
Bersumber dari mesin lokomotif, klakson dan peluit. d.
Konstruksi Sumber utama : pneumatic hammer, air compressor, bull dozer,
loaders, dump truck dan parement breakers. e.
Industri Biasanya berasal dari fans, mesin-mesin dan compressor yang
dipasang di luar bangunan industri. Kebisingan yang bersumber dari dalam industri di transfer kepada masyarakat sekitar melalui jendela,
pintu dan dinding bangunan indutri. Kebisingan ini mempunyai dampak penting pada pekerja yaitu dapat menyebabkan penurunan
kemampuan daya dengar hearing loss. f.
Gedung-gedung Kebisingan di dalam gedung berasal dari plumbing, boilers,
generator, air conditioner dan fans. Kebisingan di luar gedung berasal dari emergency vehicles, traffic dan refuse collection.
g. Produk-produk konsumen
commit to user Kebisingan dapat bersumber dari peralatan rumah tangga seperti
vacuum cleaner dan peralatan halaman seperti : mesin pemotong rumput dana penyapu salju.
Berikut ini adalah tabel intensitas kebisingan dan sumber kebisingan yang menyebabkan gangguan pendengaran.
Tabel 1. Skala Intensitas Kebisingan dan Sumbernya
Intensitas desibel Sumber kebisingan
Kerusakan alat pendengar
Batas dengar tertinggi Ketulian
110
Halilintar, Meriam, Mesin uap
Sangat hiruk
90
Jalan hiruk pikuk Perusahaan sangat gaduh
Peluit polisi
Kuat
70
Kantor bising Jalan pada umumnya
Radio Perusahaan
Sedang
50
Rumah gaduh Kantor pada umumnya
Percakapan kuat Radio perlahan
Tenang
30
Rumah tenang Auditorium
Percakapan
Sangat tenang
10
Suara daun berbisik Batas dengar terendah
Sumber : Suma’mur, 2009 : 117
120
100 80
60
20
40
commit to user Menurut DEPKES dan KESSOS RI tahun 2000 oleh Heru Subaris
dan Haryono, sumber kebisingan di bedakan menjadi 3 jenis, yaitu : a.
Bising Industri Industri besar termasuk didalamnya pabrik, bengkel, dan
sejenisnya. Bising industri dapat dirasakan oleh karyawan maupun disekitar
industri. Di
Industri, sumber
kebisingan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu : 1
Mesin Kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin yang digunakan untuk
proses produksi. 2
Vibrasi Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran, gesekan,
benturan atau ketidaksinambungan gerakan bagian mesin. 3
Pergerakan udara, gas dan cairan Kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan
cairan dalam kegiatan proses kerja industri. b.
Bising Rumah Tangga Bising yang disebabkan oleh rumah tangga dan tidak terlalu tinggi
tingkat kebisingannya. c.
Bising Spesifik Bising yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan khusus.
5. Pengukuran Kebisingan
Maksud dari pengukuran kebisingan adalah :
commit to user a.
Memperoleh data tentang frekuensi dan intensitas kebisingan di perusahaan atau dimana saja.
b. Menggunakan data hasil pengukuran kebisingan untuk mengurangi
intensitas kebisingan tersebut, sehingga tidak menimbulkan gangguan dalam rangka konservasi pendengaran tenaga kerja, atau
perlindungan masyarakat dari gangguan kebisingan atas ketenangan dalam kehidupan masyarakat atau tujuan lainnya.
Untuk mengukur intensitas dan menentukan frekuensi kebisingan diperlukan peralatan khusus yang berbeda bagi jenis kebisingan yang
dimaksud. Jika tujuan dari pengukuran kebisingan hanya untuk mengendalikan intensitas kebisingan, seperti misalnya untuk melakukan
isolasi mesin atau pemasangan perlengkapan dinding yang mengabsorbsi suara atau pemilihan alat pelindung telinga, pengukuran tidak perlu
selengkap sebagaimana dimaksudkan dalam rangka lokalisasi secara tepat sumber kebisingan pada suatu mesin dengan tujuan memodelisasi
mesin tersebut melalui pembuatan mesin yang dipakai dasar kontruksi bentuk mesin dengan tingkat kebisingan yang kurang intensitasnya dan
frekuensi yang ditentukan. Faktor lainnya yang menentukan pemilihan alat pengukur kebisingan
adalah tersedianya tenaga pelaksana untuk melakukan pengukuran terhadap kebisingan dan juga waktu yang dialokasikan untuk hal
tersebut. Sebagaimana sering dialami kenyataan bahwa lebih disenangi pengumpulan data tentang kebisingan secara merekamnya recording
commit to user yang kemudian data rekaman dibawa ke laboratorium untuk dilakukan
analisis. Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah sound level meter.
