Fisiologi Menstruasi Tinjauan Pustaka

ix 4 Pemeriksaan EKG Carretero, 2000. e. Penatalaksanaan Penatalaksanaan hipertensi primer bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas, juga untuk mencapai tekanan darah kurang dari 14090 mmHg. Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan perubahan gaya hidup seperti olahraga dan diet rendah garam. Namun apabila perubahan gaya hidup kurang memadai untuk mencapai tekanan darah yang diharapkan maka dapat dilakukan pemberian diuretika, inhibitor ACE angiotensin-converting-enzim, penyekat reseptor beta-adrenergik, dan penyekat saluran kalsium Brown, 2007.

2. Fisiologi Menstruasi

a. Definisi Menstruasi adalah perdarahan dari uterus yang disertai pelepasan atau deskuamasi endometrium yang terjadi secara periodik Wiknjosastro dkk, 2007. Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan progesteron, pada akhir siklus ovarium. Hal tersebut menyebabkan beberapa efek yaitu penurunan rangsang terhadap sel-sel endometrium Guyton and Hall, 2008. b. Perubahan hormonal pada siklus menstruasi Perubahan hormonal siklik mengawali dan mengatur fungsi ovarium dan perubahan endometrium. Pusat pengendalian hormon dari sistem reproduksi adalah hipotalamus. Hipotalamus mengasilkan Follicle Stimulating Hormon Releasing Hormon FSHRH dan Luteinizing x Hormon Releasing Hormon LHRH yang merangsang hipofisis anterior Untuk menyekresi Follicle Stimulating Hormon FSH dan Luteinizing Hormon LH. Sekresi FSH dan LH menyebabkan produksi estrogen dan progesteron oleh ovarium, keadaan tersebut menyebabkan perubahan fisiologik pada uterus, juga mempengaruhi siklus menstruasi dan siklus endometrium Schteingart, 2007. c. Siklus menstruasi Siklus menstruasi berlangsung sekitar 15-45 hari, dengan rata-rata 28 hari. Pada siklus menstruasi terdapat siklus ovarium dan siklus endometrium. Siklus ovarium terbagi menjadi dua fase, yaitu : 1 Fase folikular Setelah terjadi pelepasan endometrium, maka FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium. Biasanya hanya satu folikel yang berkembang menjadi folikel deGraaf, sedangkan yang lainnya mengalami degenerasi. Folikel tersebut terdiri dari sebuah ovum dan dua lapisan sel yang mengelilingi. Lapisan bagian dalam terdapat sel granulosa yang menyintesis progesteron untuk disekresikan ke dalam cairan folikular pada paruh pertema siklus menstruasi. Fungsi progesteron sebagai prekursor sintesis estrogen oleh lapisan sel teka interna. Dalam folikel deGraaf oosit primer mengalami proses pematangan. Pada fase ini disekresikan estrogen dalam jumlah besar. Kadar estrogen xi yang meningkat menyebabkan pelepasan LHRH melalui mekanisme umpan balik positif. 2 Fase luteal Pada fase ini jumlah LH meningkat yang kemudian merangsang ovulasi dari oosit yang matang. Kemudian oosit terlepas dari folikel deGraaf . Lapisan granulosa yang banyak mengandung pembuluh darah pada folikel deGraaf mengalami luteinisasi menjadi korpus luteum yang berwarna kuning pada ovarium. Korpus luteum menyekresi estrogen dan progesteron yang makin lama makin meningkat jumlahnya Hillegas, 2007. Terdapat perubahan histologik pada endometrium dalam siklus menstruasi yang dapat dibagi menjadi empat fase endometrium, yaitu : 1 Fase menstruasi atau deskuamasi Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan, hanya stratum basale endometrium yang tertinggal. Fase ini berlangsung selama empat hari. 2 Fase pascamenstruasi atau fase regenerasi Luka pada endometrium yang terjadi akibat deskuamasi berangsur- angsur sembuh dan ditutp oleh selaput lendir dari sel-sel epitel endometrium. Tebal endometrium pada fase pascamenstruasi adalah 0,5 mm. Fase ini sudah dimulai sejak fase menstruasi dan berlangsung selama empat hari. xii 3 Fase proliferasi Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase ini berlangsung selama sepuluh hari, kira-kira hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus menstruasi. 4 Fase sekresi Fase ini terjadi sesudah ovulasi yaitu pada hari ke-14 sampai hari ke-28. Pada fase ini ketebalan endometrium hampir sama dengan fase proliferasi. Bentuk kelenjar menjadi panjang, berkelok-kelok, dan mengeluarkan getah. Fase sekresi terbagi menjadi dua yaitu : a Fase sekresi dini Dalam fase ini endometrium kehilangan cairan sehingga sedikit lebih tipis dari fase sebelumnya. Dapat dibedakan menjadi beberapa lapisan yaitu : 1 Stratum basale, yaitu lapisan bagian dalam endometrium yang berbatasan dengan lapisan miometrium. 2 Stratum spongiosum, yaitu lapisan tengah yang berbentuk anyaman seperti spons. Pada lapisan tersebut terdapat banyak kelenjar yang melebar dan berkelok-kelok dengan sedikit stroma. 3 Stratum kompaktum , yaitu lapisan bagian atas yang bersifat padat. Terdapat saluran kelenjar yang sempit, lumen yang berisi secret, dan stroma yang edema. xiii b Fase sekresi lanjut Ketebalan endometrium dalam fase ini adalah 5-6 mm. Endometrium banyak mengandung pembuluh darah yang berkelok-kelok. Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum Wiknjosastro dkk, 2007.