Alat ini mengukur kebisingan di antara 30-130 dB dan dari frekuensi 20- 20.000 Hz. Suatu sistem kalibrasi terdapat dalam dalam alat itu sendiri,
kecuali untuk kalibrasi mikrofon diperlukan pengecekan dengan kalibrasi tersendiri. Sebagai alat kalibrasi dapat dipakai pengeras suara yang
kekuatan suaranya diatur oleh amplifier. Atau suara piston phone dibuat untuk maksud kalibrasi tersebut, yang tergantung dari tekanan udara,
sehingga perlu koreksi berdasarkan atas perbedaan tekanan barometer. Kalibrator dengan intensitas tinggi 125 dB lebih disukai, oleh karena
alat pengukur intensitas kebisingan demikian mungkin dipakai untuk mengukur kebisingan yang intensitasnya tinggi. Untuk analisis
kebisingan lebih lanjut, dapat digunakan narrow-band-analyzer alat analisis spektrum tipis, baik latar spektrumnya tetap misalnya 2-200 Hz
atau melebar dengan lebih banyaknya frekuensi. Yang terakhir ini lebih disenangi di lapangan, mengingat komponen frekuensi kebisingan
mungkin berbeda tergantung dari frekuensi sumber kebisingan antara lai bisingnya suara beraneka mesin yang dioperasikan dalam proses
produksi. 6.
Nilai Ambang Batas Kebisingan Menurut WHO, terdapat berbagai standar nasional dan internasional
untuk ambang bahaya bagi telinga dalam hal tingkat intensitas bunyi dan
commit to user frekuensinya. Sebagai patokan umum, ambang untuk efek-efek yang
merugikan selama 8 jam paparan setiap hari adalah 85 dB pada frekuensi 1000 Hz.
OSHA membuat peraturan yang dikenal sebagai hukum 5 dB. Apabila intensitas bising meningkat 5 dB, maka waktu paparan yang
diperkenankan harus dikurangi separuhnya. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep. 51MEN1999
tentang NAB faktor fisika di tempat kerja pasal 1 ayat 3 menyebutkan bahwa Nilai Ambang Batas adalah Standar faktor bahaya di tempat kerja
sebagai pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. NAB untuk kebisingan berdasarkan Keputusan
Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep. 51MEN1999 dikenal sebagai hukum 3 dB.
Tabel 2. Intersitas Kebisingan dan Waktu Peparan Per Hari
Waktu Pemajanan Intensitas Kebisingan Dba
8 Jam
85 4
88 2
Menit 91
1 94
30 97
15 Detik
100 7,5
103 3,75
106 1,88
109 0,94
112 28,12
115 14,06
118 7,03
121
commit to user 3,52
124
Bersambung Sambungan
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
Catatan : Tidak boleh terpapar lebih dari 140 dBA walaupun sesaat. Sumber :Suma’mur, 2009
Standar kebisingan menurut Departemen Kesehatan DEPKES tahun 2000 yang mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.718MenKesPerXI1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan.
1 Bab I tentang Ketentuan Umum Pembagian Zona
a Zona A
Diperuntukkan bagi tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan dan sejenisnya.
b Zona B
Diperuntukkan bagi perumahan, tempat rekreasi dan sejenisnya. c
Zona C Diperuntukkan bagi perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar,
dan sejenisnya. d
Zona D Diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal
bis dan sejenisnya. 2
Bab III Tentang Syarat-Syarat Kebisingan
commit to user Setiap zona mempunyai syarat intensitas kebisingan yang berbeda-
beda. Adapun intensitasnya dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Syarat-syarat Kebisingan.
Zona Tingkat Kebisingan
Maksimum yang dianjurkan
Maksimum yang diperbolehkan
A 35
45 B
45 55
C 50
60 D
60 70
Sumber : Departemen Kesehatan, 2000 7.