3. Premenstrual Syndrome

Dokumen yang terkait

Pengalaman Mahasiswa Tingkat III Tentang Premenstrual Syndrome di AKBID Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014

0 68 75

Computer Vision Syndrome

0 66 15

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA TENTANG MENOPAUSE DI DUKUH SOROBAON KELURAHAN JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN Gambaran Pengetahuan Wanita Tentang Menopause Di Dukuh Sorobaon Kelurahan Jati Kecamatan Jaten Kabupaten Karangayar.

0 2 14

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA TENTANG MENOPAUSE DI DUKUH SOROBAON KELURAHAN JATI Gambaran Pengetahuan Wanita Tentang Menopause Di Dukuh Sorobaon Kelurahan Jati Kecamatan Jaten Kabupaten Karangayar.

0 2 15

PENDAHULUAN Gambaran Pengetahuan Wanita Tentang Menopause Di Dukuh Sorobaon Kelurahan Jati Kecamatan Jaten Kabupaten Karangayar.

0 2 6

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DIATAS NORMAL TERHADAP PREMENSTRUAL SYNDROME PADA WANITA USIA REPRODUKTIF Hubungan Indeks Massa Tubuh Diatas Normal Terhadap Premenstrual Syndrome Pada Wanita Usia Reproduktif Di Kelurahan Loa Ipuh Kabupaten Kutai Kartanegara.

0 2 15

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DIATAS NORMAL TERHADAP PREMENSTRUAL SYNDROME PADA WANITA USIA REPRODUKTIF DI Hubungan Indeks Massa Tubuh Diatas Normal Terhadap Premenstrual Syndrome Pada Wanita Usia Reproduktif Di Kelurahan Loa Ipuh Kabupaten Kutai Kartanega

1 5 12

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN PREMENSTRUAL SYNDROME PADA USIA WANITA REPRODUKTIF DI DESA JURUREJO Hubungan Hipertensi Dengan Premenstrual Syndrome Pada Usia Wanita Reproduktif Di Desa Jururejo Kabupaten Ngawi.

1 4 15

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN PREMENSTRUAL SYNDROME PADA WANITA USIA REPRODUKTIF DI DESA JURUREJO Hubungan Hipertensi Dengan Premenstrual Syndrome Pada Usia Wanita Reproduktif Di Desa Jururejo Kabupaten Ngawi.

0 2 11

Hubungan hipertensi dengan timbulnya premenstrual syndrome pada perempuan usia diatas 40 tahun di RS Gotong Royong Surabaya - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 25