Gangguan Akibat Kebisingan Bising dapat menyebabkan gangguan terhadap tenaga kerja,
gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan gangguan ketulian, atau ada yang menggolongkan gangguan auditory,
misalnya gangguan terhadap pendengaran, dan gangguan non auditory seperti gangguan komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan,
menurunnya performance kerja, kelelahan dan stress. Pengaruh kebisingan terhadap manusia tergantung pada karakteristik,
ada beberapa gangguan yang diakibatkan oleh kebisingan diantaranya : a.
Gangguan Pendengaran Diantara sekian banyak gangguan bising, gangguan pendengaran
adalah gangguan yang paling serius karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat
progresif atau awalnya bersifat sementara, tetapi bila bekerja terus
commit to user menerus terhadap bising maka daya dengar akan menghilang secara
tetap atau tuli. Gangguan
pendengar adalah
perubahan pada
tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan dalam melaksanakan
kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan. Secara dasar gradiasi gangguan pendengaran karena bising itu
sendiri dapat ditentukan dengan menggunakan parameter percakapan sehari-hari sebagai berikut :
Tabel 4. Gangguan Pendengaran dengan Parameter Percakapan Sehari- hari
Kondisi Gangguan yang Dialami
Normal Tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa 6
meter Sedang
Kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak 1,5 meter.
Menengah Kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak
1,5 meter. Berat
Kesulitan dalam percakapan keras berteriak dalam jarak 1,5 meter.
Sangat Berat
Kesulitan dalam percakapan keras berteriak dalam jarak 1,5 meter.
Tuli Total Kehilangan dalam kemampuan pendengaran dalam
berkomunikasi. Sumber : Suma’mur, 2009
Menurut definisi kebisingan, apabila suatu suara mengganggu orang yang membaca atau mendengarkan musik, maka suara itu
adalah kebisingan bagi orang itu meskipun orang lain tidak terganggu oleh suara tersebut. Jenis-jenis gangguan dari akibat-
akibat kebisingan dapat dilihat pada table 5.
commit to user Tabel 5. Gangguan Akibat Kebisingan
Tipe Uraian
Akibat-akibat badaniah
Kehilangan pendengaran
Perubahan ambang batas sementara
akibat kebisingan,
perubahan ambang batas permanen
akibat kebisingan
Akibat-akibat fisiologis
Rasa tidak nyaman atau stress meningkat, tekanan
darah meningkat,
sakit kepala, bunyi dering
Akibat-akibat psikologis
Gangguan Emosional
Kejengkelan, kebingungan Gangguan gaya
hidup Gangguan
tidur atau
istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca,
dsb.
Gangguan pendengaran
Merintangi kemampuan
mendengarkan tv, radio, percakapan, tlp, dsb.
Sumber : Tri Astuti Jatiningrum, 2011 Pendengaran manusia merupakan salah satu indera yang
berhubungan dengan komunikasi audiosuara. Alat pendengaran yang berbentuk telinga berfungsi sebagai fonoreseptor yang mampu
merespon suara pada kisaran 0-140 dB tanpa menimbulkan rasa sakit. Sensitifitas pendengaran pada manusia yang dikaitkan dengan
suara paling lemah yang masih dapat didengar disebut ambang pendengaran, sedangkan suara yang paling tinggi yang masih dapat
didengar tanpa menimbulkan rasa sakit disebut ambang rasa sakit. Kerusakan pendengaran dalam bentuk ketulian merupakan
penurunan sensitifitas yang berlangsung secara terus-menerus Prabu, 2009.
commit to user Tindak pencegahan terhadap ketulian akibat kebisingan
memerlukan kriteria yang berhubungan dengan tingkat kebisingan maksimum dan lamanya kebisingan yang diterima. Lebarnya
interval tekanan suara dan frekuensi yang dapat diterima oleh telinga manusia membuat telinga manusia memiliki kawasan-kawasan yang
peka suara dan jika dipetakan pada suatu grafik frekuensi versus arah tekanan suara akan memperlihatkan adanya auditory sensation area.
Kawasan tersebut dibagian atas dibatasi oleh ambang pendengaran yaitu suatu arah tekanan suara maksimal yang masih bisa direspon
oleh pendengaran tanpa merusaknya, sedangkan bagian bawah dibatasi oleh ambang pendengaran minimum yaitu arah tekanan
minimal yang dibutuhkan untuk merangsang pendengaran Anonim, 2011.
Anatomi Telinga manusia terdiri dari tiga bagian : 1
Telinga Bagian Luar Terdiri dari daun telinga dan liang telinga audiotory canal,
dibatasi oleh membran timpani. Telinga bagian luar berfungsi sebagai mikrofon yaitu menampung gelombang suara dan
menyebabkan membran timpani bergetar. Semakin tinggi frekuensi getaran semakin tinggin pula membran tersebut
bergetar begitu juga pula sebaliknya.
commit to user 2
Telinga Bagian Tengah Terdiri atas osside yaitu tiga tulang kecil tulang pendengaran
yang halus
Martil-Landasan-Sanggurdi yang
berfungsi memperbesar getaran dalam membaran timpani dan meneruskan
getaran yang telah diperbesar ke oval window yang bersifat fleksibel. Oval window ini terdapat pada ujung cochlea.
3 Telinga Bagian Dalam
Telinga bagian dalam juga disebut cochlea atau rumah siput. Cochlea mengandung cairan, di dalamnya terdapat membrane
basiler dan organ corti yang terdiri dari sel-sel rambut yang merupakan reseptor-reseptor pendengaran. Getaran dari oval
window akan diteruskan oleh cairan dalam cochlea,
mengantarkan membrane basiler. Getaran ini merupakan impuls bagian corti yang selanjutnya diteruskan ke otak melalui syaraf
pendengar nervus cochlearis Prabu, 2009. Gangguan pendengaran akibat bising dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain: 1
Intensitas bising Intensitas bising sangat berperan terhadap timbulnya
gangguan pendengaran. Makin tinggi intensitas bising makin tinggi pula resiko timbulnya gangguan pendengaran. Intensitas
bising maksimal yang dapat ditoleransi oleh telinga adalah di bawah 85 dB, jika lebih dari 85 dB maka efek akan timbul
commit to user tergantung dari lamanya paparan. Oleh karena itu, pemerintah
menetapkan nilai ambang bising maksimum 85 dB dengan jam kerja 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
2 Durasi dan lama paparan.
Pada intensitas bising 85 dB, lamanya paparan akan berperan terhadap timbulnya gangguan pendengaran. Makin
lama waktu paparan maka resiko untuk mengalami ketulian akan semakin meningkat. Untuk mencegah timbulnya gangguan
pendengaran pada pekerja yang bekerja pada lingkungan dengan intensitas bising di atas 85 dB, durasi paparan per hari dibatasi
sesuai dengan intensitas bising Zaini Budiono, 2009 Efek kebisingan Zaini Budiono, 2009 terhadap pendengaran
terdiri dari berbagai macam diantaranya adalah sebagai berikut : 1
Hubungan antara kehilangan pendengaran akibat kebisingan dengan tekanan darah tinggi.
2 Gangguan neuropsychologi.
Sakit kepala, kelelahan, kesulitan tidur, sifat lekas marah, neuroticism.
3 Gangguan sistem cardiovascular.
Tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah, penyakit jantung. 4
Gangguan sistem pencernaan. Luka bernanah, radang usus besar.
5 Gangguan endokrin dan biokimia.
commit to user b.
Gangguan Kesehatan Kebisingan berpotensi untuk mengganggu kesehatan manusia
apabila manusia terpapar aras suara dalam suatu periode yang lama dan terus-menerus. Suara 75 dB untuk 8 jam kerja per hari jika
hanya terpapar satu hari saja pengaruhnya tidak signifikan terhadap kesehatan, tetapi apabila berlangsung setiap hari, maka suatu saat
akan melewati suatu batas dimana paparan kebisingan tersebut akan menyebabkan hilangnya pendengaran seseorang Prabu, 2009.
Untuk beberapa kasus paparan kebisingan, dampaknya terhadap kesehatan lebih banyak bersifat individual dan tidak bisa dipukul rata
untuk sekelompok populasi manusia sehingga dalam hal ini diperlukan suatu fungsi pembobotan yang dipilih untuk menentukan
risiko dampak kebisingan terahdap sekelompok populasi manusia. Fungsi ini disebut fungsi pembobotan proteksi pendengaran. Risiko
dampak kebisingan terhadap ketulian populasi Prabu, 2009. Selain gangguan terhadap sistem pendengaran, dan usia anggota
berpengaruh atau dapat menimbulkan gangguan terhadap mental, emosional, serta sistem jantung dan peredaran darah. Gangguan
mental emosional berupa terganggunya kenyamanan hidup, mudah marah, dan menjadi lebih peka atau mudah tersinggung yang
disebabkan oleh mekanisme hormonal yaitu diproduksinya hormon adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan tekanan
darah Prabu, 2009.
commit to user Lebih rinci lagi dapat digambarkan dampak kebisingan terhadap
tenaga kerja Zaini Budiono adalah sebagai berikut : a.
Gangguan Fisiologis Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, penigkatan
nadi, basal metabolisme, kontruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan
gangguan sensoris. b.
Gangguan Psikologis Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang
konsentrasi, susah tidur, emosi, dan lain-lain. Pemaparan dalam jangka waktu lama dapt menimbulkan penyakit, psikosomatik
seperti gastritis, penyakit jantung koroner, dan lain-lain. c.
Gangguan Komunikasi Gangguan komunikasi ini dapat menyebabkan terganggunya
pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja yang baru yang belum berpengalaman. Gangguan
komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja,
karena tidak mendengar teriakan dan isyarat tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan
produktifitas tenaga kerja.
commit to user d.
Gangguan Keseimbangan Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis
seperti kepala pusing, mual, dan lain-lain. 8.
Pengendalian Kebisingan Menurut Niosh 1988 tentang tata cara pengendalian faktor fisik,
cara pengendalian kebisingan secara berurutan adalah sebagai berikut : a.
Isolasi Sumber Bising Pengendalian kebisingan pada media propagasi dengan tujuan
menghalangi paparan kebisingan suatu sumber agar tidak mencapai penerima, contoh : pemasangan barier, enclosure sumber kebisingan
dan teknik pengendalian aktif aktive noise control menggunakan prinsip dasar dimana gelombang kebisingan yang menjalar dalam
media penghantar dikonselaasi dengan gelombang suara yang identik tetapi mempunyai perbedaab fase 180
pada gelombang kebisingan tersebut dengan menggunakan peralatan kontrol.
b. Eliminasi Sumber kebisingan
Eliminasi merupakan suatu pengendalian risiko yang bersifat permanen dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan
prioritas pertama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan objek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja
yang kehadiranya pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan atau standar baku K3 atau kadarnya melibihi
NAB yang diperkenankan.
commit to user c.
Substitusi Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan
dan peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga
pemeparannya selalu dalam batas yang masih dapat diterima. d.
Engenering control Pengendalian atau rekayasa teknik termasuk merubah struktur
objek kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya. Tiga komponen penting yang harus diperhatikan untuk
melakukan pengendalian kebisingan engeneering control principle adalah:
1 Sumber kebisingan noise source.
2 Media perantara kebisingan.
3 Penerima kebisingan, dalam hal ini pekerja.
Penggunaan material akustik acoustic materials sebagai peredampenyerap suara adalah cara pengendalian bahaya yang
sering digunakan untuk mengurangi energi suara dalam ruangan. e.
Pengendalian Administratif Pengendalian administratif dilakukan dengan menyediakan suatu
sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Peraturan perusahaan dan prosedur-
prosedur operasional standar adalah bahasa dan instrumen formal di
commit to user dalam sebuah perusahaan yang harus digunakan dan dipatuhi oleh
seluruh pekerja perusahaan. Bentuk-bentuk pengendalian administratif tersebut antara lain :
1 Menetapkan peraturan tentang rotasi pekerjaan merupakan salah
satu pengendalian administratif yang di rekomendasikan oleh ahli-ahli K3 untuk mengurangi akumulasi dampak kebisingan
pada pekerja. 2
Menetapkan peraturan tentang keharusan bagi pekerja untuk beristirahat dan makan di tempat khusus yang tenang atau tidak
bising. Seandainnya tempat istirahat ini masih terdapat dalam lokasi kebisingan maka untuk tempat istirahat tersebut harus
diberi penanganan lebih dalam hal pengurangan kebisingan. 3
Menetapkan peraturan tentang sanksi tindakan indisipliner bagi pekerja yang melanggar ketetapan perusahaan berkaitan
dengan masalah pengendalian bahaya kebisingan. f.
Pengendalian kebisingan pada penerima atau pekerja Pengendalian kebisingan pada pekerja dapat dilakukan dengan
melakukan training K3. Berikut ini merupakan langkah terakhir apabila seluruh pengendalian di atas eliminasi, substitusi,
engenering control, administratif belum memungkinkan untuk dilaksanakan. Jenis pengendalian ini dapat dilakukan dengan
pemakaian alat pelindung diri. Alat Pelindung Diri APD secara umum merupakan sarana pengendalian yang digunakan untuk jangka
commit to user pendek dan bersifat sementara mana kala sistem penegndalian yang
lebih permanen belum dapat di imlementasikan Niosh, 1998. Jenis pengendalian ini dapat dilakukan dengan pemakaian alat
pelindung telinga tutup atau sumbat telinga. Pengendalian kebisingan pada penerima ini telah banyak ditemukan dalam
perusahaan-perusahaan, karena secara sekilas biayanya relatif lebih murah. Macam-macam alat pelindung telinga Niosh, 1998 adalah
sebagai berikut : 1
Sumbat telinga ear plug, dapat mengurangi kebisingan 8-30 dB. Biasanya digunakan untuk proteksi sampai dengan 100 dB.
2 Tutup telinga ear muff, dapat menurunkan kebisingan 25-40
dB. Digunakan untuk proteksi kebisingan sampai 110 dB. 9.
Noise Control Management Niosh, 1998. a.
Program Survey Kebisingan 1
Mengukur tingkat tekanan suara mesin dan peralatan yang beroperasi di lokasi para pekerja untuk menilai pemajanan
kebisingan yang diterima oleh pekerja. 2
Melakukan evaluasi setiap pola pemajanan kebisingan yang menentukan apakah terjadi gangguan yang berbahaya terhadap
pendengaran pekerja. 3
Mengembangkan suatu daftar priorotas pengendalian kebisingan berdasarkan proteksi yang dibutuhkan oleh kebanyakan pekerja.
commit to user 4
Menciptakan sasaran rancangan pengendalian kebisingan yang akan diprioritaskan berdasarkan standar-standar yang ada.
b. Teknik Pengendalian Kebisingan
1 Melakukan evaluasi teknis terhadap sumber yang dianggap
potensial mempengaruhi intensitas pemajanan kebisingan pada suatu lokasi sesuai dengan rancangan untuk mesin.
2 Mengembangkan tata cara perbaikan yang diperlukan untuk setiap
sumber kebisingan secara teknis. Jika pengendalian kebisingan secara teknis tidak layak maka perlu dilakukan evaluasi dengan
prosedur administratif untuk perlindungan tenaga kerja. 3
Melakukan pengukuran rinci terhadap setiap sumber kebisingan, untuk menilai apakah perlu dilakukan pengendalian kebisingan
atau tidak. 4
Melakukan rencana teknis pengendalian kebisingan terutama untuk sumber-sumber yang tidak mengganggu produksi.
5 Melakukan evaluasi terhadap pemilihan jenis pengendalian yang
memenuhi proses produksi dan program pemeliharaan pabrik. 6
Membuat gambar-gambar dan spesifikasi untuk peralatan dan bahan yang diperlukan untuk pengendalian kebisingan.
c. Manajemen Pengendalian Kebisingan
1 Melakukan persiapan untuk lelang pembelian peralatan dan
bahan yang diperlukan untuk pengendalian kebisingan. 2
Melakukan pelelanhan untuk memperoleh supplier yang tepat.
commit to user 3
Melakukan procurement 4
Melakukan instalasi komponen pengendalian kebisingan sesuai dengan perencanaan.
5 Melakukan evaluasi dan modifikasi rancangan bila dianggap
perlu sesuai dengan kondisi lapangan. 6
Melakukan final
testing terhadap
istalasi komponen
pengendalian kebisingan.
B. Kerangka Pemikiran